• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kadar Low-Density Lipoprotein Cholesterol dengan Kejadian dan Keparahan Stroke Akut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kadar Low-Density Lipoprotein Cholesterol dengan Kejadian dan Keparahan Stroke Akut"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1. Stroke

II.1.1. Definisi

Stroke secara klasik dikarakteristikkan sebagai defisit neurologik yang

berhubungan dengan cedera fokal akut pada sistem saraf pusat (SSP) oleh sebab

vaskular, yang meliputi infark serebral, perdarahan intraserebral (PIS) dan

perdarahan subarakhnoid (PSA), dan merupakan penyebab utama kecacatan dan

kematian di seluruh dunia. Menurut definisi terbaru, stroke adalah suatu episode

disfungsi neurologik akut yang diduga disebabkan oleh iskemia atau perdarahan,

berlangsung >24 jam atau hingga meninggal, namun tanpa adanya bukti yang

cukup untuk diklasifikasikan sebagai salah satu dari yang tersebut diatas (Sacco,

2013).

Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak

yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu

kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak (disitasi oleh Sjahrir,2003). Definisi

terbaru menyebutkan stoke iskemik adalah suatu episode disfungsi neurologik

yang disebabkan infark serebral fokal, infark spinal atau infark retina (Sacco,

2013).

Stroke hemoragik terdiri dari perdarahan intraserebral (PIS) dan

perdarahan subarakhnoid (PSA). Definisi stroke yang disebabkan PIS adalah

tanda klinis disfungsi neurologis yang berkembang cepat yang berhubungan

dengan pengumpulan darah fokal di dalam parenkim otak atau sistem ventrikuler

yang tidak disebabkan oleh trauma. Sedangkan definisi stroke yang disebabkan

(2)

oleh karena perdarahan pada ruang subarakhnoid (ruang antara membran

arakhnoid dan piamater pada otak dan medulla spinalis), yang tidak disebabkan

trauma (Sacco, 2013).

II.1.2. Epidemiologi

Setiap tahun sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat mengalami stroke

baru ataupun berulang. Sekitar 610.000 merupakan serangan pertama dan

185.000 serangan berulang. Rata-rata setiap 40 detik, 1 orang di Amerika Serikat

terserang stroke (Go,2013).

Wanita memiliki resiko seumur hidup yang lebih tinggi untuk mendapatkan

stroke dibandingkan dengan pria. Pada Framingham Heart Study diketahui bahwa

resiko seumur hidup untuk mendapatkan stroke pada orang berusia 55-75 tahun

adalah 1 dari 5 orang pada wanita (20-21%), dan 1 dari 6 orang pada pria

(14-17%) (Go, 2013).

Laporan European Journal of Neurology pada tahun 2006 mengungkapkan

bahwa di beberapa negara Uni Eropa, seperti Islandia, Norwegia, dan Swiss,

insidensi stroke diperkirakan 101.2 sampai 239.3/100.000 (1,1 juta orang setiap

tahunnya). WHO memperkirakan insidensi stroke ini akan meningkat dari 1.1 juta

di tahun 2000 menjadi 1,5 juta jiwa pada 2025 berdasarkan proyeksi populasi

penduduk (Truelsen, 2006).

Di Indonesia, insiden stroke sebesar 51.6/100.000 penduduk. Penderita

laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dan profil usia di bawah 45 tahun :

11.8%, usia 45-64 tahun: 54.2% dan usia lebih dari 65 tahun : 33.5%. Stroke

menyerang usia produktif dan usia lanjut, yang berpotensi menimbulkan masalah

baru dalam pembangunan kesehatan secara nasional di kemudian hari (Guideline

(3)

Studi dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa

dibandingkan dengan etnis Kaukasia, etnis Asia memiliki prevalensi stroke yang

relatif lebih tinggi. Insidens stroke di Asia berada dalam rentang 182 hingga 342

per 100.000 populasi.Kejadian stroke di Asia juga diprediksi akan meningkat dari

tahun ke tahun dikarenakan dengan perubahan gaya hidup dan peningkatan usia

harapan hidup (Taqui, 2007).

II.1.3. Klasifikasi

Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke, berdasarkan atas gambaran

klinik, patologi anatomi, sistem pembuluh darah dan stadiumnya (Misbach, 2011).

a. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :

1. Stroke Iskemik

a. Serangan iskemik sepintas (transient ischemic attack/TIA)

b. Trombosis serebri.

c. Emboli serebri.

2. Stroke Hemoragik

a. Perdarahan intraserebral.

