• Tidak ada hasil yang ditemukan

AYAT-AYAT KISAH DALAM KITAB AL-TAFSIR AL-HADITS (Analisis Kritis Terhadap Penafsiran Izzah Darwazah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AYAT-AYAT KISAH DALAM KITAB AL-TAFSIR AL-HADITS (Analisis Kritis Terhadap Penafsiran Izzah Darwazah)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

AYAT-AYAT KISAH DALAM KITAB AL-TAFSIR AL-HADITS

(Analisis Kritis Terhadap Penafsiran Izzah Darwazah)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) dalam Bidang

Ilmu Agama Islam

Oleh: Fatimatuzzuhra NIM : 215410613

KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS

PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

1439 H / 2018 M

(2)

ii

AYAT-AYAT KISAH DALAM KITAB AL-TAFSIR AL-HADITS

(Analisis Kritis Terhadap Penafsiran Izzah Darwazah)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) dalam Bidang

Ilmu Agama Islam

Oleh: Fatimatuzzuhra NIM : 215410613

Pembimbing:

Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA

KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS

PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

1439 H / 2018 M

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan judul “Ayat-Ayat Kisah Dalam Kitab Al-Tafsir Al-Hadits

(Analisis Kritis Terhadap Penafsiran Izzah Darwazah)” yang disusun oleh

Fatimatuzzuhra dengan Nomor Induk 215410613 telah diujikan di sidang munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal 24 Januari 2018. Tesis ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) dalam bidang Ilmu Agama Islam.

Direktur Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)

Jakarta

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA

Sidang Munaqasyah: tanda tangan: tanggal:

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA __________ _______ Ketua Sidang

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA __________ _______ Sekretaris

Prof. Dr. KH. Said Agil Husein Al-Munawar, MA __________ _______ Penguji I

Dr. H. Ahmad Syukron, MA __________ _______ Penguji II

Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA __________ _______ Pembimbing I

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA __________ _______ Pembimbing II

(4)

iv

PERNYATAAN PENULIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fatimatuzzuhra

NIM : 215410613

Tempat/Tanggal Lahir : Lhokseumawe, 1 Agustus 1993

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis dengan judul “Ayat-Ayat Kisah

Dalam Kitab Al-Tafsir Al-Hadits (Analisis Kritis Terhadap Penafsiran Izzah Darwazah)” adalah benar-benar hasil karya saya, kecuali

kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

8 M 201 Januari 9 Jakarta: 22 Rabi’ul Akhir 1439 H Fatimatuzzuhra

(5)

v

ميحرلا نمحرلا للها مسب

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tidak ada ucapan yang paling pantas melainkan puja dan puji yang penuh keikhlasan, kepada Allah ‘Azza wa Jalla, Tuhan semesta alam. Dengan rahmat dan pertolongan-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: “Ayat-ayat Kisah dalam Kitab Al-Tafsir

Al-Hadits (Analisis Kritis Terhadap Penafsiran Izzah Darwazah)”.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi akhir zaman, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, begitu juga kepada keluarganya, para sahabatnya, para tabi’in dan tabi’it tabi’in serta para umatnya yang senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya. Amin.

Penulisan tesis ini sebagai bagian dari tugas akhir penulis dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar magister dalam Program Studi Ilmu Agama Islam konsentrasi Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadis pada Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta. Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak sedikit hambatan, rintangan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Ibu Prof. DR. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA, Rektor Institut Ilmu Al- Qur`an (IIQ) Jakarta.

2. Bapak DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA, Direktur Program Pascasarjana Institut Ilmu Al- Qur`an (IIQ) Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA sebagai ketua / kepala Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir (IAT) Program Pascasarjana Institut Ilmu Al- Qur`an (IIQ) Jakarta.

4. Ibu DR. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, Lc. MA dan Bapak Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, pikiran, tenaga, pengarahan, kritik, saran, kesempatan, bimbingannya kepada penulis dan senantiasa sabar dalam membimbing serta memberikan motivasi yang membangun dalam penyusunan tesis ini.

5. Kepala Perpustakaan beserta segenap Civitas kampus terutama Dosen dan Staf Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’ân (IIQ) Jakarta, yang telah banyak membantu memperlancar proses perkuliahan sehingga pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan akademik dapat diselesaikan dengan lancar, memberikan fasilitas, kemudahan dan yang memberikan

(6)

vi

bekal ilmu pengetahuan secara teoritis maupun praktis selama di bangku perkuliahan.

6. Ayahanda Mahdi dan Ibunda Nurzalina tercinta yang telah memelihara dengan penuh kasih, mendidik dengan pengorbanan yang tidak terhingga, terus memberikan dukungan moral maupun moril, serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Selanjutnya terima kasih terdalam penulis ucapkan kepada kakak adik tercinta yaitu Nurul (yang terus mendampingi dan membantu penulis), kak Una, abang Luthfi, Aulia, Nabila, Kamil, yang terus memberikan dukungan kepada penulis. 7. Bapak Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA., yang telah memberikan

penulis kesempatan untuk bergabung dalam Program Pendidikan Kader Mufassir (PKM), para pakar, dan seluruh staff Yayasan Lentera Hati dan Pusat Studi al-Qur`ân (PSQ) Jakarta.

8. Seluruh teman-teman tersayang mahasiswa seperjuangan yang seangkatan dengan penulis dalam Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, yang saling mendukung bahu-membahu menjalani perkuliahan dengan penuh suka cita, semoga Allah memudahkan setiap lika-liku perjuangan teman-teman sekalian.

9. Teman-teman terkasih, seluruh peserta Program Pendidikan Kader Mufassir (PKM) angkatan XII di Pusat Studi al-Qur`ân (PSQ), yang banyak menginspirasi penulis.

10. Kepada perpustakaan Iman Jama’, Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Pusat Studi al-Qur’an yang telah banyak membantu dalam mencari referensi terkait penelitian yang penulis kaji.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Hanya harapan dan doa, semoga Allah Swt. memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya kepada Allah Subhanahu Wata’ala jualah penulis serahkan segalanya dalam mengharapkan keridhaan, semoga tesis ini bermanfaat bagi masyarakat umumnya dan bagi penulis khususnya, serta anak dan keturunan penulis kelak. Amin.

8 M 201 Januari 9 Jakarta: 22 Rabi’ul Akhir 1439 H Penulis

(7)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Konsonan

Arab Latin Arab Latin Arab Latin

أ

A

ز

z

ق

Q

ب

B

س

s

ك

K

ت

T

ش

sy

ل

L

ث

Ts

ص

sh

م

M

ج

J

ض

dh

ن

N

ح

H

ط

th

و

W

خ

Kh

ظ

zh

ه

H

د

D

ع

ء

`

ذ

Dz

غ

gh

ى

Y

ر

R

ف

f 2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

- Fathah : a

آ

: â

ْ ي

َ...

: ai

- Kasrah : i

ي

: î

ْ و .

َ..

: au

- Dhammah : u

و

: û

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (

لا

) qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (

لا

) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

(8)

viii

ةرقبلا

ْ: al-Baqarah

ةنيدلما

: al-Madînah b. Kata sandang yang diikutialif lam (

لا

) syamsiyah

Kata sandang yang diikuti alif lam (

لا

) syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.

Contoh:

يمرادلا :

ad-Dârimî مجرنا :ar-rajul

سمشلا

: as-Syams ةدي : as-Sayyidah سنا c. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang ْ ّ) ),

sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

نْيِذَّلا َّنِا:

Inna al-ladzîna

ءاآ

ف ه

سلا

م ن

:

Âmana as-Sufahâ’u

آ

نيِذَّلا اَّن م :

Ammannâ billâhi ْ عَّكُّرناَو : waar-rukka’i

d. Ta Marbûthah (ة)

Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata

sifat (na’at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”. Contoh :

ْْلا

ْف ِئ

د ِة

: al-Af`idah

ةََِّّم

لْس

اْلا ة عِما ْلْ

ا

:al-jâmi’ah al-Islâmiyyah

Sedangkan ta Marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan

(di-washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi

huruf “t”. Contoh :

ع

ِما

ل ة

ن

ِصا

ب ة

:

‘ÂmilatunNâshibah ىَْرْ بْ كْ ناْتَْيْ لا : al- Âyat al-Kubrâ e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialihaksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh „Ali Hasan al-„Âridh, al‟Asqallâni, al-Farmawî

(9)

ix

dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ... iii

PERNYATAAN PENULIS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB ... vii

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 9 1. Identifikasi Masalah ... 9 2. Pembatasan Masalah ... 9 3. Perumusan Masalah ... 10 C. Tujuan Penelitian ... 10 D. Kegunaan Penelitian ... 10 E. Kajian Pustaka ... 11 F. Metodologi Penelitian ... 14 1. Jenis Penelitian ... 14 2. Sumber Data ... 14

