• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jaringan Komunikasi dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional Sibayak– Berastagi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jaringan Komunikasi dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional Sibayak– Berastagi)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Kerangka teori berisi pokok-pokok pikiran yang menjadi titik tolak atau landasan dalam menyoroti masalah, sehingga menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian disoroti. Kerlinger, menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. (Rakhmat, 2004:6)

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Organisasi, Jaringan Komunikasi, Komunikasi antar Pribadi, Human Relations, dan Produktivitas Kerja.

2.1.1) Komunikasi Organisasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Manusia tidak akan terlepas dari hubungannya dengan manusia lain, yang saling mempengaruhi dan berinteraksi demi memenuhi kebutuhannya dan kepentingannya. Pada hakikatnya,

komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia,yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan mengunakan bahasa alat penyalurannya.

(2)

komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Dalam pembagian tugas dan tanggung jawab, pemecahan masalah, penyebaran informasi atau apapun juga, intinya komunikasi merupakan dasar dari segala aktifitas dalam organisasi.

Menurut Schein, organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab (dalam Muhammad 2009:23) . Selanjutnya menurut Stephen Robbins organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. (dalam Sobirin, 2007:5)

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan bersama atau tujuan umum. Pada dasarnya organisasi mempunyai karakteristik yang umum yaitu:

1) Dinamis, organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus-menerus mengalami perubahan, karena selalu mengahadapi tantangan baru dari lingkungannya dan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah tersebut.

2) Memerlukan informasi, setiap organisasi memerlukan informasi untuk tetap bertahan, untuk mendapatkan informasi perlu adanya komunikasi. Informasi yang dibutuhkan baik berasal dari dalam organisasi maupun dari luar organisasi.

3) Mempunyai tujuan, organisasi merupakan kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan organisasi harus dihayati oleh seluruh anggota organisasi.

4) Terstruktur, organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuannya, biasanya membuat aturan-aturan, undang-undang dan hierarki hubungan dalam organisasi dan hal ini dinamakan struktur organisasi.

(Muhammad, 2009:29-31)

(3)

1) Ada sejumlah orang, menunjukkan bahwa organisasi dibentuk oleh orang-orang yang telah diseleksi, memenuhi syarat-syarat tertentu, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal dan jenis pendidikan informal, pengalaman kemampuan individual dan kerjasama.

2) Ada tugas-tugas tertentu, berkaitan dengan pelimpahan tugas, fungsi d2kuti dengan kekuasaan dan kewenangan untuk melaksanakannya sebagai tanggung jawab baik bagi dirinya maupun untuk kepentingan organisasi maupun orang-orang lain yang berkaitan dengannya atau mereka yang dilayani.

3) Ada sarana dan prasarana, berkaitan dengan segala fasilitas material dan non material yang mendukung atau memudahkan terlaksananya satu atau lebih tugas yang telah dipercayakan kepada dia.

4) Ada kerjasama, mengacu pada sebuah dinamika hubungan antara satu jenis pekerjaan dengan pekerjaan lain, dan juga prasarana abstrak seperti aturan atau regulasi yang menetapkan ruang lingkup kekuasaan dan wewenang serta pengaturan hubungan-hubungan di antara mereka.

5) Ada tujuan, berkaitan dengan harapan atau cita-cita yang ideal yang akan dicapai dalam kebersamaan tersebut. (Liliweri, 2004:15)

Sejalan dengan itu, komunikasi organisasi sering diartikan sebagai perilaku pengorganisasian (organizing behavior) yakni bagaimana para karyawan terlibat dalam proses bertransaksi dan memberikan makna atas apa yang sedang terjadi. Jadi kedudukan komunikasi dalam organisasi itu sebenarnya menekankan pada bagaimana suatu organisasi dikonstruksi dan dipelihara lewat proses komunikasi. Dengan kata lain keberadaan komunikasi dalam organisasi itu membuat kita mampu membedakan dua hal yaitu: (1) menunjukkan bagaimana para anggota bekerja sebagai seorang organisatoris, (2) bagaimana operasi jaringan kerja yang mengaitkan mereka satu sama lain. (Liliweri, 2004: 60-61)

(4)

Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi organisasi dan apa maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi.

(Pace, 2010:33)

Menurut Redding dan Sanborn komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan satuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program. Selanjutnya menurut Katz dan Kahn bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah sebagai suatu sistem terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.

(dalam Muhammad, 2009:65-66)

Jadi, dapat disimpulkan komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal, yang didalamnya meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah, media, orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan ketampilan/skillnya.

2.1.1.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Organisasi

Menurut Liliweri dalam bukunya yang berjudul “Wacana Organisasi” menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:

a. Fungsi umum

- To tell. Komunikasi berfungsi untuk “menceritakan” informasi terkini mengenai bagaimana atau keseluruhan hal yang berkaitan dengan pekerjaan.

- To sell. Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan dan ide, pendapat, fakta, termaksud menjual sikap organisasi, sikap tentang sesuatu yang merupakan subjek layanan.

- To learn. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para karyawan agar mereka bisa “belajar” dari orang lain, belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan dan dikerjakan orang lain yang berhubungan dengan organisasi.

(5)

b. Fungsi khusus

- Membuat para karyawan melibatkan diri kedalam isu organisasi lalu menterjemahkannya kedalam tindakan tertentu di dalam sebuah “komando”.