Terminologi perdarahan intraserebral dan parenkimal

menunjukkan perdarahan yang langsung terjadi di dalam jaringan

otak. Penyebabnya paling sering adalah hipertensi, dengan

kebocoran (leakage) darah dari kerusakan arteriol oleh karena

peningkatan tekanan darah. Bleeding diatheses, atau kecenderungan untuk terjadinya perdarahan (bleeding tendency),

khususnya dari pemakaian antikoagulan, atau dari trauma,

obat-obatan, malformasi vaskular dan vaskulopati (seperti cerebral

(4)

Perdarahan parenkim terjadi pada regio yang terlokalisasi di otak.

Derajat kerusakan otak tergantung pada lokasi, kecepatan,

volume dan tekanan dari perdarahan tersebut (Caplan, 2009).

b. Perdarahan subarakhnoid (PSA).

Pada PSA, darah keluar dari vascular bed ke permukaan otak dan

menyebar secara cepat melalui jalur cairan serebrospinalis (CSS)

ke dalam ruang subaraknoid. Perdarahan paling sering berasal

dari aneurisma atau malformasi arteri-vena, namun bleeding

diatheses atau trauma juga dapat menyebabkan PSA. Aneurisma

yang ruptur melepaskan darah secara cepat pada tekanan darah

sistemik, secara tiba-tiba meningkatkan tekanan intrakranial (TIK),

sementara perdarahan oleh karena sebab yang lain biasanya

lebih lambat dan pada tekanan yang lebih rendah. Darah di dalam

ruang subarakhnoid selalu mengandung substansi yang

menyebabkan vasokonstriksi arteri-arteri basal otak yang

berhubungan langsung dengan CSS (Caplan, 2009).

b. Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu :

1. Transient Ischemic Attack (TIA) : suatu gangguan akut dari fungsi fokal

serebral yang gejalanya berlangsung <24 jam dan disebabkan oleh

trombus atau emboli.

2. Stroke in evolution (progressing stroke) : gejala/tanda neurologis fokal

terus memburuk setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul

berlangsung secara bertahap dari yang ringan menjadi lebih berat.

3. Complete stroke : kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah

(5)

c. Berdasarkan sistem pembuluh darah :

1. Sistem karotis

2. Sistem vertebro-basilar (Misbach, 2011).

d. Trial of Org 10172 in Acute Stroke Treatment (TOAST) dan Stroke Data Bank

Classifications :

1. Large-artery atherosclerosis (embolus/thrombosis) : bukti klinis adanya

disfungsi kortikal, subkortikal, batang otak ataupun serebellum dengan

ditemukannya lebih dari 50% distribusi lesi atau oklusi pembuluh darah

intrakranial atau ekstrakranial dengan CT-scan atau MRI pada infark

lebih dari 1.5 cm.

2. Cardioembolism, bukti klinis adanya disfungsi kortikal, subkortikal,

batang otak ataupun serebelum dengan ditemukannya pada CT atau

MRI lesi lebih dari 1.5 cm dan ditemukannya salah satu resiko tinggi

(misalnya : atrial fibrillation atau katup jantung mekanik) atau resiko

sedang kelainan jantung (misalnya : lone atrial fibrillation atau patent

foramen ovale) pada pemeriksaan diagnostik (EKG, echocardiography). 3. Small-vessel occlusion (lacunar infarct), bukti klinis sindrom lakunar

(gangguan motorik murni, gangguan sensorik murni, ataksia

hemiparesis dan dysarthria-clumsy hand) dengan hasil CT atau MRI

yang normal atau kurang dari 1.5 cm pada area yang diperdarahi

arteri-arteri perforantes kecil. Keterlibatan arteri-arteri besar dan jantung harus

disingkirkan.

4. Stroke of other determined etiology, yaitu stroke yang disebabkan oleh

(6)

hematologi dan penyebab stroke yang jarang setelah pemeriksaan

diagnostik. Kategori lain harus disingkirkan.

5. Stroke of undetermined etiology (cryprogenic). Diagnosis ini jika ada 2

atau lebih etiologi stroke, setelah pemeriksaan lengkap menghasilkan

tidak ada sumber penyebab yang paling mungkin, atau pasien

menjalani pemeriksaan yang belum lengkap (disitasi oleh Gofir, 2009).

e. Klasifikasi menurut Bamford (1992) :

1. Total Anterior Circulation Infarct (TACI)

Infark tipe TACI ini penyebabnya adalah emboli kardiak atau trombus

arteri ke arteri. Gambaran klinisnya berupa : hemiparesis dengan atau

tanpa gangguan sensorik (kontralateral sisi lesi), hemianopia

(kontralateral sisi lesi), dan gangguan fungsi luhur (disfasia, gangguan

visuo-spatial, hemineglek, agnosia, apraksia).

