1 1
1 1
BUDIDAYA IKAN LELE
BUDIDAYA IKAN LELE
LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA PERIKANAN
LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA PERIKANAN
Disusun Oleh : Disusun Oleh : Arnol Manurung Arnol Manurung 4443141365 4443141365 Perikanan 4A Perikanan 4A JURUSAN PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
laporan praktikum praktikum yang yang berjudulberjudul““Buidaya Ikan LeleBuidaya Ikan Lele”.”.
Adapun penulisan laporan praktikum ini bertujuan untuk
Adapun penulisan laporan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tehnik mengetahui tehnik
budidaya
budidaya lelelele ClariasClarias sp. mulai dari persiapan lahan budidaya, Menumbuhkan sp. mulai dari persiapan lahan budidaya, Menumbuhkan
pakan
pakan alami alami pada pada kolam kolam bdidaya, bdidaya, Penebaran Penebaran benih benih ikan ikan lele, lele, proses proses pemberianpemberian
pakan
pakan dan dan grading, grading, sampling, sampling, pengukuran kualitpengukuran kualitas as air, air, hingga hingga teknik teknik pemanenanpemanenan
dan pengemasan ikan lele.
dan pengemasan ikan lele.
Dalam menyusun laporan percobaan ini, penulis sangat menyadari Dalam menyusun laporan percobaan ini, penulis sangat menyadari banyaknya
banyaknya kekurangan kekurangan yang yang terdapat terdapat di di dalam dalam laporan laporan ini. ini. Oleh Oleh karena karena itu,itu, penulis
penulis sangat sangat mengharapkan mengharapkan kritik kritik dan dan saran saran dari dari berbagai berbagai pihak pihak agar agar laporanlaporan percobaan ini lebih baik lagi dan bisa bermanfaat untuk
percobaan ini lebih baik lagi dan bisa bermanfaat untuk orang banyak.orang banyak.
Serang, 6 Juni 2017
Serang, 6 Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 1 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele... 2
2.2 Teknik Budidaya Ikan Lele ... 3
3. ISI 3.1 Kondisi dan Persiapan Kolam ... 9
3.2 Data Pakan Alami ... 9
3.3 Data Sampling ... 10
3.4 Parameter Kalitas Air ... 11
3.5 Parameter Pertumbuhan ... 12
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 14
4.2 Saran ... 14
DAFTAR PUSTAKA ... 16
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Persiapan kolam budidaya ... 10
2. Pemberian pakan ... 11
3. Penimbangan pakan ... 12
5. Penimbangan ikan yang dijadikan sampel ... 11
6. Pengukran pH dan suhu ... 13
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Hasil perhitngan kepadatan plankton dalam kolam ... 10
2. Data sampling ikan ... 11
3. Pengukuran suhu dan pH ... 12
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Foto-foto kegiatan ... 18 2. Penghitungan Kepadatan Plankton ... 19 3. Penghitungan parameter pertumbuhan ikan ... 19
2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan lele merupakan satu diantara beberapa jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Menurut Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan, lele menjadi komoditas unggulan karena mudah dibudidayakan, dapat dipelihara dengan padat tebar yang tinggi dalam lahan terbatas dikawasan marginal dan hemat air (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011 diacu dalam Alnanda et al ., 2015)
Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha budidaya. Karena ikan lele sangkuriang memiliki kelebihan yaitu panen yang cepat, hasil produksi lebih tinggi, lebih tahan terhadap penyakit, sangat mudah dibudidayakan dan teknik pemeliharaannya yang sederhana (Nasrudin, 2010 diacu dalam Sopha et al ., 2015). Menurut Hermawan (2012) diacu dalam Sopha et al . (2015), produksi ikan lele dumbo di Indonesia pada tahun 2005 sebesar 69.386 ton, tahun 2006 sebesar 77.332 ton, tahun 2007 sebesar 91.735 ton, tahun 2008 sebesar 114.317 ton, tahun 2009 sebesar 144.317 ton, dan pada tahun 2010 sebesar 273.554 ton. Hal inilah yang menjadikan ikan lele sebagai komoditas utama yang menjadi target Ditjen Perikanan Budidaya untuk ditingkatkan produktivitasnya mulai tahun 2009-2014.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui tehnik budidaya lele Clarias sp. mulai dari persiapan lahan budidaya, Menumbuhkan pakan alami pada kolam bdidaya, Penebaran benih ikan lele Clarias sp., proses pemberian pakan dan grading, sampling, pengukuran kualitas air, hingga teknik pemanenan dan pengemasan ikan lele Clarias sp.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele
Ikan lele memiliki tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik. Secara morfologi, bentuk tubuh lele memanjang, agak bulat pada bagian tengahnya dan bagian belakang berbentuk pipih. Kepala lele pipih dengan memiliki panjang yang
hampir mencapai seperempat panjang tubuhnya. Sekitar mulut terdapat empat pasang sungut peraba (barbels) yang berfungsi sebagai alat peraba saat mencari
makan atau saat bergerak. Di dekat sungut terdapat juga alat olfaktori yang berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta penglihatan lele yang kurang berfungsi dengan baik (Mahyuddin, 2008).
