Budaya Demokrasi menuju
Masyarakat Madani
Budaya Demokrasi
• Pengertian Budaya Demokrasi
• Ciri-ciri demokrasi
• Tipe demokrasi modern
Pengertian Budaya Demokrasi
Kata “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno, yaitu “demos” yang artinya
rakyat dan “cratos“ atau “karatein” yang artinya berkuasa atau
Ciri-ciri demokrasi
• Jaminan hak asasi
• Persamaan kedudukan di depan hukum
• Pengakuan terhadap hak-hak politik
• Pengawasan dari rakyat terhadap
pemerintahan
• Pemerintahan berdasarkan konstitusi
• Pemilihan umum yang bebas, jujur dan adil
• Adanya kedaulatan rakyat
Tipe demokrasi modern
• Budaya demokrasi dengan sistem parlementer
• Budaya demokrasi dengan sistem pemindahan
kekuasaan
Budaya demokrasi dengan sistem
parlementer
Kekuasaan legislatif dipegang oleh parlemen
(DPR) yang mempunyai kedudukan kuat
dibanging dengan kekuasaan eksekutif. Para
menteri dalam bertugas memiliki tanggung
jawab pada parlemen dan jatuh bangunnya
kabinet sangat bergantung pada kepercayaan
yang diberikan oleh parlemen.
Budaya demokrasi dengan sistem
pemindahan kekuasaan
Kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif
benar-benar terpisah dan tidak ada kerja sama
sesuai teori yang dikemukakan oleh
Montesqueiu, yaitu Trias Politica. Walaupun
terjadi pemisahan ketiga lembaga ini tetap
ada pengawasan dan keseimbangan (checks
Budaya demokrasi dengan sistem
referendum
Referendum adalah pemungutan suara untuk
mengakui kehendak rakyat secara langsung
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan UU
dan UUD. Referendum terdiri dari dua macam,
yaitu :
1. Referendum obligator (wajib)
2. Referendum fakultatif
Referendum obligator
Referendum ini harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari rakyat sebelum
UU tertentu dilakukan. Dalam referendum
obligator suatu undang-undang hanya belaku
apabila telah mendapatkan persetujuan dari
rakyat.
Referendum fakultatif
Pada referendum ini, pemungutan suara
rakyat tidak besifat wajib mengenai rencana
undang-undang.
Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila
• Kedaulatan di tangan rakyat
• Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi
manusia
• Pemerintahan berdasarkan hukum (konstitusi)
• Peradilan yang bebas tidak memihak
• Pengambilan keputusan atas musyawarah
• Adanya partai politik dan organisai sosial politik
• Pemilu yang demokratis
Masyarakat Madani
• Pengertian Masyarakat Madani
• Ciri-ciri Masyarakat Madani
• Proses Menuju Masyarakat Madani di
Indonesia
Pengertian Masyarakat Madani
Civil society (masyarakat madani) merupakan
komunitas di luar lembaga negara / politik.
Masyarakat Madani merupakan wujud
masyarakat yan memiliki keteraturan hidup
dalam suasana perikehidupan yang mandiri,
berkeadilan sosial dan sejahtera. Masyarakat
madani mencerminkan tingkat kemampuan dan
kemajuan masyarakat tinggi untuk bersikap kritis,
mengharagi keragaman (pluralisme), mandiri, dan
partisipatif dalam berbagai persoalan sosial.
Bentuk sederhana masyarakat madani adalah
budaya gotong royong di masyarakat.
Ciri-ciri Masyarakat Madani
Menurut Bahmueller, terdapat beberapa karakteristik masyarakat madani, di
antaranya:
Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok eksklusif ke dalam
masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi
dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara
dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena
keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan
masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
Tumbuh kembangnya kreativitas yang pada mulanya terhambat oleh rezim-rezim
totaliter.
Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu
mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial
dengan berbagai ragam perspektif.
Proses Menuju Masyarakat Madani di
Indonesia
Beberapa prasyarat untuk menuju masyarakat madani, anatara lain :
Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam
masyarakat.
Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (social capital)
yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas
kehidupan dan terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antarkelompok.
Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan atau dengan kata
lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.
Adanya hak, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga
swadaya untuk terlibat dalam berbagai forum, sehingga isu-isu kepentingan
bersama dan kebijakan publik dapat dikembangkan.
Adanya persatuan antarkelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling
menghargai perbedaan antarbudaya dan kepercayaan.
Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga
ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.
Adanya jaminan, kepastian, dan kepercayaan antara jaringan-jaringan
kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi
antarmasyarakat secara teratur, terbuka, dan terpercaya.
Periode Demokrasi di Indonesia
• Periode berlakunya UUD 1945 (18 Agustus
1945 - 27 Desember 1949)
• Periode belakunya Konstitusi Republik
Indonesia Serikat (RIS) 1949 (27 Desember
1949 – 17 Agustus 1950)
• Periode berlakunya kembali UUD 1945 (5 Juli
1959 – sekarang)
Pelaksanaan Pemerintahan dan Sistem
Demokrasi yang pernah Berlaku di
Indonesia
• Demokrasi Liberal (1945 – 1959)
• Demokrasi Terpimpin (1959 – 1965)
• Demokrasi Pancasila
Demokrasi Liberal
Pada masa antara tahun 1950-1959, Indonesia
memberlakukan sistem demokrasi parlementer. Sistem ini
dikenal pula dengan sebutan demokrasi liberal. Konstitusi
yang digunakan pada masa demokrasi liberal adalah
Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950. Pada
masa demokrasi liberal, terjadi beberapa kali pergantian
kabinet. Akibatnya, pembangunan tidak berjalan lancar.
Setiap partai hanya memperhatikan kepentingan partai atau
golongannya. Masa demokrasi liberal ditandai dengan
berubahnya sistem kabinet ke sistem parlementer. Pada
masa tersebut, presiden hanya sebagai simbol. Presiden
berperan sebagai kepala negara, bukan sebagai kepala
pemerintahan. Kepala pemerintahan dipegang oleh seorang
perdana menteri.
Terdapat beberapa kelebihan yang dimiliki pada masa pelaksanaan demokrasi parlemen, yaitu:
1) Berkembangnya partai politik pada masa tersebut. Pada masa ini, terlaksana pemilihan umum pertama di Indonesia untuk memilih anggota konstituante. Pemilu tahun 1955 merupakan pemilu multipartai. Melalui pelaksanaan pemilu, berarti negara telah menjamin
hak politik warga negara.
2) Tingginya akuntabilitas politik.
3) Berfungsinya parlemen sebagai lembaga legislatif. Adapun kegagalan pelaksanaan demokrasi liberal adalah:
1) Dominannya kepentingan partai politik dan golongan sehingga menyebabkan konstituante digunakan sebagai ajang konflik kepentingan.
2) Kegagalan konstituante menetapkan dasar negara yang baru.
3) Masih rendahnya tingkat perekonomian masyarakat. Akibatnya, masyarakat tidak tertarik untuk memahami proses politik.
Kegagalan sistem parlementer dibuktikan dengan kegagalan parlemen menyusun konstitusi negara. Sidang konstituante mampu memenuhi harapan bangsa Indonesia. Hingga akhirnya, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi:
a. menetapkan pembubarkan konstituante,
b. menetapkan UUD 1945 berlaku kembali dan tidak berlakunya UUDS 1950, c. pembentukan MPRS dan DPAS.
Demokrasi Terpimpin
Masa demokrasi terpimpin berlangsung antara tahun 1959 hingga 1965. Masa ini dikenal dengan istilah Orde Lama. Pada masa demokrasi terpimpin, pelaksanaan demokrasi dipimpin langsung oleh Presiden Sukarno. Dasar dari penerapan demokrasi terpimpin adalah sila keempat Pancasila. Presiden menafsirkan bahwa kata dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan , berarti pimpinan terletak di tangan “Pemimpin
Besar Revolusi”.
