• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMASARAN KERAJINAN BESEK DI KABUPATEN PURWOREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMASARAN KERAJINAN BESEK DI KABUPATEN PURWOREJO"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Oleh Endang Retnowati

112310032

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2016

(2)
(3)
(4)
(5)

v PRAKATA

Sujud syukurku kusembahkan kepada Allah SWT, atas takdirMu telah Kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman, dan bersabar dalam menyelesaikan skripsi ini dengan judul : Pemasaran Besek Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-citaku. Tak lupa, kupersembahkan hasil karyaku yang sederhana ini dan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo Drs.H.Supriyono, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang telah memberikan izin kepada penyusun mengadakan penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Program Studi Agribisnis, yang telah memberikan perhatian dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Ir.Zulfanita, M.P. selaku dosen pembimbing I dan bapak Istiko Agus Wicaksono SP M.Sc selaku dosen pembimbing II, yang senantiasa sabar dalam membimbing saya dan memberikan motivasi dari usulan hingga menjadi sebuah skripsi.

5. Pemerintah Kabupaten Purworejo, yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam penelitian.

(6)

vi

6. Pelaku industri rumah tangga di kecamatan Bener , yang telah memberikan data/keterangan untuk penyusunan laporan skripsi ini.

7. Kedua orangtuaku, yang tak pernah lelah memberikan semangat, motivasi, perhatian, dan do’a tiada hentinya.

8. Teman-teman kos eva, retno, umi ani dan itas yang selalu menghiburku dan member semangat tiada hentinya.

9. Teman-teman seperjuanganku prodi Agribisnis angkatan 2011, yang telah memberikan masukan, bantuan moril maupun spiritual penyusunan skripsi ini.

Semoga hasil karyaku yang sederhana ini, dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi bagi pembaca.

Purworejo, September 2016

(7)

vii

ABSTRAK

Endang Retnowati. NIM: 112310032. Pemasaran Kerajinan Besek di Kabupaten Purworejo. Program Studi Agribisnis. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) saluran pemasaran besek kecamatan Bener, (2) biaya, marjin dan share pemasaran besek kecamatan Bener. (3) bagian harga yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran. (4) pemasaran besek kecamatan Bener apakah sudah efisien. Pegambilan lokasi penelitian dengan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel pengrajin besek secara purposive

sampling. Pengambilan sampel pedagang secara snowball sampling.

Hasil penelitian menyimpulkan terdapat tiga saluran pemasaran besek di kecamatan Bener yaitu Pola 1 (Pengrajin – Konsumen), Pola II (Pengrajin – Pedagang Pengecer – Komsumen), Pola III (Pengrajin- Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer – konsumen). Total biaya pemasaran pola I (Rp 0,-), pola II (Rp 48.70,-) dan, pola III (67.2,-). Total marjin pemasaran pola I (Rp 0,-), II (Rp 200,-) dan pola III (Rp 250,-). Bagian harga masing- masing yang diterima pengrajin pola I sampai pola III adalah 100 %, 71,43 %, 58,82 %. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran kerajinan besek di kabupaten Purworejo pada pola pemasaran I yaitu 0 %, pola pemasaran II 6.9571 % dan pola pemasaran III 7.5294 % masuk dalam kategori efisien dikarenakan angka yang dicapai berada pada

range 0 – 33 % yang merupakan batas efisiensi pemasaran suatu produk.

(8)

viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii PERNYATAAN……… .. iv KATA PENGANTAR……….. .. v ABSTRAK……… .. vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 7 C. Batasan Masalah ... 9 D. Rumusan Masalah ... 9 E. Tujuan Penelitian ... 9 F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... 11

A. Kajian Teori ... 11

B. Tinjauan Pustaka ... 26

C. Kerangka Pikir ... 44

D. Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Desain Penelitian ... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

C. Populasi dan Sampel ... 48

D. Definisi Operasional ... 53

E. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ... 55

F. Pembatasan Masalah dan Asumsi……… . 57

G. Instrumen Penelitian………. 57

H. Analisis Data ………. 57

BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 61

A. Kondisi Geografis ... 61

(9)

ix

C. Keadaan Penduduk ... 66

D. Keadaan Pertanian ... 70

E. Keadaan Industri ... 71

F. Keadaan Industri Kerajinan Besek ... 71

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 76

A. Identitas Pengrajin ... 76

B. Identitas Pedagang Pengumpul dan Pengecer ... 81

C. Saluran Lembaga Pemasaran ... 82

D. Fungsi-fungsi Pemasaran ... 83

E. Analisis Biaya, Margin dan share ... 86

F. Bagian Harga yang Diterima Pengrajin... 92

G. Efisiensi Pemasaran ... 93

DAFTAR PUSTAKA……… . 97 LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jenis Bambu, Diameter, Tebal Dinding, Panjang Satu Ruas dan

Kegunaan……….. 2

Tabel 2. Kecamatan Penghasil Besek dan Pengrajin Besek di Kabupaten

Purworejo tahun 2014……….. … 4

Tabel 3. Jumlah Pengrajin Besek dan Rata-rata Jumlah Produksi Besek

Kecamatan Bener Per Bulan Tahun 2014………... … 5 Tabel 4. Rangkuman Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

dengan Penelitian ini……….... … 42 Tabel 5. Jumlah Pengrajin terbanyak per Desa terbanyak di Kecamatan

Bener………... 52

Tabel 6. Luas Kecamatan Bener Dirinci dari Jenis Tanah………. 62

Tabel 7. Statistik Geografi Kecamatan Bener………... 63

Tabel 8.Luas, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga………... 64

Tabel 9.Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk………. … 65

Tabel 10.Penduduk Menurut Umur ……….. 66

Tabel 11.Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian……… 68

Tabel 12.Jumlah Pengrajin Besek Kecamatan Bener………. 75

Tabel 13. Pengrajin Berdasarkan Umur………. 76 Tabel 14.Identitas Pengrajin Berdasarkan Tingkat Pendidikan………. 78

(11)

xi

Tabel 15.Data Identitas Pedagang Pengumpul ……….. 79

Tabel 16.Jumlah Pengrajin Menurut Pola Saluran ……… 81

Tabel 17.Fungsi-fungsi Pemasaran pada Lembaga Pemasaraan ……… 82

Tabel 18. Pola Pemasaran I……… 84

Tabel 19.Analisis Margin Pola II ……… 85

Tabel 20 Analisis Margin dan Share Pola III……….. 87

Tabel 21 Persentase Harga yang Diterima Pengrajin ………. 89

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Jenis dan Ukuran Besek ………... 33 Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran………. 44 Gambar 2. Bagan Saluran Pemasaran Besek………. 72

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Identitas Responden Key Informan Kunci Lampiran 2. Tataniaga Pemasaran Besek

Lampiran 3. Identitas key informan pendukung

Lampiran 4. Saluran pemasaran pola I (Pengrajin – Konsumen)

Lampiran 5. Saluran Pemasaran Pola II (Perajin – Pedagang Pengecer – Konsumen) Lampiran 6. Perhitungan Pola Pemasaran II

Lampiran 7. Perhitungan Pola P emasaran III

Lampiran 8. Perhitungan Pedagang Pengecer Pola Pemasaran III Lampiran 9. Perhitungan Kerajinan Besek Per Biji

Lampiran 10. Data Identitas Pedagang Pengumpul dan Volume Pembelian Lampiran 11. Gambar Contoh Besek yang Sudah ber inovasi

(14)

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bambu merupakan salah satu potensi kekayaan alam yang menonjol di Indonesia. Bambu merupakan hasil hutan bukan kayu. Bambu biasa ditemukan di hutan, ladang, pinggir sawah dan pekarangan rumah. Bambu mempunyai manfaat yang sangat banyak dari segi ekonomi, segi ekologi dan segi sosial budaya. Tinjauan dari segi ekonomi ialah kebanyakan etnik di Indonesia menggunakan bambu dalam kehidupan sehari-hari. Terlihat penggunaan bambu sebagai peralatan rumah tangga, bahan bangunan rumah, peralatan kesenian dan bahan makanan. Tinjauan segi ekologi, bambu dapat menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat air dan tanah. Segi sosial budaya bambu dapat dijadikan alat musik seperti angklung dan suling (Anonim, 2014 : 21).

