• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET "

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PEMUNGUTAN PAJAK SARANG BURUNG WALET DI KOTA PAREPARE BERDASARKAN PERATURAN DAERAH

NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

OLEH

ERNITA RAHMADHANI B121 14 307

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(2)

i

HALAMAN JUDUL

PEMUNGUTAN PAJAK SARANG BURUNG WALET DI KOTA PAREPARE BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR

1 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

OLEH

ERNITA RAHMADHANI B121 14 307

SKRIPSI

Sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana pada Program Studi Hukum Administrasi Negara

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi ABSTRAK

ERNITA RAHMADHANI (B121 14 307). Skripsi yang berjudul

““Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet di Kota Parepare Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet”. Penulisan skripsi ini dibawah bimbingan Bapak Muhammad Djafar Saidi selaku Pembimbing I dan Bapak Ruslan Hambali selaku Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemungutan pajak sarang burung walet dan pelaksanaan pemungutan pajak sarang burung walet di Kota Parepare berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet.

Penelitian ini mengambil data pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare dan pengusaha sarang burung walet di sekitar Kota Parepare.

Penulis mengumpulkan data dengan penelitian kepustakaan, penelitian lapangan, dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemungutan pajak sarang burung walet di Kota Parepare sudah sesuai berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet. Namun, pelaksanaan pemungutan pajak di kota Parepare belum berjalan dengan baik karena kurangnya kesadaran wajib pajak dalam mendaftarkan, melaporkan, menghitung, dan membayar pajaknya mengingat pemungutan pajak menggunakan sistem self assessment.

(8)

vii KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, karena atas Berkat, Rahmat dan Hidayah-Nya serta Ridho-Nya, sehingga penulis diberikan kesehatan dalam melakukan penelitian dan diberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet di Kota Parepare Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) program studi Hukum Administrasi Negara di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Penulisan ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya terutama kepada Ayahandaku Drs. H. Bunyamin Saad, S.Pdi.,M.Pd. dan Ibundaku Hj. Sitti Rahmah Mustamin, S.Pd.

atas segala pengorbanannya dan kasih sayangnya dalam membesarkan dan mendidik dan terima kasih atas segala doanya sehingga penulis dapat berhasil seperti sekarang ini. Terima kasih juga kepada ketiga saudaraku tersayang Nuryandi Bym, S.Pd., Suci Pratiwi Bym, dan Syahrani Bym yang selalu menyemangati dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucakan banyak terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Djafar Saidi, S.H., M.H. selaku pembimbing I dan Bapak Ruslan Hambali, S.H., M.H. selaku pembimbing II yang dengan sabar meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing, mengarahkan dan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Berkat dan Rahmat-Nya kepada beliau. tak lupa pula saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada tim penguji skripsi yakni, Bapak Prof. Dr. Muhammad Yunus,

(9)

viii S.H., M.Si., Bapak Dr. Zulkifli Aspan, S.H., M.H., Ibu Eka Merdekawati Djafar, S.H., M.H. yang telah memberikan saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi penulis.

Melalui kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A. selaku Rektor Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf dan jajarannya.

2. Ibu Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Bapak Dr.

Syamsuddin Muchtar, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, dan Bapak Prof. Dr.

Hamzah Halim., S.H., M.H. selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

4. Bapak Prof. Dr. Achmad Ruslan, S.H., M.H selaku Ketua Program Studi Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

5. Bapak/Ibu Dosen yang namanya tidak sempat disebutkan satu persatu oleh penulis,

6. Seluruh Pegawai/Staf Akademik Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin atas seluruh bantuan dan arahannya dalam membantu penulis memenuhi segala kebutuhan terutama kebutuhan menuju skripsi. Penulis mengucapkan banyak terima kasih.

7. Bapak H. Nasarong Selaku Ketua Badan Keuangan Daerah Kota Parepare beserta staf dan jajarannya yang telah membimbing membantu dan memudahkan penulis dalam penelitian sehingga skripsi ini selesai.

(10)

ix 8. Sahabat-sahabatku Elia Amelia S.H, Yolanda, Nursuci Febriani Halim, Dede Estiawan Noor, Sariwana, Akira, Nur Ulfah Sukma, Dien Fitri Awalia Rahman, Suarni S, Agnes Somi Hurint, Riska Sari, yang membantu dan selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman Seangkatan DIPLOMASI 2014 FH-UH, terima kasih telah berbagi ilmu dan pengalaman selama di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

10. Sahabat-sahabat KKN Reguler Kabupaten Maros Kecematan Lau Desa Bonto Marannu Angkatan 96. Keluarga Cemara:

Khaidir Sirajuddin, Is Arianto Pratama, Syahrul Gunawan, Rizka Rahmadani, dan Maya Dian Angraeni.

11. Masyarakat Kota Parepare, khususnya pengusaha sarang burung walet yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu saran dan kritik penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini kedepannya agar bisa diterima dan bermanfaat bagi kita semua.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala dukungan dan bantuan yang telah penulis terima. Mudah-mudahan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Makassar, Juni 2018 Penulis

Ernita Rahmadhani

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak ... 6

1. Definisi Pajak ... 6

2. Unsur Pajak ... 9

B. Pemungutan Pajak ... 9

1. Definisi Pemungutan Pajak ... 9

2. Teori Pemungutan Pajak ... 10

3. Syarat Pemungutan Pajak ... 11

4. Yuridiksi Pemungutan Pajak ... 12

5. Sistem Pemungutan Pajak ... 13

(12)

xi

6. Asas Pemungutan Pajak ... 14

C. Burung Walet ... 15

1. Jenis-jenis Burung Walet ... 16

2. Ciri-ciri dari Jenis-jenis Burung Walet ... 17

3. Sifat-sifat Walet ... 19

D. Pajak Sarang Burung Walet ... 20

1. Pengertian Pajak Sarang Burung Walet ... 21

2. Sumber Hukum Pajak Sarang Burung Walet ... 21

3. Dasar Hukum Pajak Sarang Burung Walet ... 21

4. Subjek Hukum Pajak Sarang Burung Walet ... 21

5. Objek Pajak Sarang Burung Walet... 22

E. Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Lokasi Penelitian ... 27

C. Jenis dan Sumber Data ... 27

D. Populasi dan Sampel ... 27

E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 28

F. Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 30

B. Proses Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet di Kota Parepare Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet ... 34

C. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet di Kota Parepare Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet ... 39

(13)

xii BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 51 B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

xiii DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 1 Daftar Nama Wajib Pajak Sarang Burung Walet 40 Tabel 2 Daftar Nama Wajib Pajak Yang Tidak Terdata 43 Tabel 3 Surat Ketetapan Pajak Daerah Wajib Pajak 45

Table 4 Komposisi Pajak Daerah Kota Parepare 47 Table 5 Komposisi Pendapatan Asli Daerah Kota Parepare 49

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumber pendapatan negara di Indonesia itu terdapat dibeberapa sektor satu diantaranya sektor pajak. Pajak telah merupakan isu utama, baik pada pemerintah maupun pihak wajib pajak Indonesia. Karena meningkatnya kebutuhan pembangunan untuk mencapai tujuan Negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 19451. Dimana tercantum dalam alinea ke IV (empat) yang berbunyi:2

“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untukmemajukan kesejahteraan umum”

Pajak sendiri terbagi menjadi 2 (dua) yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pembeda dari keduanya dapat dilihat dari instansi pajak atau pemerintah mana yang berwenang, apakah pemerintah pusat atau daerah. Pajak-pajak yang menjadi kewenangan pemerintah pusat disebut dengan pajak-pajak pusat sedangkan pajak-pajak yang menjadi kewenangan pemerintah daerah disebut pajak-pajak daerah.3

Dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan asli daerah terdiri dari hasil pajak daerah, hasil

1 Safri Nurmatu, 2005, Pengantar Perpajakan Edisi 3, Granit, Jakarta, hlm. 1.

2 __________, 2007, UUD 1945 Cet3, Visimedia, Jakarta Selatan, hlm. 1-2.

3 Bustamar Ayza, 2017, Hukum Pajak Indonesia Edisi Pertama, Kencana, Depok, hlm.65.

(16)

2 retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah4.

Pengelolaan pajak daerah dan retribusi daerah diatur dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta peraturan pelaksanaan lainnya termasuk Peraturan Daerah.

Dalam pajak daerah terdapat berbagai macam jenis pajak, satu diantaranya adalah pajak sarang burung walet. Pajak sarang burung walet merupakan salah satu pendapatan asli daerah yang dapat meningkatkan pendapatan daerah.

Pemerintah melakukan pemungutan terhadap wajib pajak. Pemungutan sesuai dengan fungsi pajak yaitu fungsi budgeteir (fungsi anggaran) dimana Negara mengandalkan sumber penerimaannya dari pungutan pajak dengan maksud utamanya untuk mengisi kas Negara. 5

Pajak sarang burung walet ada karena adanya usaha sarang burung walet. Keberadaan burung walet (Collocalia fushipaga) serta keistimewaan sarangnya (Bird Nest) sudah dikenal sejak ratusan tahun silam. Khasiat sarang burung walet bagi kesehatan tubuh, pada saat itu sarang burung

4 Ernan Rustandi, Sunsun Saefulhakim, dan Dyah R. Panunju, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, hlm. 163.

5 Chidir Ali, 1993, Hukum Pajak Elementer, PT Eresco, Bandung, hlm. 134.

(17)

3 walet menjadi komoditas ekspor yang eksklusif dan telah memiliki nilai ekonomi tinggi. 6

Harga sarang burung walet yang relatif tinggi pada saat itu, selain karena khasiatnya yang istimewa, juga karena sulit diperoleh.7

Sarang burung walet memiliki potensi yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dan akan membantu pelaksanaan pembangunan daerah karena hasil dari penjualan sarang burung walet yang cukup menjanjikan.

Usaha sarang burung walet ini sudah terdapat di berbagai macam kota atau daerah, satu diantaranya adalah Kota Parepare, melihat banyaknya pengusaha yang mengusahakan dan membudidayakan sarang burung walet, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet.

Setiap peraturan dibentuk untuk dipatuhi. Melihat Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet sepertinya proses dan pelaksanaan pemungutan pajak dari Peraturan Daerah tersebut belum sepenuhnya sesuai dan terlaksana dengan baik sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet, karena masih ada beberapa masyarakat atau pengusaha sarang burung walet yang tidak

6 Arief Budiman, 2002, Pedoman Membangun Gedung Walet, PT Agro Media Pustaka, Jakarta, hlm. 1

7 Ibid.,

(18)

4 mendaftarkan usahanya, tidak membayar pajaknya, tidak tahu menghitung pajak terutangnya, penagihannya kurang optimal dan lain sebagainnya.

Berdasarkan dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul penelitian/skripsi tentang “Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet di Kota Parepare Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pemungutan pajak sarang burung walet di kota Parepare berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet?

2. Apakah pelaksanaan pemungutan pajak sarang burung walet di kota Parepare sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pemungutan pajak sarang burung walet di kota Parepare berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet.

2. Untuk mengetahui ide pelaksanaan pemungutan pajak sarang burung walet di kota Parepare sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet.

(19)

5 D. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, diharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian dengan pokok permasalahan yang sama.

2. Manfaat secara praktis, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang tepat dan jelas mengenai pemungutan pajak sarang burung walet.

(20)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pajak

1. Definisi Pajak

Pajak dalam istilah asing disebut: tax (Inggris); import contribution, taxe, droit (Prancis); steuer, Abgabe, Gebuhr (Jerman); impuesto contribution, tribute, gravamen, tasa (Spanyol) dan belasting (Belanda).

