• Tidak ada hasil yang ditemukan

Melaksanakan Amanat Agung di Abad 21

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Melaksanakan Amanat Agung di Abad 21"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Melaksanakan

Amanat Agung

di Abad 21

Bunga Rampai

Penyunting:

Ev. I Putu Ayub Darmawan, M.Pd

Sekolah Tinggi Teologi

SIMPSON

2017

(2)

Melaksanakan Amanat Agung di Abad 21:

Bunga Rampai

Penyunting: Ev. I Putu Ayub Darmawan, M.Pd

Copy Editing: Kiki Priskila Cover: Maria Benedetta Mustika

136 hlm., Times New Roman 11pt. 15 x 23 cm

ISBN: 978-602-60350-5-9

Terbitan I: Agustus 2017.

Penerbit:

Sekolah Tinggi Teologi Simpson

Jl. Agung No. 66, Krajan, Kel. Susukan, Kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang, Jawa Tengah (50526)

Telp. (024) 6924853

Email: penerbitan_publikasi@sttsimpson.ac.id

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Melaksanakan Amanat Agung di Abad 21: Bunga Rampai/

penyunting: I Putu Ayub Darmawan -- Ungaran: Sekolah Tinggi Teologi Simpson, 2017.

vi, 136 hlm.; 23 cm ISBN: 978-602-60350-5-9

1. Teologi 2. Pendidikan Kristen I. Darmawan, I Putu Ayub II. Judul.

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... iii Daftar Isi ... vi 1. Negeri Pancasila: Panggilan Inklusif Gereja di Indonesia

Oleh Dr. Sahat M. Sinaga, M.Th... 1 2. Mengapa Mengabarkan Injil?

Oleh Pdt. Samuel Sumule, M.Div ... 23 3. Murid Yang Memuridkan

Oleh Ev. I Putu Ayub Darmawan, M.Pd ... 33 4. Model Pengembangan Pelayanan Anak

Oleh Edi Sujoko, M.Pd ... 47 5. Janji Manis Teknologi

Oleh Ev. Sundoro Tanuwidjaja, M.Th ... 65 6. Profesionalisme Hamba Tuhan

Oleh Pdt. Jamin Tanhidy, M.Th ... 75 7. Pemimpin yang Sukses dari Perspektif Kepemimpinan

Kristen

(4)

8. Makna Gembala Dalam Alkitab Hingga Fungsi Jabatannya Dalam Gerejawi

Oleh Pdt. Dr. Priyantoro Widodo, M.Th ... 103 9. The Contextual Church Leadership

Oleh Pdt. Dr. Enggar Objantoro ... 123 Profil Penulis ... 135

(5)

3

Murid Yang Memuridkan

Ev. I Putu Ayub Darmawan, M.Pd

A. PENDAHULUAN

Dalam pelayanan yang Tuhan Yesus lakukan untuk melaksa-nakan rencana-Nya, Ia berkeliling ke semua kota dan desa. Dalam se-tiap perjalanan-Nya, Tuhan Yesus mengajar dalam rumah-rumah iba-dat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga. Pengajaran yang disam-paikan-Nya diteguhkan oleh berbagai mujizat, dengan kuasa-Nya, Ia melenyapkan segala penyakit dan kelemahan (Mat. 9:35). Dalam per-jalanan pelayanan dari satu desa ke desa yang lain Yesus Kristus me-lihat banyak orang, mulai dari yang kulit hitam maupun putih, rambut lurus maupun keriting, dewasa maupun anak-anak, kaya maupun mis-kin, dan lain sebagainya. Ketika Ia melihat mereka maka tergeraklah hati Yesus Kristus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang keletihan, cemas, terlantar, atau terbaring tak ber-daya karena kelelahan dan pengabaian (Mat. 9:36). Mereka merindu-kan gembala yang membaringmerindu-kan mereka di padang yang berumput hijau, yang membimbing ke air yang tenang sehingga jiwa mereka di-segarkan (Mzm. 23:2-3). Mereka juga merindukan gembala yang me-nuntun mereka di jalan yang benar (Mzm. 23:3-4), sebab mereka hi-dup diantara serigala-serigala yang berbulu domba dan di tepian ju-rang yang dalam serta terjal, mereka hidup dalam bahaya maut. Orang-orang itu seperti domba yang merindukan gembala yang mem-beri kepastian jalan hidup yang benar dan menyertai mereka dengan gada dan tongkatnya (Mzm. 23:4). Mungkin saja orang-orang tersebut

