• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PERCEPATAN ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN PASCA PANEN KAKAO MELALUI DISEMINASI MULTI CHANNEL MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PERCEPATAN ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN PASCA PANEN KAKAO MELALUI DISEMINASI MULTI CHANNEL MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI SUMATERA BARAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PERCEPATAN ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA

DAN PASCA PANEN KAKAO MELALUI DISEMINASI MULTI CHANNEL

MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI SUMATERA BARAT

Nusyirwan Hasan∗, Rifda Roswita, Syafril, dan Zulrasdi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jalan Padang Sukarami km 40 Sukarami, Telepon 0755-31122

e-Mail: nusyirwanh@yahoo.com

Disajikan 29-30 Nop 2012

ABSTRAK

Mendukung Gernas Kakao, Pemerintah Daerah Sumatera Barat mengembangkan kakao secara besar besaran, sehingga pada akhir tahun 2015 mencapai 200.000 ha. Namun peningkatan luas tanam belum diikuti dengan penerapan teknologi budi-daya dan pasca panen yang tepat sehingga produktivitas dan mutu masih rendah. Di lain pihak banyak inovasi teknologi yang telah dihasilkan tetapi masih sedikit yang diterapkan petani. Perlu terobosan untuk mempercepat dan memperluas diseminasi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao melalui berbagai saluran komunikasi secara optimal yang dikenal dengan Diseminasi Multi Channel (DMC). Tujuan pengkajian adalah: (1) Meningkatkan 25% adopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao di Sumatera Barat; (2) Meningkatkan produktivitas tanaman kakao di Sumatera Barat; (3) Meningkat-kan mutu biji kakao yang dihasilMeningkat-kan petani sesuai dengan Standar Mutu Nasional (SNI). Kegiatan pengkajian dilaksanaMeningkat-kan pada bulan Januari s/d November tahun 2012, di 2 (dua) kabupaten yaitu Kabupaten Padang Pariaman, dan Limapuluh Kota. Penelitian terdiri dari 3 kegiatan utama sebagai berikut: (1) Survei awal (base line survey) untuk mengetahui tingkat adopsi inovasi dan kebutuhan inovasi teknologi dengan jumlah sampel 30 orang untuk masing-masing lokasi. Survei dilakukan de-ngan Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara terstruktur secara perorade-ngan; (2) Diseminasi inovasi teknologi dede-ngan pola/model DMC yang diawali dengan sosialisasi dan advokasi kepada para pemangku kepentingan sehingga mereka dapat men-jadi penyalur inovasi teknologi kepada petani, Sekolah lapang (SL), penerbitan dan penyebarluasan 2 judul media cetak leaflet serta pelaksanaan demplo) teknologi budidaya dan pasca panen kakao yang dilaksanakan pada lahan seluas 1 ha dengan satu orang petani kooperator untuk masing-masing lokasi. Setelah dan sebelum pelaksanaan demplot dilakukan uji mutu kakao yang dihasilkan petani. (3) Survei akhir untuk mengetahui percepatan adopsi inovasi teknologi. Data yang dikumpulkan antara lain: (1) Persentase petani yang mengadopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao pada awal dan akhir pengkajian; (2) Produktivitas tanaman kakao, (3) Mutu biji kakao yang dihasilkan pada awal dan akhir pengkajian dan (4) Analisis usahatani tanaman kakao. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif, tabulasi, dan analisis ekonomi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Pola/model Diseminasi Multi Channel (DMC) dapat meningkatkan adopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao dari 19,44% menjadi 45,56% di Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman dan dari 30,00% menjadi 73,89% di Nagari Simpang Sugiran Kabupaten Limapuluh Kota. (2) Peningkatan adopsi inovasi tekno-logi budidaya dan pasca panen kakao mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas kakao dari 450,71 kg/ha/th menjadi 720,50 kg/ha/th di Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman dan dari 570,30 kg/ha/th menjadi 1.239,71 kg/ha/th di Nagari Simpang Sugiran Kabupaten Limapuluh Kota.(3) Selain itu juga terjadi peningkatan mutu biji kakao yang dihasilkan petani pada ke dua lokasi sehingga sesuai dengan SNI. Dalam upaya peningkatan produksi kakao di Provinsi Sumatera Barat perlu dilakukan percepatan adopsi inovasi teknologi melalui pola/model Diseminasi Multi Channel (DMC) dengan demplot dan Sekolah Lapang (SL) budidaya dan pasca panen kakao pada setiap kecamatan daerah pengembangan kakao.