2. Partial Anterior Circulation Infarct (PACI)

Gejala lebih terbatas pada daerah yang lebih kecil dari sirkulasi serebral

pada sistem karotis, yaitu : defisit motorik/sensorik dan hemianopia,

defisit motorik/sensorik disertai gejala fungsi luhur, gejala fungsi luhur

dan hemianopia, defisit motorik/sensorik murni yang kurang ekstensif

dibanding infark lakunar (hanya monoparesis-monosensorik), gangguan

fungsi luhur saja.

3. Lacunar Infarct (LACI), disebabkan infark pada arteri kecil di dalam otak

(small deep infarct), dengan tanda-tanda klinis : tidak ada defisit visual,

gangguan fungsi luhur dan gangguan fungsi batang otak, adanya defisit

(7)

pure motor stroke (PMS), pure sensory stroke dan ataksik hemiparesis (termasuk ataksia dan paresis unilateral, dysarthria syndrome)

4. Posterior Circulation Infarct (POCI), oklusi terjadi pada batang otak dan

atau lobus oksipitalis, dengan gejala klinis berupa disfungsi saraf otak,

satu atau lebih sisi ipsilateral dan gangguan motorik/ sensorik

kontralateral, gangguan sensorik/ motorik bilateral, gangguan gerakan

konjugat mata (horizontal atau vertikal), disfungsi serebelar tanpa

gangguan long-tract ipsilateral, isolated hemianopia atau buta kortikal

(disitasi oleh Gofir, 2009).

II.1.4. Patofisiologi

II.1.4.1. Patofisiologi Stroke Iskemik

Pada stroke iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan

hipoksemia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi reaksi berantai yang

berakhir dengan kematian sel-sel otak dan unsur-unsur pendukungnya (Misbach,

2007).

Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti

(core) dengan tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan

menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di luar daerah core

iskemik terdapat daerah penumbra iskemik. Sel-sel otak dan jaringan

pendukungnya belum mati akan tetapi sangat berkurang fungsi-fungsinya dan

menyebabkan juga defisit neurologis. Tingkat iskemiknya makin ke perifer makin

ringan. Daerah penumbra iskemik, diluarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah

hiperemik akibat adanya aliran darah kolateral (luxury perfusion area). Daerah

penumbra iskemik inilah yang menjadi sasaran terapi stroke iskemik akut supaya

(8)

pada faktor waktu dan jika tidak terjadi reperfusi,daerah penumbra dapat

berangsur-angsur mengalami kematian (Misbach,2007)

II.1.4.2. Patofisiologi Stroke Hemoragik

Perdarahan pada parenkim otak selalu didahului oleh kerusakan pada

arteri-arteri penetrating serebral kecil dan arteriol akibat hipertensi. Dilatasi

aneurisma yang kecil terjadi pada teritori vaskular penetrating pasien hipertensi,

dan pada beberapa pasien, ini merupakan titik lemah yang akan mengalami ruptur

saat terjadi peningkatan tekanan arterial. Kebocoran dari pembuluh-pembuluh

darah kecil ini menghasilkan efek tekanan lokal yang tiba-tiba terhadap kapiler

dan arteriol di sekitarnya yang selanjutnya akan menyebabkan pembuluh darah

tersebut pecah. Efek bola salju (avalanche-type effect) terjadi, dimana

pembuluh-pembuluh darah yang pecah ini akan menambah volume pada perdarahan yang

membesar secara gradual. Akumulasi darah di sekeliling hematoma seperti bola

salju yang menggelinding menuruni bukit, volumenya akan semakin banyak.

Tekanan darah yang tinggi dan efek bola salju ini akan memperbesar perdarahan,

sementara tekanan jaringan lokal akan menjadi tampon terhadap perdarahan

(Caplan, 2009)

Peningkatan volume hematoma secara gradual ini akan menyebabkan

perburukan klinis secara gradual hingga hematoma mencapai ukuran akhirnya.

Bila hematoma cukup besar, akan menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial.

Pasien dengan PIS biasanya memburuk dalam 24-48 jam pertama setelah gejala

awal. Perburukan ini disebabkan oleh berlanjutnya perdarahan, namun paling

sering oleh karena perkembangan edema di sekitar lesi, efek lesi terhadap aliran

(9)

Perdarahan subarakhnoid hampir selalu secara tiba-tiba meningkatkan TIK.