Pengembangan agribisnis bambu merupakan upaya strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya yang berada di pedesaan. Bambu cukup mempunyai daya saing ekonomi di Indonesia. Usaha produk kerajinan bambu saat ini terus berkembang dan memiliki kelayakan yang tinggi khususnya untuk usaha kecil dan menengah. Industri dari produk bambu diantaranya adalah kerajinan anyaman salah satunya besek (Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, 2014). Indonesia memiliki kekayaan pohon bambu cukup besar dibandingkan dengan negara lainnya. Sepuluh persen atau seratus lima puluh tujuh jenis pohon bambu dari total seribu lima ratus jenis

(15)

pohon bambu di dunia ada di Indonesia (Anonim, 2015 : 07). Berdasarkan perkiraan potensinya di Indonesia sekitar tigabelas jenis tanaman bambu tumbuh dan telah lama dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Empat jenis tanaman bambu yang umum digunakan untuk membuat kerajinan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1

Jenis Bambu, Diameter, Tebal Dinding, Panjang Satu Ruas dan Kegunaan

No Jenis Bambu Diameter Tebal Dinding Panjang Satu Ruas Kegunaan 1 Bambu Apus (Gigantochloa apus) 2,5 – 15 cm 6-13 mm 45-65 cm Bahan baku anyaman dan alat musik. 2 Bambu Betung (Dendrocalamus asper Schult. F. Backer) 20 cm 1-1,5 cm 40-60 cm Bahan bangunan, furnitur dan bahan pangan. 3 Bambu Gombong atau

Ater (Gigantochloa Verticilata Munro G. Atter Kurz) 2,5 – 15 cm 5-10 cm 45- 65 cm Bahan baku bangunan, kerajinan tangan, pipa air dan pagar. 4 Bambu Tutul (Bambusa

vulgaris Schrad)

10 cm 10-15 mm 20-45 cm Bahan baku furnitur, sangkar burung dan alat musik.

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan (2014)

Tabel 1 dikemukakan bahwa bambu adalah tanaman yang serbaguna. Empat jenis bambu pada tabel 1 dapat digunakan untuk kebutuhan manusia sebagai bahan anyaman, bangunan, furnitur, sangkar burung dan alat musik. Kebutuhan manusia akan bahan pangan juga dapat dipenuhi oleh bambu yang masih muda biasa di sebut dengan rebung. Rebung dapat diolah menjadi berbagai macam masakan. Bagian bambu yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah batang yang sudah tua, seperti yang dilakukan oleh masyarakat di kecamatan Bener kabupaten Purworejo, memanfaatkan bambu

(16)

yaitu bagian batang sebagai bahan baku pembuat besek. Banyaknya pengrajin besek yang berjumlah 508 orang di kecamatan Bener, hal ini yang menjadi dasar bahwa kecamatan Bener merupakan sentra industri rumah tangga kerajinan besek di kabupaten Purworejo. Kecamatan Bener layak dijadikan sebagai tempat penelitian. Kegiatan industri terutama industri rumah tangga seperti kerajian besek yang berada di wilayah pedesaan tidak sulit untuk menemukan bahan baku berupa batang bambu.

Besek dalam bahasa Indonesia adalah kerajinan yang terbuat dari bambu yang dianyam, sejenis wadah tumbu atau wakul bentuknya kecil serta ada tutupnya dan berasal dari Jawa. Besek mempunyai tinggi rata-rata sekitar 8-15 cm sementara sisi lainnya sekitar 18-31 cm. Besek merupakan salah satu hasil budaya Indonesia yang unik mulai dari bentuk hingga fungsinya di masing-masing daerah, terutama daerah Jawa. Besek terbukti tidak mengandung bahan kimia apapun dalam proses pembuatannya sehingga aman untuk wadah makanan (Gerbono, A dkk, 2011 : 67-68).

Menurut Dinas Koperasi Perindustrian, Perdagangan dan Pariwisata kabupaten Purworejo pada tahun 2014, enam belas kecamatan yang berada di kabupaten Purworejo, sepuluh diantaranya merupakan kecamatan penghasil besek. Kecamatan penghasil besek yaitu kecamatan Bagelen, kecamatan Kaligesing, kecamatan Purworejo, kecamatan Kutoarjo, kecamatan Pituruh, kecamatan Kemiri, kecamatan Bruno, kecamatan Gebang, dan kecamatan Loano. Penghasil besek paling banyak terdapat di kecamatan Bener.

(17)

Kerajinan besek merupakan industri rumah tangga. Industri rumah tangga bambu merupakan salah satu dari industri kecil nasional yang saat ini berkembang pesat (Badan Pusat Statistik, 2014 : 25). Pembangunan industri kecil antara lain ditujukan untuk meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi lemah memperkuat dan meratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Industri rumah tangga dapat meningkatkan devisa negara dan menunjang stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional. Pengrajin besek di kabupaten Purworejo diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat dan mengentaskan dari kemiskinan. Kecamatan penghasil besek di kabupaten Purworejo disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2

Kecamatan Penghasil Besek dan Jumlah Pengrajin Besek di Kabupaten Purworejo pada Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah Pengrajin (orang)

1 Grabag 0 2 Ngombol 0 3 Purwodadi 0 4 Bagelen 17 5 Kaligesing 50 6 Purworejo 2 7 Banyuurip 0 8 Bayan 0 9 Kutoarjo 52 10 Butuh 0 11 Pituruh 68 12 Kemiri 447 13 Bruno 25 14 Gebang 340 15 Loano 390 16 Bener 508 Jumlah 1,899

(18)

Berdasarkan Tabel 2 kecamatan penghasil besek di kabupaten Purworejo terdapat di kecamatan Bagelen, Kaligesing, Purworejo, Kutoarjo, Pituruh, Kemiri, Bruno, Gebang, Loano dan Bener, sedangkan enam kecamatan lainnya yaitu kecamatan Grabag, Ngombol, Purwodadi, Banyuurip, Bayan dan Butuh tidak terdapat pengrajin besek. Pengrajin besek terbanyak terdapat di kecamatan Bener yang berjumlah 508 pengrajin. Kesimpulan dari Tabel 2 adalah kecamatan Bener merupakan sentra kerajinan besek di kabupaten Purworejo. Jumlah pengrajin industri kerajinan besek kecamatan Bener disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3

Jumlah Pengrajin Besek dan Rata-rata Jumlah Produksi Besek Kecamatan Bener per Bulan

No Desa Jumlah Pengrajin (orang)

Rata-rata Produksi (Bulan /biji) 1 Kedung Pucang 22 1320 2 Kaliurip 16 569 3 Kaliwader 21 1260 4 Kalitapas 17 521 5 Benowo 20 700 6 Caraban Kidul 15 450 7 Caraban Lor 18 500 8 Wadas 10 500 9 Kedung Loteng 7 210 10 Bener 21 1260 11 Kaliboto 19 445 12 Sendangsari 11 346 13 Karangsari 20 1267 14 Guntur 30 1360 15 Legetan 26 1270 16 Kertosari 21 1289 17 Kamijoro 18 800 18 Bleber 19 500 19 Pekacangan 22 1276 20 Medono 23 1267 21 Jati 17 500 22 Mayungsari 13 879 23 Kalijambe 19 400 24 Sukowuwuh 20 550 25 Limbangan 22 1257 26 Nglaris 16 480 27 Sidomukti 19 600

(19)

28 Ngasinan 6 180

Jumlah 508 15,270

Sumber : UMKM Kecamatan Bener (2014)

Berdasarkan Tabel 3 pengrajin besek semua desa di kecamatan Bener rata-rata dapat menghasilkan 10-20 biji besek per hari, tetapi setiap hari pengrajin belum tentu membuat besek. Pembuatan besek ini sudah dilakukan secara turun-temurun diperkirakan sejak tahun 1950 dan memberikan kontribusi pada pendapatan rumah tangga pengrajin. Permintaan besek kecamatan Bener berasal dari kabupaten Purworejo. Banyak sedikitnya pedagang yang terlibat dalam pemasaran besek akan menyebabkan terbentuknya saluran pemasaran yang berbeda-beda. Panjang pendeknya saluran pemasaran tersebut akan berpengaruh terhadap besarnya biaya, marjin dan bagian harga (share) yang diterima pengrajin besek. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mempelajari saluran pemasaran besek, mengetahui biaya, mengetahui masing-masing harga yang diterima lembaga pemasaran dan mengetahui apakah pemasaran besek sudah efisien. B. Identifikasi Masalah

