• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PEMBUATAN KERIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSES PEMBUATAN KERIS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

WAHYU SETIOKO (3325071979) Tugas Kimia Anorganik

PROSES PEMBUATAN KERIS

Membuat keris diawali dengan pemilihan bahan baku yang baik. Dalam kasanah perkerisan ada berbagai jenis besi, yang sering disebut adalah besi Mangangkang, Pulosrani, Balitung dan sebagainya. Tentu hanya mereka yang sudah mahir yang memiliki kemampuan memilih besi mana yang baik dan mana yang tidak baik sebagai bahan keris. Cara memilih besi bisa menggunakan berbagai cara. Masing-masing pembuat keris memiliki keterampilan berbeda-beda. Ada yang hanya dengan cara mengamati fisik dan warna besi, ada yang harus memukul dan dari suara dentangan besi itu bisa ditentukan pilihannya. Semua itu, konon tergantung kebiasaan dari pembuat keris, dan konon pula hasilnya akan sama, karena tujuannya sama; memilih bahan yang bagus. Besi yang sudah ditentukan, kemudian dibentuk menjadi balok lebar sekitar 5 sentimeter, tebal 2-3 sentimeter. Ada dua balok besi berukuran, bentuk dan berat dibuat sama.

Langkah kedua, menyiapkan pamor. Ada beberapa jenis pamor yang biasa dipakai. Tidak juga pernah diketahui asal muasal penggunaan batu meteorit / batu pamor sebagai salah satu bahan pembuat keris. Yang jelas meteorit, yang banyak mengandung Titanium,

Nikel, bahkan Uranium, tidak hanya berfungsi sebagai peningkat estetika saja, tetapi juga

meningkatkan kualitas material keris. Lazimnya, sekarang para pembuat keris mempergunakan nikel. Besi nikel bisa didapatkan di pasar besi tua dengan gampang. Namun ada juga yang mempergunakan velk mobil atau sepeda motor bekas. Untuk keris tertentu, pesanan misalnya, biasanya memakai meteorid sebagai pamor. Namun, karena barang ini sudah sangat langka, meteorid bisa “dikumpulkan” dari pedang atau keris tua yang sudah tidak terawat kemudian dilebur untuk diambil pamornya. Jika pamor yang dipakai berupa kepingan kecil-kecil, untuk mengumpulkannya bisa diakali dengan membuat amplop dari lempengan besi. Kepingan-kepingan tersebut kemudian dimasukkan dalam amplop tersebut, disatukan dan kemudian dibentuk menjadi balok yang bentuknya sama dengan balok besi yang disiapkan di awal. Balok berisi nikel, dijepit di antara dua balok (batangan) besi dan kemudian dibakar. Proses pembakaran diperkirakan mencapai 1.000 derajad celcius lebih. Arang kayu jati menjadi pilihan utama, karena panas arang kayu jati lebih stabil dibanding arang jenis kayu yang lain.

Jika pada bara api sudah muncul kembang api yang berasal dari balok-balok besi yang dibakar tadi, proses penempaan segera dimulai. Proses penempaan ini merupakan cara untuk menyatukan tiga balok tersebut. Dalam proses ini, ketiga balok harus benar-benar rekat, karena saat itulah seorang empu sedang mengawali pembuatan motif pamor. Jika sudah benar-benar menyatu, besi itu kemudian dipotong menjadi dua, sehingga pamor akan menjadi dua lapis.

Dilanjutkan seperti pada proses awal, yakni perekatan dan pemanjangan besi yang sudah berpamor itu. Demikian seterusnya penempaan dilakukan, sampai mendapatkan lapisan besi dengan lapisan-lapisan yang diinginkan. Semakin banyak lapisan, akan semakin

(2)

halus pamor yang diperoleh. Menghitung lapisannya menggunakan deret ukur. 1, 2, 4, 8, 16, 32, 62 dan seterusnya. Bahan dasar besi berpamor ini, sudah bisa dipergunakan untuk pamor jenis beras wutah, atau wos wutah. Misalnya pada kelipatan 62, proses dihentikan pun bisa.

