KREATIVITAS PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK DALAM RISET DAN PEMBELAJARAN FISIKA1
Oleh: Prof. Dr. Festiyed, MS,
Email: festiyed@ymail.com Hp:08126742403 Universitas Negeri Padang
PENDAHULUAN
Era globalisasi ditandai degan segala sesuatu cepat berubah, maka dunia pendidikan juga harus berubah, sehingga dunia pendidikan menjadi relevan dengan tantangan dan peluang yang terjadi di kehidupan nyata. Dalam dunia kerja saat ini kemampuan yang diminta adalah kemampuan untuk bekerja sama dalam team, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan untuk mengarahkan diri, berpikir kritis, menguasai teknologi serta mampu berkomunikasi dengan efektif. Kemampuan-kemampuan tersebut diatas dicita-citakan terlaksana seutuhnya oleh generasi emas 2045 (100 tahun Indonesia merdeka).
Mewujudkan generasi emas dihadapkan dengan sejumlah tantangan dan peluang, yang tentunya berbeda dengan zaman sebelumnya. Guna mengantisipasi dan menyesuaikan dinamika perubahan yang sedang dan akan terus berlangsung, Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), pada tahun 2010 telah berupaya mengkonsepsikan pendidikan Indonesia untuk abad ke-21. Konsepsi pendidikan tersebut dimulai dari proses pembelajaran bercirikan : 1) Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa, 2) Dari satu arah menuju interaktif, 3) Dari isolasi menuju lingkungan jejaring, 4) Dari pasif menuju aktif-menyelidiki, 5) Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata, 6) Dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim, 7) Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan, 8) Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru, 9) Dari alat tunggal menuju alat multimedia, 10) Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif, 11) Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan, 12) Dari usaha sadar tunggal menuju jamak, 13) Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan, 14) Dari pemikiran faktual menuju kritis, 15) Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
Diperlukan Paradigma baru dalam pendidikan agar mampu menciptakan generasi emas yang mempunyai kemampuan belajar, beradaptasi dan berinovasi, dimana sekarang masih tersembunyi. Kurikulum 2013 untuk pendidikana dasar, dan kurikulum berdasarkan deskripsi kerangka kualifikasi nasional indonesia (KKNI) (Peraturan Pemerintah No.8 tahun 2012) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) (Permendikbud NO.49 Tahun 2014) untuk perguruan tinggi. Kerjasama yang harmonis dan terus menerus antara seluruh insan pendidikan, pemerintah, pemerintah daerah, organisasi yang bergerak di dunia pendidikan diperlukan untuk mewujudkan generasi emas yang berkarakter, cerdas, dan kompetitif. Salah satu usaha lansung yang dapat dilakukan oleh organisasi yang bergerak di dunia pendidikan khususnya pendidik melahirkan generasi emas adalah melalui model pembelajaran autentik dengan penilaiaan (asesmen) autentik pula.
Penguatan pendekatan saintifik diterapkan melalui pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik (Zamroni, 2000; &Semiawan, 1998).
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik tidakakan bermakna kalau tidak menggunakan penilaian autentuk. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh.
PEMBELAJARAN AUTENTIK DAN ASESMEN AUTENTIK
Pembelajaran autentik dengan penilaian autentik adalah suatu cara untuk memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran yang kolaboratif, kooperatif, kompetitif dan karakter. Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah. Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik:
1. Pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja.
2. Penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks.
3. Analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang ada.
Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi pendidik untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua peserta didik dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan berikut ini.
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah. Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun 1990an. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat.
Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen autentik dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya. Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist) untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir). Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik.
Dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 untuk pendidikan dasar dan KBK berbasis KKNI-SNPT untuk perguruan tinggi, memudahkan terlaksananya pembelajaran autentik dengan asesmen autentik.
APAKAH ASESMEN AUTENTIK ITU?
Pada awalnya istilah asesmen autentik diperkenalkan oleh Wiggins tahun 1990 untuk menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa sebagai reaksi (menentang) penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik, tes tertulis, pilihan ganda, kuis jawaban singkat. Jadi dikatakan otentik dalam arti sesungguhnya dan realistis. Apabila kita melihat di tempat kerja, orang-orang tidak diberikan tes pilihan ganda untuk menguji bisa tidaknya mereka melakukan pekerjaan tersebut. Mereka mempunyai performansi, kinerja atau unjuk kerja.
Dalam bisnis dikatakan performance assessment. Menurut Jon Mueller (2006) penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna. Pendapat serupa dikemukakan oleh Richard J. Stiggins (1987), bahkan Stiggins menekankan keterampilan dan kompetensi spesifik, untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai. Hal itu terungkap dalam cuplikan kalimat berikut ini: “performance assessments call upon the examinee to demonstrate specific skills and competencies, that is, to apply the skills and knowledge they have mastered” (Stiggins, 1987:34)
dihadapi orang dewasa (warganegara, konsumen, professional) di bidangnya.
