BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangLuka tekan adalah cedera pada kulit dan jaringan lain yang berada
dibawahnya, biasanya di atas penonjolan tulang, akibat tekanan atau tekanan akibat gaya gesek. Saat ini luka tekan merupakan suatu penderitaan sekunder
yang banyak dialami oleh pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi tirah baring.
Pasien yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi tirah baring merupakan
suatu intervensi dimana klien dibatasi untuk tetap berada di tempat tidur untuk tujuan terapeutik. Tujuan utama tirah baring yaitu mengurangi aktivitas fisik,
mengurangi nyeri, memungkinkan klien sakit atau lemah untuk beristirahat mengembalikan kekuatan, dan memberi kesempatan pada yang lebih untuk beristirahat tanpa gangguan (Potter & Perry 2010). Tetapi pada keadaan tirah
baring dalam jangka waktu lama itu dapat menyebabkan risiko gangguan integritas kulit. Gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh tekanan yang lama, iritasi kulit atau imobilisasi dan berdampak akhir timbulnya luka tekan. Luka
tekan biasanya berkembang pada 2 minggu pertama perawatan dirumah sakit (Longemo et al.,1989 dalam Potter & Perry, 2010).
Wound, Ostomy, and Continence Nurses Society (2003 dalam Potter & Perry, 2010) menyatakan bahwa lebih dari satu juta individu mengalami luka tekan setiap tahun. National Pressure Ulcer Advisory Panel (2001 dalam
meningkat, dari data yang diperoleh dari The Fifth National Pressure Ulcer di Amerika Serikat di ruang perawatan akut dari 10,1% menjadi 17%, di ruang
perawatan kronis dari 23% menjadi 28%, dan home care dari 0% menjadi 29%. Seongsook et al (2004 dalam Yusuf, 2010) menyatakan bahwa prevalensi luka tekan di ASEAN berkisar 21%–31,3% sedangkan angka
kejadian luka tekan di Indonesia lebih tinggi mencapai 33,3% .
Timbulnya luka tekan dapat meningkatkan durasi lamanya tinggal dirumah
sakit sehingga hal ini akan meningkatkan beban terutama biaya rawat inap akan meningkat seiring dengan lamanya waktu tinggal di rumah sakit (The
Agency for Health Care Policy and Research, 1994 dalam Potter & Perry, 2010).
Menurut Maklebust ( 1987 dalam Potter & Perry, 2010) mengatakan
munculnya luka tekan mengakibatkan meningkatnya biaya asuhan keperawatan sebesar 50% dan sulit untuk menentukan biaya pengobatan yang diperlukan pasien. Tingginya biaya asuhan keperawatan ini diperkirakan
antara $5000-$27000 perorang, tergantung tingkat keparahan luka tekan yang dialami (Maklebust, 1987; Stotts, 1988; Bryant, 1992 dalam Potter & Perry, 2010).
Menurut AHCPR (1994 dalam dalam Potter & Perry, 2010) luka tekan hampir 95% dapat di cegah melalui tindakan keperawatan, sisanya lebih
Livesley, 1987; Hibbs, 1988 dalam Morison (2015) juga menjelaskan bahwa Insiden luka tekan dapat secara nyata diturunkan bila penanggung
jawab di bidang kesehatan atau rumah sakit telah mengembangkan suatu kebijakan tentang pencegahan dan pengobatan luka tekan yang diketahui dan dilaksanakan oleh semua karyawan.
Berdasarkan penelitian Widodo (2007) menunjukkan bahwa penilaian risiko luka tekan menggunakan skala Braden dan skala norton yang dilakukan
pada waktu yang berbeda memberikan hasil yang tidak sama. skala Norton mendeteksi 40 pasien tirah baring dengan rata-rata pada hari ketiga 3,15, pada hari keenam 3,08, dan pada hari ke-sembilan 2,75. Sedangkan skala Braden
mendeteksi 40 pasien tirah baring rata-rata pada hari ke-tiga 2,70, pada hari ke-enam 2,35, dan pada hari ke-sembilan 2,10. Hal ini dapat diakibatkan
beberapa faktor, salah satunya adalah keberhasilan praktek perawatan dalam mengantisipasi risiko luka tekan, sehingga sangat diharapkan peran perawat dalam melakukan upaya pencegahan agar risiko luka tekan pada pasien tirah
baring dapat dikurangi.
