BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Umum Apartemen
2.1.1 Pengertian Apartemen
Pengertian Apartemen adalah:
• Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama (Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2011 pasal 1 ayat 1).
• Kamar atau beberapa kamar (ruangan) yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal, terdapat di dalam suatu bangunan yang biasanya mempunyai kamar atau ruangan-ruangan lain semacam itu (Poerwadarminta, 1991). • Suatu kompleks hunian dan bukan sebuah tempat tinggal yang berdiri
sendiri (Joseph de Chiara, Time saver Standards for Building Types). • Gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, terbagi atas
bagianbagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah vertikal dan horizontal dan merupakan satuan-satuan yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, yang dilengkapi dengan bagian bersama, tanah bersama dan benda bersama (pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia tentang rumah susun no.16 tahun 1985).
• Semua jenis hunian atau tempat tinggal (multiply family), kecuali sebuah rumah tinggal yang berdiri sendiri bagi satu keluarga (single dwelling unit).
• Suatu bangunan yang dibagi dalam kamar-kamar atau kelompok kamar yang dipisahkan satu dengan lainnya dengan partisi, yang digunakan sebagai unit hunian.
Apartemen merupakan salah satu variasi jenis hunian yang diminati oleh masyarakat terutama yang tinggal di kota-kota besar. Jika dahulu rumah biasa (landed house) menjadi primadona pilihan tempat tinggal, kini kecenderungan itu sedikit demi sedikit mulai bergeser. Hal ini bukan disebabkan oleh faktor gaya terbaru, melainkan karena timbulnya masalah permukiman di perkotaan yang semakin kompleks. Oleh sebab itulah,apartemen yang merupakan hunian vertikal menjadi alternatif yang layak bagipengembang perumahan di wilayah pusat kota untuk dapat memenuhi kebutuhanmasyarakat terhadap tempat tinggal.
Bagi masayarakat kota, tinggal di apartemen sebenarnya bukanlah hal istimewa. Tinggal di apartemen sama seperti tinggal di komplek perumahan, bahkan fasilitas yang tersediapun hampir sama. Yang menjadi perbedaan adalah bentuknya, apartemen berbentuk vertikal sehingga penggunaan lahan lebih efisien dan merupakan solusi yang paling ideal untuk menyelesaikan masalah permukiman di kota (Akmal, 2007).
Untuk mengetahui perbedaan antara apartemen dengan hunian vertikal lainnya perlu adanya perbandingan, berikut perbandingan antara apartemen, kondominium, dan rumah susun:
Tabel 2.1. Perbandingan Antara Apartemen, Kondominium, dan Rusun
Aspek Apartemen Kondominium Rusun
Kepemilikan Sewa atau beli Beli Sewa atau beli
Parkir Minimal 1 unit 1
kualitas grade A
Konstruksi Permanen lebih kokoh Hampir sama dengan
apartemen Permanen
Bagian milik
bersama
Atap, tiang pondasi,
lobby, lift, saluran air,
jaringan listrik, gas,
apartemen Basemen atau parkir
(Sumber: Endy Marlina, 2008)
Perbedaan jelas antara rusunami dan apartemen terletak di lahan parkiran, luas, dan finishing. Apartemen biasanya mempunyai ketentuan untuk satu unit memiliki slot parkir minimal satu mobil atau satu banding satu sedangkan untuk rusunami biasanya perbandingan untuk lahan parkir lebih sedikit 10 unit untuk satu parkir mobil. Luas rusunami dengan apartemen juga berbeda di unit atau kamar, biasanya untuk ukuran dua kamar tidur di rusunami biasa di apartemen adalah ukuran studio (tanpa kamar) dan yang terakhir dari segi finishing untuk apartmen menggunakan kualitas lebih baik seperti marmer, pintu kayu kualitas bagus, dan sanitary yang mempunyai kualitas grade A sedangkan untuk rusunami
finishing tidak terlalu di tonjolkan.
2.1.2 Fungsi Apartemen
Apartemen memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut3:
a. Fungsi utama, sebagai permukiman vertikal dengan kegiatan yang relatif sama dengan permukiman pada umumnya. Penekanannya adalah pada aktivitas rutin seperti tidur, makan, menerima tamu, interaksi sosial, melakukan hobi, bekerja, dan lain-lain.
b. Fungsi sekunder, adalah fungsi yang menambah kenyamanan penghuni seperti:
- Layanan kesehatan: poliklinik, apotek, dan lain-lain.
- Layanan komersial: minimarket, restoran, salon, dan lain-lain. - Layanan anak: tempat penitipan anak, area bermain, dan lain-lain
c. Fungsi tersier, adalah fungsi pelengkap terkait kegiatan pengelolaan seperti administrasi, pemasaran, pemeliharaan kebersihan, pemeliharaan bangunan, dan keamanan.
2.1.3 Perkembangan Apartemen
Saat ini di beberapa kota besar, apartemen tumbuh pesat. Beberapa pengamat property berpendapat bahwa jumlah unit apartemen sudah over supply, artinya sekarang ini banyak unit apartemen yang masih ditawarkan kepada masyarakat di sebagian besar kota besar.
Dari tahun 1981-1999, jumlah apartemen yang terbangun mencapai 25.000 unit. Tahun 2007 di perkirakan jumlahnya melonjak hamper 2 kali lipatnya, yaitu sekitar 40.000 unit. Karena semakin banyaknya pilihan, maka pertimbangan memilih apartemen menjadi lebih kompleks. Lokasi dan harga masih menjadi pertimbangan utama, tetapi ada banyak hal lain yang bisa dijadikan pertimbangan, yaitu efektifitas, efisiensi, kenyamanan, jaminan rasa aman, fasilitas di dalam apartemen, luasan unit, manajemen property yang mengatur warga didalam apartemen tersebut maupun desain apartemen tersebut (Ibrahim, 2008).