3. Teknik Pengumpulan Data ... 14

4. Metode Analisis Data ... 15

5. Langkah-langkah Penelitian ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II : DISKURSUS KISAH DALAM AL-QUR’AN A. Pengertian Kisah (Qishshah) ... 17

B. Klasifikasi Kisah dalam al-Qur’an ... 19

C. Tujuan Kisah dalam al-Qur’an ... 23

D. Pengulangan Kisah dalam al-Qur’an ... 29

E. Pro dan Kontra Para Cendikiawan Menyangkut Kisah dalam al-Qur’an ... 31

BAB III : IZZAH DARWAZAH DAN AL-TAFSIR AL-HADIS A. Biografi Intelektual Izzah Darwazah ... 35

1. Perjalanan Hidup ... 35

(11)

xi

B. Profil Kitab Al-Tafsir Al-Hadits ... 41

1. Motivasi Penulisan ... 41 2. Sumber Penafsiran ... 43 3. Metode Penafsiran ... 49 4. Corak Penafsiran ... 61 5. Sistematika Penafsiran ... 61 6. Karakteristik ... 64

BAB IV : ANALISIS AYAT-AYAT KISAH DALAM PENAFSIRAN IZZAH DARWAZAH A. Pandangan Darwazah tentang Ayat-ayat Kisah ... 67

B. Penafsiran Darwazah Terhadap Ayat-ayat Kisah yang Terdapat Dalam al-Qur’an ... 69

1. Kisah Ashab al-Kahfi ... 70

2. Kisah Musa dan Hamba yang Shalih ... 80

3. Kisah Dzulqarnain dan Ya’juj Ma’juj ... 88

4. Kisah Harut dan Marut ... 94

5. Kisah Thalut ... 103

6. Kisah Seorang yang Melewati Suatu Desa ... 109

7. Kisah Dua Putra Adam as ... 112

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 126

(12)

xii

ABSTRAK

Fatimatuzzuhra: “Ayat-Ayat Kisah Dalam Kitab Al-Tafsir Al-Hadits (Analisis Kritis Terhadap Penafsiran Izzah Darwazah)”

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penafsiran Izzah Darwazah terhadap ayat-ayat kisah dalam Al-Qur’an melalui karyanya Tafsir

al-Hadits. Di samping itu, tesis ini berupaya untuk membuktikan sejauh mana

konsistensi Izzah Darwazah dalam menerapkan pandangan yang ditawarkan melalui aplikasi penafsirannya terhadap ayat-ayat kisah.

Hasil penelaahan penulis terhadap beberapa studi terdahulu menunjukkan bahwa al-Tafsir al-Hadits karya Izzah Darwazah ini sudah pernah dikaji dan dijadikan sebagai objek penelitian sebelumnya. Seperti artikel jurnal yang ditulis oleh Ismail K.Ponawala (Muhammad Darwazah’s

Principle of Modern Exegesis), dan kemudian dikembangkan dalam sebuah

penelitian tesis oleh Syuhada Subir (Metodologi Tafsir Al-Qur’an

Muhammad Izzah Darwazah). Namun, karya tersebut hanyalah mengkaji

seputar metodologi penafsiran Izzah Darwazah secara umum. Berbeda dengan penelitian ini yang menyempitkan dan memfokuskan ranah kajian penelitiannya khusus pada ayat-ayat kisah saja.

Jenis penelitian dalam tesis ini merupakan penelitian kualitatif, dengan sumber data primernya adalah kitab al-Tafsir al-Hadits karya Izzah Darwazah. Adapun karya-karya atau buku-buku yang lain digunakan sebagai sumber data sekunder. Penelitian ini bersifat library research (studi kepustakaan), di mana data-data, sumber, atau literatur yang diperoleh seluruhnya bersifat kepustakaan. Metode analisis data dalam penelitian ini ialah deskriptif analitis, yakni berupaya memberikan gambaran secara deskriptif sekaligus mengeksplorasi secara mendalam dan mendetail terhadap aspek yang berhubungan dengan objek penelitian seputar ayat-ayat kisah dalam penafsiran Darwazah untuk kemudian dianalisis agar memberikan pemahaman yang jelas tentang pandangan Darwazah dan aplikasinya dalam penafsiran Al-Qur’an. Penelitian ini juga menggunakan metode tematik, sebab penelitian ini hanya memfokuskan penelaahan pada penafsiran Darwazah terhadap kisah-kisah Al-Qur’an saja.

Penulis menemukan bahwa kisah-kisah Al-Qur’an dalam pandangan Darwazah bukanlah merupakan sesuatu yang asing bagi orang Arab yang menjadi audiens Al-Qur’an. Kisah-kisah Al-Qur’an juga menurutnya tidak semata hanya sebagai penuturan kisah atau sejarah itu sendiri, melainkan juga sebagai nasihat, teladan, dan pembelajaran. Pandangannya ini dibuktikan dalam aplikasi penafsirannya atas beberapa kisah Al-Qur’an.

(13)

xiii

ُ مُ ل

ُ خ

ُ ص

ُ

ِِطاف

َِمُِة

ِ

ُِزلا

ِ ىَِر

َِيآ"ِ:ى

ُِتا

ِ

َِقلا

َِص

ِِص

ِ

ِِف

ِِِِ

َِت

ِِبا

ِ

ِ تلا

ِ ف

ِِس

ِِ يِ

َِلا

ِِدِ ي

ِِث

ِ

ِ َت(

ِِلِ ي

ٌِلِ

َِ نِ ق

ِِد

ِ ي

ِِِلَِ ت

ِ ف

ِِس

ِِ يِ

ِِعِ ز

َِدِة

ِ رَِوَِز

ِ

َِ يِ ه

َِد

ُِف

َِِى

َِذا

ِ

َِبلا

ِ ح

ُِث

ِ

َِلإ

ِ ََِ

ِِث

َِِ تِ ف

ِِس

ِِ يِ

ِِعِ ز

َِدِة

ِ رَِوَِز

ِة

ِِل

ِِتاي

ِ

َِقلا

َِص

ِِص

ِ

ُِقلا

ِ رِِنآِ ي

ِِةِ

ِِف

ِِ

َِِِِت

ِِباِِو

ِ

ِ تلا

ِ ف

ِِس

ِِ يِ

َِلا

ِِدِ ي

ِِث

َِضإِ.

َِفاًِة

ِ

َِلإ

ََِِِ

ِل

َِك

َِيِ،

ِ سَِع

َِى(ِى

َِذ

َِبلاِا

ِ ح

ُِث

َِلإِ)

ِ ْإِ

َِب

ِِتا

َِِم

َِد

ِ تاِى

َِس

ِِقا

ِِِع

ِ ز

َِدِة

ِ رَِوَِز

ِة

ِِف

َِتِ

ِ طِِب

ِ يِِق

ِ

َِرلا

ِِءاِ

ِ

ُ

لا

َِقِ د

َِمِِةِ

ِِم

ِ نِ

َِلخ

ِِلِ

َِتِ ط

ِِبِ يِِق

َِه

ِ تلاِا

ِ ف

ِِس

ِِ ي

ِ ي

ِ

ِِل

ِِتاي

ِ

َِقلا

َِص

ِِص

.