Dalam Literatur Amerika selain istilah tax dikenal pula istilah tarif. Kata

“tax” berasal dari taxare Latin yang berarti untuk menilai. Sesuai Kamus Bahasa Indonesia, pajak diartikan sebagai pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, jual beli barang, dan sebagainya.8

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1963 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

8 Yoyok Rahayu Basuki, 2017, A-Z Perpajakan Mengenal Perpajakan, Magic Entertaiment, Jakarta, hlm.53.

(21)

7 secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.9

Pengertian Pajak dapat dikatakan sebagai balas jasa yang diberikan oleh masyarakat kepada pemerintah atas fasilitas-fasilitas yang dapat kita nikmati untuk hidup layak di dalam suatu Negara.10

Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah, dan pembangunan daerah.11

Adapun pengertian pajak menurut beberapa ahli sebagai berikut:

1) Prof. Dr. PJ. A. Adriani, Pajak ialah pungutan oleh pemerintah dengan paksaan yuridis, untuk mendapatkan alat-alat penutup bagi pengeluaran- pengeluaran umum (anggaran belanja) tanpa adanya jasa timbal khusus terhadapnya.12

2) Smith; Pajak – pajak adalah prestasi – prestasi kepada pemerintahan, yang terhutang melalui norma-norma umum yang ditetapkannya dan yang dapat dipaksakannya tanpa adanya kontra prestasi- kontra prestasi terhadapnya, yang dapat ditunjukkan dalam hal yang khusus

9 Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat, 2013,. Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya, Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendaral Pajak, Jakarta, hlm.1.

10 Rimsky K.Judisseno, 1997, Pajak dan Strategi Bisnis suatu Tinjauan tentang Kepastian Hukum dan Penerapan Akuntansi di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm.50.

11 Sugianto, 2007, Pajak dan Retribusi Daerah (Pengelolaan Pemerintah Daerah dalam Aspek Keuangan.Pajak dan Retribusi Daerah), Cikal Sakti, Jakarta, hlm.2.

12 Mohammad Zain, 2008, Manajemen Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta, hlm.10.

(22)

8 (individual); dimaksudkan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran Negara.13

3) Prof. S. I Djajadiningrat; Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada negra disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.14

4) Prof. Dr. H. Muhammad Djafar Saidi, S.H., M.H; Pajak adalah pelunasan perikatan dari wajib pajak tanpa tegenprestasi secara langsung dan besrifat mendasar, sehingga penagihannya dapat dilaksanakan oleh pejabat Negara. Yang di mana melahirkan unsur- unsur sebagai berikut :15

a. Pajak timbul karena perikatan berdasarkan undang-undang;

b. Pelunasan perikatan berasal dari wajib pajak;

c. Untuk membiayai pelaksanaan pemerintah Negara;

d. Dapat digunakan dibidang politik;

e. Tanpa ada tegenprestasi secara langsung;

f. Bersifat memaksa;

g. Penagihannya dilakukan oleh pejabat Negara

13Juli Ratnawati dan Retno Indah, 2015, Dasar-Dasar Perpajakan, Deepublish, Yogyakarta, hlm.1.

14 Amiruddin Idris, 2016, Ekonomi Publik, Deepublish, Yogyakarta, hlm. 67.

15 Menurut Muhammad Djafar Saidi dalam Mata Kuliah Hukum Pajak, tanggal 11 Maret 2016.

(23)

9 2. Unsur Pajak

Setiap Pajak mengandung tiga unsur, yaitu sebagai berikut:16

a. Subjek Pajak (wajib pajak) adalah orang atau badan hukum yang wajib membayar pajak kepada Negara.

b. Objek Pajak (dasar pajak), yaitu berupa kepemilikan kekayaan tertentu atau penghasilan, seperti rumah, mobil, tanah, perusahaan, gaji, transaksi jual beli, dan laba perusahaan.

c. Tarif Pajak, yaitu berupa ketentuan jumlah pajak yang harus dibayarkan berdasarkan objek pajak.

B. Pemungutan Pajak

1. Definisi Pemungutan Pajak

Ada dua istilah yaitu “pungutan“ dan “pemungutan“. Kedua istilah itu arti atau maknanya tidak sama. Arti ”pungutan” lebih menekankan pada maknanya pada “perbuatan“ {handeling}. Sebagai kata benda, maka arti pemungutan adalah usaha memungut. Sedangakan arti “pungutan”

tekanan maknanya pada hasil, bahwa pungutan adalah hasil yang dipungut.17

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Dearah dan Retribusi Daerah, pemungutan adalahsuatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi,penentuang besarnya pajak atau retribusi yang terutang sampai

16 Mila Saraswati & Ida Widaningsih, 2008, Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi) untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama, PT Grafindo Medi Pratama, Jakarta, hlm.153

17 Chidir Ali, op.,cit, hlm.59.

(24)

10 kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib pajak atau wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya.18

2. Teori Pemungutan Pajak

Teori pemungutan pajak berdasarkan fungsi budgetair sebagai berikut:19 1) Teori Asuransi, Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda,

dan hak-hak rakyat. Oleh karena itu, rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

2) Teori Kepentingan, Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan) masing- masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap Negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

3) Teori Bakti, Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dan negaranya. Sebagai warga Negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.

4) Teori Daya Pikul, beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing- masing orang.

5) Teori Asas Daya Beli, Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarik

18 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

19 Supramono dan Theresia Woro Damayanti, 2010, Perpajakan Indonesia-Mekanisme dan Perhitungan, CV Andi Offset, Yogyakarta, hlm.2-3.

(25)

11 daya beli dari rumah tangga Negara. Selanjutnya, Negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

3. Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:20 1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan),sesuai dengan tujuan

hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang, dan pelaksanaan pemungutan harus adil.

2) Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang (syarat yuridis), di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2.

3) Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi), pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi atau perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4) Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial), sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. Sistem pemungutan pajak harus sederhana, sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

20 Yusdianto Prabowo, 2004, Akuntansi Perpajakan Terapan Edisi Revisi, PT Grasindo, Jakarta, hlm.3.

(26)

12 4. Yuridiksi Pemungutan Pajak

Yurisdiksi adalah ruang lingkup penggunaan wewenang untuk memungut pajak kepada warganya maupun warga negara asing yang bertempat tinggal atau berkedudukan di negara tersebut sehingga tidak menimbulkan pembebanan berat bagi yang kena pajak. Pengelompokan yurisdiksi pemungutan pajak tersebut bertujuan untuk menghindari pengenaan pajak yang bersifat ganda, baik nasional maupun internasional.21

1) Berdasarkan asas sumber

Menurut yurisdiksi pemungutan pajak berdasarkan asas sumber bahwa pemungutan pajak tidak dapat dilepaskan dengan sumber atau tempat objek pajak itu berada.

2) Berdasarkan asas kewarganegaraan

Yurisdiksi pemungutan pajak berdasarkan asas kewarganegaraan, yurisdiksi pemungutan pajak dikenakan bukan objek pajak melainkan adalah status kedudukan warga negara setiap orang pribadi yang berasal dari negara yang mengenakan pajak.

3) Berdasarkan asas tempat tinggal

Yurisdiksi pemungutan pajak berdasarkan asas tempat tinggal, pemungutan pajak dilakukan oleh negara berdasarkan tempat tinggal atau kedudukan wajib pajak.

21 Muhammad Djafar Saidi, 2014, Pembaruan Hukum Pajak, Rajawali Pers, Jakarta, hlm.155-158.

(27)

13 5. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemugutan pajak yang selama ini dikenal dan diterapkan dalam pemungutan pajak sebagaimana tercermin dalam undang- undang pajak, sebagai berikut:22

1. Sistem Self Assessment, wajib pajak memiliki hak yang tidak boleh diintervensi oleh pejabat pajak, kecuali hanya memberikan pelayanan dengan cara bagaimana wajib pajak menggunakan hak tersebut.

2. Sistem Official Assessment, pejabat pajak memiliki wewenang dalam menentukan jumlah pajak yang wajib dibayar lunas oleh wajib pajak.

3. Sistem semi Self Assessment, ada kerja sama antara wajib pajak dengan pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak pusat atau pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak daerah untuk menentukan jumlah pajak yang wajib dibayar lunas oleh wajib pajak kepada negara.

4. Sistem With Holding, memberi kepercayaan kepada pihak ketiga untuk melakukan pemungutan pajak atas objek pajak yang dterima atau diperoleh wajib pajak dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

22 Ibid., hlm,159-161.

(28)

14 6. Asas Pemungutan Pajak

Dalam setiap pemungutan pajak, harus diperhatikan prinsip-prinsip atau asas–asas pemungutan pajak yang mengacu pada prinsip pemungutan pajak. Berikut asas-asas atau prinsip-prinsip pemungutan pajak menurut Adam Smith yaitu sebagai berikut:23

1. Prinsip Kesamaan (Equality)

Pemungutan pajak harus adil disesuaikan dengan kemampuan wajib pajak. Bagi perusahaan besar dikenakan pajak yang tinggi, sedangkan bagi perusahaan kecil dikenakan pajak yang rendah.

2. Prinsip Kepastian (Certainty)

Dalam pemungutan pajak harus jelas, tegas, dan pasti sehingga dipahami wajib pajak. Hal ini akan memudahkan dalam perhitungan dan pengadministrasian.

3. Prinsip Kekayaan (Convenience)

Pemungutan pajak jangan sekali-kali memberatkan wajib pajak.

Misalnya seseorang yang sedang mengalami kerugian usaha sebaiknya tidak dikenakan pajak tinggi sehingga usahanya dapat dipertahankan.

4. Prinsip Ekonomi (Economic)

Dalam melaksanakan pemungutan pajak, hendaknya diperhatikan prinsip ekonomi. Artinya, harus mempertimbangkan bahwa biaya pemungutan tidak melebihi hasil pemungutan pajak

23 Eeng Ahman & Epi Indriani, 2007, Membina Kompetensi Ekonomi Buku Pelajaran untuk SMA/MA Kelas IX Program Ilmu Pengetahuan Sosial, Grafindo Media Pratama, Bandung, hlm.50-51.

(29)

15 C. Burung Walet

Keberadaan burung walet (Collocalia fushipaga) serta keistimewaan sarangnya (bird nest) sudah dikenal sejak ratusan tahun silam. Khasiat sarang walet bagi kesehatan tubuh di populerkan oleh orang Cina sejak Dinasti Ming berkuasa pada tahun 1368-1644 M. Pada saat itu sarang walet menjadi komoditas ekspor yang eksklusif dan telah memiliki nilai ekonomi tinggi. Harga sarang burung walet yang relative tinggi saat itu, selain karena khasiatnya yang istimewa, juga karena sulit diperoleh. Pada saat itu, sarang burung walet semata-mata hasil alam, yang dihasilkan dari walet yang bersarang didalam gua yang sulit dijangkau oleh manusia.24

Burung walet adalah jenis Burung yang berkaki kecil, tetapi memiliki otot dada yng kuat. Kemampuan terbangnya berjam-jam dengan radius terbang puluhan kilometer. Burung ini tergolong burung lemah, tidak memiliki alat atau senjata untuk mempertahankan diri dari serangan musuh atau hewan pemangsa seperti, kalelawar dan elang. Karena itu, untuk memperoleh rasa aman, walet hidup secara berkoloni atau berkelompok, baik dalam membangun sarang, berkembang biak, maupun mencari makanan.25

Burung walet (Callocalia vestita) juga merupakan burung dengan sayap meruncing, berekor panjang, berwarna hitam dengan bagian bawah

24 Arief Budiman, op.,cit

25 Ibid., hlm. 3.

(30)

16 tubuhnya cokelat. Burung walet hidup di pantai serta daerah permukiman, menghuni gua atau ruang besar, bubungan kosong. Burung walet tidak dapat bertengker karena memiliki kaki yang sangat pendek sehingga sangat jarang berdiri diatas tanah tetapi bisa menempel pada dinding tembok atau atap. Mampu terbang ditempat gelap dengan bantuan Ekolokasi. Bersarang secara berkelompok dengan sarang yang dibuat dari air liur. Sarang ini banyak di perdagangkan orang untuk dibuat sup dan obat-obatan.

