• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang)"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA

MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTALKOMUNIKASI TRANSENDENTAL

(Studi Etnografi Komuni kasi M engenai Zi arah di Pemakama n Nangka B eur it Kabupaten Subang)

SKRIPSI SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Kehumasan

Oleh : Oleh : Hadi Permana Hadi Permana NIM. 41808985 NIM. 41808985

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG BANDUNG

2013 2013

(2)

vi

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan karunia – Nya pada akhirnya Peneliti dapat membuat dan menyelesaikan Skripsi dengan lancar.

Ada pun tujuan dari Penyusunan Skripsi ini adalah sebagai bukti bahwa penulis telah melaksanakan penelitian sebagai syarat menempuh ujian sarjana pada program studi ilmu komunikasi konsentrasi kehumasan.

Dalam Penyusunan Skripsi ini penulis berharap semoga penelitian yang akan dilakukan ini bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi banyak penulis khususnya dan terutama bagi para pembaca. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada IbundaIbunda dan AyahandaAyahanda Tercinta dan peneliti memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah membantu penulis dalam Penyusunan Skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, saya sebagai penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Yang Terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu RedjoBapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.ADrs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian ini dan memberikan pengesahan penelitian ini sehingga dapat digunakan sebagai

(3)

vii

2. Bapak Drs. Manap Solihat, M. SiBapak Drs. Manap Solihat, M. Si, Selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Dosen Wali dan Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu penulis saat melakukan kegiatan perkuliahan maupun saat mengurus berbagai perizinan dan yang telah banyak sekali memberikan arahan, waktu dan tempat untuk membimbing penulis dari mulai bimbingan hingga penyusunan . Terimakasih juga atas segala nasehat dan dorongan yang membuat penulis tidak henti-hentinya berjuang dan terus semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. yang cukup membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini, serta banyak memberikan bimbingan, arahan dan nasehatnya agar penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

3. Yth. Melly Maulin P, S.Sos.,Yth. Melly Maulin P, S.Sos., M.SiM.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmunya, nasehat, motivasi, arahan, semangat hingga proses penelitian selesai.

4. Yth. Ibu dan Bapak Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi &Yth. Ibu dan Bapak Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations : Rism : Rismawaty, S.Sos., M.Si., Sangra Juliano P., S.I.Kom., Inggarawaty, S.Sos., M.Si., Sangra Juliano P., S.I.Kom., Inggar Prayoga, S.I.Kom., Adiyana Slamet, S.I.P., M.Si., Ari Prasetyo, S.Sos., Prayoga, S.I.Kom., Adiyana Slamet, S.I.P., M.Si., Ari Prasetyo, S.Sos., M.Si., Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., Yadi Supriadi, S.Sos., M. Phil, M.Si., Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., Yadi Supriadi, S.Sos., M. Phil, Olih Solihin, S. Sos., M.Si

Olih Solihin, S. Sos., M.Si serta seluruh dosen-dosen yang telah memberikan ilmunya selama ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih yang tiada tara untuk segala jasanya serta dukungan yang telah diberikan kepada peneliti selama ini.

(4)

viii

5. Yth. Ibu Ratna W., A.Md.,Yth. Ibu Ratna W., A.Md., selaku sekretariat Dekan FISIP, Ibu AstriIbu Astri Ikawati., A.Md,.Kom.,

Ikawati., A.Md,.Kom., dan Ibu Rr. Sri Intan Fajarini, S.I.KomIbu Rr. Sri Intan Fajarini, S.I.Kom Selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNIKOM, yang telah membantu kelancaran proses administrasi skripsi penulis dari pra hingga pasca skripsi.

6. Bapak Guru JojoBapak Guru Jojo selaku ketua pengurus pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang yang telah memberikan perizinanya bagi peneliti.

7. Pak SailPak Sail selaku pengurus pemakaman Nangka Beurit, yang telah meluangkan waktunya bagi peneliti.

8. Keluarga Tercinta yang sudah memberikan dorongan baik itu materil maupun immateril.Thanks for all Ibu dan Bapak Ibu dan Bapak , selaku orang tua penulis yang sudah banyak memberikan supportnya, doanya sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini Love You.

9. My Brother “Abib PazuaAbib Pazua” atas support dan kontribusinya meminjamkan

computer dancannon’nya..Nuhun pisan… “Yuli Bayu AtutiYuli Bayu Atuti”. Walaupun tiap

malem suka,ganggu konsentrasi,,,but, I Love U So Much… Kecerewetanmu adalah motivasi bagi aku..:)

10.Sahabat-sahabat Humas 3 tersayang Indra Purnama, Indra Saputra, Indra Purnama, Indra Saputra, Prasetya, Ligga,

Prasetya, Ligga, dll yang tidak bisa penulis sebut satu persatu..terimakasih untuk kalian yang selalu mengingatkan dan sudah banyak membantu penulis..kalian bakalan slalu jadi sahabat terbaik!

(5)

ix

Akhir kata, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan usulan penelitian ini. Jerih payah yang tak ternilai ini akan penulis jadikan sebagai motivasi di masa yang akan datang.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan usulan penelitian ini. Penulis berharap semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca sekalian umumnya.

Bandung, Februari 2013

(6)

x DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal Hal LEMBAR

LEMBAR PENGESAHAN PENGESAHAN ...i...i SURAT

SURAT PERNYATAAN ...PERNYATAAN ... ... iiii LEMBAR

LEMBAR PERSEMBAHAPERSEMBAHAN N ... ... iiiiii ABSTRAK

ABSTRAK ...iv.iv ABSTRACT ............... v... v

KATA

KATA PENGANTAR ...PENGANTAR ...vi...vi DAFTAR

DAFTAR ISI ISI ... ... xx DAFTAR

DAFTAR TABAL TABAL ...xvi...xvi DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR ... xvii. xvii DAFTAR

DAFTAR LAMPIRAN ...LAMPIRAN ... ... xviiixviii

BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN 1.1.

1.1. Latar Belakang Latar Belakang Masalah Masalah ... ... 11 1.2. Rumusan Masalah

1.2. Rumusan Masalah 1.2.1.

1.2.1. Pertanyaan Pertanyaan Makro Makro ... .... 1313 1.2.2.

1.2.2. Pertanyaan Pertanyaan Mikro Mikro ... .... 1414 1.3. Kegunaan Penelitian

1.3. Kegunaan Penelitian 1.3.1.

1.3.1. Maksud Maksud Penelitian Penelitian ... .... 1414 1.3.2. Tujuan

1.3.2. Tujuan Penelitian Penelitian ... .... 1414 1.4. Kegunaan Penelitian

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1.

(7)

xi

1.4.2.

1.4.2. Kegunaan Praktis Kegunaan Praktis ... .... 1515 1.5.

1.5. Sistematika Sistematika Penulisan ...Penulisan ... ... 1616

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1.

2.1. Tinjauan Tinjauan Pustaka Pustaka ... .... 1919 2.1.1. Tinjauan Tentang Penelitian

2.1.1. Tinjauan Tentang Penelitian SebelumnyaSebelumnya

2.1.1.1. Tinjauan Penelitian ... 19 2.1.2. Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.2. Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.2.1. Pengertian Komunikasi ... 21 2.1.2.2. Unsur Komunikasi ... 23 2.1.2.3. Tujuan Komunikasi ... 24 2.1.3.

2.1.3.Tinjauan Tentang Etnografi KomunikasiTinjauan Tentang Etnografi Komunikasi

2.1.3.1. Sejarah Kajian Etnografi Komunikasi ... 24 2.1.3.2. Definisi Etnografi ... 26

2.1.3.3. Metode Etnografi Untuk Penelitian Komunikasi ...28

2.1.4.

2.1.4. Tinjauan Tentang Komunikasi Tinjauan Tentang Komunikasi TransendeTransendentalntal

2.1.4.1. Pengertian Komunikasi Transendental ... 30 2.1.4.2. Hakikat Komunikasi Transendental ... 30 2.1.5.

2.1.5.Tinjauan Tentang Interaksi SimbolikTinjauan Tentang Interaksi Simbolik

2.1.5.1. Sejarah Interaksi Simbolik ... ...32

2.1.6.

2.1.6.Tinjauan Tentang SimbolTinjauan Tentang Simbol

2.1.6.1. Pengertian Simbolik ... 41 2.1.6.2. Jenis-jenis Simbol ...45

(8)

xii

2.1.7.