ِ

َِ بِ ع

َِدِ

َِأِ ن

ِِ

َط

َِلاَِع

ِِت

ِ

َِبلا

ِِحا

َِثُِة

َِِعَِل

ِِعِى

ِ دِِة

ِ

ِ دلا

َِرَِسا

ِِتا

ِ

ِ سلا

ِِباَِق

ِِة

َِظِ،

َِهَِر

َِِأ

ِ نِ

ِِِِ

َِت

َِبا

ِ

ِ تلا

ِ ف

ِِس

ِِ يِ

َِلا

ِِدِ ي

ِِث

ِِِل

ِِعِ ز

ِة

َِدِ رَِ

وَِز

َِقِة

ِ دِ

ِ َت

ِ ت

ِِِد

َِرَِسا

ُِتُِو

ِ

َِِو

َِنا

َِِمِ

و

ُِضِ

وَِع

ِ

َِبلا

ِ ح

ِِث

ِ

ِِف

ِ سلاِ

ِِبا

ِِمِ.ق

ِ ثُِل

َِِمَِق

َِلاٍِة

ِ

َِص

ِِح

ِ يَِفٍِة

ِِ

ََِِِت

َِ بَِه

َِ سإِا

ِِعا

ِ ي

ِ.كِل

ُِ بِ وَِن

َِلاوا

َِم(ِ ب

َِدُِأ

ِ

ِ تلا

ِ ف

ِِس

ِِ ي

ِِ

ُ

لا

َِع

ِِصا

ِِلِ ر

ُِم

َِح

ِ م

َِدِ د

ِ رَِوَِز

ِ ُثِ ،)ة

َِِت

َِطِ

وَِر

ِ ت

ِ

ِِف

َِبلاِ

ِ ح

ِِث

ِ

ِِعلا

ِ لِِم

ِ ي

ِِِل

ُِش

َِهَِد

ُِسِ ءا

ِِبو

ِي

َِم(ِ ن

َِه

ِِج

ِ يُِة

َِِ تِ ف

ِِس

ِِ يِ

ُِقلا

ِ ر

ِِنآ

ِِِل

ِِعِ ز

َِدِة

ِ رَِوَِز

َِوِ.)ة

َِلِِك

ِ نِ

َِىَِذ

َِبلاِا

ِ ح

ُِث

ِ

َِل

َِ يِِ ب

َِح

ُِث

ِ

ِ لإ

َِحِ

ِ وَِل

ِِ

َ

لاِ ن

َِه

ِِج

ِ يِِة

ِِِلَِ ت

ِ ف

َِس

ِِ يِ

ِِعِ ز

ِة

َِدِ رَِ

وَِز

ِة

ُِعُِم

ِ وًِم

َِوِ.ا

ُِىَِو

ِ

ِ ُمَِت

ِِل

ٌِف

َِِع

ِ نِ

َِىَِذ

َِبلاِا

ِ ح

ِِث

ِِ لا

ِِذ

ُِيِي

ِِض

ِ يُِق

َِِوُِ يِ

َرِ ِ

ُِزِ

ََِم

َِلا

ِِِد

َِرَِسا

ِِتِِو

ِ

َِبلا

ِ حِِث

ِ يِِة

َِِعَِل

ِِتايآِى

ِ

َِقلا

َِص

ِِص

َِِ ف

َِق

ِ ط

.

ِ

َِوِِإ

ِ ن

َِِ نِ و

َِع

َِِى

َِذ

َِبلاِا

ِ ح

ِِث

ُِِى

َِوِ

َِبلا

ِ ح

ُِث

ِ

ِ نلا

ِ وِِع

ِ ي

َِمِ،

َِعِِ

َِِِِت

ِِبا

ِ

ِ تلا

ِ ف

ِِس

ِِ يِ

َِلا

ِِدِ ي

ِِث

ِِِل

ِِعِ ز

َِدِة

ِ رَِوَِز

ِِة

َِِ

َِم

ِ ص

َِدِِر

ِ

َِ بَِيِ

َنا

ِِتاِِو

ِ

َِسلأا

ِِسا

ِ يِِة

َِوِ.

َِِأ

ِ م

ِ

ُ

لاِا

َِؤِ لَِف

ُِتا

ِ

ُِكلاِو

ُِت

ُِب

ِ

ُِلأا

ِ خَِر

ُِتِى

ِ سَِت

ِ خ

َِدُِمِ

َِِِ

َِم

ِ ص

َِدِِر

ِ

َِ بلاَِي

َِنا

ِِتا

ِ

ِ ثلا

َِناِِو

ِ يِِة

َِوِ.

َِيِِص

ُِف

ِ

ِ ًََِث

ِا

ِِعِ ل

ِِمِ ي

َِمِا

ِ كَِت

ِِبِ ي

َِحِا

ِ ي

ُِث

َِِأ

ِ نِ

ُِِِ

ِ لِ

َِ بلاَِي

َِنا

ِِتا

ِ

َ

لاوِ،

َِص

ِِدا

ِ يِِر

ُِكلاوِ،

ُِت

ِِب

ِِ َت

ِ

ُِلا

ُِص

ِ وُِل

َِِعَِل

ِ يَِه

ِِفِا

ِ

َ

لاِ

ِ كَِت

َِبِِة

َِفِ.

َِأِ م

َِطِا

ِِرِ يَِق

ُِةِ

ِ َتِِل

ِ يِِل

ِ

َِ بلاَِي

َِنا

ِِتا

ِ

ِِف

َِىِ

َِذ

َِبلاِا

ِ ح

ِِث

َِِو

ِ ص

ِِفِ ي

ٌِةِ

ِ َتِِل

ِ يِِلِ ي

ٌِةِ

َِوِِى

َِيِ

َُِم

َِواَِل

ُِةِِِإ

ِ عِ

َط

ِِءا

ِ

ِ صلا

ِ وَِرِِة

َِِو

ِ ص

ِِفِ ي

َِوِا

ِ ساِِت

ِ ك

َِش

ُِ فا

اَهِ

َِعِِم

ِ يًِق

ِا

َِوُِمَِف

ِ ص

ًِل

َِعَِِل

َِجِى

ِِنا

ٍِب

ُِِمَِ ت

َِعِ ل

ٍِق

َِِِب

ِ وُِض

ِ وِِع

ِ

َِبلا

ِ ح

ِِث

ِ

َِحِ و

َِل

ِِ

َيآ

ِِتا

ِ

َِقلا

َِص

ِِص

ِ

ِِف

َِ تِِ ف

ِِس

ِِ يِ

َِدِ رَِ

وَِز

ِ ُثِة

ِ

َُِتِ ل

ُِلِ

ِِل

ِ عِ

َط

ِِءا

ِ

َِ فِ ه

ٍِمِ

َِو

ِِضا

ٍِح

ِ

َِحِ و

َِلِ

َِوِ ج

َِهِِة

َِِن

َِظ

ِِرِ

َِدِ رَِ

وَِز

َِوِة

َِِت

ِ طِِب

ِ يِِق

َِه

ِِفِا

َِ تِِ ف

ِِس

ِِ يِ

ُِقلا

ِ ر

َِوِ.نآ

َِيِ س

َِتِ خ

ِِدُِم

َِِى

َِذ

َِبلاِا

ِ ح

ُِث

َِِأِ ي

ًِض

ِ

َ

لاِا

ِ نَِه

َِجِ

ِ

َ

لاِ و

ُِض

ِ وِِع

ِ ي

ِِلِ،

َِسَِب

ِِب

َِِ تِ ر

ِِِِ ي

ِِزِ

َِىَِذ

َِبلاِا

ِ ح

ِِث

َِِعَِل

َِ تِى

ِ ف

ِِس

ِِ يِ

َِدِ رَِ

وَِز

َِعِة

َِل

َِقِى

َِص

ِِص

ِ

ُِقلا

ِ ر

ِِنآ

َِِ ف

َِق

ِ ط

.

ِ

َِوَِج

َِد

ِِت

ِ

َِبلا

ِِحا

َِثُِةِ

َِأِ ن

َِِق

َِص

َِص

ِ

ُِقلا

ِ ر

ِِنآ

ِ

ِِف

َِنِ

َِظ

ِِرِ

َِدِ رَِ

وَِز

َِلِة

ِ يَِس

ِ ت

ِ

َِشِ يِ

ًئ

َِغِا

ِِرِ يًِب

َِعِا

َِل

َِعلاِى

َِر

ِِب

ِِ لا

ِِذِ ي

َِنِِ

َأ

ِ صَِب

ُِح

ِاو

ُِمَِش

ِِىا

ُِد

ُِقلاِو

ِ ر

َِوِ.نآ

ِِِو

ِ فًِق

َِلِا

ُِوَِِأ

ِ ن

َِِق

َِص

َِص

ِ

ُِقلا

ِ ر

ِِنآ

َِِلِ ي

َِس

ِ ت

ِ

ِِح

َِك

َِياًِة

َِِأ

ِ تلاِو

ِِراِ ي

ِِخ

ِ

َُِمِ ر

ًِد

َِبِا

ِ لِِ

َِِ

َِنا

ِ ت

َِِن

ِِص

ِ يَِح

ًِةِ،

َِوُِق

ِ دَِو

ًِة

َِوِ،

َِمِ و

ِِع

َِظًِة

َِوِ.

َِِأِ ْ

َِب

َِت

َِِن

َِظُِرُِه

َِِى

َِذ

ِِفِا

َِتِ

ِ طِِب

ِ يِِق

َِِ تِ ف

ِِس

ِِ يِِه

ِِِل

ِِعِ د

ِِةِ

َِقلا

َِص

ِِص

ِ

ُِقلا

ِ رِِنآِ ي

ِِة.

ِ

ِ

(14)

xiv

ABSTRACT

Fatimatuzzuhra: "The Verses of the Story In Al-Tafsir Al-Hadith (Critical

Analysis of Izzah Darwazah's Interpretation)"

This study aims to examine the interpretation of Izzah Darwazah to the verses of the story in the Qur'an through his work al-Tafsir al-Hadith. In addition, this thesis seeks to prove the extent of the consistency of Izzah Darwazah in applying the views offered through his interpretive application to the verses of the story.