2.1.4 Klasifikasi Apartemen
2.1.4.1 Berdasarkan Tipe Pengelolaannya
Berdasarkan tata cara pengelolaannya, apartemen dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
o Serviced Apartment
o Apartmen Milik Sendiri
Apartemen yang dijual dan dapat dibeli oleh pihak individu. Mirip dengan apartemen sewa, apartemen ini juga tetap memiliki pengelola yang mengurus fasilitas umum penghuninya.
o Apartmen sewa
Apartemen yang disewa oleh individu tanpa penyelayanan khusus. Meskipun demikian, tetap ada menejemen apartemen yang mengatur segala sesuatu berdasarkan kebutuhan bersama seperti sampah, pemeliharaan bangunan, lift, koridor, dan fasilitas umum lainnya.
2.1.4.2 Berdasarkan Kategori Jenis, Tinggi dan Besar Bangunan
Berdasarkan jenis, tinggi, dan besar bangunan, apartemen dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu walked-up/maisonette, low-rise, mid-rise, dan high-rise yang dapat dilihat secara rinci pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Ketinggian Bangunan
No. Jenis Tinggi
Lantai Keterangan Gambar
1
kadang memiliki lift, tetapi
dapat juga tidak
menggunakan. Jenis
apartemen ini disukai oleh
keluarga yang lebih besar
(keluarga inti ditambah
orang tua). Gedung
apartemen ini hanya terdiri
atas dua atau tiga unit
harga tanah relatif murah,
Jenis apartemen ini lebih
sering dibangun di kota
satelit. Memiliki
pencahayaan dan
penghawaan alami,
konstruksi dan struktur lebih
kokoh, memiliki elevator.
keamanan dan servis penuh.
Struktur apartemen lebih
kompleks sehingga desain
unit apartemen cenderung
standard. Jenis ini banyak di
bangun di pusat kota.
Sumber:
http://www.hotelonline.com/News/
PR2007_2nd/CandlewoodMontrealExterio
r.jpg
2.1.4.3 Jenis Apartemen Berdasarkan Tipe Unitnya
Apartemen dapat dikelompokkan berdasarkan tipe unitnya, yaitu: o Studio
Unit apartemen yang hanya memiliki satu ruang. ruang ini sifatnya multifungsi sebagai ruang duduk, kamar tidur dan dapur yang semula terbuka tanpa partisi. Satu-satunya ruang yang terpisah biasanya hanya kamar mandi. Apartemen tipe studio relative kecil. Tipe ini sesuai dihuni oleh satu orang atau pasangan tanpa anak. Luas unit ini minimal 20-35 m². o Apartemen 1,2,3 kamar/apartemen keluarga
untuk satu kamar tidur adalah 25 m², 2 kamar tidur 30 m², 3 kamar tidur 85², dan 4 kamar tidur 140 m².
o Loft
Loft adalah bangunan bekas gudang atau pabrik yang kemudian dialihfungsikan sebagai apartemen. Caranya adalah dengan menyekat-nyekat bangunan besar ini menjadi beberapa unit hunian. Keunikan loft apartment adalah biasanya memiliki ruang yang tinggi, mezzanine atau dua lantai dalam satu unit. Bentuk bangunannyapun cenderung berpenampilan industrial. Tetapi, beberapa pengembang kini menggunakan istilah loft untuk apartemen dengan mezzanine atau dua lantai tetapi dalam bangunan yang baru.
o Penthouse
Unit hunian ini berada di lantai paling atas sebuah bangunan apartemen. Luasnya lebih besar daripada unit-unit dibawahnya. Bahkan, kadang-kadang satu lantai hanya ada satu atau dua unit saja. Selain lebih mewah,
penthouse juga sangat privat karena memiliki lift khusus untuk penghuninya. Luas minimumnya adalah 300 m².
Tipe kamar apartemen yang berupa studio dan berkamar tidur 1,2, dan 3 buah dapat lebih jelas dilihat pada tabel 2.3.
http://tacomalutheran.org/img/floorplans/
teras outdoor. Sumber:
2.1.4.4 Berdasarkan Bentuk Denah
Apartemen dapat dibagi menjadi delapan berdasarkan bentuk denahnya yang dapat dilihat dalam tabel 2.4.
Tabel 2.4. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Bentuk Denah
No. Jenis Bentuk Denah Keterangan
1 Tower
Plan
Terdapat core di tengah
dengan unit-unit
mengelilingi core tersebut,
layout denah bangunan
tipikal kecuali denah lantai
paling atas.
2
Expanded
Tower
Plan
Sama dengan tower plan
namun dapat diperpanjang
pada sisi tertentu untuk
menambah jumlah unit
teras, dan gudang. Sumber:
http://medialibrarycdn.entrata.com/media_libra
3 Cross Plan
Memiliki empat sayap
yang sama dan core
service di bagian tengah.
Biasa terdiri dari delapan
unit setiap lantai dengan
penempatan dua unit setiap
sayap.
4
Five-Wing Plan
Sama dengan bentuk cross
plan namun dengan lima
sayap. Biasa terdiri dari
sepuluh unit tiap lantai
dengan penempatan dua
Sama dengan bentuk tower
plan namun teridi dari satu
koridor pusat yang
dari beton pra tekan dan
Sumber:
dengan koridor di bagian
tengah.
8 Terrace
Plan
Menggunakan sistem satu
koridor dengan lantai di
atas lebih mundur daripada
lantai di bawahnya
sehingga menciptakan
teras pada tiap lantai
bangunan.
2.1.4.5 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Jumlah Lantai Per Unit
Unit kamar apartemen dapat dibedakan menjadi 3 buah berdasarkan jumlah lantai yang digunakan, yaitu simplex, duplex, dan triplex yang dapat dilihat lebih rinci pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Jumlah Lantai Per Unit
2 Duplex Apartement
Satu unit hunian
terbagi atas dua
lantai dengan
sebuah tangga
pribadi. Lantai satu
terdiri dari ruang
tamu, ruang
makan, dan dapur.
Lantai dua terdiri
dari ruang-ruang
tidur.
