• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Sirih

2.1.1 Morfologi tanaman sirih

Sirih merupakan tanaman terna, tumbuh merambat atau menjalar, tinggi

5m sampai 15 m. Helaian daun berbentuk bundar telur lonjong pada bagian

pangkal berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul

atau berambut sangat pendek, tebal, bewarna putih, panjang 5 cm sampai 18 cm,

lebar 2,5 cm sampai 10,5 cm bunga berbentuk bulir berdiri sendiri di ujung

cabang dan berhadapan dengan daun. Bulir jantan, panjang gagang 1,5 cm sampai

3 cm, benang sari sangat pendek. Bulir betina, panjang gagang 2,5 cm sampai 6

cm. Kepala putik 3 sampai 5. Buah buni, bulat, dengan ujung gundul. Bulir masak

berambut kelabu, rapat, tebal 1 cm sampai 1,5 cm (Ditjen POM, 1995).

2.1.2 Sistematika Tanaman Sirih

Menurut Herbarium Medanense (Meda) sistematika tumbuhan sirih adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Piperales

(2)

Marga : Piper

Jenis : Piper betle L

2.1.3 Nama lain Tanaman Sirih

Tanaman sirih memiliki nama lain yang biasa disebut dengan sireh

(Minangkabau), Jabai (Lampung), demban (Batak toba), belo (Batak Karo),

burangir (Mandailing), tawuo (Nias), ranub (Aceh), suruh atau sedah (Jawa),

Seureuh (Sunda). Betle (Prancis), Betle, betlehe, Fitele (Portugal). (Azwar, 2010).

2.1.4 Kandungan dan Khasiat

Menurut MMI Edisi IV, daun sirih mengandung senyawa organik yaitu

minyak atsiri flavonoida, tanin, triterpenoid/steroida, saponin zat aktif yang

dikandung daun sirih yang berperan sebagai antibakteri yaitu senyawa flavonoid,

tanin, saponin (Robinson, 1995). Senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai

antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstrak

seluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri (Cowan, 1999).

Saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang mengganggu

permeabilitas membran sel bakteri yang mengakibatkan kerusakan membran sel

dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri

yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida (Ganiswarma, 1995). Senyawa tanin

merupakan senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan yang bersifat sebagai

antibakteri, memiliki kemampuan menyamak kulit dan juga dikenal sebagai

(3)

2.2 Ekstraksi

Ektraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu

pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat

larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan

lain-lain. (Ditjen POM, 2000). Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh

dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut

diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

2.2.1 Metode Ekstraksi

Menurut Ditjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi yaitu:

a. Cara Dingin

Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari :

1. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Secara tekonologi termasuk ekstraksi dengan prinsip

metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik

berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi

berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

2. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu

(4)

pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan,

tahap maserasi antara, tahap pekolasi sebenarnya (penetesan/penampungan

ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstak (perkolat) yang jumlahnya

1 sampai 5 kali bahan.

b. Cara Panas

Ekstraksi dengan cara panas terdiri dari:

1. Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut

terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada

temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50oC.

3. Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang

selalu baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi

kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Infudansi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 90oC selama 15 menit.

5. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 90oC selama 30 menit.

2.3 Antibiotik

Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri,

jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu proses

biokimia mikroorganisme lain. Istilah „antibiotika‟ sekarang meliputi senyawa

(5)

Sifat antibiotika adalah harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin

artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk mikroba tetapi relatif tidak

toksik untuk hospes (setiabudy, 2007).

2.3.1 Penggolongan antibiotik

Antibiotik dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian, yaitu :

a. Berdasarkan mekanisme kerja, antibiotik dikelompokkan dalam lima

kelompok yaitu :

1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga menghilangkan

kemampuan berkembang biak dan menimbulkan lisis, contoh penisilin

dan sefalosporin.

2. Mengganggu keutuhan membrane sel, mempengaruhi permeabilitas

sehingga menimbulkan kebocoran dan kehilangan senyawa

intraselular, contoh nistatin.

3. Menghambat sintesis protein sel bakteri, contoh tetrasiklin,

kloramfenikol dan eritromisin.

4. Menghambat sintesis asam nukleat contoh rifamfisin dan golongan

kuinolon.