The author's review of several previous studies shows that Tafsir al-Hadith by Izzah Darwazah has been studied and used as the object of previous research. Such as a journal article written by Ismail K.Ponawala (Muhammad Darwazah's Principle of Modern Exegesis), and later developed in a thesis research by Syuhada Subir (Exegesis Methodology of Al-Qur’an by Muhammad Izzah Darwazah). However, the work is only about the methodology of the interpretation of Izzah Darwazah in general. In contrast, this study narrows and focuses the realm of research studies specifically on the verses of the story alone.

The type of research in this thesis is a qualitative research, with the primary data source is the book al-Tafsir al-Hadith by Izzah Darwazah. The other works or books are used as secondary data sources. This research is a library research (literature study), where the data, sources, or literature obtained are entirely bibliographical. The method of data analysis in this research is analytical descriptive, that is trying to give description as well as exploring in depth and detail to aspects related to the object of research around the verses of the story in Darwazah's interpretation and then analyzed in order to give clear understanding about Darwazah's view and its application in the interpretation of the Qur'an. This research also uses thematic method, because this research focuses only on the study of Darwazah's interpretation of Qur'anic stories only.

The author finds that the stories of the Qur'an in the view of Darwazah are not extraneous to Arabs who become audiences of the Qur'an. The stories of the Qur'an also according to him not merely as story telling or history itself, but also as advice, example, and learning. His views are evidenced in his application of interpretation of some of the stories of the Qur'an.

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Secara praktis, susunan Al-Qur‟an yang diakui umat Islam sampai saat ini adalah merupakan susunan resmi Mushaf Utsmani. Namun demikian, secara teoritis susunan Al-Qur‟an masih saja menjadi perdebatan apakah ia tauqifi atau ijtihadi.1 Kabar baiknya, susunan atau tertib ayat-ayat al-quran telah disepakati ulama bahwa ia bersifat tauqifi, yakni berdasarkan ketentuan dari Rasulullah saw. Namun kesepakatan ini terpecah ketika mereka dihadapkan dengan susunan atau urutan surat dalam Al-Qur‟an.2

Para ulama berbeda pendapat tentang susunan surat-surat Al-Qur‟an. Manna‟ al-Qaththan (w. 1999) membaginya ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama berpendapat bahwa tertib surat itu tauqifi3.

Adapun kelompok yang kedua menyatakan bahwa tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, sebab ada perbedaan tertib di dalam mushaf-mushaf mereka.4 Sedangkan kelompok ketiga berpendapat bahwa

1 Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad

Izzat Darwazah, Cetakan I, (Bandung: Pt. Mizan Pustaka, 2016), h. 23

2 Ahmad bin Ibrahim bin Zubair at-Tsaqafi, al-Burhan fi Tanasub Suwar Al-Qur‟an,

(Damam: Dar Ibnu al-Jauzi, 1428 H), h. 79

3 Yakni ditangani langsung oleh Nabi, sebagaimana diberitahukan malaikat Jibril

kepadanya atas perintah Allah swt. pendapat ini menyebutkan bahwa Al-Qur‟an pada masa Nabi surat-suratnya tersusun secara tertib sebagaimana pula tertib ayat, seperti yang ada di tangan kita pada saat ini, yaitu susunan Mushaf Utsmani di mana tidak ada seorang sahabat pun yang menentangnya. Kelompok ini berdalil bahwa Rasulullah saw telah membaca beberapa surat secara tertib di dalam shalatnya. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan, bahwa Nabi saw pernah membaca beberapa surat mufasshal (surat-surat pendek) dalam satu rakaat. al-Bukhari juga meriwayatkan dari Ibnu Mas‟ud ia berkata, „surat Bani Israil, al-Kahfi, Maryam, Thaha, dan al-Anbiya termasuk yang diturunkan di Mekkah dan yang pertama-tama aku pelajari‟, kemudian ia menyebutkan surat-surat itu secara berurutan sebagaimana susunan yang ada sekarang ini. Selain itu, Ibnu al-Hashshar mengatakan, „tertib surat dan letak ayat pada tempatnya masing-masing ialah berdasarkan wahyu. Hal tersebut telah diperkuat oleh riwayat yang mutawatir dengan tertib seperti ini, dari bacaan Rasulullah dan ijma‟ para sahabat untuk menempatkan seperti di dalam mushaf. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda, „letakkanlah ayat ini di tempat ini.‟ Lihat Manna‟ Al-Qaththan, Mabahits fi

Ulum al-Quran, (Kairo: Maktabah Wahbah, T.th), h. 135.

4 Alasan yang dikemukakan ialah adanya perbedaan mushaf di antara para sahabat

dalam urutan-urutan suratnya, karena sebagian mereka ada yang menyusun surat-suratnya berdasarkan tartib an-nuzul (urutan turunnya), seperti Mushaf Ali, yang mushafnya diawali dengan surat Iqra, lalu al-Mudatstsir, Nuun, al-Muzammil, Tabbat, at-Takwir, dan

(16)

2

sebagian tertib surat itu tauqifi dan sebagian lainnya berdasarkan ijtihad sahabat. 5

Di lain segi, yakni dalam khazanah tafsir baik klasik maupun kontemporer, Al-Qur‟an berdasarkan tartib mushafi melahirkan model tafsir yang dikenal dengan sebutan tafsir tahlili6, yakni penafsiran ayat

secara runtut dimulai dari al-Fatihah sampai dengan an-Nas. Secara umum penulisan kitab tafsir sampai tahun 1960-an ialah berdasarkan susunan mushaf tersebut. 7

Namun dalam perkembangannya, sebagai akibat perubahan realitas, tafsir model ini dinilai kurang memadai lagi untuk menjawab berbagai persoalan kehidupan umat Islam belakangan, yang tentu saja berbeda dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para mufassir

tahlili di zamannya. Oleh karena itu para pemikir Muslim mulai mencari

model tafsir baru yang dinilai mampu menjawab berbagai persoalan yang ada.8 Lalu muncul model penafsiran baru yang juga menggunakan Al-Qur‟an berdasarkan tartib mushafi, namun penafsiran ayat-ayatnya diulas secara tematik (maudhu‟i). Ayat-ayat Al-Qur‟an yang sesuai dengan tema-tema tertentu yang menjadi persoalan kehidupan umat dipilih, lalu dicarikan jawabannya di dalam Al-Qur‟an. Model ini dikenal dengan tafsir maudhu‟i.9 Kepopuleran tafsir maudhu‟i sendiri tidak hanya

seterusnya. Sedangkan Mushaf Ibnu Mas‟ud dimulai dari surat al-Baqarah, kemudian an-Nisa‟, Ali Imran. Susunan ini sangat berbeda dengan Mushaf Ali, demikian pula halnya Mushaf Ubay bin Ka‟ab, dan mushaf sahabat yang lain. Lihat Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqan

fi Ulum Al-Qur‟an, (Beirut: Muassisah al-Risalah, 2008), h. 137

5 Manna‟ Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Quran, (Kairo: Maktabah Wahbah,

T.th). Lihat juga al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum Al-Qur‟an, juz 1, (Beirut: Dar al-Fikr, 2001), dan Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum Al-Qur‟an, juz IV, (Kairo: Dar al-Ghad al-Jadid, 2006)

6 Aksin wijaya, Sejarah Kenabian …, h. 24 7

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2004), h. 73

8 Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian …, h. 24

9 Kendati sebelumnya karya ilmiah yang berbicara tentang topik-topik tertentu

dalam Al-Qur‟an sudah bermunculan, seperti Bayan fi Aqsam Al-Qur‟an karya Ibnu al-Qayyim, Majaz Al-Qur‟an karya Abu Ubaidah, Al-Nasikh wa la-Mansukh fi Al-Qur‟an karya Abu Ja‟far Nahhas, Asbab Nuzul karya Wahidi, Ahkam Al-Qur‟an karya al-Jashshash, namun penggunaan istilahnya baru muncul belakangan. Dalam artian, belum merupakan satu metode yang memiliki prosedur jelas yang berdiri sendiri. Penggunaan istilah dan perumusannya secara teoritis baru muncul belakangan, terutama sejak Abdullah Hay Farmawi (seorang pemikir Muslim Azhar) menulis Bidayah fi Tafsir

al-Maudhu‟i. Al-Farmawi menyebutkan bahwa orang yang pertama kali memperkenalkan

(17)

al-3

merambah di dunia mufassir saja, melainkan juga dalam dunia akademika, di mana para pakar atau ahli di bidang Al-Qur‟an memunculkan tema atau problem tertentu, lalu mencari jawabannya di dalam Al-Qur‟an. Meskipun demikian, namun dalam perjalanannya para ahli juga kebanyakan tetap merujuk kepada penafsiran yang sudah ada sebelumnya.

