• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Terhadap Wajib Pajak Sarang Burung Walet Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011 Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Terhadap Wajib Pajak Sarang Burung Walet Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011 Chapter III V"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

IMPLEMENTASI, PEMUNGUTAN, PENGAWASAN DAN PENEGAKAN

D. Implementasi Pemungutan Wajib Pajak Sarang Burung Walet HUKUM WAJIB PAJAK SARANG BURUNG WALET

Satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) kota Medan yang bertugas memungut dan mengumpulkan pajak Sarang burung walet adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Medan. Pembentukan DPPKA Kota Medan baru berlangsung sekitar 3 tahun. Tepatnya, pada bulan Juni 2013, pembentukan DPPKA ini didasari oleh peraturan daerah nomor 09 Tahun 2013. Berdasarkan pasal 30 ayat (1) Peraturan Daerah dimaksud, DPPKA mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset. Sebelum DPPKA terbentuk, pungutan pajak sarang burung walet ini dikelola oleh Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Medan.32

1. Mekanisme pemungutan pajak dan pembayarannya terlihat bahwa Setiap wajib pajak sarang burung walet diwajibkan mengisi SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah);

Mekanisme pemungutan pajak sarang burung walet itu oleh DPPKA dapat terlihat di bawah ini:

2. Selanjutnya SPTDP yang telah ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya disampaikan kepala Kepala Daerah paling lambat 15 hari setelah berakhirnya

32

(2)

masa pajak; Berdasarkan SPTPD tersebut, Kepala Daerah menetapkan pajak sarang burung walet terutang dengan menerbitkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah);

3. Pembayaran pajak sarang burung walet dilakukan di Kas Daerah sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD dan SKPD; Pembayaran pajak tersebut dilakukan dengan surat setoran pajak daerah.

Pajak pengambilan sarang burung walet merupakan jenis pajak baru, yang apabila dikelola dengan maksimal dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah itu sendiri. Di Kota Medan sendiri pajak pengambilan sarang burung walet diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011, semua hal yang mengenai pemungutan dan perhitungan pajak sarang burung walet terdapat di dalamnya.

Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Menghitung Pajak Pasal 5

(1) Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai Jual Sarang Burung Walet.

(2) Nilai jual sarang burung walet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan perkalian antara harga pasaran umum Sarang Burung Walet yang berlaku di daerah dengan volume Sarang Burung Walet.

Pasal 6

(3)

Besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

E. Pengawasan Terhadap Pemungutan Wajib Pajak Sarang Burung Walet

Pengawasan adalah segala tindakan atau aktivitas untuk menjamin agar pelaksanaan suatu aktifitas tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan.33 Menurut Adrian Sutedi, pengawasan adalah suatu kegiatan untuk menjamin atau menjaga agar rencana dapat diwujudkan dengan efektif. Masing-masing organisasi mempunyai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk menjaga agar organisasi itu dapat mencapai tujuannya, mutlak diperlukan pengawasan.34 Pengawasan bekerja dengan memakai semua undang-undang, prosedur dan tata cara yang telah ditetapkan sebagai tolok ukur atau pebanding untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan pokok organisasi itu telah berjalan dengan baik.35

Pengawasan sebuah Perda tentu saja merupakan kewenangan dari Satuan Polisi Pamong Praja. Termasuk dalam pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet. Namun sejauh ini untuk pengawasan terhadap kegiatan pengusahaan dan pengelolaan sarang burung walet pemerintah belum sampai melibatkan Satpol PP secara langsung dilapangan, tetapi masih sekedar penertiban peraturan jika diperlukan. Untuk pengawasan bangunan sarang burung walet, pemerintah telah mengatur dalam rencana tata ruang wilayah

33

Ani Sri Rahayu, Pengantar Kebijakan Fiskal, Jakarta, Bumi Aksara, 2010, hlm 331 34

(4)

Kabupaten dan tata ruang Kecamatan dimana tidak diperkenankan membangun pada kawasan pelabuhan, perkantoran, permukiman penduduk, kawasan indusrti, pasar dan kawasan pariwisata. 36

F. Penegakan Hukum terhadap Wajib Pajak Sarang Burung Walet

Jika terjadi pelanggaran terhadap kawasan yang dilarang maka pemerintah akan mengalih fungsikan bangunan tersebut sesuai dengan letak dimana bangunan tersebut dibangun. Namun pada kenyataannya masih ada bangunan sarang burung walet yang berada didaerah terlarang tersebut, seperti salah satunya diarea permukiman penduduk.

