BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Film merupakan salah satu bentuk karya seni yang menjadi fenomena saat ini. Esensi film
adalah gerakan atau lebih tepat lagi gambar yang bergerak. Dalam bahasa Indonesia, dahulu
dikenal dengan istilah gambar hidup, dan memang gerakan itulah yang merupakan unsur
pemberi hidup kepada suatu gambar, yang betapapun sempurnanya tekhik yang dipergunkaan,
belum mendekati kenyataan hidup sehari-hari, sebagaimana halnya dengan film. Untuk
meningkatkan kesan dan dampak dari film, suatu film diiringi dengan suara yang dapat berupa
dialog atau musik. Dalam film yang baik, dialog dan musik hanya dipergunakan apabila film
tidak atau kurang mampu memberi kesan yang jelas kepada komunikan melalui gerakan saja,
sehingga dialog maupun musik merupakan alat bantu ekspresi (Susanto, 1982:58).
Sebagai objek seni, film dalam prosesnya berkembang menjadi salah satu bagian dari
kehidupan sosial, yang tentunya memiliki pengaruh yang sangat signifikan pada manusia
sebagai penonton. Sebagai sebuah seni mutakhir dari abad 20, film dapat menghibur,
mendidik, melibatkan perasaan, merangsang pemikiran, dan memberikan dorongan terhadap
penontonnya. Pengaruh film terhadap khalayak luas yaitu film dapat menjadi media penghibur
masyarakat dalam bentuk komedi, atau juga sebagai media mendidik melalui film dokumenter
dan lain sebagainya (Sumarno, 1996:85).
Secara umum film dikelompokkan menjadi dua pembagian besar yaitu film cerita dan film
non-cerita. Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita dan
mengandung unsur-unsur yang menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat auditif visual,
yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar yang dapat dilihat dengan suara yang
dapat didengar, dan yang merupakan suatu hidangan yang sudah masak untuk dinikmati. Film
itu sendiri memiliki banyak unsur-unsur yang terkonstruksikan menjadi satu kesatuan yang
menarik. Unsur-unsur seks, kejahatan, kriminalitas/kejahatan, persahabatan, roman, kekerasan
dan sejarah adalah unsur-unsur cerita yang dapat menyentuh rasa manusia, yang dapat
membuat publik terpesona, tertawa terbahak-bahak, menangis terisak-isak, dongkol, marah,
kisah-kisah dari sejarah, kisah-kisah nyata dari kehidupan sehari-hari, atau juga khayalan yang kemudian
diolah menjadi sebuah film (Effendy, 2003:10).
Terdapat beberapa genre yang diusung dalam film, salah satunya film yang bergenre
komedi. Genre komedi sangat identik dengan film yang diusung oleh Warkop DKI. Pada tahun
1979 sampai tahun 1994, Warkop DKI telah membuat 34 film yang bergenre komedi. Dari
kesekian banyak film yang dibintangi oleh Warkop DKI, film Maju Kena Mundur Kena
merupakan satu dari sepuluh film terbaik yang pernah Warkop DKI bintangi. Film Maju Kena
Mundur Kena (1983) dengan sutradara Arizal menjadi film yang paling laris diantara film-film
Warkop DKI yang lain seperti Mana Tahan (1979), Gengsi Dong (1980), Pintar-Pintar Bodoh
(1980), Manusia 6000000 Dollar (1981), Setan Kredit (1981), Dongkrak Antik (1982),
CHIPS-Cara Hebat Ikut Penanggulangan Masalah Sosial (1982), Pokoknya Beres (1983), dan Sama
Juga Bohong (1986) (http://inmystery.blogspot.com)
Warkop merupakan grup lawak Indonesia yang mampu bertahan sejak 1978 sampai waktu
yang memisahkan mereka. Selama Warkop di panggung penghiburan dan dibalik kamera,
professional adalah teman biasa serta menjadi teman seprofesi. Oleh sebab itu sejak tahun 1979
Warkop sudah menjadi kelompok professional di dunia hiburan khususnya perfilman. Sejak
pertengahan 1979, Warkop sudah dikenal dikalangan masyarakat Indonesia sampai ke
produser film. Sehingga banyak tawaran pada Warkop untuk bermain atau akting di depan
kamera, walaupun sama-sama bekerja di dunia hiburan, mereka masih merasa canggung. Film
Warkop DKI dibuat dan dirilis tahun 1979 dengan film pertama mereka yang berjudul “Mana Tahan”, yang laris di masyarakat Indonesia.
Kelebihan Warkop DKI dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran
intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa, maka mereka sadar
betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka. Dono, Kasino,
Indro merupakan pelawak yang cerdas. Selain membuat film dengan genre komedi, tak jarang
mereka sering menyisipkan pesan-pesan tersirat lewat film nya. Sering terdapat beberapa
bahasa satire dalam adegan di beberapa film Warkop DKI. Cerdasnya lawakan Warkop bisa
dipahami. Dono dan Kasino lulusan Universitas Indonesia, sedangkan Indro lulusan
Universitas Pancasila. Di jaman itu lulusan sarjana tentu tidak sebanyak saat ini.
