• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepuasan Hidup dan Partisipasi Politik N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kepuasan Hidup dan Partisipasi Politik N"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Kepuasan Hidup dan Partisipasi Politik Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Banjarmasin

Luhung Tegar Fibriliansa Tutut Chusniyah Aji Bagus Priyambodo Universitas Negeri Malang E-mail: Luhungt@gmal.com

Absrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang kepuasan hidup sebagai prediktor partisipasi politik narapidana. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif dan prediktif. Populasi pada penelitian ini sebanyak 1929 orang narapidana LP kelas II A Banjarmasin dan sampel yang digunakan sebanyak 103 orang narapidana dengan teknik insidental sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala kepuasan hidup dan partisipasi politik. Uji hipotesis yang digunakan adalah regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa narapidana LP kelas IIA Banjarmasin memiliki kepuasan hidup dan partisipasi politik cenderung tinggi karena rata rata yang dimiliki lebih besar daripada rata rata yang diharapkan, Kepuasan hidup sebagai prediktor memiliki nilai signifikansi 0.002 dan nilai determinasi 0.299 .

Kata Kunci: Kepuasan Hidup, Partisipasi Politik, Narapidana

Abstract

This research aims to obtain data about life satisfaction of convicts, political participation of convicts, and life satisfaction is able to predict political participation of convicts. This is a quantitative research with descriptive and predictive method. The populations of this research are 1929 convicts of Correctional Institution Class IIA Banjarmasin and the samples are 103 convicts by using incidental sampling technique. The instrument of this research is using life satisfaction and political participation scal. The hypothesis test is using simple regression. The results of this research shows that convicts of Correctional Institution Class IIA Banjarmasin have high life satisfaction and high political participation because the average is higher than the expected average. Life satisfaction as predictors has significant value of 0.0002 and determination value of 0.299.

(2)

Partisipasi politik bukanlah hal yang baru dan dekat dengan kehidupan kita sehari hari yang dilakukan secara sukarela seperti mengkritisi kebijakan pemerintah, turut mengikuti jalannya rapat pengambilan keputusan dan aktif pada pemilihan umum yang secara sadar atau tidak mempengaruhi kebijakan yang dibuat pemerintah. Pendapat tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh McClarway (1972) bahwa partisipasi politik merupakan kegiatan sukarela yang dilakukan masyarakat dalam memilih penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan.

Partisipasi politik adalah kegiatan yang dilakukan warga negara untuk memilih pemimpin dan secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi kebijakan yang akan dibuat pemerintah. Pendapat tersebut didukung oleh Budiardjo (2008) menyatakan bahwa partisipasi politik adalah seseorang atau sekelompok orang yang ikut secara aktif dalam kehidupan politik secara langsung ataupun tidak langsung yang mempengaruhi kebijakan pemerintahan. Negara kita telah melalui berbagai macam bentuk pemerintahan dengan partisipasi politik yang berbeda beda dari orde lama yang memiliki banyak partai, orde baru yang hanya memiliki tiga partai dan pembatasan kebebasan berpendapat hingga reformasi yang memiliki banyak partai dan kebebasan berpendapat.

Partisipasi politik seseorang dipengaruhi oleh kesadaran politik, kepercayaan dan kepuasan hidup. Pada dasarnya seseorang memilih karena telah puas akan kehidupannya dalam segala hal baik status sosial maupun ekonomi. Pendapat tersebut didukung oleh Shapiro dan Winters (2008) yang menyatakan bahwa indvidu yang ingin memilih merasa puas akan kehidupannya.

(3)

sedang dihukum dengan dihilangkannya kebebasannya dan didalam LP sendiri tidak mengenal kampanye hanya ada poengenalan calon oleh KPU.

Berdasarkan fenomena tersebut diketahui jika warga binaan yang dalam hal ini narapidana memiliki tingkat partisipasi politik yang tinggi sehingga terus aktif dalam mengikuti pemilihan umum, percaya terhadap pemerintahan dan ingin terlibat dalam politik serta mengikuti dan memahami masalah politik. Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan Budiardjo (2008) mengatakan bahwa tingginya partisipasi politik menunjukkan bahwa masyarakat mengikuti dan memahami masalah politik serta ingin melibatkan diri. Surbakti (2003) juga menyatakan bahwa kesadaran dan kepercayaan politik merupakan faktor yang mempengaruhi tinginya partisipasi politik.