Penegakan hukum merupakan serangkaian aktivitas, upaya, dan tindakan melalui organisasi berbagai instrumen untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh penyusun hukum atau undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan hukum.37 Di dalam pengertian penegakan hukum tersebut juga termasuk penyuluhan, sosialisasi, dan pendidikan serta bimbingan agar para pembayar pajak dapat mengikuti dan mematuhi undang-undang perpajakan sesuai dengan yang dicitacitakan oleh undang-undang atau peraturan di bidang perpajakan.38

Penegakan hukum juga dapat diartikan sebagai proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari sudut subjeknya penegakan hukum ini dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai

36

Fairus Firda Rizki, Op.cit, hlm 7 37

(5)

upaya penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Sedangkan apabila ditinjau dari sudut objeknya, penegakan hukum dapat diartikan secara luas ataupun sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pada nilai-nilai keadilan yang terkandung didalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Namun alam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja.

Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administratif

Pasal 24

(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Walikota dapat membetulkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam Peraturan Perpajakan Daerah.

(2) Walikota dapat: a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; b. mengurangkan atau membatalkan, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN, atau SKPDLB yang tidak benar ; c. mengurangkan atau membatalkan STPD; d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan

(6)
(7)

BAB IV

HAMBATAN DAN BAGAIMANA MENGATASINYA DALAM IMPLEMENTASI

NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN

SARANG BURUNG WALET

C. Hambatan dan Bagaimana Mengatasinya dalam Implementasi

Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba. Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John Anderson, orang Eropa yang pertama mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke 26 Medan. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra, dan seorang Tionghoa.

Perda

Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pajak Sarang Burung Walet

(8)

maupun nasional. Bahkan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dan tolok ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. 39

(9)

Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, Kota Medan dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan 151 kelurahan dan 2.001 lingkungan.40

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor - impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat kota Medan saat ini.41

Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing retunrn to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, bahwa

40

(10)

semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi relatif tetap.

Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat (produksi dan pengangguran faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2010-2012 menunjukkan, pada tahun 2012 sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,03 persen, sektor sekunder sebesar 26,91 persen dan sektor primer sebesar 3,06 persen.42

42

(11)
(12)

Secara geografis kota medan terletak di antara 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98 35' - 98 44' Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5- 37,5 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah sekitar 265, 10 km2 .Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan kelembaban udara di wilayah ini rata-rata 82-84% dan kecapatan angin rata-rata sebesar 1,38 m/sec.

Secara keseluruhan Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang:

a. Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka b. Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

c. Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang d. Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan surat keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, dan secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Kecamatan-keacamatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan Medan Tuntungan 2. Kecamatan Medan Johor 3. Kecamatan Medan Amplas 4. Kecamatan Medan Denai

(13)

5. Kecamatan Medan Area 6. Kecamatan Medan Kota 7. Kecamatan Medan Maimun 8. Kecamatan Medan Polonia 9. Kecamatan Medan Baru 10.Kecamatan Medan Selayang 11.Kecamatan Medan Sunggal

16.Kecamatan Medan Perjuangan 17.Kecamatan Medan Tembung 18.Kecamatan Medan Deli 19.Kecamatan Medan Labuhan 20.Kecamatan Medan Marelan 21.Kecamatan Medan Belawan.

Secara geografi Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat daerah-daerah sekitarnya.

Kependudukan

(14)

masyarakat di kota Medan. Luas kota Medan yang mencapai 265,10 km² dan terdiri dari 21 daerah kecamatan yang terpecah lagi pada 155 daerah kelurahan. Kepadatan penduduk kota Medan mencapai 2.712.236 jiwa, dengan tingkat kepadatan 7.681 jiwa/km².

Potensi dan Perkembangan Kota Medan

Letak Kota Medan sangat strategis karena keberadaannya dekat dengan Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang merupakan pintu gerbang atau pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Kota Medan ini mewadahi berbagai fungsi, yaitu sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi kepariwisataan, serta berbagai pusat perdagangan regional dan internasional.