Besi berpamor itu kemudian dibagi dua, dan dibentuk menjadi trapesium. Ujung yang lebih kecil diarahkan menjadi bagian ujung keris, sedangkan yang lebar diarahkan menjadi bagian pangkal keris. Berikutnya, disiapkan potongan baja murni dan dibentuk trapesium sedikit lebih lebar dibanding trapesium dengan bahan besi berpamor. Tiga trapesium ini kemudian direkatkan dengan pembakaran yang sama sebagaimana dilakukan pada proses pembuatan bahan dasar besi berpamor.

Secara lebih rinci, akan dipaparkan dibawah ini:

Rancangan bangun keris umumnya berbeda dengan belati yang tegak lurus terhadap pegangannya atau hulunya. Bilah keris hamper rata-rata selalu condong (miring) terhadap pegangannya atau hulunya dan bidangnya selalu asimetri. Kecondongannya hingga 20-30 derajat atau berdiri dalam posisi tidak mutlak tegak lurus. Inilah bukti adanya evolusi progresif dari keris. Walau tetap sebagai senjata tikam, namun secara kualitas lebih maju dari senajta tikam jaman perunggu/belati. Empu dan pandai besi dimasa lalu telah menggunakan teori ergonomic-dinamik. Senjata tikam yang memiliki kemiringan tertentu (condong) akan memiliki daya rusak yang lebih hebat dibandingkan dengan senjata tikam yang tegak lurus. Luka yang dihasilkan dari tusukan keris menjadi lebar karena bentuknya yang condong, begitu pula dengan momentum serta daya yang dihasilkan akan menjadi besar pula, sehingga si penusuk tidak perlu menggunakan tenaga penuh.

Keris yang bagus sesuai fungsinya sebagai senjata adalah tidak mudah patah atau bengkok. Ini juga merupakan hasil evolusi-progresif dari Empu dan para pande besi. Mereka melakukan mixing atas berbagai jenis logam, setidaknya besi, baja dan logam lain. Sadar akan kelemahan masing-masing logam, maka dibuat percobaan mencampur berbagai jenis logam untuk menghasilkan senjata yang unggul dari sisi material. Baja yang keras, tajam, namun getas (mudah patah), diapit oleh logam lain yang lentur (seperti lapisan besi lunak dan nikel) untuk menutupi kelemahan baja yang keras dan mudah patah tersebut. Karena susunan berlapis itu keris memiliki keistimewaan lain, lapisan besi lunak dan nikel menimbulkan konfigurasi yang indah dan itulah yang disebut ‘pamor’. Kata ‘pamor’ berasal dari bahasa Jawa ‘amor’ atau ‘diwor’ yang artinya ‘dicampur’ atau ‘disatukan’.

Tidak juga pernah diketahui asal muasal penggunaan batu meteorit / batu pamor sebagai salah satu bahan pembuat keris. Yang jelas meteorit, yang banyak mengandung

Titanium, Nikel, bahkan Uranium, tidak hanya berfungsi sebagai peningkat estetika saja,

tetapi juga meningkatkan kualitas material keris. Awalnya motif pamor tidak beraturan, tidak kontras dan muncul tanpa disengaja. Garis-garis itu merupakan layer baru akibat adanya proses over-reaktif antara dua lapis bahan yang tidak murni yang terkena bara api dan pukulan. Layer itu memiliki lapisan grafis disebut ‘pamor sanak’ dan kemudian menjadi seni tersendiri. Oleh keadaan itu muncul ide dan metode mengatur terjadinya alur lapisan grafis (pamor sanak) dengan cara penambahan nikel atau logam yang lain. Beberapa bahan besi (heterogen) yang digunakan sering pula setelah diwarangi membentuk nuansa

(3)

samar-samar keputihan tidak berupa alur yang jelas, lebih melebar seperti ‘awan di langit’ disebut pamor “ngapuk” (dari kata ‘kapuk’ = kapas; bhs.Jw).

.

Penyatuan material logam meteorit tersebut pada ‘keris’ dianggap sebagai keterwakilan adanya kekuatan yang dahsyat. Penggunaan logam meteorit itu memang dilakukan secara sengaja terutama ketika proses spiritual yang mengiringi penciptaan para Empu ikut memberikan aksentuasi, yaitu adanya kepercayaan manusia yang berdasar pada filosofi ‘manunggaling kawula Gusti’ tersebut. Kini, kepercayaan terhadap kekuatan yang ada pada keris itu memperkuat eksistensi keris, dengan sebutan adanya tuah, khasiat, yoni, daya magis, dsb.