Asesmen otentik lebih sering dinyatakan sebagai asesmen berbasis kinerja (performance based assessment). Sementara itu dalam buku-buku lain (kecuali Wiggins) penilaian otentik disamakan saja dengan nama penilaian alternatif (alternative assessment) atau penilaian kinerja (performance assessment). Selain itu Mueller (2006) memperkenalkan istilah lain sebagai padanan nama penilaian otentik, yaitu penilaian langsung (directassessment). Nama performance assessment atau performance based assessment digunakan karena siswa diminta untuk menampilkan tugas-tugas (tasks) yang bermakna. Terdapat sejumlah pakar pendidikan yang membedakan penggunaan istilah penilaian otentik dengan penilaian kinerja, seperti misalnya Meyer (1992) dan Marzano (1993). Sementara itu Stiggins (1994) dan Mueller (2006) menggunakan kedua istilah itu secara sinomim.
Nama alternative assessment digunakan karena merupakan alternatif dari penilaian yang biasa digunakan (traditional assessment). Adapun nama direct assessment digunakan karena penilaian otentik menyediakan lebih banyak bukti langsung dari penerapan keterampilan dan pengetahuan. Apabila seorang siswa dapat mengerjakan dengan baik tes pilihan ganda, maka kita inferensikan secara tidak langsung (indirectly) bahwa siswa tersebut dapat menerapkan pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam konteks dunia yang sesungguhnya. Namun kita akan lebih suka membuat inferensi dari suatu demonstrasi langsung tentang penerapan pengetahuan dan keterampilannya.
Berdasarkan fokusnya asesmen dapat dikelompokkan sebagai asesmen diagnostik, formatif, dan sumatif. Asesmen diagnostik berfokus untuk memperbaiki proses pembelajaran atau untuk menentukan hasil-hasil pembelajaran. Asesmen formatif berfokus pada proses pembelajaran dan hasil-hasil pembelajaran. Sedang Asesmen sumatif, terutama difokuskan pada hasil-hasil pembelajaran. Beberapa istilah untuk asesmen diantaranya: asesmen tradisional, asesmen autentik, asesmen alternatif, dan asesmen informal.
bidang pendidikan yang mengadopsi pemikiran yang berikut:( 1). Suatu misi sekolah adalah untuk mengembangkan warganegara produktif, (2) Untuk menjadi warganegara produktif setiap orang harus memiliki suatu kopetensi tertentu dari pengetahuan dan ketrampilan (3) Oleh karena itu sekolah harus mengajarkan kopetensi ketrampilan dan pengetahuan ini: (4) Untuk menentukan kopetensi itu sukses, kemudian sekolah menguji para siswa, untuk melihat apakah mereka memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Di dalam assesmen tradisional, kurikulum memandu penilaian. Kopetensi pengetahuan ditentukan lebih dulu. Pengetahuan itu menjadi kurikulum yang ditransferkan. Sesudah itu penilaian dikembangkan dan diatur untuk menentukan jika suatu saat kurikulum tersebut diterapkan.
Asesmen Alternatif (Alternative Assessment) Asesmen yang tidak melibatkan suatu tes baku dengan butir-butir asesmen tradisional. Asesmen alternatif memfokus pada pengukuran pengetahuan prosedural. Asesmen ini mencakup sejumlah prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang siswa ketahui, ia yakini, dan dapat ia lakukan. Asesmen ini memfokus pada pertumbuhan perorangan siswa dari waktu ke waktu dan menekankan pada kekuatan bukan kelemahan siswa. Pertimbangan diberikan pada gaya belajar perorangan siswa dan tingkat keterampilannya. Menurut Mertler, dalam Classroom Assessment: A Practical Guide for Educators, bentuk penilaian berdasarkan alat penilaian dalam asesmen alternative berupa asesmen kinerja (Performance Assessment), asesmen informal (informal assessment), observasi (Observation), penggunaan pertanyaan (Questioning), Presentasi (Presentation), diskusi (Discusions), Projek (Project) , investigasi atau penyelidikan (Investigation), Portofolio (Portofolio), Jurnal (Journal), Wawancara (Interview), Konferensi, dan Evaluasi diri oleh siswa (Self Evaluation).
pemahaman yang mendalam terhadap sikap, gaya belajar, kekuatan dan kelemahan, teknik-teknik pemecahan masalah siswa. Pengamatan tersebut me-nyumbang kepada gambaran siswa yang lebih lengkap tentang kemajuan siswa. Panduan berikut ini direkomendasikan pada saat menggunakan pengamatan kelas untuk asesmen siswa:
Gunakan ceklis atau perangkat criteria yang sama untuk seluruh siswa.