(6)

seperti domba yang tersangkut dalam semak dan dapat lepas oleh karena gembala yang baik, yang membantu untuk melepaskannya dari semak itu. Semak itu sama seperti, dosa yang membelenggu kehidupan manusia dan manusia tidak dapat melepaskan dirinya sendiri selain oleh pertolongan Yesus Sang Gembala Agung. Melihat orang-orang tersebut tergeraklah hati Yesus Kristus dengan hati yang penuh belas kasihan. Hati Yesus sangat mengasihi semua orang yang terlantar, tak tergembala, dan hidup dalam belenggu dosa. Lalu Tuhan Yesus ber-kata kepada murid-murid-Nya, “Tuaian memang banyak, tetapi pe-kerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Mat. 9:37-38). Hal tersebut merupakan sebuah kritik bagi murid-murid-Nya. Para murid telah hidup dalam lingkaran masyarakat yang kehausan akan firman dan telah menerima panggilan-Nya untuk memberitakan rah-mat Tuhan (Yes. 61:2), tetapi tidak memiliki hati yang mengasihi me-reka. Dalam bagian lain, Matius menunjukkan bagaimana Tuhan Yesus memanggil para murid dan menangkap apa yang menjadi isi hati Tuhan Yesus.

Pada masa kini, ada kecenderungan kita menjadi abai terhadap orang-orang disekitar kita yang terlantar dan tidak mengenal Sang Gembala Agung. Tuhan memanggil setiap orang percaya tidak hanya panggilan untuk menjadi percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Ju-ruselamat manusia, sama seperti para murid, Tuhan Yesus juga me-manggil orang percaya untuk menjadi penjala manusia dan memurid-kan. Matius 28:19-20 memberi gambaran Amanat Agung Allah pada kita untuk melakukan pemuridan. Tenibemas menuliskan bahwa Tuhan Yesus memberi kita amanat untuk menjadikan segala bangsa sebagai murid Kristus dan inti dalam amanat itu adalah pemuridan.1 Oleh sebab itu pemuridan merupakan komponen penting dalam kema-juan rohani seorang percaya dan perluasan Kerajaan Allah. Seorang murid adalah seorang percaya yang mempunyai prioritas utama yaitu untuk menjadi pembelajar seumur hidup dan pengikut Kristus.2 Huta-barat mengungkapkan bahwa permuridan merupakan,

1

Purnawan Tenibemas, “Amanat Pemuridan,” Menjadi Hamba Yang

Setia, Cendekia, dan Berhati Mulia (Bandung: Terang Hidup, 2016), 191.

2

e3 Partners Ministry, Langkah-langkah Pertama, Memobilisasi

(7)

Suatu proses hubungan antara seorang pengikut Kristus yang lebih dewasa serta berpengalaman dan beberapa orang yang baru percaya, lalu ia membagikan kehidupannya (prinsip-prinsip kebe-naran firman Tuhan, keyakinan, komitmen, waktu, tenaga, perha-tian, serta hal lain yang diperlukan) demi menolong orang-orang tersebut untuk mengenal Kristus dan pada suatu saat mereka pun akan memperkenalkan Kristus kepada orang lain.3

Tahap penting yang Yesus Kristus lakukan dalam pemuridan adalah memilih murid-murid. Untuk memuridkan, Tuhan Yesus memilih mu-rid-murid yang tepat. Hal ini tampak dari peristiwa sebelum pemilihan murid yaitu Yesus Kristus menghabiskan waktu untuk berdoa sema-lam-malaman (Luk. 6:12-13). Murid yang dipilih-Nya kemudian di-ajar sehingga bertumbuh dalam pengenalan akan Allah.

B. KERANGKA KONSEPTUAL PELAYANAN PEMURIDAN

Sebelum membahas kerangka konseptual pelayanan pemurid-an, permasalahan yang tampaknya ada di sekitar kita adalah pendefi-nisian tentang anggota gereja. Ada kecenderungan pemisahan, baik di-sadari atau tidak, antara anggota jemaat dengan pelayan Tuhan atau dengan menyebut orang awam dan hamba Tuhan. Padahal bila men-cermati Matius 28:19 maka jelas setiap anggota gereja adalah murid. Setiap murid memiliki kewajiban untuk menjadikan orang lain menja-di murid-Nya. Mark Dever mengungkapkan bahwa ada masalah pada pemahaman alkitabiah tentang keanggotaan gereja. Pemahaman alki-tabiah tentang anggota gereja dapat menolong untuk terjadinya per-tumbuhan dan proses pemuridan yang baik.4 Harus diingat bahwa dalam Alkitab tidak menekankan pada konsep kasta, sehingga tidak boleh ada sikap menomorduakan dan lain sebagainya yang serupa dengan itu pada anggota gereja lainnya. Sebab unsur pertama dalam pemuridan menurut Robertson adalah pribadi.5 Setiap murid adalah pribadi yang dapat diibaratkan sebagai anak yang perlu pengasuhan

3

Herdy N. Hutabarat, Mentoring & Pemuridan (Bandung: Kalam Hidup, 2011), 75.

4

Mark Dever, 9 Tanda Gereja Yang Sehat (Surabaya: Penerbit Mo-mentum, 2010), 262.

5

Roy Robertson, Pemuridan Dengan Prinsip Timotius (Yogyakarta: Penerbit Andi, 1996), 104.