- Membuat para karyawan menciptakan dan menangani “relasi” antara sesama bagi peningkatan produk organisasi”

- Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani atau mengambil keputusan-keputusan salam suasana yang “ambigu’ atau tidak pasti”. (Liliweri, 2004:66-67)

Tujuan Komunikasi organisasi adalah sebagai saluran untuk melakukan dan menerima pengaruh mekanisme perubahan, alat untuk mendorong produktivitas dan sebagai sarana yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya. Menurut Effendy (2006) ada empat tujuan komunikasi yaitu:

1) Mengubah sikap (to change the attitude) yaitu sikap individu atau kelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi yang mereka terima.

2) Mengubah pendapat atau opini (the change opinion) yaitu pendapat individu atau kelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi yang mereka terima.

3) Mengubah perilaku (to change the behaviour) yaitu perilaku individu atau kelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi yang diterima.

4) Mengubah masyarakat (to change the society) yaitu tingkat sosial indovidu atau kelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi yang mereka terima.

2.1.1.3 Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi dalam organisasi tidak selamanya berjalan dengan mulus

seperti yang diharapkan. Seringkali dijumpai dalam suatu organisasi terjadi salah pengertian antara satu anggota dengan anggota lainnya atau antara atasan dengan bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi. Robbins meringkaskan beberapa hambatan komunikasi sebagai berikut:

1) Penyaringan (filtering).

(6)

2) Perspektif selektif.

Hambatan ini merupakan keadaan dimana penerima pesan di dalam proses komunikasi melihat dan mendengar atas dasar keperluan, motivasi, latar belakang pengalaman, dan cirri-ciri pribadi lainnya. Jadi, boleh jadi tidak sama dengan apa yang dilihat dan didengar oleh orang lain. Hal ini disebut juga adanya perbedaan persepsi sehingga dapat menjadi penghambat bagi komunikasi yang efektif.

3) Perasaan

Hambatan ini merupakan bagaimana perasaan penerima pada saat dia menerima pesan komunikasi akan mempengaruhi cara dia menginterpretasikan pesan. Pesan yang sama yang diterima oleh seseorang di saat sedang marah akan berbeda penafsirannya jika ia menerima pesan itu dalam keadaan normal.

4) Bahasa

Kata-kata memiliki makna yang berbeda antara seseorang dengan orang lain. Kadang-kadang, arti dari sebuah kata tidak berada pada kata itu sendiri tetapi pada kita. Umur, pendidikan, lingkungan kerja dan budaya adalah hal-hal yang secara nyata dapat mempengaruhi bahasa yang dipakai oleh seseorang, atau definisi yang dilekatkan pada suatu kata. (dalam Masmuh, 2010:80-82)

2.1.1.4 Usaha-Usaha Untuk Mengurangi Hambatan Komunikasi dalam Organisasi

Menurut Down, ada empat cara umum yang dapat dilakukan oleh anggota organisasi untuk menambah ketepatan mengkomunikasikan informasi dalam organisasi. Cara tersebut adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan lebih dari satu saluran komunikasi

Bila seorang karyawan atau pimpinan merasa bahwa informasi yang dia terima mungkin mendapat ganguan maka salah satu cara menemukan gangguan maka salah satu cara untuk menemukan ganguan tersebut adalah mengkonfirmasikan pesan itu dengan berbagai sumber pesan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berikut:

a. Menggunakan sumber informasi yang di luar organisasi, termasuk materi yang telah dipublikasikan, teman dari organisasi lain, langganan organisasi, orang yang memberikan bantuan terhadap organisasi, kenalan, kontak yang bersifat politik dan desas-desus.

b. Menciptakan bidang tanggung jawab yang tumpang tindih diantara karyawan sehingga adanya kompetisi dalam proses komunikasi. Tiap orang dalam bagian itu akan mengetahui apabila laporannya kurang tepat maka akan dibantah oleh karyawan lainnya.

2) Menciptakan prosedur untuk mengimbangi distorsi atau hambatan

(7)

kecenderungan biasanya banyak efek faktor personal dan organisasi ini dapat dikurangi.

3) Menghilangkan pengantara antara pembuat keputusan dengan pemberi informasi

Cara ini dapat dilakukan dengan memelihara struktur organisasi yang mendatar atau dengan menggunakan bermacam-macam strategi langsung. Dengan mengurangi jumlah mata rantai jaringan komunikasi maka jumlah penyaringan dan distorsi komunikasi akan berkurang. Struktur organisasi yang datar menghendaki pengontrolan yang luas. Bawahan mempunyai tingkat kebijaksanaan yang lebih besar karena supervisor mempunyai waktu yang sedikit dengan tiap-tiap bawahan. Kecenderungan dalam struktur organisasi yang datar adalah kurangnya distorsi dalam komunikasi vertikal karena kurangnya jumlah tingkat yang dilalui oleh suatu pesan.