3 Triplex
Apartement
Satu unit hunian
terbagi atas tiga
lantai dengan
sebuah tangga
pribadi. Peletakan
ruang sama dengan
duplex apartement
dengan
ruang-ruang tidur di
lantai dua dan tiga.
Sumber:
http://www.nyhabitat.com/floorplanny-apt/11596/11596FP01.jpg
2.1.4.6 Berdasarkan Sistem Sirkulasi Horizontal
Tabel 2.6. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Sistem Sirkulasi Horizontal
No. Jenis Keterangan Gambar
1
Thru Flat
Exterior
Corridor
Pencapaian atau hubungan
unit-unit hunian simplex apartement
melalui koridor yang terletak di
bagian tepi hunian.
2
Thru Duplex
Exterior
Corridor
Pencapaian atau hubungan
unit-unit hunian duplex apartement
melalui koridor yang terletak di
bagian tepi hunian.
3 Thru Flat Skip Stop
Pencapaian atau hubungan
unit-unit hunian simplex apartement
melalui koridor yang terletak di
bagian tepi bangunan dengan
4
Double Loaded
Interior
Corridor
Pencapaian atau hubungan
unit-unit hunian simplex apartement
melalui koridor yang terletak di
dalam bangunan dan mampu
melayani dua sisi unit-unit
hunian apartemen.
5
Interior
Corridor Thru
Duplex
Pencapaian atau hubungan
unit-unit hunian duplex apartement
melalui koridor yang terletak di
bagian dalam bangunan dan
mampu melayani dua sisi unitunit
hunian apartemen.
6
Interior
Corridor Split
and Flat
Combination
Pencapaian atau hubungan
unit-unit hunian melalui koridor yang
terletak di dalam bangunan
secara berselang pada beberapa
2.1.4.7 Berdasarkan Sistem Sirkulasi Vertikal
Apartemen dapat dibagi menjadi dua berdaarkan sistem sirkulasi vertikal yang digunakan (Pedoman Umum Rumah Sehat Sederhana), yaitu:
a. Elevated
Pencapaian menggunakan sarana lift/elevator untuk bangunan dengan ketinggian lebih dari empat lantai.
b. Walk-Up
Pencapaian menggunakan sarana tangga untuk bangunan dengan ketinggian empat lantai atau kurang.
2.1.4.8 Berdasarkan Tujuan Pembangunan
Apartemen dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan tujuan pembangunannya, yaitu:
o Komersial
Apartemen yang hanya ditujukan untuk bisnis komersial yang mengejar keuntungan atau profit.
o Umum
Apartemen yang ditujukan untuk semua lapisan masyarakat, akan tetapi biasanya hanya dihuni oleh lapisan masyarakat kalangan menengah kebawah.
o Khusus
Apartemen yang hanya dipakai oleh kalangan tertentu saja, dan biasanya dimiliki suatu perusahaan atau instansi yang dipergunakan oleh para pegawai maupun tamu yang berhubungna dengan pekerjaan.
2.1.4.9 Berdasarkan Golongan Sosial
Menurut Savitri dan Ignatius dan Budihardjo dan Anwar dan Rahwidyasa pada tahun 2007, apartemen dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
Yang membedakan keempat tipe tersebut sebelumnya adalah fasilitas yang terdapat dalam apartemen tersebut. Semakin lengkap fasilitas dalam sebuah apartemen, maka semakin mewah apartemen tersebut. Pemilihan bahan bangunan dan system apartemen juga berpengaruh. Semakin baik kualitas material dan semakin banyak pelayanannya, semakin mewah apartemen tersebut.
2.1.4.10 Berdasarkan Penghuni
Penghuni merupakan salah satu elemen penting yang menjadi dasar terbentuknya ruang-ruang bangunan apartemen. Berdasarkan penghuni, apartemen dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
o Apartemen Keluarga
Apartemen ini dihuni oleh keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anaknya. Bahkan tidak jarang orang tua dari ayah atau ibu tinggal bersama. Terdiri dari 2 hingga 4 kamar tidur, belum termasuk kamar tidur pembantu yang tidak selalu ada. Biasanya dilengkapi dengan balkon untuk interaksi dengan dunia luar.
o Apartemen Lajang
Apartemen ini dihuni oleh pria atau wanita yang belum menikah dan biasanya tinggal bersama teman mereka. Mereka menggunakan apartemen sebagai tempat tinggal, bekerja, dan beraktivitas lain diluar jam kerja.
o Apartemen Pebisnis/Ekspatrial
Apartemen ini digunakan oleh para pengusaha untuk bekerja karena mereka telah mempunyai hunian sendiri di luar partemen ini. Biasanya terletak dekat dengan temapt kerja sehingga member kemudahan bagi pengusaha untuk mengontrol pekerjaannya.
o Apartemen Manula
2.1.4.11 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Kepemilikan
Menurut kepemilikannya, apartemen dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
o Apartemen sewa
Pemilik membangun dan membiayai operasi serta perawatan bangunan, penghuni membayar uang sewa selama jangka waktu tertentu. o Apartemen Kondominium
Penghuni membeli dan mengelola unit yang menjadi haknya, tidak ada batasan bagi penghuni untuk menjual kembali atau menyewakan unit miliknya. Penghuni biasanya membayar uang pengelolaan ruang bersama yang dikelola oleh pemilik gedung.
o Apartemen Koperasi
Apartemen ini dimiliki oleh koperasi, penghuni memiliki saham didalamnya sesuai dengan unit yang ditempatinya. Bila penghuni pindah, ia dapat menjual sahamnya kepada koperasi atau calon penghuni baru dengan persetujuan koperasi. Biaya operasional dan pemeliharaan ditanggung oleh koperasi.
2.1.4.12 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Pelayanannya
Pelayanan yang diberikan oleh pengelola dapat menjadi daya tarik dan kebutuhan tersendiri dari para pengguna apartemen sehingga apartemen memiliki cara pelayanan yang berbeda-beda pula. Dalam hal ini apartemen dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
o Apartemen Fully Service
Apartemen yang menyediakan layanan standard hotel bagi penghuninya, seperti laundry, cathering, kebersihan, dan sebagainya.
o Apartemen Fully Furnished
o Apartemen Fully Furnished and Fully Service
Gabungan kedua jenis apartemen yang tertulis sebelumnya. o Apartemen Building only
Apartemen yang tidak menyediakan layanan ruang atau furniture.
