• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Terhadap Wajib Pajak Sarang Burung Walet Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Terhadap Wajib Pajak Sarang Burung Walet Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

H. Latar Belakang

Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan paradigma pemerintahan dalam

sistem penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Sebagai

konsekuensi logis dari perubahan tersebut maka pemerintah daerah diberi

kewenangan yang luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Sejak diberlakukannya otonomi daerah, fenomena yang muncul adalah

kecenderungan pemerintah daerah yang ingin mengatur semua objek dan subjek

yang berada di wilayah teritorialnya sehingga harus tunduk kepada kemauan daerah

yang diatur dalam peraturan daerah. Apa yang terjadi kemudian semacam euphoria,

dimana daerah adakalanya tidak lagi memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku,

diantaranya dengan membuat peraturan daerah yang mengatur materi diluar

kewenangannya. Otonomi diartikan harus mampu mandiri dan memperoleh

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang setinggi-tingginya tanpa mempertimbangkan

persyaratan penertiban peraturan daerah yang dimaksud. Kondisi ini tercermin dari

banyaknya peraturan daerah yang berkaitan dengan penetapan pajak dan restribusi

yang tidak sejalan dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam undang-undang.1 Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat), yang berarti Indonesia

menjunjung tinggi hukum dan kedaulatan hukum. Hal ini sebagai konsekuensi dari

1

(2)

ajaran kedaulatan hukum bahwa kekuasaan tertingi tidak terletak pada kehendak

pribadi penguasa, melainkan pada hukum. Jadi, kekuasaan hukum terletak di atas

segala kekuasaan yang ada dalam negara dan kekuasaan itu harus tunduk pada

hukum yang berlaku. Hakikatnya adalah segala tindakan atau perbuatan tidak boleh

bertentangan dengan hukum yang berlaku, termasuk untuk merealisasikan

keperluan atau kepentingan negara maupun untuk keperluan warganya dalam

bernegara. Keperluan atau kepentingan negara terhadap pajak tidak dapat dilakukan

oleh negara sebelum ada hukum yang mengaturnya. Pengenaan pajak oleh negara

kepada warganya (wajib pajak) harus berdasarkan pada hukum (undang-undang)

yang berlaku sehingga negara tidak dikategorikan sebagai negara kekuasaan.2

Tujuan peletakkan kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah

adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokrasi dan

penghormatan terhadap budaya lokal dan memperhatikan potensi dan

keanekaragaman. Atas dasar itu, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung

jawab kepada daerah sehingga memberi peluang kepada daerah agar leluasa

mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa sendiri sesuai dengan

kepentingan masyarakat setempat dan potensi setiap daerah. Kewenangan ini pada

dasarnya merupakan upaya untuk membatasi kewenangan pemerintah dan

kewenangan provinsi sebagai daerah otonom, karena pemerintah dan provinsi

hanya diperkenalkan menyelenggarakan kegiatan otonomi sebatas yang ditetapkan

2

(3)

dalam peraturan pemerintah ini. Dalam melaksanakan otonomi daerah ada beberapa

faktor yang yang harus diperhatikan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah memberi kewenangan besar kepada provinsi untuk mengelola dan

memungut 5 (lima) jenis pajak yaitu pajak kendaraan bermotor, bea balik nama

kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan,

pajak rokok. Kabupaten/kota mengelola dan memungut 11 (sebelas) jenis pajak

yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak

reklame, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak

sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan pedesaan perkotaan, serta bea

perolehan hak atas tanah dan bangunan. Jenis retribusi daerah provinsi ataupun

kabupaten/kota diberi kewenangan untuk mengolah dan memungut retribusi jasa

umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu.3

Kaho mengidentifikasi empat faktor yang dapat mempengaruhi jalannya

otonomi daerah, yaitu Faktor Manusia Pelaksana. Faktor Keuangan Daerah. Faktor

Peralatan. Faktor Organisasi dan Manajemen.4

3

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

Pasal 2.

4

Josef Riwu Kaho. Prospek Otonomi Daerah di Republik Indonesia, Jakarta, Rajawali Press, 2000, hlm 60-63

Pajak merupakan iuran wajib

masyarakat kepada kas negara yang diatur sesuai undang- undang. Pemungutan

pajak dapat dipaksakan oleh setiap warga negara. Hasil dari pembayaran pajak

kemudian digunakan untuk pembiayaan nasional yang mungkin tidak secara

langsung dapat dirasakan oleh para pembayar pajak tersebut. Pemerintah memungut

(4)

menutup biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah dalam mencapai

kesejahteraan bersama. Pajak dipungut untuk dikembalikan pada rakyat melalui

pengeluaran-pengeluaran dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dapat

dikatakan bahwa pajak adalah pembayaran kepada negara yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang dimana pembayaran pajak tidak mendapatkan balasan

secara langsung dan hasilnya digunakan untuk kepentingan umum.