Tekanan darah sistemik dan volume darah harus dipertahankan atau ditambah

untuk menjaga perfusi otak dalam menghadapi peningkatan TIK. Setelah

perdarahan inisial, 3 resiko utama yang mempengaruhi kejadian selanjutnya:

rebleeding, vasokonstriksi dan hidrosefalus. Sekali dinding luar pembuluh darah yang abnormal (aneurisma atau malformasi vaskular) rusak, pembuluh ini akan

rentan terhadap rebleeding. Perdarahan selanjutnya akan mengancam hidup

karena peningkatan TIK dan jumlah darah pada CSS. Arteri yang terkena darah

yang bercampur dalam CSS selalu berkonstriksi. Vasokonstriksi bisa lokal atau

lebih difus dan sering menyebabkan iskemia, edema otak dan infark. Darah di

dalam CSS dapat menyumbat membran absortif dan menyebabkan hidrosefalus

komunikans dan dilatasi seluruh sistem ventrikular (Caplan, 2009).

II.2. Keparahan Stroke.

Manajemen yang berhasil dari penyakit yang menimbulkan disabilitas,

termasuk stroke, harus memperoleh manfaat dari penggunaan sistem klasifikasi

untuk menentukan pengaruh pengobatan, terutama pengobatan darurat. Agar

pasien stroke yang bertahan hidup dapat menerima perawatan terbaik, sistem

klasifikasi keluaran stroke yang komprehensif dibutuhkan untuk menentukan

intervensi terapi yang tepat. Pengembangan sistem klasifikasi ini didasarkan pada

keyakinan bahwa defisit neurologis selalu menimbulkan gangguan fungsi

permanen, disabitas dan penurunan kualitas hidup. Defisit neurologis yang terjadi

mengenai berbagai domain neurologis, sebagai berikut :

a. Motorik : merupakan defisit yang paling sering ditemukan, biasanya

mengenai wajah, lengan dan tungkai bawah, sendiri atau dalam berbagai

(10)

b. Sensorik : defisit dapat berupa hilangnya sensasi hingga hilangnya

persepsi yang lebih kompleks. Pasien dapat mengeluhkan numbness,

tingling atau perubahan sensitivitas. Gangguan sensori yang lebih kompleks dapat berupa astereognosis dan agrafia.

c. Penglihatan : stroke dapat menyebabkan monocular vision loss,

hemianopia homonim atau cortical blindness.

d. Bahasa : gangguan bahasa dapat berupa disfasia, dengan gangguan pada

pemahaman, penamaan, repetisi, fluency, membaca atau menulis.

e. Kognisi : berupa gangguan memori, atensi, orientasi, kalkulasi dan

konstruksi.

f. Afek : depresi merupakan gangguan afek yang sering terjadi paska stroke.

Gejalanya berupa hilangnya energi, kurangnya minat, selera makan dan

insomnia.(Kelly-Hayes, 1998)

Oleh karena heterogenisitas dari gejala stroke dan keparahannya, terdapat

banyak kemungkinan kategori pengukuran keluaran stroke. Beberapa yang

banyak digunakan adalah Canadian Neurologic Scale (CNS), National Institutes of

Health Stroke Scale (NIHSS), dan Scandinavian Stroke Scale (SSS) (Williams, 2009). Skor NIHSS sering digunakan untuk mengukur keparahan gejala stroke,

dengan skor >20 lebih prediktif untuk keluaran yang buruk (Tsao, 2005).

Berdasarkan klasifikasi sekuele penyakit dari WHO (World Health

Organization), skala keluaran dikarakteristikkan sebagai alat untuk mengukur impairments, disabilities atau handicaps. Impairment adalah konsekuensi fisik dari disfungsi organ yang spesifik, disability adalah kesulitan yang dialami pasien

untuk melakukan aktifitas normal oleh karena impairment-nya, dan handicap

(11)

tersebut mempengaruhi sosial individu, profesi atau peran dalam keluarga. Pada

stroke, impairment biasanya dinilai dengan skala ordinal (misalnya NIHSS),

disability dinilai dengan skala instrumental activities of daily living (IADL) seperti Barthel Index (BI), sedangkan handicap, meskipun jarang dinilai dalam percobaan klinis stroke, dinilai dengan skala health-related quality of life (HRQL) (Williams,

2009).

Beberapa parameter keparahan suatu stroke perdarahan intraserebral

meliputi skor NIHSS, skor Skala Koma Glasgow (SKG), volume lesi dan lamanya

perawatan di rumah sakit (Ramirez-Moreno, 2009).