4) Mengembangkan pembuktian gangguan pesan

Satu cara untuk mengurangi hambatan adalah menciptakan sistem pesan yang tidak boleh mengubah arti pesan selama dalam pengiriman. Untuk membuktikan tidak ada distorsi, suatu pesan, suatu pesan harus dapat dikirimkan tanpa penyingkatan atau perluasan diantara sumber dan tujuan si penerima. (dalam Masmuh, 2010:95-97)

2.1.2) Jaringan Komunikasi Organisasi

Berdasarkan sejarahnya dalam Mc phee dan Tompkins (1985), diceritakan bahwa penelitian tentang jaringan ini dilakukan berdasarkan sebuah eksperimen pemecahan masalah dalam kelompok. Penelitian dilakukan dalam kelompok kecil (biasanya terdiri dari lima orang). Mereka diberikan masalah yang kompleks dan diminta untuk menyelesaikannya. Dari hasil percobaan tersebut ditemukan bahwa jaringan komunikasi dalam kelompok mempengaruhi efisiensi pengambilan keputusan, aktivitas komunikasi, pengembangan organisasi dan kepuasan kelompok. Pada dasarnya menurut Ruben dan Stewart, alasan mengapa mempelajari jaringan komunikasi adalah cara untuk mengkoordinir aktivitas individu, hubungan kelompok, subunit lain dalam organisasi, menyediakan mekanisme untuk mengarahkan aktivitas organisasi secara keseluruhan, memfasilitasi pertukaran informasi dalam organisasi dan memastikan aliran informasi antara organisasi dan lingkungan eksternal dimana organisasi tersebut

(8)

pada orang tersebut. Pertukaran pesan melalui jalan tertentu itulah yang dinamakan jaringan komunikasi.

(kk.mercubuana.ac.id/files/42004-9-899936226325.doc‎, diakses pada tanggal 13 April 2013)

Pada dasarnya jaringan komunikasi dalam organisasi adalah pola interaksi yang terjadi dalam organisasi oleh anggota organisasi. Menurut Muhammad (2009:102), jaringan komunikasi adalah pertukaran pesan melalui jalan tertentu. Suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin hanya di antara dua orang, tiga atau lebih dan mungkin juga di antara

keseluruhan orang dalam organisasi. Bentuk stuktur dari jaringan itupun juga akan berbeda-beda.

Peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan ini ditentukan oleh pola hubungan interaksi individu dengan arus informasi dalam jaringan komunikasi. Untuk mengetahui jaringan komunikasi serta peranannya dapat digunakan analisis jaringan dan dari hasil analisis jaringan dapat diketahui bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu kelompok dengan kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalm suatu organisasi. Ada tujuh peranan jaringan komunikasi menurut Pace yaitu:

1) Anggota klik

Sebuah kelompok individu yang paling sedikit separuh dari kontaknya merupakan hubungan dengan anggota lainnya. Kebanyakan anggota klik relatif akrab satu dengan lainnya dalam hierarki formal organisasi dan ini menunjukkan kemiripan sistem komunikasi formal dan informal. Satu syarat bagi anggota klik adalah bahwa individu-individu harus mampu melakukan kontak satu dengan lainnya bahkan dengan cara tidak langsung. Hal ini terjadi dalam klik, pada saat berkomunikasi mereka cenderung lebih suka melakukan komunikasi tatap muka meskipun harus menempuh jarak teretntu. Hal ini tidak berlaku bila kita berkomunikasi dengan orang yang tidak/kurang kita sukai maka kita cenderung menghindari komunikasi tatap muka. Klik seringkali terdiri dari individu yang memiliki alasan formal yang berhubungan dengan jabatan untuk melakukan kontak sekaligus juga mempunyai alasan informal maupun antarpersonal.

2) Penyendiri (Isolate/loners)

(9)

sifat-sifat khusus penyendiri. Ia menyatakan bahwa penyendiri berbeda dengan anggota klik dalam arti:

• kurang aman dalam konsep-diri mereka; • kurang termotivasi oleh cita-cita;

• kurang bersedia untuk berinteraksi dengan orang lain; • lebih muda dan kurang berpengalaman dalam sistem; • lebih jarang menduduki posisi yang kuat dalam organisasi; • lebih cenderung menahan daripada melancarkan aliran informasi; • relatif lebih tidak puas dengan sistem;

• beranggapan bahwa sistem komunikasi tertutup bagi mereka. 3) Jembatan (Brige)

Seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam kontak antarkelompok, juga menjalin kontak dengan anggota klik lain. Sebuah jembatan berlaku sebagai pengontak langsung antara dua kelompok pegawai. Farace dan rekan-rekannya (1977) memperkirakan bahwa penyimpangan pesan akan meningkat bila kontak dan hubungan di antara klik-klik ditangani oleh jembatan. Sebuah jembatan rentan terhadap semua kondisi yang menyebabkan kehilangan, kerusakan dan penyimpangan informasi.

4) Penghubung (Liaison)

Orang yang mengaitkan atau menghubungkan dua klik atau lebih tetapi ia bukan anggota salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut. Penghubung mengaitkan satuan-satuan organisasi bersama-sama dan menggambarkan orang-orang yang berlaku sebagai penyaring informasi dalam organisasi. 5) Penjaga gawang (Gate Keepers)

Orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan melalui sistem tersebut.

6) Pemimpin pendapat (Opinion Leader)

Orang tanpa jabatan formal dalm semua sistem sosial, yang membimbing pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka. Mereka merupakan orang yang mengikuti permasalahan dan dipercayai orang-orang lainnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

7) Kosmopolit (Cosmopolites)

Individu yang melakukan kontak dengan dunia luar, dengan individu-individu di luar organisasi. Kosmopolit menghubungkan para anggota dengan orang-orang dan peristiwa-peristiwa di luar batas-batas struktur organisasi. Anggota organisasi yang aktif keluar biasanya lebih menyukai peran ini. Mereka memiliki kontak dengan sumber-sumber di luar organisasi dan bertindak sebagai saluran bagi gagasan yang akan diadopsi organisasi.