5. Menghambat metabolisme sel bakteri, contoh sulfonamik.

b. Berdasarkan struktur kimia, antibiotik terdiri atas:

1. Antibiotik β-laktam, yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok

penisilin (ampisilin, amoksilin, dan lain-lain) dan kelompok sefalosporin

(sefalotin, sefaliridin, dan lain-lain).

2. Aminoglikosida, terdiri dari streptomisin, kanamisin, gentaminisin,

(6)

3. Kloramfenikol, terdiri dari kloramfenikol dan tiamfenikol.

4. Tetrasiklin, terdiri dari tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin,

doksisiklin, minosiklin.

5. Makrolida dan antibiotik yang berdekatan, terdiri dari eritromisin,

klindamisin, sinergistin.

6. Rifampisin, yaitu rifampisin.

7. Polipeptida siklik, yaitu basitrasin.

8. Antibiotik polien, terdiri dari mistatin, dan amfoterisin.

9. Antibiotik lain terdiri dari griseofulvin dan vankomisin.

c. Berdasarkan daya kerja, antibiotik dibagai dalam dua kelompok yaitu :

1. Bakteriostatik, yaitu menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri

atau bekerja menghambat sintesis protein bakteri contoh tetrasiklin,

kloramfenikol, feritronisin, linkomisin, klindamisin, sulfonamid.

2. Bakterisid, yaitu membunuh bakteri secara langsung atau bekerja

menghambat biosintesis dinding sel dan membran sitoplasma bakteri,

contoh penisilin dan turunannya, basitrasin, aminoglikosida, polimiksin,

rifampisin, sefalosporin, polipeptida. Sintesis dinding sel bakteri yang

terganggu maka bakteri tidak mampu mengatasi perbedaan tekanan

osmosis diluar dan dalam sel yang mengakibatkan kehancurannya.

Antibiotik kelompok bakterisid dapat bersifat bakteriostatik atau tidak

bekerja sama sekali pada dosis rendah, sebaliknya kelompok bakteriostatik

dapat bersifat bakterisid pada dosis tinggi. Pengunaan bakterisid penting

pada keadaan tubuh yang lemah, bila kadar antibodi tubuh tidak memadai,

(7)

baru sembuh dari sakit yang lama. Antibiotik bakteriostatik dapat

digunakan pada infeksi akud dan ringan serta jika jumlah antibodi dalam

tubuh masih memadai.

d. Berdasarkan spektrum kerja, antibiotik terdiri dari:

1. Spektrum sempit, bekerja terhadap beberapa jenis bakteri saja, contoh :

penisilin, eritromisin, klindamisin, hanya bekerja terhadap bakteri

grampositif dan gentamisin hanya bekerja terhadap gram negatif.

2. Spektrum luas, bekerja terhadap lebih banyak bakteri baik gram negatif

maupun gram positif serta jamur, contoh tetrasiklin, dan kloramfenikol,

ampisilin, sulfonamid, sefalosporin, rifampisin. (Tjay dan Rahardja, 2003).

2.3.2 Amoksisilin

rumus bangun amoksisilin dapat dilihat dalam gambar 2.1 dibawah ini.

(8)

Amoksisilin adalah antibiotik dengan spectrum luas, digunakan untuk

pengobatan seperti infeksi saluran pernafasan, saluran empedu, dan saluran seni,

gonorhu, gastroenteris, meningitis, dan infeksi salmonella sp; seperti demam

tipoid. Amoksisilin adalah turunan penisilin yang tahan asam tetapi tidak tahan

terhadap penisilinase (Siswandono, 2000).

Amoksisilin merupakan turunan dari penisilin semi sintetik dan stabil

dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada

saluran pencernaan, tidak tergantung adanya makanan. Amoksisilin terutama

diekskresikan dalam bentuk tidak berubah di dalam urin. Ekskresi amoksisilin

dihambat saat pemberian dengan probenesit sehingga memperpanjang efek terapi

(Siswandono, 2000).