Skala Koma Glasgow (SKG) dikembangkan untuk menentukan derajat

kesadaran pada pasien cedera kepala. Skala ini memiliki 3 komponen, yaitu:

respons buka mata (skor 1-4), respons verbal (skor 1-5) dan respons motorik

(skor 1-6), dan telah diterima sebagai skor prognostik, baik pada pasien trauma

maupun non-trauma yang mengalami penurunan kesadaran. Penilaian derajat

kesadaran pada stroke akut penting untuk manajemen klinis dan sebagai salah

satu indikator prognostik (Weir, 2003). Penilaian SKG pre-hospital tampaknya juga

merupakan prediktor yang baik dari keparahan stroke, berkorelasi dengan

keberhasilan yang lebih tinggi dari tindakan intervensi endovaskuler, keluaran

fungsional saat pasien keluar dari rumah sakit, juga berkorelasi dengan kematian

dalam 90 hari (Weaver, 2012)

Modified Rankin Scale (mRS) adalah pengukuran disabilitas global yang telah digunakan secara luas oleh klinisi untuk mengevaluasi pemulihan stroke dan

sebagai primary end point dalam randomized clinical trials (RCTs) dari terapi

stroke akut. Nilai mRS sebagai end-point RCT telah diteliti pada beberapa

(12)

penggunaan skala, kesingkatan dan interpretabilitasnya dalam konteks penelitian

stroke (Banks, 2007). Modified Rankin Scale merupakan skala yang paling sering

digunakan untuk pengukuran keluaran pada penelitian stroke. Skala ini menjadi

sangat populer oleh karena validitasnya, relatif efisien, dan umumnya diterima

dengan baik untuk pengkategorian dikotomi pasien stroke yang dependen dan

independen (Williams, 2009).

II.3. Low-Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-C)

Low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C) adalah salah satu dari 4 kelompok utama lipoprotein yang merupakan molekul pengangkut lipid di dalam

darah. Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol atau trigliserida (16%), fosfolipid

(30%), kolesterol (14%), kolesteril ester (36%) dan sedikit fraksi asam lemak

bebas (free fatty acid) sebanyak 4% (Mayes, 2003). .

Lipoprotein adalah protein plasma yang mentranspor lipid yang tidak larut dalam air. Lipoprotein dikategorikan atas kilomikron, β-lipoprotein (low-density

lipoproteins, LDL), pre-β-lipoprotein (very-low-density lipoproteins, VLDL), dan

a-lipoprotein (high-density a-lipoproteins, HDL). Apoa-lipoprotein A terutama terdiri dari

HDL, kilomikron, dan VLDL. Apolipoprotein B adalah komponen utama LDL

(13)

Gambar 1. Struktur lipid. P= fosfat, N= basa nitrogen, R= asam lemak. Dikutip dari : Crook, M.A. 2012. Clinical biochemistry and metabolic medicine. CRC press. Taylor & Francis Group, Florida.

Lipoprotein merupakan makromolekul sferoidal yang memiliki inti hidrofobik

yang mengandung fosfolipid, anti-oksidan yang larut dalam lemak, vitamin, dan

kolesteril ester, dan memiliki lapisan luar yang hidrofilik, yang mengandung

kolesterol bebas, fosfolipid dan molekul apolipoprotein. Lipoprotein utama yang

mengangkut trigliserida adalah kilomikron dan VLDL, sedangkan lipoprotein yang

(14)

Gambar 2. Struktur umum lipoprotein plasma. Sejumlah kecil kolesteril ester dan triasilgliserol ditemukan di lapisan permukaan dan sedikit kolesterol bebas di inti.

Dikutip dari : Mayes, P.A., Botham, K.M. 2003. Lipid Transport and Storage. In: Murray

RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harper’s Illustrated Biochemistry. 26th ed.

Lange Medical Books/McGraw-Hill Companies. P. 205-211.

Lipoprotein diklasifikasikan berdasarkan densitas apungnya (buoyant

density) yang berbanding terbalik dengan ukurannya. Semakin besar rasio lipid terhadap protein, ukurannya semakin besar dan densitasnya semakin rendah.

Kilomikron, VLDL dan IDL (intermediate-density lipoprotein) kaya akan trigliserida,

memiliki ukuran yang besar dan menimbulkan tampilan yang keruh pada plasma.

Kilomikron merupakan lipoprotein yang paling besar dan paling rendah kepadatan

lipoproteinnya, berfungsi membawa lipid eksogen dari usus ke seluruh sel.