(8)

dengan baik sehingga bertumbuh dengan baik. Tetapi tidak berarti bahwa murid-murid adalah orang yang terdidik dan kedudukannya lebih tinggi dari yang lain. 6Murid adalah setiap pribadi yang percaya pada Kristus Yesus yang membuktikan statusnya sebagai murid de-ngan tetap tinggal dalam firman-Nya (Yoh. 8:34-36).

1. Proses Awal

Proses pemuridan dimulai dari pemberitaan bahwa Kristus Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat kepada orang lain, kemudian orang yang mendengar kabar itu dan menjadi percaya adalah orang Kristen baru. Dalam pengalaman yang dimiliki oleh Robertson, dalam pelayannya di Cina ia mulai memuridkan Hans, seorang anak berusia 18 tahun. Dalam memuridkan Hans, Robertson memulai dari menge-nalkan Kristus kepada Hans. Walau Hans adalah seorang pemimpin pemuda dan telah menghafal Surat Filipi, tampaknya Hans masih be-lum benar-benar yakin akan keselamatannya. Itu sebabnya proses awal yang amat penting adalah memastikan keyakinan keselamatan.7

Demikian halnya yang dilakukan oleh Pdt. Samuel Sumule, M.Div (alm.), seorang dosen dan salah satu orang yang berperan da-lam pendirian serta pengembangan STT Simpson. Dari diskusi dengan beberapa rekan, tampak dengan jelas bahwa Pak Samuel, demikian ia biasa dipanggil, dalam awal semester ia mengambil waktu untuk ber-bicara dengan mahasiswa baru dan memastikan keyakinan keselamat-an para mahasiswa baru. Ini merupakkeselamat-an lkeselamat-angkah penting sebelum ma-suk dalam langkah selanjutnya. Kepastian keselamatan menjadi awal penting sebab tanpa keyakinan keselamatan di dalam Kristus Yesus, seorang murid tidak dapat bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus dan melayani-Nya. Alasan lainnya adalah setiap murid, termasuk mu-rid baru, memiliki kewajiban untuk memberitakan Injil Yesus Kristus kepada orang lain sehingga ia harus memiliki keyakinan akan kese-lamatan dalam Kristus Yesus.

6

David A. Servant, Pelayanan Pemuridan: Prinsip-Prinsip Alkitabiah

untuk Berbuah dan Bertumbuh (n.p.: Ethnos Press, 2004), 17.

7

(9)

Gambar 1. Proses Pemuridan8

2. Melatih Seorang Murid

Setiap orang Kristen baru berkewajiban untuk memberitakan Injil dan memiliki hak untuk dirawat serta dilatih dengan dasar-dasar kehidupan Kristen sehingga menjadi seorang murid yang terlatih.

a. Menjadi Teladan

Dalam memuridkan para murid Tuhan Yesus hidup bersama-sama dengan para murid. Dalam Markus 3:14 dituliskan bahwa Tuhan Yesus menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil. Setelah memilih para murid, Tuhan Yesus membawa para murid dalam setiap pelayanan dan mereka hidup bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Yesus ada bersama-sama dengan para murid. Hamba Tuhan hidup seperti dalam sebuah aquarium yang dapat di lihat dari segala aspek kehidupan. Begitu pula dengan Yesus hidup bersama-sama dengan para murid, sehingga para murid dapat melihat dan belajar dari segala aspek kehidupan Yesus. Ia meluangkan seluruh waktu yang dimiliki-Nya untuk memperlengkapi

8

Faisal (Penerjemah), Buku Catatan Pemuridan dan Pertumbuhan

(10)

dan membuat para murid melayani. Ia pula meluangkan waktu-Nya guna melatih para murid untuk melayani dan melakukan evaluasi ter-hadap pelaksanaan pelayanan para murid. Yesus Kristus tidak hanya mengevaluasi bagaimana mereka melakukan, melainkan apa yang menjadi motif mereka melakukan seperti yang terjadi dalam Matius 26:6-13.

Robertson mengungkapkan bahwa seorang pemberi teladan diibaratkan seperti seorang pelari yang menolong pelari lain agar me-mantapkan langkahnya. Pemberi teladan berada didekat mereka yang diberi teladan untuk memantapkan langkahnya. Prinsip teladan menu-rut Robertson hampir mewarnai Alkitab. Yesus Kristus berkata pada para murid “Mari ikutlah Aku, kamu akan kujadikan penjala manusia” (Mat. 4:19) dan rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus “Ja-dilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus’ (1 Kor. 11:1). Dari apa yang diuraikan oleh Robertson jelas dalam Al-kitab ada contoh tentang teladan. Robertson juga menjelaskan bahwa rasul Paulus mengajar kepada Timotius untuk menjadi teladan bagi orang percaya lainnya sehingga mereka dapat bertumbuh dalam Kristus dan melayani-Nya dengan sepenuh hati.9