Kata Kunci: Percepatan, inovasi, diseminasi, budidaya, pasca panen:

I.

PENDAHULUAN

Tahun 2009 pemerintah meluncurkan Gerakan Pe-ningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (GER-NAS Kakao) yang dilaksanakan secara serentak, ter-padu dan menyeluruh pada 9 Provinsi di Indonesia

Bagian Timur. Tujuannya adalah untuk mempercepat peningkatan produktivitas tanaman dan mutu hasil kakao nasional dengan memberdayakan/ melibatkan secara optimal seluruh potensi pemangku serta sum-berdaya yang ada (Dirjenbun, 2009).

(2)

Sumatera Barat bukanlah termasuk daerah program Gernas Kakao, tetapi Pemerintah Daerah Provinsi Su-matera Barat bertekad menjadikan Sumbar sebagai sentra produksi kakao di Kawasan Indonesia Barat (KIB) dan telah mengembangkan kakao secara besar-besaran melalui program yang telah dicanangkan oleh Wakil Presiden RI pada tahun 2006 di Kabupaten Padang Pariaman. Sehubungan dengan program terse-but Dinas perkebunan Sumbar mentargetkan luas ke-bun kakao pada tahun 2015 mencapai 200.000 hektar, salah satu program utamanya adalah penyediaan bibit oleh pemerintah baik provinsi maupun kabupaten un-tuk dibagikan kepada petani. Sejak dicanangkannya program tersebut, terjadi percepatan penambahan luas areal tanam, tahun 2004 luas pertanaman kakao hanya 13.197 ha dan akhir tahun 2007 sudah mencapai ± 40.000 ha (Disbun Sumbar, 2007 dan 2012), atau ter-jadi peningkatan ± 26.803 ha selama 4 tahun. Selanjut-nya tahun 2009 luas areal pertanaman kakao mencapai 82.620 ha dan pada akhir tahun 2010 mencapai 108.098 ha yang tersebar di 19 kabupaten/kota, dengan daerah sentra produksi adalah Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Padang Pariaman, Agam, Limapuluh Kota dan Kota Sawahlunto (NN-a, 2009).

Namun kondisi usahatani kakao di Sumbar belum memberikan hasil yang optimal, hal ini terlihat dari produktivitas kakao dan mutu yang masih rendah. Rata-rata produktivitas kakao yang dihasilkan baru mencapai kurang dari 700 kg/ha/th, produktivitas ini dianggap masih jauh dari potensi produksinya yang bisa mencapai lebih besar dari 2 ton/ha/th (Manti, dkk. 2009). Salah satu faktor yang menyebabkan rendah-nya produktivitas ini adalah kurangrendah-nya pemeliharaan tanaman karena pengetahuan petani masih kurang, dis-amping itu sebagian bibit digunakan petani tidak ung-gul (sapuan), pemangkasan dilakukan oleh sebagian petani, namun tidak teratur dan tidak sesuai dengan anjuran bahkan ada petani yang tidak melakukan pe-mangkasan. Selain itu pemupukan tidak sesuai an-juran, serta adanya serangan hama tupai, hama PBK, dan Helopelthis yang belum diketahui cara pengen-daliannya. Rendahnya mutu disebabkan karena seba-gian petani belum tahu inovasi teknologi fermentasi biji kakao dan tidak adanya beda harga kakao fermentasi dan non fermentasi (Hasan, dkk., 2010).

Untuk peningkatan produktivitas dan mutu biji kakao telah banyak inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Kementan antara lain: varietas unggul dengan produksi tinggi, pemupukan sepesifik lokasi, pemangkasan, pengendalian HP utama kakao, sanitasi lahan dan peningkatan mutu biji kakao melalui inovasi fermentasi. Teknologi tersebut mempunyai peran penting dalam peningkatan produksi dan mutu biji kakao yang dihasilkan. Namun sampai saat ini belum banyak inovasi tersebut diadopsi oleh petani

kakao.