Tingginya partisipasi politik dalam LP tidak lepas dari fenomena lain yakni keluarga narapidana yang terus mendukung dan tidak malu dengan datang berkunjung meski sanak keluarganya menjadi narapidana. Fenomena ini membuat seorang narapidan menerima kondisi yang ada, ingin berubah dan yakin akan masa depan yang pada akhirnya kiembali memiliki kepuasan hidup.

Kepuasan hidup merupakan komponen kognitif dari kesejahteraan subjektif sedangkan emosi positif dan negatif merupakan komponen affektif pada kesejahteraan subjektif. Kepuasan hidup dapat dimiliki jika seseorang mampu mengevaluasi kehidupannya selama ini. Pendapat tersebut didukung oleh Diener dkk (1985) yang berkata bahwa untuk memperoleh kepuasan hidup secara keseluruhan seseorang harus mengevaluasi keseluruhan hidupnya. Pada dasarnya seorang yang puas akan ingin berubah, menerima kondisinya baik di masa lalu, saat ini dan yang akan datang, serta menerima apapun penilaian orang terhadapnya.

(4)

dan yakin akan masa depan, serta menerima penilaian orang lain akan memiliki kepuasan hidup.

Namun pada narapidana yang merupakan seorang yang memiliki masa lalu yang buruk, ketakutan akan penolakan setelah bebas yang mempengaruhi keyakinannya setelah bebas dan kondisi saat ini yang dapat dikatakan merupakan aib bagi keluarga dapat tetap memiliki kepuasan hidup. Berdasarkan wawancara yang dilakukan sebelum penelitian kepada dua orang narapidana didapatlah hasil bahwa mereka menerima kondisinya saat ini dengan merasa kebahagiaan selama didalam LP karena bekerja ataupun mengenal orang lain.

Selain menerima kondisi yang ada dari wawancara yang dilakukan sebelum penelitian terhadap dua orang narapidana diketahui pula bahwa mereka memiliki keinginan untuk berubah dibuktikan dengan salah seorang subyek yang menayatakan dengan tegas ingin berubah karena ingat keluarga. Selain itu subyek penelitian lain menyatakan tidak ingin lagi memakai narkoba.

Pada penelitian ini terdapat fenomena keluarga narapidana yang terus mendukung dan tidak malu dengan datang berkunjung meski sanak keluarganya menjadi narapidana. Fenomena ini membuat seorang narapidan menerima kondisi yang ada, ingin berubah dan yakin akan masa depan yang pada akhirnya kiembali memiliki kepuasan hidup.

(5)

seorang subyek yang menyatakan bahwa merasakan kebahagiaan terutama saat bekerja.

Hasil wawancara dapat disimpulkan meski sedang berada dalam hukuman berupa pencabutan kebebasan dan berbagai anggapan masyarakat terkait dirinya, Narapidana tetap memiliki kepuasan dalam hidupnya sehingga mampu menerima kondisinya, memiliki rasa kasih sayang dan pekerja keras.

Lokasi penelitian ini berada pada lembaga pemasyaraklatan kelas IIA Banjarmasin. Lembaga pemasyarakatan adalah tempat pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang didasarkan pada Pancasila sehingga dapat diterima kembali di masyarakat.Narapidana adalah seseorang yang perilakunya dianggap tidak sesuai dengan lingkungan dan harus diperbaiki dengan penghapusan kebebasan. Pernyataan tersebut didukung oleh UU no.12 tahun 1995 adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kebebasan di dalam penjara. Sedangkan menurut Harsono (dalam Azani, 2012) narapidana adalah manusia yang sedang berada di persimpangan karena harus memilih akan meninggalkan atau tetap pada perilakunya yang dahulu dan tengah mengalami krisis disosialisasi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian terkait kepuasan hidup sebagai prediktor partisipasi politik pada narapidana lembaga pemasyaraktan kelas IIA Banjarmasin.

