KONSEP TRIAGE
1. SOAL :Latar belakang dan pengertian triage!
PEMBAHASAN :
Kata triage berasal dari bahasa Perancis ‘trier’, yang berarti membagi/memisahkan. Cara pemisahan pasien dengan triage berdasarkan riwayat penyakit yang dialami. Asal dari triage modern dapat ditelusuri pada era Napoleonic dimana Baron Dominique Jean Larry (1766-1842), seorang dokter bedah pada pasukan Napoleon, dikembangkan dan diterapkan pada tentara yang paling membutuhkan perawatan yang paling darurat namun tidak dihiraukan. Sistem ini juga diterapkan ketika perawatan luka saat di medan perang, sebelum dipindahkan ke rumah sakit. Sebelum Larrey, semua luka yang ada pada saat perang akan diabaikan sampai perang itu usai, setelah itu akan dipindahkan ke rumah sakit dimana mereka akan dirawat. Keterlambatan perawatan akan menghasilkan hasil yang tidak memuaskan.
Pada 1846, John Wilson memperkenalkan kontribusi utama untuk triage saat ini. Dia menuliskan, untuk pembedahan darurat agar menjadi efektif, ini harus diutamakan pada pasien yang membutuhkan, hal ini diterapkan pada kedua jenis pasien yaitu pasien yang memerlukan perawatan segera(darurat) dan pasien yang penanganannya dapat ditunda.
Perang Dunia I dan II membawa kemajuan pendekatan dan perawatan pada pasien dengan luka akut. Selama Perang Dunia I, pasien dipisahkan berdasarkan dari asal kedatangannya. Sedangkan pada Perang Dunia II pasien dipisahkan berdasarkan tingkat keparahan lukanya. Pendekatan ini memungkinkan untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa, terutama pada prajurit dengan luka pada abdomen daripada faktor lain selama Perang Dunia II.
Saat perang Korea, evakuasi pasien melalui jalur udara setelah dilakukan triage menjadi lebih umum untuk dilakukan, hal ini sangat meningkatkan jumlah penyelamatan yang dapat dilakukan. Sistem ini menjadi lebih baik ketika terjadi Konflik Vietnam, dimana triage cepat dan kemajuan resusitasi di lapangan dikombinasikan dengan evakuasi menggunakan helikopter. Triage ini dan teknik evakuasi memperlihatkan penurunan jumlah kematian dari 4,7% pada Perang Dunia II menjadi 1% selama Konflik Vietnam. Sebagai seni dari triage yang telah
dikembangkan, keadaan akhir pasien terdapat peningkatan. Satu variabel pertolongan ini telah mengurangi perawatan definitif dari waktu ke waktu. Selama Perang Dunia II, rata-rata waktu yang dibutuhkan dari terjadinya luka hingga perawatan definitif dari 12-18 jam, hal ini berkurang selama konflik Vietnam menjadi kurang dari 2 jam. (Departement Emergency Hospital Singapore, 2009).
Gambar 1. Stasiun triase di Suippes, Perancis pada Perang Dunia I.
Definisi/ Pengertian
Kata triage berasal dari bahasa Perancis “trier” yang artinya mengelompokkan/ mengklasifikasikan. Penggunaan awal kata “trier” mengacu pada penapisan screening di medan perang. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta faslitas yang paling efisien terhadap hampir 100 juta orang yang memerlukan pertolongan di unit gawat darurat (UGD) setiap tahunnya. Tujuan triage yaitu memilih atau menggolongkan semua pasien yang datang ke UGD dan menetapkan prioritas penanganannya. (Oman, 2000 : 1)
Triage merupakan kunci utama dari managemen medis penanganan disaster. Dengan pelaksanaan triage yang akurat akan membantu menyelamatkan banyak korban bencana maupun korban perang secara maksimal.
Triage juga berarti suatu sistem pemisahan pasien atau mengkategorikan pasien berdasarkan kegawatannya yang memerlukan tindakan segera.
Triage adalah suatu proses memprioritaskan pasien berdasarkan berat ringannya kondisi. Berdasarkan standar praktik ENA (Emergency Nurses Association), perawat gawat darurat harus memberlakukan triage untuk semua pasien yang masuk ke UGD dan menentukan prioritas perawatan berdasarkan kebutuhan fisik dan psiokologis dan juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi pasien sepanjang sistem tersebut. (Iyer, P., 2004;259).