Menurut Dinas Koperasi Perindustrian, Perdagangan dan Pariwisata di kabupaten Purworejo pembuatan besek telah lama dilakukan oleh pengrajin dan mulai aktif dipasarkan kira-kira sejak tahun 1950. Proses pembuatan mulai dari bambu utuh hingga menjadi besek yang siap pakai tidak mengalami perubahan yang berarti baik peralatan maupun proses pembuatannya. Pentingnya pengembangan usaha kerajinan besek karena kebutuhan masyarakat akan besek semakin meningkat dikarenakan kesadaran masyarakat akan produk berbahan

(20)

alami, ramah lingkungan dan munculnya trend go green. Besek yang dulu sempat ditinggalkan kira-kira pada tahun 2000 karena tergeser oleh wadah yang terbuat dari plastik. Tempat yang terbuat dari plastik dianggap lebih awet sehingga dapat menghemat pengeluaran rumah tangga. Besek mulai dilirik lagi karena dalam proses pembuatannya sama sekali tidak menggunakan campuran bahan kimia apapun sehingga aman untuk menyimpan makanan, Limbah bekas besek gampang terurai sehingga ramah lingkungan. Industri rumah tangga kecil besek ini dijadikan alternatif usaha masyarakat di kecamatan Bener. Rata-rata besek yang dapat dihasilkan perhari adalah sepuluh sampai duapuluh biji besek. Besek dapat bertahan kira-kira tiga bulan sampai enam dalam masa simpan sejak pembuatan. Besek masih bisa dipasarkan asalkan belum timbul jamur pada permukaannya.

Pemasaran besek akan melalui berbagai lembaga pemasaran untuk sampai ke konsumen. Banyak sedikitnya lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran akan sangat berpengaruh terhadap terbentuknya saluran pemasaran. Sederhana maupun rumitnya saluran pemasaran yang terjadi akan berpengaruh terhadap marjin pemasaran. Besarnya harga ditingkat pengrajin dan konsumen akan berpengaruh terhadap bagian harga yang diterima pengrajin. Keterkaitan tersebut selanjutnya akan berpengaruh terhadap efisiensi pemasaran.

Efisiensi dalam melaksanakan fungsi pemasaran akan dapat menekan biaya pemasaran. Informasi pasar tentang kerajinan besek belum ada di kabupaten Purworejo sehingga informasi yang diperoleh pengrajin tentang pasar

(21)

masih sangat terbatas. Akses pasar kerajinan besek terhadap pasar yang ada harus terus ditingkatkan, karena bagaimana pun menurut Wibowo dkk (1999 : 32) pemasaran merupakan salah satu unsur utama untuk mencapai keuntungan usaha.

C. Batasan Masalah dan Asumsi

1. Batasan

a. Kerajinan besek yang diteliti adalah kerajinan besek melik lima yang berada di kecamatan Bener kabupaten Purworejo.

2. Asumsi

a. Pemasaran kerajinan besek yang diteliti adalah pemasaran kerajinan besek yang berada di wilayah kabupaten Purworejo.

b. Data yang diambil adalah data pengrajin besek pada bulan Januari 2016. D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana saluran pemasaran besek di kecamatan Bener ?

2. Berapa besar biaya, marjin dan share pemasaran besek di kecamatan Bener ?

3. Berapa bagian harga yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran?

4. Apakah pemasaran besek di kecamatan Bener sudah efisien? E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui saluran pemasaran besek di kecamatan Bener.

(22)

3. Mengetahui bagian harga yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran.

4. Mengetahui pemasaran besek di kecamatan Bener apakah sudah efisien. F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program SI Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo.

2. Bagi pengrajin besek di kecamatan Bener, sebagai informasi dan masukan pada industri rumah tangga kerajinan besek.

3. Bagi pemerintah, sebagai salah satu informasi dan sumbangan untuk menentukan kebijakan selanjutnya terkait dengan kerajinan besek di kecamatan Bener.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk penelitian lebih lanjut.

(23)

11

BAB II. KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran didefinisikan sebagai kelompok pedagang yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan merk suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Setiap macam komoditas pertanian mempunyai saluran pemasaran yang berlainan satu dengan yang lain, bahkan satu macam komoditas yang samapun mengalami saluran pemasaran yang berbeda. Saluran pemasaran suatu komoditas pertanian dapat berubah, berbeda, bergantung kepada daerah, waktu, jumlah pedagang, harga dan kemajuan teknologi (Swasta, 1985:102).

Pedagang merupakan bagian mutlak dari keseluruhan mata rantai ekonomi serta merupakan kegiatan produktif yang memerlukan ketrampilan tertentu. Mubyarto (1985:155) menyatakan bahwa tanpa bantuan sistem pemasaran, petani akan rugi sebab hasilnya tidak dapat dijual, akan tetapi jika para pedagang yang terlibat dalam pemasaran terlalu banyak, maka saluran pemasaran menjadi panjang, sehingga bagian (share) yang diterima petani produsen menjadi lebih kecil, hal ini akan merugikan petani produsen. Salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan dalam pemasaran adalah bagaimana seorang produsen terlibat didalam saluran pemasaran yang dilalui sehingga memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen. Seorang produsen jika menentukan saluran pemasaran kurang

(24)

efisien atau jual belinya kurang baik apabila produsen lebih banyak melibatkan lembaga pemasaran dalam penyampaian komoditas tersebut, sehingga akan memperpanjang saluran pemasaran. Panjangnya saluran pemasaran akan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh seorang produsen. Kondisi inilah yang akan memperbesar margin pemasaran (Masyrofie, 1994:87).

Pergerakan komoditas dari produsen ke konsumen menciptakan tambahan nilai untuk memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin melalui berbagai lembaga pemasaran yaitu berupa saluran pemasaran. Setiap komoditas mempunyai saluran pemasaran yang berbeda, makin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, makin panjang saluran pemasaran. Panjang pendeknya salaruan pemasaran suatu komoditas tergantung beberapa faktor antara lain :

1) Jarak antara produsen dan konsumen, makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh.

2) Cepat tidaknya produk rusak, produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima oleh konsumen dengan demikian saluran pemasaran pendek dan cepat.

3) Skala produksi, bila produksi dalam skala kecil maka produk yang dihasilkan berukuran kecil pula hal ini tidak akan menguntungkan bila petani produsen langsung menjual ke pasar. Dalam keadaan demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan dan akibatnya saluran yang dilalui cenderung panjang.

(25)

4) Posisi keuangan pengusaha, produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran dibanding pedagang yang memiliki modal kurang kuat cenderung memperpendek saluran pemasaran (Hanfiah dan Saefuddin, 1986:65).

Setelah barang selesai dibuat dan siap untuk dipasarkan, tahap berikutnya dalam proses pemasaran adalah menentukkan metode dan rute yang akan dipakai untuk menyalurkan barang tersebut ke pasar. Hal ini menyangkut masalah penentuan strategi penyaluran, termasuk pemilihan saluran distribusi, penanganan secara fisik dan distribusi fisik. Adapun lembaga-lembaga yang ikut andil dalam penyaluran barang adalah:

1) Produsen

2) Pedagang perantara (pedagang pengumpul dan pedagang pengecer) 3) Konsumen akhir

Saluran pemasaran ini merupakan suatu struktur yang menggambarkan alternatif saluran yang dipilih dan menggambarkan situasi pemasaran yang berbeda oleh berbagai macam perusahaan atau lembaga usaha seperti produsen, pedagang besar, dan pengecer. Hal ini dapat dipertimbangkan sebagai fungsi yang harus dilakukan untuk memasarkan barang secara efektif. Sering pula terjadi persaingan diantara sistem distribusi dari produsen yang berbeda.

Apabila tujuan perusahaan adalah maksimisasi laba, pemilihan saluran pemasaran harus didasarkan pada estimasi tingkat penghasilan yang

(26)

dapat menutup inestasi kapitalnya. Keputusan tentang investasi perlu juga dipertimbangkan dalam pemilihan saluran (Swastha, 2007:190).

2. Fungsi–fungsi Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran

a. Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran merupakan aktifitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam rangka penyampaian komoditas atau jasa dari produsen sampai ke konsumen. Ada tiga tipe fungsi pemasaran, yaitu: a) Fungsi pertukaran

b) Fungsi fisik

c) Fungsi penyediaan fasiltas

Menurut Sudiyono (1991 : 100), menyatakan fungsi pertukaran dalam pemasaran produk-produk pertanian meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan kepimilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Produsen atau lembaga pemasaran yang berada pada rantai pemasaran dalam melaksanakan fungsi penjualan sebelumnya harus memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu serta harga yang diinginkan oleh konsumen atau lembaga pemasaran yang ada pada rantai pemasaran berikutnya. Fungsi pembelian diperlukan untuk memiliki komoditi-komoditi pertanian yang akan dikonsumsi ataupun digunakan dalam proses berikutnya.