Metode

(6)

digunakan penelitian korelasional karena penulis ingin mengetahui kontribusi kepuasan hidup terhadap partisipasi politik. Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu kepuasan hidup dan partisipasi politik.

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sebagai sumber data adalah narapidana atau warga binaan lembaga pemasyarakatan kelas IIA Banjarmasin yang masih terdaftar sebagai narapidana atau warga binaan saat penilitan ini berlangsung, masuk kedalam daftar pemilih tetap pada pemilihan umum kepala daerah 9 desember 2015, berakal sehat, sudah berada di dalam lembaga pemasyaraktan kelas IIA saat pemilihan umum kepala daerah berlangsung pada 9 desember 2015 dan berusia lebih dari 17 tahun sebanyak 1929 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIA Banjarmasin sebanyak 103 orang. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik insidental sampling. Teknik sampel ini dirasa pas karena populasi yang diiginkan penulis selalu berubah setiap harinya dengan perubahan yang tidak diketahui penulis.

Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapau dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala atau kuesioner yang mengacu pada skala Likert. Skala kepuasan hidup ini disusun berdasarkan aspek kepuasan hidup yang dikemukakan oleh Diener (1999) mengatakan aspek dalam kepuasan hidup terdiri dari (a) keinginan untuk mengubah kehidupan, (b) kepuasan terhadap kehidupan saat ini, (c) masa lampau dan (d) masa depan serta (e) penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang. Skala Partisipasi politik ini disusun berdasarkan konsep teori Almond (dalam Tarigan, 2010). Aspek partisipasi politik terbagi menjadi dua yakni konvensional dan non konvensional. Uji coba penyebaran instrumen penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Setelah dilakukan uji coba maka diketahui instrumen penelitan ini telah valid dan memiliki koefisien reliabilitas yang reliabel.

(7)

Banjarmasin. Pada penelitian ini penulis mengklasifikasikan tiap skala menjadi tiga yaitu tinggi, sedang dan rendah. Analisis deskriptif dalam penelitian ini menggunakan rumus mean dan standar deviasi. Dengan demikian, data penelitian dapat lebih mudah untuk di interpretasikan dan dimengerti.

Uji asumsi yang dilakukan adalah (a) nilai berdistribusi normal, (b) antar variabel bersifat linier, (c) tidak terjadi heterokedatisitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel berdistribusi normal atau tidak. Teknik yang digunakan adalah Shapiro–wilk. Jika p > 0,05 maka distribusi data dinyatakan normal. Sedangkan jika p < 0,05 maka distribusi dinyatakan tidak normal. Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari variabel tersebut linear atau tidak. Untuk menganalisanya digunakan annava. Data dikatakan bersifat linear, jika nilai linearity < 0,05. Selain itu, bisa juga dengan melihat deviation from linearity > 0,05 berarti tidak ada penyimpangan dari linearitas. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik heterokedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi (tidak konsisten). Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi heteroskedastisitas dengan menggunakan glejser dengan nilai signifikansi ≥ 0,05 yang berarti tidak terdapat gangguan heteroskedastisitas sehingga data yang kita peroleh konsisten.

Dalam penelitian tentang kepuasan hidup dan partisipasi politik ini, uji hipotesis yang digunakan adalah regresi sederhana. Teknik regresi sederhana digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yaitu kepuasan hidup sebagai prediktor dari partisipasi politik pada narapidana kelas IIA Banjarmasin.

Hasil Analisis

(8)

berada pada kategori respon sedang atau rata rata dan 15 orang (14,6%) berada pada kategori respon tinggi.