(Pace, 2010:176-183)

(10)

pemroses informasi (sebagai sentral) yang menyediakan hubungan langsung di antara klik-klik yang berlainan. Penghubung mengintegrasikan dan menjadi penghubung antar klik. Penjaga gawang mengendalikan perpindahan pesan dan kontak dengan tujuan meminimalkan kelebihan beban dan meningkatkan keefektifan. Pemimpin pendapat melancarkan pembentukan dan perubahan sikap dan membantu dalam pengambilan keputusan informal. Kosmopolit menghubungkan organisasi dengan orang-orang dan gagasan dalam lingkungan yang lebih besar.

Pada umumnya dalam jaringan komunikasi organisasi ini dapat dibedakan atas dua bagian yaitu jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Dengan kata lain hubungan yang terjadi dalam organisasi dapat terjadi secara formal dan informal. (Muhammad, 2009:107)

2.1.2.1 Jaringan Komunikasi Formal

Jaringan komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Komunikasi formal ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen maupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari

arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu:

1) Komunikasi ke bawah (downward communication)

(11)

Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan menurut Katz dan Kahn (1966) di antaranya: (1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). Sedangkan untuk pemilihan metode dan media dalam proses komunikasi ke bawah dilakukan secara lisan, tertulis, dengan gambar atau simbol-simbol, dalam bentuk surat edaran, pengumuman atau buku-buku pedoman karyawan/anggota.

(dalam Pace, 2010:185),

Arus komunikasi daripada atasan kepada bawahan tidaklah selalu berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:

1) Keterbukaan, kurangnya sifat terbuka di antara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau memberikan informasi ke bawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas.

2) Kepercayaan pada pesan tulisan, kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka.

3) Pesan yang berlebihan, karena banyaknya pesan-pesan yang dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan, sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karyawan terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya.

4) Timing, ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. 5) Penyaringan, pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah

semuanya diterima mereka. Tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor di antaranya perbedaan persepsi di antara karyawan, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada supervisor. Menurut Mellinger, karyawan yang kurang percaya kepada seorang supervisor mungkin memblok pesan supervisor. (Muhammad, 2009:110-112)

Hasil studi Tompkin mengenai komunikasi ke bawah ini menyimpulkan bahwa:

(12)

b. Kebutuhan informasi yang utama bagi karyawan mencakup informasi yang banyak berhubungan dengan pekerjaannya dan informasi tentang pembuatan keputusan.

c. Sumber-sumber informasi yang terbaik adalah orang yang terdekat dengan karyawan dan yang paling buruk adalah orang yang paling jauh dengan mereka. Kebutuhan yang terbesar adalah untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang berhubungan dengan pekerjaan, langsung dari supervisor dan informasi mengenai organisasi dari pimpinan tingkat atas.

d. Informasi dari pimpinan yang paling atas lebih rendah kualitasnya daripada sumber yang penting lainnya. (dalam Muhammad, 2009:112)

Adanya gangguan dalam penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan maka pimpinan perlu memperhatikan cara-cara penyampaian pesan yang efektif. Davis memberikan saran-saran dalam hal itu sebagai berikut:

1) Pimpinan hendaklah sanggup memberikan informasi kepada karyawan apabila dibutuhkan mereka.

2) Pimpinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan. 3) Pimpinan hendaklah mengembangkan suatu perencanaan komunikasi,

sehingga karyawan dapat mengetahui informasi yang dapat diharapkannya untuk diperoleh berkenaan dengan tindakan-tindakan pengelolaan yang mempengaruhi mereka.

4) Pimpinan hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan menegarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan antara bawahan dan atasan. (dalam Muhammad, 2009:112-113)

2) Komunikasi ke atas

Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada

(13)

untuk disampaikan karyawan kepada atasannya melalui komunikasi ke atas. Sedangkan untuk pemilihan metode dan media dalam proses komunikasi ke bawah dilakukan secara lisan, tertulis atau dengan menggunakan simbol dan gambar.

Hal –hal yang seharusnya disampaikan oleh karyawan kepada atasannya seperti yang disebutkan di atas tidaklah selalu menjadi kenyataan. Banyak kesulitan untuk mendapatkan informasi tersebut. Menurut Sharma, kesulitan itu mungkin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya.

2) Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan supervisor tidak tertarik kepada masalah mereka.

3) Kurangnya reward atau penghargaan terhadapa karyawan yang berkomunikasi ke atas.

4) Perasaan karyawan bahwa supervisor dan pimpinan tidak dapat menerima dan merespons terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan.

(dalam Muhammad, 2009:118-119)

Kombinasi dari perasaan dan kepercayaan karyawan tersebut menjadikan penghalang yang kuat untuk menyatakan ide-ide, pendapat-pendapat atau informasi oleh bawahan kepada atasan.