Very-low-density lipoproteins (VLDL) membawa lipid endogen dari hati ke sel-sel tubuh. Intermediate-density lipoprotein (IDL) yang bersifat sementara dan terbentuk selama konversi VLDL menjadi LDL normalnya tidak dijumpai dalam plasma.

(15)

memiliki ukuran yang lebih kecil. Low-density lipoprotein (LDL) terbentuk dari

VLDL dan membawa kolesterol ke sel-sel. High density lipoprotein (HDL)

merupakan lipoprotein paling padat dan terlibat dalam transpor kolesterol dari sel

kembali ke hati (reverse cholesterol transport) (Crook, 2012).

Tabel 1. Karakteristik lipoprotein

Lipoprotein Sumber Komposisi (% massa) Densitas

Apolipo-protein

Kol= kolesterol, HDL= high density lipoprotein, IDL= intermediate-density lipoprotein, LDL= low density lipoprotein, PL= fosfolipid, Pro= protein, TG= trigliserida, VLDL= very low-density lipoprotein.

Dikutip dari : Crook, M.A. 2012. Clinical biochemistry and metabolic medicine. CRC press. Taylor & Francis Group, Florida, dan Biggerstaff,K.D., Wooten, J.S. 2004. Understanding lipoproteins as transporters of cholesterol and other lipids. Advan in Physiol Edu. 28:105-106.

Lipid utama pada lipoprotein adalah kolesterol bebas dan kolesterol

teresterifikasi (C) dan trigliserida (TG). Metabolisme TG, LDL-C dan HDL-C

digambarkan sebagai berikut. Pada metabolisme TG, lemak dari makanan yang

terhidrolasi memasuki sel-sel intestinal (enterosit) via transporter asam lemak. TG

bersama dengan kolesterol ester dan isoform apolipoprotein B (ApoB) B48

bergabung dengan kilomikron (chylomicron, CM) oleh microsomal TG-transporter

protein (MTTP) melalui suatu jalur vesikuler. CM disekresi melalui sistem limfatik, memasuki vena cava dan bersirkulasi hingga mereka berinteraksi dengan

(16)

ApoC3. Asam lemak bebas yang dilepaskan memasuki sel-sel perifer secara

inkomplit. Di adiposit, enzim-enzim termasuk acyl-CoA: diacylglycerol acyltransferase (DGAT) mensintesa kembali TG, yang dihidrolisa oleh adipose TG lipase (ATGL) dan hormone sensitive lipase (HSL). Sisa CM (CM remnants, CMR)

diambil oleh reseptor LDL (LDLR) hepatik, bila LDLR tidak ada maka ia akan

diambil oleh LDLR-related protein (LRP1). Di sel-sel hepar (hepatosit), TG

bergabung dengan kolesterol dan isoform ApoB100 menjadi VLDL; TG yang ada

di VLDL dihidrolisa oleh LPL, melepaskan asam lemak dan sisa VLDL (IDL) yang

dihidrolisa oleh hepatic lipase (HL) sehingga menghasilkan LDL (Hegele, 2009).

Pada metabolisme LDL-C, sterol di lumen intestinal memasuki enterosit via

Niemann-Pick C1-like 1 (NPC1L1) transporter dan beberapa disekresi kembali oleh heterodimeric ATP-binding cassette transporter G5/G8 (ABCG5/G8). Di

enterosit, kolesterol bersatu dengan TG membentuk CM. Di hepatosit, kolesterol

digunakan kembali atau disintesa kembali de novo, dengan

3-hydroxy-3-methylglutaryl coenzyme A reductase (HMGCR). LDL mengalami proses endositosis oleh sel-sel perifer dan hepatosit melalui reseptor LDL (LDLR),

dibantu oleh suatu adaptor protein (AP). Proprotein convertase subtilisin/ kexin

type 9 (PCSK9), ketika bergabung dengan LDLR, mendaur-ulang LDLR dari endosome mengakibatkan degradasinya (X) (Hegele, 2009).

Pada metabolisme HDL-C, HDL, via ApoA1 memperantarai transpor

kolesterol kembali melalui interaksi dengan ATP-binding cassete A1 (ABCA1) dan

(17)

endothelial lipase (LIPG), memasuki hepatosit via scavenger receptor class B type 1 (SRB1) (Hegele, 2009).