Sarang burung walet merupakan salah satu potensi sumber daya alam hayati

yang cukup lama dikenal dan dikelola oleh masyarakat Kota Medan. Di samping

sebagai sumber pendapatan masyarakat, selama ini sarang burung walet juga

merupakan sumber pendapatan asli daerah (PAD) yaitu melalui penarikan pajak.

Sarang burung walet di Kota Medan berasal dari gedung walet dan gua yang cukup

banyak.

Burung walet adalah satwa liar yang termasuk marga collocalia yaitu

collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta dan collocalia

lincha yang dapat hidup dan berkembang biak dalam lingkungan habitat alami

maupun buatan.5 Habitat alami adalah lingkungan tempat burung walet hidup dan berkembang biak di alam bebas. Habitat buatan adalah lingkungan tempat burung

walet hidup dan berkembang biak yang diusahakan dan dibudidayakan oleh

manusia.6

Usaha budidaya burung walet adalah bentuk kegiatan dengan memanfaatkan

bangunan atau gedung bertingkat sebagai habitat buatan tempat hidup dan

berkembang biaknya burung walet. Pengusahaan budidaya burung walet adalah

5

(5)

upaya terpadu untuk mengembangbiakan burung walet, melindungi dan/atau

menjaga kesehatan manusia, melestarikan fungsi lingkungan hidup, menjaga

ketertiban umum, melakukan penataan ruang dan melakukan pembinaan serta

pengawasan usaha budidaya burung walet. Pengusaha budidaya burung walet yang

selanjutnya disebut pengusaha adalah orang pribadi dan atau badan yang mendapat

izin mengelola usaha budidaya burung walet yang merupakan usaha produksi

sarang burung walet sebagai salah satu sumber pendapatan atau mata pencaharian.7

Salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari pajak daerah. Pajak

menurut lembaga pemungutannya dibagi menjadi dua yaitu: pajak pusat dan pajak

daerah. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat untuk

membiayai rumah tangga negara, meliputi: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak

Bumi dan Bangunan (khususnya sektor Perkebunan, Perhutanan dan

Pertambangan), dan Bea Materai. Sedangkan pajak daerah yaitu pajak yang

dipungut oleh Pemerintah Daerah baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten atau

Kota untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak tingkat Provinsi, meliputi:

Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak, pemerintah melakukan

berbagai upaya antara lain dengan menyederhanakan administrasi pajak dan

meningkatkan penegakan hukum bagi wajib pajak dan petugas pajak yang

melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan dan sudah selayaknya

masyarakat mengerti dan memahami kewajiban dalam membayar pajak.

6 Ibid 7

(6)

Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Rokok dan Pajak Air Permukaan. Sedangkan

pajak tingkat Kabupaten atau Kota, meliputi: Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak

Hotel, Pajak Air Tanah, Pajak Parkir, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan,

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi

dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), dan Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan atau Bangunan (BPHTB).8

I. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis memilih judul skripsi

Implementasi Terhadap Wajib Pajak Sarang Burung Walet Berdasarkan Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan hukum terhadap wajib pajak sarang burung walet Kota

Medan?

2. Bagaimana implementasi pengawasan dan penegakan hukum bagi wajib pajak

sarang burung walet

3. Apa

?

hambatan dan bagaimana mengatasinya dalam Implementasi Perda Kota

Medan Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pajak Burung Walet?

J. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis, maka

penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

(7)

1. Untuk mengetahui pengaturan hukum terhadap wajib pajak sarang burung walet

Kota Medan.

2. Untuk mengetahui

3. Untuk mengetahui

implementasi pengawasan dan penegakan hukum bagi wajib

pajak sarang burung walet.

hambatan dan bagaimana mengatasinya dalam Implementasi

Manfaat dan hasil yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah: Perda Kota Medan Nomor: 12 Tahun 2011 tentang Pajak Burung Walet.

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan studi dan menjadi salah satu

sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarah

pada pengembangan ilmu hukum administrasi negara.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi semua pihak

terkait khususnya pemerintah kota Medan sebagai dasar untuk peraturan daerah

tentang Pajak Sarang Burung Walet yang ada di Kota Medan.