1. Jenis-jenis walet

Sistematika sarang burung wallet adalah sebagai berikut:26 Kingdom : animal

Filum : Chordata Subfilum : Verterbrata Kelas : Aves

Ordo : Apodiformes Famili :Apodidae Genus : Aerodramus Spesies :

a. Aerodramus Fuciphagus (Walet Putih) b. Aerodramus Gigas (Walet Besar)

c. Aerodramus Maximus/lowi (Walet Sarang Hitam) d. Aerodramus Brevirostris (Walet Gunung)

26 Tim Penulis PS, 2009, Panduan Lengkap Walet., Penebar Swadaya, Jakarta, hlm.18.

(31)

17 e. Aerodramus Vanikorensis (Walet Sarang Lumut)

f. Aerodramus Esculata (Walet Sapi)

g. Aerodramus Germanicus/Vestitus (Walet Gua) h. Aerodramus Unicolor (of Indian origin)

Spesies wallet pada dasarnya dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, warna bulu dan bahan yang dipakai untuk membuat sarang.

2. Ciri-ciri dari jenis-jenis walet Berikut ini ciri-ciri dari jenis-jenis wallet:27

a. Aerodramus Gigas (Walet Besar)

Jenis wallet ini berwarna hitam dengan bulu dibagian bawah berwarna cokelat gelap. Bulu ekor agak bercelah. Suaranya keras dan berderik. Wallet besar merupakan jenis wallet yang berukuran paling besar diantara yang lainnya. Panjang tubuhnya sekitar 16 cm. Wallet ini terdapat di Semananjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa, terutama didaerah perbukitan dan hutan- hutan serta pegunungan.

b. Aerodramus Fuciphagus (Walet Putih)

Disebut wallet putih karena burung ini menghasilkan sarang berwarna putih. Bulu wallet ini berwarna cokelat kehitam-hitaman dengan bulu bagian bawah keabuan atau cokelat. Bulu ekor sedikit bercelah. Tarsus tak berbulu atau berbulu sedikit.panjang tubuh sekitar 12 cm. Mata berwarna cokelat gelap, paruh hitam dan kaki

27 Ibid., hlm.20-23.

(32)

18 hitam. Wallet putih ini banyak terdapat di Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, sumatera, Jawa dan Bali.

c. Aerodramus Maximus/lowi (Walet Sarang Hitam)

Warna bulu wallet ini cokelat kehitam-hitaman dengan bulu ekor cokelat kelabu. Bulu ekor bercelah sedikit. Kakinya berbulu rata dan lebat. Panjangnya sekitar 12 cm. Sepintas mirip dengan wallet putih. Matanya berwarna cokelat tua, paru hitam dan kaki hitam. Tidak seperti wallet lain. Jenis ini suaranya terdengar mencicit. Seperti jenis wallet lainnya. Wallet ini juga memakan serangga-serangga kecil yang disambarnya ketika terbang.

d. Aerodramus Brevirostris (Walet Gunung)

Warna tubuh wallet ini hitam, tetapi ekornya berwarna abu- abu kehitaman, bulu ekor bercelah dalam. Kakinya sedikit berbulu atau tidak berbulu sama sekali. Suaranya khas, suara alet yang berderik. Ukuran tubuhnya tergolong besar panjangnya sekitar 14 cm. wallet ini terdapat di Gunung Himalaya.

e. Aerodramus Vanikorensis (Walet Sarang Lumut)

Burung wallet ini berwarna cokelat kehitam-hitaman, tetapi warna ekornya lebih gelap. Celah pada ekornya hanya sedikit.

Dilihat dari jauh, penampilan dilapang mirip dengan wallet putih.

Suaranya melengking tinggi. Banyak ditemukan di Sumatera, Kalimantan dan Jawa.

f. Aerodramus Esculata (Walet Sapi)

(33)

19 Walet ini berbulu hitam kebiru-biruan dengan warna mengkilap. Bulu bagian bawah kelabu gelap dan bagian perut agak putih. Ekornya sedikit bercelah. Wallet sapi berukuran kecil sekitar 10 Cm. matanya berwarna cokelat gelap, paruh hitam, dan kakinya hitam. Suaranya melengking tinggi.

g. Aerodramus Germanicus/Vestitus (Walet Gua)

Jenis wallet ini serupa dengan A Fuchiphagus dan sukar dibedakan ketika berada di alam. Panjang tubuhnya sedang sekitar 12 Cm. burung ini bisa dikenali dengan sarangnya yang berwarna cokelat kekuning-kuningngan. Sarangnya enak dimakan dan seluruhnya terbuat dari air liur dengan sedikit bulu. Bentuk sarangnya seperti mangkuk.

3. Sifat-sifat walet

Dengan memahami sifat-sifat wallet, proses budi daya akan lebih mudah sehingga produksi sarang bisa optimal. Adapun sifat-sifat wallet sebgai berikut:28

a. Kebiasaan Hidup;

b. Lokasi Tinggal;

c. Kebiasaan Mencari Pakan;

d. Perilaku Makan;

e. Lokasi Membuat Sarang;

f. Membuat Sarang;

28 Ibid., hlm.24-30.

(34)

20 g. Mengenali Sarang;

a. Homing Behavior;

b. Perilaku Kawin;

c. Pengeraman Telur; dan d. Menyuapi Anak.

D. PajakSarang Burung Walet

1. Pengertian Pajak Sarang Burung Walet

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet, “Pajak Sarang Burung Walet adalah Pajak yang dikenakan atas kegiatan Pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet”.29 Atau Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet. Yang dimaksud sarang burung walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi. Pajak Sarang Burung Walet merupakan jenis pajak Kabupaten/Kota yang baru ditetapkan berdasarkan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009.30

29 Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet

30 Marihot Pahala Siahaan, 2010, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Rajawali Pers, Jakarta, hlm.519.

(35)

21 2. Sumber Hukum Pajak Sarang Burung Walet

Sumber hukum dari Pajak Sarang Burung Walet adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 23A.

