• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Indonesia Terhadap Negara Lain Akibat Kabut Asap Kebakaran Hutan Dan Lahan Berdasarkan Hukum Lingkungan Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Indonesia Terhadap Negara Lain Akibat Kabut Asap Kebakaran Hutan Dan Lahan Berdasarkan Hukum Lingkungan Internasional"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari lingkungan. Eksistensi kehidupan manusia sangat bergantung pada lingkungan. Lingkungan telah menyediakan beragam kebutuhan bagi manusia yang merupakan syarat mutlak agar manusia dapat mempertahankan kehidupannya. Lingkungan menyediakan air, udara, sinar matahari, dan berbagai macam jenis sumber daya alam lain yang merupakan kebutuhan mutlak manusia. Tanpa air dan udara maka mustahil ada kehidupan manusia. Lingkungan adalah conditio sine qua non bagi manusia. Hidup tidak mungkin terselenggara tanpa lingkungan.1 Manusia, alam, dan lingkungannya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam hal menopang kehidupan di muka bumi ini. Kebergantungan hidup manusia pada alam dan lingkungannya demikian besar karena manusia tidak akan dapat hidup tanpa adanya daya dukungan dari lingkungannya.2

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar konstitusional Negara kita telah mengamanatkan, bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan latar belakang yang disadari bahwa sumber daya alam di dunia ini mempunyai kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan, juga sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari, selaras dan

      

1Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan Buku II: Nasional, Binacipta, Bandung,

1985, hlm. 32.

(2)

seimbang bagi kesejahteraan rakyat banyak untuk masa kini dan mendatang. Tidak dijamahnya sumber daya yang ada, tidak menjamin pula keseimbangan ekosistemnya, pada dasarnya unsur-unsur sumber daya alam dan ekosistemnya saling tergantung dan saling mempengaruhi, dengan kerusakan dan kepunahan salah satu unsur akan berakibat terganggunya ekosistem.3

Perusakan lingkungan dilakukan karena kurang memperhatikan ekosistem, yang tidak jarang kita lihat disebabkan karena pencemaran oleh limbah-limbah industri serta kebakaran hutan yang hingga mengakibatkan kabut asap yang berdampak ke negara-negara lain. Pengertian pencemaran itu sendiri adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan sehingga kualitas lingkungan tidak pada titik standarnya dan menyebabkan lingkungan berubah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran lingkungan yang berdampak berubahnya tatanan lingkungan karena kegiatan manusia atau oleh proses alam berakibat lingkungan kurang atau tidak berfungsi lagi. Pencemaran berakibatkan kualitas lingkungan menurun, akan menjadi fatal apabila tidak dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsi sebenarnya.

Pembahasan mengenai lingkungan tidak akan pernah ada habisnya dan hal terpenting yang perlu dijaga kelestariannya adalah hutan.Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan Dengan

       3

(3)

Kebakaran Hutan dan Lahan Pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi perpohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan jantung dunia dan harta kekayaan, yang memberikan kegunaan bagi umat manusia, oleh sebab itu sangat wajib untuk dijaga kelestariannya, ditangani dan digunakan secara maksimal bagi kemakmuran rakyat secara berkesinambungan.

Hutan berfungsi sebagai penyangga kehidupan, karena hutan menyandang fungsi yang amat dibutuhkan untuk kemanfaatan dan kelangsungan kehidupan. Melalui proses fotosintesa, hutan menyediakan makanan bagi dirinya sendiri maupun makhluk lain; hutan menjaga keseimbangan oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2), yang dibutuhkan oleh manusia dan hewan maupun oleh hutan itu sendiri; hutan menyandang pula fungsi hidrologis (tata pengaturan air) dan hutan menjaga stabilitas tingkat kesuburan tanah.

Di samping itu, hutan berfungsi pula sebagai habitat dari berbagai satwa dan di dalamnya terdapat pula berbagai jenis plasma nutfah. Fungsi hutan yang sedemikian kompleks dan amat penting bagi kehidupan itu, akan binasa bila secara fisik hutan mengalami kerusakan, dengan demikian ia tidak dapat lagi berperan sebagai sarana penunjang terlanjutkannya pembangunan. Kerusakan pada hutan menyebabkan turunnya tingkat populasi berbagai jenis satwa tersebut.4

Kebakaran hutan dan atau lahan di Indonesia, terjadi setiap tahun walaupun frekuensi, intensitas, dan luas arealnya berbeda. Kebakaran paling besar

       4

(4)

terjadi pada tahun 1997/1998 di 25 (dua puluh lima) provinsi, yang untuk pertama kali dinyatakan sebagai bencana nasional. Kerusakan hutan yang cukup meresahkan masyarakat di Indonesia dan juga terkena dampaknya di negara ASEAN lain seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam adalah kebakaran hutan khususnya di Riau dan Kalimantan beberapa tahun belakangan ini. Dampak dari terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan yang terjadi setiap tahun tersebut telah menimbulkan kerugian, baik kerugian ekologi, ekonomi, sosial maupun budaya yang sulit dihitung besarannya.