Lele Sangkuriang merupakan spesies kerabat lele dumbo, keunggulan lele sangkuriang dibanding lele dumbo adalah fekunditas telur yang lebih banyak. Keunggulan paling penting adalah nilai konversi pakan atau FCR lele sangkuriang yang berada pada kisaran 0,8 – 1 sedangkan untuk lele dumbo nilai konversi
pakannya lebih dari 1 (Khairuman dan Amri, 2003).
Spesies ikan lele sudah sangat banyak di budidayakan, ikan lele paling diminati saaat ini adalah ikan lele sangkuriang sebagaimana halnya ikan lele, lele sangkuriang (Clarias gariepinus) memiliki ciri-ciri identik dengan lele dumbo sehingga sulit untuk dibedakan. Secara umum, ikan lele sangkuriang dikenal sebagai ikan berkumis atau catfish. Tubuh ikan lele sangkuriang ini berlendir dan tidak bersisik serta memiliki mulut yang relatif lebar yakni ¼ dari panjang total tubuhnya. Ciri khas dari lele sangkuriang adalah adanya empat pasang sungut yang terletak di sekitar mulutnya. Keempat pasang sungut tersebut terdiri dari dua Universitas Sumatera Utara pasang sungut maxiral/ rahang atas dan dua pasang sungut mandibula/rahang bawah (Lukito, 2002).
Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Kordi, (2010) Phylum : Chordata
Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
2.2 Teknik Budidaya Ikan Lele 2.4.1 Persiapan Kolam
Jenis tanah yang baik untuk kolam budidaya ikan lele dumbo yaitu tanah berlempung pasir. Jenis tanah ini akan membentuk pematang yang kuat dan
kolamnya subur. Jenis tanah lempung berpasir dapat diketahui dengan cara menggenggam. Bila tidak pecah dan tidak melekat di tangan maka tanah tersebut sangat baik untuk lahan budidaya. Ikan lele dumbo bisa diusahakan dengan skala besar atau skala kecil. Untuk skala kecil, ikan lele dumbo dapat dipelihara di
kolam seluas 20 m2 dengan kedalaman minimal 1 m. Sementara untuk skala besar, ikan lele dumbo dapat dipelihara di kolam seluas 500-1000 m2 yang
kedalamannya lebih dalam daripada skala kecil (Prihartono et al ., 2007 diacu dalam Ratnasari, 2011).
Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan dimaksudkan untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih ikan lele dumbo. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-700 gram/m2 . Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2 , TSP 20 gram/m2 , dan amonium nitrat 15 gram/m2 . Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari. Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami ikan lele dumbo. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih ikan lele dumbo ditebar (DJPB, 2010 diacu dalam Ratnasari, 2011).
Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2 malam. Kolam yang telah terjangkit penyakit harus segera
lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak (Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000 diacu dalam Ratnasari, 2011)
2.4.2 Penebaran Benih
Benih yang baru saja diangkut dari jarak jauh tidak boleh langsung ditebarkan ke kolam, tetapi harus ditampung atau diadaptasikan dahulu ke dalam bak atau kolam khusus yang airnya bersih. Tujuannya agar benih tersebut sehat dahulu dan kondisi badan lebih baik. Biasanya benih yang menempung perjalanan jauh sangat lelah dan stres, ini disebabkan selama beberapa jam benih berada
dalam ruangan sempit dan dengan kondisi oksigen terbatas. Adapun cara pengadaptasian benih tersebut sebagai berikut, masukkan kantong plastik berisi benih ke dalam bak atau kolam. Selanjutnya ke dalam kantong plastik ditambahkan air sedikit demi sedikit agar lambat laun suhunya menjadi sama. Setelah itu barulah benih di dalam kantong plastik di tebarkan dalam kolam pembesaran (Prihartono et al ., 2007 diacu dalam Ratnasari, 2011).