2.1.5 Syarat-syarat Bangunan Apartemen
Syarat – syarat bangunan apartemen menurut (Times-Saver Standards For Building Types), adalah:
• ENTRANCE APARTEMEN
- Bagian entrance apartemen harus menarik dan mudah dilihat.
- Bagian entrance menyediakan tempat untuk: berjalan, kendaraan menurunkan penumpang, menaikkan barang bawaan, dan tempat untuk menurunkan barang bawaan.
- Bagian entrance harus mudah di akses, dan mudah akses bila terjadi kebakaran.
- Kanopi entrance melindungi dari angin dan hujan. - Skala dan karakter entrance mengikuti desain bangunan.
- Lebar entrance minimal 5,5 meter, atau dapat dilalui untuk 2 mobil. • PENGIRIMAN BARANG
- Pengiriman dan pengantaran barang, pengantar barang tidak boleh hingga depan pintu.
• AKTIVITAS ORANG TUA DAN ANAK DILAKUKAN DI RUANG KELUARGA
- Kamar anak sebisa mungkin dapat diakses dari ruang keluarga, sehingga dapat diawasi.
• AKSES DARI RUANG TIDUR KE KAMAR MANDI
- Akses dari ruang tidur ke kamar mandi tidak menjadi satu jalur dengan ruang keluarga.
- Akses dari dapur ke kamar mandi, dapat dimungkinkan satu jalur dengan ruang keluarga.
• SERVIS DARI DAPUR KE RUANG MAKAN
- Servis dari dapur ke ruang makan dapat berhubungan dengan ruang lainnya.
2.1.6 Standar Perencanaan dan Perancangan
Berikut standar perencanaan dan perancangan apartemen berdasarkan ketentuan rumah sederhana sehat:
A. Kebutuhan Minimal
Kebutuhan minimal ditinjau berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah, seperti tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci, dan memasak. Kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan ketinggian langit-langit 2,8 m. B. Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan
Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu:
a. Pencahayaan
Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut:
o Cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan,
o Ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya,
o Ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata.
Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh:
o Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),
o Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), o Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan,
o Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari,
o Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00. o Tinggi ambang bawah bidang bukaan (jendela) efektif antara 70 – 80 cm
dari permukaan lantai ruangan. b. Penghawaan
Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruanganruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi. Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut:
o Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan. o Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir
keluar ruangan.
o Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
o Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya.
c. Suhu Udara dan Kelembaban
Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan.
Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan:
o Keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar. o Pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak. o Menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai
ruangan.
2.1.7 Sistem Pengelolaan Apartemen
Susunan dan tugas pengelola pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Direktur utama, bertugas mengkoordinasikan berlangsungnya kegiatan kepegawaian, keuangan, dan tata usaha pada apartemen. Terdiri dari presiden direktur satu orang dan satu orang sekretaris.
2. Manajer properti, bertugas mengatur sistem persewaan apartemen. Terdiri dari satu orang manager, dibantu oleh tiga orang staf.
3. Manajer keuangan, bertugas mengatur sistem administrasi dan keuangan pada apartemen. Terdiri dari satu orang manajer, dibantu tiga orang karyawan.
4. Bagian pemasaran dan hubungan masyarakat, bertugas mengatur pemasaran dan iklan apartemen serta mengelola hubungan antara apartemen dan pihak luar. Terdiri dari satu orang manajer dan empat orang karyawan.
6. Penerangan atau Resepsionis, bertugas menerima pesan, menerima pengaduan dan informasi dari penghuni apartemen, dan menjadi penerima untuk para tamu penghuni. Terdiri dari tiga orang karyawan.
7. Pengelola administrasi dan fasilitas, terdiri satu kepala bagian yang mengatasi:
a. Pengelola fasilitas penitipan anak, terdiri dari empat orang perawat anak dan dua orang bagian administrasi.
b. Pengelola fasilitas spa dan salon, terdiri dari enam orang kapster, enam orang pelayan spa, dan satu orang bagian administrasi.
c. Pengelola fasilitas restoran, terdiri dari satu orang manajer restoran, satu orang kasir, empat orang koki, empat orang pelayan restoran, dan empat orang petugas kebersihan.
d. Pengelola fasilitas apotek dan klinik, terdiri dari satu orang resepsionis, satu orang kasir, satu orang penjaga apotek, dua orang apoteker, dan satu orang dokter jaga.
e. Pengelola fasilitas fitness center dan a erobic, terdiri dari satu orang resepsionis, enam orang pelatih fitness, empat orang bagian perawatan alat, dan dua orang administrasi.
f. Pengelola fasilitas kolam renang, terdiri dari satu orang resepsionis, empat orang pelatih, dua orang bagian perawatan, dan satu orang bagian administrasi.
8. Mekanikal dan elektrikal, bertugas memelihara dan melakukan perbaikan seluruh unsur mekanikal dan elektrikal bangunan. terdiri dari satu orang kepala bagian dan tiga orang staf.
9. Perawatan bangunan, bertugas untuk memelihara, merawat, dan memperbaiki bangunan apartemen. Terdiri dari satu orang kepala bagian, empat orang staf perawatan gedung, empat orang staf perawatan luar gedung, dan tiga orang staf sistem operasional bangunan.
10.House keeping, bertugas untuk mengatur kegiatan rumah tangga seperti
11.Security, bertugas menjaga keamanan penghuni apartemen. Terdiri dari satu orang kepala bagian, delapan orang petugas keamanan, dan tujuh orang petugas parkir.
Penjabaran di atas didasarkan pada struktur organisasi kepegawaian sebagai berikut:
Diagram 2. 1. Sistem Organisasi Pengelola Apartemen
(Sumber: Ditulis ulang dari skripsi Leny, Apartemen dengan Konsep Arsitektur Tropis di Kota Yogyakarta, 2012)
2.1.8 Fasilitas Penunjang
Tabel 2.7. Fasilitas Dalam Ruangan untuk Bangunan Tempat Tinggal Bertingkat Tinggi
Fasilitas atau Area Standar Ruang Lokasi dan Deskripsi
Kolam renang dalam
ruangan
1 per 200 unit, dengan ukuran
60 x 30 ft (18m x 8m) dengan
kedalaman 3 – 5 ft (0,9-1,5 m)
Berdekatan dengan ruang
latihan, day nursery, sun
deck, dan teras. Dapat
diakses oleh publik atau
secara privat.
Sauna dan area latihan
1 per 200 unit, dengan
kapasitas untuk 24 orang
dewasa dan ruang sauna yang
memberikan temperatur yang
berbeda
Dekat dengan kamar mandi,
staf dengan sistem part time.
Ruang permainan
Sesuai kebutuhan, minimal 20
x 30 ft (6 x 9 m) dengan ruang
penyimpanan yang baik, ruang
yang fleksibel dan beradaptasi
untuk serba guna.
Dekat dengan area laundry
yang mencakup fire place,
fasilitas bar dan area duduk
untuk sosialisasi, ruang
bermain dalam ruang untuk
pesta dan menonton film
Handball or squash courts,
1 per 200 unit, dua lapangan
dengan tinggi ukuran 50 x 50 x
20 ft
Dekat dengan area mandi,
tersedia tikar untuk karate,
judo, dan wrestling; dapat
digunakan untuk olahraga
tenis meja
Workshop dan autobay
Minimal dua mobil dengan
kapasitas lemari yang dapat
dikunci, outlet listrik yang
cukup luas, dan bangkubangku
kerja
Dekat dengan area parkir
Ruang kerajinan
Sesuai dengan kebutuhan,
minimal area 20 x30 ft,
terdapat sink electrical outlets,
pencahayaan baik, dan ada
papan tulis dan meja kerja
Dekat dengan area laundry
Tabel 2. 8. Fasilitas Luar Ruang untuk Bangunan tempat Tinggal Bertingkat Tinggi
Fasilitas atau Area Standar Ruang Lokasi dan Deskripsi
Area bermain pre-school
1 per bangunan, luas 800
-4000 ft2 (72-360m2), bisa
menjadi area terbuka untuk
area duduk orang dewasa.
Dekat dengan laundry dan
memiliki view dari balkon,
didominasi oleh orang dewasa,
dan skala peralatan untuk anak
pra sekolah
Open area
1 per bangunan, minimal
ruangan 150 x 200 ft (45m x
60m)
Dapat ditempuh dengan
berjalan kaki dalam beberapa
menit, dilengkapi dengan
kebutuhan semua usia
Hard surface area 1 per bangunan, minimal 40 x 50 ft (12m x 15m)
Dapat menjadi area parkir
pengunjung untuk
mengorganisasikan atau olah
raga dan permainan
Passive area
1 per bangunan, maksimum ¼
acre untuk berjemur, ruang
yang natural dengan pohon,
semak, dan bunga
Berdekatan dengan taman
bermain anak yang dilengkapi
dengan area berjemur,
barbeque, dan permainan
seperti horseshoes, shuffle
board, dan croquet.
Garden plots 1 per bangunan, bervariasi
sesuai minat
Berdekatan dengan bangunan
dan area taman
Trails and linkage system
Area berjalan kaki dan area
bersepeda yang berhubungan
dengan ruang terbuka dan area
publik
Area taman
2.1.9 Kriteria Lokasi
Apartemen masuk dalam golongan permukiman vertikal, sehingga perencanaan dan pembangunan didasarkan pada RSNI 2006, yaitu:
a. Tidak berada pada kawasan lindung,
b. Bebas dari pencemaran air, udara, dan gangguan suara atau gangguan lainnya, baik yang ditimbulkan sumber daya buatan manusia maupun sumber daya alam seperti banjir, tanah longsor, tsunami,
c. Ketinggian lahan kurang dari 1.000 meter di atas permukaan air laut (MDPL), d. Kemiringan lahan tidak melebihi 15 %, dengan ketentuan:
Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar landai dengan kemiringan 0-8%,
Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%. e. Pada kota-kota yang mempunyai bandar udara, tidak menggangu jalur
penerbangan pesawat,
f. Kondisi sarana-prasarana memadai,
g. Dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan pelayanan kota,
2.2Tinjauan Tema Arsitektur Hijau (Green Architecture/ Bangunan Hemat energi)
Gambar 2.1. Mesiniaga Tower
(Sumber: pinterest.com)
2.2.1 Pengertian Arsitektur
Pengertian arsitektur adalah:
• Kesatuan dari kekuatan/kekokohan (firmitas), keindahan (venustas), dan kegunaan/fungsi (utilitas), (Marcus Pollio Vitruvius, 1486).
• Arsitektur adalah sesuatu yang bersifat personal, menyenangkan dan memerlukan pengalaman. Arsitektur adalah hasil persepsi dan penghargaan manusia terhadap ruang dan bentuk. Ada tiga pengalaman arsitektur: aspek fisikal, emosional dan kebutuhan intelektual (William W. Caudill, 1978)
• Arsitektur membentuk suatu tautan yang mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan fungsi. (Francis DK Ching, 1979)
• Arsitektur sebagai vastuvidya (wastuwidya) yang berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian wastu terhitung pula tata bumi, tata gedung, tata lalu lintas (dhara, harsya, yana), (JB Mangunwijaya, 1988)
2.2.2 Pengertian Tema Arsitektur Hijau
Green Architecture
Konsep ‘Green Architecture’ atau arsitektur hijau menjadi topik yang menarik saat ini, salah satunya karena kebutuhan untuk memberdayakan potensi site dan menghemat sumber daya alam akibat menipisnya sumber energi tak terbarukan.
Berbagai pemikiran dan interpretasi arsitek bermunculuan secara berbeda-beda, yang masing-masing diakibatkan oleh persinggungan dengan kondisi profesi yang mereka
hadapi.
Green Architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.
‘Green’ dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan),
earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan
dengan performa sangat baik). Ukuran 'green' ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat peringkat yang merujuk pada kesadaran untuk menjadi lebih hijau. Di negara-negara maju terdapat award, pengurangan pajak, insentif yang diberikan pada bangunan-bangunan yang tergolong 'green'.
Konsep 'green' juga bisa diaplikasikan pada pengurangan penggunaan energi (misalnya energi listrik), low energy house dan zero energy building dengan memaksimalkan penutup bangunan (building envelope). Penggunaan energi terbarukan seperti energi matahari, air, biomass, dan pengolahan limbah menjadi energi juga patut diperhitungkan.
Dari pengertian diatas, Green Architecture sangat berpengaruh penting terhadap kehidupan manusia, baik di masa lampau, sekarang terutama akan datang.
2.2.3 Pengertian Arsitektur Berkelanjutan
Sustainable Architecture
• Sustainable development, “Development that meets the needs of the
present without compromising the ability of future generations to meet their own needs.” (Brundtland, 1987)
• Sustainable Design, “Creating buildings which are energy
efficient,healthy, comfortable, flexible, in use and designed for long life.” (Foster and Partners, 1999)
Arsitektur Berkelanjutan, adalah sebuah topik yang menarik. Akhir-akhir ini semakin banyak diberitakan dan dipromosikan dalam kalangan arsitek, karena arsitek memiliki peran penting dalam pengelolaan sumber daya alam dalam desain-desain bangunannya. Apresiasi yang besar bagi mereka yang turut mempromosikan arsitektur berkelanjutan agar kita lebih bijaksana dalam menggunakan sumber daya alam yang makin menipis.
sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
Keberlanjutan dapat didefinisikan sebagai memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka Cara-cara baru dapat dipikirkan berdasarkan pengalaman membangun, dari arsitektur vernakular maupun modern.
Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur
hijau akan memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara
berkelanjutan. Aplikasi arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk
arsitektur yang berkelanjutan.
Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan.
Earth-Friendly (Arsitektur Ramah Lingkungan)
Environmental friendly development adalah pembangunan yang ramah lingkungan. Melihat isu-isu tersebut yang sedang marak-maraknya, sebuah bangunan kini haruslah earth-friendly dan cukup indah agar dapat dihargai untuk dipreservasi. Tujuannya untuk memunculkan sifat sustainable architecture pada bangunan tersebut yang merupakan jawaban dari environmenal friendly development tersebut. walau keberlanjutan suatu bangunan tidak bisa dilihat dari sudut ketahanan fisik bangunan saja.
Prinsip-prinsip dari sustainable architecture, antara lain seperti : - Perhatian pada iklim setempat
- Substitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (menghemat sumber energi yang tidak dapat diperbaharui)
- Pembentukan peredaran yang utuh antara penyedia dan pembuangan bahan bangunan energi dan air
- Hemat energi secara menyeluruh
Selain itu, ada berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung sustainable architecture terutama di Indonesia, antara lain seperti :
- Efisiensi lahan
Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya selalu ada lahan hijau dan penunjang keberlanjutan potensi lahan.
o Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan . Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu.
o Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan roof garden ( taman atap ), taman gantung ( dengan menggantung pot-pot tanaman pada sekitar bangunan), pagar tanaman.
o Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-pohon.
o Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman ( sesuai dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya ) .
o Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; berapa luas dan banyak ruang yang diperlukan? Dimana letak lahan ( dikota atau didesa ) dan bagaimana konsekuensinya terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya terhadap desain ruang-ruang? Berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami yang dapat digunakan?
- Efisiensi energi
yang dapat diintegrasikan dengan konsep penggunaan sumber cahaya matahari secara maksimal untuk penerangan, penghawaan alami, pemanasan air untuk kebutuhan domestik, dan sebagainya.
o Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik.
o Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan penghawaan alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim tropis.
- Efisiensi material
o Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa bekisting dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.
o Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
o Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang semakin jarang seperti kayu.
- Penggunaan teknologi dan material baru
o Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain secara independen.
- Manajemen limbah
o Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor ( black water, grey water ) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.
(Sumber: Tri Harso Karyono, Arsitektur Hijau)
bagaimana pengamat memperhatikan sesuatu dan apa yang dianggapnya penting. Desain gedung dapat diubah sesuai keinginan dengan catatan meminimalkan pengaruhnya terhadap lingkungan karena desain pada prinsipnya tidak bisa dipaksakan oleh apa saja dari alam. Cara bagaimana suatu gedung berfungsi dalam keseimbangan dengan alam mencerminkan kemampuan para perencana untuk mengerti cara membangun dan prosesnya, menyatakan impian penghuni, memperhatikan segala peredaran alam.
Asas-asas pembangunan secara berkelanjutan yang ekologis dapat dibagi menjadi dua: asas yang menciptakan keadaan yang ekologis berkelanjutan dan asas yang menjawab tantangan oleh keadaan yang ekologis tidak berkelanjutan.
Berdasarkan dua hal tersebut, maka empat asas yang pembangunan berkelanjutan yang ekologis dapat disusun sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan baku alam tidak lebih cepat dari pada alam mampu membentuk penggantinya
Prinsip : meminimalkan penggunaan bahan baku, utamakan bahan baru yg
renewable, meningkatkan efisiensi.
2. Menciptakan system yang menggunakan sebanyak mungkin energi terbarukan.
Prinsip : menggunakan energy matahari,meminimalkan pembororsan 3. Mengizinkan hasl sambilan (potongan, sampah, dsb) saja yang dapat
dimakan atau merupakan bahan mentah untuk produksi bahan lain. Prinsip : meniadakan pencemaran, menggunakan bahan organik, reuse.
4. Meningkatkan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis. Prinsip : melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman biologis.
(Sumber: Heinz Frick, Dasar-dasar Arsitektur Ekologis)
penghematan dari sumber daya alam sampai sumber daya buatanya. Di dalam konsep sustainable architecture itu sendiri tentu tidak bisa kita hanya berargumen bahwa setiap bangunan sudah sustainable atau belum, karena hampir disemua negara mempunyai standar atau kriterianya masing-masing untuk menilai sudah memenuhi atau belum bangunan kita untuk konsep arsitektur berkelanjutan ini.
Conversing Energy (Arsitektur Hemat Energi)
• Arsitektur dengan kebutuhan energi serendah mungkin yang bisa dicapai dengan mengurangi jumlah sumber daya yang masuk akal (Enno, 1994) Arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran meminimalkn penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuni.
Arsitektur hemat energi berdasarkan pada prinsip konservasi energi(sumber energi yang tidak terbaharui) yang menciptakan istilah forms follows enery.
Konsep hemat energi masih menjadi hal yang penting untuk digunakan saat ini dalam berbagai bidang. Para ahli dan praktisi masih mencari cara untuk menerapkan konsep ini dengan baik. Perkembangan dalam dunia arstitektur juga mengalami kemajuan, terutama dalam perancangan aktif, sehingga menghasilkan suatu konsep baru seperti zero-energy building, sustainable architecture, intelegent building, dan sebagainya.
- Pendekatan perancangan hemat energi dapat dibagi dua, yaitu: o Perancangan Pasif
o Perancangan Aktif.
Perancangan aktif bersifat tambahan. Pengertian perancangan aktif adalah salah cara penghematan energi dengan bantuan alat-alat teknolgi yang dapat mengontrol, mengurangi pemakaian, atau menghasilkan energi baru. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.
- Prinsip perancangan arsitektur hemat energi dilihat dari parameter disain arsitektural adalah sebagai berikut:
o Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim o Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial o Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim
o Sumer energy berasal dari pembangkit yang terbarukan o Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi o Konsumsi energi yang rendah
o Tingkat kenyamanan yang konsisten o Pertimbangan terhadap ekologi tapak
Perbandingan prinrip arsitektur hijau dengan prinsip arsitektur lainnya dapat terlihat pada tabel 2.9.
Tabel 2. 9. Tabel Perbandingan Prinsip Perancangan Arsitektur
Parameter Desain Arsitektural
Prinsip Perancangan Arsitektur
Bioklimatik Hemat
Energi Surya Hijau Murni
Konfigurasi
System Operasional
Passive-Mixed Active-Mixed Produktive
Passive-Kenyamanan Variable Konsisten Konsisten
Variabel
Konsisten Konsisten
Konsumsi
Energi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi
Sumber
Material Tidak Penting Tidak Penting
Tidak
Output Penting Tidak Penting
Tidak
Penting Penting Penting Krusial Tidak Penting
(Sumber : Energy-efficient Architectute, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau, Jimmy Priatman, 2002)
Dengan demikian, arsitektur hemat energi ini berlandaskan pada pemikiran meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktifitas penggunanya. Konsep Arsitektur Hemat Energi ini mengoptimasikan sistem tata cahaya dan tata udara, integrasi antara sistem tata udara buatan–alamiah dan sistem tata cahaya buatan–alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrumen hemat energi. Konsep bangunan dengan efisiensi energi sangat penting karena jika melihat pada penggunaan energi secara global, sektor bangunan sendiri menyerap 45 % dari kebutuhan energi keseluruhan. Pemanfaatan energi dalam bangunan ini khususnya untuk pemanasan, pendinginan dan pencahayaan bangunan.
(Sumber : Enno, Abel. (1994). “Low-energy Building”. Energy and Building Science Journal)
1. Daylighting (cahaya siang hari)
2. Building envelope (pengolahan bangunan) 3. Renewable energy (energi terbarukan)
Ketiga hal tersebut sangatlah terkait satu sama lain sehingga dapat menghasilkan suatu konsep perancangan yang hemat energy, dalam hal ini pencahayaan alami pada siang hari atau daylighting.
(Sumber : Charles J. Kibert, Sustainable Construction : Green Building Design and Delivery)
2.2.4 Prinsip-prinsip Arsitektur Hijau
Penjabaran prinsip-prinsip green architecture beserta langkah-langkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert Vale, 1991, Green
Architecture Design fo Sustainable Future:
1. Conserving Energy (Hemat Energi)
Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
1. Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
3. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
4. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
5. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya. 6. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas
dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
7. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi
alami)
Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
1. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
2. Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan. 3. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya
dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
4. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
2. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
3. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
4. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
6. Holistic (Penerapan Secara Keseluruhan)
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green
architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling
berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.
2.2.5 Keterkaitan Tema Dengan Judul
2.3STUDI BANDING
2.3.1 Studi banding Fungsi Sejenis (Apartemen)
2.3.1.1Green Palace Apartment, Kalibata City, Jakarta Selatan
Gambar 2.2. Green Palace Apartment
Kalibata City, Kota Baru seluas 12 Ha di Jakarta Selatan akan menjadi
Superblok Modern dengan Konsep Terpadu dan Fasiitas Terlengkap. Kalibata City akan menjadi kawasan Hunian urban yang sehat dilengkapi HUTAN KOTA seluas 7000m2 yang akan menjadi aktifitas kegiatan alam. Kawasan ini mudah dijangkau dari berbagai penjuru, baik dengan menggunakan kendaraan pribadi, angkutan umum, maupun kereta api. Tidak itu saja, wilayah ini pun dekat dengan akses jalan tol lingkar dalam maupun lingkar luar jakarta.
Konsep :
Konsep yang diusung proyek ini adalah mixed used development yang lengkap dan terpadu dengan harapan dapat memberikan kenyamanan hidup bari para penghuni untuk tinggal, bekerja, bermain, berbelanja dan melakukan aktifitas ekonomi sosial lainnya.
FASILITAS
• City Forest / Hutan Kota : 7000 m2, akan memberikan nuansa yang asri bagi hunian Anda.
• Taman Hijau seluas 1.2 Ha
• kids pool, Babies Pool, Swimming Pool
• Jogging Track
• Barbeque Area
• Fountain Plaza ( Taman Air Mancur ) • Tennis Court
• Fitnes Center
• Education
• Fishing Pond
• Shopping Mall ( Kalibata City Square ) • Fasilitas Ibadah & Kesehatan
• Supermarket
Gambar 2.3. Roof garden of Green Palace Apartment
Gambar 2.5. Site plan of GreenPalace Apartment
2.3.1.2The Summit Kelapa Gading, Semarang
Gambar 2.8. The Summit Kelapa Gading Apartment
(Sumber: www.thesummit-kelapagading.com)
The Summit Apartment merupakan salah satu karya „masterpiece‟ Summarecon yang dibangun terintegrasi dalam sebuah superblok Sentra Kelapa Gading, merupakan satu-satunya superblok di Jakarta yang memiliki fasilitas terlengkap dan sudah jadi, yang didalamnya merangkum Mal Kelapa Gading (Top Five Mall di Indonesia), Gading Food City, dan La Piazza.
Anda tinggal di The Summit, semuanya dapat Anda wujudkan dengan berjalan kaki selama kurang dari 3 menit melalui jalur pedestrian walk yang nyaman dan asri.
Konsep :
Arsitektur The Summit bergaya modern kontemporer yang ditunjang berbagai aplikasi teknologi terbaru untuk kenyamanan dan keamanan penghuninya. Dirancang oleh arsitek terkemuka dari Singapura, Ong & Ong, The Summit dibangun di atas lahan seluas 2,5 ha, terdiri dari 2 tower yaitu Everest & Alpen, dengan ketinggian 24 lantai dan memiliki total hunian 386 unit yang dilengkapi 2 lantai basement dan parkir. The Summit hanya memiliki maksimal 4 unit per lantai dan masing-masing dilengkapi dengan 2 unit lift. Setiap unit The Summit dilengkapi dengan kitchen set Nobilia, cooking stove dan microwave dari Ariston, marmer terbaik dari Spanyol, wardrobe dari Ximula Singapura, water heater, saluran TV kabel, dll. Sedangkan untuk keamanannya menerapkan sistem CCTV untuk area publik dan card access serta video-phone untuk masing-masing unit, yang memungkinkan penghuni melihat tamunya melalui layar monitor sebelum memasuki unit tinggalnya.
FASILITAS
• Club House yang menyediakan berbagai sarana olah raga dan rekreasi • 100 m lap & rela xation pool
• children fun pool dan Jacuzzi
• Tennis Court
• Fitnes Center
• Children playground
• Kids club
• Library
• Entertainment & games room
• Barbeque Area
• Cafe
• Mini market
• Salon
• Klinik
• Spa & Sauna
• Function room
• dsb
2.3.1.3Green Jakarta Apartment
Gambar 2.10. Green Jakarta Apartment
Konsep :
Konsep desain utama yang ditawarkan dari desain apartemen ini adalah menciptakan bangunan apartemen yang low cost consumption (hemat konsumsi energi) dan bisa ikut berperan aktif menjaga iklim mikro dari area ini dengan menambah jumlah vegetasi (penghijauan) pada bangunan ini. Dimana Jakarta sebagai kota metropolitan yang sudah mulai tidak terkontrol semakin hari semakin berkurang area hijau yang dimiliki. Sehingga upaya yang dilakukan adalah mencoba mengganti vegetasi yang hilang pada tanah yang bersifat horizontal dengan menghadirkannya secara vertikal mengikuti ketinggian bangunan.
FASILITAS
• 48 unit apartemen, 44 unit apartemen meliputi studio, one bedroom, two bedroom, serta 4 unit penthouse
Gambar 2.13. Denah lantai 2,3, dan 13 GreenJakarta Apartment
Gambar 2.14. Denah lantai 4,5,6,9,10,11, dan Penthouse GreenJakarta Apartment
2.3.2 Studi Banding Tema Sejenis (Arsitektur Hijau)
2.3.2.1 Eco-Friendly Tower Design In Singapore
Gambar 2.17. EDITT Tower, Singapore
Singapura juga akan memiliki bangunan yang indah tinggi dengan perusahaan EDITT Tower (Ecological Design in the Tropics). Proyek ini akan dibangun dengan dukungan finansial dari National University. Desain menara ini terdiri dari 26 lantai dengan panel fotovoltaik. Bangunan pencakar langit akan menggunakan vegetasi organik untuk membungkus bangunan yang juga berfungsi sebagai insulator dinding hidup. Proyek ini diambil oleh TRHamzah & Yeang dan dirancang untuk mengumpulkan air hujan, baik untuk irigasi tanaman dan kebutuhannya.
Gambar 2.19. Energy system of EDITT Tower, Singapore
2.3.2.2The Interlace Residential Building
Gambar 2.21. The Interlace, Singapore
The Interlace terdiri dari tiga puluh satu blok apartemen. Setiap blok memiliki enam lantai dan panjangnya identik. Blok ini ditumpuk dalam susunan heksagonal sekitar delapan halaman terbuka dan permeable skala besar. Bangunan hunian kontemporer ini terletak di situs delapan hektar di pegunungan hijau Selatan. Area situs 81.000 m2 untuk program ini: 1.040 asrama di 144.000 m2; clubhouse perumahan / fasilitas 1.500 m2; ritel 500m2; tambahan / core / MEP 24.000 m2; parkir bawah tanah 2.600 ruang. Total area lantai dibangun 170.000 m2. Tinggi blok perumahan adalah 83m dengan 24 lantai atas dan satu ruang bawah tanah dengan dimensi 16,5 x 70m. OMA Architects telah merancang bangunan tinggi mengingat fitur kesinambungan melalui analisis mendalam dari matahari, angin, dan kondisi iklim mikro dan integrasi strategi energi rendah dampak pasif.
Gambar 2.23. Floor plan of The Interlace, Singapore
Gambar 2.25. Maket dari The Interlace, Singapore