19
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia e-mail: [email protected] / telp: +6285738384284 2
Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
ABSTRAK
Return dan risiko adalah pertimbangan investor berinvestasi di pasar saham. Risiko merupakan risiko sistematis yangdiproksi dengan beta. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh beta terhadap return periode sebelum dan saat krisis global, serta mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata return pada kedua periode tersebut. Teknik analisis adalah regresi dan uji T sampel berpasangan.Hasil penelitian membuktikan beta tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, baik periode sebelum maupun saat krisis global. Tidak terdapat perbedaan rata-rata return antar kedua periode,menunjukkan bahwa return saham di pasar modal Indonesia tidak terkena dampak krisis global.
Kata kunci: beta, krisis global, return, risiko sistematis
ABSTRACT
Return and risk are considerations of investors to invest in the stock market. Risk in this research is systematic risk proxied by beta. Research purposes was to determine the effect of beta on return periods before and during the global crisis, and to know whether there are differences in the average return in both period. Analysis techniques were regression and paired sample T test. The results prove the beta had no significant effect on stock returns, both before and during the period. There was no difference in average return between both periods, it suggesting that stock returns in the Indonesian capital market was not affected by the global crisis.
Keywords:beta, global crisis, return, systematic risk
PENDAHULUAN
Perusahaan go public sebagai suatu entitas bisnis memerlukan suntikan dana (modal)
dari pihak luar perusahaan untuk terus dapat menjalankan aktivitas operasi perusahaan.Pihak
luar tersebut salah satunya adalah investor. Perusahaan dapat menjual hak kepemilikan atas
perusahaan tersebut dalam bentuk saham untuk mendapatkan modal. Investor berinvestasi
dengan harapan mendapatkan pengembalian (return) atas saham yang telah dibeli. Return
20 imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya
(Tandelilin, 2001: 47).Return yang diharapkan oleh investor disebut dengan return total.
Return total merupakan penjumlahan daricapital gain (loss) dan yield.Namun, investor juga
memiliki pertimbangan lain sebelum melakukan investasi, yang salah satunya adalah risiko
yang terkandung dalam saham.Jogiyanto (2010: 227) menyatakanreturn dan risiko
merupakan dua faktor yang tidak terpisah, karena trade-off dari kedua faktor ini merupakan
pertimbangan suatu investasi.
Risiko total terdiri dari risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Penelitian ini hanya
menggunakan risiko sistematis yang menurut Sharpe (1999) adalah “bagian dari perubahan
aktiva yang dapat dihubungkan kepada faktor umum yang juga disebut sebagai risiko pasar
atau risiko yang tidak dapat dibagi”. Risiko sistematis dapat diproksi dengan beta saham
sekuritas bersangkutan. Beta suatu sekuritas menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan
suatu sekuritas terhadap perubahan pasar (Warsito dkk, 2003).Beta dapat dihitung dengan
data historis yaitu dengan menggunakan data pasar, data akuntansi maupundata
fundamental(Jogiyanto, 2010: 377). Beta yang dihitung menggunakan data historis dalam
pasar modal berkembang merupakan Beta yang bias. Beta yang bias ini disebabkan adanya
perdagangan yang tidak sinkron sehingga terjadi transaksi perdagangan yang tipis (thin
market).
