• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan Penderita TB Paru, Faktor Penyuluhan Kesehatan, dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan Penderita TB Paru, Faktor Penyuluhan Kesehatan, dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2015"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi bakteri Mycobaterium tuberculosis. Tuberkulosis paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberkulosis ektrapulmonal (di luar paru) (Djojodibroto, 2007).

TB masih menjadi masalah kesehatan global yang serius. Diperkirakan setiap tahunnya jutaan orang terkena TB dan menduduki peringkat ke dua di dunia sebagai penyebab kematian akibat infeksi setelah Human Immunodeficiency Virus

(HIV). Dilaporkan ada sekitar 8,3 juta kasus TB baru pada tahun 2012 dan 1,3 juta diantaranya dilaporkan meninggal (1,0 juta negatif HIV dan 0,3 juta positif HIV). Kebanyakan kasus TB dan kematian akibat TB terjadi pada pria, tetapi kejadian penyakit ini juga tetap tinggi pada wanita. Pada 2012, terdapat sekitar 2,9 juta wanita yang terkena TB dan 410.000 wanita yang meninggal. Pada anak-anak, terdapat 530.000 kasus TB dan 74.000 yang meninggal (WHO, 2013).

Laporan TB Paru yang terbaru oleh WHO tahun 2013 menempatkan Indonesia di peringkat keempat setelah India (2,0-2,4 juta kasus), Tiongkok

(0,9-1,1 juta kasus), dan Afrika Selatan (0,4-0,6 juta kasus) sebagai negara dengan jumlah insidensi kasus TB terbesar dengan jumlah 0,4-0,5 juta kasus pada tahun 2012 (WHO, 2013).

(2)

2

Kesehatan menetapkan target Renstra (Rencana Strategi) minimal 87% untuk angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2013. Berdasarkan hal tersebut, capaian angka keberhasilan pengobatan tahun 2013 yang sebesar 90,5% juga telah

memenuhi target Renstra (Depkes RI, 2014).

Angka penemuan kasus TB Paru BTA+ di Sumatera Utara tahun 2013 adalah 15.414 kasus atau 72,29% dari target nasional adalah 75%. Angka ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 82,57% dan tahun 2011 sebesar 76,57%. Angka keberhasilan pengobatan (SR) mencapai 88,24% melampaui target nasional sebesar 85% (Dinkes Sumut, 2014).

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit tuberkulosis serta mencegah terjadinya resistensi obat telah dilaksanakan program nasional penanggulangan tuberkulosis dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang direkomendasi oleh WHO. Metode DOTS telah diterapkan di Indonesia mulai tahun 1995 dengan 5 komponen yaitu komitmen politik kebijakan dan dukungan dana penanggulangan TB, diagnosis TB dengan pemeriksaan secara mikroskopik, pengobatan dengan obat anti TB yang diawasi langsung oleh pengawas menelan obat (PMO), ketersediaan obat dan pencatatan hasil kinerja program TB (Depkes RI, 2011).

Untuk mencapai kesembuhan diperlukan keteraturan atau kepatuhan

berobat bagi setiap penderita. Paduan obat anti tuberkulosis jangka pendek dan penerapan pengawasan menelan obat merupakan strategi untuk menjamin kesembuhan penderita, walaupun obat yang digunakan baik tetapi bila penderita tidak berobat dengan teratur maka umumnya hasil pengobatan akan

mengecewakan. Kenyataan lain bahwa penyakit TB Paru sulit untuk disembuhkan karena obat yang diberikan harus beberapa macam sekaligus serta pengobatannya makan waktu lama, setidaknya 6 bulan sehingga menyebabkan penderita banyak yang putus berobat. Hal yang menjadi penyebabnya adalah kurangnya perhatian pada tuberkulosis dari berbagai pihak terkait, akibatnya program penanggulangan TB di berbagai tempat menjadi amat lemah (Depkes RI, 2011).

(3)

3

berobat penderita TB Paru yaitu : pengetahuan penderita tentang pengobatan TB Paru, ada tidaknya Pengawas Menelan Obat (PMO), efek samping obat, perilaku petugas pelayanan kesehatan, persepsi pasien terhadap penyuluhan kesehatan, dan

jarak antara rumah pasien ke puskesmas. Analisis hasil penelitiannya menyimpulkan penderita TB Paru yang pengetahuannya kurang baik terhadap pengobatan TB Paru mempunyai kemungkinan 6,097 kali lebih besar tidak teratur berobat dibandingkan pada penderita yang pengetahuannya baik terhadap pengobatan TB Paru. Selain itu juga menurut hasil penelitian Zuliana (2009) di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan terdapat pengaruh yang bermakna antara variabel pengetahuan dan peran PMO terhadap kepatuhan berobat penderita TB Paru.

Penelitian lainnya yang berkaitan dengan TB Paru yaitu yang dilakukan oleh Sari (2011) di Puskesmas Amplas Kota Medan, diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan peran PMO terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru. Sedangkan faktor penyuluhan kesehatan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap tingkat kepatauhan berobat penderita TB Paru. Hal berbeda ditunjukkan pada penelitian Eliska (2005) di Puskesmas Teladan Kota Medan yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penyuluhan kesehatan terhadap tingkat kepatuhan pengobatan

penderita TB Paru.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pengaruh pengetahuan penderita TB Paru, faktor penyuluhan kesehatan, dan peran PMO terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru di RSUP H. Adam Malik

(4)

4

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh

pengetahuan penderita TB Paru, faktor penyuluhan kesehatan dan pengawas menelan obat terhadap tingkat kepatuhan berobat di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2015.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan penderita TB Paru, faktor penyuluhan kesehatan dan pengawas menelan obat terhadap tingkat kepatuhan berobat di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan penderita TB Paru di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2015.

2. Untuk mengetahui gambaran penyuluhan kesehatan tentang TB Paru di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2015.

3. Untuk mengetahui gambaran pengawas menelan obat TB Paru di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2015.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam rangka penaggulangan penyakit TB Paru.

2. Sebagai bahan masukan kepada petugas pengelola program TB Paru di RSUP H. Adam Malik Medan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada penderita TB Paru.

3. Sebagai bahan perbandingan bagi penelitian lain yang serupa.

Referensi

Dokumen terkait

The CEOS Recovery Observatory Pilot will cover a multi-year period, beginning with a preparatory phase, in which satellite agencies collaborate with international

Due to its versatility, this parametric representation of video signals can be used for different tasks of biometrics, computer vision, machine learning, automatic systems

4. Pameran literasi dapat dilaksanakan di luar kelas dengan meja-meja yang diatur untuk memamerkan karya tulisan siswa dan bahan bacaan. Kegiatan membaca dapat dilakukan di

PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS (BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO). PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI

For the analysis of cluster structures in a multidimensional data volume it is proposed to use elastic maps technologies, which are methods for mapping points of the

Lembaga legislative adalah lembaga Negara yang memegang kekuasaan untuk membuat undang-undang. 32. Joko widodo,

Definisi, lingkup, dan syarat kerja sama Gelar Bersama, Gelar Ganda, Kegiatan Alih atau Ambil Kredit wajib mengikuti Panduan Penyelenggaraan Program Kerja Sama Perguruan

[r]