2. SOAL :
Prinsip dan tipe triage!
PEMBAHASAN:
Prinsip dari triage :
a. Triase harus cepat dan tepat
Kemampuan untuk merespon secara cepat, terhadap keadaan yang menganca nyawa merupakan suatu yang sangan penting pada bagian kegawatdaruratan
b. Pemeriksaan harus adekuat dan akurat
Akurasi keyakinan dan ketangkasan merupakan suatu element penting pada proses pengkajian
c. Keputusan yang diambil berdasarkan pemeriksaan
Keamanan dan keefektifan perawatan pasien hanya dapat direncanakan jika ada informasi yang adekuat dan data yang akurat
d. Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondisi
Tanggungjawab utama dari perawat triase adalah untuk mengkaji dan memeriksa secara akurat pasien, dan memberikan perawatan yang sesuai pada pasien, termasuk intervensi terapiutik, prosedur diagnostic, dan pemeriksaan pada tempat yang tepat untuk perawatan
e. Kepuasan pasien tercapai
Perawat triase harus melaksanakan prinsip diatas untuk mencapai kepuasan pasien
Perawat triase menghindari penundaan perawatan yang mungkin akan membahayakan kesehatan pasien atau pasien yang sedang kritis
Perawat triase menyampaikan support kepada pasien, keluarga pasien, atau teman (Department Emergency Hospital Singapore, 2009)
Prinsip umum lain dalam asuhan keperawatan yang di berikan oleh perawat di ruang gawat darurat antara lain :
a) Penjaminan keamanan diri perawatan dan klien terjaga, perawat harus menerapkan prinsip universal precaution, mencegah penyebaran infeksi dan memberikan asuhan yang nyaman untuk klien
b) Cepat dan tepat dalam melakukan triage, menetapkan diagnose keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan
c) Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasi masalah biologi dan psikologi klien
d) Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klin dan keluarga diberikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama perawat dan klien
e) System monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan
f) Sisten dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah, cepat dan tepat g) Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga.
Tipe Triage :
Ada beberapa Tipe triage, yaitu :
a. Daily triage
Daily triage adalah triage yang selalu dilakukan sebagai dasar pada system kegawat daruratan. Triage yang terdapat pada setiap rumah bsakit berbeda-beda, tapi secara umum ditujukan untuk mengenal, mengelompokan pasien menurut yang memiliki tingkat keakutan dengan tujuan untuk memberikan evaluasi dini dan perawatan yang tepat. Perawatan yang paling intensif dberikan pada pasien dengan sakit yang serius meskipun bila pasien itu berprognosis buruk.
b. Mass Casualty incident
Merupakan triage yang terdapat ketika sestem kegawatdaruratan di suatu tempat bencana menangani banyak pasien tapi belum mencapai tingat ke kelebihan kapasitas. Perawatan yang
lebih intensif diberikan pada korban bencana yang kritis. Kasus minimal bisa di tunda terlebih dahulu.
c. Disaster Triage
Ada ketika system emergensi local tidak dapat memberikan perawatan intensif sesegera mungkin ketika korban bencana sangat membutuhkan. Filosofi perawatan berubah dari memberikan perawatan intensif pada korban yang sakit menjadi memberikan perawatan terbaik untuk jumlah yang terbesar. Fokusnya pada identifikasi korban yang terluka yang memiliki kesempatan untuk bertahan hidup lebih besar dengan intervensi medis yang cepat. Pada disaster triage dilakukan identifikasi korban yang mengalami luka ringan dan ditunda terlebih dahulun tanpa muncul resko dan yang mengalami luka berat dan tidak dapat bertahan. Prioritasnya ditekankan pada transportasi korban dan perawatan berdasarkan level luka.
d. Military Triage
Sama dengan tiage lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi disbanding dengan aturan medis biasanya. Prinsip triage ini tetap mengutamakan pendekatan yang paling baik karena jika gagal untuk mencapai tujuan misi akan mengakibatkan efek buruk pada kesehatan dan kesejahteraan populasi yang lebih besar.
e. Special Condition triage
Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban. Contohnya kejadian yang berhubungan dengan senjara pemusnah masal dengan radiasi, kontaminasi biologis dan kimia. Dekontaminasi dan perlengkapan pelindung sangat dibutuhkan oleh tenaga medis. (Oman, Kathleen S., 2008;2)
3. SOAL :
Klasifikasi dan penentuan prioritas pasien!
Ada banyak klasifikasi triage yang digunakan, adapun beberapa klasifikasi umum yang dipakai :
a) Three Categories Triage System
Ini merupakan bentuk asli dari system triase, pasien dikelompokkan menjadi : Prioritas utama
Prioritas kedua Prioritas rendah
Tipe klasifikasi ini sangat umum dan biasanya terjadi kurangnya spesifitas dan subjektifitas dalam pengelompokan dalam setiap grup
b) Four Categories Triage System
Terdiri dari :
Prioritas paling utama (sesegera mungkin, kelas 1, parah dan harus sesegera mungkin) Prioritas tinggi (yang kedua, kelas 2, sedang dan segera)
Prioritas rendah (dapat ditunda, kelas 3, ringan dan tidak harus segera dilakukan) Prioritas menurun (kemungkinan mati dan kelas 4 atau kelas 0)
c) Start Method (Simple Triage And Rapid Treatment)
Pada triase ini tidak dibutuhkan dokter dan perawat, tapi hanya dibutuhkan seseorang dengan pelatihan medis yang minimal. Pengkajian dilakukan kdengan sangat cepat selama 60 detik pada bagian berikut :
1) Ventilasi / pernapasan
2) Perfusi dan nadi (untuk memeriksa adanya denyut nadi) 3) Status neurology
Tujuannya hanya untuk memperbaiki masalah-masalah yang mengancam nyawa seperti obstruksi jalan napas, perdarahan yang massif yang harus diselesaikan secepatnya. Pasien diklasifikasikan sebagai berikut :
The Walking Wounded
Penolong ditempat kejadian memberikan instruksi verbal pada korban, untuk berpindah. Kemudian penolong yang lain melakukan pengkajian dan mengirim korban ke rumahsakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut
Critical/ Immediate
Dideskripsikan sebagai pasien dengan luka yang serius, dengan keadaan kritis yang membutuhkan transportasi ke rumahsakit secepatnya, dengan criteria pengkajian :
respirasi >30x/menit tidak ada denyut nadi
tidak sadar/kesadaran menurun
Delayed
Digunakan untuk mendeskripsikan pasien yang tidak bisa yang tidak mempunyai keadaan yang mengancam jiwa dan yang bisa menunggu untuk beberapa saat untuk mendapatkan perawatan dan transportasi, dengan criteria
Respirasi <30x/menit Ada denyut nadi
Sadar/ respon kesadaran normal Dead
Digunakan ketika pasien benar-benar sudah mati atau mengalami luka dan mematikan seperti luka tembak di kepala (Departement Emergency Hospital Singapore, 2009). Sistem klasifikasi pasien yang digunakan, diantaranya :
1) Traffic director
Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama dan memilih antara status “mendesak” atau “tidak mendesak”. Berdasarkan klasifikasi ini pasien dikirim ke ruang tunggu atau area perawatan akut. Tidak ada tes diagnostik permulaan yang dilakukan sampai tiba waktu pemeriksaan.
2) Spot check
Pada model ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan data subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien dikategorikan ke dalam salah satu dari tiga prioritas pengobatan berikut ini : “gawat darurat,” “mendesak,” atau “ditunda”. Dapat dilakukan beberapa tes diagnostic pendahuluan, dan pasien ditempatkan di area perawatan tertentu atau di ruang tunggu. Tidak ada evaluasi ulang yang direncanakan sampai dilakukan pengobatan.
Sistem comprehensive adalah sistem yang paling maju dengan melibatkan dokter dan perawat dalam menjalankan peran triase. Data dasar yang diperoleh meliputi pendidikan dan kebutuhan pelayanan kesehatan primer, keluhan utama, serta informasi subjektif dan ojektif. Tes diagnostic pendahuluan dilakukan dan pasien ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu. Jika pasien ditempatkan di ruang tunggu, pasien harus dikaji ulang setiap 15 sampai 60 menit (Rea, 1987).
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam unit gawat darurat berdasarkan Prioritas Perawatannya, antara lain :
a. Gawat Darurat (P1)
Keadaaan yang mengancam nyawa/adanya gangguan ABC dan perlu tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran , trauma mayor dengan perdarahan hebat b. Gawat Tidak Darurat (P2)
Keadaan mengangancam nyawa tetepi tidak memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka ditindak lanjuti oleh dokter specialis. Misalnya : pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainya.
c. Darurat Tidak Gawat (P3)
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi definitif. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya: laserasi, fraktur minor/tertutup,sistitis, otitis media dan lainya.
d. Tidak Gawat Tidak Darurat
Keaadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis ringan/asimptomatis. Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya (ENA, 2001;Iyer, 2004).
Katagori Triage Definisi tingkat ketajaman Waktu yang ditargetkan di dalam dimana pasien harus dilihat (menit) % tentang kasus untuk dilihat di dalam target waktu Keluhan yang khas Diagnose Sementara 1 Resusitasi dan pasien dengan sakit kritis 90% 5 me nit •Henti jantung •Henti trauma •Trauma mayor •Shock •Ancaman kematian karena Asma •Respiratory disstres •Pasien tidak sadar •Amputasi mayor •Luka dikepala dengan menyebabkan periubahan mental •Nyeri dada seperti AMI perdrhan pada gastro dengan shock atau tanpa shock • Trauma shock • Pneumotorak – traumatic
• Luka bakar pada wajah dengan jalan nafas yang
terganggu
• Luka dikepala dengan penurunan kesadaran
• Luka tebuka pada dada • Hipoglikemi • Overdosis trycylic • Kebocoran pembuluh darah auota pada abdomen • Akut myokard infark dengan atau
•Iskemia tanpa komplikasi • Status asma • Status epilepsy • Multivel trauma mayor • Gagal jantung grate 4 • Unstable angina pectoris • Stroke akut dengan perubahan mental 2 Emergenc y mayor (tidak memerluk an ambulan)
45 menit 85 % • Nyeri dada tidak seperti AMI • Overdosis obat • Kekakuan pada nyeri abdomen • Perdarahan pada gastro dengan TTV normal • Perdarahan vagina akut dengan TTV • Peningkatan osmular non ketotic diabetes • Diabetes ketoasidosis • Fraktur multifel tulang rusuk • Nyeri dada • Epligotis • Kehamilan ektofik • Fraktur mayor
normal • Trauma sedang (non-ambulan) • Status sakit kepala parah • Cedera kepala dengan muntah • Asma sedang • Infeksi paru dengan penurunan pernapasan • Muntah yang terus-menerus • Asma bronchial • Apendiksitis akut
• Retensi urinary akut
• Bronkopenemonia • Perdarahan gastrointestinal dengan TTV normal • Koleksititis
• Sepsis berat tanpa shock • Stroke akut • Pyelonepritis akut • Kanker tanpa komplikasi • Obstruksi intestinal • Overdosis obat dengan perubahan status mental 3 Emergenc y minor (ambulan)
60 menit 80% • Cedera pada kepala, alergi, tidak muntah, trauma akut minor, sprain akut, sakit kepala, sakit
• Cedera pada kepala tanpa muntah
• Fraktur clavicula
sedang, aborsi. • Migrant • Otitis media eksterna • Refluk gastroistetinal • Gejala disminore • Gatroenteritis akut • Vomiting • Gigitan serangga, ular dan binatang yang berbisa • Hiperpyrexia • Urtikaria 4 Tidak emergenc y
120 menit 75 % • trauma lama dengan gejala sisa • sakit teggorokan tanpa masalah pernapasan • proses pembedahan yang tidak gawat • kondisi
• Bekas luka lama
• Kelainan diformitas dari tulang • Kontraktur sendi • Fraktur OPERASI YANG TIDAK GAWAT • Diskolasi tanpa gejala sisa • Tidak terjadi perubahan yang kronik pada luka
mata yang tidak gawat • permintaa n tindakan yang tidak berbahaya • masalah pada kulit yang tidak gawat • Gumpalan dingin dan bengkak pada badan • Vena varicocel • Sirkumsisi • Penghilangan tattoo • Penghilangan keloid KELEMAHAN PADA BADAN • Kelumpuhan pada selebral • Post polio • Hemiplegia
• Stroke yang lama
• Paralisis yang berkepanjangan • Osteoartitis KONDISI MATA YANG TIDAK GAWAT • Gangguan retraksi mata • Ptreygium • Katarak • Kerusakan penglihatan • Squint KONDISI THT YANG TIDAK
GAWAT • Renitis kronis • Gangguan pendengaran • Polip hidung • Serumen di telinga
III KEADAAN UMUM
• Keadaan umum gejala kronis yang berupa kelelahan dan dyspepsia
• Infeksi saluran nafas atas tanpa demam
• Batuk kronis
• Masalah social masalah psikomatik
• Nyeri kepala
• Insomnia
(Sumber : Singapore : department of emergency medicine singapore general hospital)
Kategori Makna Konsekuensi Contoh
T1 (I) bahaya bagi kehidupan
pengobatan langsung, transportasi secepat
mungkin
arteri lesi, perdarahan internal, amputasi utama
pengobatan cepat, transportasi sesegera
mungkin
dislokasi
T3 (III) cedera kecil atau tidak ada cedera
pengobatan ketika praktis, transportasi dan / atau cairan bila memungkinkan
Laserasi minor, keseleo, lecet
T4 (IV) tidak atau kemungkinan kecil
untuk bertahan hidup
pengamatan dan jika mungkin administrasi
analgesik
luka berat, kehilangan darah tidak dikompensasi, penilaian
neurologis negatif T5 (V) Almarhum pengumpulan dan menjaga
tubuh, identifikasi bila memungkinkan
mati pada kedatangan, diturunkan dari T1-4, tidak ada
napas spontan setelah pembersihan saluran (Sumber : www.wikipedia.org)
4. SOAL :
Proses triage!
PEMBAHASAN :
Proses triage mencakup dokumentasi hal-hal berikut : Waktu dan datangnya alat transportasi
Keluhan utama ( misalnya : “ apa yang membuat Anda datang kemari”) Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
Penentuan pemberian perawatan kesehatan yang tepat
Penempatan diarea pengobatan yang tepat ( misalnya : cardiac persus trauma, perawatan mirror versus perawatan kritis)
Permulaan intervensi ( misalnya : balutan steril, es pemakaian bidai, prosedur diagnostic seperti pemeriksaan sinar-x, elektrokardiogram (EKG), atau gas darah arteri (GDA)
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian. Misalnya, melihat sekilas kearah pasien yang berada dibrakar sebelum mengarahkan keruang perawatan yang tepat. Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan sangat cepat-tidak lebih 5 menit, karena pengkajian ini tidak termasuk pengakajian perawat utama.
Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat ; misalnya, bagi trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan monitor jantung dan tekanan darah, atau area pengobatan cepat atau keluhan minor, seperti sakit tenggorok tanpa demam, sakit gigi, atau terkilir. Tanpa memikirkan di mana pasien pertama kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat utama sedikitnya setiap 60 menit. Untuk pasien untuk pasien yang dikatagorikan sebagai pasien yang “mendesak” atau “gawat darurat” pengkajian ulang dilakukan setiap 15 menit atau lebih bila perlu. Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru tentang kondisi pasien dapat mengubah kategorisasi ketakuatan dan lokasi pasien di area pengobatan mirror ketempat tidur bermonitor ketika pasien tampak mual atau mengalami sesak nafas, sinkop atau diaphoresis. (Iyer, 2004)
Saat pasien masuk ke UGD, perawat harus mengidentifikasi 3 aspek penting yaitu,
airway (jalan nafas), Breating (pola nafas) dan Circulation (sirkulasi). Untuk mencapai
tujuan itu, perawat harus menyelesaikan dengan cepat dan tepat dengan waktu tidak lebih
dari 5 menit.
Pada umumnya, triage dimulai dengan pengkajian pada pasien dan dilanjutkan
dengan pegkajian berdasarkan prioritas kegawatdaruratan pasien.
I. Acccros the Room Assesement (Pengkajian Awal)
Pengkajian awal dimulai ketika perawat gawat darurat bertemu dengan pasien pertama
kali. Perawat gawat darurat melakukan observasi secara teliti, mendengar bunyi abnormal
(suara nafas) dan berhati-hati terhadap bau yang tidak sesuai. Perawat yang telah
berpengalaman mampu menentukan tindakan yang benar dengan hanya melihat keadaan
pasien secara umum. Namun, dalam beberapa kasus perawat perlu melakukan pengkajian
yang lengkap sebelum dibawa ke ruang tindakan sesuai dengan keadaan pasien.
II. The Triage Interview (wawancara triage)
Dimulai dengan perawat memperkenalkan diri dengan pasien. Selama wawancara
singkat, perawat harus mampu mendapatkan data mengenai keluhan dan riwayat penyakit
pasien sebelumnya. Berdasarkan wawancara, pasien akan melakukan pendekatan yang
berfokus pada pengkajiannya dan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Selanjutnya,
pasien dibawa keruangan untuk mendapatan pelayanan dan melakukan registrasi secara
langsung. Setelah selesai melakukan registrasi pasien menuju ke ruang tunggu.
Dalam melakukan pengkajian pada wawancara triage sebaiknya perawat
menggunakan pertanyaan terbuka seperti, “apa yang bisa saya bantu atau apa masalah anda
hari ini?”. Dari pertanyaan tersebut kita akan mendapatkan informasi berdasarkan jawaban
pasien. Jika pasien pernah memiliki riwayat masuk rumah sakit sebelumnya, perawat dapat
menanyakan “apa perubahan yang dialami sekarang atau apa yang mnyebabkan kamu
datang kembali”.
Jika pasien datang dengan ambulan, banyak informasi yang dapat dari prehospital
(sebelum masuh rumah sakit) tetapi jawaban penting dari pasien bisa ditanyakan ulang
untuk menvalidasi data yang didapat sebelumnya. (ENA, 2005;68-73.
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage harus mulai
memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian.
Misalnya melihat sekilas kearah pasien yang berada di brankar sebelum mengarahkan ke
ruang perawatan yang tepat. Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan
dengan sangat cepat dan tidak lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk
pengkajian perawat utama.
Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatan pasien di area pengobatan
yang tepat, misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan
monitor jantung dan tekanan darah atau area pengobatan cepat untuk keluhan minor,
seperti sakit tenggorokan tanpa demam, sakit gigi, atau terkilir. Tanpa memikirkan di mana
pasien pertama kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang
oleh perawat utama sedikitnya selama 60 menit. Untuk pasien yang dikategorikan sebagai
pasien yang “mendesak” atau “gawat darurat”, pengkajian ulang dilakukan setiap 15 menit
atau lebih bila perlu. Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis.
Informasi baru tentang kondisi pasien di area pengobatan. Misalnya, kebutuhan untuk
memindahkan pasien yang awalnya berada di area pengobatan minor ke tempat tidur
bermonitor etika pasien tampak mual atau mengalami sesak napas, sinkop, dan diaphoresis.
(Iyer, P, 2004 : 259-260).
Gambar : Skema triage rumah sakit
5. SOAL :
Dokumentasi triage!
PEMBAHASAN :
Dokumentasi secara akurat dalam rekam medis adalah salah satu cara terbaik bagi perawat klinis untuk membela diri dari tuntutan hukum karena kelalain dalam pemberian perawatan. Dokumentasi yang berasal dari kebijakan yang mencerminkan standar nasional berperan sebagai alat manajemen risiko bagi perawat UGD. Hal tersebut memungkinkan peninjau yang objektif menyimpulkan bahwa perawat sudah melakukan pemantauan dengan tepat dan mengomunikasikan perkembangan pasien kepada tim kesehatan.
Dalam Dokumentasi triage terdiri dari lima yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui keadaan dan menentukan prioritas perawatan berdasarkan kebutuhan fisik dan psikologis, serta factor-faktor lain yang mempengaruhi pasien sepanjang sisterm tersebut.
Area pengkajian pertama harus selalu pengkajian system kardiovasculer dan respirasi, termasuk tanda vital. Pengkajian tersebut adalah pengkajian utama yang dimandatkan pada semua perawat gawat darurat untuk dilakukan pada semua pasien, tanpa memperdulikan keluhannya. Pemeriksaan umum dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan utama, meluas ke area seperti tingkat kesadaran, kualitas bicara, organisasi pikiran, tampilan umum (msl. pakaian, hygiene, warna kulit, ekspresi wajah, postur, aktivitas motorik pada saat pasien duduk atau dilepas pakaiannya, bau kulit atau bau nafasnya), Dan tingkat distress. Satu aspek yang sangat penting dari pengkajian adalah pembentukan hubungan terapiutik.
2. Diagnosa
Setelah melakukan pengkajian perawat harus menentukan diagnose untuk merencanakan tindakan keperawatan. Menurut nanda diagnose keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang sesuai.
3. Intervensi
Standar praktik ENA yang berkaitan dengan perencanaan menyatakan “perawat gawat darurat harus merumuskan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien UGD dan kolaborasi dan perumusan keseluruhan rencana perawatan pasien” (ENA,1995b) Dalam intervensi di triage elemen penting dari perencanaan adalah kesiapan. Perawatan harus memastikan alat-alat medis dan suplai barang-barang tersebut tersedia dan berfungsi dengan baik sehingga tidak akan terjadi keterlambatan dalam pemberian perawatan pada pasien.
4. Implementasi
Standar praktik ENA yang berkaitan dengan implementasi menyatakan, “perawat gawat darurat harus mengimplementasikan rencana perawatan berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan, dan diagnosis medis”. (ENA, 1995b)
Dalam implementasi di triage , perawat harus memiliki kompetensi dalam memberikan perawatan di UGD yang mencakup tindakan penyelamatan nyawa dan alat gerak. Perawat yang memiliki kompetensi harus mampu mengantisipasi kebutuhan keahlian khusus sesuai yang diindikasikan oleh situasi klinis, dan perawat harus berusaha dan mendokumentasikan semua upaya tersebut.
5. Evaluasi
Pernyataan standar ENA yang berkaitan dengan evaluasi dan memodifikasi rencana perawatan berdasarkan respon pasien yang dapat diobservasi dan pencapaian tujuan pasien”(ENA, 1995b)
Perawat harus mengevaluasi secara kontinu perawatan pasien berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk menentukan perkembangan pasien kearah hasil dan tujuan, dan harus mendokumentasikan respon pasien terhadapa intervensi pengobatan dan perkembangannya. Standar Joint Commission (1996) menyatakan bahwa rekam medis pasien menerima perawatan yang sifatny gawat darurat, mendesak, dansegera harus mencantumkan “kesimpulan pada saat terminasi pengobatan, termasuk disposisi akhir, kondisi pada saat pemulangan, dan instruksi perawatan tindak lanjut”
(Iyer, 2004).
Proses dokumentasi triage menggunakan sistem SOAPIE, sebagai berikut :
1.
S
: data subjektif
2.
O
: data objektif
3.
A
: analisa data yang mendasari penentuan diagnosa keperawatan
4.
P
: rencana keperawatan
5.
I
: implementasi, termasuk di dalamnya tes diagnostic
6.
E
: evaluasi / pengkajian kembali keadaan / respon pasien
terhadap pengobatan dan perawatan yang diberikan
Elemen Dokumentasi Triage
1. Tanggal dan weaktu kedatangan ke bagian emergency
2. Umur pasien
3. Waktu diadakan triage 4. Alergi
5. Pengobatan yang sedang dikonsumsi 6. Tingkat keparahan triage
7. Vital sign
8. Pemberian pertolongan pertama 9. Re-assesment
10. Pengkajian nyeri 11. Keluhan utama
12. Riwayat keluhan saat ini 13. Data subjektif dan objektif 14. Riwayat medis
15. Peride menstruasi terakhir (untuk wanita) 16. Riwayat imunisasi tetanus
17. Test diagnostic
18. Pengobatan yang diberikan saat ditriage 19. Tanda tangan dari register nurse
20. Hal – hal yang perlu dipertimbangkan lagi
21. Cara pemindahan
22. Penggunaan penafsiran atau perkiraan
DAFTAR PUSTAKA
Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta : EGC
Oman, K 2008. Panduan Belajar Keperawatan Gawat Darurat : Jakarta : EGC Aninomous,1999. Triage officers course.
Singapore : departement of emergency medicine singapore general hospital
Wikipedia, the free encyclopedia, 2009, triage, (Online), (http://en.wikipedia. org/wiki/triage, Diakses pada tgl 21 Maret 2010).