K. Keaslian Penulisan

Judul penelitian ini adalah implementasi terhadap wajib pajak sarang

burung walet berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 tahun 2011,

telah disetujui oleh Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara dan telah melalui tahap pengujian kepustakaan,

sehingga diketahui belum ada skripsi yang mengangkat permasalahan ini.

Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan mempelajari dan mengkaji buku-buku,

(8)

permasalahan dalam penulisan skripsi ini, sehingga hasil kajian dalam skripsi ini

dapat dikatakan aktual dan asli serta dapat dipertanggungjawabkan secara

akademik.

L. Tinjauan Pustaka

1. Implementasi

Implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proses

kebijakan karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat

kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan merupakan

aktivitas yang terlihat setelah adanya pengarahan yang sah dari suatu kebijakan

yang meliputi upaya mengelola input untuk menghasilkan implementasi baru akan

dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, kemudian program kegiatan

telah tersusun dan dana telah siap untuk proses pelaksanaanya dan telah

disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan kebijakan yang diinginkan.

Kebijakan biasanya berisi suatu program untuk mencapai tujuan, nilai-nilai yang

dilakukan melalui tindakan-tindakan yang terarah.

Apabila program atau kebijakan sudah dibuat maka program tersebut harus

dilakukan oleh para mobilisator atau para aparat yang berkepentingan. Suatu

kebijakan yang telah dirumuskan tentunya memiliki tujuan- tujuan atau

target-target yang ingin dicapai. Pencapaian target-target baru akan terealisasi jika kebijakan

tersebut telah diimplementasikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa

implementasi kebijakan adalah tahapan output atau outcomes bagi masyarakat.

Proses menghasilkan implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran

(9)

untuk proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran atau

tujuan kebijakan yang diinginkan.

Implementasi sebagai suatu proses tindakan Administrasi dan Politik.

Pandangan ini sejalan dengan pendapat Peter S. Cleaves dalam bukunya Solichin

Abdul Wahab, yang secara tegas menyebutkan bahwa: “Implementasi itu

mencakup “a process of moving toward a policy objective by means of

administrative and political steps”. Secara garis besar, beliau mengatakan bahwa

fungsi implementasi itu ialah untuk membentuk suatu hubungan yang

memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan public

diwujudkan sebagai outcome hasil akhir kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah.9 2. Wajib pajak

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.10 3. Peraturan Daerah

Peraturan Daerah adalah peraturan undang-undang yang ditetapkan oleh

Dewan Legislatif dengan kesepakatan bersama Kepala Daerah Gubernur atau

Bupati/Walikota. Peraturan daerah terdiri dari: Peraturan dan Peraturan Daerah

Provinsi/Kabupaten/Kota.11

9

Abdul Wahab Solichin. Analisis Kebijakan dari Formulasi Kebijaksanaan Ke

Implementasi Kebijakan Negara, Jakarta, Bumi Aksara, 2008, hlm 187

(10)

Peraturan daerah merupakan hasil kerja sama antar pihak Legislatif

(DPRD) dengan Eksekutif (Kepala Daerah) yang di dalamnya mengatur

kepentingan umum yang ada di daerah bersangkutan. Keputusan Kepala Daerah

adalah suatu bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah (Bupati dan

Walikota).

Bachsan Mustafa dalam bukunya tentang Pokok-pokok Hukum

Administrasi Negara mengatakan bahwa peraturan adalah Peraturan merupakan

hukum (in abstracto) atau (generalnorms) yang sifatnya mengikat umum atau

berlaku, sedangkan tugasnya mengatur hal-hal yang umum atau hal-hal yang

masih abstrak, agar peraturan ini dapat dilaksanakan haruslah dikeluarkan

ketetapan-ketetapan yang membawa peraturan ini ke dalam peristiwa konkrit,

yang nyata tertentu.12

Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan

dan/atau pengusahaan sarang burung walet.13 Sedangkan burung walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga/ collocalia

maxina, collocalia, esculanta, dan collocalia linchi.14

M. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

hukum normatif dan data yang dipergunakan melalui buku-buku diperpustakaan

12

Bachan Mustafa. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Bandung, Alumni, 2005, hlm.97

13

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pajak Sarang Burung Walet, Pasal 1 angka 10

14

(11)

(libary research). Penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian

ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan dipandang dari

sisi normatifnya.15 2. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif berarti bahwa penelitian ini

menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia terkait

implementasi terhadap wajib pajak sarang burung walet berdasarkan Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pajak Sarang Burung Walet.