Pada saat tafsir maudhu‟i baru populer digunakan, dan belum dirasa perlu adanya tafsir lain untuk menggantikannya, dunia Islam dihebohkan oleh gerakan pemikiran orientalis dalam bidang studi Al-Qur‟an yang memperkenalkan kembali bentuk susunan Al-Al-Qur‟an berdasarkan kronologis turunnya (tartib nuzuli)10, terutama karya Theodore Nӧldeke11

yang berjudul Tarikh Al-Qur‟an.

Kendati hal ini merupakan kasus klasik dan sudah ditampilkan secara komprehensif oleh para ulama ulum Al-Qur‟an semisal al-Zarkasyi (w. 794 H) dan al-Suyuthi (w. 911 H), namun kehadiran Noldeke dan orientalis lainnya untuk saat ini justru menampilkan kembali memori perdebatan masa lalu para pemikir Muslim klasik tersebut, sembari memaksa para pemikir Muslim kontemporer untuk mendiskusikannya kembali.12

Beragam respon muncul dari para cendikiawan muslim dalam menanggapi hal ini. Pertama, yang menolak sama sekali ialah Muhammad Bahauddin Husain yang menulis al-Mustasyriqun wa

Al-Qur‟an Karim, Musytaq Basyir Ghazali yang menulis Al-Al-Qur‟an Karim fi Dirasat Mustasyriqin, Nabil Faziou yang menulis Rasul al-Mutakhayyal. Adapun yang kedua, menolak dalam beberapa hal, tetapi

menerima pada hal yang lain. Kelompok ini menggunakan Al-Qur‟an berdasarkan tartib nuzuli yang berbeda dengan orientalis pada

Azhar), lalu diikuti oleh teman-teman dan mahasiswa-mahasiswanya. Lihat Abdul Hay al-Farmawi, al-Bidayah fi Tafsir al-Maudhu‟i, (Kairo; al-Azhar, 1977), cet. Ke 2, h. 61

10 Yaitu disusun berdasarkan urutan turunnya. 11

Merupakan orientalis asal Jerman (1836-1930) yang menulis karya ilmiah di bidang studi Qur‟an dengan judul Tarikh Qur‟an. Dalam tulisannya, ia membahas Al-Qur‟an dalam konteks sejarah, yakni berupa kemunculan Al-Al-Qur‟an, pengumpulan, serta riwayatnya, terutama yang berkaitan dengan susunannya. Noldeke membagi Al-Qur‟an menjadi dua periode sesuai kategori tempat turunnya, yakni Qur‟an Makkiyah dan Al-Qur‟an Madaniyyah. Karyanya ini ditulis dalam bahasa Jerman dengan judul Die Geschichte

des Qorans, lalu dialihbahasakan oleh Jurej Tamir menjadi Tarikh Al-Qur‟an. Theodore

Noldeke, Tarikh Al-Qur‟an, terj. Jurej Tamir, (Baghdad; Mansyurat al-Jumal, 2008).

(18)

4

umumnya.13 Ini mengindikasikan bahwa penafsiran Al-Qur‟an dengan menggunakan urutan tertib turunnya masih menjadi pertimbangan dan diperbincangkan di kalangan ulama tafsir, sebab posisinya berada pada ranah metode penafsiran untuk memahami Al-Qur‟an, bukan pada ranah

qiraah Al-Qur‟an.

Terlepas dari sikap pro dan kontra terhadap susunan Al-Qur‟an dengan tartib nuzuli, beberapa pemikir Muslim justru melangkah lebih jauh dengan menulis karya tafsir berdasarkan tartib nuzuli14, seperti

Sayyid Quthb15 (w. 6611), Muhammad Izzah Darwazah (w. 1984)16, Aisyah Abdurrahman atau yang dikenal dengan bintu syathi‟17 (w. 6661), Abdurrahman Hasan Hanbakah18 (w. 2004), Muhammad „Abid al-Jabiri19 (w. 2010), Ibnu Qarnas20, dan Muhammad Quraish Shihab21.

Muhammad Izzah Darwazah (1887-1984) ialah seorang pemikir asal Palestina yang menulis sebuah kitab tafsir setebal 10 jilid, yang surat-suratnya diurutkan berdasarkan kronologis turunnya (tartib nuzuli). Kitab tafsirnya diberi nama al-Tafsir al-Hadits. Menariknya, tafsir ini ia jadikan perangkat untuk membaca sejarah kenabian Muhammad saw yang melibatkan tiga dimensi sejarah kenabian, yaitu sejarah pra kenabian, Nabi Muhammad secara pribadi, dan era kenabian Nabi Muhammad saw. Hal ini sebagaimana tertuang dalam karyanya „Ashr

13

Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian…, h. 45

14 Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian…,h. 25

15 Sayyid Quthb, Masyahid Qiyamah fi Al-Qur‟an, cet ke-16, (Kairo: Dar

al-Syuruq, 2006)

16

Muhammad Izzat Darwazah, Tafsir Hadits, (Kairo: Dar Ihya Kutub al-„Arabiyyah, 1962).

17 Aisyah menggunakan metodologi kajian sastra tematik Al-Qur‟an. Dalam

karyanya, ia menekankan aspek pembahasan kemukjizatan sastra bahasa dalam Al-Qur‟an sebagai kesatuan rasa (wahdah dzauqiyyah dan wijdaniyyah). Salah satu metode yang ditempuhnya dalam penafsirannya, yakni dengan memahami beberapa hal di sekitar nash yang ada seperti mengkaji ayat sesuai turunnya. Lihat : Aisyah Abdurrahman, Tafsir

al-Bayani li Al-Qur‟an al-Karim, (Kairo: Dar al-Ma‟arif, t.th).

18

Abdurrahman Hasan Hanbakah, Ma‟arij al-Tafakkur wa Daqa‟iq al-Tadabbur, (Damaskus: Dar al-Qalam, 2000).

19 Muhammad „Abid al-Jabiri, Fahm Al-Qur‟an al-Karim: al-Tafsir al-Wadhih

Hasba Tartib Nuzul, (Beirut: Markaz Dirasat al-Wahdah al-„Arabiyyah, 2009).

20

Ibnu Qarnas, Ahsan Qashash: Tarikh Al-Qur‟an kama Warada min

al-Mashdar ma‟a Tartib al-Suwar Hasba Nuzul, (Beirut: Mansyurat al-Jurnal, 2010).

21 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur‟an al-Karim: Tafsir atas Surat-surat

(19)

5

Nabi qabla Bi‟tsah, Sirah Rasul, dan Dustur Qurani fi Syu‟un al-Hayah.22

Dalam tafsirnya, Darwazah menyebutkan istilah konsep ideal dalam memahami Al-Qur‟an (al-khutthah al-mutsla li fahm Al-Qur‟an).23 Pemikir asal Palestina ini menawarkan prinsip dasar dalam tafsirnya bahwa Al-Qur‟an adalah satu-satunya kitab suci yang memiliki hubungan faktual dan logis dengan masyarakat Arab pra-kenabian, Nabi Muhammad secara pribadi, dan juga era kenabian Nabi Muhammad saw.24

Konsep ideal yang dimaksud pada dasarnya merupakan kesimpulan yang bersifat teknis dari tiga karya yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu „Ashr al-Nabi, Sirah al-Rasul, dan al-Dustur

Al-Qur‟ani.25

Tentu saja korelasi Al-Qur‟an dengan ketiga dimensi sejarah

kenabian Muhammad saw tersebut mengandung hikmah tertentu. Agar hikmah Al-Qur‟an itu dapat diketahui, maka seorang penafsir seharusnya menggunakan Al-Qur‟an berdasarkan tartib nuzuli.26 Menurut Darwazah, susunan kronologis ini merupakan metodologi terbaik dalam memahami al-Qur`an. Alasannya, mufassir tidak hanya mengikuti perjalanan Rasulullah dari waktu ke waktu, melainkan juga dapat mengamati tahap-tahap pewahyuan secara lebih tepat dan jelas. Dengan hal tersebut juga lebih memungkinkan pembaca tenggelam dalam suasana seputar pewahyuan Al-Qur‟an, serta dalam makna dan cakupannya, sehingga hikmah turunnya Al-Qur‟an dapat tersingkap.27

Darwazah menampik bahwa penafsiran berdasarkan tertib nuzuli ada hubungannya dengan kesucian mushaf yang dibolak balik. Alasannya, pertama, karena di satu sisi kitab tafsir bukanlah mushaf.