3. Dasar Hukum Pajak Sarang Burung Walet

Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang kuat dan jelas, sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet pada suatu Kabupaten/Kota sebagai berikut31:

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

c. Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet.

4. Subjek Pajak Sarang Burung Walet

Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet32.

31 Ibid., hlm. 522.

32 Yoyok Rahayu Basuki, op.,cit, hlm.182.

(36)

22 5. Objek Pajak Sarang Burung Walet

Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/

atau pengusahaan Sarang Burung Walet33. Tidak termasuk objek pajak adalah pengambilan sarang burung walet yang telah dikenakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan kegiatan pengambilan dan/ atau pengusahaan Sarang Burung Walet lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.34

E. Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet 1. Tata Cara Pemungutan Pajak

Tata Cara pemungutan pajak sarang burung walet sesuai Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet35

Pemungutan pajak dilarang diborongkan Setiap wajib pajak wajib membayar pajak terutang dengan cara dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, walikota dapat menerbitkan:

33 Irwansyah Lubis, 2010, Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis dengan Pelaksanaan Hukum, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hlm.115.

34 Lukas Riyanto, 2010, Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, SL Media, Tanggerang, hlm.47.

35 Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet

(37)

23 a. SKPDKB dalam hal :

1. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak terutang tidak atau kurang bayar.

2. Jika SPTPD tidak disampaikan kepada Walikota dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.

3. Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan.

b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.

c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

Jumlah kekurangan pajak terutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi administrative berupa bunga 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan

(38)

24 tindakan pemeriksaan. Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Tata cara penerbitan SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT diatur dengan peraturan walikota. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT diatur dengan peraturan walikota.

2. Penentuan Besarnya Pajak

Penentuan besarnya pajak dapat ditentukan dari tarif pajak, dasar pengenaan pajak dan cara perhitungan pajak, berikut penjelasannya36:

Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai Jual Sarang Burung Walet. Nilai Jual Sarang Burung Walet dihitung berdasarkan perkalian antara harga pasaran umum Sarang Burung Walet yang berlaku dengan volume Sarang Burung Walet. Tarif Pajak Sarang Burung Walet adalah ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Besaran Pokok Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif dengan dasar pengenaan pajak dengan rumus sebagai berikut:

36 Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet

(39)

25 PPT = HP x V x 10%

PPT = Pokok Pajak Terutang HP = Harga Pasaran

V = Volume

3. Penagihan Pajak dan Pembayaran atau Penyetoran Pajak

Berikut tata cara pembayaran dan penagihan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet:37

Walikota menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak. SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Serta Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

Walikota atas permohonan wajib pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

Mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran,

37 Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet

(40)

26 angsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur dalam Praturan Walikota. Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surta Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib pajak pada waktunya dapat ditagih dengan surat paksa. penagihan pajak dengan surat paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan Perundang- undangan.

(41)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Penelitian Hukum Empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi Untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare Provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan lokasi ini didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet.

C. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara aparatur atau pejabat-pejabat di Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare.

2. Data Sekunder, yaitu data yang sudah tersedia sehingga peneliti hanya mencari dan mengumpulkan penulisan (data yang diperoleh dari buku-buku, internet, undang-undang yang terkait).

D. Populasi dan Sampel

(42)

28 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat/pejabat di Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare. Sampel penelitian adalah:

1. Aparat/pejabat di Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare), 5 orang.

2. Pengusaha Sarang Burung Walet, 10 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

Dalam rangka memperoleh data yang relevan dengan pembahasan tulisan ini, maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Penelitian kepustakaan (library research) pengumpulan data pustaka diperoleh dari berbagai data yang berhubungan dengan hal-hal yang diteliti, berupa buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Disamping itu juga data yang diambil penulis ada yang berasal daari dokumen-dokumen penting maupun dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Penelitian lapangan (field research) adalah melakukan peninjauan secara langsung dan memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir. Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi:

a. Dokumentasi

(43)

29 Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data tentang prosedur pemungutan pajak, target dan realisasi penerimaan pajak yang diperoleh dari bagian pendapatan asli daerah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare.

b. Wawancara

Wawncara adalah proses Tanya jawab yang dilakukan penulis terhadap narasumber untuk mendapatkan sumber informasi yang terkait dengan penelitian.

3. Observasi, yaitu secara langsung mengamati obyek yang menjadi kajian, terutama mengamati secara langsung masing- masing aparat dalam pelaksanaan tugas sehari-hari disamping mengamati cara kerja dan hasil kerja mereka.

F. Analisis Data

Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama masalah dengan penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan data sehingga bisa dipahami.

(44)

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah/Badan Keuangan Daerah Kota Parepare Untuk lebih memantapkan penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan sebagai bagian dari pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah, maka perlu didukung dengan pembentukan organisasi perangkat daerah yang lebih sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan karakteristik daerah. Sebagai pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, maka Pemerintah Daerah menetapkan Organisasi Perangkat Daerah yang lebih efisien untuk perkembangan pemerintahan dan kebutuhan pelayanan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 14 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Daerah dan Kantor Daerah, maka terbentuklah Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Parepare.

Sususan organisasi berdasarkan pada pasal 11 ayat 1 dan 2.

Namun untuk lebih mensinkronkan penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan, pada tahun 2008, Badan Pengelola Keuangan Daerah diubah menjadi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah dengan tujuan untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Struktur pemerintahan Kota Parepare mengalami

(45)

31 penyesuaian terhadap kelembagaan sebagaimana halnya dengan unit- unit kerja yang secara teknis operasional bertugas melaksanakan kewenangan atau urusan-urusan yang dikelola Pemerintah Daerah Kota Parepare.