(15)

pembangunan kota lebih menitik beratkan pada kedua sektor tersebut, apalagi dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang ada.

a. Kawasan Industri

Sebagai kota industri, perdagangan dan jasa terkemuka di Indonesia, Kota Medan telah menyiapkan berbagai fasilitas penunjang bagi kegiatan industri, termasuk menyediakan sebuah kawasan yang modern dan terkelola secara professional.

(16)

b. Perdagangan dan Jasa

Kota Medan memiliki berbagai sarana penunjang kegiatan perdagangan dan jasa seperti pusat perkantoran, pusat perbelanjaan, plaza, mal, pusat hiburan (entertainment) dan rekreasi, pusat jajanan malam serta taman budaya. Dalam dua tahun terakhir, Kota Medan diramaikan pula dengan kehadiran sejumlah pusat perbelanjaan/plaza bertaraf internasional seperti Sun Plaza, Medan Fair Plaza, Grand Palladium, Centre Point dan lain sebagainya. Berdasarkan data tahun 2015, jumlah pusat perdagangan seperti : Mall/plaza/hypermarket berjumlah 20, Supermarket berjumlah 18, Pasar swalayan berjumlah 40, Pusat pasar/pasar inpres berjumlah 14, Pasar kecil/tradisional berjumlah 24, dan Pasar lingkungan/malam hari berjumlah 31.

Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Peneriman pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaan / Pendapatan Daerah. Mengingat pada saat itu potensi Pajak maupun Retribusi Daerah di Kota Medan belum begitu banyak, maka dalam Sub–Bagian Penerimaan tidak terdapat Seksi atau Urusan.

(17)

Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7, tahun 1978, tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi dan Kabupaten / Kotamadya di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapakan Peraturan Daerah Kota Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Mendagri dimaksud. Struktur Organisai Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (empat) Seksi dengan masing - masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.

(18)

tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kotamadya Daerah TK. II Medan.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor : 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten / Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja Dinas. Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 4 Tahun 2001, sehingga Peraturan Daerah Kotamadya Daerah TK. II Medan Nomor : 16 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK Walikota Medan Nomor : 25 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang Pungutan Pajak, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerlah lainnya Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, yang terdiri dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha dengan 4 (empat) Sub Bagian dan 5 (lima) Sub Dinas dengan masing- masing 4 (empat) Seksi serta Kelompok Jabatan Fungsional.

(19)

Bagan/Skema, Struktur Organisasi Dinas Pendapataan Daerah Kota Medan

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terdiri dari : a. Dinas;

b. Sekretariat, membawahkan : 1. Sub Bagian Umum; 2. Sub Bagian Keuangan;

3. Sub Bagian Penyusunan Program;

c. Bidang Pendataan dan Penetapan, membawahkan: 1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran;

2. Seksi Pemeriksaan; 3. Seksi Penetapan;

(20)

d. Bidang Penagihan, membawahkan: 1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi; 2. Seksi Penagihan dan Perhitungan; 3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi; e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan:

1. Seksi Bagi Hasil Pajak; 2.Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak; 3.Seksi Penatausahaan Bagi Hasil;

4.Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan. f. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, membawahkan: 1. Seksi Pengembangan Pajak;

2. Seksi Pengembangan Retribusi;

3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain – Lain. g. Unit Pelaksana Teknis (UPT).

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2010 tentang tugas pokok fungsi Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan, dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :

a. Dinas

(21)

Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dinas mempunyai fungsi:

a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pandapatan;

b) Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang pendapatan;

c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan; dan

d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

b. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program.

Sekretariat mempunyai fungsi:

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan; b) Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;

(22)

d) Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan;

e) Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas – tugas Dinas; f) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian; g) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan; h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya. 1. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum. Sub Bagian Umum mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum; b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum; c. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata

naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan d. penyelenggaraan kerumahtanggaan Dinas;

e. Pengelolaan administrasi kepegawaian;

f. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian;

(23)

h. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretariat sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan. Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi:

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan; b) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi

keuangan;

c) Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan verfikasi.

d) Penyiapan bahan/pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan;

e) Penyusunan laporan keuangan Dinas;

f) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;

(24)

h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan kelaporan.

Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai fungsi:

a. Penyusunan renacana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program;

b. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program dinas;

c. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas; d. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Bidang Pendataan dan Penetapan

(25)

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas pendataan. Pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi.

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan Penetapan;

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi; c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib

pajak, wajib retribusi dan pendapatan daerah lainnya;

d. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi terkait;

e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

f. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi;

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan;

(26)

1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

Seksi Pendataan dan Pendaftaran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.

Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.

Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pendataan dan Pendaftaran;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan pendaftaran;

c. Pelaksanaan pendataan objek pajak daerah / retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui informasi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD);

d. Pelaksanaan pendaftaran wajib pajak/retribusi daerah melalui formulir pendaftaran;

(27)

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan. Seksi Pemeriksaan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemeriksaan; b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan; c. Penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa / tim

pemeriksa.

d. Penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksaan tugas;

(28)

3. Seksi Penetapan

Seksi Penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.

Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah / pokok retribusi daerah.

Seksi Penetapan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penetapan; b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan;

c. Penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah /pokok retribusi daerah;

d. Penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyimpanan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan;

e. Pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran / penyetoran atas permohonan wajib pajak

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

(29)

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendapatan dan Penetapan.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup data dan informasi. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Data dan Informasi; b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan informasi; c. Pengumpula dan pengolahan data objek pajak daerah / retribusi

daerah;

d. Penuangan hasil pengolahan data dan informasi ke dalam kartu data; e. Pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan;

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

d. Bidang Penagihan

(30)

Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.

Bidang Penagihan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan; b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi,

penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi;

c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

d. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya; e. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan

atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya; f. Pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan

wajib pajak atas permohonan wajib pajak;

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang penagihan;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi

(31)

Seksi Pembukuan dan Verfikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan verifikasi.

Seksi pembukuan dan Verifikasi mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pembukuan dan Verifikasi;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembukuan dan verifikasi;

c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah retribusi dan pendapatan daerah lainnya; d. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan

pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga;

e. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

f. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisisasi penerimaan, pengeluaran, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara berkala;

(32)

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Seksi Penagihan dan Perhitungan

Seksi Penagihan dan Perhitungan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.

Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup penagihan dan perhitungan.

Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penagihan dan Perhitungan;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penagihan dan perhitungan;

c. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pandapatan daerlah lainnya; d. Penyiapan bahan dan data penerbitan dan pendistribusian dan

penyimpanan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

(33)

3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Seksi Pertimbangan dan Restitusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Bidang Penagihan.

Seksi pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Pertimbangan dan Restitusi;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pertimbangan dan restitusi;

c. Penerimaan permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak;

d. Penelitian kelebihan pembayaran pajak daerah / retribusi daerah yang dapat diberikan restitusi dan atau pemindahbukuan;

e. Penyiapan surat keputusan kepala dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindahbukuan;

f. Penerimaan surat keberatan dari wajib pajak / retribusi; g. Penelitian keberatan wajib pajak / wajib retribusi;

(34)

i. Penyiapan bahan dan data penerbitan surat keputusan kepala dinas tentang persutujuan atau penolakan atas keberatan;

j. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

k. Pelaksanaan tugas lain yangf diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawan kepada Kepala Dinas.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan mengkaji pendapatan.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan;

c. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

(35)

e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak / bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak / bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

f. Pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang dana perimbangan, dan lain- lain pendapatan yang syah;

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil pendapatan;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

1. Seksi Bagi Hasil Pajak

Seksi Bagi Hasil Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak. Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Pajak; b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak;

(36)

d. Pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan;

e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya, membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan Bangunan kepada wajib pajak, penerimaan kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kembali kepada Kantor Pelayanan PBB;

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil bukan pajak; c. Pelaksanaan perhitungan dan penerimaan dana bagi hasil pajak

(37)

d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil.