Fungsi fisik dalam pemasaran meliputi semua aktifitas yang memperoleh kegunaan tempat dan waktu terdiri dari penyimpanan,

(27)

pengolahan dan pengangkuatan. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan aktifitas untuk menunjang kelancaran pelaksanaan fungsi fisik yang terdiri dari standarisasi dan grading, penanggungan resiko, pembiayaan serta informasi pasar.

Fungsi penyedia fasilitas (Facilitating Function) bertujuan untuk menyediakan dan memberikan jasa-jasa atau fasilitas guna memperlancar fungsi pertukaran. Fungsi ini terdiri dari standarisasi dan

grading, penanggunangan resiko, pembiayaan dan informasi pasar.

Secara ekonomis fungsi-fungsi tersebut berperan selain memperlancar proses pemasaran, juga dalam rangka mencapai efisiensi pemasaran (Masyrofie, 1994 : 78).

Pemasaran apabila didalam melakukan fungsi-fungsi pada lembaga pemasaran mengeluarkan biaya dan keuntungan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan harga yang dibayarkan konsumen terlalu tinggi, sehingga kemampuan untuk membeli menjadi terbatas, dan akhirnya menjadi tidak laku. Hal ini akan membatasi produsen untuk menghasilkan dan juga mengurangi atau menutup peluang bagi lembaga pemasaran untuk mendapatkan keuntungan karena komoditas yang diperjual-belikan sedikit bahkan tidak ada lagi.

(28)

Pemasaran merupakan sebuah faktor yang penting dalam suatu siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan. Pemasaran hanya dapat menafsirkan kebutuhan-kebutuhan dan mengkombinasikan dengan data pasar. Menurut Swasta dan Irawan (2001 : 16) pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan serta mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Pemasaran perusahaan pada umumnya berusaha menghasilkan laba penjualan barang dan jasa yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pembeli. Pengertian pemasaran bukan hanya sekedar proses produksi, pengolahan hasil pertanian serta pemasaran hasil pertanian. Petani akan tertarik untuk memproduksi apabila hasil-hasil pertanian dapat dipasarkan dengan harga jual yang tinggi. Adanya peningkatan produksi hasil pertanian belum dapat dikatakan bahwa pembangunan pertanian berhasil tanpa disertai pemasaran yang baik, oleh karena itu pemasaran pertanian memegang peranan penting dalam usaha kecil maupun usaha besar.

Produksi yang tinggi tanpa ditunjang oleh pemasaran yang baik tidak akan memberikan gairah pada produksi selanjutnya, karena pendapatan yang diperoleh tidak seimbang dengan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi. Ada beberapa alternatif saluran tersebut didasarkan pada golongan barang konsumsi dan industri. Dalam

(29)

penyaluran barang konsumsi yang ditujukan untuk pasar konsumen, terdapat lima macam saluran. Pada setiap saluran, produsen mempunyai alternatif yang sama untuk menggunakan kantor dan cabang penjualan. Selanjutnya, produsen juga dapat menggunakan lebih dari satu pedagang besar, sehingga barang-barang dapat mengalir dari satu pedagang besar ke pedagang besar lainnya. Jadi dalam hal ini terdapat dua jalur perdagangan besar. Adapun macam-macam distribusi barang konsumsi adalah:

1) Produsen – Konsumen

2) Produsen – Pengecer – Konsumen

3) Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen 4) Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen

5) Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Saluran distribusi barang industri karena karakteristik yang ada pada barang industri berbeda dengan barang konsumsi, saluran distribusi yang dipakai juga agak berbeda. Seperti halnya pada saluran distribusi barang industri juga mempunyai kemungkinan atau keasempatan yang sama bagi produsen untuk menggunakan kantor dan cabang penjualan. Kantor dan cabang penjualan ini dipakai untuk mencapai lembaga distribusi berikutnya. Ada empat macam saluran yang dapat digunakan untuk mencapai pemakai industri. Keempat macam saluran distribusi tersebut adalah sebagai berikut:

(30)

2) Produsen – Distributor Industri – Pemakai Industri 3) Produsen – Agen – Pemakai Industri

4) Produsen – Agen – Distributor Industri – Pemakai Industri

Pola pemasaran tersebut akan mengeluarkan biaya sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang dimiliki untuk melakukan fungsi pemasaran yang menyebabkan biaya dan keuntungan pemasaran menjadi berbeda ditiap tingkat lembaga pemasaran. Pola pemasaran yang semakin pendek, maka bagian harga yang diterima pengrajin semakin besar. Hal ini karena pendeknya pola pemasaran maka besarnya margin pemasaran yang diberikan pada suatu komoditas akan rendah (Swastha, 2007 : 207).

c. Analisis Marjin, Keuntungan dan Pemasaran

Analisis marjin pemasaran merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu pemasaran. Marjin pemasaran dapat diketahui dari perhitungan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan lembaga pemasaran yang ikut berperan dalam proses pemasaran. Marjin pemasaran dengan kata lain juga dapat diartikan sebagai perbedaan harga yang diterima petani dengan pedagang perantara. Menurut Sudiyono (2001 : 67), besarnya margin pemasaran secara matematis dapat ditulis sebagi berikut :

M = HK – Hp

(31)

M = Margin

HK = Harga di tingkat konsumen HP = Harga ditingkat produsen

Proses penyaluran barang mulai dari petani produsen sampai ke konsumen dibutuhkan biaya. Seluruh biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran disebut biaya pemasaran. Biaya ini akan semakin besar dengan berkembangnya pertanian dan makin kompleknya pemasaran. Tingginya biaya pemasaran ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain pengangkutan, penyimpanan, buruh, resiko, kerusakan, pengepakan dan pajak.

Lembaga pemasaran selain mengeluarkan biaya, juga menarik keuntungan sebagai balas jasanya. Selanjutnya keuntungan dapat dihitung dari selisih marjin pemasaran dengan biaya dapat dinyatakan dengan :

π = M – B Keterangan :

M = Marjin pemasaran B = Biaya pemasaran

π = Keuntungan yang diterima oleh lembaga pemasaran d. Bagian Harga yang Diterima Pengrajin

Tingginya biaya pemasaran juga akan berpengaruh terhadap harga konsumen dan harga ditingkat produsen. Besarnya harga ditingkat produsen yang diterima pengrajin (%) dari harga konsumen adalah : Bp = Hk Hp × 100 %

(32)

Bp = Besarnya harga yang diterima produsen Hp = Harga produsen

Hk = Harga konsumen e. Efisiensi Pemasaran

Masalah pemasaran komoditi pertanian pada dasarnya meliputi, bagaimana menerjemahkan permintaan konsumen akhir pada produsen dan menginformasikan produk-produk pertanian dan jasa-jasa pemasaran dari produsen kepada konsumen dengan biaya minimal dengan teknologi dan keadaan lingkungan yang ada, serta masalah bagaimana menyelaraskan proses pemasaran akibat perubahan permintaan konsumen (Sudiyono, 1991 : 76).

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986:102), efisiensi pemasaran antara produsen dan konsumen terdapat perbedaan. Perbedaan ini timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara keduanya. Petani menganggap suatu sistem pemasaran efisien apabila penjualan produknya dapat mendatangkan keuntungan tinggi baginya. Sebaliknya konsumen menganggap pemasaran efisien apabila konsumen mudah mendapatkan barang yang diinginkan dengan harga yang rendah. Harga yang rendah akibat adanya perbedaan permintaan dan penawaran, yaitu penawaran dalam jumlah yang tinggi sementara permintaan sedikit sehingga terjadi harga yang rendah. Petani secara perseorangan akan selalu meningkatkan produksi dengan sumberdaya tertentu lalu menjual dalam jumlah banyak sehingga harganya cukup tinggi dan menjual sedikit apabila harganya rendah.

