C.4. ANALISIS HASIL KAJIAN
DESA PAGERHARJO, KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO
INDIKATOR
KEBERHASILAN KEKUATAN (STRENGTHS)
KELEMAHAN
(WEAKNESSES) REKOMENDASI
INSTANSI PENANGGUNG
-JAWAB KETERANGAN
1. Meningkatnya ketersediaanpangan yang beragam di tingkat rumah tangga dan wilayah
Luas wilayah : 1.069 Ha dengan potensi pertanian yang masih luas untuk tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan
terdapat 91% masyarakat yang memiliki persediaan pangan (DDRT)
Kepemilikan hewan ternak rendah (DDRT) = 76%
Memiliki kelompok tani, gapoktan dan pengusaha olahan pangan yang aktif
Tingginya angka kemiskinan = 53% (DDRT)
Masih banyak lahan tidur yang belum dimanfaatkan
Penumbuhan / Pengembangan Kelompok Lumbung Pangan
Pembangunan Fisik Lumbung
Pangan
Pengembangan usaha usaha produktif
Pengembangan pemanfaatan lahan tidur dan lahan pekarangan
Pengembangan usaha ternak
Pengembangan usaha pertanian
BKPP
BKPP
BKPP
Dinas Peternakan
Dinas pertanian
Faktor kualitas Sumber Daya Manusia
menyebabkan belum optimalnya
pengelolaan potensi desa.
2. Meningkatnya daya beli dan akses pangan rumah tangga dan di wilayah
Lebih dari 50% telah memiliki berbagai aset penting penunjang ekonomi
52% mampu membeli 1 stel pakaian dalam 1 tahun (DDRT)
Aspek distribusi desa terus berkembang
Pendapatan
ekononomi keluarga masih rendah (keluarga miskin)
Penguatan Permodalan usaha Produktif
Pelatihan motivasi usaha dan
inovasi produk
Pelatihan usaha perdagangan untuk meningkatkan kontribusi terhadap akses pangan rumah tangga
BKPP
Dinas Perindustrian Dan Koperasi
Akses pangan rumah tangga semakin meningkat namun rendahnya kemampuan daya beli akibat inflasi dan rendahnya
pendapatan keluarga
3. Meningkatnya pola konsumsi pangan
Adanya kader gizi, PPL
Memiliki potensi
69% tidak pernah mengkonsumsi pangan
Pelatihan B2SA pada para Kader Gizi dan PKK.
BKPP
Dinas Kesehatan
beragam bergizi
berimbang dan aman pangan lokal yang lengkap (SRT)56 % jarang
mengkonsumsi protein hewani (DDRT)
Masih rendahnya
inovasi olahan pangan
Pengertian dan kesadaran masyarakat mengenai B2SA masih rendah
Program Sosialisasi B2SA melalui pertemuan pertemuan tingkat desa hingga tingkat kelompok masyarakat serta memasang spanduk gerakan B2SA
Mencanangkan Gerakan B2SA.
Secara kontinyu melaksanakan lomba olah pangan B2SA untuk memotivasi masyarakat.
masyarakat mengenai B2SA masih rendah
4. Berkembangnya usaha produktif berbasis sumberdaya lokal (pangan segar atau olahan) yang mampu menjangkau pasar yang lebih luas
55 % memiliki aset kendaraan bermotor untuk meningkatkan akses distribusi (DDRT)
Semangat wirausaha rendah = 11 % (SRT)
Optimalisasi perkebunan Kopi, Teh
Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan
Optimalisasi budidaya sayuran Pelatihan manajemen usaha dan
kewirausahaan
Pelatihan teknis usaha pertanian, peternakan, dan olahan
- Efisiensi proses produksi - Inovasi produk
- Sertifikasi - Pemasaran
Penguatan modal usaha
BKPP
Dinas
Perindustrian Dan Koperasi
Motivasi usaha dan ketrampilan (khususnya keluarga tidak mampu) masih rendah dan sebagian besar memilih menjadi buruh daripada berwirausaha
5. Berkembangnya lembaga layanan permodalan lokal (LKM atau koperasi) yang melayani kebutuhan permodalan bagi masyarakat setempat
52% kk miskin memiliki kebiasaan menabung
Terdapat LKM dan
Koperasi
Masih terdapat masyarakat yang meminjam uang di renten
Tidak mengenal perbankan 80% (SRT)
Kebiasaan meminjam uang = saudara 28%, 28 % di tetangga
Kurangnya sosialisasi
pemasaran permodalan
Penguatan Modal Usaha LKM/LKD
Penumbuhan LKM /LKD Gerakan menabung
Pinjaman Lunak tanpa jaminan
Dinas Perindustrian Dan Koperasi
BKPP
Keberanian
mengakses modal ke bank dan lembaga keuangan masih rendah yang disebabkan oleh : - Kurangnya
sosialisasi dari lembaga permodalan - KK miskin tidak
KK Miskin tidak memiliki jaminan untuk mengakses
permodalan
KK Miskin tidak
memiliki usaha (sebagian besar pekerjaan utama buruh tani)
- KK Miskin sebagian besar tidak memiliki usaha (pekerjaan utama buruh)
6. Desa (Lokasi) penerima manfaat sudah tidak lagi masuk kategori rawan pangan, tidak lagi dijumpai orang yang kelaparan /rawan pangan
91 % masyarakat
memiliki persediaan pangan (DDRT)
Desa memiliki SDA
yang potensial.