High density lipoprotein (HDL) membawa kolesterol yang berlebih kembali ke hepar, dimana kolesterol dipecah dan diekskresikan dari dalam tubuh dalam

bentuk empedu. Oleh karena kerjanya yang membuang kolesterol yang berlebih,

HDL lebih disukai. Low-density lipoprotein (LDL) juga membawa kelebihan

kolesterol, namun ia bertendensi untuk membawa kelebihan ini ke arteri-arteri,

yang akan menyebabkan pembentukan aterosklerosis. Oleh karenanya diperlukan

kadar LDL yang rendah untuk menurunkan resiko penyakit-penyakit oleh

aterosklerosis (Wilson, 2008).

Gambar 3. Metabolisme lipoprotein.

(18)

Konsentrasi LDL-C plasma dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan Friedewald dan sering digunakan di laboratorium klinik, sebagai

berikut :

LDL-C = Kolesterol total – (HDL-C) – (Trigliserida) 2.2

Persamaan ini diasumsikan tepat bila pasien berpuasa dan konsentrasi trigliserida

tidak melebihi 4.5 mmol/L (397 mg/dl). Bila tidak, kadar kilomikron akan membuat

persamaan ini tidak akurat (Crook, 2012).

Nilai LDL-C optimal : <100 mg/ dl (<2,6 mmol/l), near optimal : 100-129

mg/dl (2,6-3,35 mmol/l), borderline high risk : 130-159 mg/dl (3,36-4,11 mmol/l),

dan high risk : >159 mg/dl (>4,11 mmol/l). Nilai normal HDL-C : 40-60 mg/dl

(1,04-1,55 mmol/l), nilai >60 mg/dl dianggap memiliki resiko negatif untuk penyakit

jantung, dan nilai <40 mg/dl dianggap sebagai faktor resiko mayor untuk penyakit

jantung (Jellinger, 2012).

II.4. Hubungan Low-Density Lipoprotein Cholesterol dan Stroke.

Efek kadar kolesterol serum terhadap resiko stroke iskemik dan hemoragik

telah diteliti pada beberapa studi. Studi epidemiologik menunjukkan bahwa kadar

serum kolesterol total dan subfraksinya merupakan determinan stroke, namun

hubungannya relatif lemah. Peningkatan kadar kolesterol total dan penurunan

HDL-C merupakan predisposisi stroke iskemik pada usia lanjut (Sarti, 2000).

Kadar kolesterol yang tinggi secara konsisten berhubungan dengan

penyakit aterosklerosis arteri ekstra dan intrakranial. Arteri intrakranial diketahui

kurang rentan terhadap paparan kadar kolesterol yang tinggi dibandingkan arteri

(19)

oksidasi, yang akan menyebabkan partikel ini ditangkap oleh makrofag dan

kemudian melepaskan mediator-mediator yang menginduksi respons proliferatif di

dalam pembuluh darah. Dalam perkembangan selanjutnya, proliferasi sel-sel

myointimal dan kerusakan dinding sel menyebabkan deposisi elastin dan kolagen

dan oklusi pembuluh darah (Sarti, 2000).

Kadar kolesterol serum yang tinggi, khususnya LDL-C meningkatkan

agregasi platelet dengan menstimulasi platelet-activating factor (PAF),

meningkatkan deposisi platelet di trombus pada infark serebral eksperimental dan

menurunkan respons vasodilatasi pembuluh darah besar in vitro. Observasi ini

menunjukkan adanya mekanisme tambahan terhadap deposisi kolesterol pada

plak aterosklerotik (Sarti, 2000).

Pemeriksaan ultrasonografi beresolusi tinggi telah menunjukkan bahwa

penebalan dinding pembuluh darah tunika intima pada arteri karotid dan arteri

serebri media merupakan prediktor stroke. Hubungan antara aterosklerosis karotid

dan kadar LDL-C juga telah ditemukan di beberapa studi, dan studi RCT

(randomized controllled trials) mengenai penggunaan statin menunjukkan adanya

regresi plak aterosklerotik atau penurunan perkembangan aterosklerosis pada

arteri karotid (Koren-Morag, 2002)

Kadar LDL-C yang rendah diketahui merupakan salah satu faktor resiko

terjadinya perdarahan intraserebral (Sturgeon, 2007). Konsumsi alkohol yang

berlebihan dapat menyebabkan malnutrisi dan penyakit hati, dan telah diduga

sebagai penghubung yang menjelaskan kemungkinan hubungan kadar kolesterol

yang rendah dengan peningkatan resiko stroke hemoragik (Sarti, 2000).

Kadar LDL-C yang rendah juga berhubungan dengan peningkatan resiko

(20)

<80 mg/dl memiliki peningkatan resiko kematian 2 kali dibandingkan dengan

pasien dengan LDL-C >140 mg/dl (Noda, 2009). Penelitian lain juga menemukan

bahwa kadar LDL-C yang rendah (<100 mg/dl) berhubungan dengan peningkatan

resiko kematian pasien oleh karena perdarahan intraserebral (HR= 3.07, IK 95%,

1.04-9.02, p=0.042) (Ramirez-Moreno, 2009).