Hasil ciptaan konfigurasi grafis dari lapisan pamor (meteorit) kemudian memiliki sebuah nilai estetika tersendiri apalagi setelah proses warangan. Dari beberapa sumber diketahui ‘warangan’ adalah senyawa kimia arsenic As2S3 dibawa berasal dari daratan Indochina.

Warangan atau kristal senyawa As2S3

Warangan adalah hasil tambang yang berbentuk kristal dan secara alamiah mengandung arsenikum dalam kadar relatif rendah. Warangan terbaik yang dikenal berasal dari Tiongkok. Pada masa dahulu kala banyak digunakan untuk racun tikus.

Warangan atau kristal senyawa As2S3 Arsenic chemical (As2S3) Warangan yang dicampur asam citrate akan bereaksi sebagai senyawa kimiawi anti korosi pada besi. Senjata tua dari belahan Asia seperti Pokiam (pedang China) dibasuh warangan agar tidak berkarat.

Selain sebagai anti karat, lapisan tersebut juga menimbulkan warna kontras yang indah pada permukaan bilah. Hal ini disebabkan reaksi kimia hanya terjadi pada bagian bilah yang mengandung besi. Gelap terangnya permukaan suatu logam akibat reaksi tersebut tergantung dari tingginya kandungan besi dalam logam tersebut. Seperti diketahui keris, tombak, dan pedang yang berkualitas baik biasanya dibuat dari minimum 3 jenis lempengan besi-baja ditambah 1 lempengan nikel atau meteorit (berkadar besi sangat rendah atau

(4)

bahkan tidak mengandung besi) yang ditempa berlapis lipat berulang kali menjadi satu kesatuan (nglereh). Akibatnya lipatan2 besi yang berbeda komposisi kimianya memunculkan kontras yang berbeda setelah pewarangan. Sedangkan garis2 lipatan nikel / meteorit yang tidak bereaksi terhadap warangan menimbulkan garis2 putih yang kadang mengkilap seperti krom. Kesemuanya itu membentuk gambaran / pola pada permukaan keris yang dikenal sebagai Pamor.

Munculnya lapisan yang disebut Pamor.

Untuk menampakkan alur pamor itu keris direndam cairan warangan (campuran kimia arsenic As2S3 dengan asam dari jeruk nipis C3H4OH). Cairan warangan yang sudah bereaksi dengan asam akan melindungi besi dari korosi, dan merubah warnanya menjadi kehitaman. Sehingga alur pamor akan lebih tampak dengan tampilan putih keabu-abuan karena jenis unsur logam bahan pamor seperti unsur Nikel, Zink, Paspor, Allumunium yang terkandung tidak bereaksi terhadap warangan dan tidak berubah warnanya. Sedang besi akan menjadi hitam. Sehingga alur pamor akan lebih tampak kontras bisa dibedakan oleh penglihatan.

Marangi keris tidak dimaksudkan untuk meracuni bilah keris tersebut sehingga akan

mematikan bila tergores olehnya. Persentase arsenikum dalam kristal warangan relatif rendah, apalagi dalam aplikasinya kristal warangan dilarutkan dahulu dalam air perasan jeruk nipis yang banyak sekali (+/- 1gr serbuk warangan dalam 250ml air perasan jeruk nipis). Dengan demikian kadar arsenikum yang akan menempel di bilah keris rendah sekali kadarnya. Walaupun demikian kehati-hatian dalam menangani sebilah keris tetaplah diperlukan.

Pada jaman dahulu memang dikenal cara-cara untuk memasukkan racun dalam keris. Utamanya bila keris tersebut memang dirancang dan dibuat untuk digunakan dalam peperangan. Hal ini dimungkinkan karena permukaan logam keris berpori sehingga mampu menyerap racun.

Biasanya proses memasukkan racun ke dalam keris hanya dilakukan pada saat keris masih dalam proses pembuatan. Yaitu pada tahap paling akhir yang disebut penyepuhan atau dalam istilah metalurgi dikenal dengan quenching. Proses penyepuhan dilakukan dengan memanaskan ulang keris, yang sudah jadi bentuk fisiknya, sampai membara (namun tidak sampai berpijar) lalu dicelupkan dalam bumbung bambu berisi minyak kelapa.