Semangat Kebersamaan dan gotong royong warga masih tinggi
Tingginya angka
kemiskinan = 53% (DDRT)
Laju Pertumbuhan
penduduk semakin meningkat
Seiring perkembangan waktu lahan pertanian semakin berkurang.
Livelihood dan mindset masyarakat masih rendah
Pemantauan / Evaluasi secara
intensif mengenai kondisi rawan pangan di desa ini.
Pengembangan Program program
berbasis kemandirian
Penguatan Kelembagaan desa (lembaga sosial dan ekonomi) berbasis kemandirian
Penguatan aspek ketersediaan, distribusi dan konsumsi, serta sarana dan prasarana
BKPP BPS
PEMDA
PEMDES BKKBN
Tingkat kemiskinan, Laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat,
ketersediaan lahan yang semakin berkurang, kualitas SDM yang rendah menjadi faktor kerawananpangan
7. Mantapnya organisasi /
kelembagaan yang ada (TPD, Gapoktan, LKM/Koperasi, Asosiasi Komoditas /olahan pangan)
Telah memiliki kelembagaan Gapoktan, LKM, TPD (baru)
Belum ada kerjasama antar lembaga atau organisasi di tingkat desa untuk
mewujudkan tujuan pembangunan desa
Masih lemahnya dinamika kelembagaan yang ada (krisis SDM yang memiliki kemauan dan kemampuan mengelola)
Koordinasi antar lembaga desa secara rutin
Pembinaan dinamika kelompok
yang berkelanjutan
Pembentukan asosiasi komoditas
Pemerintah Desa
Dinas Pertanian, Dinas
Perindustrian Dan Koperasi
BKPP
Kurangnya kerjasama antar lembaga, terbatasnya SDM yang memiliki kemauan dan kemampuan dalam mengelola lembaga yang ada.
8. Pembentukan jaringan usaha / kemitraan dan pemupukan sumber
52% kk miskin memiliki
kebiasaan menabung
Tersedia berbagai jenis
Kerjasama antar
pengusaha masih rendah
Program temu usaha antar desa Pameran produk lokal
Penguatan LKM
BAPEDA BKPP
Dinas
permodalan
masyarakat usaha produktif
Pemupukan sumber permodalan belum dioptimalisasi
Masyarakat kurang percaya terhadap lembaga permodalan yang belum berbadan hukum
Pembentukan kelompok asosiasi
Gerakan menabung
Fasilitasi Badan Hukum Bagi Lembaga Permodalan
Perindustrian
Dan Koperasi kurangnya kerjasama antar pengusaha.
9. Jajanan anak sekolah aman dari cemaran mikrobiologi, kimia dan fisik
Adanya pengusaha olahan lokal yang masih mampu dibina dan dikembangkan untuk membuat produk lokal yang aman
Kemampuan pengusaha
memproduksi produk jajanan sekolah yang aman dan inovatif masih rendah
Kesulitan ekonomi menyebabkan beberapa pengusaha produk pangan menggunakan bahan bahan yang tidak aman untuk meningkatkan pendapatan
Siswa tidak terbiasa
membawa bekal makanan kesekolah
Sosialisasi kepada anak didik serta pengusaha kantin sekolah melalui guru mengenai jajanan anak sekolah yang aman
Sosialisasi kepada masyarakat
tentang produk pangan yang aman
Pembinaan kepada pengusaha agar menyediakan produk jajanan anak sekolah yang amab
Test sampel produk jajanan sekolah dan mensosialisasikan hasilnya kepada masing masing pengusaha
Penerapan sanksi tegas bagi
pengusaha yang tidak menyediakan produk pangan yang aman
BKPP
Dinas
Perindustrian Dan Koperasi
Dinas Kesehatan Badan POM
Terdapat beberapa pengusaha olahan yang berpotensi untuk memproduksi jajanan sekolah namun kemampuan inovasi produk masih rendah dan dampak dari lemahnya ekonomi menyebabkan beberapa pengusaha menggunakan bahan bahan yang tidak aman untuk meningkatkan pendapatannya.