Dalam melatih murid, kita perlu mendemonstrasikan contoh pelayanan seperti yang Yesus Kristus lakukan kepada murid-murid-Nya. Kepada para murid, Ia memberikan contoh dan ilustrasi dari diri-Nya sendiri. Tuhan Yesus mengajar para murid dengan mendemon-strasikan pelayanan. Dalam Injil Yohanes 13:2-15 dicatat bahwa Tuhan Yesus memberi contoh sebagai seorang hamba yang bersikap rendah hati. Peristiwa pembasuhan kaki menjadi peristiwa dimana Tuhan Yesus mendemonstrasikan pelayanannya, hal ini dipertegas oleh pernyataan Tuhan Yesus sendiri dalam Yohanes 13:13-15. Dalam ayat tersebut Tuhan Yesus mengungkapkan bahwa,

Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku mem-basuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka ka-mu pun wajib saling membasuh kakika-mu; sebab Aku telah mem-berikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yoh. 13:13-15).

9

(11)

Tuhan Yesus mengajar para murid dengan berbagai cara dan yang pa-ling menarik adalah Ia memberikan contoh dan ilustrasi dari diri-Nya sendiri. Kapan saja, dimana saja dan dalam keadaan apa saja Ia mem-berikan contoh pelayanan. Tuhan Yesus selalu mengingatkan para murid di mulai dari diri-Nya sendiri.

Sebagai contoh, Ia mengajar para murid tentang bedoa dengan cara Ia sendiri berdoa (Mat. 5:15). Demikian pula dalam peristiwa se-belum masa penderitaan salib, Yesus Kristus mengajak para murid ke taman Getsemani. Sementara Ia berdoa, Yesus Kristus meminta pada Petrus dan kedua anak Zebedeus untuk ikut beserta-Nya (Mat. 26:36-46). Contoh lain ialah Yesus Kristus juga mengajar para murid untuk memberitakan Injil kerajaan Allah dengan berkeliling untuk memberi-takan Injil (Mat. 4:23; 9:35; Luk. 8:1). Ia membawa para murid untuk ikut beserta-Nya melayani berbagai macam orang mulai dari orang miskin, sakit, hingga orang kaya seperti Zakeus, para pemungut cukai dan lain sebagainya. Ia membawa para murid ikut beserta-Nya untuk mendemonstrasikan contoh pelayanan kepada para murid.

Contoh merupakan sebuah cara untuk mengajar orang lain ba-gaimana melayani dan Yesus Kristus melakukan hal itu. Ia memberi-kan contoh bagaimana melayani kepada para murid sehingga mereka dapat memahami rencana dan kuasa Allah serta dapat melihat bagai-mana Kristus Sang Guru melayani manusia.

b. Mendelegasikan Pelayanan

Kemudian sebagai mentor kita perlu membiasakan diri men-delegasikan pelayanan kepada para murid. Contoh ini diberikan oleh Yesus Kristus kepada para murid maupun rasul Paulus kepada Ti-motius dan Titus. Lukas menceritakan bahwa Tuhan Yesus mengutus tujuh puluh murid. Tuhan Yesus mengutus mereka berdua-dua untuk mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Dalam peristiwa tersebut, Tuhan Yesus mendelegasikan pelayan-an kepada para murid. Dalam pendelegasipelayan-an itu Tuhpelayan-an Yesus mengi-ngatkan kepada para murid bahwa mereka diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala. (Luk. 10:1-3).

(12)

Tuhan Yesus juga memberikan sebuah arahan bagaimana me-reka melakukan tugas pelayanannya (Luk. 10:4-7). Dalam ayat ter-sebut diceritakan demikian,

Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam per-jalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali ke-padamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.

Yesus berani memberi perintah kepada para murid tanpa memberi be-kal, tetapi selalu di sertai oleh kuasa. Para murid pergi tanpa mem-bawa bekal jasmani, tetapi Yesus Kristus membekali mereka dengan perlengkapan pengetahuan bagaimana melayani. Dalam ayat tersebut paling tidak dapat dilihat bahwa Yesus Kristus membekali mereka dengan strategi pelayanan.

Pendelegasian merupakan permasalahan pelayanan yang mung-kin terjadi di beberapa tempat pada masa mung-kini. Gembala senior cen-derung enggan memberikan kepercayaan pada gembala muda atau ma-hasiswa praktik untuk melayani. Mungkin ada yang berpandangan bahwa orang muda tersebut belum bisa apa-apa. Padahal dalam situasi tersebut, gembala senior perlu memberi kesempatan belajar dan mengembangkan diri pada orang yang lebih muda dengan melakukan pendelegasian pelayanan. Pengalaman pelayanan penulis di Kaliman-tan Tengah menjadi sebuah pengalaman berharga akan hal ini. Pdt. Esra Idrus, S.Th yang menjadi supervisor penulis memberi kesem-patan untuk melayani secara penuh waktu selama satu tahun di GKII pos PI KM 23 dan GKII pos PI KM 32 selama satu tahun. Pak Esra, demikian ia dipanggil, melakukan pendelegasian pelayanan kepada pe-nulis dengan tetap melakukan pengawasan dan evaluasi. Kesempatan tersebut rupanya menjadi sebuah pengalaman berharga untuk mengem-bangkan pelayanan di kedua pos PI tersebut.