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penatausahaan Bagi Hasil;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penatausahaan bagi hasil; c. Pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak

Bumi dan Bangunan;

d. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

(38)

4. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan dipimpin Oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Peraturan Perundang-Undangan;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup peraturan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan;

c. Penyiapan bahan data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian atas penerimaan pendapatan dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah;

d. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang- undangan di bidang dana permbangan;

(39)

1. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi, dan pendapatan lain-lain.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain;

c. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya;

d. Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah;

e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Seksi Pengembangan Pajak

(40)

Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.

Seksi Pengembangan Pajak mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pajak;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak;

c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pajak daerah;

d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pajak daerah;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Seksi Pengembangan Retribusi

Seksi Pengembangan Retribusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.

(41)

Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Retribusi;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan retribusi;

c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang retribusi daerah;

d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi retribusi daerah;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsi nya.

4. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pendapatan lain-lain.

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai fungsi:

(42)

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pendapatan lain-lain;

c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pendapatan lain-lain;

d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan lain-lain;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

g. Unit Pelaksana Teknis Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

h. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh Tenaga Fungsional Senior yang ditunjuk.

(43)

4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Tata Kerja

1. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan unit organisasi dan kelompok tenaga fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi di lingkungan pemerintah daerah serta dengan instansi lain di luar pemerintah daerah sesuai dengan tugas masing-masing;

2. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing- masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

3. Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya;

4. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyiapkan laporan berkala tepat pada waktunya;

(44)

6. Dalam penyampaian laporan masing-masing kepada atasan, tembusan laporan wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja;

7. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan satuan organisasi dibawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing, wajib mengadakan rapat berkala.

Gambaran Umum Pegawai/Karyawan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Rekapitulasi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2011

No Bagian/ Bidang/ Bendahara/ UPT/ Security Jumlah

1 Kepala Dinas 1 orang

2 Sekretariat 62 orang

3 Bendahara Penerima / Pengeluaran 18 orang 4 Penyimpanan Barang Berharga 7 orang 5 Penyimpanan Barang & Pengurusan Barang 7 orang 6 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 14 orang

7 Bidang Penagihan 38 orang

8 Bidang Pendataan & Penetapan (DATAP) 69 orang 9 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 68 orang

10 Unit Pelaksana Teknis 15 orang

11 Pegawai Outsourcing 230 orang

12 Security 15 orang

13 Pegawai Honor 56 orang

(45)

Pegawai Negeri Sipil : 264 Orang TNI Yang Dikaryakan : 1 Orang Pegawai

Outsourcing : 230 Orang

Pegawai Honor : 56 Orang

Jumlah : 551 Orang

Tabel 4.2

Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

Golongan Jumlah

a. Golongan IV/c 0 orang

b. Golongan IV/b 0 orang

c. Golongan IV/a 3 orang

d. Golongan III/d 38 orang e. Golongan III/c 38 orang f. Golongan III/b 64 orang g. Golongan III/a 59 orang

h. Golongan II/d 9 orang

i. Golongan II/c 16 orang

j. Golongan II/b 3 orang

k. Golongan II/a 34 orang

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Walaupun Pemerintah Kota Medan telah mengeluarkan peraturan-peraturan mengenai penegakan hukum pajak burung walet yang telah direncanakan dengan terarah, namun pelaksanaan di lapangan masih banyak kendala yang ditemui.

(46)

peraturan dan undang-undang perpajakan. Pemerintah selaku fiskus pajak merencanakan dan menggodok undangundang perpajakan atas dasar dan prinsip perpajakan yang seadil-adilnya, yang memliki nilai dan manfaat bagi masyarakat maupun bagi negara itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya selaku perancang dan pembuat undang-undang perpajakan, pemerintah harus membuat peraturan itu sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti. Jika produk peraturan yang dibuat sulit dimengerti oleh masyarakat, otomatis akan timbul suatu bentuk perlawanan pajak, yang cara, bentuk dan dalihnya bisa bermacam-macam.

Secara umum masalah dan kendala dalam rangka pemungutan pajak daerah antara lain :

1. Kurang tersedianya aparat pemungut yang terlatih

2. Belum optimalnya pemungutan yang sesuai dengan potensi sebagaimana telah direncanakan

3. Kurangnya sosialisasi peraturan daerah yang mengatur tentang pajak dan retribusi kepada wajib pajak / retribusi

4. Koordinasi yang belum optimal diantara masing-masing SKPD dan antara SKPD dengan pihak eksternal Pemerintah Kota Medan.