3. Pendekatan penelitian

Pendekatan undang–undang (statute approach) dilakukan dengan

menelaah semua undang–undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan

implementasi terhadap wajib pajak sarang burung walet berdasarkan Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011.16 4. Data penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang terbagi atas:

a. Bahan hukum primer yaitu berbagai bahan hukum yang bersifat mengikat

yang terdiri dari: Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor

12 Tahun 2011 tentang Pajak Sarang Burung Walet.

15

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Surabaya, Bayu Media Publishing, 2005), hlm. 46.

16

(12)

b. Bahan hukum sekunder yaitu berbagai bahan kepustakaan berupa buku,

jurnal, bahan kuliah, hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

c. Bahan hukum tertier yaitu berbagai bahan yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Hukum,

Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, serta pencarian pada

website-website yang relevan.

5. Tehnik pengumpulan data

Jenis data dalam penelitian ini meliputi data sekunder. Teknik

pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data

melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, literatur,

tulisan-tulisan para pakar hukum, bahan kuliah, putusan-putusan hakim yang berkaitan

dengan penelitian ini.

6. Analisis data

Analisis data yang dilakukan secara kualitatif yakni pemilihan teori-teori,

asas-asas, norma-norma, doktrin dan pasal-pasal di dalam perundang-undangan

terpenting yang relevan dengan permasalahan. Membuat sistematika dari

data-data tersebut sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu sesuai dengan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis secara

kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis pula,

selanjutnya semua data diseleksi, diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif

sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.

(13)

N. Sistematika Penulisan

Didalam penulisan skripsi ini dikemukakan sistematika agar dapat diperoleh

suatu kesatuan pembahasan yang saling berhubungan erat bab satu dengan bab

yang lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan bab pendahuluan, dalam hal ini memuat

sub-sub bab yaitu latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka,

metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP WAJIB PAJAK SARANG

BURUNG WALET KOTA MEDAN

Bab ini menguraikan Pengertian Pajak dan Sarung Burung Walet,

Nama, Objek, Subjek dan Wajib Pajak dan Pengaturan Peraturan

Perundang-Undangan Terhadap Wajib Pajak Sarang Burung Walet.

BAB III IMPLEMENTASI, PEMUNGUTAN, PENGAWASAN DAN

PENEGAKAN HUKUM BAGI WAJIB PAJAK SARANG

BURUNG WALET

Bab ini berisikan implementasi pemungutan wajib pajak sarang

burung walet, pengawasan terhadap pemungutan wajib pajak sarang

burung walet dan penegakan hukum terhadap wajib pajak sarang

(14)

BAB IV HAMBATAN DAN BAGAIMANA MENGATASINYA DALAM

IMPLEMENTASI PERDA KOTA MEDAN NOMOR 12 TAHUN

2011 TENTANG

Bab ini berisikan

PAJAK SARANG BURUNG WALET

hambatan yang ditemukan dalam implementasi

terhadap wajib pajak sarang burung walet di Kota Medan dan upaya

mengatasi hambatan dalam implementasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

terhadap wajib pajak

sarang burung walet di Kota Medan.

Bab V ini merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian

ini, penulis mengemukakan kesimpulan dan saran yang didapat

sewaktu penulis mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga

Referensi

Dokumen terkait

N : Jadi untuk mengatur prosedur pelaksanaan, semua eselon satu dan eselon dua serta saya sebagai bagian yang melaksanakan penyesuaian ini berkumpul untuk

Apabila seluruh atau sebagian Hakim Konstitusi menerima atau mengabulkan permohonan perkara 53/PUU-XIV/2016 dan perkara 73/PUU-XIV/2016 dimana kedua permohonan

Penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian hukum, serta melalui pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual, hasil penelitian ini menunjukkan

Anda dapat menambahkan catatan pegawai dengan cara memilih nama pegawai kemudian tekan tombol maka sistem akan menampilkan data pegawai dan data catatan jika

Through strategic exercises of digital photography and imaging, students can learn visual literacy in a very dynamic way; not only reading images, but also creating them

• El administrador de grupo necesita hacer un control final de las auditorías internas para saber si las auditores internos necesitan más capacitación o no. Criterios

Forms of community participation in waste handling or disposal include: knowledge of waste / sanitation, routine retribution fee payments, RT / RW / village

Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa nilai proportional shift (P) untuk semua sektor yang ada bertanda positif, kecuali sektor pertambangan dan penggalian; dan industri