Amati setiap siswa beberapa kali dan pada waktu-waktu yang berbeda dari hari-ke-hari.
Amati tiap siswa dalam berbagtai ragam situasi.
Evaluasi berbagai ragam keterampilan dan perilaku untuk tiap siswa.
Catat pengamatan dan evaluasi sesegera mungkin.
Asesmen autentik digunakan untuk mendeskripsikan berbagai macam format asesmen yang mencerminkan pembelajaran, hasil belajar, motivasi, dan sikap-sikap siswa terhadap kegiatan-kegiatan kelas yang relevan dengan pengajaran. Asesmen autentik melibatkan siswa dalam situasi dunia-nyata. Asesmen ini menyajikan tugas-tugas pemecahan-masalah yang mungkin dihadapi siswa di dalam atau di luar sekolah. Lebih dari itu, asesmen ini melibatkan siswa dalam inquiri dan proyek. Contoh-contoh asesmen autentik dapat meliputi pengamatan sehari-hari di kelas, proyek-proyek, atau tugas-tugas seperti mengisi lamaran kerja, menulis surat kepada sebuah perusahaan atau seorang politisi, atau menganalisis sebuah siaran televisi. Contoh-contoh asesmen autentik meliputi: 1) asesmen kinerja, 2) porto-folio, dan 3) asesmen-diri siswa.
Asesmen kinerja terdiri dari setiap bentuk asesmen dimana siswa menunjukkan atau mendemonstrasikan suatu response secara lisan, tertulis, atau menciptakan suatu karya. Response siswa tersebut dapat diperoleh guru dalam konteks asesmen formal atau informal atau dapat diamati selama pengajaran di kelas atau seting di luar pengajaran. Asesmen kinerja meminta siswa untuk “menye-lesaikan tugas-tugas kompleks dan nyata, dengan mengerahkan pengetahuan awal, pembelajaran yang baru diperoleh, dan keterampilan-keterampilan yang relevan untuk memecahkan masalah-masalah realistik atau autentik.” Siswa mungkin diminta untuk menggunakan bahan-bahan atau melakukan kegiatan hands-on dalam mencapai pemecahan masalah-masalah. Contohnya adalah laporan-laporan lisan, contoh-contoh tulisan, proyek individual atau kelompok, pameran, atau demonstrasi. Beberapa karakteristik dari asesmen kinerja adalah sebagai berikut:
2. Pemikiran Tingkat-Tinggi: secara khas siswa menggunakan berfikir tingkat tinggi dalam menyusun response terhadap pertanyaan-pertanyaan open-ended.
3. Keautentikan: tugas-tugas bermakna, menantang, dan melibatkan kegiatan yang mencerminkan pengajaran yang baik atau konteks dunia-nyata lain dimana siswa diharapkan untuk menggelutinya.
4. Keterpaduan: tugas-tugas tersebut menghendaki keterpaduan dari keteram-pilan bahasa, dan dalam beberapa hal, menghendaki keterpaduan penge-tahuan dan keterampilan-keterampilan lintas mata pelajaran.
5. Proses dan Produk: prosedur dan strategi untuk mendapatkan jawaban benar atau untuk mengeksplorasi alternatif pemecahan untuk tugas-tugas kom-pleks sering kali diases di samping produk atau jawaban “benar” tersebut.
6. Kedalaman vs Luas namun Dangkal: asesmen kinerja memberikan informasi mendalam tentang keterampilan atau ketuntasan seorang siswa bukan luasnya cakupan seperti yang diberikan oleh tes pilihan-ganda.
Asesmen portofolio merupakan suatu kumpulan sistematik karya siswa yang dianalisis untuk menunjukkan kemajuan siswa dari waktu ke waktu ditinjau dari pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran. Contoh karya yang dimasukkan ke dalam portofolio meliputi contoh-contoh tulisan, catatan harian bacaan, gambar-gambar, rekaman audio atau video, dan/atau komentar guru dan siswa atas kemajuan yang dibuat siswa. Salah satu fitur penting dari asesmen por-tofolio adalah keterlibatan siswa dalam pemilihan contoh-contoh karya mereka sendiri untuk menunjukkan perkembangan atau pembelajaran dari waktu ke waktu.