Untuk mengurangi kesulitan dalam mendapatkan informasi ke atas, Jackson menyatakan bahwa, secara keselurahan, kekuatan yang mengarahkan komunikasi dalam sebuah organisasi adalah motivasi. Karyawan cenderung berkomunikasi untuk mencapai beberapa tujuan, untuk memuaskan kebutuhan pribadinya, atau untuk mencoba memperbaiki lingkunagn pribadinya. Ia mengemukakan bahwa setiap program komunikasi organisasi harus didasarkan pada ilkim kepercayaan. Bila ada kepercayaan, karyawan mungkin lebih berani mengemukakan gaagsan dan perasaannya lebih bebas, dan pimpinan dapat menafsirkan apa yang dimaksud oleh karyawan dengan lebih cermat. Selanjutnya

(14)

manajer-yang dikirimkan ke rumah karyawan tersebut. Keberhasilan program ini disebabkan oleh dua faktor: identitas pegawai dirahasiakan, dan jawabannya jujur. Koordianator saluran terbuka mengemban satu misi: membuat pekerjaan itu sendiri menjadi tidak perlu, yang berarti tiba pada suatu waktu ketika komunikasi bebas dan terbuka, tidak membutuhkan lagi saluran terbuka sebagai tempat kepercayaan dan pemahaman bersama, yang menjadikan komunikasi ke atas sebagai suatu pekerjaan yang mudah. (dalam Pace, 2010:192-193)

3) Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal atau mendatar adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang disampaikan biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi. Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat komite, interaksi informal, memo dan nota, dan lain-lain. (Muhammad, 2009:121)

Hambatan-hambatan pada komunikasi horizontal banyak persamaannya dengan hambatan yang memepengaruhi komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah. Ketiadaan kepercayaan di anatara rekan-rekan kerja, perhatian yang tinggi pada mobilitas ke atas, dan persaingan dalam sumber daya dapat menggangu komunikasi karyawan-karyawan yang sama tingkatnya dalam organisasi-dengan sesamanya. (Pace, 2010:197)

2.1.2.2 Jaringan Komunikasi Informal

(15)

karyawan komunikasi informal ini bisa menjadi saluran emosi mereka. Agar komunikasi berjalan efektif maka diperlukan jaringan komunikasi (network) baik yang bersifat formal maupun informal. (Muhammad, 2009:107)

2.1.3) Komunikasi Antarpribadi

2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan dasar dari konteks atau level komunikasi

lain, demikian dasar–dasar peran dan kredibilitas komunikator dalam komunikasi

antarpribadi yang ditunjukkan dalam suatu percakapan dapat dijadikan dasar bagi

perlakuan terhadap peranan dan kredibilitas komunikator dalam konteks komunikasi

lainnya.

Effendy mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis. (dalam Liliweri, 1991:12)

Sifat dialogis itu ditunjukkan melalui komunikasi lisan dalam percakapan yang menampilkan arus balik yang langsung. Jadi komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang ia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Jika tidak diterima maka komunikator akan member kesempatan seluas-luasnya kepada komunikan untuk bertanya.

Tan mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih. (Liliweri, 1991:12)

Selain itu, Dean C Barnlund mengemukakan, komunikasi interpersonal selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur. (Alo Liliweri, 1997:12).

Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana

orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses saling

mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga

(16)

pribadi. Dalam komunikasi antarpribadi, Joseph Luft menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Hal ini digambarkan dalam Johari Window (Jendela Johari) yakni:

I OPEN AREA

Known by ourselves and known by others

II BLIND AREA

Known by others but not known by ourselves

III HIDDEN AREA

Known by ourselves but not known by others

IV

UNKNOWN AREA

Not known by ourselves and not known by others

Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku manusia dapat digambarkan secara skematis seperti terlihat pada skema di atas.

• Bidang I, yakni Bidang Terbuka (Open Area) menunjukkan bahwa kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan, juga oleh orang lain, yang berarti terdapat keterbukaan, dengan lain perkataan tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain.

• Bidang II, yakni Bidang Buta (Blind Area) menggambarkan bahwa kegiatan

seseorang diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak menyadari apa yang ia lakukan.

• Bidang III, yakni Bidang Tersembunyi (Hidden Area) yaitu bahwa kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya olehnya, tetapi tidak dapat diketahui oleh orang lain. Ini berarti bahwa orang seperti itu bersikap tertutup.

• Bidang IV, adalah Bidang Tak Dikenal (Unknown Area). Bidang ini

menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari oleh dirinya sendiri

dan tidak diketahui oleh orang lain. (Liliweri, 1991)

Berdasarkan definisi Devito, maka komunikasi antarpribadi adalah

komunikasi yang terjadi secara dialogis, dimana saat seorang komunikator berbicara

maka akan terjadi umpan balik dari komunikan sehingga terdapat interaksi. Dalam

komunikasi dialogis, baik komunikator maupun komunikan, keduanya aktif dalam

(17)

2.1.3.2 Ciri dan Sifat Komunikasi Antarpribadi

Bersadarkan beberapa pengertian komunikasi antarpribadi ada beberapa ciri khas komunikasi antarpribadi yang membedakannya dengan komunikasi massa dan komunikasi kelompok.

Menurut Burnlund (dalam Liliweri, 1991:12) ada beberapa cirri yang bisa diberikan untuk mengenal komunikasi antarpribadi yaitu:

1) Komunikasi antarpribadi terjadi secara spontan 2) Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur 3) Terjadi secara kebetulan

4) Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu

5) Dilakukan oleh orang–orang yang identitas keanggotaan yang terkadang kurang jelas

6) Dapat terjadi sambil lalu.

Reardon mengemukakan komunikasi antarpribadi mempunyai paling sedikit enam ciri, yaitu:

a. Dilaksanakan karena adanya berbagai faktor pendorong

b. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja c. Kerapkali berbalas-balasan

d. Mempersyaratkan adanya hubungan (paling sedikit dua orang) antarpribadi e. Suasana hubungan harus bebas, bervariasi, dan adanya keterpengaruhan f. Menggunakan berbagai lambang-lambang yang bermakna.

(dalam Liliweri, 1991:13)

Selain itu Devito juga mengemukakan suatu komunikasi antarpribadi mengandung ciri-ciri:

1) Keterbukaan (opennes), komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu. Kedua-duanya saling memahami dan mengerti peranan orang lain.