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas, linieritas dan heterokedastisitas. Hasil uji normalitas menggunakan analisis shapiro-wilik diperoleh p (signifikansi) sebesar 0,886 ( ≥ 0,05) untuk variabel kepuasan hidup dan 0,694 ( ≥ 0,05) untuk variabel partisipasi politik. Sehingga dapat dikatakan data kedua skala yang digunakan berdistribusi normal. Hasil uji linieritas diperoleh nilai p (signifikansi) linearity sebesar 0.001 (≤ 0.05) sehingga dapat dikatakan memiliki hubungan linier. Meski deviation from linerity 0.035 (≤ 0.05) tetap dapat dikatakan linier dikarenakan cukup salah satu terpenuhi saja sudah cukup menunjukkan linieritasnya. Sedangkan untuk uji heterokedastisitas diketahui bahwa kepuasan hidup memiliki p (signifikansi) 0,722 ( ≥ 0,05) sehingga tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada variabel yang berarti variabel pada penelitian ini konsisten.

Setelah melakukan uji asumsi selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan uji regresi sederhana. Variabel independen (kepuasan hidup) mampu menjelaskan hubungan antara kepuasan hidup pada partisipasi politik dengan nilai R=0,299. Sedangkan koefisien determinasi (R Square) pada kepuasan hidup sebesar 0,090 yang mengandung pengertian bahwa kontribusi variabel kepuasan hidup dengan partisipasi politik adalah sebesar 9%. Melalui uji regresi diketahui nilai p (signifikansi) sebesar 0,002 ( < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima yang berarti kepuasan hidup mampu memprediksi partisipasi

politik. Pembahasan

Kepuasan Hidup dan Partisipasi Politik Narapidana

Berdasarkan analisis deskripsi data kepuasan hidup narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIA Banjarmasin berada dalam kategori sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIA Banjarmasin cenderung memiliki kepuasan hidup yang biasa atau rata rata.

(9)

berarti narapidana mampu menikmati setiap perjalanan hidupnya dan menilai positif apa yang telah dilaluinya. Kepuasan hidup narapidana cenderung sedang karena pada penelitian ini tedapat fenomena meski anggota kelurga mereka terkena hukuman dan menjadi narapidana namun anggota keluarga yang lain tidak malu dan tetap menjenguk serta menjaga hubungan hubungan dengan baik. Fenomena ini membuat seorang narapidana dengan kondisi yang sedang dihukum dengan pengambilan kemerdekaannya dapat tetap merasakan kepuasan hidup seperti mereka yang berada di luar lembaga pemasyarakatan.

Berdasarkan analisis deskripsi data partisipasi politik narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIA Banjarmasin berada dalam kategori sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIA Banjarmasin cenderung memiliki partisipasi politik yang biasa atau rata rata.

(10)
(11)

Kepuasan Hidup sebagai Prediktor Partisipasi Politik Narapidana

Kepuasan hidup mampu memprediksi partisipasi politik sehingga jika seorang yang memiliki kepuasan hidup akan aktif berpartisipasi politik, maka hipotesis yang diajukan dapat diterima dan memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Shapiro dan Winters pada tahun 2008 yang menyatakan bahwa sembilan negara yang memberlakukan warganya wajib mengikuti pemilu memiliki rata rata kepuasan hidup sebesar 2,81 (dalam skala 4) sedangkan sembilan negara yang tidak mewajibkan warganya mengikuti pemilu rata rata kepuasan hidupnya sebesar 3,12. Shapiro dan Winters juga menyatakan seorang yang ikut dalam pemilu lebih puas 0,06% pada kehidupannya.

Rendahnya kontribusi yang diberikan oleh kepuasan hidup dapat terjadi karena kepercayaan kepada pemerintah yang rendah. Hal tersebut didasari atas pernyataan narapidana yang menyatakan bahwa melalui pemilu diharapkan penegakan hukum di Indonesia akan lebih baik dan adil sehingga tidak ada masyarakat yang dikorbankan demi mengejar target pengungkapan (Maskuriah, 2014). Salah seorang narapidana yang menjadi subyek dalam penelitian ini menulis catatan yang menyatakan bahwa proses hukum yang ada di Indonesia tidak sehat dan meminta agar dilakukan riset kasus hukum TIPIKOR karena dianggap olehnya penuh dengan rekayasa. Bila seseorang berpartisipasi politik didasari oleh kepercayaan politik maka kepuasan hidup akan lebih mampu memprediksi partisipasi politiknya. Sesuai dengan yang dikatakan surbakti (2003) bahwa kesadaran dan kepercayaan kepada pemerintah mempengaruhi partisipasi politik.