Ciri umum demokrasi terpimpin antara lain: 1) dominasi seorang pemimpin atau presiden, 2) terbatasnya peran partai politik,
3) berkembangnya pengaruh komunis atau PKI.
Terdapat beberapa penyimpangan konstitusi dalam pelaksanaan demokrasi terpimpin, diantaranya: a. pemusatan kekuasaan di tangan presiden,
b. Pancasila tidak ditafsirkan secara bulat dan utuh, akan tetapi secara terpisah, c. pengangkatan presiden seumur hidup,
d. rangkap jabatan yang dilakukan presiden,
e. Presiden membubarkan DPR hasil Pemilu tahun 1955.
f. konsep Pancasila berubah menjadi konsep Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunis), g. terjadinya pergeseran makna demokrasi, karena tidak terjadi pembagian kekuasaan, h. kecenderungan pemerintah ke arah blok komunis.
i. Manipol USDEK (Manifesto Politik, Undang-Undang Dasar, Sosialisme Indonesia, Ekonomi Terpimpin,
Kepribadian Indonesia) dijadikan GBHN tahun 1960. USDEK dibuat oleh Presiden, sedangkan GBHN seharusnya dibuat oleh MPR.
Demokrasi Pancasila
• Orde Baru (1966 – 1998)
Orde Baru
Berakhirnya pelaksanaan demokrasi terpimpin terjadi bersamaan dengan berakhirnya Orde Lama.
Orde berganti dengan Orde Baru. Masa pemerintahan baru ini berlangsung di bawah
kepemimpinan Presiden Suharto. Segala macam penyimpangan yang terjadi di masa Orde Lama
dibenahi oleh Orde Baru. Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen.
Masa sejak tahun 1969 menjadi awal bagi bangsa Indonesia untuk hidup dengan harapan.
Pemerintah Orde Baru mulai melaksanakan pembangunan secara bertahap. Tahapan pembangunan
yang dikenal dengan sebutan Pelita (pembangunan lima tahun) dilaksanakan menyeluruh di wilayah
Indonesia. Pelaksanaan pembangunan meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta
pertahanan dan keamanan.
Sebagai bentuk pelaksanaan demokrasi, pemerintah melaksanakan pemilihan umum setiap 5 tahun
sekali. Pemilihan umum dilaksanakan untuk memilih anggota DPR/MPR. Pemerintah Orde Baru
berhasil menyelenggarakan pemilihan umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Baru juga terjadi berbagai penyimpangan, antara lain:
a. Terjadi sentralistik kekuasaan yang menjurus pada otoriter.
b. Sentralisasi kekuasaan mengakibatkan pelaksanaan pembangunan tidak merata.
c. Merebaknya praktik-praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) dalam pemerintahan.
d. Terjadi monopoli di bidang perekonomian oleh kelompok tertentu yang dekat dengan kekuasaan.
e. Tidak adanya pembatasan jabatan presiden.
Reformasi
Berakhirnya masa Orde Baru, melahirkan era baru yang disebut masa reformasi. Orde Baru berakhir pada saat Presiden Suharto menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden B.J. Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Pergantian masa juga mengubah pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis dengan mengeluarkan peraturan undangan, antara lain:
a. Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi.
b. Ketetapan Nomor VII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap MPR tentang Referendum.
c. Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas dari KKN.
d. Ketetapan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI. e. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.
Sebagai bentuk pelaksanaan demokrasi, pada masa reformasi dilaksanakan Pemilihan Umum 1999. Pelaksanaan Pemilu 1999 merupakan salah satu amanat reformasi yang harus dilaksanakan. Sebagai upaya perbaikan
pelaksanaan demokrasi, terdapat beberapa langkah yang dilaksanakan, yaitu: a. banyaknya partai politik peserta pemilu,
b. pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung,
c. pemilu untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di DPR, MPR, dan DPD. d. pelaksanaan pemilu berdasarkan asas luber dan jurdil,
e. pemilihan kepala daerah secara langsung, f. kebebasan penyampaian aspirasi lebih terbuka.