10. Menurunya prosentase jumlah keluarga miskin
Berkembangnya usaha
usaha produktif
Akses ekonomi semakin berkembang
Tingginya angka
kemiskinan = 53% (DDRT)
Masih banyak rumah tidak layak huni
Pertumbuhan
penduduk dan keluarga baru yang terus berkembang
Semangat motivasi usaha dan ketrampilan
Peningkatan program – program
pemberdayaan berbasis pengentasan kemiskinan dan singkronisasinya
Peningkatan berbagai akses
ekonomi yang dibutuhkan masyarakat
Peningkatan Skill / ketrampilan
berwirausaha
Penyediaan Kredit lunak untuk usaha
Dinas
Perindustrian Dan Koperasi
BAPEDA
Kemenpera Dinas PU
Usaha produktif dan berbagai akses ekonomi desa terus berkembang namun seiring
masih rendah
Kurangnya akses
permodalan
Bantuan Perumahan Swadaya
Peningkatan sarana dan
prasarana fisik penunjang ekonomi desa
keluarga miskin yang belum memiliki kematangan ekonomi sehingga
memunculkan kk miskin baru. 11. Tingkat partisipasi
masyarakat bertambah
Semangat gotong royong masyarakat masih tinggi
Masuknya budaya luar yang individualise
Program Peningkatan
Pemberdayaan masyarakat desa
Gerakan cinta produk lokal Pemberdayaan partisipasi
masyarakat desa dari
perencanaan hingga pengawasan program
BAPEDA
BKPP
PEMERINTAH DESA
Seiring perkembangan jaman masuknya budaya luar dari perpindahan penduduk dapat menjadi faktor mundurnya kebersamaan gotongroyong dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan 12. Prosentase tingkat laju
pertumbuhan penduduk tidak mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya
Kesadaran KB
meningkat
Tingkat pendidikan
rendah
Jumlah anggota rumah tangga yang lebih dari 4 = 16% (DDRT)
Pembinaan kepada para remaja
akan dampak pernikahan dini
Sosialisasi Program KB
BKKBN DINAS SOSIAL
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya
pengetahuan akan KB
13. Tersedianya air bersih dan infrastruktur fisik memadai
Semangat swadaya masyarakat tinggi
Tersedianya sumber mata air
Kondisi jalan ekonomi nglinggo – sarigono rusak
Kondisi drainase dan talud di jobolawang rusak
Terdapat jembatan pengghubung di sarigono yang telah rusak
Kurangnya jaringan SAB
Pembangunan jalan nglinggo – sarigono
Rehabilitasi talud dan drainase di jobolawang
Rhabilitasi jembatan di sarigono
yang sangat rawan
SAB : di mendolo – jogolawang
Rehabilitasi Pasar Desa
DINAS PU
DINAS PMD PEMDA
Terdapat beberapa potensi SDA, smangat swadaya dan gotongroyong yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan fasilitas infrastruktur fisik namun rusaknya fasilitas
di daerah mendolo dan jogolawang
14. Terfasilitasinya kelompok – kelompok belajar untuk
meningkatkan SDM
Tersedianya fasilitas
pendidikan
Adanya pendidikan gratis SD hingga SMP
KK Tidak tamat SD =
6,7%. (DDRT),
KK Tamat SD 48%
Bantuan Sarana Pendidikan SD
dan SMP
Bantuan sarana Pendidikan PAUD dan TK
Bantuan Sarana Pendidikan Non-Formal
Pembentukan Kelompok Belajar Masyarakat berbasis Usaha dan bantuan sarana pendidikannya
DINAS
PENDIDIKAN
PEMDA
Kesadaran pendidikan tinggi (SMK, SMA, PT) masih rendah khususnya keluarga miskin yang