2.1.7.Tinjauan Tentang Tinjauan Tentang KebudayaanKebudayaan

2.1.7.1. Pengertian Kebudayaan ... 49

2.1.7.2. Unsur-unsur Kebudayaan ... ...50

2.1.8. 2.1.8.Tinjauan Tentang Tinjauan Tentang KomunikatorKomunikator 2.1.8.1. Pengertian dan Karakteristik Komunikastor ...65

2.1.8.2. Syarat-syarat Komunikator ...67

2.1.8.3. Tugas Komunikator ... 70

2.1.9. 2.1.9. Tinjauan Tentang ZiarahTinjauan Tentang Ziarah 2.1.9.1. Sejarah Ziarah ... 73

2.1.9.2. Pengertian Ziarah ... 74

2.1.9.3. Tata Cara Ziarah ... 75

2.1.9.4. Fungsi Ziarah ... 76

2.1.9.5. Macam-macam Ziarah ... ... ..77

2.1.10. 2.1.10.Tinjauan Tentang PemakamanTinjauan Tentang Pemakaman 2.1.10.1. Pengertian Pemakaman ... 78

2.1.11. 2.1.11.Tinjauan Tentang MediaTinjauan Tentang Media 2.1.11.1. Pengertian Media ... 79 2.1.11.2. Jenis-jenis Media ... 80 2.1.11.3. Fungsi Media ... 81 2.2. Kerangka Pemikiran 2.2. Kerangka Pemikiran 2.2.1.

2.2.1. Kerangka Kerangka Teoritis Teoritis ... .... 8181 2.2.2.

(9)

xiii

BAB III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1.

3.1. Objek Objek Penelitian Penelitian ... .... 9595 3.1.1. Tinjauan Tentang Makam Nangka Beurit

3.1.1. Tinjauan Tentang Makam Nangka Beurit

3.1.1.1. Sejarah Makam Nangka Beurit ... 95 3.2. Metode Penelitian

3.2. Metode Penelitian 3.2.1.

3.2.1. Desain Desain Penelitian Penelitian ... ... 101101 3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

3.2.2.1. Studi Pustaka ... 110 3.2.2.2. Studi Lapangan ... 112 3.2.3. Teknik Penentuan Informan

3.2.3. Teknik Penentuan Informan

3.2.3.1. Informan Penelitian ... 115 3.2.3.2. Informan Kunci ( Key Informan) ... 117 3.2.4.

3.2.4. Teknik Teknik Analisis Analisis Data ...Data ... ... 117117 3.2.5.

3.2.5. Teknik Teknik Pengujian Pengujian Keabsahan Data Keabsahan Data ... ... 119119 3.3. Lokasi dan

3.3. Lokasi dan Waktu PenelitianWaktu Penelitian

3.3.1. Lokasi Penelitian ... 121 3.3.2. Waktu Penelitian ... 122

BAB IV. HASIL

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANPENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.

4.1. Deskripsi Identitas Informan dan Informan KunciDeskripsi Identitas Informan dan Informan Kunci

4.1.1. Informan Penelitian ... 129 4.1.2. Informan Kunci ... 135 4.2.

(10)

xiv

4.2.1.Situasi Simbolik Makna Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit

Kabupeten Subang ... 138 4.2.1.1.Objek Fisik Benda ... 139 4.2.1.2.Objek Sosial (Perilaku Manusia) ... 143 4.2.2. Produk Interaksi Sosial Makna Ziarah Sebagai Media

Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit

Kabupeten Subang ... 146 4.2.3. Interpretasi Makna Ziarah Sebagai Media Komunikasi

Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupeten

Subang ... 147 4.2.3.1.Tindakan Tertutup ... 148 4.2.3.2.Tindakan Terbuka ... 150 4.3.

4.3.Pembahasan Hasil PenelitianPembahasan Hasil Penelitian

4.3.1. Situasi Simbolik Makna Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupeten Subang ... 152 4.3.1.1.Objek Fisik Benda ... 152 4.3.1.2.Objek Sosial Perilaku Manusia ... 156 4.3.2. Produk Interaksi Sosial Makna Ziarah Sebagai Media

Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit

Kabupeten Subang ... 160 4.3.3. Interpretasi Makna Ziarah Sebagai Media Komunikasi

(11)

xv

Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupeten

Subang ... 161 BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP 5.1. 5.1.KesimpulanKesimpulan ... 168 5.2. 5.2.SaranSaran ... 171 5.2.1.

5.2.1. Saran Bagi Pengurus Pemakaman Nangka BeuritSaran Bagi Pengurus Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang

Kabupaten Subang ... 171 5.2.2.

5.2.2.Saran Bagi Peneliti SelanjutnyaSaran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 171

DAFTAR

DAFTAR PUSTAKA ...PUSTAKA ... 172... 172 LAMPIRAN

LAMPIRAN ... ... 175175 CURR I CU LL UM VITAE ...

(12)

xvi

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

Hal Hal Tabel 3.1 Krangka penelitian pendekatan etnografiKrangka penelitian pendekatan etnografi 105 Tabel 3.2 Data Informan PenelitianData Informan Penelitian 116

Tabel 3.3 Informan KunciInforman Kunci 117

Tabel 4.1 Jadwal Wawancara InformanJadwal Wawancara Informan 129 Table 4.2 Jadwal Wawancara Informan KunciJadwal Wawancara Informan Kunci 135

(13)

xvii

DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR

Hal Hal Gambar 1.1. Makam Arya Wangsa GoparanMakam Arya Wangsa Goparan 5 Gambar 4.1. Informan Penelitian (Dedi)Informan Penelitian (Dedi) 130 Gambar 4.2. Informan Penelitian (Rachman A)Informan Penelitian (Rachman A) 131 Gambar 4.3. Informan Penelitian (Asepudin)Informan Penelitian (Asepudin) 132 Gambar 4.4. Informan Penelitian (Nurdin)Informan Penelitian (Nurdin) 133 Gambar 4.5. Informan Penelitian (Suherman)Informan Penelitian (Suherman) 134 Gambar 4.5. Informan Kunci Penelitian (Humaedi)Informan Kunci Penelitian (Humaedi) 136

(14)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN

Hal Hal Lampiran 1 Surat Penugasan Menjadi Pembimbing SkripsiSurat Penugasan Menjadi Pembimbing Skripsi 175 Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan SkripsiBerita Acara Bimbingan Skripsi 176 Lampiran 3 Lembar Revisi Seminar Usulan PenelitianLembar Revisi Seminar Usulan Penelitian 177

Lampiran 4 Surat izin penelitianSurat izin penelitian 178

Lampiran 5 Pedoman Wawancara InformanPedoman Wawancara Informan 179 Lampiran 6 Pedoman Wawancara Informan KunciPedoman Wawancara Informan Kunci 180

Lampiran 7 Pedoman ObservasiPedoman Observasi 182

Lampiran 8 Transkip ObservasiTranskip Observasi 183

Lampiran 9 Identitas Informan dan Informan KunciIdentitas Informan dan Informan Kunci 186 Lampiran 10 Hasil Wawancara InformanHasil Wawancara Informan 192 Lampiran 11 Hasil Wawancara Informan KunciHasil Wawancara Informan Kunci 208

(15)

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1.

1.1. Latar Belakang MasalahLatar Belakang Masalah

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide,gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduaanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.

Komunikasi merupakan kebutuhan dasar atau primer manusia. Komunikasi merupakan sarana interaksi antar manusia yang efektif. Dinyatakan berinteraksi jika mereka yang terlibat masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan oleh manusia disebut tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi menyangkut perasaan, pikiran dan perbuatan manusia.

Adapun definisi komunikasi menurut Everett M. RogersEverett M. Rogers, seorang pakar sosiologi Pedesaan Amerika membuat definisi :

“Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian” (Rogers dan Kincaid dalam Cangara, 2004 : 19Rogers dan Kincaid dalam Cangara, 2004 : 19).

Sejak kita lahir dan selama hidupnya manusia akan selalu terlibat dalam tindakan-tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia dan sebagai makhluk sosial,

(16)

2

kita perlu berhubugan, bergaul dengan sesama manusia lain. Itu merupakan sisi dinamis dari manusia. Hubungan yang dilakukan atau dijalin setiap saat merupakan kegiatan berkomunikasi. Dalam ilmu komunikasi dikenal dengan istilah komunikasi yang dilakukan antara manusia dengan Tuhannya, dalam ilmu komunikasl disebut komunikasi transendental dan komunikasi ini dalam istilah Islam dikenal dengan sebutanhablu mi nnallah dan hablumi nannas .

Komunikasi transendental memang tidak pernah dibahas secara luas, cukup dikatakan bahwa komunikasi transendental adalah komunikasi antara manusia dengan Tuhan, dan karenanya masuk dalam bidang agama. Dedy Mulyana

Dedy Mulyana, pakar ilmu komunikasi, mengatakan bahwa, bentuk komunikasi ini paling sedikit dibicarakan dalam disiplin ilmu komunikasi, tetapi justru bentuk komunikasi inilah yang terpenting bagi manusia. Karena keberhasilan manusia melakukannya tidak saja menentukan nasibnya di dunia tetapi juga di akhirat.

Dalam komunikasi transendental, tanda-tanda atau lambang-lambang Allah SWT lazim disebut ayat-ayat Allah. Dan ayat-ayat Allah itu terbagi atas dua, yaitu ayat-ayat Quraniyah (firman Allah dalam Alquran) dan ayat-ayat kauniyah (alam semesta). Ke dua ayat tersebut saling mengisi dan menjelaskan. Karena dalam Alquran tercantum dengan rinci bagaimana luasnya alam semesta yang bisa kita lihat dengan kasat

(17)

3

mata dan menjelaskan pula tentang alam barzah, alam akhirat, surga dan neraka sebagai alam ghaib.

Makna komunikasi transendental biasa diartikan proses membagi ide, informasi dan pesan dengan orang lain pada tempat dan waktu tertentu serta berhubungan erat dengan hal-hal yang bersifat transenden (metafisik dan pengalaman supranatural). Hingga komponen komunikasi seperti siapa (what ) bisa bersifat metafisik, isi ( say what ) juga berhubungan dengan metafisik, demikin juga dengan kepada siapa (to whom) dan media perantara (chanel ) serta efeknya.

Pemakaman Nagka Beurit atau Makam Aria Wangsa Goparana yang terletak di Blok Karang Nangka Beurit, Desa Sagalaherang Kaler, Kecamatan Sagalaherang. Karena berada di Blok Karang Nangka Beurit, maka situs ini lebih dikenal dengan sebutan Keramat Nangka Beurit. Komplek makam berada di ujung kampung dekat areal persawahan tepatnya pada koordinat 06°39‟59” Lintang Selatan dan 107°39‟05” Bujur Timur.

Untuk menuju makam, setelah melalui gerbang masuk berbentuk gapura bentar yang berada di ujung kampung, kemudian melewati jalan setapak yang sudah diplester. Di kanan jalan merupakan areal persawahan, sedang di kiri jalan jurang sedalam sekitar 4 m. Pada jurang tersebut terdapat banyak tumbuhan buah-buahan seperti durian, jambu air, nangka dan juga pala. Jalan setapak yang harus dilalui ini jauhnya sekitar 500 m.

(18)

4

Pada ujung jalan setapak sebelum sampai ke komplek makam terdapat beberapa makam masyarakat. Kompleks makam Keramat Nangka Beurit dikelilingi pagar dengan gerbang masuk terletak di bagian selatan kompleks. Gerbang masuk berupa gapura berbentuk paduraksa dilengkapi pintu besi. Di dalam kompleks terdapat pemakaman umum. Makam-makam umum ada yang dilengkapi jirat ada pula yang tidak berjirat. Makam yang tidak berjirat pada umumnya dilengkapi nisan batu pipih panjang ada yang berbentuk seperti kujang. Pada bagian tenggara kompleks makam terdapat beberapa makam yang berada pada lahan berpagar tembok. Tokoh yang dimakamkan di bagian tersebut adalah para juru kunci. Gerbang masuk ke komplek makam para juru kunci berupa gapura paduraksa. Makam Aria Wangsa Goparana berada pada bagian barat laut komplek makam. Makam berada pada bangunan cungkup permanen dengan atap tumpang dari bahan genting. Pintu masuk cungkup berada di sisi timur. Pada dinding sisi utara, barat, dan selatan terdapat jendela kaca. Kondisi makam Aria Wangsa Goparana sulit dilihat karena tertutup kain kelambu. Nisan makam dibungkus kain putih sehingga bentuknya sulit diketahui. Di sebelah timur cungkup makam Aria Wangsa Goparana terdapat bangunan mushala yang bernama Mushala Al-Ikhlas. Seluruh bangunan di kompleks makam ini merupakan bangunan baru yang pemugarannya dilaksanakan pada 25 Maret 1984 dan peresmiannya pada

(19)

5

Arya Wangsa Goparana adalah tokoh penyebar Islam di Sagalaherang. Tokoh ini merupakan putera Sunan Wanaperi, raja kerajaan Talaga. Di Talaga, Arya Wangsa Goparana merupakan orang pertama yang memeluk Islam. Ketika itu ia mendapat pelajaran dari Sunan Gunungjati. Pada tahun 1530 ia mengadakan perjalanan ke arah barat dalam rangka menyebarkan agama Islam. Wilayah yang diislamkannya meliputi Subang, Pagaden, Purwakarta, Cianjur, Sukabumi, dan Limbangan. Ketika itu kawasan ini merupakan wilayah kerajaan Sumedang Larang. Arya Wangsa Goparana menurunkan lima orang putera yaitu Entol Wangsa Goparana, Wiratanudatar, Yudanegara, Cakradiparana, dan Yudamanggala. Putera Arya Wangsa Goparana ini kemudian menyebar ke daerah Limbangan, Cijegang (Cikalongkulon), Cikundul dan tempat-tempat lain. Di tempat yang baru, keturunan Arya Wangsa Goparana banyak yang menjadi orang penting seperti bupati dan ulama besar.

Gambar 1.1. Gambar 1.1.

Makam Arya Wangsa Goparana Makam Arya Wangsa Goparana

(20)

6

Makam Keramat Nangka Beurit merupakan salah salah satu fenomena warisan budaya yang keadaannya masih terjaga sampai saat ini, dan keadaannya dijadikan sebagai tempat media ziarah bagi pengunjung yang datang ke pemakaman keramat ini.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Boov e dan Thi ll , bahwa definisi budaya adalah :

“ system sharing atas symbol-simbol kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan dan norma-norma untuk berperilaku. Dalam hal ini, semua anggota dalam budaya memiliki asumsi yang serupa tentang bagaimana seseorang berpikir, berperilaku dan berkomunikasi serta cenderung untuk melakukan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut”.

Seorang EspositoEsposito dalam karya fontumentalnya (EnsiklopediEnsiklopedi Oxford: Dunia Islam

Oxford: Dunia Islam ModernModern). Menyatakan hasil risetnya tentang ziarah kubur sebagai hal yang pernah dilakukan umat islam zaman dahulu dan memiliki kecenderungan dilakukan sampai saat ini oleh golongan Islam yang masih menyakini tentang wasiah atau perantara orang-orang suci (Esposito, 2001:196Esposito, 2001:196)”. Umumnya umat Islam yang mempercayai hal itu dalam hidupnya dalam waktu tertentu berkunjung ke pemakaman tertentu yang dianggap sebagai orang suci semasa hidupnya. Seperti halnya makam Nangka Beurit Kabupaten Subang, yang sering dikunjungi oleh

masyarakat untuk melakukan tradisi berziarah.

Pada masyarakat tertentu, tradisi yang berkaitan dengan peristiwa kelahiran, kematian dan perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya termasuk budaya ziarah kubur ternyata memiliki banyak ragamnya. berbagai tradisi itu secara turun temurun dilestarikan oleh para

(21)

7

penduduknya dengan berbagai motivasi dan tujuan yang tidak lepas dari pandangan hidup masyarakat pada umumnya. Dalam pandangan masyarakat yang sering melakukan ziarah kubur, diantaranya bahwa roh orang suci itu memiliki daya melindungi alam. Berikut merupakan padangan masyarakat mengenai ziarah yang telah diperjelas oleh

Koentijaraningarat :

“Orang suci yang meninggal, arwahnya tetap memiliki daya sakti, yaitu dapat memberikan pertolongan kepada orang yang masih hidup sehingga anak cucu yang masih hidup senantiasa berusaha untuk tetap berhubungan dan memujanya. (Koentijaraninggrat,(Koentijaraninggrat, 1984:185)

1984:185)””..

Hal ini desebabkan dalam pandangan masyarakat umumnya roh yang meninggal itu bersifat abadi. Pada pernyataan tersebut peneliti memfokuskan objek pemakaman Nangka Beurit sebagai tempat berziarah, yang dijadikan sebagai media transendental. Fenomena ini dijadikan sebagai kebudayaan bagi masyarakat yang melakukan ritual ziarah dengan

tujuan mendo‟akan, adanya tujuan atau harapan, merupakan peribadatan kepada Tuhan dan sebagai budaya yang turun-temurun.

Ziarah dijadikan media sebagai makna penyampaikan pesan-pesan yang bersifatverbal dannon verbal . Pemanfaatan media-media tradisional tentu saja tidak terlepas dari fungsinya masing-masing. Media tradisional dipergunakan sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan tertentu, dimana pemanfaatan media-media berfungsi untuk mentransmisikan pesan, menghibur, mendidik, mempengaruhi, juga mentransmisikan warisan sosial dan budaya dari suatu generasi ke generasi

(22)

8

berikutnya. Pesan-pesan tersebut ditransmisikan melalui simbol-simbol bahasa, warna, gerak, dan sebagainya yang memiliki makna.