Dampak asap menimbulkan gangguan kesehatan seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), asma bronkial, bronkitis, pneumonia (radang paru), iritasi mata dan kulit. Hal ini akibat tingginya kadar debu di udara yang telah melampaui ambang batas. Dampak asap dari kebakaran hutan dan atau lahan telah mengganggu jarak pandang sehingga mempengaruhi jadwal penerbangan. Akibatnya di beberapa kota jarak pandang kurang dari satu kilometer, yang mengakibatkan penutupan beberapa bandar udara. Selain daripada itu dampak asap mengganggu aktivitas penduduk. Bahkan, asap dari kebakaran tersebut juga mempengaruhi negara tetangga di Asia Tenggara tersebut.

(5)

itu, maka tindakan pencegahan terjadinya kebakaran menjadi sangat penting untuk dilakukan, antara lain dengan memperketat persyaratan dalam pemberian izin.

Perlu sekali kerjasama antara negara yang mencemari (polluting) dan negara yang tercemari (polluted). Dalam asas tanggung jawab negara harus bertanggung jawab atas pelanggaran-pelanggaran hukum internasional. Pelanggaran-pelanggaran tersebut memberikan hak kepada negara yang tercemari untuk mengajukan tuntutan-tuntutan kepada negara yang mencemari.

Pandangan bahwa hukum internasional mendukung suatu anggapan bahwa negara mempunyai kedaulatan yang mutlak atas wilayahnya, sehingga dengan demikian negara dapat melakukan apa saja tanpa memperdulikan akibatnya terhadap negara lain, telah lama ditinggalkan. Kewajiban dasar setiap negara adalah untuk tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan negara lain.

Tahun 2002 seluruh Negara anggota ASEAN menyepakati untuk menandatangani ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (AATHP) di Kuala Lumpur, Malaysia. Persetujuan ASEAN Agreement on Transboundary

Haze Pollution(AATHP) mulai berlaku secara resmi (enter into force) tanggal 25

November 2003 meskipun Indonesia belum meratifikasi. Indonesia sendiri sudah menempuh jalan panjang untuk akhirnya meratifikasi ASEAN Agreement on

Transboundary Haze Pollution(AATHP) dan Indonesia merupakan negara

terakhir yang meratifikasi, tepatnya pada Januari 2015.5 Dengan meratifikasi perjanjian ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution(AATHP) banyak keuntungan yang akan didapat oleh Indonesia secara langsung untuk menangani

       5

(6)

polusi asap yang telah membuat negara kita banyak kerugian secara materi. Bantuan yang akan diberikan nantinya seperti tenaga ahli, transfer teknologi, dana segar dan bantuan teknis, serta hal-hal yang Indonesia sendiri belum memilikinya serta salah satu tujuannya agar melindungi masyarakat Indonesia dari dampak negatif kebakaran lahan dan/atau hutan yang dapat merugikan kesehatan manusia, mengganggu sendi-sendi kehidupan masyarakat dalam bidang sosial dan ekonomi serta menurunkan kualitas lingkungan hidup.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memilih pembahasan ini karena pentingnya lingkungan hidup, khususnya kita sebagai manusia harus memiliki kesadaran diri untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup di Indonesia. Serta pertanggungjawaban Indonesia sendiri terhadap negara lain akibat pencemaran lingkungan kebakaran hutan yang ditimbulkan.

B. Rumusan Masalah

Berkenaan dengan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarahhukum lingkungannasional dan hukum lingkungan internasional?

2. Bagaimana pencemaran lintas batas negara dalam konteks hukum lingkungan internasional?

(7)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Tujuan pembahasan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui sejarahhukum lingkungan nasional dan hukum lingkungan internasional

b. Untuk mengetahui pencemaran lintas batas negara dalam konteks hukum lingkungan internasional

c. Untuk mengetahui pertanggungjawaban Indonesia terhadap negara lain akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan berdasarkan Hukum Lingkungan Internasional

Tujuan dari pembahasan ini juga merupakan sebuah tugas akhir yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, serta memperluas wawasan pemikiran dari penulis sendiri maupun orang lain yang tertarik akan pembahasan-pembahasanlingkungan serta permasalahan-permasalahannya dalam perangkat Hukum Lingkungan Internasional. Dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, maka penulis berharap melalui tulisan inilah diharapkan nantinya menjadi suatu sumbangan pengetahuan umum serta bagi mereka yang tertarik dengan pembahasan-pembahasan Hukum Internasional khususnya Hukum Lingkungan Internasional.

2. Manfaat Penulisan

(8)

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam menambah bahan pustaka Hukum Internasional secara umum dan khususnya Hukum Lingkungan Internasional, dan juga memperkaya khasanah pengetahuan penulis, terkhususkan dalam bidang Hukum Lingkungan Internasional;

b. Manfaat Praktis, 1) Bagi Pemerintah

Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi bahan pertimbangan kepada Pemerintah Republik Indonesia bahwa betapa pentingnya perlindungan hutan dan lahan yang selalu menjadi permasalahan dari tahun ke tahun, khususnya mengenai permasalahan kebakaran hutan dan lahan yang berdampak pada negara lain bersifat lintas batas.

2) Bagi Masyarakat

Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan edukasi dan wawasan kepada masyarakat akan kesadaran untuk menjaga dan melindungi kelestarian hutan yang mampu membantu masyarakat beradaptasi terhadap perubahan iklim.

3) Bagi Mahasiswa

(9)

permasalahan-permasalahan lingkungan khususnya Hukum Lingkungan Internasional.

 

D. Keaslian Penulis

Sepanjang penulis melakukan pengamatan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, belum ada penulisan skripsi dengan judul “Pertanggungjawaban Indonesia terhadap negara lain akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan berdasarkan Hukum Lingkungan Internasional”.

Namun pernah ada penulisan dari mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan judul :

1. Saudara Zulia Rahmadhani, Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, NIM : 9500200196, Judul “Tanggung Jawab Negara Indonesia Dalam Peristiwa Kebakaran Hutan di Kalimantan ditinjau dari Hukum Internasional”. 2.Saudara Dina S.T. Manurung, Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, NIM : 100200320, Judul “Pengaturan Hukum Internasional Tentang Tanggung Jawab Negara dalam Pencemaran Lintas Batas (Studi Kasus : Kabut Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Riau Dampaknya Terhadap Malaysia-Singapura)”.

(10)

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam tinjauan kepustakaan, dikemukakan beberapa pengertian dan batasan-batasan yang menjadi sorotan dalam membuat studi kepustakaan. Hal ini tentunya akan sangat berguna untuk membantu melihat ruang lingkup penulisan agar tetap berada di dalam koridor topik yang diangkat dalam permasalahan yang telah disebutkan di atas.

Pengertian-pengertian yang dimaksud adalah :

a. Hukum Lingkungan adalah keseluruhan peraturan yang mengatur tentang tingkah laku orang tentang apa yang seharusnya dilakukan terhadap lingkungann yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang.6

b. Hukum Lingkungan Internasional adalah keseluruhan kaidah, azas-azas, lembaga-lembaga, dan proses-proses yang mewujudkan kaidah tersebut dalam kenyataan. Hukum atau keseluruhan kaidah dan azas yang dimaksud adalah keseluruhan kaidah dan azas yang terkandung di dalam perjanjian-perjanjian internasional maupun hukum kebiasaan internasional fokus pada lingkungan hidup yang oleh masyarakat internasional termasuk subjek-subjek hukum internasional bukan negara, diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat melalui lembaga-lembaga dan proses kemasyarakat internasional.7

      

6Pengertian Hukum Lingkungan, Diakses dari http://www.hukumsumberhukum.com, pada tanggal

1 Februari 2016 pukul 18.58

(11)

c. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.8

d. Lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan yang peruntukannya untuk usaha dan atau kegiatan ladang dan atau kebun bagi masyarakat.9

e. Kebakaran Hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomi dan lingkungannya.

f. Pencegahan kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup adalah upaya untuk mempertahankan fungsi hutan dan atau lahan melalui cara-cara yang tidak memberi peluang berlangsungnya kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan.10 g. Dampak lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau

lahan adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan hutan dan atau lahan tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.11

F. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah : 1. Jenis Penelitian

      

8Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah RI Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian

Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan,” dalam Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 & Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Tahun

2013 (Jakarta:Grahamedia Press), hlm. 152. 9Ibid., hlm. 153.

(12)

Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami segala kehidupan, atau lebih jelasnya penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, menguji, serta mengembangkan ilmu

pengetahuan.12Untukmelengkapipenulisanskripsiini agar

tujuandapatlebihterarahdandapatdipertanggungjawabkansecarailmiah,

makametodepenulisan yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan yuridis normatif (penelitian hukum normatif).

Dikatakan metode deskriptif dalam penulisan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan secara jelas tentang permasalahan-permasalahan yang terdapat pada masyarakat berkaitan dengan kabut asap yang dapat dikaitan dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Sedangkan pendekatan yuridis normatif yang digunakan dalam penulisan ini yaitu penulisan mengenai norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga guna melakukan penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan penyelesaian sengketa yang berlaku serta untuk memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literature di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, situs internet, koran dan sebagainya.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengumpulkan bahan-bahan atau data-data yang menyangkut dengan judul skripsi ini. Bahan-bahan tersebut

       12

(13)

yang penulis dapatkan, dilakukan studi kepustakaan (Library Research). Pengumpulan data ini bersumber dari kepustakaan yang menggunakan buku-buku, majalah dan peraturan perundang-undangan baik nasional maupun internasional. Tujuan dari studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yang mencakup antara lain :

a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang dapat berupa peraturan-peraturan yang terdapat dalam perjanjian atau konvensi internasional maupun yang terdapat dalam hukum nasional seperti Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang berupa karya ilmiah berupa buku-buku, laporan penelitian, jurnal ilmiah dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa bahan hukum ini yang memberikan penjelasan lebih luas mengenai bahan hukum primer.

c. Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya.

Teknik pengumpulan data bagi penulisan ini dilakukan melalui studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber yang terkait dengan penulisan ini, seperti buku-buku, jurnal ilmiah, surat kabar, majalah, kamus, ataupun artikel-artikel terkait dari internet.

G. Sistematika Penulisan

(14)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, diuraikan latar belakang penulisan skripsi ini, rumusan masalah, tujuan serta manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan dalam penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

 

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM

LINGKUNGANNASIONAL DAN HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL

Dalam BAB II ini, dipaparkan penjelasan mengenai apa itu hukum lingkungan, hukum lingkungan nasional dan hukum lingkungan internasional. Dari pengertian, sejarah hukum lingkungan dan pengaturan-pengaturan hukum yang berkaitan denganhukum lingkungan nasional dan hukum lingkungan internasional.

 

BAB III PENCEMARAN LINTAS BATAS NEGARA DALAM KONTEKSHUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL

Dalam BAB III ini, terdapat tiga poin penjelasan yang dibahas yaitu mengenai pencemaran lintas batas negara, dampak dan penyebab pencemaran kabut asap di Asia Tenggara, serta kebijakan global dan regional pencegah kebakaran hutan.

 

(15)

HUTAN DAN LAHAN BERDASARKAN HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL

Dalam BAB IV, diuraikan penjelasan mengenai pertanggungjawaban Indonesia atas kabut asap yang mencemari lintas batas negara berdasarkan hukum lingkungan internasional yang terbagi dalam dua poin yaitu bagaimana tanggung jawab Indonesia menurut hukum lingkungan internasional terkait kabut asap akibat kebakaran hutan yang mencemari negara Malaysia dan Singapura.

BAB V PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Ternyata, komunikasi luar yang diutarakan oleh subjek peneliian merujuk pada ilm tersebut; sehingga, dapat dikatakan bahwa ilm animasi Pocoyo mengondisikan subjek

Berdasarkan Pasal 25 ayat (4) UUPM, perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia dilakukan secara sadar, yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri,

Penelitian dimulai dengan melakukan karakterisasi awal terhadap luas permukaan carbon foam menggunakan BET. Kemudian masuk pada tahap preparasi carbon foam dan

Simpulan penelitian ini adalah penegakan peraturan pegawai dinas pendidikan, komitmen organisasi murid, budaya etis organisasi manajer puncak sekolah dan murid berpengaruh

Iklan Baris Iklan Baris JAKARTA UTARA Serba Serbi SALON RUPA-RUPA Rumah Dijual Rumah Dikontrakan JAKARTA PUSAT JAKARTA SELATAN JAKARTA SELATAN JAKARTA TIMUR JAKARTA TIMUR

Biaya Bahan Bakar Minyak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kepulauan Siau. Tagulandang Biaro

yang diperlukan untuk terapi pasien berbeda dengan tarif INA-CBGs yang