Siswa yang mengatur diri sendiri pembe-lajaran mereka tersebut (self-regulated learners) bekerja sama dengan siswa lain dalam bertukar ide, mencari bantuan bila diperlukan, dan memberikan dukung-an kepada teman sebaya mereka. Akhirnya, self-regulated learners atau pebelajar mandiri memonitor kinerja mereka sendiri dan mengevaluasi kemajuan dan hasil belajar mereka sendiri. Asesmen-diri dan pengelolaan-diri merupakan inti jenis pembelajaran ini dan seharusnya merupakan suatu bagian keseharian dari pengajaran. (O’Malley & Pierce 1996, h. 4 & 5)
Tabel berikut memperjelas perbedaan antara asesmen yang biasa digunakan dengan asesmen autentik:
Pada Tabel 1 ditunjukkan berbagai macam asesmen, seperti in-terviu lisan, menceritakan kembali bacaan, contoh-contoh tulisan, dan sebaga-inya, serta pengamatan guru terhadap pengetahuan dan keterampilan siswa di kelas.
Tabel 2. Jenis-jenis Asesmen Autentik
Asesmen Deskripsi Keuntungan
Interviu Lisan Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang kegiatan, bacaan, dan minat
Konteks informal dan santai
Dilakukan dari hari ke hari dengan tiap siswa
Mencatat pengamatan pada suatu panduan interviu
Menceritakan kembali Cerita atau Bacaan
Siswa menceritakan kembali ide-ide pokok atau rincian tertentu dari bacaan yang dialami melalui mendengar atau membaca
Siswa memproduksi laporan lisan
Dapat diskor pada komponen isi atau bahasa
Diskor dengan rubrik atau sejenis skala sikap (rating scale)
Dapat menentukan pemahaman membaca, strategi membaca, dan pengembangan bahasa
Contoh-contoh
tulisan Siswa menghasilkan makalah naratif, ekspositori, persuasif, atau referensi
Siswa menghasilkan dokumen tertulis
Dapat diskor pada komponen isi atau bahasa
Dapat diskor dengan rubrik atau
rating scale
Dapat menentukan proses-proses menulis
Proyek/Pameran Siswa menyelesaikan proyek, bekerja secara individual atau berpasangan
Siswa membuat presentasi formal, laporan tertulis, atau dua-duanya
Dapat mengamati produk-produk lisan atau tertulis dan keterampilan-keterampilan berfikir
Dapat diskor dengan rubrik atau
rating scale
Siswa membuat presentasi formal, laporan tertulis, atau dua-duanya
Dapat mengamati produk-produk lisan atau tertulis dan keterampilan-keterampilan berfikir
Dapat diskor dengan rubrik atau
rating scale
Menyusun Butir-butir
Jawaban Siswa merespon dalam bentuk tulisanterhadap pertanyaan-pertanyaan
open-ended
Siswa menghasilkan laporan tertulis
Biasanya diskor pada informasi substantif atau keterampilan-keterampilan berfikir
Dapat diskor dengan rubrik atau
rating scale
Dapat diskor dengan rubrik atau
rating scale
Keterlibatan dan komitmen siswa yang kuat
Penilaian otentik memerlukan tugas (task) untuk menampilkan kinerja peserta didik, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik (rubrics) yang akan digunakan untuk menilai penampilan kinerja berdasarkan tugas tersebut.
a. Tugas Otentik
Tugas otentik adalah suatu tugas yang meminta siswa melakukan atau menampilkannya dianggap otentik apabila:
1) siswa diminta untuk mengkonstruk respons mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang tersedia;
2) tugas merupakan tantangan yang mirip (serupa) yang dihadapkan dalam (dunia) kenyataan sesungguhnya. Mungkin saja ada definisi yang lain.
Baron’s (Marzano, 1993) mengemukakan lima kriteria task untuk penilaian otentik, yaitu:
1) tugas tersebut bermakna baik bagi siswa maupun bagiguru; 2) tugas disusun bersama atau melibatkan siswa;
3) tugas tersebut menuntut siswa menemukan dan menganalisis informasi sama baiknya dengan menarik kesimpulan tentang hal tersebut;
4) tugas tersebut meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil dengan jelas; 5) tugas tersebut mengharuskan siswa untuk bekerja atau melakukan.
Anonymous (2005) mengemukakan dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas dalam penilaian otentik, yaitu: keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities). Selanjutnya anonymous mengungkapkan lima dimensi yang perlu dipertimbangkan pada saat menyiapkan task yang otentik pada pembelajaran sains:
1) Pertama, length atau lama waktu pengerjaan tugas. 2) Kedua, jumlah tugas terstruktur yang perlu dilalui siswa.
3) Ketiga, partisipasi individu, kelompok atau kombinasi keduanya. 4) Keempat, fokus penilaian: pada produk atau pada proses.