Pendelegasian pelayanan memerlukan cara pikiran dan cara pandang yang positif sehingga ada sikap percaya untuk melakukan

(13)

pendelegasian pelayanan. Pendelegasian pelayanan juga dilakukan se-cara bertahap sesuai dengan kemampuan para murid. Yesus Kristus mendelegasikan pelayanan kepada para murid dengan melihat kemam-puan para murid dan melakukan evaluasi sesudahnya.

c. Melakukan Supervisi Pelayanan

Supervisi merupakan hal yang penting dalam pelayanan. Ti-dak hanya dalam pelayanan, supervisi telah lama digunakan dalam du-nia bisnis maupun pendidikan. Supervisi merupakan sebuah usaha pengawasan, pengontrolan maupun pendampingan dengan tujuan me-ningkatnya kinerja yang disupervisi. Secara umum supervisi berfungsi untuk mengembangkan kompetensi orang yang disupervisi. Dalam pe-layanan pemuridan, dengan supervisi ada berbagai pepe-layanan yang te-lah dan sedang dilakukan dapat diawasi dengan baik sehingga pela-yanan dilaksanakan dengan baik.

Dalam pemuridan yang Yesus Kristus lakukan Ia melakukan supervisi terhadap para murid yang telah kembali dan melaporkan pelayanan mereka (Luk. 10:17-20). Dalam laporan mereka, para murid bersukacita karena apa yang terjadi dalam pelayanan mereka. Hal ter-sebut dapat membuat para murid menjadi sombong sehingga Tuhan Yesus mengingatkan bahwa sukacita mereka seharusnya didasarkan pada fakta bahwa Allah memilih mereka untuk menjadi milik-Nya.10 Dalam hal tersebut, Tuhan Yesus mensupervisi para murid agar mere-ka tidak menyimpang dan meremere-ka dapat melakumere-kan pekerjaan pela-yanan dengan lebih baik. Yesus melakukan koreksi dan evaluasi agar para murid melakukan pelayanan dengan baik.

Oleh sebab itu, dalam pemuridan supervisi merupakan kom-ponen penting untuk tercapainya apa yang diharapkan. Pemurid me-lakukan supervisi kepada para murid, sehingga terjadi peningkatan kompetensi untuk melayani. Penulis mencermati hal ini terjadi di GKII Malang yang digembalakan oleh Pdt. Dedi Sutiadi, M.Th. Pak Dedi, demikian ia biasa dipanggil, dalam pelayanannya di gereja yang anggotanya didominasi oleh pemuda melakukan supervisi terhadap pemuda yang dimuridkannya. Ia melakukan pengawasan dan

10

(14)

pingan pada setiap pemuda yang ia muridkan hingga terjadi pening-katan kompetensi untuk melayani.

d. Memberi Makanan Rohani

Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya bahwa manusia tidak hidup hanya karena roti saja. Manusia hidup dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Mat. 4:4; Luk. 4:4). Makanan merupa-kan sesuatu yang penting bagi pertumbuhan. Seperti sebuah pohon yang akan terus bertumbuh dengan baik ketika memperoleh asupan makanan yang cukup.

Surat Ibrani 5:11-14 menyatakan bahwa makanan rohani pen-ting bagi kehidupan Kristen dan bagi para murid seharusnya sudah dewasa, serta dapat memakan “makanan keras”. Murid yang masih baru bisa diberi susu tetapi seorang murid yang dewasa harus dapat makan “makanan keras”. Tuhan Yesus memberi makanan keras kepa-da para murid, karena Ia tahu para murid-Nya telah dewasa, begitu pula dengan perjumpaan Tuhan Yesus dengan para ahli Taurat, Yesus memberi makan keras kepada mereka.

Peranan pemurid dalam hal ini adalah melakukan pelayanan pengajaran kepada setiap murid. Servant mengungkapkan bahwa pen-deta tidak dapat menganggap bahwa tanggung jawab pelayanannya hanya memberikan kuliah umum setiap minggu. Servant mengung-kapkan bahwa Yesus Kristus dalam pelayanan-Nya justru memulai dengan menjawab pertanyaan para murid yang banyak bertanya.11 Ko-munitas menjadi ruang untuk menikmati makanan rohani sehingga ter-jadi pertumbuhan dalam pengenalan akan Kristus serta hidup memberi buah. Dalam komunitas dapat terjadi diskusi yang saling membangun dan mendalam terutama mendiskusikan firman Tuhan.