(5)

Pada tahap ini keris secara bentuk sebenarnya sudah sempurna hanya perlu ditingkatkan kekerasannya agar bisa diasah setajam-tajamnya dan tidak mudah tumpul. Dengan pendinginan kejut, unsur karbon pada permukaan besi akan terjebak dalam struktur

sementit yang meningkatkan kekerasan besi tersebut.

Proses ini harus dilakukan oleh Empu yang ahli karena beresiko tinggi terhadap keris itu sendiri. Pencelupan yang terlalu lambat membuat besi tidak mencapai kekerasan maksimal. Terlalu cepat, keris bisa ngulet / muntir atau malah pecah (pamengkang jagad). Suhu pemanasan kurang, keris tidak menjadi keras. Terlalu panas, keris jadi lunak karena terjadinya decarburizing / unsur karbon keluar dari besi. Bila proses terakhir ini gagal, maka keris indah yang sudah jadi itu pun pasti dibuang.

Memasukkan racun dalam keris saat penyepuhan (nyepuh wisa) dilakukan dengan mencampur minyak kelapa yang digunakan sebagai media pencelupan dengan ramuan racun yang mengandung bisa ular atau serangga beracun. Namun menggunakan senjata beracun, baik jaman dahulu maupun sekarang, dianggap sebagai tindakan yang tidak ksatria dan pengecut.

Dalam mempersiapkan cairan warangan, pilihlah serbuk / gumpalan kristal warangan alami yang berwarna ungu tua kemerahan. Tumbuk sampai halus sekali lalu larutkan dalam air perasan jeruk nipis murni yang sudah disaring bersih. Larutan tersebut sebaiknya disimpan dahulu / dituakan selama 6 bulan sebelum dipakai. Ciri-ciri larutan yang sudah jadi adalah warnanya menjadi kecoklatan / kehitaman.

Tidak dianjurkan menggunakan arsenikum kimiawi dari apotik / toko kimia karena kadarnya terlalu tinggi / murni sehingga terlalu keras efeknya. Bilah keris akan mudah

kebrangas (terlalu hitam / gosong) pada saat diwarangi sehingga jelek dilihat. Selain itu bila

penanganan zat beracun tersebut tidak hati-hati dapat menimbulkan bahaya.  Ciri umum bentuk keris

Bentuk keris tidak pernah ditemui kesamaannya dengan senjata logam lainnya di luar Nusantara, kompleksitas bentuknya yang spesifik dan asimetri bisa diamati pada :

1. Lebar pada bagian pangkal (disebut sor-soran; bagian ngisor = bawah, Bhs. Jawa) keujung bilahnya menyempit

2. Tebal pada bagian pangkal (sor-soran) kemudian keatas menipis. 3. Mempunyai sudut kemiringan (disebut condong leleh, bhs. Jawa)

4. Bagian sisi pinggir bilah (kiri dan kanan) mempunyai dua sisi yang tajam.

5. Adanya kesamaan bentuk pada bagian depan (side A) maupun bagian sebaliknya (side B) walaupun ada pula yang berbeda disebut dapur Tangkis.

(6)

7. luk selalu berakhir pada hitungan angka ganjil.  Pembagian bilah :

Ciri keris juga ditentukan adanya 3 pembagian pada bilah yang disebut :

1. Pesi atau tangkai bilah yang berfungsi sebagai pegangan hulu keris

2. Gonjo adalah bagian yang berfungsi sebagai penahan bilah ketika hulu keris dipegang tangan dan ditikamkan. 3. Bilah (wilayah; Bhs Jw.) adalah bagian tajam keris yang dibawahnya terbentuk sebuah bidang yang sering dibuat variasi senirupa oleh para empu dengan sebutan sogokan, greneng, kembang kacang dlsb.

 Material mata bilah :

Jika diteliti umumnya ditentukan adanya 3 pembagian pada bilah yang disebut : 1. Material pengapit adalah besi lunak (Fe) dan nikel (Ni) yang heterogen.