5) Kelima, keragaman cara-cara komunikatif yang dapat digunakan siswa untuk menunjukkan kinerjanya.
b. Tipe Tugas Otentik
Tugas-tugas penilaian autentik dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk. 1) computer adaptive testing (tidak berbentuk tes obyektif), yang menuntut 2) peserta tes dapat mengekspresikan diri untuk dapat menunjukkan tingkat 3) kemampuan yang nyata;
4) tes pilihan ganda diperluas, dengam memberikan alasan terhadap jawaban 5) yang dipilih;
9) interviu berupa pertanyaan lisan dari asesor; 10) (vi).observasi partisipatif;
11) portofolio sebagai kumpulan hasil karya siswa; 12) projek, expo atau demonstrasi;
13)constructed response, yang siswa perlu mengkonstruk sendiri jawabannya.
c. Kriteria Penilaian (Rubrics)
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penilaian otentik atau penilaian berbasis kinerja terdiri dari tasks dan rubrics. Rubrik merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas (Andrade dalam Zainul, 2001:19). Rubrik dapat berupa rubrik deskriptif, holistik dan skala persepsi . Secara singkat scoring rubrics terdiri dari beberapa 4 komponen,
1) dimensi
Dimensi akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa
2) definisi dan contohDefinisi dan contoh merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi. 3) skala
Skala ditetapkan karena akan digunakan untuk menilai dimensi 4) standar
standar ditentukan untuk setiap kategori kinerja
Walaupun suatu rubrik atau scoring rubrics sudah disusun sebaik-baiknya, tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang sudah disusun itu sempurna atau satu-satunya kriteria untuk menilai kinerja siswa dalam bidang tertentu. Dari satu tugas bisa saja disusun lebih dari satu rubrik. Oleh karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk menilai suatu rubrik. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai suatu rubrik (Zainul, 2001:29-30).
1) Seberapa jauh rubrik tersebut (jelas) berhubungan langsung dengan kriteria yang dinilai?
2) Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimiensi kinerja yang dinilai?
3) Apakah kriteria yang dipilih sudah menggunakan standar yang secaraumum berlaku dalam bidang kinerja yang dinilai?
4) Sejauh mana dimensi & skala yang digunakan terdefinisi dengan baik?
kinerja?
6) Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda? 7) Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh siswa?
8) Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias?
9) Apakah rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah diadministrasikannya?
d. Deskriptor dan Level Kinerja
Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang umum digunakan dalam penilaian otentik atau penilaian berbasis kinerja, yaitu deskriptor. Deskriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja siswa pada masing-masing level dari suatu penampilan. Contohnya seperti rumusan standar minimal dalam perumusan tujuan pembelajaran khusus. Deskriptor digunakan untuk memperjelas harapan atau aspek yang dinilai. Selain itu descriptor juga membantu penilai (rater) lebih konsisten dan lebih obyektif. Bagi guru yang melaksanakan penilaian otentik, deskriptor membantu memperoleh umpan balik yang lebih baik.
BAGAIMANAKAH PENGEMBANGKAN ASESMEN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
Hibbard (1995) menyatakan asesmen autentik merupakan: a. suatu realistik yang terkait dengan tujuan pendidikan sains
Komponen utama program pendidikan bertujuan: (1) menanamkan konsep dan informasi; (2) mengembangkan proses ilmiah, seperti eksperimen, membuat keputusan, membangun model, dan penemuan mesin; (3) mengembangkan keterampilan memecahkan masalah yang melibatkan ilmu pasti dan informasi untuk mendukung metode ilmiah; (4) mengembangkan keterampilan komunikasi untuk membantu siswa menanamkan hal-hal lain secara efektif apa yang mereka telah pelajari atau apa yang menjadi saran mereka sebagai solusi masalah; (5) menanamkan kebiasaan bekerja dengan baik, seperti bertanggungjawab secara individu, keterampilan bekerja sama, tekun, memperhatikan keakuratan dan kualitas, jujur, memperhatikan keamanan, dan rapi.
b. suatu sistem untuk menilai proses dan produk
menanyakan siswa untuk menggunakan dan proses mereka yang telah dipelajari; (2) cheklist untuk mengidentifikasi elemen kinerja atau hasil pakerjaan; (3) Rubrik (perangkat yang mendeskripsikan proses dan atau kesatuan penilaian kualitas) berdasarkan skor total; (4) contoh-contoh terbaik sebagai model kerja yang akan dikerjakan.
c. Sebagai parner tes tradisional
Kadang-kadang tes tradisional digunakan untuk menjamin bahwa siswa telah cukup memiliki informasi akurat untuk menggunakan asesmen kinerja. Dilain pihak, asesmen kinerja digunakan sebagai strategi untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
Pembelajaran Fisika salah satu dari Pendidikan sains. Dalam pembelajaran
Fisika menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif dan agar penguasaan
sikap, pengetahuan, serta keterampilan terbentuk pada diri peserta didik
dalam memecahkan masalah secara ilmiah. Pembelajaran Fisika menurut
Kurikulum 2013 menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran
dikembangkan melalui pendekatan saintifik dan penilaian autentik.