Berkenaan dengan kondisi tersebut, mulai tahun 2011 Badan Litbang Pertanian melaksanakan disemi-nasi dengan pendekatan model Spectrum Disemidisemi-nasi Multi Channel (SDMC), yaitu suatu terobosan memper-cepat dan memperluas jangkauan diseminasi dengan memanfaatkan berbagai saluran komunikasi dan pe-mangku kepentingan (stakeholder) yang terkait secara optimal melalui berbagai media secara simultan dan terkoordinasi.

Pada penelitian ini melalui SDMC diharapkan selu-ruh inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao dapat didistribusikan secara cepat kepada pengguna dan diharapkan dapat meningkatkan 25% adopsi ino-vasi budidaya tanaman kakao dan inoino-vasi pasca panen kakao, yang akhirnya dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani kakao di Sumatera Barat.

Penelitian bertujuan untuk: (1) Meningkatkan mini-mal 25% adopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao di Sumatera Barat; (2) Meningkatkan pro-duktivitas tanaman kakao di Sumatera Barat, dan (3) Meningkatkan mutu biji kakao yang dihasilkan petani sesuai dengan Standar Mutu Nasional (SNI).

Pesatnya perkembangan luas kebun kakao di Sum-bar tidak terlepas dari tingginya keinginan masyarakat dan juga kondisi agroekosistem yang cocok untuk per-tumbuhan tanaman kakao (Manti dkk, 2009). Na-mun peningkatan luas tanam belum diikuti dengan penerapan teknologi budidaya dan pasca panen yang tepat sehingga produktivitas dan mutu masih ren-dah. Produktivitas baru mencapai kurang dari 700 t/ha/tahun, sedangkan potensi genetiknya bisa men-capai 2,0 ton/ha/tahun (Manti, dkk, 2009). Secara nasionalpun produksi, produktivitas dan mutu kakao masih rendah. Penyebab utamanya adalah teknologi budidaya dan pasca panen belum diterapkan sesuai rekomendasi dan adanya serangan OPT, sehingga pro-duksi dan mutu biji kakao yang dihasilkan rendah. Di lain pihak banyak inovasi teknologi yang telah di-hasilkan akan tetapi masih sedikit yang digunakan oleh petani. Perlu terobosan untuk mempercepat dan memperluas diseminasi inovasi teknologi budi-daya dan pasca panen kakao melalui berbagai me-dia dan saluran komunikasi Diseminasi Multi Chan-nel (DMC) yang diimplementasikan antara lain melalui identifikasi masalah, perumusan kebutuhan teknologi yang melibatkan pengambil kebijakan, tokoh informal, penyuluh, dan petani sebagai pelaku utama. Disem-inasi teknologi dilakukan melalui penyebaran media cetak, Sekolah Lapang (SL), peragaan (demplot) tek-nologi budidaya dan pasca panen, serta temu lapang. Peningkatan adopsi inovasi teknologi dapat mening-katkan produktivitas dan mutu biji kakao yang diha-silkan yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

(3)

II.

METODOLOGI

Waktu dan Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dari tanggal 16 Januari s/d tanggal 15 November tahun 2012 di Provinsi Sumatera Barat dengan menerapkan pola/model Diseminasi Multi Channel (DMC). Lokasi pengkajian dipilih 2 (dua) kabupaten dengan perkem-bangan luas areal pertanaman kakao terpesat di Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Padang Pariaman dan Limapuluh Kota. Pada masing-masing kabupaten dipilih satu kecamatan/nagari dengan luas pertanaman kakao cukup besar dan tingkat penerapan teknologi relatif lebih rendah. Di Kabupaten Padang Pariaman, lokasi terpilih adalah Nagari Parit Malintang Kecamatan Enam Lingkung sedangkan di Kabupaten Limapuluh Kota adalah Nagari Simpang Sugiran Kecamatan Guguak.

Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan metode survei pada awal dan akhir pelaksanaan penelitian serta pelaksanaan diseminasi inovasi teknologi dengan pola/model Diseminasi Multi Channel (DMC). Sam-pel survei adalah petani kakao sebanyak 30 orang pada masing-masing kecamatan/nagari dimana peneli-tian dilakukan sehingga seluruhnya berjumlah 60 orang sampel. Sampel diambil secara acak dari seluruh petani kakao di nagari lokasi penelitian.

Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian terdiri dari 3 kegiatan utama de-ngan uraian pelaksanaan sebagai berikut:

1. Survei awal (baseline survey) untuk mengetahui tingkat adopsi inovasi dan kebutuhan inovasi tek-nologi. Survei ini bertujuan untuk melihat keragaan penerapan inovasi teknologi dan kebutuhan inovasi teknologi. Survei dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara terstruktur secara mendalam.

2. Diseminasi inovasi teknologi dengan pola/model DMC yang diawali dengan sosialisasi dan advokasi, Sekolah Lapang (SL), pembuatan dan penyebarlu-asan media cetak serta pelaksanaan peragaan (dem-plot) inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao yang dibutuhkan petani. Pelaksanaan dari masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut: - Sosialisasi dan advokasi dilakukan terhadap

pe-mangku kepentingan di lokasi penelitian, seperti: penyuluh, camat, wali nagari, ketua kelompok tani, ninik mamak dan pemuka masyarakat yang ada di nagari.

- Sekolah Lapang (SL) budidaya (pemangkasan, pemupukan, sanitasi lahan, pengendalian OPT) dan pasca panen kakao terhadap 30 orang petani

kakao per masing-masing lokasi penelitian. Materi pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan hasil survei awal.

- Penerbitan dan penyebaran media cetak dalam bentuk leaflet sebanyak 4 judul. Judul leaflet yang diterbitkan dan didistribusikan disesuaikan dengan inovasi teknologi kakao yang dibutuhkan. - Demplot yang dilaksanakan adalah demplot

bu-didaya dan pasca panen. Demplot bubu-didaya dan pasca panen dilaksanakan pada 1 (satu) lokasi dengan luas 1 ha dengan satu orang petani ko-operator untuk masing-masing lokasi penelitian. Sedangkan untuk petani lainnya dilakukan pen-dampingan. Sebelum dan setelah pelaksanaan demplot dilakukan uji mutu biji kakao yang diha-silkan petani.

3. Survei akhir untuk mengetahui peningkatan adopsi inovasi teknologi dan permasalahan dalam adopsi teknologi. Survei dilakukan dengan wawancara terstruktur secara mendalam dengan menggunakan kuesioner dengan sampel sebanyak 30 orang petani per lokasi.

Pengumpulan Data/Pengamatan

Data yang dikumpulkan antara lain: (1) Data persen-tase petani yang mengadopsi inovasi teknologi budi-daya (pemupukan, pemangkasan, sanitasi, pengenda-lian OPT) dan pasca panen kakao pada awal dan akhir penelitian; (2) Inovasi teknologi budidaya dan pasca pa-nen kakao yang dibutuhkan petani; (3) Pertumbuhan tanaman dan serangan OPT; (4) produktivitas dan mutu biji kakao yang dihasilkan pada awal dan akhir peneli-tian.

textbfMetode Analisis

Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif, tabulasi, dan analisis usahatani.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Kakao

Hasil survei awal dan akhir terhadap tingkat adopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao anggota kelompok tani di Nagari Parit Malintang Ke-camatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Paria-man dan Nagari Simpang Sugiran Kecamatan Guguak Kabupaten Limapuluh Kota dapat dilihat padaTABEL1

dibawah ini.

Dari TABEL1 telihat bahwa setelah dilakukan dis-eminasi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao melalui Diseminasi Multi Channel (DMC) ter-jadi peningkatan adopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao rata-rata sebesar 26,13 persen, yaitu dari 19,44% menjadi 45,56% di Kabupaten Padang Pariaman dan 43,89% di Kabupaten Limapuluh Kota,

(4)

dari 30,00% menjadi 73,89%. Secara keseluruhan ter-jadi peningkatan adopsi inovasi sebesar 33,35%. Pe-ningkatan adopsi inovasi budidaya dan pasca panen kakao ini berpengaruh pada produktivitas dan mutu kakao yang dihasilkan petani, seperti dapat dilihat padaTABEL1,tab02,tab03.