(12)

akan hak dan kewajiban yang dimilikinya sebagai warga Negara. Dorongan berupa kebencian yang dipengaruhi oleh kepuasan hidup dapat membuat partisipasi politik tinggi karena keyakinan akan masa depan dan keinginan merubah hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Weimer (dalam Likuayang, 2015) yakni faktor modernisasi dimana masyarakat sadar bahwa keikutsertaan mereka dapat mempengaruhi nasibnya.

Saran

Saran yang dapat penulis berikan antara lain meningkatkan kapuasan hidup dan partisipasi politik yang dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan seperti majelis dengan pencaramah dapat diisi dari warga binaan guna meningkat kepedulian sesama warga lembaga pemasyarakatan dan lingkungan sekitar, dan konseling berkelompok agar sesama penghuni dan petugas dapat saling mengetahui masalah yang dihadapi tiap anggota kelompok konseling tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepedulian warga binaan. Sedangkan untuk penelitian selanjutnya diharapkan lebih memeperhatikan kepercayaan politik, kepuasan demokrasi, status sosial ekonomi, dan kesadaran politik.

DAFTAR RUJUKAN

Arianto, Bismar. 2011. Analisis Penyebab Masyarakat Tidak Memilih dalam Pemilu. Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, 1 (1): 51.

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azani. 2012. Gambaran Psikological Well Being Mantan Narapidana. Jurnal Emphaty, 2 (1): 1-18.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

(13)

Diener, Ed., Emmons, R.A.,Larsen, R.J. & Griffin, S. (1985). The Satisfaction with Life Scale. Journal of Personality Assessment, 49, 71 – 75.

Direktorat Jendral Permasyarakatan. 2013. Sejarah Lembaga Pemasyarakatan. (online), (http://ditjenpas.go.id/sejarah), diakses 10 desember 2015.

Huntington S.P., Nelson J. 1994. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta.

Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Komisi Pemilihan Umum. 2015. Data PILKADA Provinsi Kalimantan Selatan , (online), (https://pilkada2015.kpu.go.id/kalselprov/kota_banjarmasin), diakses pada 16 November 2016.

Likuayang,M.M., dkk. 2015. Partisipasi Politik Masyarakat pada Pemilihan Legislatif di Minahasa Tenggara tahun 2014. Jurnal Politico, 1 (7).

Maskuriah, Ulul. 2014. Pencoblosan Lapas Teluk Dalam. Antara Kalsel.com, (Online), (http://www.antarakalsel.com/berita/17104/pencoblosan-lapas-teluk-dalam-lancar) , Diakses 20 Oktober 2015

McClarway, H. 1972. Political Participation. New York: The Macmillan Company.

Referensi

Dokumen terkait

Profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang menggunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern

Tipologi solusi formulasi kebijakan dalam penyelesaian masalah publik dan model formulasi kebijakan perencanaan pembangunan perdesan berbasis partisipasi publik

Penelitian ini menguji isolat bakteri endofit rimpang temulawak ( Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap bakteri Streptococcus agalactiae dan Aeromonas hydrophilla

Variabel Gaya kepemimpinan (X3) berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y) karena mempunyai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 5,983 &gt; 2,008. Hasil penelitian ini

1) Mengatur suhu tubuh. Bila kekurangan air suhu tubuh akan menjadi panas dana naik. Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan

yang tentunya meminta ganti rugi atas kehilangan kendaraannya harus berhadapan dengan dalil pengelola parkir bahwa perjanjian parkir adalah perjanjian sewa lahan

Jika dilihat dari tingkat efisiensi ekonomis yang telah dicapai oleh petani menunjukkan bahwa usahatani petani padi anorganik Kecamatan Rakit Kulim memberikan

menyelesaikan Landasan Teori dan Program, Projek Akhir Arsitektur LXVII yang.. berjudul ” Rumah Retret di Salatiga ” , ini