Penelitian Rodriguez-Luna (2011) mengukuhkan penelitian sebelumnya.

Mereka menemukan bahwa kadar LDL-C yang rendah berhubungan dengan

peningkatan perkembangan hematoma (hematoma growth, GH), deteriorasi

neurologik awal (early neurological deterioration, END) dan kematian dalam 3

bulan. Early neurological deterioration didefinisikan sebagai peningkatan poin

NIHSS > 4 poin atau kematian dalam 24 jam setelah onset stroke. Pada studi ini,

kadar LDL-C <95 mg/dl menjadi prediktor yang kuat terjadinya HG, END dan

mortalitas dalam 3 bulan pada pasien dengan perdarahan intraserebral akut

(Rodriguez-Luna, 2011).

Mekanisme yang menjelaskan hubungan LDL-C dan perdarahan

intraserebral masih belum jelas. Penjelasan yang mungkin untuk hubungan ini

adalah adanya peran kolesterol serum dalam mempertahankan integritas

pembuluh darah. Kadar kolesterol yang rendah berhubungan dengan

perkembangan nekrosis sel otot polos tunika media, sehingga menurunkan

resistensi terhadap ruptur dinding pembuluh darah. Selanjutnya, kolesterol

memodifikasi kemampuan agregasi platelet dengan aksinya pada platelet

activating factor (PAF), sehingga kolesterol yang rendah dapat menurunkan agregasi platelet, sehingga mempredisposisi perkembangan perdarahan

(21)

Teori lain menyebutkan, kolesterol dan trigliserida memainkan peranan

struktural penting pada membran sel. Dijumpai adanya peningkatan kerapuhan

eritrosit (erythrocyte fragility) in vitro dan in vivo dengan penurunan kadar

kolesterol. Diduga kadar kolesterol yang rendah menyebabkan kelemahan dinding

endotelium yang akan menimbulkan kerapuhan arterial, perdarahan atau

perbaikan yang lebih lambat setelah terjadinya perdarahan-perdarahan kecil.

Endotelium yang lemah juga lebih cenderung mengalami mikroaneurisma, yang

merupakan temuan patologik utama pada perdarahan serebral (Sturgeon, 2007).

Arteriolosklerosis dikarakteristikkan dengan angionekrosis sel-sel otot polos

dan peningkatan dalam basement membrane-like substance di lapisan luar sel-sel

otot polos arteri intraserebral di basal ganglia, talamus dan batang otak. Diet yang

tinggi kolesterol menurunkan angionekrosis dan mencegah terjadinya stroke

hemoragik pada tikus percobaan yang hipertensif, dan asupan lemak jenuh yang

lebih tinggi, yang menyebabkan peningkatan kadar LDL-C telah dibuktikan

menurunkan resiko perdarahan intraparenkimal pada orang-orang Jepang dan

(22)
(23)

Gambar

Gambar 1. Struktur lipid. P= fosfat, N= basa nitrogen, R= asam lemak.
Gambar 2. Struktur umum lipoprotein plasma. Sejumlah kecil kolesteril ester dan triasilgliserol ditemukan di lapisan permukaan dan sedikit kolesterol bebas di inti
Tabel 1. Karakteristik lipoprotein
Gambar 3. Metabolisme lipoprotein.

Referensi

Dokumen terkait

Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPdORD adalah surat yang dipergunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data objek retribusi

Retribusi Kartu Tanda Penduduk, dan akta catatan sipil yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan

VB .NET memiliki fitur bahasa pemprograman berorentasi object dengan mendukung sifat pewarisan, encapsulation dan polymorphis, juga dilengkapi dengan .NET framework SDK

Aplikasi ini dibuat berdasarkan karena selama ini masih banyak toko/perusahaan yang belum memberikan informasi dan pelayanan di internet yang dapat memudahkan pembeli dalam

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Evaluasi Dokumen Kualifikasi dan Pembuktian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Pengadaan Benih Padi Non Hibrida Label Biru MT Rendengan

Siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi.. yang telah dipelajari pada

 Skala 2 = Bila Anda merasa kondisi riil memenuhi sebagian dari standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).  Skala 3 = Bila Anda merasa kondisi riil telah memenuhi

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah simple random sampling yaitu memilih anggota sampel dari populasi terjangkau yang dilakukan secara acak tanpa