Dalam rangka lebih optimalnya pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah yang dilaksanakan dinas daerah perlu dilakukan penyempurnaan dengan mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008. Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan, perlu dibentuk Peraturan Daerah tentang perubahan atas Perda Kota Parepare Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

Pada tanggal 7 Februari 2011, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu bagian keuangan dan asset bergabung dalam susunan organisasi Sekretariat Daerah Kota Parepare, dan bagian pengelolaan pendapatan berdiri sendiri sebagai Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 3 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

Pembentukan kelembagaan Dinas Pendapatan Daerah sebagaimana yang di inginkan dalam pelaksanaan otonomi daerah didasarkan sepenuhnya pada pertimbangan kesesuaian urusan-urusan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Parepare dengan memperhatikan

(46)

32 kemampuan dan kebutuhan, baik dalam hal pembiayaan maupun kesiapan porsenil dan ketersediaan sarana dan prasarana.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 3 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Perda Kota Parepare Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, Dinas Pendapatan Daerah mempunyai kedudukan sebagai unsur pelaksanaan Teknis Operasional yang bertugas dibidang Pengelolaan Pendapatan, Penagihan, Pembukuan dan Pelaporan, UPTD Islamic Centre dan UPTD Mess Pemda Kota Parepare di Jakarta.38

a. Visi dan Misi

Berikut visi dan misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare:39 1. Visi Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare adalah :

“TERWUJUDNYA SISTEM PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH YANG EFEKTIF, EFISIEN, TRANSPARAN DAN AKUNTABEL DALAM MENDUKUNG KOTA PAREPARE SEBAGAI BANDAR MADANI.”

2. Adapun Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare adalah : 1) Meningkatkan kualitas pelayanan dan Sistem Pengelolaan

Pendapatan Daerah Kota Parepare.

2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumber daya aparatur yang menjunjung tinggi profesionalisme, transparansi, dan akuntabel.

38 http://dispendaparepare.net/hal-profil.html#ixzz59oZThA6c

39 http://dispendaparepare.net/hal-visi-dan-misi.html#ixzz59oa1qHfm

(47)

33 3) Memantapkan penatausahaan Dinas.

4) Meningkatkan pengelolaan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Dinas Pendapatan Daerah.

b. Tugas dan Wewenang

Adapun tugas dan wewenang Dinas Pendapatan Daerah:40

1. Tugas Pokok Dinas Pendapatan Daerah adalah Melaksanakan sebagian kewenangan urusan pemerintah berdasarkan otonomin daerah di bidang pengelolaan pendapatan daerah yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Adapaun fungsi Dinas Pendapatan Daerah adalah :

1) Perumusan Kebijakan teknis di bidang Pengelolaan Pendapatan berdasarkan ketentuan Perundang-undangan.

2) Penyelenggaraan urusan Pemerintah dan pelayanan umum bidang Pengelolaan Pendapatan Daerah.

3) Pembinaan dan Pelaksanaan tugas pengelolaan pendapatan daerah.

4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas pokok dan fungsinya.

c. Tujuan Dan Sasaran

Berdasarkan uraian tugas dan fungsi, Maka Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare menetapkan tujuan yang ingin dicapai

40 http://dispendaparepare.net/hal-tugas-dan-fungsi.html#ixzz59oaMl0oZ

(48)

34 dalam upaya mewujudkan Kota Parepare sebagai Kota Bandar Madani sebagi berikut :41

1. Meningkatnya sistem Pengelolaan penyelenggaraan pelayanan di bidang penerimaan PAD dan penerimaan lainnya.

2. Tercapainya target Pendapatan daerah secara ideal dan dinamis.

3. Meningkatnya profesionalisme aparatur, transparansi dan akuntabilitas birokrasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare dalam menumbuh kembangkan Good Gvernance.

B. Proses Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet di Kota Parepare Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet

Proses pemungutan pajak di kota Parepare berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet yaitu42:

Pemungutan pajak dilarang diborongkan. Setiap wajib pajak membayar pajak terutang dengan cara dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib

41 http://dispendaparepare.net/hal-tujuan-dan-sasaran.html#ixzz59oaXukU4

42 Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet

(49)

35 pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.

Berdasarkan Pasal 8 Ayat (1) pemungutan tidak dibayarkan secara langsung melainkan dibayar setiap bulannya. Berdasarkan Pasal 8 Ayat (2) Pembayaran pajak dibayar sendiri oleh wajib pajak mengingat sistem pemungutan pajak menggunakan sistem Self Assessment yang dimana wajib pajak diberi kepercayaan dalam melaporkan, mendaftarkan, menghitung dan membayar pajaknya yang terurtang. Sedangkan maksud dari Pasal 8 ayat (3) wajib pajak membayar sendiri pajaknya yang terutang dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.

Tata cara penerbitan SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT diatur dengan Peraturan Walikota. Mengenai tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT diatur dengan Peraturan Walikota.

Tata cara penerbitan dan Tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Sarang Burung Walet diatur pada Bab III Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penerbitan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT Pasal 4 Ayat (1) sampai dengan Ayat (8) sebagai berikut:43

43 Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Sarang Burung Walet

(50)

36 Setiap wajib pajak, harus mengisi SPTPD dengan benar, jelas lengkap dan ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya serta menyampaikan kepada Bidang Pendataan, Pendaftaran, dan Penetapan Dinas Pendapatan Daerah. Formulir SPTPD dapat diambil sendiri oleh wajib pajak di Bidang Pendataan, Pendaftaran, dan Penetapan Dinas Pendapatan Daerah dan/atau dapat diakses melalui website resmi Dinas Pendapatan Daerah. SPTPD memuat pelaporan tentang nilai jual sarang burung walet, volume sarang burung walet dan harga pasaran sarang burung walet. Penyampaian SPTPD dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari setelah pengambilan atau pemanenan sarang burung walet. Apabila batas waktu penyampaian SPTPD jatuh pada hari libur, maka batas waktu penyampaian jatuh pada satu hari kerja berikutnya. Apabila batas waktu penyampaian SPTPD terlampaui, maka diterbitkan SKPD secara jabatan.

SPTPD dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya. Bentuk, format isian formulir dan tata cara pengisian SPTPD dan SKPD sebagaimana tersebut dalam lampiran III dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan peraturan walikota ini.

Bisa kita lihat Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Sarang Burung Walet pada Pasal 4 ini sudah diatur dengan jelas tentang tata cara penerbitan, pengisian, dan penyampaian SPTPD.