Wound, Ostomy, and Continence Nurses society (2003 dalam Potter & Perry, 2010) menjelaskan bahwa pencegahan luka tekan merupakan prioritas
dalam perawatan klien dan tidak dibatasi pada klien dengan retriksi mobilisasi. Gangguan integritas kulit mungkin tidak menjadi masalah bagi individu yang
luka tekan akan lebih mudah daripada menyembuhkannya. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang bersifat preventif sangat penting dilakukan.
Ada tiga area intervensi keperawatan utama mencegah terjadinya luka tekan yaitu; perawatan kulit yang meliputi higienis dan perawatan kulit topikal; pencegahan mekanik dan pendukung untuk permukaan yang meliputi
pemberian posisi dan penggunaan tempat tidur serta kasur terapeutik; dan pendidikan kesehatan (Potter & Perry, 2010). Upaya pencegahan terjadinya
luka tekan dilakukan sedini mungkin sejak pasien teridentifikasi berisiko mengalami luka tekan.
Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki sejumlah peran di dalam
menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang ada (Asmadi, 2008). peran perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan, Peran
sebagai advokat, Peran edukator, Peran koordinator, Peran kolaborator , Peran konsultan, Peran pembaharu (Hidayat, 2007). Ada dua peran perawat dalam pencegahan luka tekan yaitu peran perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan yaitu meliputi perawatan kulit dan pencegahan mekanik; dan peran perawat sebagai edukator yaitu meliputi pendidikan kesehatan. Peran perawat ini harus dilaksanakan secara komprehensif atau menyeluruh, tidak
hanya berfokus pada tindakan promotif tetapi juga pada tindakan preventif seperti pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring. Peran perawat sebagai
Penelitian Suheri (2009) pada pasien tirah baring menyatakan bahwa dari 45 orang pasien tirah baring yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan sebanyak 88,8% mengalami luka tekan derajat 1 pada hari kelima perawatan dengan diagnosa yang paling banyak adalah pasien stroke sebanyak 33,3%, head injury 11,1%, fraktur 15,6%, sisanya adalah
pasien bedrest yang memerlukan perawatan lama.
Samsinar (2014) melakukan penelitian tentang risiko luka tekan di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa terdapat 13 orang pasien (27,1%) berada pada kategori resiko tinggi, 13 orang pasien (27,1%) berada pada kategori resiko sedang dan 13 orang pasien (27,1%)
berada pada kategori tidak ada risiko/ normal.
Melihat permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai peran perawat dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.2Rumusan Masalah
Tirah baring adalah suatu intervensi untuk tindakan terapeutik. Tetapi pada pasien tirah baring dalam jangka waktu lama itu dapat menyebabkan risiko gangguan integritas kulit. Gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh tekanan
yang lama, iritasi kulit atau imobilisasi dan berdampak akhir timbulnya luka tekan. Di RSUP Haji Adam Malik Medan 88,8% pasien tirah baring
mengetahui, bagaimanakah peran perawat dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring di RSUP Haji Adam Malik Medan?
1.3Pertanyaan penelitian
1. Bagaimanakah peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring di RSUP Haji
Adam Malik Medan?
2. Bagaimanakah peran perawat sebagai edukator dalam pencegahan luka
tekan pada pasien tirah baring di RSUP Haji Adam Malik Medan? 1.4Tujuan
1.4.1 Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perawat dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring lama di RSUP Haji Adam
Malik Medan.
1.4.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring
di RSUP Haji Adam Malik Medan.
2. Untuk mengetahui peran perawat sebagai edukator dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring di RSUP Haji Adam
1.5Manfaat
1. Bagi pendidikan keperawatan
Dapat memberikan bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar mengenai peran perawat dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring.
2. Bagi pelayanan keperawatan
Dapat memberikan masukan dan evaluasi dalam melaksanakan praktek
pelayanan keperawatan khususnya pada pencegahan luka tekan. 3. Bagi penelitian keperawatan
Dapat menambah wawasan dalam memperdalam peran perawat dalam
pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring di RSUP Haji Adam Malik Medan.
4. Bagi pasien