BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tumbuhan berkhasiat obat berdasarkan kepada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan nenek moyang kita sejak berabad – abad yang lalu (Enda, 2009).
Kasus diare banyak terdapat di negara – negara berkembang dengan standar hidup yang rendah. Diare menyebabkan tubuh kekeringan (dehidrasi) kekurangan kalium (hipokaliemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam) . yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian. Bahaya ini sangat besar khususnya bagi bayi dan anak – anak. Kelompok obat yang seringkali digunakan pada diare adalah kemoterapeutika untuk terapi kasual, yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotika, sulfonamida dan senyawa kinolon. Obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare. Dan spasmolitika yakni zat – zat yang dapat melepaskan kejang – kejang otot yang sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare (Tan dan Rahardja, 2002).
empiris. Penelitian di bidang farmakologi perlu dilakukan dalam upaya mencari tanaman yang berkhasiat sebagai antidiare dan beberapa ekstrak tanaman yang dikenal sebagai tanaman obat (Dalimarta, 2003).
Pemanfaatan tanaman sebagai obat sudah lama dilakukan oleh manusia. Tumbuhan mempunyai manfaat untuk obat berbagai penyakit. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut hampir di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu tumbuhan tersebut adalah bayam merah (Althernanthera strigosa Hask) (Aryani, 2013).
Bayam merah merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Althernanthera strigosa Hask. Tanaman bayam merah semula dikenal dengan tanaman hias. Dalam perkembangan selanjutnya, tanaman bayam merah dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk negara – negara berkembang. Diduga tanaman bayam merah masuk ke Indonesia pada abad 19 ketika lalu lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Indonesia. Bayam merah merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua lapisan masyarakat.
Daun bayam merah juga terdapat protein, mineral, zat besi, dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Bayam merah mengandung karotenoid dan flavonoid yang merupakan zat aktif dengan khasiat antioksidan. Jenis karotenoid utama dalam bayam merah adalah beta karoten, sedangkan zat aktif lainnya adalah klorofil. Jenis flavonoid yang terkandung di dalam bayam merah adalah lutein dan kuersetin. (Suswita, dkk., 2016).
oleh bakteri penyebab diare seperti Staphylococcus aureus, Esherichia coli, Salmonella enteridis, Bacilus careus, dan Vibrio cholera. Tanin mempunyai sifat
sebagai pengelat berefek spasmolitik yang mengerutkan usus sehingga gerak peristaltik usus berkurang (Fratiwi, 2015).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah
a. Apakah ekstrak etanol daun bayam merah mempunyai efek antidiare ? b. Berapakah dosis ekstrak etanol daun bayam merah yang mempunyai efek
antidiare ?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis pada penelitian ini adalah
a. .Ekstrak etanol daun bayam merah mempunyai efek antidiare.
b. Dosis ekstrak etanol daun bayam merah yang mempunyai efek antidiare 50 mg kg/bb
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
1.5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah
a. Dapat memberikan informasi tentang karakteristik simplisia bayam merah. b. Membantu program pemerintah dalam pengembangan obat herbal dengan
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Variabel bebas Vaiabel terikat Parameter
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
1. Makroskopik 3. Suspensi Ekstrak