Bagi mereka yang keburu punya stigma bahwa Warkop hanya menjual artis-artis cantik
akan disuguhi tontonan yang bermutu dari film-film semacam “Mana Tahan” atau “Gengsi Dong”. Film-film Warkop di periode itu kental dengan idealisme mereka dalam bentuk kritik sosial. Dalam sebagian film yang lahir di era orde baru, dimana masyarakat sulit untuk
mendapatkan kebebasan berpendapat, Warkop melalui lawakannya mampu menyisipkan sisi
kritik yang ditujukan untuk elite politik pada masa itu. Sutradara menyisipkan kritikan dalam
film nya yakni bertujuan untuk menyadarkan masyarakat yang menonton film tersebut, supaya
penonton dapat memahami situasi yang sedang terjadi di negaranya. Dengan begitu,
masyarakat akan terbuka pikirannya dan memiliki keberanian untuk melawan apa yang selama
ini masyarakat takut untuk menyuarakan pendapat di muka umum.
Kritik sosial dari Warkop lebih kentara lagi dalam kaset-kaset lawakan mereka. Kaset itu
sendiri adalah usaha Warkop untuk menyampaikan pesannya kepada khalayak ramai, setelah
sebelumnya mereka sering berurusan dengan aparat polisi karena lawakan panggungnya yang
dianggap banyak menyindir pemerintah orde baru. Sedangkan untuk film yang ragam
penontonnya lebih luas, Warkop menurunkan idealisme lawakannya, dan banyak menambahi
dengan komedi-komedi slapstik.
Tabel 1.1 Jumlah produksi film komedi Warkop DKI tahun 1980-1994
No. Tahun Judul Film
1. 1979 Mana Tahan
2. 1980 Gengsi Dong
3. 1980 Pintar-Pintar Bodoh
4. 1980 GeeR (Gede Rasa)
5. 1981 Manusia 6.000.000 Dollar
6. 1981 IQ Jongkok
7. 1981 Setan Kredit
8. 1982 Dongkrak Antik
9. 1982 Chips
10. 1988 Malu-Malu Mau
11. 1990 Mana Bisa Tahan
12. 1991 Lupa Aturan Main
14. 1993 Bagi-bagi dong
15. 1994 Pencet Sana Pencet Sini
Sumber: http://warkopdki-fci.blogspot.co.id/2012/12/daftar-daftar-film-warkop-dki.html
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Heru Chandra Nurhuda dalam
skripsinya yang berjudul “Kritik Sosial Dalam Film Komedi Warkop DKI Tahun 1980-1994”
mengatakan bahwa kebanyakan film warkop DKI mengungkapkan kehidupan masyarakat
masa orde baru yang pada umumnya masih ketergantungan pada pemerintah, dalam hal ini
film yang banyak mengkritik atau berupa sindiran kepada pemerintah supaya untuk menjadi
hal yang lebih maju serta menciptakan suatu kreatifitas-kreatifitas yang dimiliki
masing-masing individu.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melihat pesan apa saja yang disampaikan pada film “Warkop DKI Reborn” ini dan frekuensi kemunculan pesan yang berupa kritik yang ditujukan kepada pemerintah masa kini. Peneliti menggunakan metode
analisa isi untuk melihat pesan yang berupa kritikan yang terkandung dalam film ini.
1.2Rumusan Masalah
Pada penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana kritik sosial yang disampaikan lewat film Warkop DKI Reborn (dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis
Norman Fairclough)?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1Manfaat Teoritis
Memberikan tambahan pengetahuan atas media film sebagai media kritik sosial.
Selain itu juga menambah referensi kepustakaan dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis
terhadap perfilman.
1.4.2Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran atau pengetahuan
mengenai fungsi film sebagai media untuk menyampaikan pesan yang didalamnya bisa berisi
kritik sosial terhadap kehidupan yang sedang terjadi.
1.5 Definisi Konseptual 1. Pesan
Seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai,
gagasan, atau maksud yang ingin disampaikan oleh komunikator.
2. Kritik Sosial
Kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru di samping menilai gagasan
lama untuk suatu perubahan sosial. Kritik sosial sebagai salah satu bentuk komunikasi
dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap
jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat (Oksinata, 2010:33).
3. Film
Film merupakan sebuah karya seni berupa rangkaian gambar hidup yang diputar
sehingga menghasilkan sebuah ilusi gambar bergerak yang disajikan sebagai bentuk
hiburan. Film sering disebut juga sebagai movie atau moving picture. Film merupakan