Beberapa penelitian mendukung hubungan antara beta (risiko sistematis) dan return
saham perusahaan antara lain penelitian Fama and MacBeth (1973) yang menguji validitas
CAPM, menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara beta dan return namun bersifat
lemah.Penelitian Isakov (1997) mendukung fakta bahwa beta merupakan ukuran yang baik
untuk menilai risiko karena beta sangat terkait dengan pengembalian. Penelitian Rachmatika
(2006),Asma (2006) dan Utomo (2007) yang sama-sama menggunakan variabel beta dalam
21 saham.Al-Rjoub, et al. (2010) menguji variabel beta pada empat pasar saham di negara
berkembang menyatakan bahwa beta masih memiliki kekuatan penjelas yang signifikan
dalam memprediksi return pasar saham. Al-Qudah & Laham (2013) juga melakukan
pengujian terhadap beta Bursa Efek Amman, hasilnya menunjukkan hubungan yang
signifikan secara statistik antara risiko sistematis dan return saham. Sementara itu terdapat
pula penelitian yang hasilnya menentang hubungan beta terhadap return saham yaitu
penelitian Fama and French (1996) yang paling mendapat perhatian dari kalangan akademisi
yang mengatakan “Beta is Dead!”. Penelitian ini menyatakan hubungan antara rata-rata
return dan beta adalah lemah pada periode 1941- 1990 dan hampir tidak ada hubungan pada
periode 1963- 1990, serta selain beta terdapat variabel Price Earning Ratio dan
Market-to-book value yang berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham.
Penelitian ini difokuskan pada periode sebelum dan saat krisis global yang memiliki
dampak yang cukup luas ke negara di seluruh dunia termasuk Indonesia.Sepertinya krisis
keuangan global yang melanda memberikan dampak terhadap perekonomian suatu Negara
sehingga memberikan dampak pula pada harga saham pada pasar modal (Outlook Ekonomi
Indonesia 2009-2014, edisi Januari 2008).Pengaruh dari krisis global ditunjukkan dengan
menurunnya harga indeks gabungan Indonesia (IHSG), hingga menyentuh posisi 1.290 dan
rupiah mengalami depresiasi hingga Rp 12.000,00 per US Dollar (Simanjuntak, 2012).
Penelitian ini juga khusus menggunakan sampel pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Menurut Gede Ary Suta (2000:382), perbankan dan pasar modal
merupakan dua unsur yang memegang peran sangat penting dalam sistem keuangan dan
perekonomian suatu negara.
Teori pilihan rasional (rational choice theory) merupakan teori yang berpijak pada
kenyataan bahwa orang memilih apa yang paling memberikan keuntungan bagi dirinya secara
22
rational choice theory, menyatakan bahwa teori pilihan rasional tersebut berusaha
menjelaskan fenomena sosial dengan memperhitungkan kerasionalitasan yang dimiliki oleh
seorang individu dan tindakan-tindakan kolektif yang dapat memberikan pengaruh terhadap
pilihan rasional seseorang.
Return saham suatu sekuritas memiliki hubungan yang positif terhadap beta yang
terkandung dalam saham. Teori pilihan rasional mendukung hubungan tersebut, dimana
seorang investor atau calon investor pasti akan memperhatikan tindakan-tindakan yang
berkaitan dengan pasar saham, yaitu beta untuk membuat suatu keputusan secara rasional
untuk memperoleh tujuannya, yaitu keuntungan atau return saham.
H1: Beta (Risiko Sistematis) berpengaruh signifikan terhadap return saham pada periode
sebelum Krisis Global.
H2: Beta (Risiko Sistematis) berpengaruh signifikan terhadap return saham pada periode saat
Krisis Global.
Pengertian krisis lebih terkait pada suatu hal yang negatif yang terjadi pada organisasi
maupun suatu negara, sehingga kecenderungan adanya perbedaan kondisi ekonomi
khususnya pada bursa saham masih bisa terjadi. Teori pilihan rasional mendukung pernyataan
tersebut, dimana seorang investor atau calon investor dapat memperhatikan adanya fenomena
ekonomi, yaitu krisis global untuk menentukan pilihan secara rasional guna mendapatkan
keuntungan atau return. Penelitian ini didukung olehpenelitian Chang (2012).
H3: Terdapat perbedaan rata-rata return saham yang diperoleh investor pada perusahaan
perbankan antara periode sebelum dan saat Krisis Global.
METODE PENELITIAN
Data dikumpulkan dengan metode pengumpulan data observasi nonpartisipan.