5. Kurangnya pengawasan oleh penegak hukum

(47)

D. Upaya Mengatasi Kendala Dalam Implementasi Terhadap Wajib Pajak

Sarang Burung Walet Di Kota Medan

Upaya mengatasi kendala dalam implementasi

1. Meningkatkan kesadaran wajib pajak dengan memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat melalui berbagai media antara lain spanduk, dan papan himbauan serta koran lokal.

terhadap wajib pajak sarang burung walet di Kota Medan, yaitu:

2. Mengupayakan peningkatan kompetensi SDM aparatur.

3. Melakukan pendataan baik pajak daerah serta membantu pendataan Sarang Burung Walet

4. Memelihara database pajak daerah..

5. Melakukan monitoring dan pengawasan serta penagihan kepada wajib pajak baik pajak daerah maupun retribusi daerah serta pajak sarang burung walet. 6. memantapkan koordinasi dan konsultasi baik sesama unit kerja perangkat

daerah maupun dengan pemerintah provinsi. 7. Mengupayakan pemenuhan sarana mobilitas.

8. Penegakan hukum bagi wajib pajak sarang burung walet

(48)

hukum kepada rakyat atas pertimbangan moralitas. Adalah suatu sikap yang tidak bermoral apabila rakyat dituntut untuk patuh kepada hukum yang isinya tak diketahui olehnya. Dengan demikian apa yang telah dilakukan, tidak semata-mata hanya dalam rangka untuk memenuhi target yang telah ditetapkan pemerintah daerah dalam menggali pendapatan daerah namun tentunya harus dibarangi dengan timbal balik pemerintah daerah dalam rangka memberikan pelayanan dan kepuasan serta kenyamanan kepada masyarakat pengguna jasa.43

43

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

C.

Berdasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat diturunkan sebagai kesimpulan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

Kesimpulan

1. Pengaturan hukum terhadap wajib pajak sarang burung walet kota Medan dibuat sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan yang diatur pada Pasal 7 UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan, yaitu :

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, terutama pasal yang membagi jenis pajak dari sudut pemungutannya terdiri atas pajak pusat dan pajak daerah

a) Pajak pusat, yakni pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah pusat, yaitu terdiri dari

1) Pajak penghasilan (PPH) 2) Pajak pertambahan nilai (PPN)

3) Pajak penjualan atas barang mewah (PPnPM)

4) Pajak bumi dan bangunan (khususnya sektor perkebunan, perhutanan dan pertambangan

5) Bea Materai

(50)

1. Pajak daerah tingkat pemerintah provinsi terdiri atas : 1) Pajak kendaraan bermotor

2) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 3) Bea balik nama kendaraan bermotor 4) Pajak air permukaan

5) Pajak rokok

2. Pajak daerah tingkat kabupaten/kota terdiri atas :

1) Pajak hotel, 2) Pajak restoran, 3) Pajak hiburan, 4) Pajak penerangan jalan, 5) Pajak reklame, 6) Pajak mineral bukan logam dan batuan, 7) Pajak parker 8), Pajak air tanah, 9) Pajak sarang burung walet, 10) Pajak bumi dan bangunan dan 11) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

b. Peraturan daerah kota Medan Nomor 12 Tahun 2011 tentang pajak sarang burung wallet

2.

1)

Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kota Medan yang bertugas memungut dan mengumpulkan pajak sarang burung walet adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA). Dan adapun mekanisme pemungutan pajak sarang burung walet oleh DPPKA adalah sebagai berikut;

2)

Setiap wajib pajak sarang burung walet diwajibkan mengisi SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah).

(51)

berakhirnya masa pajak. Berdasarkan SPTPD tersebut kepala daerah menetapkan pajak sarang burung walet terutang dengan menerbitkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah).

3) Pembayaran Pajak Sarang Burung Walet dilakukan di kas daerah sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD dan SKPD; pembayaran tersebut dilakukan dengan setoran pajak daerah.

3.