Hasil pengamatan di lapangan juga menunjukkan bahwa beberapa orang tokoh masyarakat, seperti ca-mat telah menerapkan inovasi teknologi, bahkan cukup banyak petani sekitar yang juga telah menerapkan ino-vasi teknologi. Hal ini membuktikan bahwa salu-ran komunikasi yang dimanfaatkan dalam pola/model DMC pada kedua lokasi cukup berfungsi dengan baik. Peningkatan adopsi juga menunjukkan bahwa petani telah merasakan atau melihat langsung keuntungan dari penerapan teknologi pada saat penelitian dilaku-kan. Suatu teknologi diadopsi oleh pengguna dalam hal ini petani, bila teknologi tersebut dapat memberikan dampak positif yaitu keuntungan bagi pengguna. Ke-untungan tersebut dapat berupa keKe-untungan langsung yaitu berupa peningkatan produktivitas atau penda-patan usahatani, atau keuntungan tidak langsung lain-nya.

Pada TABEL1 di atas terlihat pula bahwa tingkat adopsi inovasi teknologi di Nagari Sugiran Kabupaten Limapuluh Kota lebih tinggi dari pada di Nagari Parit Malintang, baik sebelum maupun sesudah penerapan teknologi, padahal sebelum dilakukan penelitian se-banyak 36,67 % petani di Nagari Parit Malintang telah mendapat penyuluhan tentang budidaya dan pasca pa-nen kakao, sedangkan di Nagari Sugiran Kabupaten Limapuluh Kota hanya 10 % yang telah mendapatkan penyuluhan tentang budidaya dan pasca panen kakao. Pengamatan secara mendalam terhadap petani di ke-dua lokasi penelitian menunjukkan bahwa petani di Nagari Sugiran Kabupaten Limapuluh Kota lebih ter-buka terhadap pembaharuan dan mempunyai partisi-pasi sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani di Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman.

Produktivitas tanaman kakao

Produktivitas tanaman kakao di Kabupaten Padang Pariaman dan Limapuluh Kota sebelum dan setelah di-lakukan penelitian dapat dilihat padaTABEL2dibawah ini.

Dari TABEL2 di atas terlihat bahwa sebelum dan sesudah npenelitian terjadi peningkatan produktivitas tanaman kakao, baik di Kabupaten Padang Pariaman maupun di Kabupaten Limapuluh Kota. Produktiv-itas tanaman kakao sebelum penelitian di Kabupaten Padang Pariaman berkisar antara 144,0 s/d 1.140,0 kg/ha/th dengan rataan produktivitas 450,71 kg/ha/th sedangkan setelah dilakukan penelitian menjadi 384,0 s/d 1.200,0 kg/ha/th dengan rata-rata produktivitas

702,50 kg/ha/tahun. Di Kabupaten Limapuluh Kota kisaran produktivitas tanaman kakao sebelum peneli-tian adalah 200 s/d 1.280 kg/ha/th dengan rata-rata produktivitas 570,30 kg/ha/th menjadi kisaran pro-duktivitas 600 s/d 1.500 kg/ha/th dengan rata-rata produktivitas setelah penelitian 1.239,17 kg/ha/th.

Hal ini menunjukkan bahwa adopsi inovasi tekno-logi budidaya kakao oleh petani telah menyebabkan meningkatnya produksi tanaman kakao petani. Kakao adalah tanaman manja yang membutuhkan perawatan intensif sehingga dapat berproduksi optimal.

Pada TABEL2 juga dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan produktivitas tanaman kakao di Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Limapuluh Kota, se-belum dan sesudah penelitian maupun peningkatan produktivitas akibat penerapan teknologi. Hal ini disebabkan karena tingkat adopsi inovasi teknologi di Kabupaten Limapuluh Kota lebih tinggi daripada di Kabupaten Padang Pariaman. Selain itu juga dise-babkan karena sebagian klon yang ditanam petani di Kabupaten Limapuluh Kota berasal dari klon lokal ung-gul (klon kakao balubuih) yang mempunyai produktiv-itas sampai 3 kg/pohon/tahun.