Bila ada benih yang sakit atau luka, masukkan dalam bak tersendiri berisi kalium permanganat (PK) 0,1 mg/l selama 60-90 menit. Atau masukkan dalam larutan garam 10 g/l selama 10 menit. Setelah itu benih dipindahkan dalam bak berisi air bersih sampai luka sembuh. Bila ingin memelihara ikan lele dumbo
dalam ukuran berbeda, kolam harus disekat. Penyekatan bisa menggunakan kasa, plastik, atau seng (Najiyati, 2007 diacu dalam Ratnasari, 2011).
Benih ikan lele dumbo untuk pembesaran sebaiknya berukuran 3 – 5 cm.
Kepadatan dalam usaha budidaya ikan lele dumbo yang intensif, dalam suatu unit areal kolam diusahakan agar dapat dipelihara ikan sebanyak mungkin. Benih ikan lele dumbo berukuran 2-3 cm dapat ditebarkan di kolam dengan kepadatan 50-100 ekor/m2 dan ukuran 5-8 cm dengan kepadatan 30-60 ekor/m2 (Suyanto, 2009 diacu dalam Ratnasari, 2011)..
2.4.3 Pemberian Pakan
Pakan merupakan unsur penting dalam budidaya ikan. Oleh karena itu, pakan yang diberikan harus memenuhi standar nutrisi (gizi) bagi ikan agar
kelangsungan hidupnya tinggi dan pertumbuhan cepat. Pakan yang baik memiliki komposisi zat gizi yang lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral. Pemberian pakan yang nilai nutrisinya kurang baik dapat menurunkan kelangsungan hidup ikan dan pertumbuhannya lambat (kerdil), bahkan dapat menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi (malnutrition) (Cahyono, 2001 diacu dalam Ratnasari, 2011).
Pemberian pakan dimulai sejak hari kedua setelah benih ditebar. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan 2-3 kali sehari, yaitu pagi sekitar pukul 09.00, sore sekitar pukul 17.00-18.00, dan malam sekitar pukul 20.00-22.00. Pakan ikan lele dumbo berupa pakan alami yang paling baik dari jenis zooplankton dan pakan tambahan berupa pellet yang mengandung protein diatas 20% (Prihartono et al ., 2007 diacu dalam Ratnasari, 2011).
Pemberian pakan dengan cara ditaburkan merata agar setiap ekor ikan memiliki peluang yang sama untuk mendapatkannya. Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu yang tinggi akan mengurangi nafsu makan
ikan lele dumbo. Kadang pakan langsung turun ke dasar kolam dan bercampur dengan lumpur tanpa sempat dimakan ikan lele dumbo. Untuk mengatasinya pakan dimasukkan kedalam ayakan yakni saringan rapat terbuat dari bambu atau plastik. Dengan bantuan tali masukkan ayakan sampai sekitar 50 cm di bawah permukaan air. Untuk menghindari persaingan, jumlah ayakan hendaknya lebih
dari sebuah pada tiap kolam (Najiyati, 2007 diacu dalam Ratnasari, 2011).
Budidaya ikan lele dumbo secara intensif bercirikan padat penebaran tinggi dan membutuhkan pakan bergizi tinggi. Untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele dumbo, pakan harus mengadung kadar protein tinggi dan
diberikan setiap hari sebanyak 3-5 % dari berat ikan yang dipelihara (Suyanto, 2009 diacu dalam Ratnasari, 2011)
2.4.4 Pengamatan Kualitas Air
Menurut Gustav (1998) dalam Rukmana (2003) diacu dalam Ratnasari (2011) kualitas air memegang peranan penting terutama dalam kegiatan budidaya. Penurunan mutu air dapat mengakibatkan kematian, pertumbuhan terhambat, timbulnya hama penyakit, dan pengurangan rasio konversi pakan. Faktor yang berhubungan dengan air perlu diperhatikan antara lain oksigen terlarut, suhu, pH,
Sebaiknya hindari penggunaan air PAM karena mengandung kaporit (Bachtiar, 2006 diacu dalam Ratnasari, 2011).
Kekurangan oksigen akan tampak jelas pada ikan saat pagi hari karena sejumlah ikan akan berada di atas permukaan air untuk menghirup oksigen langsung dari udara. Untuk mengetahui pH dapat menggunakan kertas lakmus dan pHmeter. Sementara suhu air dapat diukur dengan termometer. Pemeriksaan
kualitas air sebaiknya dilakukan di labolatorium agar diperoleh hasil yang memuaskan (Prihartono et al ., 2007). Kandungan amoniak dalam air sumber yang baik tidak lebih dari 0,1 ppm. Air yang mengandung amoniak tinggi bersifat toksik karena akan menghambat ekskresi pada ikan (Chen and Kau, 1993 diacu dalam Ratnasari, 2011).
Kecerahan dapat diukur menggunakan sechidisk (piring sechi) yang dimasukan kedalam wadah, ukuran kecerahan dengan mengukur jarak antara permukaan air dengan batas piringan yang tampak jelas dalam satuan cm. Oksigen
terlarut dapat diukur dengan menggunakan DO meter, pengukuran oksigen air dilakukan dipermukaan air dan dasar wadah, pengukuran dilakukan dengan frekuensi dua kali yaitu pagi dan sore. Pengukuran suhu air dan dasar wadah, pengukuran dilakukan dengan frekuensi dua kali yaitu pagi dan sore. Parameter
kualitas air berdasarkan SNI 01-6484.5 (2002) dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kisaran optimum kualitas air pada pembesaran ikan lele dumbo
Parameter satuan Kisaran optimum
Suhu °C 25-30 Nilai pH 6,3-8,5 Oksigen terlarut Mg/L >4 Amoniak (NH3) Mg/L <0,01 Kecerahan cm -50 2.4.5 Pengamatan Pertumbuhan
Ketersediaan pakan dan oksigen sangat penting bagi ikan untuk keberlangsungan pertumbuhannya. Bahan buangan metabolik akan juga mengganggu pertumbuhan ikan, konsentrasi dan pengaruh dari faktor-faktor diatas terhadap ikan dapat dipengaruhi oleh tingkat kepadatan ikan. Pada kondisi kepadatan ikan yang tinggi, ketersediaan pakan dan oksigen bagi ikan di kolam
akan berkurang, sedangkan metabolisme bahan buangan ikan tinggi. Jika factor-faktor tersebut dapat dikendalikan maka peningkatan kepadatan akan mungkin dilakukan tanpa menurunkan laju pertumbuhan ikan (Hepher, 1978 diacu dalam Ratnasari, 2011).
Berat ikan lele dumbo dapat diperiksa setiap 1-2 minggu sekali. Caranya, beberapa (4-5 ekor) ikan lele dumbo dijaring secara acak untuk ditimbang,
kemudian beratnya dirata-rata. Rata-rata berat ikan ini dikalikan dengan jumlah ikan lele dumbo yang ada di kolam, merupakan berat ikan lele dumbo secara keseluruhan (Najiyati, 2007 diacu dalam Ratnasari, 2011).
2.4.6 Pengendalian Hama dan Penyakit
Ikan lele dumbo termasuk jenis ikan yang tidak bersisik. Padahal pada jenis ikan lain yang bersisik, sisik digunakan untuk melindungi kulit bagian dalam. Oleh karena itu, ikan lele dumbo tidak memiliki pelindung tubuh dari gangguan lingkungan. Akibatnya, bila terluka, dengan sangat mudah terjadi pengeluaran lendir yang berlebihan dari tubuhnya. Lendir tersebut dapat dijadikan media hidup bakteri. Menempelnya bakteri pada lendir menyebabkan penyakit dapat masuk ke dalam tubuh ikan lele dumbo. Terjadinya luka inilah yang menjadikan ketahanan tubuh ikan lele dumbo menurun dan menyebabkan sakit (Prihartono et al ., 2009 diacu dalam Ratnasari, 2011).
Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencegah berkembangnya patogen (penyebab penyakit) yang dapat menyerang ikan dapat dilakukan dalam beberapa cara. Pertama, sanitasi lingkungan perairan dan desinfektan benih dengan kalium permanganat (PK). Kedua, pemberian pakan yang berkualitas baik dengan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan ikan. Ketiga, penebaran benih tidak terlalu padat dan benih yang ditebarkan hanya yang sehat dan tidak
terdapat luka atau cacat. Keempat, vaksinasi benih ikan yang akan ditebar (Cahyono, 2001 diacu dalam Ratnasari, 2011) .
Beberapa jenis penyebab penyakit ikan lele dumbo, diantaranya bakteri, virus, Lernaea sp., Ichtiophtirius sp., Trichodina sp., Dactylogyrus sp., dan Aeromonas hydrophilla. Sedangkan organisme predator yang biasanya menyerang
Ratnasari, 2011). Menurut Zonneveld et al. (1991) diacu dalam Ratnasari (2011), ikan lele dumbo yang dipelihara hanya ada satu infeksi virus ( Channel Catfish Virus Disease, CCVD) dan infeksi bakteri edwardsiellosis. Sedangkan penyakit non infeksi yang terjadi yaitu gejala usus pecah atau Ruptured Intestine Syndrome (RIS) karena kekurangan makanan dan penyakit kepala pecah atau retak karena kekurangan vitamin C.
2.4.7 Panen dan Pasca Panen
Penentuan waktu panen yang tepat sangat penting karena petani harus dapat menyesuaikan keinginan pasar (pembeli). Berdasarkan waktu dalam hari (pagi, siang, dan sore), waktu panen yang baik dilakukan pada pagi hari atau sore hari karena suhu udara masih rendah. Waktu panen pada saat suhu udara rendah dapat mempertahankan mutu ikan tetap segar dan mengurangi resiko kematian. Pemanenan suhu rendah juga dapat menurunkan aktivitas metabolisme dan gerak ikan (Cahyono, 2001 diacu dalam Ratnasari, 2011).
Lecet atau luka pada tubuh ikan lele dumbo bisa disebabkan oleh penggunaan peralatan yang sembarangan. Oleh sebab itu, peralatan yang
digunakan harus dari bahan halus seperti waring dan kain. Cara panen yang baik adalah dengan menyurutkan air kolam secara perlahan, yaitu dengan membuka pintu pengeluran air (Prihartono et al ., 2007 diacu dalam Ratnasari, 2011).
Pengangkutan ikan lele dumbo ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu cara tertutup dan terbuka. Cara tertutup diterapkan untuk pengangkutan ikan lele dumbo ukuran kecil atau jarak angkutnya jauh. Wadah angkutnya dapat berupa kantong plastik berisi air sebanyak ¼ bagian dan oksigen. Kebutuhan oksigen untuk setiap kantong plastik tergantung jarak dan waktu pengangkutan. Pengangkutan jarak jauh dengan waktu yang lama biasanya membutuhkan oksigen sebanyak 2 /3 bagian kantong plastik. Sementara untuk jarak dekat dan waktu yang tidak lama hanya membutuhkan oksigen sebanyak ½ bagian kantong plastik. Sementara pengangkutan cara terbuka diterapkan untuk ikan ukuran besar atau jarak angkutnya dekat. Wadah angkutnya dapat berupa tong plasti k yang diisi air sebanyak ¼ bagian. Pada cara terbuka wadahnya tidak diberi oksigen. Setelah diisi air, ikan lele dumbo dapat dimasukkan ke dalam tong dan ditutup agar tidak loncat (Prihartono et al ., 2007 diacu dalam Ratnasari, 2011)
3. ISI
3.1. Kondisi dan Persiapan Kolam
Kolam yang digunakan pada saat pemeliharaan yaitu kolam beton yang me miliki panjang 189 cm, lebar 181 cm, dengan ketinggian air 50 cm. Kolam ini me miliki volume 1,7 m3. Dengan luas permukaan 105.418 cm atau 10,5 m2. Dengan kapasitas tersebut, kolam dapat menampung total 1.050 ekor ikan.
Gambar 1. Persiapan kolam 3.2 Data Pakan Alami
Pengamatan pakan alami dilakukan selama 3 hari tepatnya sehari setelah pemupukan kolam. Perhitungan hari pertama jumlah pakan alami sebanyak 76.970.250, hari kedua sebanyak 162.492.750, dan hari ketiga sebanyak 68.418.000.
Tabel 1. Hasil penghitungan kepadatan plankton dalam kolam Pengamatan Jumlah Pakan Alami
Hari 1 76.970.250
Hari 2 162.492.750
Hari 3 68.418.000
Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya. Pakan pada kegiatan budidaya umumnya adalah pakan komersial yang menghabiskan sekitar 60-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Hal inilah yang menyebabkan pentingnya pakan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memperbaiki nilai
serangga, anak-anak sifut, kutu air (Zooplankton). Selain itu lele dapat memakan kotoran atau bahan apa saja yang ada di air. Lele juga dapat bersifat kanibal, memakan sesama ikan yang ukurannya lebih kecil bahkan juga mau memakan Universitas Sumatera Utara anaknya sendiri jika kekurangan pakan.Selain itu pakan buatan pabrik dalam bentuk pelet sangat digemari lele (Hernowo dan
Suyanto, 1999).
Gambar 2. Pemberian pakan
3.3 Data Sampling
Sampling dilakukan sebanyak dua kali selama proses pemeliharaan. pada tanggal 24 Mei 2017 dan 30 Mei 2017 atau setelah pemeliharaan selama 15 dan 22 hari.
Tabel 2. Data Sampling
No. Sampling 1. Sampling 2. Bobot Ikan (gram) Panjang Ikan (cm) Bobot Ikan (gram) Panjang Ikan (cm) 1. 4 6,2 6 9
Table diatas menunjukan bahwa kedua sampling mengalami pertambahan ukuran yaitu bobot ikan menjadi 4 gram dan panjang ikan 6,2 cm untuk sampling 1 dan bobot ikan mejadi 6 gram dan panjang ikan 9 cm untuk sampling 2. Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi adalah pertambahan jumlah. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam umumnya adalah faktor yan
sukar di kontrol seperti keturunan sex, umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan dan suhu (Effendie, 2002).
Gambar 4. Penimbangan pakan
3.4. Data Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan dua kali yaitu pagi pukul 08.00 WIB dan sore pukul 15.00 WIB setiap hari selama pemeliharaan,
Tabel 3. Data Pengukuran Kualitas Air
Parameter Waktu
Pagi Sore
pH 5-6 5-6
Suhu oC 27-28 27-28
.Tabel diatas menunjukan suhu selama pemeliharaan adalah suhu antara 27
– 28 °C. Menurut Boyd (1990) suhu optimal untuk tumbuh bagi ikan yaitu 25-32
°C. Effendi (2003) diacu dalam Abadi (2012), menyatakan suhu merupakan faktor yang sangat penting pengaruhnya terhadap aktivitas vital pada tubuh ikan, terutama bernafas, tumbuh dan reproduksi, peningkatan suhu sebesar 10°C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 2-3 kali lipat, karena laju metabolisme juga akan meningkat.
pH selama pemeliharaan yaitu 5 -6. Menurut Effendi (2003) diacu dalam Abadi (2012), sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan pertumbuhan optimal pada nilai pH sekitar 7-8,5. Menurut Boyd (1982) pH yang
Gambar 5. Pengkuran pH dan suhu
3.5 Data Parameter Pertumbuhan Tabel 4. Data Parameter Pertumbuhan
JKP SGR EP SR
1028 5,03 0,99 100
Tabel diatas menunjukan JKP, SGR, EP, dan SR selama pemeliharaan yaitu 1028 Kg, 5,03; 0,99; dan 100%. Data parameter yang diperoleh selama 28 hari pemeliharaan . Menurut Effendie (2002) derajat kelangsungan hidup adalah persentase ikan yang hidup dari seluruh ikan yang dipelihara dalam suatu wadah. Menurut Hepher dan Pruginin (1981), tingkat kelangsungan hidup ikan adalah nilai persentase jumlah yang hidup selama masa pemeliharaan tertentu. Padat penebaran ikan yang tinggi dapat mempengaruhi lingkungan budidaya dan interaksi ikan. Peningkatan padat penebaran akan menggangu proses fisiologi dan tingkah laku ikan yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan. Akibat lanjut dari proses tersebut adalah penurunan pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Penyakit dan kekurangan oksigen akan
mengurangi jumlah ikan secara drastis, terutama ikan yang berukuran kecil.
Menurut Wicaksono (2005) kebutuhan oksigen ikan bervariasi tergantung jenis, umur dan kondisi alami. Ikan kecil biasanya mengkonsumsi oksigen yang lebih besar dibandingkan ikan dewasa. Penurunan kelarutan oksigen secara kronis dapat menyebabkan stress pada ikan. Sedangkan Wedemeyer (1996) diacu dalam Irliyandi (2008) menyatakan bahwa respon stres terjadi dalam tiga tahap yaitu tanda adanya stres, bertahan, dan kelelahan. Ketika ada stres dari luar ikan mulai mengeluarkan energinya untuk bertahan dari stres. Stres meningkat cepat ketika batas daya tahan ikan telah tercapai atau terlewati. Dampak stres ini
Gejala ikan sebelum mati yaitu warna tubuh menghitam, gerakan tidak berorientasi, dan mengeluarkan lendir pada permukaan kulitnya.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Perhitungan hari pertama jumlah pakan alami sebanyak 76.970.250, hari kedua sebanyak 162.492.750, dan hari ketiga sebanyak 68.418.000. suhu selama pemeliharaan adalah suhu antara 27 – 28 °C dan pH selama pemeliharaan yaitu 5
-6.. bahwa kedua sampling mengalami pertambahan ukuran yaitu bobot ikan menjadi 4 gram dan panjang ikan 6,2 cm untuk sampling 1 dan bobot ikan mejadi 6 gram dan panjang ikan 9 cm untuk sampling 2. JKP, SGR, EP, dan SR selama pemeliharaan yaitu 1028 Kg, 5,03; 0,99; dan 100%
4.2. Saran
Untuk praktikum selanjutnya diusahakan pemberian pakan lebih t eratur dan usahakan kondisi lingkungannya dapat terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Reky Marian. 2012. Kualitas Media Budidaya Dan Produksi Ikan Lele Sangkuriang Clarias sp. Yang Dipelihara Pada Sistem Resirkulasi Dengan Kepadatan Berbeda. [SKRIPSI]. Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB. Alnanda, Reza. Yunasfi. Ezranet, Riri. 2015. Pengaruh Frekuensi Pemberian
Pakan Pada Kondisi Gelap Terhadap Pertumbuhan Dan Sintasan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Aquacoastmarine.
Effendie. M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara : Yogyakarta. Hernowo. S.R. Suyanto. 1999. Pembenihan dan Pembesaran di Pekarangan
Sawah dan Ayam. Swadaya : Jakarta
Hepher, B., dan Pruginin, Y. 1981. Commercial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel . John Willey and Sons : New York. Irliyandi, F. 2008. Pengaruh Padat Penebaran 60, 75 dan 90 Ekor/Liter terhadap
Produksi Ikan Patin Pangasius hypophthalmus Ukuran 1 Inci UP (3 cm) dalam Sistem Resirkulasi. [SKRIPSI]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Khairuman dan Amri. 2003. Pelung Usaha Dan Teknik Budidaya Ikan Lele Sangkuriang . PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Kordi, M,G.H. 2010. Peluang Usaha Dan Teknik Budidaya Lele Sangkuriang . PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Lukito, A. M. 2002. Lele Ikan Berkumis Paling Populer . Agromedia Pustaka : Jakarta
Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya : Jakarta.
Sopha, Soraya. Santoso, Limin. Putri, Berta. 2015. Pengaruh Subtitusi Parsial Tepung Ikan Dengan Tepung Tulang Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 3 (2).
Ratnasari, Debby. 2011. Teknik Pembesaran Ikan Lele Dumbo ( Clarias gariepinus) Di Biotech Agro, Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur. [PKL] Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Wicaksono, P. 2005. Pengaruh Padat Tebar terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nilem Osteochilus Hasselti C.V. yang Dipelihara dalam Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata dengan Pakan Perifiton. [SKRIPSI]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lampiran 1 Foto-foto kegiatan
Gambar 7 .bibit ikan lele Gambar 8.pengambilan sampling
Lampiran 2 Penghitungan Kepadatan Plankton
Panjang Kolam = cm
Lebar Kolam = cm
Lampiran 3 Penghitungan parameter pertumbuhan ikan
1 SGR% = SGR % = 2 JKP = 3 EP = 4 SR% = SR% =