2.3.3 Kombinasi Zat yang Bersifat Antibakteri

Kombinasi antibakteri atau antimikroba yang digunakan menurut indikasi

yang tepat dapat memberikan manfaat klinik yang besar. Penggunaan kombinasi

antibakteri (antibiotik) dimungkinkan dengan tujuan untuk menghadapi campuran

infeksi bakteri. Dengan kombinasi diharapkan mendapatkan hasil yang

sinergisme. Sehingga perlu dicari terapi alternatif yang lebih aman dengan

melakukan kombinasi zat yang bersifat antibakteri dan diharapkan memberikan

efek yang sinergis. Sinergisme adalah kerja sama antara dua obat dan dikenal

dengan dua jenis:

a. Adisi (penambahan) yaitu efek kombinasi yang dihasilkan antara dua obat

merupakan hasil yang sama dengan jumlah kegiatan dari masing-masing

(9)

b. Potensiasi (peningkatan potensi) adalah efek dari kedua obat saling

memperkuat khasiatnya, sehingga terjadi efek yang melebihi jumlah

matematis dari a+b.

Jika hasil penjumlahan kedua diameter zona hambat obat A dan obat B

melebihi dari jumlah diameter zona hambat secara tunggal maka dapat dipastikan

bahwa kombinasi obat A dan B bersifat sinergisme potensiasi (Chin, 2000;

Mulyantono dan Isman, 2008; Tjay dan Rahardja, 2007).

Pengujian untuk melihat efek sinergisme dari kombinasi kedua antibakteri

dapat juga dilakukan dengan cara Disk Diffusion Testing (DDT) dimana pengujian dilakukan menggunakan cakram, pengujian ini sama dengan metode test Kirby &

Bauer. Disk atau cakram terlebih dahulu masing-masing diresapi dengan agen antimikroba tunggal kemudian keduanya ditempatkan pada jarak yang sama

dengan jumlah dari jari-jari zona penghambatan agen antimikroba saat diuji secara

terpisah atau tunggal. Kombinasi dikatakan bersifat sinergisme jika menunjukkan

peningkatan atau membentuk seperti jembatan pada atau dekat persimpangan dari

dua zona hambat, atau hambatan dari pertumbuhan yang merupakan efek

kombinasi dari kedua agen antimikroba (Schwalbe, et al., 2007). Kombinasi yang

bersifat sinergisme dapat dilihat pada Gambar 2.

(10)

Gambar 2.2 Gambaran efek kombinasi agen antimikroba secara DDT

Keterangan: A= Kombinasi bersifat aditif

B= Kombinasi bersifat sinergis

C= Kombinasi bersifat antagonis

D= Kombinasi bersifat sinergis (Sumber: Schwalbe, et al., 2007).

2.4 Sterilisasi

Sterilisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk tujuan

membunuh atau menghilangkan mikroorganisme yang tidak diingingkan pada

suatu objek atau spesimen. Cara-cara sterilisasi (Pratiwi, 2008) yaitu:

a. Sterilisasi dengan bahan kimia, contoh: senyawa fenol dan turunannya.

Desinfektan ini digunakan misalnya untuk membersihkan area tempat

bekerja.

b. Sterilisasi kering digunakan untuk alat-alat gelas misalnya cawan petri dan

tabung reaksi. Waktu sterilisasi selama ±2 jam, berdaya penetrasi rendah.

Ada dua metode sterilisasi panas kering yaitu dengan insinerasi, yaitu

pembakaran dengan api bunsen dan oven dengan temperatur sekitar

(11)

160 – 170o C.

c. Sterilisasi basah, biasanya menggunakan uap panas bertekanan dalam

autoklaf. Media biakan, larutan dan kapas dapat disterilkan dengan cara

ini. Autoklaf merupakan suatu alat pemanas bertekanan tinggi dengan

meningkatnya suhu air maka tekanan udara akan bertambah dalam

autoklaf yang tertutup rapat. Sejalan dengan meningkatnya tekanan di atas

tekanan udara normal, titik air meningkat. Biasanya pemanasan autoklaf

berada pada suhu 1210 C selama 15 menit.

d. Filtrasi bakteri, digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang terurai

atau tidak tahan panas.

2.5Bakteri

Nama bakteri berasal dari kata “baterion” (bahasa Yunani) yang berarti

tongkat atau batang. Sekarang namanya dipakai untuk menyebutkan sekelompok

mikroorganisme yang bersel satu berbiak dengan pembelahan diri, serta sangat

kecil sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1987).

Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dapat dipengaruhi oleh :

a. Temperatur

Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan

laju reaksi kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan ini maka

bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Bakteri psikofil, yaitu bakteri ysng dapat hidup pada temperatur

(12)

2. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur

maksimal 45o C, temperatur optimum adalah 20-40o C.

3. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur

maksimal 100o C, temperatur optimum 55-65o C.

Temperatur optimum biasanya merupakan refleksi dari lingkungan

normal organisme tersebut oleh karena itu bakteri-bakteri pathogen bagi

manusia biasanya tumbuh dengan baik pada 37o C (Pratiwi, 2008).

b. pH

pH optimum bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5.

Namun ada beberapa microorganisme yang dapat tumbuh pada keadaan

yang sangat asam atau alkali (Pratiwi, 2008).

c. Tekanan osmosis

Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran

semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media.

Medium yang sangat baik untuk pertumbuhan sel adalah medium isotonis

terhadap sel tersebut. Dalam larutan hipotonik air akan masuk kedalam sel

sehingga menyebabkan sel membengkak, sedangkan dalam larutan

hipertonik air akan keluar dari sel sehingga membran plasma mengerut

dan lepas dari dinding sel (Plasmolisis) (Pratiwi, 2008; Lay, 1994).

d. Oksigen

Berdasarkan kebutuhan oksigen mikroorganisme dikenal menjadi

empat golongan yaitu:

1. Bakteri aerob, yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk

(13)

2. Bakteri anaerob, yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen.

3. Bakteri anaerob fakultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan

oksigen ataupun tanpa oksigen.

4. Bakteri mikroaerob, yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan

adanya sedikit oksigen (Pratiwi, 2008)

e. Nutrisi

Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis dan

pembentukan energi. Berdasarkan kebutuhannya nutrisi dibedakan

menjadi dua yaitu makroelemen (elemen yang diperlukan dalam jumlah

yang banyak) dan mikroelemen (elemen nutrisi yang diperlukan dalam

jumlah sedikit) (Pratiwi, 2008).

2.5.1 Fase Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan bakteri meliputi empat fase (Pratiwi, 2008) yaitu:

1. Fase stasioner

Pertumbuhan bakteri berhenti pada fase ini dan terjadi

keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang

mati. Karena pada fase ini terjadi akumulasi produk buangan yang toksik.

2. Fase eksponensial (fase log)

Fase ini merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan

membelah pada kecepatan maksimum, tergantung pada genetika bakteri,

sifat media dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju

(14)

3. Fase lag

Fase lag merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian

mikroorganisme pada suatu lingkungan baru. Ciri fase ini adalah tidak

adanya peningkatan jumlah sel yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel.

Lama fase lag tergantung pada kondisi dan jumlah awal mikroorganisme

dan media pertumbuhan.

4. Fase kematian

Pada fase ini terjadi penurunan nutrisi yang diperoleh oleh bakteri

sehingga bakteri memasuki fase kematian. Laju kematian melampui dari

laju pertumbuhan, dan pada akhirnya pertumbuhan bakteri terhenti (Volk

dan Wheeler, 1988).

2.5.2 Klasifikasi bakteri

Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

golongan (Dwidjoseputro, 1988), yaitu:

a. Golongan basil

Golongan basil berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Basil dapat

bergandengan dua-dua atau terlepas satu sama lain, yang bergandeng-gandengan

panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil.

b. Golongan kokus

Golongan kokus merupakan bakteri yang bentuknnya serupa bola-bola

Kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang

bergandeng-gandengan panjang berupa rantai, disebut streptokokus, ada yang berbergandeng-gandengan

dua-dua disebut diplokokus, ada yang mengelompok berempat disebut tetrakokus

(15)

c. Golongan spiral

Golongan spiral merupakan bakteri yang bengkok atau

berbengkok-bengkok berupa spiral. Bakteri ini tidak banyak terdapat, karena itu merupakan

golongan yang paling kecil jika dibandingkan dengan golongan kokus maupun

dengan golongan basil.