Langkah-langkah Menciptakan Penilaian Otentik
Siswa diminta menampilkan sejumlah tugas dalam dunia sesungguhnya yang memperlihatkan aplikasi keterampilan dan pengetahuan yang esensial dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 2 Memilih suatu tugas otentik
Dalam memilih tugas otentik, pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang kita buat, dan mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya. Misalnya daripada meminta siswa menyelesaikan soal pecahan, lebih baik kita siapkan tugas memecahkan masalah yang terjadi dikehidupan sehari-hari.
Langkah 3 Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)
Kriteria tidak lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah indikator-indikator tersebut sekuensial (memerlukan urutan) atau tidak. a. Contoh-contoh kriteria
Contoh sejumlah indikator dalam urutan (mengamat dengan mikroskop): 1. Mengatur pencahayaan melalui penggunaan cermin;
2. Menempatkan obyek di atas lubang pada meja mikroskop;
3. Mengatur posisi lensa obyektif (perbesaran rendah) tepat di atas lubang 4. dengan obyek tersebut dengan jarak kira-kira setengah sentimeter di atasnya; 5. Menempatkan salah satu mata (dengan kedua mata terbuka) pada lensa 6. okuler sambil memutar pengatur kasar ke belakang;
7. Mengatur penempatan obyek sambil tetap melihat di bawah mikroskop; 8. Memutar revolver yang merupakan tempat melekatnya lensa obyektif
9. sehingga lensa obyek berukuran lebih tinggi tepat di atas obyek yang sedang diamati;
10. Memutar pengatur halus perlahan-lahan dengan mata tetap mengamati melalui lensa okuler; 11. Memperlihatkan obyek yang sudah ditemukan (atau menggambar obyek yang ditemukan).
Contoh sejumlah indikator dalam urutan (menggunakan thermometer):
1. Mengeluarkan thermometer dari tempat dengan memegang bagian ujung termometer yang tak berisi air raksa
2. Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer serendah-rendahnya 3. Memasang termometer pada psien ( dimulut atau diketiak ) sehingga bagian
yang berisi air raksa terkontak dengan tubuh pasien
4. Menunggu beberapa menit ( membiarkan termometer menempel ditubuh pasien selama beberapa menit ).
5. Mengambil termometer dari tubuh pasien, dengan memegang bagian ujung termometer yang tidak berisi air raksa.
6. Membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler dengan posisi mata tegak lurus Contoh sejumlah indikator tidak dalam ururtan (dalam matematika):
1. ketepatan kalkulasi;
4. organisasi kalkulus; 5. kerapihan menggambar;
6. kejelasan keterangan/eksplanasi. b. Karakteristik suatu kriteria yang baik
Kriteria yang baik antara lain adalah sebagai berikut. 1. dinyatakan dengan jelas, singkat;
2. pernyataan tingkah laku, dapat diamati; 3. ditulis dalam bahasa yang dipahami siswa. c. Jumlah Kriteria untuk sebuah task
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. batasi jumlah kriteria, hanya pada unsur-unsur yang esensial dari suatu tugas (antara 3-4, di bawah 10);
2. tidak perlu mengukur setiap detil tugas;
3. Kriteria yang lebih sedikit untuk tugas-tugas yang lebih kecil atau sederhana. Contoh tes singkat atau kuis diberikan berikut ini sebagai latihan
Tugas 1: Tuliskan tiga kriteria bagi seorang petugas laboratorium yang baik Tugas 2: Tuliskan empat kriteria berlakunya hukum Newton
Tugas 3: Tuliskan tiga kriteria presentasi lisan yang baik.
Langkah 4 Menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics) a. Menyiapkan suatu rubrik analitis
Dalam rubrik tidak selalu diperlukan deskriptor. Deskriptor merupakan karakteristik perilaku yang terkait dengan level-level tertentu, seperti observasi mendalam, prediksinya beralasan, kesimpulannya berdasarkan hasil observasi.
b. Menyiapkan suatu rubrik yang holistic
Dalam rubrik holistic, dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang telah menampilkan tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara kese-luruhan. Sebagai contoh, dalam praktikum dapat disiapkan rubrik keseluruhan sebagai berikut.
c. Mencek rubrik yang telah dibuat
2. Contoh Iplementasi Penilaian Otentik untuk Pembelajaran Fisika
Contoh ketrampilam membuat grafik.