Mutu Biji Kakao

Untuk melihat peningkatan mutu biji kakao yang dihasilkan petani, sebelum dan sesudah pelaksanaan penelitian dilakukan uji mutu biji kakao. Hasil ana-lia mutu biji kakao berdasarkan pada SNI 01-2323-2002 yang dilakukan pada UPTD Balai Pengawasan Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemer-intahan Provinsi Sumatera Barat, seperti dapat dilihat padaTABEL3dibawah ini.

PadaTABEL3terlihat bahwa terjadinya peningkatan mutu biji kakao sebelum dan sesudah pelaksanaan penelitian untuk kedua lokasi penelitian dimana mutu kakao yang dihasilkan petani sebelum penelitian belum memenuhi syarat mutu SNI 01-2323-2002. Kadar air kakao yang dihasilkan petani dari Nagari Parit Malin-tang Padang Pariaman mencapai 8,9 % dan di Nagari Simpang Sugiran Kecamatan Guguk Kabupaten Lima-puluh Kota 8,1 % sedangkan menurut SNI hanya 7,5 %. Kadar biji berkapang dan kadar biji tidak terfer-mentasi di Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman juga cukup tinggi, yaitu 12 % dan 18 %. Kadar biji berkapang di Nagari Simpang Sugiran Kabu-paten Limapuluh Kota, yaitu 5 % sedangkan kadar biji tidak terfementasi lebih tinggi yaitu 21 %. Tingginya kadar biji tidak terfermentasi sebelum penelitian di Na-gari Simpang Sugiran Kabupaten Limapuluh Kota dise-babkan karena sebelum penelitian petani Simpang Su-giran belum pernah mendapatkan informasi atau pela-tihan tentang teknologi fermentasi.

Setelah penelitian, mutu biji kakao yang difermen-tasi oleh petani telah sesuai dengan SNI yang termasuk

(5)

TABEL1: Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Kakao sebelum dan sesudah penelitian di Kabupaten Padang

Pariaman dan Limpaluh Kota, 2012 No. Inovasi Teknologi

Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi (%) Kab. Padang Pariaman Kab. Limapuluh Kota

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1. Teknologi pemangkasan 26,67 76,67 10,00 100,00

2. Teknologi pemupukan 16,67 40,00 66,67 96,67

3. Teknologi kontrol HP Utama 0,00 23,33 0,00 70,00

4. Teknologi sanitasi kebun dan pembuatan rorak 0,00 16,67 0,00 50,00

5. Teknologi cara panen 66,67 90,00 100,00 100,00

6. Teknologi fermentasi 6,67 26,67 3,33 26,67

Rata-rata tingkat adopsi 19,44 45,56 30,00 73,89

Rata-rata peningkatan adopsi per lokasi 26,13 43,89

Rata-rata peningkatan adopsi 33,35

TABEL2: Produktivitas tanaman kakao di Kabupaten Padang Pariaman dan Limapuluh

Kota sebelum dan sesudah penelitian, 2012.

No. Kabupaten Produktivitas (kg/ha/thn)Sebelum Sesudah 1. Padang Pariaman Kisaran produktvitas 144,0-1.140,0 384,0-1.200,0 Rata-rata produktivitas 450,71 702,50 2. Limapuluh Kota Kisaran produktivitas 200-1.280 600,0-1.500,0 Rata-rata produktivitas 570,30 1.239,17

TABEL3: Hasil analisa mutu biji kakao yang dihasilkan oleh petani sebelum dan sesudah penelitian di Kabupaten Padang Pariaman dan di

Kabupaten Limapuluh Kota, 2012

No. Karakteristik Kab. Pd PariamanAwal Sesudah Kab. Limapuluh KotaAwal Sesudah Mutu SNI

1. Serangga hidup None None None None None

2. Kadar air (bb, %) 8,9 7,5 8,1 7,5 7,5

3. Biji berbau asap/berbau abnormal/ berbau asing

None None None None None

4. Kotoran (bb, %) 3,0 0,0 1,0 0,0 0,

5. Benda asing (bb, %) None None None None None

6. Jumlah biji dalam 100 gram 102 69 112 90 86-100

7. Biji berkapang (%) 12 0 5 0

8. Biji tidak terfermentasi (%) 18 18 21 16 Maks 20

9. Biji berserangga Maks 2

10. Biji berkecambah Maks 3

pada mutu kelas III, karena kadar biji tidak terfermen-tasi cukup tinggi yaitu 18 % di Nagari Parit Malintang Padang Pariaman dan 16 % di Nagari Simpang Sugi-ran Limapuluh Kota, ini menunjukkan bahwa fermen-tasi yang dilakukan masih belum sempurna terutama pada saat pembalikan. Biji kakao difermentasi dengan baik akan memudahkan pelepasan zat lender dari per-mukaan kulit biji, membentuk cita rasa khas,

bertek-stur agak remah atau mudah pecah, warna keping biji cokelat sampai cokelat dengan sedikit warna ungu, rasa sepat dan pahit tidak dominan, serta menghasilkan biji dengan mutu, warna dan aroma yang baik.

Analisis Usahatani Tanaman Kakao

Hasil analisis usahatani budidaya tanaman kakao di Kabupaten Padang Pariaman dan Limapuluh Kota da-pat dilihat padaTABEL3di bawah ini.

(6)

TABEL4: Analisis usahatani budidaya kakao di Kab. Padang Pariaman dan Limapuluh Kota (per ha/th), 2012

Uraian Vol Kab. Padang PariamanHarga (Rp) Jumlah (Rp) Vol Kab. Limapuluh KotaHarga (Rp) Jumlah (Rp) I. Saprotan

Pupuk NPK Phonska 700 kg 3.000 2.100.000 700 kg 3.000 2.100.000

Dolomit 200 kg 400 80.000 200 kg 400 80.000

Fungisida Nordox 6 kg 250.000 1.500.000 6 kg 250.000 1.500.000 Insektisida Permethrin 10 klg 15.000 150.000 10 klg 15.000 150.000 II. Gaji Upah

Pemangkasan 12 OH 65.000 780.000 12 OH 50.000 600.000 Pemupukan 5 OH 65.000 325.000 5 OH 50.000 250.000 Pengendalian OPT 24 OH 65.000 1.560.00 24 OH 50.000 1.200.000 Sanitasi 10 OH 65.000 650.00 10 OH 50.000 500.000 Pembuatan rorak 30 OH 65.000 1.950.00 30 OH 50.000 1.500.000 Panen 24 OH 65.000 1.560.00 24 OH 50.000 1.200.000 Pasca panen 24 OH 65.000 1.560.00 24 OH 50.000 1.200.000

Total Biaya Produksi 12.215.000 10.280.000

Produksi (Hasil) 1.20 kg 23.000 27600.000 1.500 kg 21.000 31.500.000

Keuntungan 15.385.000 21.220.000

Dari TABEL3 di bawah terlihat bahwa keuntungan yang diterima petani kakao di Kabupaten Limapuluh Kota (Rp. 21.220.000) lebih tinggi dibandingkan de-ngan keuntude-ngan diterima petani di Kabupaten Padang Pariaman sebesar Rp. 15.385.000.

Hasil analisis usahatani tanaman kakao di Kabu-paten Limapuluh Kota (Rp. 21.220.000) lebih tinggi dibandingkan di Kabupaten Padang Pariaman sebesar Rp. 15.385.000. Keuntungan terbesar yang diterima oleh petani di Kabupaten Limapuluh Kota disebabkan karena hasil yang didapatkan lebih tinggi dari hasil yang didapatkan petani di Kabupaten Padang Paria-man. Keuntungan diterima oleh petani di Kabupaten Limapuluh Kota bisa lebih tinggi lagi bila biji kakao fer-mentasi harganya lebih tinggi dibandingkan biji kakao non fermentasi.

IV.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesim-pulan, yaitu:

1. Pola/model Diseminasi Multi Channel (DMC) da-pat meningkatkan adopsi inovasi teknologi budi-daya dan pasca panen kakao dari 19,44 persen menjadi 45,56 persen di Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman dan dari 30,00 % menjadi 73,89% di Nagari Simpang Sugiran Kabu-paten Limapuluh Kota.

2. Peningkatan adopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas kakao dari 450,71 kg/ha/th menjadi 720,50 kg/ha/tahun di Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman dan

dari 570,30 kg/ha/tahun menjadi 1.239,71 kg/ha/ tahun di Nagari Simpang Sugiran Kabupaten Limapuluh Kota setelah dilakukan penelitian. 3. Selain itu juga terjadi peningkatan mutu biji kakao

yang dihasilkan petani pada ke dua lokasi se-hingga sesuai dengan SNI.