2) Empati (empathy), kemampuan seseorang untuk memproyeksi dirinya kepada peranan orang lain.

3) Dukungan (suppotivnes), setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan.

(18)

5) Kesamaan (equality), suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan antarpribadi lebih kuat, apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia, ideologi dan sebagainya.

(dalam Liliweri 1991:13)

Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri komunikasi antarpribadi yaitu:

a. Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan, simultan dan sambil lalu;

b. Komunikasi antarpribadi dilakukan secara tatap muka dan berada pada jarak yang dekat;

c. Komunikasi antarpribadi seringkali berlangsung secara berbalas-balasan atau pihak yang terlibat menangkap reaksi orang lain secar langsung baik verbal maupun non verbal;

d. Komunikasi antarpribadi menggunakan lambang-lambang yang bermakna yang berasal dari bahasa nonverbal, dimana bahasa nonverbal ini akan

lebih memperkuat dan memperjelas bahasa verbal yang kita sampaikan; e. Pihak komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau

gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu;

Miller dan Steinberg menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi hanya dengan memperhatikan situasi maka hal itu sifatnya statis, tidak seorangpun dapat mengembangkannya lagi. Padahal situasi hubungan antar manusia demikian bebasnya dan selalu dapat berubah-ubah.

Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antarpribadi. Sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu adalah:

1) Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan nonverbal

2) Komunikasi antarpribadi melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan 3) Komunikasi antarpribadi tidaklah statis melainkan dinamis

4) Komunikasi antarpribadi melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya)

5) Komunikasi antarpribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik

(19)

2.1.3.3 Fungsi Komunikasi Antarpribadi

Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face-to-face). Oleh karena itu individu (komunikator) dengan individu (komunikan) saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact); pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikan. Ketika komunikator menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika (immediate feedback); komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan, ekspresi wajah, dan gaya bicara komunikator.

Apabila umpan baliknya positif, artinya tanggapan komunikan menyenangkan komunikator, sehingga komunikator mempertahankan gaya

komunikasinya; sebaliknya jika tanggapan komunikan negatif, komunikator harus mengubah gaya komunikasinya sampai berhasil. Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan itulah maka bentuk komunikasi antarpribadi acapkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif (persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. (Effendy, 2003:61)

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insan (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat berusaha membina hubungan yang baik dengan individu lainnya, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik di antara individu-individu tersebut. (Cangara, 2005:56)

2.1.4) Human Relations

(20)

Human relations sesuai objek penelitiannya mempunyai beberapa pengertian dalam penggunaannya. Human relations dalam arti luas adalah komunikasi persuasif yang dilakukan seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua belah pihak. Human relations dalam pengertian luas ini menyangkut hubungan manusiawi, etika/moral, aktivitas sehari-hari yang pada umumnya betujuan untuk memperoleh kepuasaan bagi kedua belah pihak, hal ini menyangkut aspek komunikasi sosial dalam berinteraksi dengan sesamanya.

Human relations dalam arti sempit diartikan sebagai komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang/kelompok lain dalm situasi kerja (work situation) dan dalam sebuah organisasi (wok organization) dengan tujuan ntuk membangun kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat kerjasama yang produktif, meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) dan menciptakan kepuasan kerja. Dengan kegiatan human relations, anggota dalam sebuah organisasi, baik itu atasan atau bawahan selalu berusaha untuk memecahkan masalah, menghilangkan rintangan-rintangan komunikasi, mencegah salah pengertian dan menegmbangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia. Pengertian human relations dalam arti sempit dalam suatu organisasi bersifat formal yakni untuk mencapai suatu tujuan. (Effendy, 1993:49-50)

Menurut Haloran human relations adalah studi tentang interaksi

anatarmanusia dalam organisasi untuk mencegah, mengurangi terjadinya konflik dalam lingkungan kerja (dalam Liliweri, 2004:239). Jadi, human relations bukan keadaan yang pasif, melainkan suatu aktivitas. Suatu kegiatan untuk mengembangkan hasil yang lebih produktif dan memuaskan. Human relations mengintegrasikan orang-orang ke dalam suatu situasi kerja yang menggiatkan mereka untuk bekerja bersama-sama serta dengan rasa puas, baik kepuasan ekonomis, kepuasan psikologis maupun kepuasan sosial. Atau singkatnya human relations adalah pengembangan usaha kelompok karyawan secara produktif dan memuaskan. (Effendy, 1993:52)

(21)

kerjasama anatar karyawan dalam suatu tim kerja, meningkatkan produktivitas dan memperoleh kepuasan dalam bekerja. Kunci aktivitas human relations adalah mampu menimbulkan “motivasi”, yang berkaitan dengan kooperatif, kedisiplinan, produktivitas dan kepuasan bagi perusahan dan pekerja/karyawan.

(Ruslan, 1998:74)

2.1.4.1 Falsafah Human Relations

Falsafah human relations menurut Keith Davis, mencakup:

1) Mutual interest (kepentingan bersama)

Setiap orang termasuk pimpinan dengan yang dipimpin masing-masing mempunyai tujuan atau kepentingan sendiri-sendiri, namun dalam suatu organisasi/lembaga, mereka harus mempunyai kepentingan bersama (mutual interest) untuk mencapai tujuan dan sasaran demi kepentingan utama organisasi yang bersangkutan dan bukan berdasarkan kepentingan perindividu. Intinya dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing dalam suatu organisasi pimpinan dan bawahan harus saling terkait erat dalam suatu kesatuan (integratif) dan saling bekerjasama untuk mencapai kepentingan bersama pula.