(33)

Menurut Sudiyono pemasaran termasuk dalam aktifitas ekonomi yang sangat penting sebagai bagian dari aktifitas ekonomi yang sangat penting sebagi bagian dari aktifitas ekonomi distribusi. Pemasaran merupakan urat nadi penghubung yang interaktif antara aktifitas ekonomi dengan aktifitas ekonomi konsumsi. Seringkali dikatakan bahwa pemasaran pertanian di negara kita merupakan bagian yang paling lemah dalam mata rantai perekonomian atau dalam aliran barang-barang dan pernyataan demikian dimaksudkan bahwa efisiensi dibidang ini masih rendah. Ukuran yang dapat dipakai untuk mengatakan pemasaran sudah efisien apabila memenuhi 2 syarat :

1) Mampu menyampaikan hasil-hasil dan petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya.

2) Mampu mengadakan pembagian yang adil daripada keselurahn harga yang dibayar konsumen terakhir pada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut.

Pembiayaan menurut M. Syafii Antonio (112:2009) merupakan fungsi yang mutlak diperlukan dalam menangani sistem pemasaran karena adanya perbedaan waktu yang kadang-kadang cukup lama dalam menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Biaya pemasaran ini menjadikan biaya tambahan harga pada barang-barang yang harus ditanggung konsumen, oleh sebab itu biaya pemasaran yang tinggi akan membuat sistem pemasaran tidak efisien.

(34)

Pengertian biaya pemasaran tidak sama dengan biaya produksi, apabila biaya produksi harus diminimumkan secara efisien dengan cara mencegah pemborosan maka biaya pemasaran tidak mungkin diminimkan akibat fungsi pengangkutan, fungsi pengelolaan dan fungsi pemasaran. Dalam hal ini biaya pemasaran harus diefisienkan dan bukan diminimumkan.

Uraian diatas sudah dapat dibayangkan bahwa pemasaran memerlukan biaya, dan biaya ini akan makin besar, berkembang, sehingga makin kompleknya pemasaran. Konsumen yang berpendapatan tinggi menginginkan hasil pertanian yang bermutu baik. Biaya pemasaran (marketing margin) dalam ekonomi pertanian adalah merupakan biaya dalam arti sehari-hari yang dianggap harus ditekan.

Kegiatan pemasaran juga berkaitan dengan masalah harga yang akan mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran. Harga terbentuk dari hasil kerjasama banyak faktor. Para ahli ekonomi biasanya menggolongkan faktor-faktor pembentuk harga ini kedalam kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan. Besarnya penawaran dan permintaan tidak tetap tetapi tidak berubah-ubah baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang,

Menurut Soekartawi (1989 : 98), efisiensi pemasaran adalah antara nisbah total biaya dengan total nilai produk yang dipasarkan atau dapat dirumuskan :

(35)

Keterangan :

EPs = Efisiensi pemasaran TB = Total biaya

TNP = Total nilai produk

Berdasarkan rumus tersebut, dapat diartikan bahwa ada penambahan biaya pemasaran memberi arti bahwa hal tersebut menyebabkan adanya pemasaran yang tidak efisien. Hal demikian tentunya tidak selalu benar karena khususnya di negara yang sedang berkembang. Menurut Soekartawi (1989 : 105), efisensi pemasaran terdiri dari dua macam yaitu efisensi teknis dan ekonomi, konsep ini didasarkan pada konsep economic efficiency.

Efisiensi teknis dalam kegiatan pemasaran adalah berkaitan dengan efektifitas dalam hubungan dengan aspek fisik dalam kegiatan pemasaran adalah berkaitan dengan efektifitas dalam kegiatan fungsi pemasaran dilihat dari segi keuntungan, misalnya transpor dengan kereta api atau truk lebih efisien (secara ekonomi) bila dibandingkan dengan transpor pesawat udara. Pasar yang tidak efisien akan terjadi apabila : 1 ) Biaya pemasaran semakin besar.

2 ) Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Efisiensi pemasaran akan terjadi apabila :

1) Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi.

2) Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.

(36)

3) Tersedianya fasilitas fisik pemasaran. 4) Adanya kompetisi pasar yang sehat.

Indikator-indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan efisiensi pemasaran adalah marjin pemasaran, harga ditingkat konsumen, tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan, intensitas persaingan pasar. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen, bahwa anggapan semakin besar marjin pemasaran, semakin tidak efisien suatu proses pemasaran anggapan ini tidak selalu benar sebab marjin pemasaran ini pada hakikatnya terdiri dari biaya-biaya untuk melaksanakan fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga pemasaran.

Marjin pemasaran yang besar maka biaya-biaya pemasaran juga besar untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran agar komoditi pertanian yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen maka keuntungan pemasaran menjadi kecil. Tingginya biaya pemasaran akan menyebabkan ketidakefisienan proses pemasaran, maka dalam menganalisis pemasaran harus mempertimbangkan aspek-aspek berikut: 1. Penggunaan teknologi baru dalam proses produksi dapat menekan

biaya produksi sehingga marjin pemasaran tampak lebih besar. 2. Adanya kecenderungan konsumen untuk mengkonsumsi yang lebih

(37)

3. Adanya spesalisasi-spesialisasi produksi dari suatu daerah sehingga membentuk daerah-daerah sentra produksi yang pada akhirnya dapat menaikkan biaya pemasaran terutama biaya transfer.

4. Adanya tambahan biaya pengolahan dan penyimpanan untuk meningkatkan kegunaan bentuk.

5. Meningkatkan upah buruh tenaga kerja di sektor pemasaran eceran. Kenaikan harga ditingkat konsumen seringkali digunakan sebagai ukuran ketidakefisienan proses pemasaran. Harga komoditi ditingkat konsumen ini sebetulnya merupakan fungsi dari pendapatan konsumen, musim, ketersediaan penawaran dibandingkan permintaan efektif, harga barang substitusi dan harga barang komplementer serta tingkat harga umum. Jadi untuk menyimpulkan bahwa harga komoditi dapat digunakan untuk mengukur efisiensi pemasaran harus mempertimbangkan pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap harga ditingkat konsumen.

Penyediaan fasilitas fisik untuk pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan dianggap dapat digunakan untuk melihat efisiensi pemasaran khususnya negara-negara berkembang. Fasilitas fisik pemasaran ini pada umumnya sangat terbatas sehingga terbentuk struktur pasar output yang monopolistik. Kurang tersedianya fasilitas fisik terutama pengangkutan diidentikkan dengan ketidakefisienan proses pemasaran. Berikut ini merupakan kaidah keputusan pada efisiensi pemasaran menurut Soekartawi (1997) dalam penelitian R Henny (2011:4) adalah:

(38)

1. 0 - 33% dikatakan sudah efisien. 2. 34 - 67% dikatakan kurang efisien. 3. 68 - 100% dikatakan tidak efisien. 3. Bambu

Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak jenis, nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Bambu memiliki sistem rhizome dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 inci) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat dimana ia ditanam.

Dua orang peneleliti botani Lopez dan Shanley di tahun 2004, menyebutkan bahwa bambu termasuk keluarga rumput-rumputan dan merupakan tumbuhan paling besar di dunia dalam keluarga ini. Ada lebih dari 1200 spesies bambu dan kebanyakan terdapat di Asia. Tumbuhan yang indah ini dengan kekuatan dan kelenturannya memiliki manfaat yang tidak terbatas.

Sekitar 75 genus terdiri dari 1.500 spesies bambu di seluruh dunia, 10 genus atau 125 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Berdasarkan sistem percabangan rimpang, genus tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, genus yang berakar rimpang dan tumbuh secara simpodial, termasuk didalamnya genus Bambusa, Dendrocalamus, Gigantochloa, dan

(39)

Kedua, genus berakar rimpang dan tumbuh secara monopodial

(horizontal) dan bercabang secara lateral sehingga menghasilkan rumpun

tersebar, diantaranya genus Arundinaria. Menurut peneliti asal Indonesia, Berlian dan Rahayu, Indonesia memiliki lebih kurang 125 jenis bambu. Ada yang masih tumbuh liar dan masih belum jelas kegunaannya. Beberapa jenis bambu tertentu mempunyai manfaat atau nilai ekonomis yang tinggi seperti bambu andong, bambu atter, bambu tali, bambu talang, bambu tutul, bambu cendani, bambu cengkoreh dan bambu apus (Anomim, 2015 : 6).