Lapisan ini berfungsi sebagai bahan penahan kegetasan baja agar tak mudah patah, yang disebut lapisan “pamor”. Penambahan pamor sering dengan bahan iron meteorite karena meteorite mengandung 6-7% Nikel. Selain itu unsur Silikatnya (Si) akan membantu sebagai pengeras.

2. Bagian tengah yang diapit pamor disebut “slorok” atau ati.

Kata”slorok” (bhs. Jw) artinya suatu diselipkan di tengah terjepit atau yang disorongkan di tengah.

Bagian tengah yang diapit pamor disebut “slorok” atau baja ati. The middle part covered by pamor is called ‘slorok’ or steel. Melipat-lipat lempengan besi. Folding the iron plague. Munculnya lapisan yang disebut Pamor. ‘Pamor’ layer appears.

(7)

Melipat-lipat lempengan besi.  Tehnik pembuatan bilah :

Seperti diutarakan diatas, pembuatan keris bukan dalam katagori teknik “cor”, melainkan dengan teknik ditempa dan dilipat (selanjutnya ditulis ’tempat lipat’) yang dilakukan dalam keadaan panas (bara), dipukul dipanjangkan dengan kemudian dilipat-lipat. Selanjutnya dibentuk dengan pahat, kikir dan grinda.

 Sarung dan hulunya :

1. Bagian pembungkus pesi keris yang sering dibuat bentuk hulu (pegangan) sering ditambah cincin penghias (ring) yang disebut ‘mendak’. Bentuk hulu keris sering dipahat seperti arca kecil sebagai penghias keris secara keseluruhan.

2. Sarung keris atau ‘warangka’ biasanya terbuat dari kayu pilihan, atau gading, bahkan bahan lain seperti bahan tanduk. Bentuk warangka keris sangat beraneka ragam sesuai wilayah di Nusantara. Bentuk warangka itu dihasilkan oleh para pengrajin warangka dari sejak jaman dahulu, dengan patron atau blad, bentuknya spesifik sesuai dengan kerajaan masing-masing dimana pembuatan itu keris berada. Pengrajin warangka disebut “mranggi” (bhs. Jawa)

Warangka, karena untuk suatu ‘kebesaran’nya, terutama karena kemartabatan pemilik keris, serta karena kedudukan dan kepangkatannya maka sering warangka itu dibalut dengan bahan perak atau emas yang diukir indah.

Penelitian tentang kekuatan sebuah keris sudah banyak dilakukan yang menunjukkan adanya keunikan dalam struktur mikro. Dan inilah yang ternyata menjadikan kekuatan sebuah keris sangat luar biasa. Kekuatan dari senjata tajam berupa keris ini adalah mampu menahan beban tekan yang tinggi, beban puntir yang tinggi, beban tekuk (bending) yang tinggi, beban momen yang tinggi. Dengan kata lain sebuah keris ternyata mampu untuk menahan dari semua jenis pembebanan.

Referensi

Dokumen terkait

Mesin pengupas kulit kentang memiliki beberapa komponen yang dibuat yaitu pembuatan rangka mesin dari bahan baja siku berfungsi sebagai dudukan tabung mesin, dudukan

Pembuatan cetakan pada mesin molding yang semula banyak menggunakan bahan dari besi atau baja, maka untuk saat ini sudah mulai dikembangkan pembuatan cetakan dengan metode

Mesin pengupas kulit kentang memiliki beberapa komponen yang dibuat yaitu pembuatan rangka mesin dari bahan baja siku berfungsi sebagai dudukan tabung mesin, dudukan

1) Material besi cor kelabu dengan media cetak pasir CO2 dibuat di CV.Kembar Jaya, Batur, Ceper, Klaten yang akan dipakai untuk pembuatan cetakan permanen.

1) Masuh (Mbesot) adalah proses pembakaran dan penempaan besi hingga besi tersebut bersih dari kotoran sehingga mendapatkan besi yang murni. Besi yang telah dibesot

Nilai kekuatan tarik dan perpanjangan edible film dari tepung koro pedang yang dibuat dengan proses compression. molding lebih baik dari pada yang dibuat dengan proses solvent

Mesin pengupas kulit kentang memiliki beberapa komponen yang dibuat yaitu pembuatan rangka mesin dari bahan baja siku berfungsi sebagai dudukan tabung mesin, dudukan