2) Human Dignity (harga diri)

Pada dasarnya manusia itu ingin dihargai, dihormati dan diperhatikan. Menurut Keith Davis, harga diri merupakan etika utama atau moral dalam human relations, yang pada akhirnya diberlakukan sebagai manusia (human being) yang terhormat dan mempunyai harga diri.

3) Perbedaan-perbedaan pada individu

Setiap perbedaan tersebut ditentukan oleh field of experience (berdasarkan pengalaman), karena perbedaan yang ada pada individu merupakan dinamika dan falsafah dalam human relations yang dimulai dari apa dan bagaimana mengenai pandangan, pengertian dan pemecahan dari perorangan. Di dalam berbagai sikap tindak ataui perilaku sebagai individu tetap dituntut untuk bertanggung jawab. (dalam Ruslan,1998:74)

2.1.4.2 Kedudukan Human Relations dalam Kegiatan Komunikasi

(22)

menggugah gairah bekerja, sehingga timbul kerja sama yang lebih produktif dari pada sebelumnya dengan perasaan yang bahagia dan puas hati. Human relations ini dilaksanakan dalam perkumpulan olah raga, kesenian, keagamaan dan lingkungan lainnya; diupacara perayaan, di seminar, dan ditempat pergaulan lainnya; di restoran dan lain-lain.

Komunikasi yang belangsung dalam kegiatan human relations adalah komunikasi antar personal (interpersonal communication). Karena komunikasi bentuk ini sifatnya dialogis, maka prosesnya berlangsung secara timbal balik. Salah satu teknik human relations yang banyak dilakukan adalah komunikasi konserling. Yang bertindak sebagai konselor adalah manajer atau pimpinan dan sebagai konserling adalah karyawan yang sedang menghadapi suatu masalah. Tujuan komunikasi konserling adalah membantu para karyawan memecahkan masalahnya sendiri, memecahkan masalah yang bersangkutan dengan karyawan, atau mengusahakan adanya suatu suasana yang menimbulkan keberanian untuk memecahkan masalah yang mungkin ada. (Effendy, 1993:75)

Dilihat dari tujuan akhir dari komunikasi maka human relations dapat ditempatkan sebagi teknik komunikasi untuk mendapatkan atau meningkatkan perubahan sosial individu, partisipasi, perubahan sikap, pendapat dan perubahan perilaku yang disebut perubahan tindakan komunikasi. Human relations merupakan pusat atau inti dari aktivitas kerjasama antarmanusia dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Dan human relations tidak dapat dilakukan tanpa

melalui sebuah aktivitas komunikasi. Oleh karena itu human relations tidak dapat dipisahkan dari komunikasi antarmanusia yang efektif dalam organisasi. (dalam Liliweri, 2004:243)

2.1.5) Produktivitas

(23)

Pengertian produktivitas menurut Sinungan dalam bukunya “Produktivitas Apa dan Bagaimana” dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Rumusan tradisional bagi seluruh produktivitas tidak lain ialah ratio daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input),

b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini,

c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni: investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset; manajemen; dan tenaga kerja”. (Sinungan 1995:16)

Ketiga pengertian tersebut merupakan perkembangan dan pengertian produktivitas berasal dari rumusan tradisional sampai pada produktivitas yang didukung oleh adanya IPTEK, manajemen yang baik dan faktor tenaga kerja itu sendiri, yang diharapkan dapat berjalan selaras dan saling mendukung. Jadi produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan ketrampilan barang modal teknologi manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber lain menuju pada pengembangan dan peningkatan standar hidup.

Menurut Bittel dan Rampsey (dalam Atmosoeprapto, 2001:1) menyatakan bahwa produktivitas adalah ukuran sejauh mana sumber-sumber alam, teknologi dan manusia dipergunakan dengan baik dapat mewujudkan hasil-hasil tertentu yang dinginkan . Secara singkat dapat dikatakan produktivitas adalah ukuran mengenai apa yang diperoleh dari apa yang diberikan, seberapa jauh masukan (in put) dapat menghasilkan keluaran (out-put), baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Tidak cukup hanya sekedar menghasilkan lebih banyak dari jumlah sumber daya yang diberikan, kualitas dari apa yang dihasilkan harus sesuai dengan apa yang telah ditetapkan atau yang diharapkan.

(24)

kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup, jaminan sosial yang memadai, kondisi kerja yang manusiawi dan hubungan yang harmonis (Sinungan, 1995:3). Sedangkan menurut Ravianto (dalam Sutrisno, 2010:209) produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lain, seperti tingkat tingkat pendidikan, keterampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan kerja, iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen, dan prestasi.

Salah satu usaha yang konkrit untuk mendorong peningkatan produktivitas tenaga manusia adalah peningkatan pendidikan dan keterampilan agar mampu mengemban tugas dan pekerjaan sebaik mungkin. Pekerjaan yang dilakukan dengan baik dan dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan isi kerja akan mendorong kemajuan setiap usaha yang pada gilirannya akan juga meningkatkan pendapatan dan pada akhirnya meningkatkan standar hidup (Sinungan, 1995:3-4)

Meningkatkan produktivitas kerja merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh semua komponen atau unsure suatu organisasi dan bahwa meningkatkan produktivitas kerja merupakan “urusan semua orang dalm organisasi.” Meningkatkan produktivitas kerja dapat diukur melalui kemampuan, meningkatkan hasil yang dicapai, semangat kerja, pengembangan diri, mutu, dan

efisiensi (Sutrisno, 2010:211-212). Selain itu pengukuran kerja karyawan dapat dilihat melalui etos kerja, disiplin, motivasi dan orientasi kemasa depan (Sagir, 1999:63). Pengukuran produktivitas ini mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengetahui produktivitas kerja sesuai dengan yang diharapkan perusahaan.

2.2 Model Teoritis

(25)

Gambar 1 Model Teoritis

Sumber: Hasil penelitian 2013

2.3 Kerangka Konsep 1) Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Dinamakan variabel bebas dikarenakan memiliki kebebasan dalam mempengaruhi variabel lainnya.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jaringan komunikasi bentuk

formal yang terdiri dari komunikasi ke bawah, ke atas dan komunikasi horizontal.

2) Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Disebut sebagaia variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah produktivitas kerja. 4) Karakteristik responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, masa kerja, dan bidang kerja.

Variabel Terikat (Y)

Produktivitas Kerja Variabel Bebas (X)

Jaringan Komunikasi

(26)

2.4 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk mempermudah penelitian perlu dibuat variabel penelitian yaitu sebagai berikut :

Gambar 2 Variabel Penelitian

Variabel Teoritis Variabel Penelitian Variabel Bebas (X)

Jaringan Komunikasi

Downward communication Upward Communication Horizontal Communication

Variabel Terikat (Y) Produktivitas Kerja

• Kemampuan

• Meningkatkan hasil yang dicapai • Motivasi

• Semangat kerja • Disiplin

• Pengembangan diri • Mutu

• Efisiensi

• Orientasi ke masa depan

Karakteristik Responden • Jenis kelamin • Usia

• Pendidikan • Jabatan • Masa kerja • Penghasilan

Sumber: hasil penelitian 2013

2.5 Definisi Operasional

(27)

1) Variabel Bebas (Jaringan Komunikasi)

a. Downward communication (komunikasi ke bawah) adalah pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya.

b. Upward communication (komunikasi ke atas) adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.

c. Horizontal communication (komunikasi horizontal) adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi.

2) Variabel Terikat (Produktivitas Kerja) a. Kemampuan

Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan seorang karyawan sangat bergantung pada keterampilan yang dimiliki serta profesionalisme mereka dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diembankannya kepada mereka.

b. Meningkatkan hasil yang dicapai

Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah satu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi, upaya untuk memanfaatkan produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu

pekerjaan. c. Motivasi

Dorongan untuk bekerja secara maksimal, biasanya ditandai dengan adanya dukungan dari teman sekerja.

d. Semangat kerja

Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini dapat dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian dibandingkan dengan hari sebelumnya.

e. Disiplin

(28)

peraturan yang merupakan hasil kesepakatan bersama, juga disiplin terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai manusia.

f. Pengembangan diri

Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan dengan apa yang akan dihadapi. Sebab, semakin kuat tantangannya, pengembangan diri mutlak dilakukan. Begitu juga harapan untuk menjadi lebih baik pada gilirannya akan sangat berdampak pada keinginan karyawan untuk meningkatkan kemampuan.

g. Mutu

Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu. Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja seorang pegawai. Jadi, meningkatkan mutu bertujuan untuk memberikan hasil yang terbaik yang pada gilirannya akan sangat berguna bagi perusahaan dan dirinya sendiri.

h. Efisiensi

Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi karyawan.

i. Orientasi ke masa depan

Bekerja keras, bekerja dengan produktif oleh dorongan atau motivasi

untuk mencapai masa depan yang lebih baik.

3) Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin : Jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan sampel.

b. Usia : Tingkatan umur responden yang dijadikan sampel.

c. Pendidikan : Tingkatan pendidikan terakhir responden. d. Jabatan : Tugas atau pekerjaan responden.

(29)

f. Penghasilan : Jumlah pendapatan dari mata pencarian responden.

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian yang penting dan tidak dapat ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43) Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris.

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha : Terdapat Hubungan antara Jaringan Komunikasi terhadap Produktivitas

Kerja Karyawan Hotel Internasional Sibayak -Berastagi. Ho : Tidak Terdapat Hubungan antara Jaringan Komunikasi terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Hotel Internasional-Berastagi

Gambar

Gambar 1 Model Teoritis
Gambar 2 Variabel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan bentuk penelitian kualitatif (qualitative research) rancangan penelitian penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “ Gambaran Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Pembangunan Gedung di

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di bagian pembahasan, dari pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan sebanyak dua siklus terjadi peningkatan

Sebagai kesimpulan, hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi membaca 3-2-1 berbantuan refutation text mampu: (1) membuat siswa merasa tidak puas dengan konsepsi

Hajrack & Garwood (dalam Hakim, 2014) menyebutkan beberapa motif yang digunakan oleh remaja untuk melakukan perilaku seksual,yaitu:.. 1) Menegaskan peran maskulin dan

Faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan investasi seorang investor,. yaitu faktor demografi (jenis kelamin, dan

Jika potensiometer diubah dalam keadaan 0%, maka arus dan tegangan listrik yang mengalir akan maksimal, karena nilai tahanan dalam potensiometer menjadi 0 sehingga arus

The maximum strain of both model and experimental results (0.8) are lower than maximum strain of nylon fiber tension test (0.89). It is found that the pull-out load of clumped