3. Menjadikan Orang Lain Murid (Mat. 28:19-20)

Murid yang terlatih memiliki kewajiban untuk memberitakan Injil dan berhak untuk diperlengkapi untuk menjadi murid yang bere-produksi sehingga menjadi pemurid yang memuridkan orang lain. Pe-murid yang mePe-muridkan orang lain tetap memiliki kewajiban untuk

11

(15)

memberitakan Injil dan dipersiapkan untuk masuk dalam pengem-bangan serta penempatan pemimpin sehingga menjadi pemimpin yang mengembangkan pelayanan. Proses menjadikan orang lain sebagai murid dapat disebut sebagai proses multiplikasi. Multiplikasi merupa-kan hal utama yang Tuhan Yesus harapmerupa-kan dari para murid. Kata kun-ci dari multiplikasi adalah mereproduksi. Multiplikasi bukanlah

multi-level. Multiplikasi pelayanan pemuridan fokus pada perluasan

kera-jaan Allah. Multilevel berfokus pada meningkatkan posisi dan status diri kita, bukan perluasan pelayanan.

Amanat Agung dalam Matius 28:19-20 menunjukkan bahwa Tuhan Yesus menginginkan para murid terus bertumbuh kemudian memuridkan lebih banyak lagi. Tuhan Yesus menginginkan agar para murid melakukan multiplikasi, dimana setiap murid memuridkan orang lain untuk melakukan Rencana Agung Allah. Gambaran konsep multiplikasi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Konsep Multiplikasi12

Konsep multiplikasi tergambar dalam pola pelayanan Rasul Paulus. Menjelang mengakhiri pelayanannya, rasul Paulus menem-patkan Timotius dalam sebuah pelayanan penggembalaan di Efesus. Jauh sebelum itu, rasul Paulus telah memperlengkapi Timotius se-hingga Timotius dapat melakukan tugas pelayanannya untuk mem-perlengkapi orang-orang percaya yang setia. Kemudian Timotius juga melakukan proses tersebut dengan mengajar orang-orang Efesus

12

Faisal (Penerjemah), Pemuridan Yang Dinamis: Pribadi ke

Priba-di (Bandung: Kalam Hidup, 2014), 180.

Paulus Timotius

Orang-orang yang

setia

Orang lain

Saya Murid saya Murid sayaMurid dari Orang lain

(16)

hingga mereka dapat menjadi orang Kristen yang mampu menghadapi ajaran palsu. Selain itu, Timotius juga harus mengajar orang Efesus agar mereka dapat melayani sebagai penilik jemaat dan diaken (1 Tim. 3:1-13; 4). Proses multiplikasi terus terjadi ketika pemuridan terus dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan konsep pemu-ridan yang tergambar dalam Matius 28:18-20 dimana para murid ha-rus pergi menjadikan segala bangsa/suku sebagai murid Kristus, ke-mudian mengajar mereka untuk melakukan tugas yang sama seperti para murid sebagai seorang murid Kristus.

4. Mengembangkan Pelayanan

Sama seperti bagian sebelumnya, pemimpin yang mengem-bangkan pelayanan tetap memiliki kewajiban untuk memberitakan Injil sehingga terus menghasilkan murid-murid baru. Dengan demi-kian, jelas bahwa dalam pelayanan pemuridan, kita semua melakukan tugas pelayanan yang sama yaitu pemberitaan Injil kepada orang lain. Harus disadari bahwa setiap murid memiliki karakteristik masing-ma-sing dan dapat membuat pemurid menjadi undur karena menghadapi masalah dalam proses pemuridan. Yang harus diingat bahwa, masalah dalam proses pemuridan ada begitu banyak tetapi janji Yesus Kristus dalam Amanat Agung dan pertolongan kuasa Roh Kudus akan me-mampukan pemurid melakukan proses pemuridan dengan baik, walau tingkat kecepatan tercapainya hasil berbeda dengan yang lain. Oleh sebab itu, pemuridan merupakan bagian penting dalam meluaskan ke-rajaan Allah. Dengan pelaksanaan pemuridan, maka pemberitaan Injil akan terlaksana dan semakin banyak orang yang mengenal Kristus (menjadi murid baru). Pemuridan membuat Injil diberitakan, kerajaan Allah diluaskan.

C. PEMURIDAN & TEKNOLOGI

Berkembangnya teknologi dan era serba teknologi dapat men-jadi tantangan sekaligus menmen-jadi peluang pelayanan Kristen. Dalam kaitan dengan pemuridan maka peluang yang ditawarkan oleh per-kembangan teknologi menjadi perhatian dalam bagian ini. Perkem-bangan teknologi yang menjadikan semakin mudahnya akses, jejaring dan komunikasi maka menjadi peluang untuk pelaksanaan pemuridan. Perkembangan teknologi yang melahirkan media sosial dan media daring lainnya dimanfaatkan untuk melakukan pemuridan, sehingga

(17)

proses pemuridan menjadi efektif dan efisien. Memang secara kese-luruhan efisiensi yang lebih dominan dibanding efektifitas. Sebab ada kalanya murid yang dimuridkan akan merasa dikuatkan oleh kehadir-an pemurid.

Penulis menilai hal tersebut sejalan dengan apa yang rasul Paulus lakukan. Ia menggunakan segala macam cara agar Injil dapat dipahami orang Kristen mula-mula. Sebagai contoh ia menggunakan kertas, teknologi masa itu, untuk menyampaikan pengajarannya. Ia me-manfaatkan teknologi dengan menulis surat kepada jemaat-jemaat se-hingga jemaat-jemaat dan pribadi-pribadi yang menjadi tujuan surat-nya dapat dikuatkan dalam iman serta bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. Dalam suratnya ia menyadari bahwa perlu jika Paulus datang dan hadir di tengah-tengah jemaat. Oleh sebab itu pemurid perlu untuk meluangkan waktu hadir dan bertemu langsung dengan muridnya.

Rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan teknologi dalam pemuridan adalah: (1) Inti Injil tidak terganti oleh teknologi; (2) Pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh murid maupun pemurid; (3) Interaksi antara murid dengan pemurid tetap ber-jalan dengan baik, sehingga dapat saling menguatkan dan mendorong untuk tercapainya pertumbuhan iman. Dalam hal ini perlu adanya pertemuan tatap muka sehingga dapat berdoa bersama.

D. PENUTUP

Pemuridan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan dan diabaikan dalam kehidupan kekristenan. Kristus sendiri memberi te-ladan dalam melakukan pemuridan sehingga semakin banyak orang yang dijadikan murid. Pemuridan merupakan suatu proses hubungan antara seorang murid yang lebih dewasa dengan orang yang percaya. Dalam pemuridan, seorang pemurid membagikan kebenaran firman Tuhan, keyakinan, komitmen, waktu, tenaga, perhatian, serta hal lain yang diperlukan dengan tujuan agar orang-orang tersebut mengenal Kristus yang kemudian memperkenalkan Kristus kepada orang lain.

Hal penting yang menjadi cara Tuhan Yesus untuk memurid-kan para murid adalah Ia menginvestasimemurid-kan waktu-Nya untuk mem-buat murid-murid-Nya melayani, kemudian Ia mendemonstrasikan

(18)

contoh pelayanan. Setelah para murid melihat contoh dari-Nya, Yesus Kristus mendelegasikan pelayanan kepada para murid. Seperti tercatat dalam Alkitab, Ia melakukan supervisi pelayanan yang telah dan se-dang dilakukan dapat diawasi dengan baik sehingga akan dapat mela-kukan pelayanan dengan baik (Luk. 10:17-20). Kristus juga memberi-kan kepada para murid mamemberi-kanan rohani (Ibr. 5:12) dan mengingatmemberi-kan para murid-Nya bahwa manusia tidak hidup hanya karena roti saja. Manusia hidup dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Mat. 4:4; Luk. 4:4). Proses selanjutnya dari pemuridan Yesus Kristus ada-lah multiplikasi (Mat. 20) Amanat Agung dalam Matius 28:19-20 menunjukkan bahwa Tuhan Yesus menginginkan para murid terus bertumbuh kemudian memuridkan lebih banyak lagi. Tuhan Yesus menginginkan agar para murid melakukan multiplikasi, dimana setiap murid memuridkan orang lain untuk melakukan rencana agung Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Dever, Mark. 9 Tanda Gereja Yang Sehat. Surabaya: Penerbit Mo-mentum, 2010.

e3 Partners Ministry. Langkah-langkah Pertama, Memobilisasi Gereja

Anda. Terjemahan. Texas: e3 Partners Ministry, 2009.

Faisal (Penerjemah). Buku Catatan Pemuridan dan Pertumbuhan

Eks-plosif. Bandung: Kalam Hidup, 2014.

Faisal (Penerjemah). Pemuridan Yang Dinamis: Pribadi ke Pribadi. Bandung: Kalam Hidup, 2014.

Hutabarat, Herdy N. Mentoring & Pemuridan. Bandung: Kalam Hi-dup, 2011.

Robertson, Roy. Pemuridan Dengan Prinsip Timotius. Yogyakarta: Penerbit Andi, 1996.

Servant, David A. Pelayanan Pemuridan: Prinsip-Prinsip Alkitabiah

untuk Berbuah dan Bertumbuh. n.p.: Ethnos Press, 2004.

Tenibemas, Purnawan. “Amanat Pemuridan,” Menjadi Hamba Yang

Setia, Cendekia, dan Berhati Mulia. Bandung: Terang Hidup,

Gambar

Gambar 1. Proses Pemuridan 8
Gambar 2. Konsep Multiplikasi 12

Referensi

Dokumen terkait

Jika rasul Paulus merumuskan ulang misinya agar karya pendamaian Allah nyata bagi manusia dan dunia lewat pemberitaan mengenai karya Yesus Kristus, maka apakah orang

dalam Kisah Para Rasul 10:38 , yakni Dia "berjalan berkeliling sambil berbuat baik." Orang-orang percaya seharusnya mengikuti teladan Yesus tersebut dan menjadi "pelaku

Seperti sabda Rasul : “Ajarilah anak - anak untuk hidup pada jamannya..” Perkembangan teknologi rupanya menjadi tantangan orang tua di abad ini. Siapa yang mampu

Maka dari pada itu setiap orang percaya dapat bertumbuh dan menjadi bagian gereja yang berdampak bagi penginjilan (Yonatan Alex Arifianto & sumiwi Rachmani,

dfLAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PKM) Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PDGK 4209) S1 PGSD Universitas Terbuka DISUSUN OLEH : NAMA : .....................NIM : .....................SEMESTER: IV (EMPAT) UPBJJ : UT PANGKAL PINANG POKJAR : MUNTOK MASA REGISTRASI : 2015.1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA PANGKAL PINANG TAHUN 2015 2 / 9 ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PELAKSNAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PDGK 4209) Oleh ..................... telah diketahui dan disahkan oleh Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok sebagai salah satu tugas akhir semester IV (Empat). Tempat : Muntok Hari : Minggu Tanggal : Mei 2015 Pembimbing Mahasiswa Sarbudiono, S.Pd ..................... NIP. 19680528 199103 1 005 NIM. ..................... 3 / 9 iii KATA PENGANTAR Alhamdullilah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini dengan baik. Melalui mata kuliah ini, penulis berlatih untuk menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari dalam kegiatan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran, sehingga penulis dapat mengoreksi diri agar menjadi seorang guru yang profesional. Penyusunan laporan tugas akhir semester IV ini tentu tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya : 1.Bapak Drs. Syarif Fadillah, M.Si, selaku kepala UPBJJ UT Pangkal Pinang; 2.Bapak Hermansyah selaku pengelolah UT pangkal Pinang Pokjar Muntok; 3.Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok; 4.Bapak Mulkan selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 4 Jebus; 5.Bapak Sarmin selaku Kepala sekolah Dasar Negeri 5 Simpang Teritip; 6.Bapak Jhoni Darma Putra, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 6 Parittiga; 7.Bapak Parjana, S.Pd.SD selaku Supervisor 2 yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar; 8.Kedua orang tua dan teman Mahasiswa yang telah memberi bantuan baik moral, maupun materi dan juga semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis telah bekerja dengan maksimal. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan, selanjutnya penulis berharap Laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini akan memberi manfaat bagi pembaca, dan semua pihak yang berkepentingan. Muntok, Mei 2015 Penulis, 4 / 9 iv DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ........................................................................................ iv BAB I. PENDAHULUAN......................................................................1 A.Latar Belakang ...........................................................................1 B.Deskripsi Profil Mahasiswa .............................................................2 BAB II. PELAKSANAAN PKM.......................................................................... 3 A.Manfaat Mengikuti PKM ...............................................................3 B.Tempat Pelaksanaan PKM ..............................................................3 C.Waktu Pelaksanaan PKM ...............................................................3 BAB III. ULASAN PROSES SELAMA PELAKSANAAN PKM .....................5 A.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Eksakta ........................5 B.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Non Eksakta ..................5 BAB IV. PENUTUP.............................................................................6 A.Kesimpulan ................................................................................. 6 B.Saran ......................................................................................... LAMPIRAN ............................................................................................. oLembar Kelengkapan Berkas Laporan Praktek PKM ...............................oSurat Rekomendasi Kepaka Sekolah ...................................................oSurat Kesediaan Teman Sejawat .......................................................o10 (Sepuluh) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... o3 (Tiga) APKG 1 dan APKG 2 .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Refleksi .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Observasi .......................................................oJurnal Pembimbingan .................................................................... 5 / 9 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Mengajar pada hakekatnya ialah membelajarkan siswa, dalam arti mendorong dan membimbing siswa belajar. Membelajarkan siswa mengandung maksud agar guru berupaya mengaktifkan siswa belajar. Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran guru menggunakan berbagai strategi dan media semata-mata supaya siswa belajar (Sri Anitah W, dkk, 2009:1.3). Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ketegasan di atas menjelaskan bahwa guru harus memiliki sikap keprofesionalisme yang harus dimiliki. Profesional sendiri adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) yang telah dilaksanakan, diharapkan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dan untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemammpuan Mengajar (PKM) maka perlu disusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan tersebut guna dijadikan acuan untuk pelaksanaan pembelajaran lebih baik. Kegiatan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar dilaksanakan di SD Negeri 4 Jebus yang beralamat di Desa Limbung, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat. SD Negeri 4 Jebus dikepalai oleh bapak Mulkan memiliki 7 tenaga pendidik dan 2 tenaga kependidikan. Sekolah ini memiliki 6 rombel dengan jumlah siswa 108 orang yang kebanyakan merupakan penduduk setempat.