2.6 Uraian Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli 2.6.1 Bakteri Escherichia coli

Escherichia coli disebut juga Bacterium coli, merupakan bakteri gram negatif, aerob atau anaerob fakultatif, panjang 1-4 µm, lebar 0,4-1,7 µm,

berbentuk batang, tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh baik pada suhu 37o C tetapi

dapat tumbuh pada suhu 8-40o C, membentuk koloni yang bundar, cembung,

halus dan dengan tepi rata. Escherichia coli biasanya terdapat dalam saluran cerna

sebagai flora normal. Bakteri ini dapat menjadi pathogen bila berada diluar usus

atau dilokasi lain dimana flora normal jarang terdapat (Jawetz, 2001). Strain

Escherichia coli yang memproduksi enterotoksin melepaskan toksin yang menyebabkan sekresi elektrolit dan cairan ke saluran pencernaan yang berlebihan.

Hal ini dapat menyebabkan gejala diare yang bervariasi yaitu dari ringan sampai

berat (Supardi dan Sukamto, 1999).

2.6.2 Bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus termasuk dalam suku Micrococcaceae. Staphylococcus aureus berasal dari kata “Staphele” yang berarti kumpulan dari

anggur, dan kata “aureus” dalam bahasa Latin yang berarti emas. Staphylococcus

(16)

bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8-1,0 µm, tidak membentuk

spora dan tidak bergerak, koloni berwarna kuning. Bakteri ini tumbuh cepat pada

suhu 37o C tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu 20-25o C. (Jawetz,

2001). Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut,

tenggorokan dan dapat pula dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini

dapat menyebabkan berbagai macam infeksi seperti intoksikasi, jerawat, bisul,

meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan

(Supardi dan Sukamto, 1999).

Keracunan makanan oleh Staphylococcus aureus dapat menimbulkan

berbagai gejala setelah 2-4 jam. Gejala-gejala tersebut yaitu meliputi muntah,

diare, mual, kejang dan timbul perasaan letih (Adam dan Moss,1995).

2.6.3 Pengukuran aktivitas antibakteri

Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode dilusi

(pengenceran) atau dengan metode difusi.

a. Metode Dilusi

Metode ini menggunakan antimikroba dengan konsentrasi yang

berbeda-beda dimasukkan pada media cair. Media tersebut langsung diinokulasikan

dengan bakteri dan diinkubasi. Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan

konsentrasi terkecil suatu zat antibakteri dapat menghambat pertumbuhan atau

membunuh bakteri uji. Metode dilusi agar membutuhkan waktu lama dalam

(17)

b. Metode Difusi

Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar dengan

menggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang. Prinsip metode ini

adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi

zat yang bersifat sebagai antibakteri di dalam media padat melalui pencadang.

Daerah hambatan pertumbuhan bakteri adalah daerah jernih di sekitar cakram.

Luas daerah hambatan berbanding lurus dengan aktivitas antibakteri, semakin

kuat daya aktivitas antibakterinya maka semakin luas daerah hambatnya. Metode

ini dipengaruhi oleh banyak faktor fisik dan kimia, misalnya; pH, suhu, zat

inhibitor, sifat dari media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas

Gambar

Gambar  2.1  Rumus bangun amoksisilin
Gambar 2.2 Gambaran efek kombinasi agen antimikroba secara DDT

Referensi

Dokumen terkait

Gertrud, aku hanya mau bilang, motif para muslim yang mengaku jihadis dengan melakukan teror itu jika dirunut-runut adalah masalah ekonomi. Jangan kau salahkan Islam. Tidak ada

operasionalnya dengan baik, selain dibutuhkan manusia sebagai pengguna juga dibutuhkan kartu atau chip yang dapat berfungsi untuk menjalankan sistem yang terdapat

Pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap rumah sakit umum daerah Swadana Tarutung Tapanuli Utara tahun 2008. Pascasarjana Universitas

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “An Analysis of the Flouting of the Gricean Maxims in Ini Talkshow ” ini tidak terdapat karya yang pernah

Tujuan penelitian ini adalah Mengevaluasi karakteristik mutu fisikokimiawi dan mikrobiologi berbagai merk air minum dalam kemasan, air minum beroksigen dalam kemasan, yang beredar

[r]

Siswa menghafal niat shalat id dan bacaan – bacaan shalat dengan durasi waktu yang ditentukan oleh peneliti.. Setiap kelompok praktek shalat id

Produk tabungan sebagai media penyimpanan dana dalam rupiah untuk Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH), dengan menggunakan akad sesuai syariah yaitu Mudharabah