23 terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh dari website www.idx.co.id. Data berupa return
saham diperoleh dari perhitungan harga saham perusahaan perbankan, dimana data harga
saham di dapat dari website yahoofinance.Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen
(terikat) yaitu return saham dan satu variabel independen (bebas) yaitu beta (risiko
sistematis).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode sebelum krisis global berjumlah 26
perusahaan, dan periode saat krisis global berjumlah 32 perusahaan.Sampel dalam penelitian
ini diambil pada periode sebelum dan saat krisis Global, dimana 60 bulan sebelum krisis
global dan 60 bulan saat krisis global.Peneliti menggunakan 60 bulan atau 5 tahun untuk
mewakili periode saat krisis global sebab awal mula terjadinya krisis global adalah pada
bulan Agustus 2007 (Outlook Ekonomi Indonesia 2009- 2014, edisi Januari 2009), dan belum
akan berakhir di tahun 2013 (www.suarapembaruan.com). Krisis global dimulai bulan
Agustus 2007, maka dari itu rentang waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Agustus 2002 hingga Juli 2007 untuk mewakili periode sebelum krisis global, dan Agustus
2007 hingga Juli 2012 untuk mewakili periode saat krisis global.Alasan lain peneliti
menggunakan 60 bulan sebagai periode penelitian untuk masing-masing periode adalah untuk
kepentingan penghitungan beta pasar, dimana menurut Jogiyanto (2010: 377) “beta pasar
dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari sekuritas dan return
pasar selama periode tertentu, misalnya selama 60 bulan untuk return bulanan”.
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
non probability sampling, yaitu dengan metode purposive sampling.Kriteria penentuan
24 1)Perusahaan perbankan yang sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia
dan tidak pernah di-suspend (diberhentikan) selama periode sebelum Krisis Global
dan Saat krisis Global.
2)Perusahaan perbankan yang mempublikasikan laporan keuangan per tahun selama
periode sebelum Krisis Global dan Saat krisis Global.
Hasil dari analisis pengaruh ini diharapkan dapat mengetahui apakah pengaruh tersebut
berbeda di masing-masing periode, dan apakah return saham perusahaan akan berbeda secara
signifikan dalam kedua periode tersebut.Beta dengan menggunakan data pasar dihitung
dengan persamaan regresi (Jogiyanto, 2010:380):
... (1)
Dimana: Ri : return sekuritas ke-i
αi : Nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap return
pasar
βi : Beta sekuritas ke-i
RM : return portofolio pasar
Ei : kesalahan residu
Return total dapat digambarkan dalam persamaan berikut (Jogiyanto, 2010: 207):
... (2)
Dimana: Ri,t :return saham
Pt : harga investasi sekarang Pt-1 : harga investasi periode lalu
Tahap analisis yang pertama adalah melakukan uji asumsi klasik, kemudian melakukan
regresi linier sederhana dan pengujian hipotesis (Uji t) yang dilakukan untuk hipotesis 1 dan
hipotesis 2. Sementara untuk hipotesis 3 dianalisis dengan melihat terlebih dahulu hasil dari
uji normalitas data yang mencakup periode sebelum dan saat krsis global. Jika hasil uji
normalitas adalah data berdistribusi normal maka H3 dianalisis menggunakan Paired Sampel
T Test (Uji t Sampel berpasangan), sedangkan jika hasil uji normalitas adalah data tidak
25 HASIL DAN PEMBAHASAN
Obyek penelitian ini adalah semua perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode sebelum krisis global (Agustus 2002 – Juli 2007), saat krisis
global (Agustus 2007 – Juli 2012), dan periode yang mencakup kedua periode
tersebut.Berdasarkan populasi penelitian ini dan kriteria penentuan sampel, maka jumlah
sampel yang didapatkan dalah 6 perusahaan(360 sampel) untuk mewakili periode sebelum
krisis global, 19 perusahaan (1140 sampel) untuk mewakili periode saat krisis global dan 5
perusahaan (300 sampel) yang mencakup dua periode tersebut.
Tabel 1.
Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik Periode Sebelum Krisis Global
data periode saat krisis global yang tidak terdapat autokorelasi dengan melihat nilai Durbin-
Watson sebesar 1,910. Sedangkan untuk periode sebelum krisis global, nilai Durbin- Watson
26 lanjut berupa uji run. Hasil uji heteroskedastisitas dari kedua periode menunjukkan bahwa
variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (absolute
residual), sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung gejala
heteroskedastisitas.
Tabel 2 menunjukkan hasil uji run yang dilakukan terhadap data sebelum krisis global
yang dapat dilihat dari nilai Asymp.Sig (2-tailed)-nya. Nilai Asymp. Sig (2-tailed) dari data
return saham adalah 0,648 dan nilai Asymp. Sig (2-tailed) dari data beta saham adalah 0,171.
Dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil bersifat acak.
Hasil analisis regresi untuk periode sebelum dan saat krisis global disajikan dalam
Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Hasil Analisis Regresi
Periode Α β
Sebelum Krisis Global 0,066 -0,008
Saat Krisis Global 0,016 0,001
Sumber: Output SPSS, diolah penulis, 2013
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada periode sebelum krisis global, bila beta dianggap
konstan (nol), maka nilai return saham akan naik sebesar 0,066 dan bila nilai beta naik
sebesar 1 persen, maka nilai return akan turun sebesar 0,008 persen, sehingga dapat
disimpulkan beta memiliki hubungan yang negatif terhadap return. Di sisi lain, pada periode
saat krisis global, bila beta dianggap konstan (nol), maka nilai return saham akan naik sebesar
0,016 dan bila nilai beta naik sebesar 1 persen, maka nilai return akan naik sebesar 0,001
persen, sehingga dapat disimpulkan beta memiliki hubungan yang positif terhadap return.
27 Tabel 4.
Hasil Uji Hipotesis
Periode T Sig t
Sebelum Krisis Global -0,164 0,878
Saat Krisis Global 0,245 0,809
Sumber: Output SPSS, diolah penulis, 2013
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai t sebesar -0,164 dengan signifikan t 0,878 berarti
signifikan t> 0,05, sehingga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara beta terhadap
return saham pada periode sebelum krisis global.Periode saat krisis global nilai t sebesar
0,245 dengan signifikan t 0,809 berarti signifikan t> 0,05, sehingga tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara beta terhadap return saham.
Pengujian hipotesis 3 diawali dengan melakukan uji normalitas terhadap data rata-rata
return yang mencakup periode sebelum dan saat krisis global. Hasil uji normalitas disajikan
28 Sumber: Output SPSS, diolah penulis, 2013
Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata return periode sebelum dan saat krisis global
adalah berbeda. Sebelum krisis global rata-rata return dari 5 perusahaan perbankan adalah
sebanyak 0,068, sedangkan saat krisis global rata-rata return adalah sebesar 0,012. Namun
jika dilihat pada hasil perbandingan rata-rata return dengan menggunakan uji T sampel
berpasangan, nilai sig. (2-tailed) adalah 0,081 yaitu lebih besar dari 0,05, artinya rata-rata
return periode sebelum dan saat krisis global adalah sama.
Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel beta terhadap return saham pada periode sebelum krisis global.
Hasil analisis regresi untuk periode sebelum krisis global adalah beta memiliki hubungan
yang negatif terhadap return. H1 ditolak karena adanya kemungkinan faktor lain yang lebih
signifikan dalam memengaruhi return saham pada sektor perbankan, seperti ukuran
perusahaan dan book to market valueHasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Suharli (2005), Agoeng (2000) dan Hadinugroho (2002).
Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel beta terhadap return saham pada periode saat krisis global. Hasil
analisis regresi untuk periode saat krisis global adalah beta memiliki hubungan yang positif
terhadap return. H2 ditolak karena keadaan pasar saham yang tidak stabil pada saat krisis
global sehingga menyebabkan sebagian besar investor membeli saham untuk tujuan laba
jangka pendek, sehingga kurang memperhatikan beta sebagai risiko pasar. Selain itu H2
ditolah karena investor di Indonesia cenderung bersifat risk a verseatau tidak menyukai risiko
yang tinggi.Hasil penelitian ini mendukung penelitian Sugiarto (2011), serta Novak dan Petr
(2010)
Hasil pengujian hipotesis 3menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
29 Hasil ini membuktikan bahwa return saham perusahaan perbankan di pasar modal Indonesia
tidak terkena dampak krisis global. Namun dari hasil analisis juga didapatkan rata-rata return
pada periode sebelum krisis global lebih besar dari rata-rata return periode saat krisis global
(0,068 > 0,012). Perbedaan rata-rata return ini dapat disebabkan oleh kekuatan
tawar-menawar di pasar saham, keadaan internal perusahaan, dan adanya krisis moneter di Amerika
Serikat yang memicu krisis ekonomi global walaupun tidak signifikan.Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Hendrawati (2010).
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan sebelumnya, maka terdapat 3
simpulan yang dapat diambil, yaitu pertama, beta tidak berpengaruh signifikan terhadap
return saham pada periode sebelum krisis global yang mengindikasikan bahwa pada keadaan
perekonomian normal atau sebelum krisis terjadi, beta kurang tepat digunakan untuk
menaksir return yang akan diperoleh seorang investor ataupun calon investor khususnya pada
perusahaan perbankan. Kedua, beta tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham pada
periode saat krisis global yang mengindikasikan bahwa saat terjadinya krisis global, membuat
pasar saham menjadi tidak stabil sehingga menyebabkan sebagian besar investor membeli
saham untuk tujuan laba jangka pendek berupa capital gain sehingga membuat investor
kurang memperhatikan beta sebagai proksi dari risiko sistematis saham. Ketiga, rata-rata
return periode sebelum dan saat krisis global adalah sama, dimana hasil ini membuktikan
bahwa return saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia tidak terkena dampak
krisis keuangan global secara signifikan.
Saran yang diberikan penulis kepada investor maupun calon investor adalah agar lebih
memperhatikan indikator-indikator lain sebagai pertimbangan dalam melakukan keputusan
investasi di sektor perbankan untuk mendapatkan return yang maksimal, misalnya ukuran
30
value dan dividend payout ratio. Selain itu investor ataupun calon investor harus lebih
berhati-hati saat melakukan investasi sebab pasar modal merupakan pasar yang sangat rentan
terhadap perubahan yang terjadi di bidang lainnya, seperti bidang sosial, politik dan
keamanan baik yang terjadi di dalam maupun luar negeri, sehingga membuat pasar saham
menjadi tidak stabil.
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya adalah untuk memperbesar
populasi, tidak hanya di satu sektor saja, guna menambah daya generalisasi dari hubungan
beta terhadap return saham. Selain itu, sebaiknya peneliti selanjutnya menggunakan data beta
disesuaikan untuk pasar modal berkembang, guna menghindari bias yang terjadi pada beta
akibat perdagangan yang tidak sinkron yang terjadi di pasar yang tipis(thin market) di Bursa
Efek Indonesia. Sehingga hasil penelitiannya menjadi lebih relevan untuk dijadikan acuan
dalam berinvestasi bagi investor ataupun calon investor di Indonesia.
REFERENSI
Agoeng, M. 2000. Pengaruh Beta, Size, ME/BE, PER terhadap Expected Return Saham di Bursa Efek Jakarta. Thesis. Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
Al- Qudah, Anas dan Laham, Mahmoud. 2013.The Effect of Financial Leverage & Systematic Risk on Stock Returns in the Amman Stock Exchange. Research Journal
of Finance and Accounting, 4 (6), pp: 136- 145.
Al- Rjoub, S. AM., Yousef, A.A., dan Ananzeh, I. E. N. 2010.Beta Wins Again: Case of four Emerging Markets. Journal of Economic Cooperation and Development, 31 (1), pp:1- 16.
Asma, Rusdayanti. 2006. Cross Section ReturnSaham Dan Kebijakan Moneter. Jurnal
Ekonomi dan Kewirausahaan, 6 (1), h: 22 – 35.