Sistematika (taksonomi) tanaman bambu diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Divisi : Magnoliphyta (Tumbuhan berbunga) Super Divisi : Spematophyta (Menghasilkan biji) Class : lliopsida (Tumbuhan berbunga) Sub Class : Commelinidae

Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Bambusa

Spesies : Bambusa multiplex

Empat jenis bambu yang umum dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia adalah Bambu Apus, Bambu Betung, Bambu Gombong atau ater, dan Bambu Tutul. Lebih rincinya tentang keempat jenis bambu dijelaskan dibawah berikut:

a. Bambu Apus (Gigantochloa Apus)

Bambu apus dikenal juga dengan bambu tali dalam bahasa sunda disebut tali awi. Bambu apus termasuk dalam genus gigantochloa, adalah jenis bambu yang merumpun. Tinggi bambu apus bisa mencapai

(40)

20 m dengan warna buluh hijau cerah atau kekuning-kuningan. Batang tidak bercabang dibagian bawah, diameternya 2,5 – 15 cm, tebal dinding 6- 13 mm, dan panjang satu ruas 45-65 cm. Panjang batang yang dapat dimanfaatkan antara 3 m- 15 m.

Bambu apus berbatang kuat, liat dan lurus, bentuk batangnya sangat teratur dengan buku-buku yang sedikit membengkak. Bambu apus hanya ditemukan di pulau Jawa, mulai dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 1.000 m dpl. Rebungnya pahit dan tidak dapat di konsumsi. Bambu apus paling terkenal dijadikan bahan baku anyaman karena seratnya yang panjang, halus dan lentur. Jenis bambu ini tidak baik dimanfaatkan untuk membuat alat musik karena buku-bukunya yang cekung menyebabkan gaung yang tidak beraturan.

b. Bambu Betung (Dendrocalamus Asper Schult. F. Backer)

Bambu betung dalam bahasa daerah sering disebut dengan awi bitung, bambu betung, deling betung, jajang betung, dan pereng betung. Jenis bambu ini memiliki rumpun yang agak sedikit rapat dengan pertumbuhan yang sangat lambat. Tinggi bambu betung bisa mencapai 20 m dengan garis tengah sampai 20 cm. Panjang ruasnya 40-60 cm sedangkan ketebalan dinding buluh mencapai 1-1,5 cm. Jenis bambu ini bisa dijumpai mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 2.000 dpl. Bambu betung banyak digunakan sebagai bahan bangunan, bahan baku pembuat dinding rumah yang dianyam atau dibelah, furnitur dan berbagai

(41)

kerajinan seperti keranjang bambu. Rebungnya dapat digunakan untuk sayur dan terkenal paling enak diantara jenis bambu lainnya.

c. Bambu Gombong atau Atter (Gigantochloa Verticilata Munro G. Atter

Kurz)

Bambu Gombong atau Atter tumbuh sangat merumpun. Tinggi buluhnya mencapai 26 m dan tumbuh tersebar mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Garis pangkal tengah pangkal batangnya mencapai 4-13 cm dengan tebal dinding 6-20 mm. Warna buluhnya hijau atau hijau dengan garis-garis kuning membujur. Forma yang sebagian dari batangnya bergaris-garis di Jawa Barat disebut dengan bambu Andong sedangkan yang tidak bergaris Atter. Dalam bahasa Jawa disebut denagan pring surat. Rebungnya merupakan yang terbaik dari rebung jenis bambu lainnya. Umumnya bambu ini banyak digunakan sebagai bahan baku bangunan, chopstick dan berbagai kerajinan tangan.

d. Bambu Tutul ( Bambusa Vulgaris Schrad)

Bambu Tutul dalam bahasa daerah disebut juga dengan awi ampel, awi gading, awi koneng, awi tutul (Sunda), pring ampel, pring ampel kuning, pring gading, pring legi, pring tutul (Jawa). Jenis bambu ini tumbuh merumpun tidak terlalu rapat, tingginya antara 15-20 m, besar pangkal batangnya bisa mencapai 10 cm, tebal dinding 10-15 mm, dan panjang ruas 20-45 cm warna buluhnya hijau, kuning, hijau dengan garis-garis kuning membujur atau kuning dengan bercak-bercak cokelat. Jenis bambu ini memiliki pertumbuhan yang cepat dan mudah diperbanyak.

(42)

Bambu tutul dapat tumbuh baik ditempat yang agak kering. Forma yang berbercak-bercak seperti kulit macan tutul banyak digunakan untuk bahan baku sebagai furnitur, sangkar burung dan alat musik (Anonim, 2015 : 54).

4. Besek

Namanya cukup mudah diingat yaitu besek. Begitulah masyarakat jawa menyebutnya. Salah satu fungsi alat ini adalah untuk menyimpan bumbu-bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, cabai, lengkuas, kunyit, dan sebagainya. Barang ini hadir di dapur tradisional. Dalam kamus Jawa “Baoesastra Djawa” karangan WJS Poerwadarminta (terbitan tahun 1939), halaman 37 disebutkan “Besek yaiku araning wadhah saemper

tumbu nanging cilik sarta nganggo tutup”. Bahasa Indonesia artinya wadah

sejenis tumbu atau wakul wujudnya kecil serta ada tutupnya. Tingginya rata-rata sekitar 4-8 cm, sementara sisi lainnya sekitar 25-40 cm tergantung besar kecilnya besek.

Besek terbuat dari anyaman bambu umumnya yang dipakai bagian dalam atau sering disebut bagian hati. Besek yang masih alami berwarna putih kekuningan. Besek tradisonal alami masih banyak dijumpai di pasar-pasar atau warung-warung tradisional harga terjangkau tergantung ukuran. Hingga saat ini, besek masih sering dipakai oleh masyarakat jawa, yang salah satunya difungsikan sebagai tempat bumbu dapur namun sering pula besek dipakai dalam partai besar diperlukan untuk keperluan kenduri yang

(43)

difungsikan sebagai wadah untuk nasi dan lauk atau bingkisan sembako misalnya beras, gula, teh, ketan, kolak dan jajanan pasar.

Fungsi besek lain kadang-kadang dipakai untuk menyimpan bahan makanan. Pada perkembangannya besek digunakan untuk bungkus oleh-oleh khas daerah seperti geplak, tiwul, getuk goreng dll. Besek yang ada didapur bisa awet apabila sering digunakan umurnya bisa dua tahun lebih, namun apabila tidak sering digunakan biasanya akan dimakan serangga sehingga gampang rusak. Besek yang sudah rusak biasanya tidak bisa digunakan kembali biasaya dibuang atau dibakar. Besek tidak ada pantangan terkait sebagai alat dapur. Besek adalah tempat makanan yang cukup higienis, selain itu besek memiliki sedikit celah udara sehingga tidak membuat makanan cepat basi. Besek selain terbuat dari bambu ada juga besek yang terbuat dari daun pandan. Jenis bambu yang digunakan untuk membuat besek adalah bambu apus (Giganthcloa Apus). Membuat kerajinan besek bisa menjadi kegiatan menyenangkan, namun membutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam membuatnya. (Anonim, 2015 : 7). Berikut merupakan uraian proses pembuatan besek :

a. Pertama pilih bambu setengah tua sehingga tidak terlalu keras untuk dipotong dan dianyam.

b. Bambu diiris menjadi bagian yang tipis atau sering disebut iratan. Lalu, iratan ini diserut agar menjadi halus dan rapi ketika dianyam. Panjang iratan kira-kira 45 cm.

(44)

c. Jemur bambu yang sudah menjadi iratan agar kadar air yang terkandung dalam iratan berkurang dan jika sudah menjadi besek tidak cepat berjamur sehingga besek awet.

d. Ambil beberapa helai iratan lalu letakkan berjajajar vertikal, kemudian rapikan.

e. Sematkan iratan secara horizontal pada jajaran iratan vertikal tadi. Lalukan proses menganyam ini hingga membentuk pola dasar.

f. Setelah pola dasar terbentuk, dianyam ke atas sehingga membentuk pola badan. Pola badan ini yang akan membentuk besek menjadi kotak. g. Setelah ketinggian pola badan dirasa cukup, biasanya antara 7-15 cm,

anyaman pola badan ini sampai pada proses penguncian agar anyaman kuat dan tidak mudah lepas.

h. Agar anyaman besek ini terlihat lebih rapi, sisa iratan bambu dipotong. i. Besek siap dipasarkan atau siap pakai.

5. Jenis-jenis Besek Kecamatan Bener

Jenis besek secara umum dibedakan menurut ukurannya yaitu sebagai berikut:

Gambar 1

Jenis dan Ukuran Besek (Analisis Data Primer, 2016) Penjelasan :

(45)

A : Besek melik tujuh merupakan besek dengan ukuran paling besar. Mempunyai ukuran 31x31 cm. Besek melik tujuh biasanya digunakan untuk wadah sesaji dan makanan dalam jumlah yang lumayan banyak. Harga besek melik tujuh per biji adalah Rp 800.