Makna yang terekspresikan secara langsung dapat diamati lewat bahasa, sedangkan yang tersembunyi bisa diamati melalui kata-kata secara tidak langsung dan juga melalui perilaku serta dari sumber yang diamati seperti simbol-simbol. Menurut James P. SpradleyJames P. Spradley (1997 : 121) dan dikutip oleh Alex SoburAlex Sobur dalam buku “Semiotika Komunikasi”, bahwa: “Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol.” (Sobur, 2006 : 177)

Menurut Clifford GeertzClifford Geertz (1922 : 51) dan dijelaskan kembali oleh Alex Sobur

Alex Sobur dalam buku “Semiotika Komunikasi”, bahwa: “Makna hanya dapat „disimpan‟ di dalam simbol.” (Sobur, 2006 : 177)

Sekalipun demikian, didalam setiap masyarakat, orang tetap menggunakan sistem makna yang kompleks ini untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain, serta untuk memahami dunia tempat mereka hidup.

Sistem simbol dan makna tersebut dapat diaplikasikan melalui interaksi simbolik. Esensi interaksi simbolik menurut MulyanaMulyana dan dikutip dalam bukunya Alex SoburAlex Sobur yang berjudul “Semiotika Komunikasi”, adalah: “Suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manuisa,

(23)

9

yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.” (Sobur, 2006 : 197)

Sedangkan menurut Engkus KuswarnoEngkus Kuswarno dalam bukunya

“Etnografi Komunikasi” mengatakan bahwa:

“Karakteristik dasar ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antara individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vokal, suara, dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan simbolsimbol.” (Engkus Kuswarno, 2011 : 22)

Adapun menurut teoritisi interaksi simbolik yang dipaparkan dalam buku “Metodologi Penelitian Kualitatif” karya Deddy MulyanaDeddy Mulyana bahwa:

“Kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak- pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.” (Deddy Mulyana, 2010 : 71)

Dari beberapa esensi mengenai interaksi simbolik di atas, secara tidak langsung memberitahukan bahwa hidup agaknya memang digerakan oleh simbol-simbol, dibentuk oleh simbol-simbol, dan dirayakan dengan simbol-simbol dan itu yang menjadikan suatu aktivitas sebagai ciri khas manusia termasuk aktivitas budaya.

(24)

10

Dalam masyarakat, kebudayaan sering diartikan sebagai the general body of the arts, yang meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, ilmu pengetahuan dan filsafat, atau bagian-bagian yang indah dari kehidupan manusia, sedangkan menurut para ahli kebudayaan diartikan sebagai berikut :

Pengertian paling tua atas kebudayaan diajukan oleh EdwardEdward Burnett Tylor

Burnett Tylor dalam karyanya berjudul “Primitive Culture” dan dikutip oleh Alo Liliweri,Alo Liliweri, dalam bukunya yang berjudul “Dasar -Dasar Komunikasi Antar Budaya” yang menyatakan bahwa: “Ke budayaan adalah kompleks dari keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat.” (Liliweri, 2004 : 107).

Menurut Selo SoemarjanSelo Soemarjan dan Soelaeman SoemardiSoelaeman Soemardi dalam buku yang berjudul “Sosiologi Suatu Pengantar” karya Soerjono SoekantoSoerjono Soekanto, kebudayaan didefinisikan sebagai berikut :

“Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitar, agar kekuatan serta hasil dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.” (Soerjono Soekanto, 2007 : 151)

Dikatakan (GeertzGeertz, dalam SusantoSusanto, 1992:57) dan dikutip kembali oleh Alex Sobur,Alex Sobur, dalam buku “Semiotika Komunikasi”:

(25)

11

“Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sistem dari konsep-konsep yang diwariskan dan diungkapkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui mana manusia berkomunikasi, mengekalkan dan memperkembangkan pengetahuan tentang kehidupan ini dan bersikap terhadap

kehidupan ini.” (Alex Sobur, 2006 : 178)

Kearifan terlahir dari nilai-nilai dan perilaku dalam tatanan kehidupan masyarakat dalam proses yang tidak singkat dan keberlangsungannya dimediakan secara turun temurun. Kearifan lokal (local wisdom) merupakan kebijaksanaan yang dipraktekkan dalam berkehidupan masyarakat di suatu kawasan dengan menerapkan pengetahuan-pengetahuan lokal sesuai dengan watak dan perilaku masyarakatnya. Kearifan lokal ini disebut juga sebagai kearifan tradisional. Menurut Nina H. Lubis,Nina H. Lubis, dalam bukunya“Sejarah dan Budaya Politik”, Kearifan tradisional didefinisikan sebagai berikut :

"Kearifan tradisional atau kearifan lokal adalah sesuatu yang berakar pada masa lalu dalam kehidupan tradisional lokal yang dijadikan rujukan tatanan kehidupan dan kebudayaan lokal masing-masing. Setiap kelompok memiliki kearifan lokal tersendiri untuk memelihara kesatuan integritas dan juga jati diri kelompok atau kaumnya. Kearifan tradisional artinya wawasan atau cara pandang menyeluruh yang bersumber dari tradisi kehidupan.” (Nina H. Lubis, 2002 : 221)

Ajip Rosidi

Ajip Rosidi dalam bukunya yang berjudul “Kearifan Lokal”, mengatakan bahwa istilah “Kearifan Lokal” merupakan terjemahan dari

“Local Genius”.“Local Genius” sendiri diperkenalkan pertama kali oleh Quaritch Wales

(26)

12

kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kebudayaan itu berhubungan.” (Rosidi, 2011 : 29)

Bertolak dari penjelasan secara keseluruhan yang telah dikemukakan di atas. peneliti menyadari bahwa pentingnya keberadaan kebudayaan dalam suatu daerah, karena kebudayaan merupakan fakta kompleks yang selain memiliki kekhasan pada batas tertentu juga memiliki ciri yang bersifat universal dan menyangkut semua aspek kehidupan manusia yang disampaikan melalui suatu media ataupun interaksi, tetapi dewasa ini terdapat kecenderungan memudarnya nilai-nilai budaya pada setiap segi kehidupan masyarakat, khususnya budaya ziarah

yang dijadikan sebagai media komunikasitranscendental.

Pada zaman dahulu orang menganggap ziarah sebagai kunjungan yang merujuk pada aktivitas mengunjungi pemakaman dengan maksud mendo‟akan bagi yang sudah meninggal dan mengingat akan kematiannya. Dalam hal ini Eposito (2001:195) berdasarkan dokumen kaum Sunni, pada suatu waktu antara periode 610 dan 622, Nabi jelas-jelas melarang mengunjungi pemakaman dikarenakan bobot praktik tersebut cenderung berlebihan. Seperti menangis di samping kuburan atau menatapi orang yang sudah tiada, mengelus-elus kuburan, bahkan sampai aksi menampar pipi dan merobek pakaian (Bukhori, jana‟iz, hadis 382) Kegiatan yang berlebihan semacam itulah yang samapai pada akhirnya muncul pelanggaran praktik ziarah kubur.

(27)

13

Spradley menjelaskan focus perhatian etnografi adalah pada apa yang individu dalam suatu masyarakat lakukan (prilaku), kemudian apa yang mereka bicarakan (bahasa), dan trakhir apakah ada hubungan antara prilaku dengan apa yang seharusnya dilakukan dalam masyrakat tersebut,

sebaik apa yang mereka buat atau mereka pakai sehari-hari (artifak).

Disini peneliti tertarik untuk dapat meneliti mengenai Makna Makna Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental (Studi Etnografi Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pemakaman Nangka Beurit Komunikasi Mengenai Ziarah di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang)

Kabupaten Subang),dimana disini peneliti ingin memberikan penjelasan mengenai adanya suatu tradisi ziarah yang sering dilakukan oleh masyarakat sebagai budaya yang dijadikan tradisi komunikasi transendental bagi yang berkunjung ke pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang.

1.2.

1.2. Rumusan MasalahRumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti dapat merumuskan masalah berdasarkan kerangka pemikiran sebelumnya, yakni :

1.2.1.

1.2.1.Pertanyaan MakroPertanyaan Makro

Berdasarkan masalah diatas maka didapat pertanyaan makro dalam penelitian ini. Yaitu sebagai berikut :

“Bagaimana

“Bagaimana Makna Makna Ziarah Ziarah Sebagai Sebagai Media Media KomunikasiKomunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang?”

(28)

14

1.2.2.

1.2.2.Pertanyaan MikroPertanyaan Mikro

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari fokus pada rumusan masalah yang masih bersifat umum dengan subfokus-subfokus terpilih dan dijadikannya sebagai Pertanyaan Mikro. Dimana Pertanyaan Mikro akan dijabarkan seperti dibawah ini :

1. Bagaimana Situasi SimbolikSituasi Simbolik Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang? 2. Bagaimana Produk Interaksi SosialProduk Interaksi Sosial Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang?

3. Bagaimana InterpretasiInterpretasi Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang?

1.3.

1.3. Kegunaan PenelitianKegunaan Penelitian

1.3.1.