Kedua, ia merupakan kegiatan akademis atau ilmiah. Menafsirkan tiap

surat merupakan kegiatan yang secara substansial bersifat independen/mustaqillan yang tidak terkait dengan urutan mushaf. Sehingga, metode seperti ini tidak menjamah kesucian urutannya.28

22 Muhammad Izzat Darwazah, al-Tafsir al-Hadits, jilid 1…, h. 5 23 Muhammad Izzat Darwazah, al-Tafsir al-Hadits…, h. 141 24

Muhammad Izzat Darwazah, al-Tafsir al-Hadits …, h. 28

25 Aksin wijaya, Sejarah Kenabian…, h. 79

26 Muhammad Izzat Darwazah, al-Tafsir al-Hadits…, h. 9 27 Muhammad Izzat Darwazah, al-Tafsir al-Hadits…, h. 9 28 Muhammad Izzat Darwazah, al-Tafsir al-Hadits, jilid 1…, h. 9

(20)

6

Kendati Darwazah menafsirkan ayat dengan berdasarkan kronologis turunnya, bukan berarti ia menolak Al-Qur‟an berdasarkan

tartib mushafi. Dalam hal ini, ia membedakan posisi Al-Qur‟an sebagai

kitab suci dan posisinya sebagai kitab tafsir. Sebagai kitab suci, Darwazah tetap menggunakan Al-Qur‟an berdasarkan urutan mushafi, tetapi dalam posisinya sebagai kitab tafsir dan pemahaman, ia menggunakan susunan Al-Qur‟an berdasarkan tartib nuzuli.29

Dalam membangun penafsirannya, Darwazah menampilkan sebelas prinsip atau dasar yang kemudian disebutnya sebagai metode ideal dalam memahami Al-Qur‟an. Sebelas prinsip itu antara lain : (1) Relasi Al-Qur‟an dan sejarah kenabian (Al-Qur‟an wa sirah

al-Nabawiyah); (2) Relasi Al-Qur‟an dan lingkungan Nabi (Al-Qur‟an wa al-bi‟ah al-Nabawiyah); (3) Bahasa Al-Qur‟an (al-lughah Al-Qur‟aniyah)

; (4) Al-Qur‟an; antara prinsip fundamental (asas) dan media atau instrumen (wasa‟il); (5) Kisah-kisah Qur‟an (al-qasas

Qur‟aniyah); (6) Malaikat dan Jin dalam Qur‟an; (7) Alam dalam

Qur‟an; (8) Kehidupan akhirat dalam Qur‟an; (9) Zat Allah dalam Al-Qur‟an (10) Kaitan unit-unit Al-Al-Qur‟an dan Konteksnya; dan (11) Memahami Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an.30

Setelah dilakukan penelaahan terhadap kitab-kitab tafsir, baik klasik maupun modern, Darwazah menyebutkan bahwa ia belum menemukan satu tafsir pun yang mengikuti prinsip-prinsip yang sekaligus mendasari metode yang diterapkan dalam tafsirnya tersebut secara utuh. Dengan kata lain, metode tersebut belum diterapkan secara serius dan sistematis dalam karya tafsir sebelumnya.31 Berpijak pada kesebelas prinsip tafsirnya itu, Darwazah juga memberikan kritikan terhadap beberapa karya tafsir klasik dan modern, yang penekanannya terkait beberapa tema, seperti kisah-kisah dalam Al-Qur‟an, fenomena alam, jin dan malaikat, pemanfaatan sebagian mazhab teolog dalam tafsirnya sebagai pegangan untuk mendukung doktrin mereka misalnya tentang apakah Al-Qur‟an diciptakan (makhluq) atau tidak (qadim), termasuk juga pengeksplorasian terhadap misteri (al-asrar), dan simbol (al-rumuz) yang ada dalam Al-Qur‟an secara berlebihan, serta pengandalan beberapa mufassir atas riwayat asbab al-nuzul dan riwayat tafsir yang lemah dan

29

Abdul Majid Abdus Salam, Visi dan Paradigma Tafsir Kontemporer, terj. Moh. Maghfur Wachid, (Bangil: Al-Izzah, 1997) h. 54

30 Muhammad Izzat Darwazah, al-Qur`an al-Majid, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islami,

2000) cet. ke-2, h. 141-215

(21)

7

palsu yang disandarkan dan diidentikkan pada beberapa tafsir sahabat dan tabi‟in. 32

Salah satu prinsip dari sebelas prinsip yang telah disebutkan di atas yaitu isi Al-Qur‟an terwujud dalam dua kategori yang berbeda, yaitu prinsip fundamental (al-asas) dan alat atau media (al-wasail). Al-asas merupakan esensi, karena terdiri dari tujuan pewahyuan dan misi kenabian. Totalitas dan substansi Al-Qur‟an adalah agar manusia menyembah Tuhan yang Esa dan memberikan aturan komprehensif, yaitu syari‟at. Selebihnya, seperti sejarah nabi, ibarat, nasehat, balasan bagi orang shaleh dan siksa bagi orang jahat, perdebatan, kisah dan lainnya, merupakan media-media (wasail) pendukung untuk memperkuat

al-asas dan tujuan.33

Kisah-kisah, berita-berita tentang peristiwa sejarah masa lalu, termasuk kisah para nabi serta mukjizatnya dan berbagai siksaan yang menimpa kaum yang menentang para nabi dan Allah, menurut Darwazah bukanlah sesuatu yang asing dari masyarakat Arab yang menjadi audiens dan pendengar awal Al-Qur‟an, baik mendengarkan secara langsung atau tidak, secara terperinci maupun global. Sama saja, apakah itu semua terdapat di dalam kitab-kitab Ahli kitab atau yang beredar di kalangan mereka, baik yang masih sesuai, sudah ada tambahan atau penjelasan dengan yang terdapat di dalam Al-Qur‟an. Atau yang tidak ada di dalam kitab-kitab mereka, misalnya kisah tentang umat-umat dan nabi-nabi terdahulu. Baik nama-nama mereka terdapat di dalam kitab suci mereka seperti kisah tentang Nabi Ibrahim, hamba yang saleh bersama Nabi Musa, Qarun, pengendalian jin oleh Nabi Sulaiman, dan al-Masih. Atau yang berhubungan dengan umat-umat dan negara-negara Arab dan nabi-nabi yang namanya tidak ada di dalam kitab-kitab mereka, seperti kaum „Ad, Tsamud, Saba‟, Syu‟aib, Luqman, dan Dzulqarnain.34

Dengan adanya kisah nabi-nabi, kaum terdahulu, ataupun sosok yang disebutkan Al-Qur‟an, Darwazah kemudian memberikan suatu penjelasan. Pertama, kisah-kisah tersebut tidak sepenuhnya asing bagi orang Arab, karena mereka, khususnya penduduk Mekkah sangat dekat

32 Muhammad Izzat Darwazah, al-Tafsir al-Hadits…, h. 205- 275

33 Ismail K.Ponawala, “Muhammad Darwazah‟s Principle of Modern Exegesis: A

contribution toward quranic hermeneutics”, Terj. Farid F. Saenong, Jurnal Studi al-Qur`ân,

Vol. I, No. 1, Januari 2006, h.134

34 Muhammad Izzat Darwazah, Tafsir Hadits, (Kairo, Dar Ihya Kutub

„Arabiyyah, 1962), h. 162. Lihat juga Muhammad Izzat Darwazah, Al-Qur‟an wa

(22)

8

dengan Injil.35 Kedua, cerita-cerita itu disebutkan dalam Al-Qur‟an, bukan sebagai model penuturan atau pengungkapan sejarah, melainkan untuk menggambarkan moral, mengilustrasi suatu hal, mempertajam fokus perhatian, dan mendukung pesan-pesan dasarnya.36

Inilah yang menarik penulis untuk melakukan kajian tentang kisah Al-Qur‟an, di samping ayat-ayat kisah menjadi cerminan pembelajaran bagi manusia, kandungan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah juga jauh lebih banyak ketimbang ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Ini mengisyaratkan bahwa al-Quran memberi perhatian terhadap persoalan kisah dan mempunyai misi besar dalam mengungkapkan pesan-pesannya melalui kisah. Penelitian ini akan dispesifikkan hanya dalam perspektif Izzah Darwazah, di mana Darwazah menyebutkan ayat-ayat kisah sebagai salah satu prinsip dalam membangun penafsirannya yang telah diulas dalam pengantar tafsirnya. Di antara alasan penulis memilih Izzah Darwazah dan tafsirnya sebagai objek penelitian adalah:

Pertama; metode penafsirannya disusun berdasarkan kronologi

pewahyuan Al-Qur‟an yang dibangun atas kesebelas prinsip dasar. Hal ini dipandang baru dalam ranah kajian tafsir.

