• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dan Rumah Adat: Studi tentang Posisi dan Peran Perempuan dalam Perspektif Rumah Adat Sumba di Suku Loliampung Tarungabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur T1 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dan Rumah Adat: Studi tentang Posisi dan Peran Perempuan dalam Perspektif Rumah Adat Sumba di Suku Loliampung Tarungabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur T1 BAB III"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

konstruktivisme, yang bertujuan untuk mengangkat realitas atau fakta tentang posisi

perempuan dalam rumah adat sumba di kampung tarung Sumba Barat. Salim

(2006:71-72) mengungkapkan bahwa konstruktivisme merupakan paham yang digunakan untuk

menggambarkan realitas, karena setiap realitas adalah unik serta khas, untuk

mendapatkan validitasnya lebih banyak tergantung pada kemampuan penelitian dalam

mengkonstruksi realitas tersebut. Realitas yang dimaksudkan disini adalah posisi dan

peran perempuan dalam rumah adat dan kondisi yang memepengaruhi posisi dan peran

perempuan dalam rumah adat Sumba di kampung Tarung, Kabupaten Sumba Barat.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif Etnografi, yaitu mendeskripsikan

dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Etnografi adalah

pendekatan empiris dan teoretis yang bertujuan mendapatkan deskripsi dan analisis

mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan yang intensif. Menurut

Emzir (2012:18) etnografi adalah ilmu penulisan tentang suku bangsa, menggunakan

bahasa yang lebih kontemporer, Etnografi dapat diartikan sebagai penulisan tentang

kelompok budaya. Alasan penggunaan metode Etnografi karena metode ini cocok dengan

fokus penelitian yang dilakukan yaitu kebudayaan Sumba di kampung Tarung dalam hal

ini nilai-nilai yang membedakan posisi dan peran antara perempuan dan laki-laki dalam

rumah adat Sumba.

3.3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

eksplaratoris. Menurut Nazir (1983:63), metode deskriptif adalah suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem

(2)

deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antarfenomena yang

diselidiki. Sedangkan eksplaratoris menurut Menurut Umar (1999:36) adalah penelitian

yang bertujuan untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan

variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Jadi,

yang dimaksud deskripsi dalam penelitian ini adalah menggambarkan posisi dan peran

perempuan dalam rumah adat, sedangkan eskplanoris untuk mejelaskan kondisi-kondisi

yang mempengaruhi posisi dan peran perempuan dalam rumah adat di kampung Tarung,

Kabupaten Sumba Barat.

3.4. Unit Amatan dan Unit Analisis

Satuan pengamatan ialah sesuatu yang dijadikan sumberuntuk memperoleh data

dalam rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang satuan analisis. Kemudian untuk

satuan analisis ialah aras agregas dari data yang dikumpulkan untuk dianalisis dalam

rangka menjawab persoalan-persoalan penelitian. (Ihalauw, 2004;174-178). Jadi, dalam

penelitian ini yang menjadi unit amatan adalah rumah adat yang secara keruangan

terdapat perbedaan posisi dan peran perempuan dalam hal ini istri dan laki-laki, serta

interaksi perempuan dan laki-laki yang diatur dalam rumah adat di kampung Tarung,

Kabupaten Sumba Barat. Sedangkan unit analisis adalah bagaimana posisi dan peran

perempuan dalam rumah adat, dan konidisi-kondisi yang mempengaruhi posisi dan peran

perempuan dalam rumah adat,di kampung Tarung, Kabupaten Sumba Barat.

3.5. Sumber Data

Untuk memperoleh informasi maka dibutuhkan sumber informasi, dengan menentukan

beberapa informan kunci (key informan), diantaranya adalah (1) Rato (ketua adat) , (2)

Tokoh Masyarakat (3) Perempuan, yang dalam hal ini dikategorikan sebagai berikut Istri

(ibu) 3 orang, anak mantu 4 dan anak kandung 1 orang, maksud dari pengkategorian ini

agar bisa membedakan pandangan dan pemahaman masing-masing perempuan yang

berada dalam rumah adat. Pemilihan sumber data di atas melalui pertimbangan bahwa

Rato merupakan ketua adat di dalam kampung Tarung, dengan begitu peneliti bisa

mengetahui, posisi dan peran perempuan dalam rumah adat dan kondisi-kondisi yang

(3)

data perempuan bertujuan untuk mengetahui pemahaman perempuan terhadap posisi dan

peran dalam rumah adat. Sedangkan untuk pemilihan sumber data Tokoh Masyarakat

bertujuan untuk mengetahui pandangan orang Sumba terhadap perempuan Sumba.

3.6. Jenis Data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari informan penelitian

perorangan, kelompok dan organisasi (Rosady, 2003;29). Dalam hal ini yaitu Rato

(tetua-tetua),Perempuan yang dalam hal ini dibatasi 10 orang dan tokoh masyarakat. Data

sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia)

melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan diberbagai organisasi atau perusahaan,

termasuk majalah jurnal, khusus pasar modal, perbankan dan keuangan (Rosady,

2003;29). Yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini yaitu dari jurnal, tesis, Koran,

dan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang paling strategis dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar

data yang ditetapkan. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan pada

natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan tehknik pengumpulan

data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant Observation), wawancara

mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.. Musta’in Mashud (dalam Suyatno &

Sutinah, 2007;69) mengatakan bahwa wawancara merupakan cara yang dipergunakan

untuk mendapat informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara

bertatap muka (face to face). Untuk memperoleh data yang memadai sebagai cross ceks,

seorang peneliti dapat menggunakan teknik, beberapa teknik wawancara yang sesuai

dengan situasi dan kondisi subjek yang terlibat dalam interaksi sosial yang dianggap

memiliki pengetahuan, mendalami situasi dan mengetahui informasi untuk mewakili

infoermasi atau data yang dibutuhkan untuk menjawab tujuan penelitian (Yamin,

2008;217). Untuk memperoleh data yang lengkap, teknik pengumpulan data dalam

(4)

Sebelum melakukan penelitian ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan peneliti

untuk mendapatkan ijin peneltian, maka dibawah ini merupakan mekanisme yang telah di

lalu penelti agar mendapatkan ijin penelitian.

Pada hari senin tanggal 24 oktober 2016 peneliti pergi ke kantor Kesbangpol

Sumba Barat untuk memberikan surat ijin peneltian, namun sampai di sana ada

perubahan, ternyata harus melapor ke bupati setelah mendapatkan disposisi baru kembali

ke kesbangpol. Pada tanggal 25 oktober 2016 peneliti pergi ke kantor bupati Sumba Barat

untuk mendapakan surat ijin penelitian dan disposisi yang harus di tanda tanganin

langsung oleh bupati, namun pada saat yang bersamaan bapak bupati pergi ke kota

kupang dalam beberapa hari kedepan untuk urusan dinas. Pada tanggal 31 oktober 2016

peneliti pergi kembali ke kantor bupati dan harus menunggu cukup lama karena bapak

bupati sedang rapat, pada jam 14:00 WIB siang baru peneliti mendapatkan disposisi dari

bupati Sumba Barat. Pada tanggal 1 november 2016 peneliti baru mulai pergi ke kantor

Kesbangpol kabupaten Sumba Barat untuk memberikan surat disposisi dari bapak bupati

dan setelah melakukan beberapa mekanisme yang ada akhirnya surat penelitian saya

keluar dan setalah itu saya meminta surat di ujukan untuk kantor kecamatan loli,kantor

lurah Sobawawi, dan dinas pariwisata. Pada tanggal 2 november 2016 peneliti pergi ke

kantor kecamatan loli untuk membawa surat disposisi yang telah dikeluarkan oleh

Kesbangpol lalu mendapatkan disposisi ke kantor kelurahan Sobawawi karena kampung

Tarung masuk dalam wilayah administrasi kelurahan Sobawawi, kecamatan loli

kabupaten Sumba Barat. Setelah dari kantor kecamatan Loli peneliti langsung bergegas

pergi ke kantor lurah Sobawawi untuk meminta ijin turun ke kampung tarung, dan

akhirnya surat ijin penelitian keluar dan peneliti sudah boleh melakukan peneltian. Baru

pada tanggal 5 november peneliti melakunakan penelitian di karenakan Rato lado atau

ketua adat sedang melakukan persiapan ritual untuk menyambut tahun baru suku loli

yang biasa dikenal dengan wulla poddu.

Setelah melalui mekanisme-mekanisme diatas dan sudah mendapatkan ijin dan

mendapatkan waktu yang pas untuk bertemu denga Rato adat. Akhirnya penelitian ini

bisa dilakukan dan Dalam penelitian ini melakukan wawancara mendalam dengan Rato

(5)

Wawancara mendalam kepada Rato adat (tetua-tetua) terkait pembagian posisi

dan peran perempuan dalam rumah adat dan kondisi yang mempengaruhi posisi dan

peran perempuan dalam rumah adat, wawancara mendalam kepada perempuan terkait

pemahaman perempuan mengenai posisi dan peran perempuan Sumba dalam rumah adat,

sedangkan wawancara bersama tokoh masyarakat mengenai pandangan orang Sumba

terhadap perempuan Sumba. Sehingga mendapatkan data yang lengkap dan akurat sesuai

dengan yang menjadi tujuan penelitian yakni memperoleh gambaran tentang posisi dan

peran perempuan dan kondisi yang mempengaruhi posisi dan peran perempuan dalam

rumah adat di kampung Tarung, Kabupaten Sumba Barat.

Dalam penelitian ini maka yang menjadi tempat observasi adalah rumah adat

Sumba dan mengamati aktifitas-aktifitas perempuan didalam rumah dan diluar rumah di

dalam kampung Tarung, Kabupaten Sumba Barat.

Kesulitan yang dialami pada saat penelitian ini yaitu yang pertama, pada saat

melakukan penelitian di kampung Tarung sedang menjalankan ritual atau prosesi adat

Wulla Poddu, sehingga sulit bagi peneliti untuk mendapatkan waktu yang banyak untuk

melakukan wawancara dan verifikasi data terkait jumlah yang sedang menempuh

pendidikan. Sehingga data terkait jumlah yang sedang menempuh pendidikan di ambil

dari kelurahan Sobawawi, data yang ada hanya pada tahun 2014 dan belum ada

data-data terbaru dari kampung Tarung. Yang kedua, kesulitan dalam penelitian ini peneliti

tidak mendapatkan hasil yang sesuai apa yang diharapkan karena ketika melakukan

wawancara terhadap perempuan hanya beberapa saja yang bersedia untuk diwawancarai

dan itu pun dilakukan secara berkelompok. Yang ketiga, kekurangan dalam penelitian ini,

yaitu jawaban atas pertanyaan mengenai mengapa harus istri dan anak mantu perempuan

yang mendapatkan larangan. Rato hanya menjelaskan larangan itu karena berasal dari

leluhur dan berhubungan dengan kesakralan (spriritual). Namun tidak diungkapkan

dengan jelas mengapa perempuan yang dalam hal ini istri dan anak mantu saja yang

mengalami larangan-larangan dalam rumah adat. Kita bisa melihat bahwa larangan hanya

berlaku untuk istri dan anak mantu karena mereka mereka merupakan suku yang kawin

(6)

3.8. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif, sehingga data yang dianalisis

merupakan data kualitatif. Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) dalam

Maleong (1988:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang data dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa

yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Miles

dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kulaitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction (reduksi data),

data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (penarikan

kesimpulan), (Sugiyono, 2010:430).

Data Reduction (Reduksi Data) Miles dan Huberman (1984) mengatakan bahwa

mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila

diperlukan (Sugiyono, 2010:431).

Data Display (Penyajian Data) Penyajian data bias dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini, Miles

dan Huberman (1984) menyatakan yang paling sering digunakan untuk penyajian data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan

mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa apa yang telah dipahami tersebut

(Sugiyono 2010: 434).

Conclusion Drawing/Verivication Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif

menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi

(7)

valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupak kesimpulan yang kredibel (Sugiyono 2010:

436).

3.9. Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi dilakukan penelitian ini adalah di Kampung Tarung

Kabupaten Sumba Barat. Alasan pemilihan lokasi tersebut dengan pertimbangan:

a. Karena di kampung Tarung merupakan salah satu kampung besar yang dimana dalam

rumah adatnya terdapat pembagian posisi dan peran perempuan dan laki-laki.

b. Karena di kampung Tarung, merupakan kampung yang letaknya di tengah kota,

sehingga sangat menarik untuk melihat bagaimana pengaruh globalisasi terhadap

struktur bangunan rumah adat maupun pembagian posisi dan peran perempuan dalam

rumah adat sumba.

c. Karena peneliti berasal dari tempat dilakukan penelitian ini yaitu dari Kabupaten

Referensi

Dokumen terkait

Dinamika Konflik Agraria dalam Masyarakat Adat (Studi di Suku Mbay dan Suku Dhawe, Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur) Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain

RUMAH ADAT DAN PAKAIAN ADAT SUKU DI INDONESIA1. PROVINSI

Hal ini pulalah yang akan penulis bahas lebih lanjut yaitu terkait dengan bagaimana status dan kedudukan anak perempuan dalam sistem kewarisan adat khususnya dalam masyarakat adat

Beberapa rumah adat mulai menggunakan seng sebagai bahan penutup atap, paku sebagai pengganti ikatan tali yang terbuat dari akar pohon serta penyekatan ruang di dalam rumah

Abstrak: Tujuan penelitian ini Adalah untuk mengetahui upaya-upaya masyarakat dalam mempertahankan dan Faktor-faktor penghambat dalam mengembangkan Rumah Adat Pelang

Pengetahuan dasar yang berupa inti ide, gagasan, dan pola pikir masyarakat dalam membangun arsitektur interior rumah adat Bena diatas kemudian dijadikan suatu pedoman

Bentuk arsitektur, proses pembuatan atau pendirian rumah adat serta fungsi rumah adat seharusnya di perkenalkan bahkan seharusnya diwajibkan bagi generasi muda

Untuk keperluan pesta adat dan pesta-pesta lainnya, kaum lelaki dari Kabupaten Sumba Timur menggunakan kain dan perlengkapannya seperti kain yang di gunakan pada waktu