Chang, Hsiao-fen. 2012. An international Comparison of Volatility in Stock Market Returns Prior and Post Global Financial Crisis. International Conference on Economics, Business and Marketing Management IPEDR vol.29 (2012) IACSIT Press, Singapore,
pp: 270-275.
Fama E. F. dan French K. R. 1996. The CAPM is wanted, dead or alive. Journal of Finance,
31 Fama E. F. dan MacBeth J. D. 1973. Risk, return and equilibrium: Empirical tests. Journal of
Political Economy 81, pp: 607-636.
Gede Ary Suta, I Putu. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta: yayasan SAD SATRIA BHAKTI.
Hadinugroho, B. 2002. Pengaruh Beta, Size, Book to Market Equity, dan Earnings Yields terhadap Return Saham. Thesis. Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
Hendrawati, Erna. 2010. Analisis Perbedaan Harga Saham Saat dan Sesudah Krisis Keuangan Global Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Penelitian, XXVI (2), h:25-42.
Isakov, Dusan. 1997. Is beta still alive? Conclusive evidence from the Swiss stock market.
The European Journal of Finance, 1999, 5 (3), pp: 202-212.
Jogiyanto, H.M. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ke 7. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Novak, Jiri dan Petr, Dalibor. 2010. CAPM Beta, Size, Book-to-Market, and Momentum in Realized Stock Returns. Finance a úvěr-Czech Journal of Economics and Finance, 60 (5), pp: 447- 460.
Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, Edisi Januari 2008. (2008). Integrasi Ekonomi
ASEAN dan Prospek Perekonomian Nasional. Jakarta: Bank Indonesia.
______, Edisi Januari 2009. (2009). Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhadap
Perekonomian Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia.
Rachmatika, Dian. 2006. Analisis Pengaruh Beta Saham, Growth Opportunities, Return
OnAsset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham (Studi Komparatif Pada Perusahaan di BEJ yang Masuk LQ-45 Tahun2001-2004 Periode Bullish Dan
Bearish). Tesis. Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Semarang.
Scott, John. 2000. From Understanding Contemporary Society: Theories of The Present. Sage Publication (online), (www.soc.iastate.edu/.../soc401rationalchoice.pdf), diakses 18 Juli 2013.
Sharpe, W.F., Gordon J. Alexander, dan Jeffery V. Bailey. 1999. Investasi, Terjemahan oleh Hanry dan Agustiono, Edisi Revisi, Jilid I, Jakarta: Penerbit Prehallindo.
Simanjuntak, Daniel Mowan G. 2012. Analisis Faktor-Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi
Return Saham Sektor Pertanian Sebelum, Saat Dan Setelah Krisis 2008. Jurnal
Institut Manajemen Telkom, h: 1-19.
Situngkir, Hokky. 2011. Understanding from and to the inability to understand: Social Complexity as a new perspective to understand social phenomena. MPRA Paper No.
32 Sugiarto, Agung. 2011. Analisa Pengaruh Beta, Size Perusahaan, DER dan PBV Ratio
Terhadap Return Saham. Jurnal Dinamika Akuntansi, 3 (1), h:8-14.
Suharli, Michell. 2005. Studi Empiris Terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi Return
Saham Pada Industri Food &Beverages di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi &
Keuangan, 7 (2), h: 99-116.
Tandelilin, Eduardus. 2001, Analisis investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi I. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.
Utomo, Welly. 2007. Analisis Pengaruh Beta Dan Varian Return Saham Terhadap Return
Saham Studi Pada Perusahaan LQ 45 Di Bursa Efek Jakarta Periode Bulan Januari Tahun 2005 Sampai Dengan Bulan Desember Tahun 2005. Tesis. Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Warsito, Irianto, Aryani, Y.A., dan Setiawan, D. 2003. Pengaruh Pertumbuhan Aktiva, Rasio Profitabilitas, dan Beta Akuntansi terhadap Beta. Jurnal Bisnis & Manajemen,3 (2).
Suara Pembaruan. 6 November 2012. Wen Jiabao: Krisis Global Belum Akan Berakhir