1.3.1.Maksud PenelitianMaksud Penelitian

Adapun disini peneliti memiliki maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguraikan, mengenai Makna Ziarah SebagaiMakna Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Media Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang

Kabupaten Subang.

1.3.2.

1.3.2.Tujuan PenelitianTujuan Penelitian

Bekaitan dengan masalah yang akan diteliti, maka adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

(29)

15

1. Untuk Mengetahui Situasi SimbolikSituasi Simbolik Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang.

2. Untuk Mengetahui Produk Interaksi SosialProduk Interaksi Sosial Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang.

3. Untuk Mengetahui InterpretasiInterpretasi Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang.

1.4.

1.4. Kegunaan PenelitianKegunaan Penelitian 1.4.1.

1.4.1.Kegunaan TeoritisKegunaan Teoritis

Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan ilmiah terutama bagi ilmu komunikasi khususnya mengenai makna ziarah sebagai media komunikasi transendental serta pengembangan ilmiah bagi ilmu sosial akan keberadaan budaya yang ada dalam sosialitas kita, yang salah satu contoh nyatanya mengenai ziarah sebagai media komunikasi.

1.4.2.

1.4.2. Kegunaan PraktisKegunaan Praktis

Adapun dalam penelitian ini, selain memiliki kegunaan teoritisnya peneliti pun memaparkan kegunaan praktis dari penelitian yang

(30)

16

a)

a) Kegunaan untuk PenelitiKegunaan untuk Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan kegunaannya bagi peneliti. Dijadikan, sebagai pengalaman dan pembelajaran dalam mengaplikasikan pemahaman mengenai Ilmu Komunikasi secara umum dan Komunikasi Transendental.

b)

b) Kegunaan untuk AkademikKegunaan untuk Akademik

Adapun manfaat dan kegunaannya bagi Akademisi. Dijadikan, sebagai literature bagi mahasiswa secara umum, dan bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi secara khusus, terutama bagi para peneliti selanjutnya dengan kajian penelitian yang sama. c)

c) Kegunaan untuk MasyarakatKegunaan untuk Masyarakat

Dapat memberikan bahan masukan yang positif bagi masyarakat baik dari segi informasi ataupun dari segi evaluasi. Khususnya untuk yang melakukan Ziarah di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang.

1.5.

1.5. Sistematika PenulisanSistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab, dalam memberikan gambarakn secara sistematis, maka peneliti menyusun susuan skripsi ke dalam lima bab, yaitu :

(31)

17

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I peneliti menguraikan Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Pertanyaan makro, Pertanyaan mikro, Maksud dan Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Lokasi dan waktu penelitian, Sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti mencoba meninjau permasalahan dari aspek teoritis dalam mengkaji tinjauan mengenai komunikasi meliputi ; Pengertian komunikasi, Unsur-unsur komunikasi, Tujuan komunikasi. Tinjauan Tentang Etnografi Komunikasi ; Sejarah Kajian Etnografi Komunikasi, Definisi Etnografi, Metode Etnografi Untuk Penelitian Etnografi. Tinjauan tentang komunikasi transendental ; Pengertian komunikasi transendental, Hakikat komunikasi transendental, Tinjauan tentang interaksi simbolik ; Sejarah Interaksi Simbolik. Tinjauan tentang simbol : pengertian simbol, Jenis-jenis simbol. Tinjauan Tentang Kebudayaan : Unsur-unsur Kebudayaan. Tinjauan tentang Komunikator ; Pengertian dan karakteristik komunikator, Syarat-syarat komunikator, Tugas komunikator. Tinjauan tentang ziarah secara umum dan khusus ; Sejarah ziarah, pengertian ziarah secara umum dan khusus, tata cara berziarah, macam-macam ziarah. Tinjauan tentang pemakaman secara khusus dan umum; Pengertian pemakaman, Tinjauan tentang media ; Pengertian media, jenis-jenis madia, Fungsi media. Kerangka pemikiran.

(32)

18

BAB III OBJEK

BAB III OBJEK PENELITIANPENELITIAN

Pada bab ini peneliti memberikan gambaran tentang sejarah Makam Nangka Beurit Kabupaten Subang, Struktur organisasi yang ada di pemakaman. Tinjauan Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang, Tinjauan Ziarah secara Umum dan Khusus, Metode penelitian, Teknik pengumpulan data, Teknik penentuan informan, Teknik analisa data, serta

Lokasi dan Waktu penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti mendeskripsikan mengenai informan, deskripsi hasil penelitian, dan deskripsi hasil penelitian mengenai “Makna Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang”. Di bab ini peneliti menjelaskan hasil penelitian yang terdiri dari gambaran data yang didalamnya mengelompokkan data-data yang telah didapat oleh peneliti, dan menganalisa data dilakukan peneliti dengan memperoleh hasil wawancara peneliti dengan informan dankey informan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini, peneliti menguraikan mengenai kesimpulan dan saran yang diperoleh peneliti dari keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan.

(33)

19

BAB II BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRANPEMIKIRAN

2.1.

2.1. Tinjauan Tinjauan PustakaPustaka 2.1.1.

2.1.1. Tinjauan PenelitTinjauan Penelitian Sebelumnyaian Sebelumnya 2.1.1.1.

2.1.1.1. Tinjauan PenelitianTinjauan Penelitian

Dalam penelitian skripsi Asep Ma‟mun, 2007. Dengan judul (Persepsi Masyarakat terhadap Ziarah Kubur: StudiPersepsi Masyarakat terhadap Ziarah Kubur: Studi

Kasus atas Masyarakat Aeng Panas

Kasus atas Masyarakat Aeng Panas) Institut Dirasat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan Sumenep Madura. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa ziarah kubur merupakan anjuran Rasulullah SAW. Penelitian ini memfokuskan pada tiga hal yaitu : (1) Bagaimana persepsi masyarakat terhadap ziarah kubur? (2) Apakah motivasi yang mendorong masyarakat melakukan ziarah kubur? (3) Bagaimanakah tata cara pelaksanaan ziarah kubur?.

Menurut beberapa teori bahwa persepsi orang melakukan ziarah kubur adalah : (1) Untuk mendapatkan keselamatan, (2) Adanya tradisi yang ada di masyarakat (3) Menjadi ajang bisnis. Adapun motivasi orang berziarah kubur adalah : (1) Untuk mengingat kematian, (2) Mendoakan Mayat (mayit), (3) Adanya keyakinan bahwa ziarah kubur dapat mendatangkan ketenangan batin dan (4) Sebagai ibadah kepada Allah SWT. Sedangkan tata

(34)

20

cara pelaksanaan ziarah kubur ialah : (1) Bertindak sopan di area perkuburan, (2) Mendoakan si Mayit, (3) Mengucapkan salam dan

(4) Menghadap kiblat.

Untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif lapangan dengan jenis penelitian studi kasus. Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat Aeng Panas yang diambl lewat sampel. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi.Sedangkan analisis data adalah analisis tematik.

Dari panggilan data dilapangan ditemukan bahwa persepsi masyarakat Aeng Panas terhadap ziarah kubur adalah : (1) Sebagai kegiatan mendatangi kuburan, (2) Mendoakan si mayit dan (4) Sebagai ibadah kepada Allah SWT. Adapun motivasi masyarakat Aeng Panas melakukan ziarah kubur adalah : (1) Mencari keberkahan, (2) Berharap hajatnya segera dikabulkan Oleh Tuhan, (3) Mendoakan si Mayit, (4) Untuk mengingat kematian, (5) Mencari ketenangan batin dan (6) Untuk mengatasi problematika hidup. Sedangkan tata cara yang dilakukan oleh masyarakat Aeng Panas dalam melakukan ziarah kubur adalah : (1) Membersihkan badan sebelum ziarah, (2) Suci dari hadast, (3) Mengucapkan salam, (4) Tawasul kepada Rasulullah, sanak kerabat dan si Mayit itu sendiri, (5) Membaca beberapa surat Fatihah, Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, Tahlil dan Yasin dan (6) Membaca doa.

(35)

21

2.1.2.

2.1.2. Tinjauan TentaTinjauan Tentang Komunikasing Komunikasi

2.1.2.1.Penge

2.1.2.1.Pengertian rtian KomunikasiKomunikasi

Ilmu komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku, antarbangsa, dan antarras, membina kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi.

Pentingnya studi komunikasi karena permasalahan yang timbul akibat komunikasi.Manusia tidak bisa hidup sendirian.Ia secara tidak kodrati harus hidup bersama manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya. Jelasnya, manusia harus hidup bermasyarakat. Masyarakat bisa berbentuk kecil, sekecil rumah tangga yang hanya terdiri dari dua orang suami istri, bisa berbentuk besar, sebesar kampung, desa, kecamatan, kabupaten

atau kota, provinsi, dan Negara.

Dalam pergaulan hidup manusia dimana masing-masing individu satu sama lain beraneka ragam itu terjadi antara proses interaksi, saling mempengaruhi demi kepentingan dan keuntungan pribadi masing-masing. Terjadilah saling mengungkapkan pikiran

dan perasaan dalam bentuk percakapan.

Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan

(36)

22

(communicator),sedangkan orang yang menerima pernyataan atau pesan disebut komunikan (communicate). Untuk lebih jelasnya, maka komunikasi itu sendiri adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek.Pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol).Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa. (Effendy, 2003:27)

Adapun pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa Latin“Communicatio”. Istilah ini bersumber dari kata

“Communis” yang berarti sama, sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi, komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.

Jika tidak ada kesamaan makna antara kedua aktor komunikasi (Communicatin Actors) yakni komunikator dan komunikan. Dengan kata lain apabila seorang komunikan tidak mampu mengerti dan memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator, maka komunikasi tidak akan terjadi.

Scrhamm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi

(37)

23

akan berlangsung lancar dan sebaliknya, jika pengalaman komunikator tidak sama dengan pengalaman komunikan, maka akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain, dengan kata lain situasi yang terjadi tidak komunikatif ataumisscommunication.

(Effendy, 2003:24)

2.1.2.2. Unsur Komunikasi 2.1.2.2. Unsur Komunikasi

Proses komunikasi adalah dimana proses terjadinya interaksi antara komunikator dan komunikan. Laswell dalam buku Onong Uchjana Effendy “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi”,

memberikan definisi atau pengertian komunikasi sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dari definisi tersebut menunjukan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur yakni :

1. Who (siapa) : siapa yang mengkomunikasikan atau siapa komunikator yang menyampaikan pesan/infromasi kepada komunikan.

2. Says What (berkata apa) : apa yang dikatakan oleh komunkator kepada komunikan.

3. In Which Channel (melalui saluran apa) : melalui saluran apa yang digunakan oleh komunikator dalam menyampaikan informasi atau pesannya kepada komunikan.

(38)

24

4. With What Effect (dengan efek apa) : efek apa yang ditimbulkan oleh isi pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. (Effendy, 2003:253)

Jadi, komunikasi adalah sebagai proses atau tindakan menyampaikan pesan (message) dari pengirim (sender) ke penerima (the receiver), melalui suatu medium (channel) yang biasanya mengalami gangguan (noise). Dalam definisi ini, komunikasi haruslah bersifat disengaja (intentional) serta membawa perubahan.

2.1.2.3.Tujuan Komunikasi 2.1.2.3.Tujuan Komunikasi

Adapun tujuan dari komunikasi itu sendiri menurut buku Onong Uchjana Effendy yang berjudul “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi” ,yaitu :

a. Mengubah sikap(to change the attitude)

b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)

c. Mengubah perilaku(to change the behavior)

d. Mengubah masyarakat(to change the society)

(Effendy, 2003:55) 2.1.3

2.1.3 Tinjauan Tentang Etnografi Tinjauan Tentang Etnografi KomunikasiKomunikasi 2.1.3.1.

2.1.3.1. Sejarah Kajian Etnografi KomunikasiSejarah Kajian Etnografi Komunikasi

Etnografi komunikasi adalah suatu kajian mengenai pola komunikasi sebuah komunitas budaya. Secara makro kajian

(39)

25

Etnografi komunikasi (ethnography of communication) merupakan pengembangan dari Etnografi berbicara ( Ethnography of speaking ), yang dikemukakan oleh Dell Hymes pada tahun 1962 (Ibrahim, 1994:5). Pengkajian Etnografi komunikasi ditujukan pada kajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu mengenai cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya.

Thomas R. Lindlof dan Briyan C. Taylor, dalam bukunya

Qualitative Communicatin Research Methold , menyatakan “

Ethnografi of Communication (EOC) cocnceptualizes

communication as a countinous flow of information, rather than as segmented exchanges message” (Lindlof & Taylor, 2002:44). Dalam pernyataan tersebut, Lindof dan Taylor menegaskan bahwa konsep komunikasi merupakan arus informasi yang berkesinambungan, bukan sekedar pertukaran pesan antar

komponennya semata.

Etnografi komunikasi berakar pada istilah bahasa dan interaksi sosial dalam aturan penelitian kulaitatif komunikasi. Penelitiannya mengikuti tradisi psikologi, sosiologi, linguisitik, dan antropologi. Etnografi komunikasi difokuskan pada kode-kode budaya dan ritual-ritual.

(40)

26

2.1.3.2.

2.1.3.2. Definisi EtnografiDefinisi Etnografi

Istilah Etnografi berasal dari kataethno(bangsa) dan grafhy

(menguraikan), jadi etnografi yang dimaksud adalah usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan (Meleong, 1990:13). Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi, dan berbagai macam deskrifsi kebudayaan (Spardley, 1997:12).

Etnografi lazimnya bertujuan menguraikan suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya, baik yang material seperti artefak budaya (alat-alat, pakaian, bangunan, dan sebagainya) dan yang bersifat abstrak, seperti pengalaman, kepercayaan, norma dan sistem nilai kelompok yang diteliti. Uraian tebal (thick description) merupakan ciri utama etnografi (Mulyana, 2003:161).

Etnografi komunikasi merupakan penerapan metode etnografis pada pola komunikasi yang bermakna baik menggunakan tuturan verbal maupun isyarat, bahasa tubuh atau tanda nonverbal dalam sebuah kelompok. Di sini, seorang penafsir mencoba memberikan pengertian bagi beragam bentuk komunikasi yang digunakan oleh anggota kelompok atau budaya. Sebelum istilah etnografi komunikasi semakin populer dipakai, istilah etnografi berbicara (ethnography of speaking ) lebih awal diacu sebagai pemerian pemakaian bahasa lisan. Etnografi komunikasi

(41)

27

menjadi lebih luas karena tidak hanya melingkupi modus komunikasi lisan ( speaking), tetapi juga melibatkan komunikasi tulis (writing ) serta komunikasi isyarat ( gesture), gerakan tubuh (kinesics), atau tanda ( signing ).

Istilah etnography of speaking awalnya diperkenalkan oleh seorang pakar antropologi dan sekaligus pakar linguistik Amerika, Dell Hymes. Hymes memprihatinkan karya para pakar antropologi dan linguistik yang melupakan wilayah komunikasi manusia yang luas dan penting. Para antropolog telah lama melakukan kajian etnografis tentang aspek-aspek budaya seperti sistem kekerabatan, pandangan tradisional tentang obat-obatan dan penyembuhan penyakit, persoalan bahasa diperlakukan di bawah aspek lain, yaitu sebagai sarana untuk memperoleh topik-topik lain dari bahasa. Banyak buku yang mengkaji tentang perbandingan agama, perbandingan politik dan sebagainya, tetapi tidak ada buku tentang perbandingan wicara dari berbagai suku. Para linguis, menurutnya juga terlalu mementingkan bahasa sebagai sistem abstrak. Mereka terpaku untuk memerikan dan menjelaskan struktur kalimat yang dianggap gramatikal oleh penutur asli. Namun, bagaimana orang menggunakan kalimat itu apakah berbeda dengan kalimat lain, apakah kalimat itu menyuruh orang lain, atau memamerkan ujaran saja, dianggap di luar perhatian teori linguistik. Menurut Hymes “para pakar ilmu sosial memisahkan diri dari isi tutur, dan kedua

(42)

28

pakar itu memisahkan diri dari pola penggunaan tutur” (Hymes, 1974:126).

2.1.3.3.

2.1.3.3. Metode Etnografi Untuk Penelitian KomunikasiMetode Etnografi Untuk Penelitian Komunikasi

Metode Etnografi merupakan pendekatan empiris dan teoretis yang bertujuan mendapatkan deskripsi dan analisis mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan ( fieldwork ) yang intensif. Menurut Geertz (1973) etnograf bertugas membuat thick descriptions (pelukisan mendalam) yang menggambarkan „kejamakan struktur -struktur konseptual yang kompleks‟, termasuk asumsi-asumsi yang tak terucap dan for-granted (yang dianggap sebagai kewajaran) mengenai kehidupan. Seorang etnografer memfokuskan perhatiannya pada detil-detil kehidupan lokal dan menghubungkannya dengan proses sosial yang lebih luas.

Kajian budaya etnografis memusatkan diri pada penjelajahan kualitatif tentang nilai dan makna dalam konteks „keseluruhan cara hidup‟, yaitu dengan persoalan kebudayaan, dunia-kehidupan (life-worlds) dan identitas. Dalam kajian budaya yang berorientasi media, etnografi menjadi kata yang mewakili beberapa metode kualitatif, termasuk pengamatan pelibatan,

(43)

29

Kerja seorang peneliti dengan metode ini, sesuai dengan analogi yang dikemukakan Griffin adalah bagaikan seorang ahli geografi yang melakukan pemetaan. Pemetaan yang dilakukan peneliti adalah pemetaan sosial. Dalam melakukan pemetaan peneliti berupaya untuk bekerja holistik, terkontekstualisasi, menggunakan perspektif emik, serta menggunakan perspektif yang bersifat tidak menyatakan pendapat (nonjudgemental orientation) atas realitas yang diamati. Perspektif holistik berkenaan dengan asumsi bahwa seorang peneliti harus memperoleh suatu gambaran yang lengkap dan komprehensif tentang kelompok sosial yang diteliti. Dalam pengkontekstualisasian data meliputi pengamatan ke dalam suatu perspektif yang lebih besar, misalnya dalam konteks politik, sejarah, ekonomi. Berkenaan dengan perspektif emik, maka peneliti dalam mengumpulkan data akan berangkat dari pandangan masyarakat setempat, meski tanpa harus mengabaikan analisis ilmiah si peneliti sendiri, sedangkan orientasi nonjudgemental merupakan orientasi yang mendorong peneliti mengadakan eksplorasi tanpa melakukan penilaian yang tidak sesuai dan tidak perlu. Oleh karena itu peneliti harus berusaha untuk melihat budaya yang berbeda dengan budaya dia berasal tanpa membuat penilaian tentang praktek- praktek yang diamatinya itu. Dengan kata lain harus meninggalkan tindakan etnosentris.

(44)

30

2.1.4

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Tinjauan Tentang Komunikasi TransendenTransendentaltal 2.1.4.1.

2.1.4.1. Pengertian Komunikasi TransendentalPengertian Komunikasi Transendental

Transendental secara bahasa dalam istilah filsafat berarti suatu yang tidak dapat diketahui, suatu pengalaman yang terbebas dari penomena namun berada dalam gugusan pengetahuan seseorang. Dalam istilah agama diartikan suatu pengalaman mistik atau spiritual karenanya berada diluar jangkauan dunia.

Maka komunikasi transendental bisa diartikan peroses membagi ide, informasi, dan pesan dengan orang lain pada tempat dan waktu tertentu serta berhubungan erat dengan hal-hal yang bersifat transenden (metafisik dan pengalaman supranatural). Hingga komponen komunikasi seperti siapa (what ) bisa bersifat metafisik, isi ( say what ) juga berhubungan dengan metafisik, demikian juga dengan kepada siapa (to whom) dan media perantara (channel ) serta efeknya.

2.1.4.2.

2.1.4.2. Hakikat Komunkasi Hakikat Komunkasi TransendentTransendentalal

Pernahkan Anda bersujud kepada Allah SWT di waktu shalat malam dan merasakan bahwa Allah SWT memberikan jawaban atas masalah yang dihadapi, apakah Anda pernah mengetahui dengan persis apa yang akan terjadi pada diri sahabat Anda padahal Anda sedang tak berada dekat dengannya?

(45)

31

Pernahkah Anda merasakan ada sesuatu hal yang akan terjadi pada diri orang-orang yang Anda kasihi?

Apabila Anda pernah merasakan hal-hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya Anda sedang menjalani sebuah komunikasi yang sifatnya transendental.Komunikasi Transendental secara teoritis dapat diartikan sebagai salah satu wujud berpikir mengenai bagaimana menemukan hukum-hukum alam dan keberadaan komunikasi manusia dengan Allah SWT atau antara manusia dengan kekuatan yang diluar kemampuan pikir manusia tahu keberadaannyadilandasi oleh rasa cinta (mahabbah)

tanpa pamrih. Itulah sebabnya mengapa kita sering merasakan adanya firasat tertentu mengenai apa yang akan atau sedang terjadi pada orang-orang yang kita kasihi. Cinta tulus tanpa pamrihmenjadi syarat dari munculnya komunikasi transendental.

Walaupun diakui eksistensinya oleh manusia, Komunikasi Transendental sangat dirahasiakan oleh manusia.Membicarakan eksistensi Komunikasi Transendental sendiri merupakan penemuan dari hasil interaksi manusia dan perenungan yang mendalam tentang penciptaanya.Penemuan manusia atas komunikasi transendental pada akhirnya dapat digunakan untuk mencari kebenaran sebagai pedoman hidup manusi di alam ciptaan Allah SWT yakni dunia. Melalui komunikasi transendental hidup manusia akan terasa tentram, damai, dan sejahtera karena dilandasi

(46)

32

oleh rasa cinta tanpa pamrih sebagaimana cinta sang ibu kepada anaknya. Demikina pula rasa cinta kepada sang Pencipta dan kepada sesama manusia.

2.1.5.

2.1.5.Tinjauan Tentang Interaksi SimbolikTinjauan Tentang Interaksi Simbolik 2.1.5.1.

2.1.5.1. Sejarah Interaksi SimbolikSejarah Interaksi Simbolik

Sejarah Teori Interaksi Simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran George Harbert Mead (1863-1931). Mead dilahirkan di Hadley, satu kota kecil di Massachusetts. Karir Mead berawal saat beliau menjadi seorang professor di kampus Oberlin, Ohio, kemudian Mead berpindah pindah mengajar dari satu kampus ke kampus lain, sampai akhirnya saat beliau di undang untuk pindah dari Universitas Michigan ke Universitas Chicago oleh John Dewey. Di Chicago inilah Mead sebagai seseorang yang memiliki pemikiran yang srcinal dan membuat catatan kontribusi kepada

ilmu sosial dengan meluncurkan “the theoretical perspective” yang pada perkembangannya nanti menjadi cikal bakal “Teori Interaksi Simbolik”, dan sepanjang tahunnya, Mead dikenal sebagai ahli sosial psikologi untuk ilmu sosiologis. Mead menetap di Chicago selama 37 tahun, sampai beliau meninggal dunia pada tahun 1931 (Rogers. 1994: 166).

Semasa hidupnya Mead memainkan peranan penting dalam membangun perspektif dari Mahzab Chicago, dimana

(47)

33

memfokuskan dalam memahami suatu interaksi perilaku sosial, maka aspek internal juga perlu untuk dikaji (West-Turner. 2008: 97). Mead tertarik pada interaksi, dimana isyarat non verbal dan makna dari suatu pesan verbal, akan mempengaruhi pikiran orang yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbal (sepertibody language, gerak fisik, baju, status, dll) dan pesan verbal (seperti kata-kata, suara, dll) yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting (a significant symbol ).

Menurut Fitraza (2008), Mead tertarik mengkaji interaksi sosial, dimana dua atau lebih individu berpotensi mengeluarkan simbol yang bermakna. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain.

Selain Mead, telah banyak ilmuwan yang menggunakan pendekatan teori interaksi simbolik dimana teori ini memberikan pendekatan yang relatif khusus pada ilmu dari kehidupan kelompok manusia dan tingkah laku manusia, dan banyak memberikan kontribusi intelektual, diantaranya John Dewey,

(48)

34

Robert E. Park, William James, Charles Horton Cooley, Ernest Burgess, James Mark Baldwin (Rogers. 1994: 168). Generasi setelah Mead merupakan awal perkembangan interaksi simbolik, dimana pada saat itu dasar pemikiran Mead terpecah menjadi dua Mahzab (School), dimana kedua mahzab tersebut berbeda dalam hal metodologi, yaitu (1) Mahzab Chicago (Chicago School) yang dipelopori oleh Herbert Blumer, dan (2) Mahzab Iowa (Iowa School) yang dipelopori oleh Manfred Kuhn dan Kimball Young (Rogers. 1994: 171).

Mahzab Chicago yang dipelopori oleh Herbert Blumer (pada tahun 1969 yang mencetuskan nama interaksi simbolik) dan mahasiswanya, Blumer melanjutkan penelitian yang telah dilakukan oleh Mead. Blumer melakukan pendekatan kualitatif, dimana meyakini bahwa studi tentang manusia tidak bisa disamakan dengan studi terhadap benda mati, dan para pemikir yang ada di dalam mahzab Chicago banyak melakukan pendekatan interpretif berdasarkan rintisan pikiran George Harbert Mead (Ardianto. 2007: 135). Blumer beranggapan peneliti perlu meletakkan empatinya dengan pokok materi yang akan dikaji, berusaha memasuki pengalaman objek yang diteliti, dan berusaha untuk memahami nilai-nilai yang dimiliki dari tiap individu. Pendekatan ilmiah dari Mahzab Chicago menekankan pada riwayat hidup, studi kasus, buku harian (Diary), autobiografi, surat,

(49)

35

interview tidak langsung, dan wawancara tidak terstruktur (Wibowo. 2007).