(51)

37 Walikota menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak. SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. Walikota atas permohonan wajib pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak dengan dikenakan bunga sebesar 2%

(dua persen) sebulan. Mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur dalam Peraturan Walikota. Mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur dalam Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Sarang Burung Walet pada Pasal 7 (Tata Cara Pembayaran) dan Pasal 8 (Tata Cara Pembayaran Angsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak).

Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, SUrat keputusan keberatan dan Putusan Banding, yang tidak atau kurang bayar oleh wajib pajak pada waktunya dapat ditagih dengan surat paksa. Penagihan pajak dengan surat paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(52)

38 Berdasarkan Pasal 13 ayat (1) Apabila wajib pajak tidak membayar atau kurang membayar Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding maka dapat ditagih pada waktunya `dan dapat ditagih dengan surat paksa. Surat paksa merupakan surat perintah kepada wajib pajak untuk membayar pajak terutang sekaligus dengan biaya penagihannya.44

Sedangkan Berdasarkan Pasal 13 ayat (2) Pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Penagihan dengan surat paksa diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan dengan Surat Paksa.45

Tata penagihan juga diatur dalam Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Sarang Burung Walet pada Pasal 9 (Tata Cara Penagihan).

Kita ketahui bahwa Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak serta pengawasan penyetorannya. Maksud dari penghimpunan data objek dan subjek pajak disini adalah Pendataan, pendaftaran dan Pelaporan.

44 Kementerian Keuangan RI, 2013, Ingin Lebih Tahu Apa Itu Surat Paksa?, Direktorat Jendral Pajak, Jakarta, hlm.1

45 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan dengan Surat Paksa.

(53)

39 Dalam Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet tidak jelas diatur mengenai Pendataan, pendaftaran dan Pelaporan. Namun Pendataan, pendaftaran dan Pelaporan diatur dengan jelas pada Pasal 2 dan 3 dalam Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Sarang Burung Walet sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet

C. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet di Kota Parepare Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet

Pemungutan itu berkaitan dengan pendataan, penagihan, pembayaran dan lain sebagainya..

Dari wawancara kepada Bapak Ayyub selaku kepala bidang penagihan,46

“Pemungutan pajak sarang burung walet Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare menggunakan sistem self asessment dalam pemungutannya dimana wajib pajak diberikan kepercayaan dalam mendaftarkan, melaporkan, menghitung dan membayar pajaknya, sehingga kami hanyamengandalkan kejujuran dari wajib pajak”.

Pak Ayyub menambahkan bahwa47

“Dalam pemungutan pajak sarang burung walet, pemungutan yang dilakukan oleh pejabat pajak, dia tidak berpatokan pada berapa jumlah sarang yang dihasilkan tapi berdasarkan hasil jual beli sarang burung

46 Wawancara 21 Februari 2018

47 Wawancara 21 Februari 2018

(54)

40 walet, dan hasil dari jual beli tersebut dikenai pajak 10% (sepuluh persen) untuk dibayarkan”

Berikut pelaksanaan pemungutan pajak sarang burung walet:

1. Pendataan

Pendataan adalah kenyataan menggambarkan kejadian-kejadian nyata, yaitu mengumpulkan semua data yang diperlukan, mengolah dan menyajikan data sesuai dengan yang diharapkan. Pendataan merupakan salah satu kegiatan pemungutan pajak yang sangat penting, karena dari hasil pendataan ini akan menghasilkan data-data subjek dan objek pajak. Pejabat di dinas pendapatan daerah kota parepare melakukan pendataan sesuai dengan Peraturan perundang- undangan. Pendataan disini ada dua yaitu pendataan objek dan subjek pajak

TABEL 1

DAFTAR NAMA WAJIB PAJAK SARANG BURUNG WALET TAHUN 2017

No. NAMA USAHA NAMA PEMILIK ALAMAT USAHA

KEC.SOREANG

1 TOMY (TOKO MAS LOGAM) TOMY JL. LASINRANG NO.163

2 RICKY (TOKO MATAHARI MOTOR) RICKY JL. PELITA NO. 11 A

3 H. ASDAR H. ASDAR JL. SAPTA MARGA

4 H. NADIRAH/ADIL H. NADIRAH/ ADIL JL. H. A. M. ARSYAD

5 H. INDRA H. INDRA JL. SAPTA MARGA

6 H. INDRA/ HENDY SENG HENDY SEN JL. H. A. M. ARSYAD

7 MUH. NUR MUH. NUR KOMP. BTN SOREANG

8 H. SUDARMIN H. SUDARMIN JL. SAPTA MARGA

9 SONY (TOKO EMAS REJEKI) SONY JL. LASINRANG LR.10

10 HARI COKRO (TOKO ELAT) HARI COKRO JL. LASINRANG NO.45

11 H. INDRA/ LEMAN LEMAN JL. SAZILIA

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2007 tentang izin usaha pengelolaah dan pengusahaan sarang burung walet yang mana diatur didalam nya

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian skripsi ini ialah, bagaimana pengaturan hukum terhadap wajib pajak sarang burung walet kota \Medan, bagaimana implementasi pengawasan

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pungutan pajak sarang burung walet oleh petugas pajak Badan Pendapatan Daerah Kota Samarinda dapat ditarik kesimpulan bahwa yang

Dalam penelitian ini, analisis efektivitas merupakan suatu analisa atau perbandingan realisasi penerimaan pajak sarang burung walet dengan target pajak sarang burung walet

bahwa menindaklanjuti Peraturan Daerah Kabupaten Pulang Pisau Nomor 03 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Sarang Burung Walet dan memperhatikan pertimbangan

Dalam Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sarang burung walet atau Restitusi Pajak dimana pengembalian penerimaan pajak dari dinas pendapatan daerah Kota

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengawasan pemungutan pajak sarang burung walet di Kecamatan Tualang oleh UPT Dinas

Dengan kata lain, potensi pajak sarang burung walet ini tidak serta merta dapat langsung dijadikan sebagai target penerimaan pajak sarang burung walet oleh DPPKA karena kendala