Kedua; hadirnya pemikiran Darwazah merupakan reaksi kritis

terhadap penafsiran yang sudah ada sebelumnya, tetapi di balik itu sesungguhnya Darwazah menawarkan pola pemikiran logis yang diramunya sedemikian rupa. Dalam hal ini, ia menyebut konsep idealnya dengan istilah al-khutthah al-mutsla li fahm Al-Qur‟an.

Ketiga; ayat-ayat kisah pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari

sejarah. Adapun Darwazah, ia mempunyai dua kecenderungan utama dalam bidang keilmuan, yakni sejarah dan tafsir. Terbukti dari beberapa karya intinya yakni „Ashr al-Nabi wa Bi‟atuhu Qabla al-Bi‟tsah, Sirah

al-Rasul: Shuwar Muqtabasah min Al-Qur‟an, Dustur Al-Qur‟an fi

35

Untuk mendukung argumentasinya, Darwazah mengutip Q.S. al-Rum 30;9, Ghafir 40; 21, al-Hajj 22; 45-46, al-Shaffat 37; 133-138, al-Qashash 28; 58, al-„Ankabut 29; 38, Fajr 89; 6-11, dan Hud 11; 100. Lihat Muhammad Izzat Darwazah, Qur`an

al-Majid, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islâmi, 2000) cet. ke-2

36 Untuk mendukung pernyataannya, Darwazah mengutip beberapa ayat Al-Qur‟an,

antara lain Q.S. A‟raf 7; 101, 163-166, 175-177, Maidah 5; 32-33, Anfal 8; 53-54, al-Syu‟ara 26; 8, al-Taubah 9; 69-70, Yunus 10; 13, 71-98, Yusuf 12; 111, al-Ra‟d 13; 38-42. Lihat Lihat Muhammad Izzat Darwazah, Al-Qur‟an Majid, (Beirut: Dar Gharb al-Islami, 2000) cet. ke-2

(23)

9

Syu‟un wa al-Hayah, Al-Qur‟an al-Majid sebagai pengantar tafsirnya,

dan kitab tafsirnya sendiri yaitu al-Tafsir al-Hadis. Oleh karenanya, penting untuk diteliti seperti apa penafsiran seorang mufassir yang ahli di bidang sejarah ketika berhadapan dengan ayat-ayat kisah.

Ketiga hal inilah yang menjadikan karya Izzah Darwazah ini layak untuk diteliti, sehingga menarik penulis untuk mengkaji lebih mendalam tentang penafsiran Izzah Darwazah, secara khusus yang berkaitan dengan ayat-ayat kisah.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncul beberapa permasalahan dalam penelitian ini yang dapat diidentifikasi sebagai berikut ;

a. Perbedaan pendapat ulama terkait susunan surat Al-Qur‟an. b. Pergeseran metode penafsiran Al-Qur‟an dari waktu ke waktu. c. Tafsir nuzuli yang menjadi perbincangan para ilmuwan muslim. d. Konsep ideal yang ditawarkan Izzah Darwazah dalam memahami

Al-Qur‟an.

e. Metode penafsiran Izzah Darwazah.

f. Relasi Al-Qur‟an dengan sejarah kenabian Muhammad saw. g. Prinsip ushul dan wasail menurut Izzah Darwazah.

h. Kisah-kisah Al-Qur‟an dalam penafsiran Izzah Darwazah.

2. Pembatasan Masalah

Dari sekian poin permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini hanya akan dibatasi dan difokuskan pada poin h saja, dengan tujuan untuk menghindari penelitian yang terlalu melebar, sehingga mengakibatkan tidak tuntasnya penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini, peneliti memberi batasan bahwa penelitian ini hanya membahas penafsiran Darwazah terhadap ayat-ayat kisah dalam Al-Qur‟an. Kemudian sebagai bentuk aplikasi penafsirannya terhadap kisah-kisah Al-Qur‟an, penulis mengambil beberapa kisah-kisah, yaitu kisah-kisah ashab

al-kahfi, kisah Musa dan hamba yang shalih, Dzulqarnain dan Ya‟juj

Ma‟juj, Harut dan Marut, Thalut, kisah seorang yang melewati suatu desa, dan kisah dua putra Adam as.

(24)

10

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi :

1. Bagaimanakah penafsiran Izzah Darwazah terhadap ayat-ayat kisah yang terdapat di dalam Al-Qur‟an?

2. Sejauh mana konsistensi Izzah Darwazah dalam menerapkan pandangan yang ditawarkannya melalui aplikasi penafsiran terhadap ayat-ayat kisah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji penafsiran dan pemikiran Izzah Darwazah terkait dengan ayat-ayat kisah dalam Al-Qur‟an. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan secara mendetail penafsiran Izzah Darwazah terhadap ayat-ayat kisah yang terdapat di dalam Al-Qur‟an.

2. Membuktikan konsistensi Izzah Darwazah dalam menerapkan pandangan yang ditawarkannya melalui aplikasi penafsiran terhadap ayat-ayat kisah.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan atau signifikansi yang terealisasi dari penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalam dua dataran, yaitu secara teoritis dan praktis.

1. Pada dataran teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemahaman terhadap analisis mengenai prinsip-prinsip dan metode penafsiran Izzah Darwazah, khususnya terkait penafsirannya terhadap ayat-ayat kisah, dengan harapan nantinya dapat dikembangkan dan dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut.

2. Dalam dataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan informasi dan kontribusi pemahaman yang lebih mendalam, dalam mengungkap pemahaman terhadap ayat-ayat kisah, di mana peneliti meyakini bahwa semua peristiwa dalam kisah-kisah Al-Qur‟an adalah benar-benar terjadi di dunia nyata. Sehingga ini memberikan kontribusi secara umum bagi masyarakat untuk menjadikan ayat-ayat kisah sebagai pembelajaran dan cerminan di masa sekarang, juga masa yang akan datang. Selain itu pula, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi khazanah ilmu

(25)

11

pengetahuan, serta terhadap konsep-konsep aktual terutama mengenai masalah-masalah yang menyangkut metode penafsiran Al-Qur‟an.

E. Kajian Pustaka

Hasil review penulis terhadap beberapa studi terdahulu yang dianggap relevan dengan kajian ini, baik yang berkaitan dengan Muhammad Izzat Darwazah maupun ayat-ayat kisah, di antaranya adalah; 1. Tesis yang ditulis oleh Syuhada Subir dengan judul Metodologi Tafsir

Al-Qur‟an Muhammad Izzah Darwazah; Kajian tentang Penafsiran Al-Qur‟an Berdasarkan Tartib Nuzuli (Kronologi Pewahyuan),

sebagai syarat meraih gelar Magister dalam bidang Pengkajian Islam di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009.37 Dalam tesis tersebut penulis mengkaji tentang metodologi penafsiran Muhammad Izzah Darwazah secara umum serta bentuk pengaplikasiannya dalam beberapa surat Al-Qur‟an, antara lain surat

al-Fatihah, al-Zalzalah, al-Ra‟d, ar-Rahman, al-Insan, al-„Alaq, dan an-Nashr.

2. Artikel jurnal yang ditulis oleh Ismail K. Ponawala dalam Approaches

To The Qur‟an dengan judul “Muhammad Darwazah‟s Principle of Modern Exegesis: A Contribution Toward Quranic Hermeneutics”,

dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Farid F. Saenong.38 Dalam artikel tersebut penulis sebatas memperkenalkan tafsir karya Darwazah dengan mengulas secara singkat prinsip-prinsip yang dijadikan pijakan oleh Darwazah dalam penafsirannya, yang dinilai sebagai sebuah kontribusi terhadap perkembangan metode hermeneutika komprehensif.

3. Buku yang ditulis oleh Aksin Wijaya dengan judul Sejarah Kenabian:

Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat Darwazah.39

Melalui karyanya, ia mendeskripsikan pemikiran dan penafsiran Darwazah atas Al-Qur‟an. Dalam hal ini, poin yang dititikberatkan dalam karyanya adalah menafsir sejarah kenabian Muhammad dalam

37 Syuhada Subir, “Metodologi Tafsir Al-Qur‟an Muhammad Izzah Darwazah;

Kajian tentang Penafsiran Al-Qur‟an Berdasarkan Tartib Nuzuli (Kronologi Pewahyuan)”,

Tesis dalam Bidang Kajian Islam, SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

38

Ismail K.Ponawala, “Muhammad Darwazah‟s Principle of Modern Exegesis: A

contribution toward quranic hermeneutics”, Terj. Farid F. Saenong, Jurnal Studi al-Qur`ân,

Vol. I, No. 1, Januari 2006

39 Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad

(26)

12

perspektif tafsir nuzuli-nya Darwazah. Kajian tersebut dibagi menjadi empat bahasan, yaitu tafsir al-Quran terhadap masyarakat Arab pra-kenabian Muhammad, tafsir al-Quran terhadap kehidupan pribadi Nabi Muhammad, tafsir al-Quran terhadap masyarakat Arab era kenabian Muhammad, dan dari Islam prinsipil-Mekkah ke Islam praksis-Madinah.