Mahzab Iowa dipelopori oleh Manford kuhn dan mahasiswanya (1950-1960an), dengan melakukan pendekatan kuantitatif, dimana kalangan ini banyak menganut tradisi epistemologi dan metodologi post-positivis (Ardianto. 2007: 135). Kuhn yakin bahwa konsep interaksi simbolik dapat dioprasionalisasi, dikuantifikasi, dan diuji. Mahzab ini mengembangkan beberapa cara pandang yang baru mengenai ”konsep diri” (West-Turner. 2008: 97-98). Kuhn berusaha mempertahankan prinsip-prinsip dasar kaum interaksionis, dimana Kuhn mengambil dua langkah cara pandang baru yang tidak terdapat pada teori sebelumnya, yaitu: (1) memperjelas konsep diri menjadi bentuk yang lebih kongkrit; (2) untuk mewujudkan hal yang pertama maka beliau menggunakan riset kuantitatif, yang pada akhirnya mengarah pada analisis mikroskopis (LittleJohn. 2005: 279). Kuhn merupakan orang yang bertanggung jawab atas teknik yang dikenal sebagai ”Tes sikap pribadi dengan dua puluh pertanyaan [the Twenty statement self-attitudes test (TST)]”. Tes sikap pribadi dengan dua puluh pertanyaan tersebut digunakan untuk mengukur berbagai aspek pribadi (LittleJohn. 2005: 281). Pada tahap ini terlihat jelas perbedaan antara Mahzab Chicago dengan Mahzab Iowa, karena hasil kerja Kuhn dan

(50)

teman-36

temannya menjadi sangat berbeda jauh dari aliran interaksionisme simbolik. Kelemahan metode Kuhn ini dianggap tidak memadai untuk menyelidiki tingkah laku berdasarkan proses, yang merupakan elemen penting dalam interaksi. Akibatnya, sekelompok pengikut Kuhn beralih dan membuat Mahzab Iowa ”baru”.

Mahzab Iowa baru dipelopori oleh Carl Couch, dimana pendekatan yang dilakukan mengenai suatu studi tentang interaksi struktur tingkah laku yang terkoordinir, dengan menggunakan sederetan peristiwa yang direkam dengan rekaman video (video tape). Inti dari Mahzab ini dalam melaksanakan penelitian, melihat bagaimana interaksi dimulai (openings) dan berakhir (closings), yang kemudian melihat bagaimana perbedaan diselesaikan, dan bagaimana konsekuensi-konsekuensi yang tidak terantisipasi yang telah menghambat pencapaian tujuan-tujuan interaksi dapat dijelaskan. Satu catatan kecil bahwa prinsip-prinsip yang terisolasi ini, dapat menjadi dasar bagi sebuah teori interaksi simbolik yang terkekang di masa depan (LittleJohn. 2005: 283).

Interaksi berarti bahwa para peserta masing-masing memindahkan diri mereka secara mental ke dalam posisi orang lain. Dengan berbuat demikian, mereka mencoba mencari arti maksud yang oleh pihak lain diberikan kepada aksinya, sehingga komunikasi dan interaksi dimungkinkan. Dengan demikian,

(51)

37

interaksi tidak hanya berlangsung melalui gerak-gerak saja, melainkan terutama melalui simbol-simbol yang perlu dipahami dan dimengerti maknanya.

Dalam interaksi simbolik, orang mengartikan dan menafsirkan gerak-gerak orang lain dan bertindak sesuai dengan arti itu. Blumer Blumer mengatakan dan dikutip dalam buku “Semiotika Komunikasi”karya Alex Sobur,Alex Sobur, sebagai berikut:

“Orang menimbang perbuatan masing-masing orang secara timbal-balik, dan hal ini tidak hanya merangkaikan perbuatan orang yang satu dengan perbuatan orang yang lain, melainkan menganyam perbuatan-perbuatan yang mereka menjadi apa yang barangkali boleh disebut sebagai transaksi, dalam arti bahwa perbuatan-perbuatan yang diasalkan dari masing-masing pihak diserasikan, sehingga membentuk suatu aksi bersama yang menjembatani mereka.” (Alex Sobur, 2006 : 195)

Istilah pertama kali diperkenalkan oleh Herbert BlumerHerbert Blumer dalam lingkup sosiologi, sebenarnya ide ini telah dikemukakan oleh George Herbert MeadGeorge Herbert Mead (gurunya BlumerBlumer) yang kemudian dimodifikasi BlumerBlumer untuk tujuan tertentu.Herbert BlumerHerbert Blumer, mahaguru Universitas California di Berkeley seperti dikutip Veeger

Veeger (1993), telah berusaha memadukan konsep-konsep MeadMead ke dalam suatu teori sosiologi yang sekarang dikenal dengan nama

interaksionisme simbolik , sebuah ekspresi bahkan tidak pernah digunakan oleh MeadMead sendiri. BlumerBlumer menyebutnya istilah tersebut sebagai“a somewhat barbaric neologism that I coined in

(52)

38

an offhand way… The term somehow caught on” (sebuah kata baru kasar yang aku peroleh tanpa pemikiran… Istilah yang terjadi begitu saja)

Mead

Mead mengembangkan teori interaksi simbolik tahun 1920-an dan 1930-an ketika menjadi profesor filsafat di Universitas Chicago. Kemudian Herbert BlumerHerbert Blumer pada 1937 mempopoulerkannya di kalangan komunitas akademik.

Interaksionisme simbolik mengandung inti dasar pemikiran umum tentang komunikasi dan masyarakat.Jerome ManisJerome Manis dan Bernard Meltzer

Bernard Meltzer memisahkan tujuh hal mendasar yang bersifat teoritis dan metodologis dari interaksionisme simbolik dan dikutip dalam buku “Semiontika Komunikasi”karya Alex SoburAlex Sobur Masing-masing hal tersebut mengidentifikasi sebuah konsep sentral mengenai tradisi yang dimaksud, yakni:

1. Orang-orang dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari pengalaman. Presepsi seseorang selalu diterjemahkan dalam simbol-simbol.

2. Berbagai makna dipelajari melalui interaksi di antara orang-orang. Makna muncul dari adanya pertukaran simbol-simbol dalam kelompok sosial.

3. Seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan dari adanya interaksi di antara orang-orang.

4. Tingkah laku seseorang tidak mutlak ditentukan oleh kejadian-kejadian pada masa lampau saja, namun juga dilakukan secara sengaja.

5. Pikiran terdiri atas sebuah percakapan internal, yang merefleksikan interaksi yang telah terjadi antara seseorang dengan orang lain.

6. Tingkah laku terbentuk atau tercipta di dalam kelompok sosial selama proses interaksi.

(53)

39

7. Kita tidak bisa memahami pengalaman seseorang individu dengan mengamati tingkah lakunya saja. Pemahaman dan pengertian seseorang akan berbagai hal harus diketahui.

(Alex Sobur, 2006 : 196-197)

Esensi interaksi simbolik menurut MulyanaMulyana dan dikutip dalam bukunya Alex Sobur,Alex Sobur, yang berjudul “Semiotika Komunikasi”, adalah: “Suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manuisa, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.” (Sobur, 2006 : 197)

Menurut Engkus Kuswarno,Engkus Kuswarno, dalam bukunya “Etnografi Komunikasi” mengatakan bahwa:

“Karakteristik dasar ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu.Interaksi yang terjadi antara individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan.Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat.Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vokal, suara, dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan simbolsimbol.” ( Engkus Kuswarno, 2011 : 22)

Adapun menurut teoritisi interaksi simbolik yang dipaparkan dalam buku “Metodologi Penelitian Kulaitatif” karya Deddy Mulyana

Deddy Mulyana bahwa:

“Kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang

Gambar

Tabel 3.1Tabel 3.1
Tabel 3.2Tabel 3.2
Tabel 3.4Tabel 3.4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Boyatzis mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik dasar dari seseorang yang menghasilkan efektifitas atau kinerja superior (unggul) dalam bekerja. Dengan demikian

Kelompok komoditas yang mengalami perubahan tingkat pertumbuhan yang menurun, antara lain: (a) Produk perikanan laut; (a) Produk karet dan hasil olahannya; dan (c) Produk kopi,

Dimana tingkat pendidikan S1 sebanyak 19 laki ± laki dan 38 perempuan ditawarkan langsung oleh pihak asuransi, sedangkan responden lain mendapatkan penawaran dari telepon

Semua data dari wawancara diubah dalam bentuk transkrip sebagai penunjang dalam proses penelitian artistik kekaryaan film dokumenter yang berhubungan dengan sejarah kopi

Berdasarkan dari uraian latar belakang serta perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : Diduga,

10 ml Fehling A dan 10 ml Fehling B dicampurkan dalam tabung reaksi, kemudian ke dalam 4 tabung reaksi yang berbeda, masing-masing dimasukkan reagen fehling yang

 Anda harus melaksanakan tugas-tugas berikut ini pada suatu tingkat dimana Penilai memperhitungkan bahwa hal tersebut tepat untuk dilaksanakan di tempat kerja. Ketika setiap