SARAN

Dalam upaya peningkatan produksi kakao di Provinsi Sumatera Barat perlu dilakukan percepatan adopsi inovasi teknologi melalui pola/model Disemi-nasi Multi Channel (DMC) dengan demplot dan Seko-lah Lapang (SL) budidaya dan pasca panen kakao pada setiap kecamatan daerah pengembangan kakao.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Badan Penelitian dan Pengembangan Per-tanian, Departemen Pertanian. Edisi Kedua. 26 hal. [2] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pedoman Umum Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Badan Penelitian dan Pengem-bangan Pertanian, Kementerian Pertanian. 29 hal. [3] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) dan BPS Provinsi Sumatera Barat. 2011. Sumatera Barat Dalam Angka 2010/2011. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan BPS Provinsi Sumbar. Lvii±744 hal.

[4] Dinas Perkebunan (Disbun) Sumbar. 2007. La-poran serangan OPT penting tanaman perke-bunan. Periode Triwulan I-III. Disbun Sumatera Barat. Padang.

(7)

[5] Dinas Perkebunan (Disbun) Sumbar. 2012. Pe-ngembangan kakao di Sumatera Barat. Makalah disampaikan pada Symposium dan Expo Kakao Nasional di Grand Inna Muara Padang tanggal 5-8 November 2012.

[6] Dirjenbun. 2009. Gambaran Umum Gerakan Pe-ningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (2009-2011). Leaflet. Departemen Pertanian RI. [7] Dirjenbun. 2012. Arah Kebijakan Pengembangan

Kakao Menjelang Tahun 2025. Makalah disam-paikan pada Symposium dan Expo Kakao Na-sional di Grand Inna Muara Padang tanggal 5-8 November 2012.

[8] Hasan N., R. Roswita, Aryunis, M. Daniel,. M. Ali, EM. Yusnardi, Aryawaita, Ardimar, Arsil, dan Erma. 2010. Pelaksanaan FSA di Lima kabupaten FEATI di Sumatera Barat. Balai Pengkajian Tekno-logi Pertanian Sumatera Barat. 133 hal

[9] Manti, I., N. Hasan, Y. Salim, Nusyirwan, Muir Jamalin dan Syafril. 2009. Pengendalian hama utama kakao menggunakan minyak serei wangi di perkebunan rakyat Sumatera Barat. Laporan hasil pengkajian kerjasama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumbar dengan Menristek. 35 hal. [10] NN-a.2010.Pengembangan Kakao di Kabupaten

Sijunjung. http://dirjenbun.deptan. go.id. 11-9-2011

[11] NN-b. 2011. Perkembangan Produksi Kakao 2006-2009. http://www.sumbarprov. go.id.11-09-2011 [12] Wahyudi, T., T.R. Pangabean dan Pujiyanto. 2009.

Panduan Lengkap Kakao, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Cetakan ke 2. Penebar Swa-daya. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa hasil penelitian sistem hybrid dapat lebih irit bahan bakar, ramah lingkungan, dan memiliki performa kelistrikan yang lebih baik dari pembangkit listrik

Tujuan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini adalah memberikan solusi dengan mengadakan pelatihan cara pembuatan arang sekam dari limbah padi secara

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul “Aplikasi Pemantauan Pembangunan Tower Base Transceiver Station Pada PT SENOPATI

- Pada waktu dan tempat tersebut di atas, berawal adanya laporan dari masyarakat bahwa di rumah kontrakan tersebut sering ada orang yang melakukan

Data primer yang dikumpulkan terdiri dari karakteristik rumah tangga, curahan kerja rumah tangga (curahan kerja untuk usaha tani tebu, usaha tani nontebu, dan luar usaha

Martono dan Agus Harjito. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price Earning Ratio dan Profitabilitas Terhadap Nilai perusahaan. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Pengaruh

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deliserdang menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil yang mengalami

Lopuksi tiivistetysti niin lukion toisen vuoden opiskelijoiden kirjoittamien tarinoiden antamien tutkimustulosten kuin aiempien tutkimusten perusteella voidaan vetää