Untuk pengawasan dan penegakan hukum terhadap Wajib Pajak Sarang Burung Walet dilakukan oleh Dinas Tata Ruang Wilayah Kab/Kota dan Tata Ruang Kecamatan, dimana tidak diperkenankan membangun pada kawasan pelabuhan, perkantoran, pemukiman penduduk, kawasan industri, pasar dan kawasan pariwisata. Kemudian penegakan hukum dilakukan terhadap wajib pajak sarang burung walet apabila karena kealpaannya atau dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehinggga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara 1 – 2 tahun atau denda paling banyak 2 sampai 4 kali jumlah pajak yang terutang.

(52)

1) Kurang tersedianya aparat pemungut yang terlatih dan sosialisasi peraturan daerah tentang pajak.

2) Belum optimalnya pemungutan dan kurang koordinasi masing-masing SKPD dengan pihak eksternal pemerintah Kota Medan.

3) Kurangnya pengawasan oleh penegak hukum dan kurang kesadaran wajib pajak pentingnya pajak bagi bangsa dan negara.

Oleh sebab itu adapun upaya mengatasi hambatan atau kendala tersebut antara lain;

1) Peningkatan SDM baik aparatur pemerintah maupun wajib pajak itu sendiri.

2) Menyebarkan informasi dan sosialisasi tentang pajak dan sarang burung walet.

3) Memanfaatkan koordinasi dan konsultasi sesama unit kerja perangkat daerah sehingga dengan demikian akan dapat melakukan pengawasan dan penegakan hukum bagi wajib pajak sarang burung walet.

D.

Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah diturunkan seperti diatas,maka adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

Saran

(53)

a. Setiap pengusaha sarang burung walet di kota Medan agar lebih

meningkatkan kesadarannya untuk melakukan kewajibannya membayar pajak sarang burung walet tersebut.

b. Setiap petugas/pegawai pemerintah kota Medan sebagai petugas pengutipan atau pengumpul wajib pajak burung walet agar lebih giat lagi melaksanakan tugas dan fungsinya tersebut.

Saran ini dilakukan mengingat otonomi daerah apalagi setelah dikeluarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, maka pajak sarang burung walet tentu akan meningkatkan PAD kota Medan secara desentralisasi yang secara tidak lamgsung akan meningkatkan PAD dan kesejahteraan masyarakat kota Medan secara keseluruhan termasuk didalamnya kesejahteraan pengusaha wajib sarang burung walet maupun pegawai pemerintah yang ditunjuk sebagai petugas/ pengutip pajak itu sendiri.

(54)

atau dikantornya saja tetapi harus mendatangi tempat tinggal wajib pajak tersebut.

3. Disarankan kepada Pemerintahan Tingkat II Kota Medan supaya ;

1) Berkorban biaya pada awal untuk mendapatkan keuntungan yang banyak dikemudian hari yaitu diperuntukan pembiayaan;

a. Peningkatan SDM pemungutan atau pengumpulan pajak sarang burung walet melalui kursus-kursus, seminar dan pelatihan demi mendapatkan SDM yang professional.

b. Menyebar luaskan informasi dan sosialisasi pajak sarang burung walet terhadap masyarakat luas.

Gambar

Tabel 4.1 Rekapitulasi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2011
Tabel 4.2

Referensi

Dokumen terkait

pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi.. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Manfaat dan hasil yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah: Perda Kota Medan Nomor: 12 Tahun 2011 tentang Pajak Burung Walet.

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pungutan pajak sarang burung walet oleh petugas pajak Badan Pendapatan Daerah Kota Samarinda dapat ditarik kesimpulan bahwa yang

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kontribusi Pajak Sarang Burung Walet terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Utara dan untuk mengetahui apa

Dalam penelitian ini, analisis efektivitas merupakan suatu analisa atau perbandingan realisasi penerimaan pajak sarang burung walet dengan target pajak sarang burung walet

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan penerapan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pajak Sarang Burung Walet di Kota Parepare sepertinya proses dan

Dalam Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sarang burung walet atau Restitusi Pajak dimana pengembalian penerimaan pajak dari dinas pendapatan daerah Kota

Dengan kata lain, potensi pajak sarang burung walet ini tidak serta merta dapat langsung dijadikan sebagai target penerimaan pajak sarang burung walet oleh DPPKA karena kendala