B : Besek melik enam berukuran 25x25 cm yang tentunya lebih besar dari besek melik empat dan lima. Besek melik enam biasanya digunakan untuk tempat makanan hajatan, tempat buah salak dan tempat bumbu-bumbu dapur. Harga besek melik enam per biji adalah Rp 650.

C : Besek melik lima ukurannya lebih besar dari besek melik empat. Ukurannya yaitu 18x18 cm, bisa digunakan untuk sebagai tempat makanan khas dan tempat benda-benda kecil. Harga besek melik lima per biji besek adalah Rp 500.

D : Besek melik empat atau yang biasa disebut piti adalah besek yang berukuran 11x11 cm dengan bentuk menyerupai persegi. Besek melik empat biasanya digunakan untuk tempat oleh-oleh khas seperti gethuk goreng dan dodol. Harga dari besek melik 4 per biji adalah Rp 350.

Besek produksi pengrajin di kecamatan Bener kabupaten Purworejo yang dijadikan penelitian adalah besek melik lima. Hal ini karena besek melik lima yang paling banyak diproduksi karena permintaan pasar. 6. Pengertian Industri dan Industri Rumah Tangga Kerajinan

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling

(46)

dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Jenis atau macam-macam industri berdasarkan tempat bahan baku:

a. Industri ekstraktif adalah industri yang diambil langsung dari alam sekitar. Contoh: pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan dan lain-lain.

b. Industri non ekstraktif adalah industri yang bahan baku terdapat dari tempat lain selain alam sekitar.

c. Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada konsumennya. Contoh: asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi dan lain sebagainya.

Jenis atau macam industri berdasarkan besar kecilnya modal:

a. Industri padat modal adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya. b. Industri padat karya adalah industri yang lebih dititik beratkan kepada

sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.

Jenis-jenis industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya berdasarakan SK Menteri Peridustrian No.19/M/I/1986.

a) Industri kimia dasar contohnya seperti industri semen, obat-obatan, pupuk, kertas dan lain sebagainya.

(47)

b) Industri mesin dan logam dasar contohnya industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil dan lain-lain.

c) Industri kecil contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, minyak goreng, es dan lain-lain.

d) Aneka industri misalnya seperti pakaian, industri minuman dan lain-lain. Jenis-jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja:

a) Industri rumah tangga adalah industri ysng jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.

b) Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang

c) Industri sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.

d) Industri besar adalah industri yang jumalah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.

Industri rumah tangga kerajinan ini pada awalnya awal mulanya hanya sekedar untuk keperluan pribadi saja atau biasanya digunakan untuk hiasan rumah, namun kini kita menyadari bahwa perkembangan zaman ternyata bisa memberikan nilai ekonomis. Ruang lingkup kreatifitas industri rumah tangga kerajinan tanpa batas karena mengembangkan sesuai dengan

skill yang dimiliki pengrajin.

B. Tinjauan Pustaka

(48)

Penelitan terdahulu mengenai pemasaran kerajinan, Sunarsih (2015) mengenai “Strategi Pemasaran Home Industri Pengrajin Anyaman Bambu di

desa Gintangan kecamatan Rogojampi kabupaten Banyuwangi” Salah satu

usaha kecil yang memiliki keunggulan dalam hal keunikan adalah home

industry pengrajin anyaman bambu desa Gintangan, kecamatan Rogojampi,

kabupaten Banyuwangi. Home industry ini dijadikan sebagai tempat penelitian dikarenakan mampu bertahan dan menunjukkan perkembangan cukup pesat dengan ditandai perolehan omzet yang terbilang banyak untuk per tahunnya.

Para pemilik home industry tersebut telah memasarkan produk yang dihasilkan ke berbagai kota di Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi pemasaran yang dilakukan oleh home industry pengrajin anyaman bambu desa Gintangan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Tempat penelitian ditentukan dengan menggunakan metode purposive area yang dilaksanakan di home industry pengrajin anyaman bambu desa Gintangan kecamatan Rogojampi kabupaten Banyuwangi.

Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap, pertama melakukan observasi yang dilakukan untuk memperoleh data sebagai sumber penelitian. Tahap kedua adalah reduksi data yang dilakukan dengan cara merangkum dan memilih hal-hal pokok yang akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Tahap ketiga adalah

(49)

penyajian data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, sehingga mudah untuk dipahami. Tahap yang terakhir adalah penarikan kesimpulan, yaitu menyimpulkan hasil dari penelitian yang dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian, home industry pengrajin anyaman bambu Desa Gintangan dapat diketahui bahwa merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang kerajinan anyaman bambu dengan menerapkan beberapa strategi pemasaran dalam menjalankan kegiatan usahanya. Adapun strategi emasaran yang digunakan oleh home industry tersebut antara lain: strategi pengembangan produk, penetapan harga, tempat pemasaran, dan promosi. Dalam hal produk, home industry pengrajin anyaman bambu Desa Gintangan melakukan pengembangan produk yang bertujuan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

Produk yang dihasilkan merupakan produk yang sebelumnya telah ada kemudian dikembangkan menjadi produk dengan berbagai macam bentuk yang bervariasi. Dalam penetapan harga home industry pengrajin anyaman bambu desa Gintangan menawarkan produk dengan harga yang didasarkan atas bentuk, ukuran, dan kelebihan pada masing-masing produk yang dihasilkan. Pengrajin juga menyesuaikan harga yang ditetapkan oleh pesaing dengan mempertimbangkan jumlah penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk setiap produksinya.

Home industry pengrajin anyaman bambu desa Gintangan juga menerapkan strategi tempat dalam kegiatan pemasaran. Dalam hal ini, para pengrajin memilih untuk menjadikan satu tempat antara tempat

(50)

pemasaran dengan tempat produksi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen yang secara langsung dapat melihat dan ikut serta dalam proses pembuatan kerajinan anyaman bambu. Sedangkan untuk strategi promosi terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan, diantaranya : pintu ke pintu, penggunaan internet, iklan radio dan melakukan promosi penjualan melalui kegiatan bazar dan pameran yang dibantu oleh pihak pemerintah daerah khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Banyuwangi.

Berdasarkan hasil penelitian Adinala (2014)tentang “ Analisis nilai

tambah dan margin pemasaran produk kerajinan agroindustri temurung

kelapa (Kasus Kerajinan Tempurung Unik di desa Wonorejo, kecamatan

Srengat kabupaten Blitar). Diketahuai bahwa terdapat 3 pola saluran

pemasaran. Saluran pemasaran I margin pemasaran adalah nol. Saluran untuk pola II marginnya sebesar Rp 200,00 dan margin untuk pola III nasing-masing sebesar Rp 900,-. Bagian harga ynag diterima pengrajin dari masing-masing saluran pemasaran berbeda-beda, yaitu: untuk pola I bagian harga yang diterima pengrajin sebesar Rp 100% pola II sebesar Rp 95% sedangkan untuk pola III yaitu sebesar 78,72% dan 80,84%.

Biaya-biaya yang dikeluarkan dari masing-masing saluran pemasaran berbeda-beda. Biaya terbesar ada pada pola III untuk pedagang pengumpul II yaitu sebesar Rp 203,33,-/kg untuk pedagang pengumpul I yaitu sebesar pada pola III. Faktor-faktor yang mempengaruhi margin pemasaran yaitu harga konsumen berpengaruh nyata, saluran pemasaran panjang berpengaruh

(51)

positif nyata dan saluran pemasaran sedang berpengaruh negatif sangat nyata terhadap margin.

Hasil penelitian Sulistyawan (2012) tentang “ Strategi pemasaran

usaha industri kerajinan rotan dalam menembus pasar internasional (Studi kasus pada Dewangga Furniture Gatak Sukoharjo”). Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui apa saja strategi yang diterapkan dewangga Furnitur dalam memasuki pasar internasional. Hambatan atau kendala yang dihadapi Dewangga Furnitur adalah dalam memasuki pasar internasional dan bagaimana upaya yang dilakukan untuk menghadapi hambatan atau kendala. Penelitian ini menggunakan bentukdeskriptif kualitataif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan strategi memasuki pasar internasional yang diterapkan dewangga furnitur adalah meggunakan analisis kondisi pasar negara tujuan melalui internet.