4. Artikel yang ditulis oleh Lenni Lestari yang diterbitkan dalam jurnal

Suhuf dengan judul Menstrual Taboo dan Kontrol Sosial Perempuan Menurut Muhammad „Izzah Darwazah: Studi Intertekstualitas Terhadap Al-Qur‟an dan Bibel.40 Artikel ini membahas tentang

menstrual taboo menurut Darwazah, yang menjelaskan permasalahan

dalam perspektif Al-Qur‟an dan Bibel. Selain itu, artikel ini juga menjelaskan tentang pengaruh menstrual taboo terhadap relasi antara laki-laki dan perempuan serta berusaha menangkap respon Darwazah terhadap permasalahan ini.

5. Artikel berjudul Penafsiran Ayat-Ayat Gender (Telaah Atas

Pemikiran Muhammad Izzat Darwazah Dalam Kitab Tafsir Al-Hadis)

yang ditulis oleh Rindom Harahap41. Dalam artikel tersebut penulis menyebutkan temuannya bahwa Muhammad Izzat Darwazah dalam menafsirkan ayat tentang gender lebih mengacu kepada penafsir yang terdahulu seperti Muhammad Abduh yang mana penafsiran lebih moderat walaupun beliau tinggal di tengah-tengah keluarga dan lingkungan yang tradisionalis namun tidak terpengaruh oleh lingkungannnya. Izzah Darwazah juga dalam penafsirannya tidak terlepas dari Historical Context (asbab an- nuzul).

6. Artikel yang ditulis oleh Rukimin dengan judul “Kisah Dzulqarnain

dalam Al-Qur‟an Surat al-Kahfi: 83-101 (Pendekatan Hermeneutik)”

tahun 2014.42 Dalam artikel tersebut, kisah Dzulqarnain yang

terdapat dalam surat al-Kahfi dianalisis dengan menggunakan

40

Lenni Lestari, “Menstrual Taboo dan Kontrol Sosial Perempuan Menurut

Muhammad „Izzah Darwazah: Studi Intertekstualitas Terhadap Al-Qur‟an dan Bibel”,

Suhuf, vol. 8, No. 2, Juni 2015.

41 Rindom Harahap, " Penafsiran Ayat-Ayat Gender (Telaah Atas Pemikiran

Muhammad Izzat Darwazah Dalam Kitab Tafsir Al-Hadis)", Manhaj, Vol. 4, No. 3,

September-Desember 2016.

42 Rukimin. "Kisah Dzulqarnain dalam Al-Qur‟an Surat Al-Kahfi: 83-101

(Pendekatan Hermeneutik)." Profetika, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 138-159.

(27)

13

pendekatan hermeneutik, yakni hermeneutik gramatikal Schleiermacher dan teori historis-humanistik Muhammad Talbi. 7. Tesis dengan judul “Kisah Hamba Allah (Khidhir) dalam Surah

al-Kahfi Menurut Pandangan Mufassirin” yang ditulis oleh Ilyas

Bustamin.43 Tesis ini mengulas tentang kisah Khidhir dan hikmahnya berdasarkan pandapat dari para mufassir.

8. Tesis dengan judul “Qashash Al-Qur‟an dalam Perspektif Sayyid

Thanthawi” yang ditulis oleh Dani Mohammad Ramdani.44

Penelitian ini berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Sebagian dari karya yang telah disebutkan membahas metodologi penafsiran Darwazah secara umum, serta penerapannya pada surat-surat tertentu. Yang lain memfokuskan penafsiran Darwazah yang menghubungkan relasi Al-Qur‟an dengan sejarah kenabian. Karya yang lain, mengulas pandangan Darwazah terhadap tema tertentu, seperti gender dan

menstruasi taboo. Tulisan lainnya menganalisis surat al-Kahfi dengan

pendekatan hermeneutika, namun dalam pandangan Schleiermacher dan Muhammad Talbi. Dan dua karya terakhir meneliti tentang kisah Al-Qur‟an dengan perspektif yang berbeda. Adapun penulis, meneliti kisah al-Qur‟an dalam pandangan Izzah Darwazah.

Sejauh tinjauan pustaka yang telah dilakukan, penulis baru menemukan beberapa karya di atas yang bertalian dengan sosok Izzah Darwazah. Oleh karena itu, hal ini tidak menutup kemungkinan jika ditemukan adanya karya lain yang berbicara tentang Izzah Darwazah. Adapun terkait kisah, pada dasarnya, kajian terhadap kisah Al-Qur‟an tidak sedikit yang sudah membahasnya, namun dalam perspektif atau pandangan tokoh yang berbeda. Sejauh penelaahan yang telah dilakukan, belum ditemukan karya tulis yang secara khusus membahas ayat-ayat kisah perspektif Darwazah serta aplikasinya dalam tafsir. Di posisi inilah letak kontribusi dari penelitian ini.

43 Ilyas Bustamin, “Kisah Hamba Allah (Khidhir) dalam Surah al-Kahfi Menurut

Pandangan Mufassirin”, Tesis dalam Konsentrasi Ulum Al-Qur‟an dan Ulum al-Hadis,

Program Pascasarjana Institut Ilmu al-Quran Jakarta, 2015.

44

Dani Mohammad Ramdani, “Qashash Al-Qur‟an dalam Perspektif Sayyid

Thanthawi (Kajian Tafsir Tematik Hikmah Kisah Ulu al-„Azmi)”, Tesis dalam Konsentrasi

Ulum Al-Qur‟an dan Ulum al-Hadis, Program Pascasarjana Institut Ilmu al-Quran Jakarta, 2016.

(28)

14

F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam tesis ini ialah penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.45 Penelitian jenis ini yakni menuturkan, menganalisis, dan memfokuskan kajiannya terhadap penunjukan makna, deskriptif, dan penempatan data pada konsepnya masing-masing dalam bentuk kata-kata bukan angka.46 Atau dengan ungkapan lain menguraikan dengan kata-kata dan menganalisis satu persatu hal-hal yang menyangkut pokok permasalahan.

2. Sumber Data

Sumber data dibagi menjadi dua bagian, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data atau bahan primer dalam penelitian ini adalah karya tafsir Darwazah yang berjudul Al-Tafsîr al-Hadîts. Sedangkan karya-karya Darwazah lainnya, seperti Qur`ân Majîd, „Asr

Nabi wa Bî‟atuhu Qabl Bi‟tsah; Suwar Muqtabasah Min al-Qur`ân al-Karîm wa Dirâsât wa Tahlîlât al-Qur`âniyah, Sîrah al-Rasûl Sallallâhu „Alaihi Wasallam; Suwar al-Muqtabasah Min al-Qur`ân al-Karîm dan al-Dustûr al-Qur`âniyah wa al-Sunnah al-Nabawiyah fî Syu`ûn al-Hayât, Al-Qur‟an wa al-Mulhidun, serta buku-buku lainnya

yang berkaitan dengan pembahasan ini merupakan sumber data sekunder yang melengkapi kesempurnaan kajian dalam penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah bersifat kepustakaan (library research), di mana penulis menempuh teknik survey kepustakaan dan studi literatur. Survey kepustakaan yaitu menghimpun data yang berupa sejumlah literatur yang diperoleh di perpustakaan atau pada tempat lain ke dalam sebuah daftar bahan-bahan pustaka. Sedangkan studi literatur adalah mempelajari, menelaah, dan mengkaji bahan pustaka yang berhubungan dengan masalah yang menjadi objek atau masalah penelitian.

45 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004), h. 4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitis, yang bertujuan mendeskripsikan atau memberikan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif Analisis, yaitu teknik pengumpulan data yang membuat gambaran secara sistematik dan

Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analitis, yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis, faktual, dan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kapustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data

Analisis data dari penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan metode deskriptif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai penelitian berdasarkan data

Metode yang akan digunakan metode deskriptif-analitis yaitu peneliti ingin mencoba mendeskripsikan konstruksi dasar teori produksi Muhammad Hasan as Syaibani, lalu

Metode Analisis Data Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode penelitian tematik, yaitu suatu cara menafsirkan Al-Qur‟an dengan mengambil tema

Mutawalli Asy-Sya‟rawi dll, dari sekian banyaknya yang telah disebut yang paling sering disebut yakni Al-Biqa‟i.61 Dalam keluasan menjelaskan tafsirnya Quraish Shihab menggunakan