Tujuan pembuatan grafik untuk menunjukkan perbandingan, informasi yang kualitatif dengan cepat dan sederhana. Data-data dalam bentuk uraian deskriptif yang ruwet dan juga kompleks bisa disederhanakan dengan menggunakan grafik. Jadi, jika sebuah grafik sulit dibaca atau dipahami berarti akan kehilangan manfaatnya yang berharga.
Fungsi grafik yaitu untuk menggambarkan data-data dalam bentuk angka (data kuantitatif) secara teliti dan menerangkan perkembangan serta perbandingan suatu obyek ataupun peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Jadi dapat disimpulkan fungsi grafik:
1. Menggambarkan data kuantitatif dengan teliti.
2. Menerangkan perkembangan, perbandingan suatu obyek ataupun peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Grafik disusun berdasarkan prinsip-prinsip matematika dengan menggunakan data-data yang komparatif.
untuk jelasnya pertama di buat matrik keterangan setiap langkah
Langkah Keterangan Contoh
Mengkaji standar yang kita buat, dan mengkaji kenyataan (dunia) indikator dari kinerja yang baik padasebuah tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikanapakah indikator-indikator tersebut sekuensial (memerlukan urutan) atau tidak. Kriteria yang baik antara lain adalah:.
dinyatakan dengan jelas, singkat
1. Jenis grafik yang digunakan sesuai.
2. Digunakan titik awal dan interval yang sesuai untuk tiap sumbu grafik.
3. Digunakan skala yang sesuai pada tiap sumbu bergantung pada rentang data untuk sumbu tersebut.
pernyataan tingkah laku, dari suatu tugas (antara 3-4, di bawah 10);
tidak perlu mengukur setiap detil tugas;
Kriteria yang lebih sedikit untuk tugas-tugas yang lebih kecil pada sumbu X dan variabel tak-bebas pada sumbu Y.
7. Data tersebut diplot secara cermat.
8. Warna, textur, label, atau fitur lain digunakan untuk membuat grafik tersebut lebih mudah dibaca.
9. Grafik tersebut rapi dan disajikan dengan baik.
CONTOH ASESMEN AUTENTIK UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA
Nama (Kelompok): ____________________ Kelas: ___________ Tgl: ___________ TUGAS: Membuat Grafik
Alat dan Bahan: tidak memerlukan alat
Data Hasil pengukuran Reza untuk tegangan (v), arus (i) dari rangkaian seperti pada gambar disajikan dalam bentuk tabel
1. Berikan tabel data di atas kepada peserta didik.
2. Tugaskan peserta didik untuk menyajikan data dalam tabel tersebut dalam bentuk grafik.
3. Tentukan tahanan (R) dari garafik
Format Penilaian: Asesmen-diri Membuat Grafik
1. Jenis grafik yang digunakan sesuai. 5 1. Digunakan titik awal dan interval yang sesuai
untuk tiap sumbu grafik.
5
2. Digunakan skala yang sesuai pada tiap sumbu bergantung pada rentang data untuk
sumbu tersebut. 5
3. Ada judul utama untuk grafik tersebut, yang dengan jelas menyatakan hubungan antara sumbu-sumbu grafik tersebut.
5
4. Sumbu-sumbu grafik dilabel dengan jelas. 5
5. Variabel bebas diletakkan pada sumbu X dan
variabel tak-bebas pada sumbu Y. 15 6. Data tersebut diplot secara cermat. 15
7. Warna, textur, label, atau fitur lain digunakan untuk membuat grafik tersebut lebih mudah dibaca.
10
8. Grafik tersebut rapi dan disajikan dengan
baik 15
9. Nilai tahanan dapat dengan mudah
ditentukan dari grafik 20
Jumlah 100
Alat dan Bahan: Tidak memerlukan alat dan bahan
Prosedur
1. Rumuskan sebuah hipotesis, misalnya “Apabila kita turun ke bawah permukaan air, maka tekanan akan semakin tinggi.”
2. Tugaskan siswa untuk merencanakan eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut.
Asesmen-diri Merencanakan Eksperimen
1. Rancangan eksperimen menguji hipotesis tersebut. 2. Variabel bebas diidentifikasi dengan jelas.
3. Variabel tak-bebas diidentifikasi dengan jelas. 4. Beberapa variabel kontrol diidentifikasi dengan jelas. 5. Rancangan tersebut memasukkan kontrol.
6. Definisi operasional variabel bebas dirumuskan dengan benar.
7. Definisi operasional variabel manipulasi dirumuskan dengan benar.
8. Diberikan daftar lengkap kebutuhan alat dan bahan.
Alat dan Bahan: Sesuai dengan kreatifnya
Tugas
Kamu dapat melakukan eksperimen sederhana untuk menguji hukum Charles hanya dengan menggunakan balon-balon dan air pada temperatur yang berbeda. Gunakan petunjuk berikut ini, namun kamu dapat mencari caramu sendiri untuk memperhalus eksperimen tersebut dan untuk mendapatkan informasi lebih rinci dari penelitian yang kamu lakukan.
1. Siapkan tiga balon kecil bulat dengan ukuran sama dan tiuplah ketiga balon tersebut sampai terasa cukup. Balon-balon tersebut hendaknya memiliki bentuk tertentu, namun jangan sampai ditiup maksimum.
Bagaimana kamu dapat mengukur volume udara yang terdapat di dalam tiap-tiap balon tersebut?
__________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ 2. Letakkan satu balon tersebut dalam sebuah wadah dan isilah wadah
tersebut dengan air pada temperatur kamar sehingga balon tersebut seluruhnya terendam. Mengapa kamu seharusnya tidak memegang balon tersebut di bawah air dengan tanganmu? Bagaimana kamu dapat
mempertahankan balon tersebut tetap berada dalam kedudukannya di bawah air?
3. Ulangilah langkah 2 dan 3 dengan menggunakan air es dan ulangi lagi dengan air panas. Ukurlah temperatur air dan balon tersebut secermat mungkin. Seberapa dekat hasil-hasilmu cocok dengan hasil-hasil yang diramalkan oleh hukum Charles? Mengapa seharusnya hasil-hasilmu dengan air panas lebih baik daripada dengan air dingin? Perubahan apa yang dapat kamu lakukan dalam prosedur eksperimen
untuk mendapatkan hasil-hasil yang lebih cermat?
__________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________
Format Penilaian: Asesmen-diri Merencanakan Eksperimen
Rincian Tugas Asesmen Merencanakan
Rancangan eksperimen menguji mengukur volume udara yang terdapat di dalam tiap-tiap balon.
Alasan mengapa tidak memegang balon tersebut di bawah air dengan tangan
Aladan Bagaimana mempertahankan balon tersebut tetap berada dalam kedudukannya di bawah air hasil-hasil dengan air panas lebih baik daripada dengan air dingin? 7.
8. Perubahan apa yang dapat kamu lakukan dalam prosedur eksperimen untuk mendapatkan hasil-hasil yang lebih cermat?
PENUTUP
Diperlukan Paradigma baru dalam pendidikan agar mampu menciptakan generasi emas yang mempunyai kemampuan belajar, beradaptasi dan berinovasi, dimana sekarang masih tersembunyi. Kurikulum 2013 untuk pendidikana dasar, dan kurikulum berdasarkan deskripsi kerangka kualifikasi nasional indonesia (KKNI) (Peraturan Pemerintah No.8 tahun 2012) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) (Permendikbud NO.49 Tahun 2014) untuk perguruan tinggi.
Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/ mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan
Penguatan pendekatan saintifik diterapkan melalui pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Pembelajaran autentik dengan penilaian autentik adalah suatu cara untuk memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran yang kolaboratif, kooperatif, kompetitif dan karakter. Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Penilaian otentik memerlukan tugas (task) untuk menampilkan kinerja peserta didik, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik (rubrics) yang akan digunakan untuk menilai penampilan kinerja berdasarkan tugas tersebut
DAFTAR PUSTAKA
---Assessment in The Science Classroom. New York: Glencoe/McGraw-Hill.
ISBN 0-07-825453-1
____________Peraturan Pemerintah No.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
___________Permendikbud NO.49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT)
Anonymous (2005). Performance Assessment for Science Teachers: Performance Test and Task. Available:
http://www.usoe.k12.ut.us/curr/science/perform/past5.htm
O’Malley, J.M., Pierce, L.V. 1996. Authentic Assessment for English Language Learners Practical Approaches for Teachers. Printed in the United States of America: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.
Nur. Muhanad (2005) Makalah presentasi di Universitas Negeri Padang, UNESA
rangka pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diselenggarakn
oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Unesa pada tanggal 5
Agustus 2003
Marzano, R.J., et al. (1994). Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Five dimensions of Learning Model. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.
Mueller, J. (2006). Authentic Assessment. North Central College. Tersedia: http://jonatan.muller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisist.htm
Popham, W. J. (2005). Classroom Assessment: What Teachers Need to Know. Fourth edition. Boston: Allyn and Bacon.
Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.
Wiggins, G. (2005). Grant Wiggins on Assessment. Edutopia. The George Lucas Educational Foundation (online). Available: http://www.glef.org.
Zainul, A. (2001). Alternative Assessment. Applied Approach Mengajar di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional. Ditjen Dikti Depdiknas.