Hasil penelitian Pamungkas (2014) tentang “Analisis strategi

pemasaran kayu antik untuk memasarkan produk di pasar domestic pada CV

Bima Bantul Yogyakarta” tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis strategi pemasaran yang diterapkan CV Bima dalam memasarkan produk di pasar dometik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Alat analisis yang digunakan adalah menggunakan SWOT. Kendala yang dihadapi CV Bima adalah permasalahan modal, kelangkaan bahan baku dan persaingan dari dalam negeri maupun luar negeri. Hasil penelitian Zulfa (2014) tentang “Strategi pemasaran kerajinan

(52)

Semarang”. Strategi yang diterapkan koperasi wanita melati Semarang

sangat berpengaruh dan berperan penting bagi pertumbuhan koperasi. Dengan strategi pemasaran yang tepat koperasi mampu meningkatkan omzet penjualannya dan meningkatkan laba. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian lapangan yaitu dokumentasi, wawancara dan observasi yang dilakukan di koperasi wanita melati kabupaten Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan di koperasi wanita melati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasaran yang diharapkan mampu meningkatkan penjualan, dan memperluas wilayah pemasaran produknya. Permintaan terhadap produk juga semakin meningakat dengan desain yang terus diperbaharui setiap wakunya dan mengikuti tren.

Hasil penelitian Hermanto (2010) tentang “ Analisis Rencana

Pemasaran Produk Clay melalui Gerai dan Penjualan Online”. Tujuan

dalam penelitian ini penulis akan mengungkapkan rencana pemasaran yang akan digunakan untuk mengembangkan bisnis clay. Penulis melalukan wawancara dan penyebaran kuisioner melalui internet. Penulis akan menganalisa faktor 4P yaitu Product, Promotion, price dan Place. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan pasar akan produk clay semakin meningkat karena promosi yang dilakukan oleh produsen clay. Produsen juga menggunakan tempat (place) yang menarik untuk tempat memasarkan produk clay sehingga konsumen tertarik untuk membeli.

(53)

Tabel 4

Rangkuman Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian ini

No Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Analisis Persamaan Perbedaan 1 Endang Retnowati (2016) Pemasaran Kerajinan Besek (Studi Kasus Pengrajin Besek di kecamatan Bener kabupaten Purworejo)

1. Mengetahui saluran pemasaran besek di kecamatan Bener kabupaten Purworejo.

2. Mengetahui fungsi-fungsi pemasaran apakah yang dilakukan oleh pedagang yang terlibat dalam pemasaran besek.

3. Mengetahui biaya, margin dan share pemasaran besek

4. Mengetahui bagian harga yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran.

Deskriptif Deskriptif Analisis

Penelitian dilakukan pada pengrajin besek yang berada di kecamatan Bener kabupaten Purworejo. Waktu: Tahun 2016. 2. Lilik Sunarsih (2015) Strategi pemasaran home industri pengrajin anyaman bambu di desa Gintangan kecamatan Rogojampi kabupaten Banyuwangi Mendeskripsikan strategi pemasaran yang dilakukan oleh

home industry pengrajin anyaman

bambu di Desa Gintangan

kualitatif Deskriptif Penelitian dilakukan pada home industry pengrajin anyaman bambu di desa Gintangan kecamatan Rogojampi kabupaten Banyuwangi.

Waktu: Tahun 2015.

42

(54)

3 Muhammad Furqon Adinala (2014)

Analisis nilai tambah dan margin pemasaran produk kerajinan agroindustri temurung kelapa (Kasus kerajinan tempurung unik di desa Wonorejo, kecamatan Srengat kabupaten Blitar)

1. Mengetahui bagian harga yang diterima pengrajin dari masing-masing saluran pemasaran 2. Biaya yang dikeluarkan

masing-masing saluran pemasaran

Kualitatif Deskriptif Analisis

Penelitian dilakukan di desa Wonorejo, kecamatan Srengat kabupaten Blitar. Waktu: Tahun 2014 4 Diyah Pamungkas (2014) Analisis strategi pemasaran kayu antik untuk memasarkan produk di pasar domestic pada CV Bima Bantul Yogyakarta

Menganalisis strategi pemasaran yang diterapkan cv. Bima dalam memasarkan produk di pasar domestik. SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Thteats) Deskriptif Analisis

Penelitian dilakukan pada CV Bima Bantul Yogyakarta

Waktu: Tahun 2014

5 Salis Arifatun Zulfa (2014)

Strategi pemasaran kerajinan keset dari limbah garmen pada koperasi wanita melati Pringapus kabupaten Semarang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan di Koperasi Wanita Melati. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pemasaran

yang diharapkan mampu

meningkatkan penjualan, dan memperluas wilayah pemasaran produknya. Permintaan terhadap produk juga semakin meningakat

Metode penelitian lapangan

Deskriptif Analiasis

Penelitian dilakukan pada koperasi wanita melati Pringapus kabupaten Semarang Waktu: Tahun 2014 6 Shythia Permatasari Hermanto (2010) Analisis Rencana Pemasaran Produk Clay melalui penjualan online

Tujuan dari penelitian ini penulis akan mengungkapkan rencana pemasaran yang akan digunakan kemajuan bisnis clay.

Metode penelitian lapangan

Deskriptif Analiasis

Penelitian dilakukan digerai clay Yogyakarta.

(55)

B. Kerangka Pikir

Gambar 2 Bagan Kerangka Pemikiran (Sumber :Analisis Data Primer 2015)

Pengrajin Besek

Lembaga Pemasaran

Saluran

Pemasaran Fungsi-fungsi Pemasaran :

1. Fisik a. Pembelian b. Penjualan 2. Pertukaran a. Transportasi 3. Fasilitas a. Resiko b. Informasi Harga 1. Biaya Pemasaran 2. Keuntungan Pemasaran 3. Margin Pemasaran Konsumen Efisiensi Pemasaran

Bagian Harga yang diterima Pengrajin

(56)

Keterangan :

Pengrajin besek di kecamatan Bener kabupaten Purworejo tidak banyak

yang bisa menjual hasil produksinya ke pasar potensial. Pengrajin tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsi pemasaran seperti penggudangan besek dan penyimpanan besek dan tindakan lain yang berhubungan pemasaran. Hal ini karena fasilitas yang diperlukan untuk keperluan tersebut. Pengrajin juga tidak memiliki sarana untuk mengangkut hasil produksinya ke pasar, oleh karena itu diperlukan lembaga pemasaran untuk menyalurkan komoditi dari sentra produksi ke konsumen.

Pengrajin tidak banyak yang dapat menjual langsung menjual hasil produksinya yaitu besek kepada konsumen karena itu dibutuhkan pedagang perantara. Pedagang perantara di sini adalah pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul kemudian akan dijual kembali kepada pedagang pengecer yang selanjutnya akan menawarkan barang hasil produksinya ke konsumen. Lembaga pemasaran yang berperan dalam pemasaran besek melaksanakan fungsi-fungsi sehingga menyebabkan adanya biaya pemasaran yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap terbentuknya harga jual. Keterlibatan lembaga pemasaran akan membentuk saluran pemasaran. Panjang pendeknya saluran pemasaran ini dipengaruhi oleh banyak sedikitnya lembaga pemasaran yang terlibat. Variasi pola pemasaran ini diduga akan mempengaruhi bagian harga yang diterima pengrajin, biaya, keuntungan, marjin dan efisiensi pemasaran.

(57)

Gambar

Gambar 2 Bagan Kerangka Pemikiran  (Sumber :Analisis Data Primer 2015)
Tabel 10 menunjukkan bahwa secara umum penduduk perempuan  di kecamatan Bener lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki
Gambar 2 Bagan Saluran Pemasaran Besek  (Sumber: Analisis Data Primer 2015)
Tabel  18  menunjukkan  pola  pemasaran  I  kerajinan  besek  kecamatan bener ini masing terdapat dua orang pengrajin besek dan dua  orang  konsumen  akhir  besek

Referensi

Dokumen terkait

Stanton, Pemasaran adalah “Suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang

Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang

Jadi kegiatan pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang

Pemasaran adalah keseluruhan intern yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha yang bertujuan untuk merencanakan menentukan harga, mempromosikan dan

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,

Menurut Swastha dan Handoko (2012: 4) Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan

Swasta dan Handoko (2015:195) pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditunjukkan untuk merencanakan, mempromosikan, menentukan harga, dan

Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan