• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Umum Apartemen

2.1.1 Pengertian Apartemen

Pengertian Apartemen adalah:

• Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama (Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2011 pasal 1 ayat 1).

• Kamar atau beberapa kamar (ruangan) yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal, terdapat di dalam suatu bangunan yang biasanya mempunyai kamar atau ruangan-ruangan lain semacam itu (Poerwadarminta, 1991).

• Suatu kompleks hunian dan bukan sebuah tempat tinggal yang berdiri sendiri (Joseph de Chiara, Time saver Standards for Building Types).

• Gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, terbagi atas bagianbagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah vertikal dan horizontal dan merupakan satuan-satuan yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, yang dilengkapi dengan bagian bersama, tanah bersama dan benda bersama (pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia tentang rumah susun no.16 tahun 1985).

• Suatu bangunan terdiri dari tiga unit atau lebih, rumah tinggal di dalamnya merupakan suatu bentuk kehidupan bersama, dalam lingkungan tanah yang terbatas.

(2)

• Semua jenis hunian atau tempat tinggal (multiply family), kecuali sebuah rumah tinggal yang berdiri sendiri bagi satu keluarga (single dwelling unit).

• Suatu bangunan yang dibagi dalam kamar-kamar atau kelompok kamar yang dipisahkan satu dengan lainnya dengan partisi, yang digunakan sebagai unit hunian.

Apartemen merupakan salah satu variasi jenis hunian yang diminati oleh masyarakat terutama yang tinggal di kota-kota besar. Jika dahulu rumah biasa (landed house) menjadi primadona pilihan tempat tinggal, kini kecenderungan itu sedikit demi sedikit mulai bergeser. Hal ini bukan disebabkan oleh faktor gaya terbaru, melainkan karena timbulnya masalah permukiman di perkotaan yang semakin kompleks. Oleh sebab itulah, apartemen yang merupakan hunian vertikal menjadi alternatif yang layak bagi pengembang perumahan di wilayah pusat kota untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap tempat tinggal.

Bagi masayarakat kota, tinggal di apartemen sebenarnya bukanlah hal istimewa. Tinggal di apartemen sama seperti tinggal di komplek perumahan, bahkan fasilitas yang tersediapun hampir sama. Yang menjadi perbedaan adalah bentuknya, apartemen berbentuk vertikal sehingga penggunaan lahan lebih efisien dan merupakan solusi yang paling ideal untuk menyelesaikan masalah permukiman di kota (Akmal, 2007).

Untuk mengetahui perbedaan antara apartemen dengan hunian vertikal lainnya perlu adanya perbandingan, berikut perbandingan antara apartemen, kondominium, dan rumah susun:

Tabel 2.1. Perbandingan Antara Apartemen, Kondominium, dan Rusun

Aspek Apartemen Kondominium Rusun

Kepemilikan Sewa atau beli Beli Sewa atau beli Parkir Minimal 1 unit 1

mobil

Hampir sama dengan apartemen

Minimal 10 unit 1 mobil

Finishing

Kualitas baik seperti marmer, pintu kayu

kualitas bagus, sanitasi

Hampir sama dengan

(3)

kualitas grade A

Privasi

Lebih privat dibanding kondominium

Lebih privat dibanding rumah susun

Fasilitas umum dipakai bersama

Konstruksi Permanen lebih kokoh Hampir sama dengan

apartemen Permanen

Bagian milik bersama

Atap, tiang pondasi, lobby, lift, saluran air,

jaringan listrik, gas, dan telekomunikasi

Hampir sama dengan apartemen

Atap, tiang pondasi, lobby, saluran air, jaringan listrik, gas,

dan telekomunikasi Benda milik

bersama

Basemen atau parkir, kolam renang, dll

Hampir sama dengan

apartemen Basemen atau parkir (Sumber: Endy Marlina, 2008)

Perbedaan jelas antara rusunami dan apartemen terletak di lahan parkiran, luas, dan finishing. Apartemen biasanya mempunyai ketentuan untuk satu unit memiliki slot parkir minimal satu mobil atau satu banding satu sedangkan untuk rusunami biasanya perbandingan untuk lahan parkir lebih sedikit 10 unit untuk satu parkir mobil. Luas rusunami dengan apartemen juga berbeda di unit atau kamar, biasanya untuk ukuran dua kamar tidur di rusunami biasa di apartemen adalah ukuran studio (tanpa kamar) dan yang terakhir dari segi finishing untuk apartmen menggunakan kualitas lebih baik seperti marmer, pintu kayu kualitas bagus, dan sanitary yang mempunyai kualitas grade A sedangkan untuk rusunami finishing tidak terlalu di tonjolkan.

2.1.2 Fungsi Apartemen

Apartemen memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut3:

a. Fungsi utama, sebagai permukiman vertikal dengan kegiatan yang relatif sama dengan permukiman pada umumnya. Penekanannya adalah pada aktivitas rutin seperti tidur, makan, menerima tamu, interaksi sosial, melakukan hobi, bekerja, dan lain-lain.

b. Fungsi sekunder, adalah fungsi yang menambah kenyamanan penghuni seperti:

(4)

- Layanan kesehatan: poliklinik, apotek, dan lain-lain.

- Layanan komersial: minimarket, restoran, salon, dan lain-lain.

- Layanan anak: tempat penitipan anak, area bermain, dan lain-lain

c. Fungsi tersier, adalah fungsi pelengkap terkait kegiatan pengelolaan seperti administrasi, pemasaran, pemeliharaan kebersihan, pemeliharaan bangunan, dan keamanan.

2.1.3 Perkembangan Apartemen

Saat ini di beberapa kota besar, apartemen tumbuh pesat. Beberapa pengamat property berpendapat bahwa jumlah unit apartemen sudah over supply, artinya sekarang ini banyak unit apartemen yang masih ditawarkan kepada masyarakat di sebagian besar kota besar.

Dari tahun 1981-1999, jumlah apartemen yang terbangun mencapai 25.000 unit. Tahun 2007 di perkirakan jumlahnya melonjak hamper 2 kali lipatnya, yaitu sekitar 40.000 unit. Karena semakin banyaknya pilihan, maka pertimbangan memilih apartemen menjadi lebih kompleks. Lokasi dan harga masih menjadi pertimbangan utama, tetapi ada banyak hal lain yang bisa dijadikan pertimbangan, yaitu efektifitas, efisiensi, kenyamanan, jaminan rasa aman, fasilitas di dalam apartemen, luasan unit, manajemen property yang mengatur warga didalam apartemen tersebut maupun desain apartemen tersebut (Ibrahim, 2008).

2.1.4 Klasifikasi Apartemen

2.1.4.1 Berdasarkan Tipe Pengelolaannya

Berdasarkan tata cara pengelolaannya, apartemen dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

o Serviced Apartment

Apartemen yang dikelola secara menyeluruh oleh menajemen tertentu. Biasanya menyerupai cara pengelolaan sebuah hotel, yaitu penghuni mendapatkan pelayanan menyerupai hotel bintang lima, misalnya unit berperabotan lengkap, house keeping, layanan kamar, laundry, business center.

(5)

o Apartmen Milik Sendiri

Apartemen yang dijual dan dapat dibeli oleh pihak individu. Mirip dengan apartemen sewa, apartemen ini juga tetap memiliki pengelola yang mengurus fasilitas umum penghuninya.

o Apartmen sewa

Apartemen yang disewa oleh individu tanpa penyelayanan khusus. Meskipun demikian, tetap ada menejemen apartemen yang mengatur segala sesuatu berdasarkan kebutuhan bersama seperti sampah, pemeliharaan bangunan, lift, koridor, dan fasilitas umum lainnya.

2.1.4.2 Berdasarkan Kategori Jenis, Tinggi dan Besar Bangunan

Berdasarkan jenis, tinggi, dan besar bangunan, apartemen dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu walked-up/maisonette, low-rise, mid-rise, dan high-rise yang dapat dilihat secara rinci pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Ketinggian Bangunan

No. Jenis Tinggi

Lantai Keterangan Gambar

1 Walked-up/ Maisonet te 3-6

Apartemen ini kadang-kadang memiliki lift, tetapi

dapat juga tidak menggunakan. Jenis apartemen ini disukai oleh

keluarga yang lebih besar (keluarga inti ditambah

orang tua). Gedung apartemen ini hanya terdiri

atas dua atau tiga unit apartemen. Sumber: http://imagesus.homeaway.com/mda01/44 f 38a69-eaf5-4236-b953-244cfa285975.1.12 2 Low-Rise <7 Menggunakan tangga sebagai alat transportasi vertikal. Biasanya untuk golongan menengah kebawah. Dibangun di daerahsub-urban dimana

Sumber:

(6)

harga tanah relatif murah, memiliki kepadatan 30 keluarga/Ha. images/gallery/512/1366140383_46-small.jpg 3 Mid-Rise 7-10

Jenis apartemen ini lebih sering dibangun di kota

satelit. Memiliki pencahayaan dan penghawaan alami, konstruksi dan struktur lebih

kokoh, memiliki elevator.

Sumber: http://www.iblogoakville.com/wpcontent/ uploads/2011/02/Emporium- Condominium-Oakville-Joshua-Creek-Exterior-11.jpg 4 High-Rise >10

Dilengkapi area parker bawah tanah, system keamanan dan servis penuh.

Struktur apartemen lebih kompleks sehingga desain unit apartemen cenderung standard. Jenis ini banyak di

bangun di pusat kota.

Sumber:

http://www.hotelonline.com/News/ PR2007_2nd/CandlewoodMontrealExterio

r.jpg

2.1.4.3 Jenis Apartemen Berdasarkan Tipe Unitnya

Apartemen dapat dikelompokkan berdasarkan tipe unitnya, yaitu: o Studio

Unit apartemen yang hanya memiliki satu ruang. ruang ini sifatnya multifungsi sebagai ruang duduk, kamar tidur dan dapur yang semula terbuka tanpa partisi. Satu-satunya ruang yang terpisah biasanya hanya kamar mandi. Apartemen tipe studio relative kecil. Tipe ini sesuai dihuni oleh satu orang atau pasangan tanpa anak. Luas unit ini minimal 20-35 m². o Apartemen 1,2,3 kamar/apartemen keluarga

Pembagian ruang apartemen ini mirip rumah biasa. Memiliki kamar tidur terpisah serta ruang duduk, ruang makan, dapur yang bias terbuka dalam satu ruang atau terpisah. Luas apartemen tipe ini sangat beragam tergantung ruang yang dimiliki serta jumlah kamarnya. Luas minimal

(7)

untuk satu kamar tidur adalah 25 m², 2 kamar tidur 30 m², 3 kamar tidur 85², dan 4 kamar tidur 140 m².

o Loft

Loft adalah bangunan bekas gudang atau pabrik yang kemudian dialihfungsikan sebagai apartemen. Caranya adalah dengan menyekat-nyekat bangunan besar ini menjadi beberapa unit hunian. Keunikan loft apartment adalah biasanya memiliki ruang yang tinggi, mezzanine atau dua lantai dalam satu unit. Bentuk bangunannyapun cenderung berpenampilan industrial. Tetapi, beberapa pengembang kini menggunakan istilah loft untuk apartemen dengan mezzanine atau dua lantai tetapi dalam bangunan yang baru.

o Penthouse

Unit hunian ini berada di lantai paling atas sebuah bangunan apartemen. Luasnya lebih besar daripada unit-unit dibawahnya. Bahkan, kadang-kadang satu lantai hanya ada satu atau dua unit saja. Selain lebih mewah, penthouse juga sangat privat karena memiliki lift khusus untuk penghuninya. Luas minimumnya adalah 300 m².

Tipe kamar apartemen yang berupa studio dan berkamar tidur 1,2, dan 3 buah dapat lebih jelas dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Jumlah Ruang Tidur

No. Jenis Luas Keterangan Gambar

1 Efficiency Apartement/ Studio 18m2 – 45m2 Tiga aktivitas utama, yaitu tempat tinggal, makan, dan

tidur. Permasalahannya adalah kurangnya

tempat penyimpanan pakaian dan area

(8)

http://tacomalutheran.org/img/floorplans/ Apartments-Efficiency-Floor-Plan.gif 2 One Bedroom Apartement 36m2 -54m2 Lebih lengkap dibanding tipe studio, dengan ruang-ruang: living-dining room,

dapur, satu ruang tidur, kamar mandi,

teras outdoor. Sumber:

http://tacomalutheran.org/img/floorplans/ Apartments-1-Bedroom.gif 3 Two Bedroom Apartement 45m2 -90m2 Lebih lengkap dibanding tipe one

bedroom, dengan ruangruang: living room, dining room,

dua ruang tidur, dapur, kamar mandi, half bath

(closet dan wastafel) teras outdoor Sumber: http://www.evollt.com/images/2013/07/ apartments-2-bedroom-studio-apartment- layoutsfloor-plans-with-two-private-patios- 2013-best-studio-apartment-layoutsfloor-plans.gif 4 Three Bedroom Apartement 54m2 -108m2 Lebih lengkap dibanding two bedroom dengan penambahan satu ruang tidur dan satu kamar mandi.

Sumber:

http://milemarx.com/9932/bedroom-plans- designs/bedroom-plans-designs-bedroom-3-

(9)

2.1.4.4 Berdasarkan Bentuk Denah

Apartemen dapat dibagi menjadi delapan berdasarkan bentuk denahnya yang dapat dilihat dalam tabel 2.4.

Tabel 2.4. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Bentuk Denah

No. Jenis Bentuk Denah Keterangan

1 Tower

Plan

Terdapat core di tengah dengan unit-unit mengelilingi core tersebut,

layout denah bangunan tipikal kecuali denah lantai

paling atas.

2

Expanded Tower

Plan

Sama dengan tower plan namun dapat diperpanjang

pada sisi tertentu untuk menambah jumlah unit

hunian. 5 Four Bedroom Apartement 100m2 -135m2 Lebih lengkap dibanding three bedroom dengan penambahan satu ruang tidur, satu

teras, dan gudang. Sumber:

http://medialibrarycdn.entrata.com/media_libra ry /2162/52b1e0507e4fe460.jpg

(10)

3 Cross Plan

Memiliki empat sayap yang sama dan core service di bagian tengah. Biasa terdiri dari delapan unit setiap lantai dengan penempatan dua unit setiap

sayap.

4

Five-Wing Plan

Sama dengan bentuk cross plan namun dengan lima

sayap. Biasa terdiri dari sepuluh unit tiap lantai dengan penempatan dua

unit setiap sayap.

5 Circular

Plan

Sumber:

http://www.architechgallery.com/arch_images/architech_ images/ bertrand_goldberg/marina_city_plan.jpg

Sama dengan bentuk tower plan namun teridi dari satu

koridor pusat yang melingkar atau mengelilingi core. Jumlah

unit tergantung panjang diameter bangunan.

6 Spiral

Plan

Memiliki bentuk melingkar seperti circular plan, namun menggunakan

delapan proyeksi radial dari beton pra tekan dan

(11)

Sumber: http://eliinbar.files.wordpress.com/2013/05/51941cdfb3fc 4bc9 6a00013f_snailtower-k-nnapu-padrik-architects_floor_plan_-5-528x439.png 7 Free-Form Plan Memiliki bentuk memanjang atau linear dengan koridor di bagian

tengah.

8 Terrace

Plan

Menggunakan sistem satu koridor dengan lantai di atas lebih mundur daripada

lantai di bawahnya sehingga menciptakan

teras pada tiap lantai bangunan.

2.1.4.5 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Jumlah Lantai Per Unit

Unit kamar apartemen dapat dibedakan menjadi 3 buah berdasarkan jumlah lantai yang digunakan, yaitu simplex, duplex, dan triplex yang dapat dilihat lebih rinci pada tabel 2.5.

Tabel 2.5. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Jumlah Lantai Per Unit

No. Jenis Keterangan Gambar

1 Simplex

Apartement

Satu unit hunian terdiri atas satu lantai sehingga lebih mudah dan

ekonomis untuk dibangun.

(12)

2 Duplex

Apartement

Satu unit hunian terbagi atas dua lantai dengan sebuah tangga pribadi. Lantai satu

terdiri dari ruang tamu, ruang makan, dan dapur.

Lantai dua terdiri dari ruang-ruang

tidur.

3 Triplex

Apartement

Satu unit hunian terbagi atas tiga lantai dengan sebuah tangga pribadi. Peletakan ruang sama dengan

duplex apartement dengan

ruang-ruang tidur di lantai dua dan tiga.

Sumber:

http://www.nyhabitat.com/floorplanny-apt/11596/11596FP01.jpg

2.1.4.6 Berdasarkan Sistem Sirkulasi Horizontal

Berdasarkan sistem sirkulasi horizontal, apartemen dapat dibagi menjadi enam yang dapat dilihat pada tabel 2.6.

(13)

Tabel 2.6. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Sistem Sirkulasi Horizontal

No. Jenis Keterangan Gambar

1

Thru Flat Exterior Corridor

Pencapaian atau hubungan unit-unit hunian simplex apartement melalui koridor yang terletak di

bagian tepi hunian.

2

Thru Duplex Exterior Corridor

Pencapaian atau hubungan unit-unit hunian duplex apartement melalui koridor yang terletak di

bagian tepi hunian.

3 Thru Flat Skip

Stop

Pencapaian atau hubungan unit-unit hunian simplex apartement melalui koridor yang terletak di bagian tepi bangunan dengan

(14)

4

Double Loaded Interior Corridor

Pencapaian atau hubungan unit-unit hunian simplex apartement melalui koridor yang terletak di dalam bangunan dan mampu

melayani dua sisi unit-unit hunian apartemen.

5

Interior Corridor Thru

Duplex

Pencapaian atau hubungan unit-unit hunian duplex apartement melalui koridor yang terletak di

bagian dalam bangunan dan mampu melayani dua sisi unitunit

hunian apartemen. 6 Interior Corridor Split and Flat Combination

Pencapaian atau hubungan unit-unit hunian melalui koridor yang

terletak di dalam bangunan secara berselang pada beberapa

(15)

2.1.4.7 Berdasarkan Sistem Sirkulasi Vertikal

Apartemen dapat dibagi menjadi dua berdaarkan sistem sirkulasi vertikal yang digunakan (Pedoman Umum Rumah Sehat Sederhana), yaitu:

a. Elevated

Pencapaian menggunakan sarana lift/elevator untuk bangunan dengan ketinggian lebih dari empat lantai.

b. Walk-Up

Pencapaian menggunakan sarana tangga untuk bangunan dengan ketinggian empat lantai atau kurang.

2.1.4.8 Berdasarkan Tujuan Pembangunan

Apartemen dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan tujuan pembangunannya, yaitu:

o Komersial

Apartemen yang hanya ditujukan untuk bisnis komersial yang mengejar keuntungan atau profit.

o Umum

Apartemen yang ditujukan untuk semua lapisan masyarakat, akan tetapi biasanya hanya dihuni oleh lapisan masyarakat kalangan menengah kebawah.

o Khusus

Apartemen yang hanya dipakai oleh kalangan tertentu saja, dan biasanya dimiliki suatu perusahaan atau instansi yang dipergunakan oleh para pegawai maupun tamu yang berhubungna dengan pekerjaan.

2.1.4.9 Berdasarkan Golongan Sosial

Menurut Savitri dan Ignatius dan Budihardjo dan Anwar dan Rahwidyasa pada tahun 2007, apartemen dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

o Apartemen Sederhana o Apartemen Menengah o Apartemen Mewah o Apartemen Super Mewah

(16)

Yang membedakan keempat tipe tersebut sebelumnya adalah fasilitas yang terdapat dalam apartemen tersebut. Semakin lengkap fasilitas dalam sebuah apartemen, maka semakin mewah apartemen tersebut. Pemilihan bahan bangunan dan system apartemen juga berpengaruh. Semakin baik kualitas material dan semakin banyak pelayanannya, semakin mewah apartemen tersebut.

2.1.4.10 Berdasarkan Penghuni

Penghuni merupakan salah satu elemen penting yang menjadi dasar terbentuknya ruang-ruang bangunan apartemen. Berdasarkan penghuni, apartemen dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

o Apartemen Keluarga

Apartemen ini dihuni oleh keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anaknya. Bahkan tidak jarang orang tua dari ayah atau ibu tinggal bersama. Terdiri dari 2 hingga 4 kamar tidur, belum termasuk kamar tidur pembantu yang tidak selalu ada. Biasanya dilengkapi dengan balkon untuk interaksi dengan dunia luar.

o Apartemen Lajang

Apartemen ini dihuni oleh pria atau wanita yang belum menikah dan biasanya tinggal bersama teman mereka. Mereka menggunakan apartemen sebagai tempat tinggal, bekerja, dan beraktivitas lain diluar jam kerja.

o Apartemen Pebisnis/Ekspatrial

Apartemen ini digunakan oleh para pengusaha untuk bekerja karena mereka telah mempunyai hunian sendiri di luar partemen ini. Biasanya terletak dekat dengan temapt kerja sehingga member kemudahan bagi pengusaha untuk mengontrol pekerjaannya.

o Apartemen Manula

Apartemen ini merupakan suatu hal yang baru di Indonesia, bahkan bisa dikatakan tidak ada meskipun sudah menjadi sebuah kebutuhan. Di luar negeri seperti Amerika, China, Jepang, dan lain-lain telah banyak dijumpai apartemen untuk hunian manusia usia lanjut. Desain apartemen disesuaikan dengan kondisi fisik para manula dan mengakomodasi manula dengan alat bantu jalan.

(17)

2.1.4.11 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Kepemilikan

Menurut kepemilikannya, apartemen dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

o Apartemen sewa

Pemilik membangun dan membiayai operasi serta perawatan bangunan, penghuni membayar uang sewa selama jangka waktu tertentu. o Apartemen Kondominium

Penghuni membeli dan mengelola unit yang menjadi haknya, tidak ada batasan bagi penghuni untuk menjual kembali atau menyewakan unit miliknya. Penghuni biasanya membayar uang pengelolaan ruang bersama yang dikelola oleh pemilik gedung.

o Apartemen Koperasi

Apartemen ini dimiliki oleh koperasi, penghuni memiliki saham didalamnya sesuai dengan unit yang ditempatinya. Bila penghuni pindah, ia dapat menjual sahamnya kepada koperasi atau calon penghuni baru dengan persetujuan koperasi. Biaya operasional dan pemeliharaan ditanggung oleh koperasi.

2.1.4.12 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Pelayanannya

Pelayanan yang diberikan oleh pengelola dapat menjadi daya tarik dan kebutuhan tersendiri dari para pengguna apartemen sehingga apartemen memiliki cara pelayanan yang berbeda-beda pula. Dalam hal ini apartemen dapat dibagi menjadi 4, yaitu:

o Apartemen Fully Service

Apartemen yang menyediakan layanan standard hotel bagi penghuninya, seperti laundry, cathering, kebersihan, dan sebagainya.

o Apartemen Fully Furnished

Apartemen yang mneyediakan furniture atau perabotan dalam unit apartemen.

(18)

o Apartemen Fully Furnished and Fully Service

Gabungan kedua jenis apartemen yang tertulis sebelumnya. o Apartemen Building only

Apartemen yang tidak menyediakan layanan ruang atau furniture.

2.1.5 Syarat-syarat Bangunan Apartemen

Syarat – syarat bangunan apartemen menurut (Times-Saver Standards For Building Types), adalah:

• ENTRANCE APARTEMEN

- Bagian entrance apartemen harus menarik dan mudah dilihat.

- Bagian entrance menyediakan tempat untuk: berjalan, kendaraan menurunkan penumpang, menaikkan barang bawaan, dan tempat untuk menurunkan barang bawaan.

- Bagian entrance harus mudah di akses, dan mudah akses bila terjadi kebakaran.

- Kanopi entrance melindungi dari angin dan hujan. - Skala dan karakter entrance mengikuti desain bangunan.

- Lebar entrance minimal 5,5 meter, atau dapat dilalui untuk 2 mobil.

• PENGIRIMAN BARANG

- Pengiriman dan pengantaran barang, pengantar barang tidak boleh hingga depan pintu.

• AKTIVITAS ORANG TUA DAN ANAK DILAKUKAN DI RUANG KELUARGA

- Kamar anak sebisa mungkin dapat diakses dari ruang keluarga, sehingga dapat diawasi.

• AKSES DARI RUANG TIDUR KE KAMAR MANDI

- Akses dari ruang tidur ke kamar mandi tidak menjadi satu jalur dengan ruang keluarga.

(19)

- Akses dari dapur ke kamar mandi, dapat dimungkinkan satu jalur dengan ruang keluarga.

• SERVIS DARI DAPUR KE RUANG MAKAN

- Servis dari dapur ke ruang makan dapat berhubungan dengan ruang lainnya.

2.1.6 Standar Perencanaan dan Perancangan

Berikut standar perencanaan dan perancangan apartemen berdasarkan ketentuan rumah sederhana sehat:

A. Kebutuhan Minimal

Kebutuhan minimal ditinjau berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah, seperti tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci, dan memasak. Kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan ketinggian langit-langit 2,8 m. B. Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan

Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu:

a. Pencahayaan

Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut:

o Cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan,

o Ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya,

o Ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata.

Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh:

o Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),

o Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), o Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan,

(20)

o Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari,

o Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00. o Tinggi ambang bawah bidang bukaan (jendela) efektif antara 70 – 80 cm

dari permukaan lantai ruangan. b. Penghawaan

Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruanganruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi. Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut:

o Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan. o Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir

keluar ruangan.

o Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC.

Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

o Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya.

o Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.

(21)

c. Suhu Udara dan Kelembaban

Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan.

Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan:

o Keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar. o Pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak. o Menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai

ruangan.

2.1.7 Sistem Pengelolaan Apartemen

Susunan dan tugas pengelola pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Direktur utama, bertugas mengkoordinasikan berlangsungnya kegiatan kepegawaian, keuangan, dan tata usaha pada apartemen. Terdiri dari presiden direktur satu orang dan satu orang sekretaris.

2. Manajer properti, bertugas mengatur sistem persewaan apartemen. Terdiri dari satu orang manager, dibantu oleh tiga orang staf.

3. Manajer keuangan, bertugas mengatur sistem administrasi dan keuangan pada apartemen. Terdiri dari satu orang manajer, dibantu tiga orang karyawan.

4. Bagian pemasaran dan hubungan masyarakat, bertugas mengatur pemasaran dan iklan apartemen serta mengelola hubungan antara apartemen dan pihak luar. Terdiri dari satu orang manajer dan empat orang karyawan.

5. Bagian umum dan personalia, bertugas mengatur dan mengawasi karyawan yang berkerja di apartemen. Terdiri dari satu orang manajer dan tiga orang karyawan.

(22)

6. Penerangan atau Resepsionis, bertugas menerima pesan, menerima pengaduan dan informasi dari penghuni apartemen, dan menjadi penerima untuk para tamu penghuni. Terdiri dari tiga orang karyawan.

7. Pengelola administrasi dan fasilitas, terdiri satu kepala bagian yang mengatasi:

a. Pengelola fasilitas penitipan anak, terdiri dari empat orang perawat anak dan dua orang bagian administrasi.

b. Pengelola fasilitas spa dan salon, terdiri dari enam orang kapster, enam orang pelayan spa, dan satu orang bagian administrasi.

c. Pengelola fasilitas restoran, terdiri dari satu orang manajer restoran, satu orang kasir, empat orang koki, empat orang pelayan restoran, dan empat orang petugas kebersihan.

d. Pengelola fasilitas apotek dan klinik, terdiri dari satu orang resepsionis, satu orang kasir, satu orang penjaga apotek, dua orang apoteker, dan satu orang dokter jaga.

e. Pengelola fasilitas fitness center dan aerobic, terdiri dari satu orang resepsionis, enam orang pelatih fitness, empat orang bagian perawatan alat, dan dua orang administrasi.

f. Pengelola fasilitas kolam renang, terdiri dari satu orang resepsionis, empat orang pelatih, dua orang bagian perawatan, dan satu orang bagian administrasi.

8. Mekanikal dan elektrikal, bertugas memelihara dan melakukan perbaikan seluruh unsur mekanikal dan elektrikal bangunan. terdiri dari satu orang kepala bagian dan tiga orang staf.

9. Perawatan bangunan, bertugas untuk memelihara, merawat, dan memperbaiki bangunan apartemen. Terdiri dari satu orang kepala bagian, empat orang staf perawatan gedung, empat orang staf perawatan luar gedung, dan tiga orang staf sistem operasional bangunan.

10.House keeping, bertugas untuk mengatur kegiatan rumah tangga seperti cleaning dan laundry. Terdiri dari satu kepala bagian, 14 orang petugas kebersihan, dan lima orang petugas laundry.

(23)

11.Security, bertugas menjaga keamanan penghuni apartemen. Terdiri dari satu orang kepala bagian, delapan orang petugas keamanan, dan tujuh orang petugas parkir.

Penjabaran di atas didasarkan pada struktur organisasi kepegawaian sebagai berikut:

Diagram 2. 1. Sistem Organisasi Pengelola Apartemen

(Sumber: Ditulis ulang dari skripsi Leny, Apartemen dengan Konsep Arsitektur Tropis di Kota Yogyakarta, 2012)

2.1.8 Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang pada apartemen terdiri atas fasilitas dalam ruangan dan fasilitas luar ruangan yang akan dijelaskan pada tabel 2.7 dan 2.8.

(24)

Tabel 2.7. Fasilitas Dalam Ruangan untuk Bangunan Tempat Tinggal Bertingkat Tinggi

Fasilitas atau Area Standar Ruang Lokasi dan Deskripsi

Kolam renang dalam ruangan

1 per 200 unit, dengan ukuran 60 x 30 ft (18m x 8m) dengan kedalaman 3 – 5 ft (0,9-1,5 m)

Berdekatan dengan ruang latihan, day nursery, sun

deck, dan teras. Dapat diakses oleh publik atau

secara privat.

Sauna dan area latihan

1 per 200 unit, dengan kapasitas untuk 24 orang dewasa dan ruang sauna yang memberikan temperatur yang

berbeda

Dekat dengan kamar mandi, staf dengan sistem part time.

Ruang permainan

Sesuai kebutuhan, minimal 20 x 30 ft (6 x 9 m) dengan ruang penyimpanan yang baik, ruang yang fleksibel dan beradaptasi

untuk serba guna.

Dekat dengan area laundry yang mencakup fire place, fasilitas bar dan area duduk

untuk sosialisasi, ruang bermain dalam ruang untuk

pesta dan menonton film

Handball or squash courts,

1 per 200 unit, dua lapangan dengan tinggi ukuran 50 x 50 x

20 ft

Dekat dengan area mandi, tersedia tikar untuk karate, judo, dan wrestling; dapat digunakan untuk olahraga

tenis meja

Workshop dan autobay

Minimal dua mobil dengan kapasitas lemari yang dapat dikunci, outlet listrik yang cukup luas, dan bangkubangku

kerja

Dekat dengan area parkir

Ruang kerajinan

Sesuai dengan kebutuhan, minimal area 20 x30 ft, terdapat sink electrical outlets,

pencahayaan baik, dan ada papan tulis dan meja kerja

Dekat dengan area laundry

(Sumber: Joseph DeChiara. 1984. Time Saver Standard for Residential Developement. Penerbit McGraw-Hill, Universitas Michigan)

(25)

Tabel 2. 8. Fasilitas Luar Ruang untuk Bangunan tempat Tinggal Bertingkat Tinggi

Fasilitas atau Area Standar Ruang Lokasi dan Deskripsi

Area bermain pre-school

1 per bangunan, luas 800 -4000 ft2 (72-360m2), bisa menjadi area terbuka untuk

area duduk orang dewasa.

Dekat dengan laundry dan memiliki view dari balkon, didominasi oleh orang dewasa, dan skala peralatan untuk anak

pra sekolah

Open area

1 per bangunan, minimal ruangan 150 x 200 ft (45m x

60m)

Dapat ditempuh dengan berjalan kaki dalam beberapa

menit, dilengkapi dengan kebutuhan semua usia

Hard surface area 1 per bangunan, minimal 40 x 50 ft (12m x 15m)

Dapat menjadi area parkir pengunjung untuk mengorganisasikan atau olah

raga dan permainan

Passive area

1 per bangunan, maksimum ¼ acre untuk berjemur, ruang yang natural dengan pohon,

semak, dan bunga

Berdekatan dengan taman bermain anak yang dilengkapi

dengan area berjemur, barbeque, dan permainan seperti horseshoes, shuffle

board, dan croquet. Garden plots 1 per bangunan, bervariasi

sesuai minat

Berdekatan dengan bangunan dan area taman

Trails and linkage system

Area berjalan kaki dan area bersepeda yang berhubungan dengan ruang terbuka dan area

publik

Area taman

(Sumber: Joseph DeChiara. 1984. Time Saver Standard for Residential Developement. Penerbit McGraw-Hill, Universitas Michigan)

(26)

2.1.9 Kriteria Lokasi

Apartemen masuk dalam golongan permukiman vertikal, sehingga perencanaan dan pembangunan didasarkan pada RSNI 2006, yaitu:

a. Tidak berada pada kawasan lindung,

b. Bebas dari pencemaran air, udara, dan gangguan suara atau gangguan lainnya, baik yang ditimbulkan sumber daya buatan manusia maupun sumber daya alam seperti banjir, tanah longsor, tsunami,

c. Ketinggian lahan kurang dari 1.000 meter di atas permukaan air laut (MDPL), d. Kemiringan lahan tidak melebihi 15 %, dengan ketentuan:

 Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar landai dengan kemiringan 0-8%,

 Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%. e. Pada kota-kota yang mempunyai bandar udara, tidak menggangu jalur

penerbangan pesawat,

f. Kondisi sarana-prasarana memadai,

g. Dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan pelayanan kota,

h. Bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, keterkaitan antara lokasi perumahan dengan pusat-pusat kegiatan (tempat kerja) dan pelayanan kota akan mempunyai implikasi ekonomi. Jarak yang relatif jauh akan berpengaruh banyak terhadap pengeluaran biaya transport dibandingkan seluruh pengeluaran rutin keluarga. Hal ini akan menimbulkan tambahan beban terhadap penghuninya, sehingga mempengaruhi kemampuannya untuk mengalokasikan sebagian penghasilannya untuk perumahan (Dwelling Expenditure).

(27)

2.2Tinjauan Tema Arsitektur Hijau (Green Architecture/ Bangunan Hemat energi)

Gambar 2.1. Mesiniaga Tower (Sumber: pinterest.com)

2.2.1 Pengertian Arsitektur

Pengertian arsitektur adalah:

• Kesatuan dari kekuatan/kekokohan (firmitas), keindahan (venustas), dan kegunaan/fungsi (utilitas), (Marcus Pollio Vitruvius, 1486).

• Arsitektur adalah sesuatu yang bersifat personal, menyenangkan dan memerlukan pengalaman. Arsitektur adalah hasil persepsi dan penghargaan manusia terhadap ruang dan bentuk. Ada tiga pengalaman arsitektur: aspek fisikal, emosional dan kebutuhan intelektual (William W. Caudill, 1978)

• Arsitektur membentuk suatu tautan yang mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan fungsi. (Francis DK Ching, 1979)

• Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia, yang lebih dari sekedar fisik, tapi juga menyangkut pranata-pranata budaya dasar. Pranata ini meliputi: tata atur kehidupan sosial dan budaya masyarkat, yang diwadahi dan sekaligus memperngaruhi arsitektur (Amos Rapoport, 1981)

(28)

• Arsitektur sebagai vastuvidya (wastuwidya) yang berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian wastu terhitung pula tata bumi, tata gedung, tata lalu lintas (dhara, harsya, yana), (JB Mangunwijaya, 1988)

2.2.2 Pengertian Tema Arsitektur Hijau

Green Architecture

Konsep ‘Green Architecture’ atau arsitektur hijau menjadi topik yang menarik saat ini, salah satunya karena kebutuhan untuk memberdayakan potensi site dan menghemat sumber daya alam akibat menipisnya sumber energi tak terbarukan.

Berbagai pemikiran dan interpretasi arsitek bermunculuan secara berbeda-beda, yang masing-masing diakibatkan oleh persinggungan dengan kondisi profesi yang mereka

hadapi.

Green Architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.

‘Green’ dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Ukuran 'green' ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat peringkat yang merujuk pada kesadaran untuk menjadi lebih hijau. Di negara-negara maju terdapat award, pengurangan pajak, insentif yang diberikan pada bangunan-bangunan yang tergolong 'green'.

Indikasi arsitektur disebut sebagai 'green' jika dikaitkan dengan praktek arsitektur antara lain penggunaan renewable resources (sumber-sumber yang dapat diperbaharui, passive-active solar photovoltaic (sel surya pembangkit listrik), teknik menggunakan tanaman untuk atap, taman tadah hujan, menggunakan kerikil yang dipadatkan untuk area perkerasan, dan sebagainya.

(29)

Konsep 'green' juga bisa diaplikasikan pada pengurangan penggunaan energi (misalnya energi listrik), low energy house dan zero energy building dengan memaksimalkan penutup bangunan (building envelope). Penggunaan energi terbarukan seperti energi matahari, air, biomass, dan pengolahan limbah menjadi energi juga patut diperhitungkan.

Dari pengertian diatas, Green Architecture sangat berpengaruh penting terhadap kehidupan manusia, baik di masa lampau, sekarang terutama akan datang.

2.2.3 Pengertian Arsitektur Berkelanjutan

Sustainable Architecture

Sustainable development, “Development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs.” (Brundtland, 1987)

Sustainable Design, “Creating buildings which are energy

efficient,healthy, comfortable, flexible, in use and designed for long life.” (Foster and Partners, 1999)

Arsitektur Berkelanjutan, adalah sebuah topik yang menarik. Akhir-akhir ini semakin banyak diberitakan dan dipromosikan dalam kalangan arsitek, karena arsitek memiliki peran penting dalam pengelolaan sumber daya alam dalam desain-desain bangunannya. Apresiasi yang besar bagi mereka yang turut mempromosikan arsitektur berkelanjutan agar kita lebih bijaksana dalam menggunakan sumber daya alam yang makin menipis.

Sustainable Architecture atau dalam bahasa Indonesianya adalah Arsitektur Berkelanjutan, adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global,

(30)

sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.

Keberlanjutan dapat didefinisikan sebagai memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka Cara-cara baru dapat dipikirkan berdasarkan pengalaman membangun, dari arsitektur vernakular maupun modern.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur

hijau akan memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara

berkelanjutan. Aplikasi arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk

arsitektur yang berkelanjutan.

Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan.

Earth-Friendly (Arsitektur Ramah Lingkungan)

Environmental friendly development adalah pembangunan yang ramah lingkungan. Melihat isu-isu tersebut yang sedang marak-maraknya, sebuah bangunan kini haruslah earth-friendly dan cukup indah agar dapat dihargai untuk dipreservasi. Tujuannya untuk memunculkan sifat sustainable architecture pada bangunan tersebut yang merupakan jawaban dari environmenal friendly development tersebut. walau keberlanjutan suatu bangunan tidak bisa dilihat dari sudut ketahanan fisik bangunan saja.

Prinsip-prinsip dari sustainable architecture, antara lain seperti : - Perhatian pada iklim setempat

- Substitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (menghemat sumber energi yang tidak dapat diperbaharui)

- Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan yang hemat energi

(31)

- Pembentukan peredaran yang utuh antara penyedia dan pembuangan bahan bangunan energi dan air

- Hemat energi secara menyeluruh

Selain itu, ada berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung sustainable architecture terutama di Indonesia, antara lain seperti :

- Efisiensi lahan

Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya selalu ada lahan hijau dan penunjang keberlanjutan potensi lahan.

o Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan . Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu.

o Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan roof garden ( taman atap ), taman gantung ( dengan menggantung pot-pot tanaman pada sekitar bangunan), pagar tanaman.

o Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-pohon.

o Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman ( sesuai dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya ) .

o Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; berapa luas dan banyak ruang yang diperlukan? Dimana letak lahan ( dikota atau didesa ) dan bagaimana konsekuensinya terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya terhadap desain ruang-ruang? Berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami yang dapat digunakan?

- Efisiensi energi

Arsitektur dapat menjadi media yang paling berpengaruh dengan implementasi arsitektur berkelanjutan, karena dampaknya secara langsung terhadap lahan. Konsep desain yang dapat meminimalkan penggunaan energi listrik, misalnya, dapat digolongkan sebagai konsep sustainable dalam energi,

(32)

yang dapat diintegrasikan dengan konsep penggunaan sumber cahaya matahari secara maksimal untuk penerangan, penghawaan alami, pemanasan air untuk kebutuhan domestik, dan sebagainya.

o Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik.

o Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan penghawaan alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim tropis.

- Efisiensi material

o Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa bekisting dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.

o Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.

o Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang semakin jarang seperti kayu.

- Penggunaan teknologi dan material baru

o Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain secara independen.

- Manajemen limbah

o Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor ( black water, grey water ) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.

(Sumber: Tri Harso Karyono, Arsitektur Hijau) Sementara pendapat lain yang sama seperti Tri Harso yaitu Heinz Frick, menurutnya dalam membangun itu harus secara ekologis (basic eco-design standard), pegangan untuk pembangunan secara berkelanjutan didasarkan pada teknologi bangunan lokal dan tuntutan ekologis alam. Ketentuan cara membangun merupakan fungsi perencanaan. Kebiasaan cara membangun berasal dari cara

(33)

bagaimana pengamat memperhatikan sesuatu dan apa yang dianggapnya penting. Desain gedung dapat diubah sesuai keinginan dengan catatan meminimalkan pengaruhnya terhadap lingkungan karena desain pada prinsipnya tidak bisa dipaksakan oleh apa saja dari alam. Cara bagaimana suatu gedung berfungsi dalam keseimbangan dengan alam mencerminkan kemampuan para perencana untuk mengerti cara membangun dan prosesnya, menyatakan impian penghuni, memperhatikan segala peredaran alam.

Asas-asas pembangunan secara berkelanjutan yang ekologis dapat dibagi menjadi dua: asas yang menciptakan keadaan yang ekologis berkelanjutan dan asas yang menjawab tantangan oleh keadaan yang ekologis tidak berkelanjutan.

Berdasarkan dua hal tersebut, maka empat asas yang pembangunan berkelanjutan yang ekologis dapat disusun sebagai berikut:

1. Menggunakan bahan baku alam tidak lebih cepat dari pada alam mampu membentuk penggantinya

Prinsip : meminimalkan penggunaan bahan baku, utamakan bahan baru yg renewable, meningkatkan efisiensi.

2. Menciptakan system yang menggunakan sebanyak mungkin energi terbarukan.

Prinsip : menggunakan energy matahari,meminimalkan pembororsan 3. Mengizinkan hasl sambilan (potongan, sampah, dsb) saja yang dapat

dimakan atau merupakan bahan mentah untuk produksi bahan lain. Prinsip : meniadakan pencemaran, menggunakan bahan organik, reuse. 4. Meningkatkan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis.

Prinsip : melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman biologis. (Sumber: Heinz Frick, Dasar-dasar Arsitektur Ekologis) Dari beberapa pemaparan diatas kita dapat melihat atau sedikit mengambil kesimpulan kecil, bahwa di era saat ini sustainable architecture atau arsitektur berkelanjutan mempunyai konsep-konsep sebagai dasar konsep utama dari keberlanjutan dari konsep itu. Pada kali ini yang ingin diangkat yaitu tetntang penghematan energi atau energy efficiency pada sebuah bangunan. Penghematan energi sangatlah erat kaitanya dengan arsitektur berkelanjutan ini, baik

(34)

penghematan dari sumber daya alam sampai sumber daya buatanya. Di dalam konsep sustainable architecture itu sendiri tentu tidak bisa kita hanya berargumen bahwa setiap bangunan sudah sustainable atau belum, karena hampir disemua negara mempunyai standar atau kriterianya masing-masing untuk menilai sudah memenuhi atau belum bangunan kita untuk konsep arsitektur berkelanjutan ini. Conversing Energy (Arsitektur Hemat Energi)

• Arsitektur dengan kebutuhan energi serendah mungkin yang bisa dicapai dengan mengurangi jumlah sumber daya yang masuk akal (Enno, 1994) Arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran meminimalkn penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuni.

Arsitektur hemat energi berdasarkan pada prinsip konservasi energi(sumber energi yang tidak terbaharui) yang menciptakan istilah forms follows enery. Konsep hemat energi masih menjadi hal yang penting untuk digunakan saat ini dalam berbagai bidang. Para ahli dan praktisi masih mencari cara untuk menerapkan konsep ini dengan baik. Perkembangan dalam dunia arstitektur juga mengalami kemajuan, terutama dalam perancangan aktif, sehingga menghasilkan suatu konsep baru seperti zero-energy building, sustainable architecture, intelegent building, dan sebagainya.

- Pendekatan perancangan hemat energi dapat dibagi dua, yaitu: o Perancangan Pasif

Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu dan dapat mengantisipasi iklim luar. Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.

(35)

o Perancangan Aktif.

Perancangan aktif bersifat tambahan. Pengertian perancangan aktif adalah salah cara penghematan energi dengan bantuan alat-alat teknolgi yang dapat mengontrol, mengurangi pemakaian, atau menghasilkan energi baru. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.

- Prinsip perancangan arsitektur hemat energi dilihat dari parameter disain arsitektural adalah sebagai berikut:

o Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim o Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial o Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim

o Sumer energy berasal dari pembangkit yang terbarukan o Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi o Konsumsi energi yang rendah

o Tingkat kenyamanan yang konsisten o Pertimbangan terhadap ekologi tapak

Perbandingan prinrip arsitektur hijau dengan prinsip arsitektur lainnya dapat terlihat pada tabel 2.9.

Tabel 2. 9. Tabel Perbandingan Prinsip Perancangan Arsitektur Parameter

Desain Arsitektural

Prinsip Perancangan Arsitektur

Bioklimatik Hemat

Energi Surya Hijau Murni

Konfigurasi Bangunan Diperngaruhi Iklim Diperngaruhi Iklim Diperngaruhi Matahari Diperngaruhi Lingkungan Diperngaruhi Lainnya Orientasi

Bangunan Krusial Krusial

Sangat Krusial Krusial Relatif tidak penting Fasade Bangunan Responsif Terhadap iklim Responsif Terhadap iklim Responsif Terhadap matahari Responsif Terhadap lingkungan Responsif Terhadap lainnya Sumber Energi Natural nonrenewable Pembangkit nonrenewable Pembangkit renewable Natural dan pembangkit renewable dan nonrenewable Pembangkit nonrenewable

(36)

System Operasional

Passive-Mixed Active-Mixed Produktive

Passive- Active- Produktive-Mixed Passive +Active Tingkat

Kenyamanan Variable Konsisten Konsisten

Variabel

Konsisten Konsisten

Konsumsi

Energi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi

Sumber

Material Tidak Penting Tidak Penting

Tidak Penting Minimum Dampak Lingkungan Tidak Penting Material

Output Penting Tidak Penting

Tidak Penting Reuse- Recycle-Reconfigure Tidak Penting Ekologi Tapak

Penting Penting Penting Krusial Tidak Penting

(Sumber : Energy-efficient Architectute, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau, Jimmy Priatman, 2002)

Dengan demikian, arsitektur hemat energi ini berlandaskan pada pemikiran meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktifitas penggunanya. Konsep Arsitektur Hemat Energi ini mengoptimasikan sistem tata cahaya dan tata udara, integrasi antara sistem tata udara buatan–alamiah dan sistem tata cahaya buatan–alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrumen hemat energi. Konsep bangunan dengan efisiensi energi sangat penting karena jika melihat pada penggunaan energi secara global, sektor bangunan sendiri menyerap 45 % dari kebutuhan energi keseluruhan. Pemanfaatan energi dalam bangunan ini khususnya untuk pemanasan, pendinginan dan pencahayaan bangunan.

(Sumber : Enno, Abel. (1994). “Low-energy Building”. Energy and Building Science Journal)

Hemat energi merupakan salah satu issu yang sedang hangat diperbincangkan, karena mempunyai efek yang baik untuk bangunan juga untuk lingkungan sekitar bangunan bila dapat dijalankan konsep tersebut dengan tepat. Di dalam konsep hemat energy secara pasif ini ada beberapa issu yang terkait dengan desain sebuah gedung atau bangunan, salah satunya yaitu passive solar design. Di dalam issu tersebut dipecah lagi menjadi tiga yaitu:

(37)

1. Daylighting (cahaya siang hari)

2. Building envelope (pengolahan bangunan) 3. Renewable energy (energi terbarukan)

Ketiga hal tersebut sangatlah terkait satu sama lain sehingga dapat menghasilkan suatu konsep perancangan yang hemat energy, dalam hal ini pencahayaan alami pada siang hari atau daylighting.

(Sumber : Charles J. Kibert, Sustainable Construction : Green Building Design and Delivery)

2.2.4 Prinsip-prinsip Arsitektur Hijau

Penjabaran prinsip-prinsip green architecture beserta langkah-langkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo Sustainable Future:

1. Conserving Energy (Hemat Energi)

Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:

1. Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.

2. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.

(38)

3. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.

4. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.

5. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya. 6. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas

dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.

7. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi

alami)

Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:

1. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.

2. Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan. 3. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya

dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.

4. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

1. Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.

(39)

2. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.

3. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.

4. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)

Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)

Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.

6. Holistic (Penerapan Secara Keseluruhan)

Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.

2.2.5 Keterkaitan Tema Dengan Judul

Pada dasarnya pemilihan tema Arsitektur Hijau adalah keinginan untuk menciptakan bangunan apartemen hemat energi yang dapat memanfaatkan sumber energi alami, menanggapi iklim, dan memperhatikan pengguna apartemen yang secara keseluruhan jika diterapkan akan memberikan kenyamanan tingkat tinggi bagi pengguna apartemen ini.

(40)

2.3STUDI BANDING

2.3.1 Studi banding Fungsi Sejenis (Apartemen)

2.3.1.1Green Palace Apartment, Kalibata City, Jakarta Selatan

Gambar 2.2.Green Palace Apartment

Kalibata City, Kota Baru seluas 12 Ha di Jakarta Selatan akan menjadi Superblok Modern dengan Konsep Terpadu dan Fasiitas Terlengkap. Kalibata City akan menjadi kawasan Hunian urban yang sehat dilengkapi HUTAN KOTA seluas 7000m2 yang akan menjadi aktifitas kegiatan alam. Kawasan ini mudah dijangkau dari berbagai penjuru, baik dengan menggunakan kendaraan pribadi, angkutan umum, maupun kereta api. Tidak itu saja, wilayah ini pun dekat dengan akses jalan tol lingkar dalam maupun lingkar luar jakarta.

Konsep :

Konsep yang diusung proyek ini adalah mixed used development yang lengkap dan terpadu dengan harapan dapat memberikan kenyamanan hidup bari para penghuni untuk tinggal, bekerja, bermain, berbelanja dan melakukan aktifitas ekonomi sosial lainnya.

FASILITAS

City Forest / Hutan Kota : 7000 m2, akan memberikan nuansa yang asri bagi hunian Anda.

• Taman Hijau seluas 1.2 Ha

kids pool, Babies Pool, Swimming Pool

Jogging Track

(41)

Barbeque Area

Fountain Plaza ( Taman Air Mancur )

Tennis Court

Fitnes Center

Education

Fishing Pond

Shopping Mall ( Kalibata City Square )

• Fasilitas Ibadah & Kesehatan

• Supermarket

Gambar 2.3.Roof garden of Green Palace Apartment

(42)

Gambar 2.5. Site plan of Green Palace Apartment

(43)

(44)

2.3.1.2The Summit Kelapa Gading, Semarang

Gambar 2.8.The Summit Kelapa Gading Apartment (Sumber: www.thesummit-kelapagading.com)

The Summit Apartment merupakan salah satu karya „masterpiece‟ Summarecon yang dibangun terintegrasi dalam sebuah superblok Sentra Kelapa Gading, merupakan satu-satunya superblok di Jakarta yang memiliki fasilitas terlengkap dan sudah jadi, yang didalamnya merangkum Mal Kelapa Gading (Top Five Mall di Indonesia), Gading Food City, dan La Piazza.

Kenyamanan, kemewahan, keunggulan lokasi dan aksesibilitas, menjadi nilai penting dari The Summit. The Summit menawarkan sebuah gaya hidup modern metropolis yang serba praktis, dengan kemudahan menjangkau berbagai fasilitas shopping, dining & entertainment yang ada di Sentra Kelapa Gading. Bayangkan, berbelanja kebutuhan bulanan, mencicipi ragam hidangan lokal maupun internasional dan memilih pakaian yang sedang in dapat dilakukan tanpa harus repot-repot mencari tempat parkir. Begitu pula dengan menyaksikan film layar lebar terbaru ataupun menonton sajian live music band-band terkemuka. Bila

(45)

Anda tinggal di The Summit, semuanya dapat Anda wujudkan dengan berjalan kaki selama kurang dari 3 menit melalui jalur pedestrian walk yang nyaman dan asri.

Konsep :

Arsitektur The Summit bergaya modern kontemporer yang ditunjang berbagai aplikasi teknologi terbaru untuk kenyamanan dan keamanan penghuninya. Dirancang oleh arsitek terkemuka dari Singapura, Ong & Ong, The Summit dibangun di atas lahan seluas 2,5 ha, terdiri dari 2 tower yaitu Everest & Alpen, dengan ketinggian 24 lantai dan memiliki total hunian 386 unit yang dilengkapi 2 lantai basement dan parkir. The Summit hanya memiliki maksimal 4 unit per lantai dan masing-masing dilengkapi dengan 2 unit lift. Setiap unit The Summit dilengkapi dengan kitchen set Nobilia, cooking stove dan microwave dari Ariston, marmer terbaik dari Spanyol, wardrobe dari Ximula Singapura, water heater, saluran TV kabel, dll. Sedangkan untuk keamanannya menerapkan sistem CCTV untuk area publik dan card access serta video-phone untuk masing-masing unit, yang memungkinkan penghuni melihat tamunya melalui layar monitor sebelum memasuki unit tinggalnya.

FASILITAS

• Club House yang menyediakan berbagai sarana olah raga dan rekreasi

100 m lap & relaxation pool

children fun pool dan Jacuzzi

Tennis Court

Fitnes Center

Children playground

Kids club

Library

Entertainment & games room

Barbeque Area

(46)

Cafe

Mini market

Salon

Klinik

Spa & Sauna

Function room

• dsb

(47)

2.3.1.3Green Jakarta Apartment

Gambar 2.10.Green Jakarta Apartment

Konsep :

Konsep desain utama yang ditawarkan dari desain apartemen ini adalah menciptakan bangunan apartemen yang low cost consumption (hemat konsumsi energi) dan bisa ikut berperan aktif menjaga iklim mikro dari area ini dengan menambah jumlah vegetasi (penghijauan) pada bangunan ini. Dimana Jakarta sebagai kota metropolitan yang sudah mulai tidak terkontrol semakin hari semakin berkurang area hijau yang dimiliki. Sehingga upaya yang dilakukan adalah mencoba mengganti vegetasi yang hilang pada tanah yang bersifat horizontal dengan menghadirkannya secara vertikal mengikuti ketinggian bangunan.

FASILITAS

• 48 unit apartemen, 44 unit apartemen meliputi studio, one bedroom, two bedroom, serta 4 unit penthouse

• Kafe dan restoran

• Unit-unit kios komersial

(48)
(49)
(50)

Gambar 2.13. Denah lantai 2,3, dan 13 Green Jakarta Apartment

Gambar 2.14. Denah lantai 4,5,6,9,10,11, dan Penthouse Green Jakarta Apartment

(51)
(52)

2.3.2 Studi Banding Tema Sejenis (Arsitektur Hijau) 2.3.2.1 Eco-Friendly Tower Design In Singapore

Gambar 2.17. EDITT Tower, Singapore

Singapura juga akan memiliki bangunan yang indah tinggi dengan perusahaan EDITT Tower (Ecological Design in the Tropics). Proyek ini akan dibangun dengan dukungan finansial dari National University. Desain menara ini terdiri dari 26 lantai dengan panel fotovoltaik. Bangunan pencakar langit akan menggunakan vegetasi organik untuk membungkus bangunan yang juga berfungsi sebagai insulator dinding hidup. Proyek ini diambil oleh TRHamzah & Yeang dan dirancang untuk mengumpulkan air hujan, baik untuk irigasi tanaman dan kebutuhannya.

(53)

Gambar 2.19. Energy system of EDITT Tower, Singapore

Gambar 2.20. Planted area of EDITT Tower, Singapore

(54)

2.3.2.2The Interlace Residential Building

Gambar 2.21. The Interlace, Singapore

The Interlace terdiri dari tiga puluh satu blok apartemen. Setiap blok memiliki enam lantai dan panjangnya identik. Blok ini ditumpuk dalam susunan heksagonal sekitar delapan halaman terbuka dan permeable skala besar. Bangunan hunian kontemporer ini terletak di situs delapan hektar di pegunungan hijau Selatan. Area situs 81.000 m2 untuk program ini: 1.040 asrama di 144.000 m2; clubhouse perumahan / fasilitas 1.500 m2; ritel 500m2; tambahan / core / MEP 24.000 m2; parkir bawah tanah 2.600 ruang. Total area lantai dibangun 170.000 m2. Tinggi blok perumahan adalah 83m dengan 24 lantai atas dan satu ruang bawah tanah dengan dimensi 16,5 x 70m. OMA Architects telah merancang bangunan tinggi mengingat fitur kesinambungan melalui analisis mendalam dari matahari, angin, dan kondisi iklim mikro dan integrasi strategi energi rendah dampak pasif.

(55)

Gambar 2.23. Floor plan of The Interlace, Singapore

(56)

Gambar 2.25. Maket dari The Interlace, Singapore

Gambar

Tabel 2.1. Perbandingan Antara Apartemen, Kondominium, dan Rusun
Tabel 2.2. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Ketinggian Bangunan
Tabel 2.4. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Bentuk Denah
Tabel 2.5. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Jumlah Lantai Per Unit
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Untuk mendapatkan alternatif rancangan bangunan fungsi kantor sewa yang menggunakan prinsip arsitektur hemat energi untuk dapat merespon kondisi.

Audit energi singkat adalah kegiatan audit energi yang meliputi pengumpulan data historis, data dokumentasi bangunan gedung yang tersedia dan observasi, perhitungan

 Untuk mendapatkan alternatif rancangan bangunan fungsi kantor sewa yang menggunakan prinsip arsitektur hemat energi untuk dapat merespon kondisi.

Untuk kelajuan yang kecil terhadap kelajuan cahaya, energi total partikel E ialah jumlah dari energi kinetik dan energi potensial V, dengan V pada umunya merupakan fungsi

a) Audit energi perlu dilakukan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan sehingga pemborosan energi dapat dihindari. b) Desain bangunan maupun pemeliharaan dan

Audit energi rinci perlu dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi pada bangunan gedung, sehingga dapat diketahui peralatan pengguna energi apa saja yang pemakaian

Dalam pembangunan green roads dikenal beberapa prinsip penting, yaitu meminimalkan pemanfaatan energi dan air, mengurangi penggunaan sumber daya alam tak terbarukan, desain

Secara umum, workshop merupakan sarana penunjang yang ada pada Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. Fungsi workshop dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi