• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEDIAAN DAN PEMERATAAN FASILITAS PEND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENYEDIAAN DAN PEMERATAAN FASILITAS PEND"

Copied!
271
0
0

Teks penuh

(1)

i

DI KOTA SALATIGA

TESIS

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota

Oleh :

BAMBANG PRAMUSINTO L4D 009 005

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

ii

DI KOTA SALATIGA

Tesis diajukan kepada

Program Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Oleh :

BAMBANG PRAMUSINTO L4D 009 005

Diajukan pada Sidang Ujian Tesis Tanggal 7 Januari 2011

Dinyatakan Lulus

Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Magister Teknik

Semarang, 7 Januari 2011

Tim Penguji

Ir. H. Hadi Wahyono, MA – Pembimbing : ___________________

Dra. Bitta Pigawati, MT – Penguji : ___________________

Iwan Rudiarto, ST, M.Sc, PhD – Penguji : ___________________

Mengetahui Ketua Program Studi

Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana Unversitas Diponegoro

(3)

iii

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tert ulis diakui dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dalam tesis saya ternyata

ditemui duplikasi, jiplakan (plagiasi) dari tesis orang lain/institusi lain maka saya bersedia melepaskan gelar Magister Teknik dengan penuh rasa tanggung jawab.

Semarang, 7 Januari 2011

(4)

iv

(5)

v

melandasi jenjang pendidikan berikutnya dan meningkatkan kualitas SDM, sehingga idealnya sekolah tersedia secara mencukupi dan merata. Untuk meningkatkan pelayanan pendidikan dasar di Kota Salatiga maka diperlukan penyediaan dan pemerataan fasilitas dikdas berupa SD dan SMP secara optimal. Permasalahan dalam penyediaan dan pemerataan sekolah pada jenjang pendidikan dasar di Kota Salatiga diantaranya adalah penyediaan jumlah sekolah tidak sesuai kebutuhan, sekolah yang berstandar nasional dan terakreditasi masih kurang, daya tampung sekolah tidak sesuai ketentuan, lahan sebagian sekolah tidak sesuai sebagai lokasi sekolah, sebaran lokasi sekolah kurang merata, serta aksesibilitas dan jangkauan pelayanan sebagian sekolah kurang baik.

Penelitian kuantitatif ini bertujuan mengkaji kondisi dan faktor-faktor penyebab pada penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga. Berdasarkan tinjauan pustaka, penyediaan sekolah terkait dengan jumlah, jenis, daya tampung, dan kesesuaian lahan sekolah sedangkan pemerataan sekolah terkait dengan sebaran, aksesibilitas, dan jangkauan pelayanan sekolah sehingga kajian terhadap penyediaan dan pemerataan sekolah dilakukan pada aspek-aspek tersebut sebagai variabel penelitian.

Berdasarkan hasil analisis, diketahui jumlah SD melebihi kebutuhan dan secara umum terletak pada lokasi yang sesuai sebagai lokasi sekolah. Namun jumlah SD yang besar tersebut memiliki daya tampung rendah serta belum diimbangi dengan penyediaan jenis SD yang bermutu secara mencukupi. Pada aspek pemerataan SD, partisipasi bersekolah pada jenjang SD sudah termasuk tinggi namun terdapat disparitas partisipasi bersekolah yang besar antar kelurahan. Pada jenjang SMP, penyediaan jenis SMP yang berstandar nasional dan terakreditasi cukup banyak dan memiliki daya tampung per kelurahan serta memiliki kesesuaian lahan yang baik namun jumlah SMP yang tersedia justru belum memenuhi kebutuhan. Pada aspek pemerataan SMP, sama halnya seperti SD, partisipasi bersekolah pada jenjang SMP termasuk tinggi namun terdapat disparitas partisipasi bersekolah yang besar antar kelurahan. Disparitas tersebut berkaitan dengan pola sebaran SD dan SMP di Kota Salatiga yang cenderung mengelompok di wilayah Kecamatan Sidorejo saja.

Kesimpulan dalam penelitian ini diantaranya adalah penyelenggaraan pendidikan dasar di Kota Salatiga kurang efektif dan efisien sehingga perlu ditingkatkan. Selain itu juga disimpulkan bahwa kriteria-kriteria teoritis penyediaan dan pemerataan sekolah kurang terpenuhi di Kota Salatiga. Hal tersebut terlihat dari adanya kecenderungan sekolah untuk berlokasi di Kelurahan. Sidorejo Lor dan Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo. Rekomendasi yang dapat disampaikan diantaranya adalah peningkatan mutu SD, pengurangan jumlah SD pada kelurahan yang mengalami oversupply jumlah SD, penambahan jumlah SMP, khususnya pada kelurahan yang belum memiliki SMP.

(6)

vi

because elementary education is the basic to the next education level and it improves human resources, therefore ideally schools are well provided and distributed. To improve elementary education in Salatiga Municipality, it is obviously necessary to provide optimum provision and even distribution of elementary education facilities. However, there are some problems of provision and even distribution of elementary education in Salatiga Municipality such as: the amount of schools provided does not fulfill the needs of the society, less provision of qualified schools, the schools’ capacities are not optimum, poor schools’ land suitability, uneven school distribution, and lack of schools’ accesibilities and range of services.

This quantitative research is aimed to analyze the condition and factors of provision and even distribution of elementary education facilities in Salatiga Municipality. Based on literature review, the provision of schools is strongly related to amount, types, capacity, and land suitability of schools. In the other hand, the distribution of schools is related to schools dispersion, accessibility, and range of service. Therefore the analysis is focused on those aspects as variables.

Analysis finds that the provision of Elementary Schools has exceeded the need and generally located on suitable location. Despite of the large amount of schools, The Elementary Schools have poor capacities and qualities. On the other hand, the provision of Junior High Schools is yet meet society’s need but the amount of qualified Junior High Schools provided are quiet alot. Both types of schools have clustered dispersions, and relatively good accessibilities and range of services. The participation of schoolling at Elementary Schools and Junior High Schools is also good but there is disparities which are still found among regions.

This research concludes that elementary education in Salatiga Municipality has not yet effectively and efficiently managed. It also concludes that criteria proposed for ideal provision and even distribution of elementary education facilities have not been accomplished in Salatiga Municipality since there are much intentions for schools located in certain area that probably based on economic reason. Thus, some of the recommendations of the research are to reduce Elementary Schools in oversupplied regions and relocate them to undersupplied regions. This research also recommends to provide more Junior High Schools to fulfill society’s need especially in undersupplied regions.

(7)

vii

Penyusunan Tesis dengan tema pendidikan dasar ini dilandasi kondisi objektif dalam penyediaan dan pemerataan sekolah pada jenjang pendidikan dasar di Kota Salatiga dan keyakinan bahwa keberhasilan pembangunan pendidikan dasar sebagai pondasi yang melandasi jenjang pendidikan berikutnya antara lain ditentukan oleh penyediaan dan pemerataan sekolah.

Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis maka tidak mungkin penulis dapat menyusun Tesis ini tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis terutama sekali ingin menghaturkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pusbindiklatren Bappenas, yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Magister Pembangunan Wilayah dan Kota (MPWK) Universitas Diponegoro (Undip).

2. Bapak Ir. H. Hadi Wahyono, MA yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan Tesis ini. Juga kepada Ibu Dra. Bitta Pigawati, MT dan Bapak Iwan Rudiarto, ST, M.Sc, PhD selaku penguji atas masukan-masukan yang sangat bermanfaat bagi penyempurnaan Tesis ini.

3. Seluruh staf pengajar MPWK Universitas Diponegoro, yang telah memberikan banyak ilmu tentang perencanaan dan pembangunan wilayah dan kota. Insya Allah bermanfaat bagi penulis dalam menjalankan tugas kelak. 4. Seluruh rekan dari Bidang Dikdas pada Disdikpora Kota Salatiga, Bappeda

Kota Salatiga, Pemerintah Kota Salatiga, seluruh karyawan MPWK Undip dan mahasiswa MPWK Undip Angkatan 2009 atas segala dukungan dan bantuan selama penulis menimba ilmu di MPWK Undip serta selama proses penyusunan Tesis ini.

Akhir kata, semoga Tesis ini dapat menggugah pikiran dan memberikan manfaat.

(8)

viii

1.7 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 11

1.7.1 Pendekatan Penelitian ... 11

1.7.2 Metode Penelitian ... 11

1.7.3 Populasi Penelitian ... 12

1.7.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 13

1.8 Kebutuhan Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Kompilasi/ Penyusunan Data ... 14

1.8.1 Kebutuhan Data ... 15

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data Primer ... 18

1.8.3 Teknik Pengumpulan Data Sekunder ... 19

1.8.4 Teknik Kompilasi/Penyusunan Data ... 20

1.9 Kerangka Analisis dan Teknik Analisis ... 20

1.9.1 Kerangka Analisis ... 20

1.9.2 Teknik Analisis ... 22

1.10Sistematika Penulisan ... 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 26

2.1 Tinjauan Umum Pendidikan Dasar ... 26

2.1.1 Pengertian Pendidikan ... 26

(9)

ix

2.2.2 Daya Tampung Sekolah ... 34

2.2.3 Kesesuaian Lahan Sekolah ... 35

2.3 Pemerataan Fasilitas Pendidikan Dasar ... 36

2.3.1 Sebaran Lokasi Sekolah ... 38

2.3.2 Aksesibilitas Sekolah ... 40

2.3.3 Jangkauan Pelayanan Sekolah ... 43

2.4 Fasilitas Kemasyarakatan (Community Facilities)... 48

2.5 Unit Lingkungan (Neighbourhood Unit) ... 51

2.6 Teori Lokasi dan Teori Tempat Pusat (Central Place) ... 53

2.6.1 Teori Lokasi ... 53

2.6.2 Teori Tempat Pusat (Central Place Theory) ... 55

2.7 Rangkuman Tinjauan Pustaka ... 56

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 62

3.1 Gambaran Umum Kota Salatiga ... 62

3.1.1 Geografis ... 62

3.1.2 Struktur dan Kebijakan Ruang Kota ... 63

3.1.3 Kependudukan ... 64

3.1.4 Transportasi dan Jaringan Jalan ... 67

3.1.5 Penggunaan Lahan ... 68

3.2 Penyelenggaraan Pendidikan Dasar di Kota Salatiga ... 70

3.2.1 Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dibidang Pendidikan ... 71

3.2.2 Populasi Siswa SD dan SMP ... 71

3.2.3 Sebaran Sekolah SD dan SMP ... 73

BAB IV ANALISIS PENYEDIAAN DAN PEMERATAAN FASILITAS PENDIDIKAN DASAR (SD DAN SMP) ... 76

4.1 Analisis Penyediaan Sekolah ... 76

4.1.1 Analisis Tingkat Penyediaan Sekolah ... 76

4.1.1.1 Analisis Tingkat Penyediaan SD ... 77

4.1.1.2 Analisis Tingkat Penyediaan SMP ... 80

4.1.2 Analisis Jumlah dan Jenis Sekolah ... 83

4.1.2.1 Analisis Jumlah dan Jenis SD ... 84

4.1.2.2 Analisis Jumlah dan Jenis SMP ... 91

4.1.3 Analisis Daya Tampung ... 98

4.1.3.1 Analisis Daya Tampung SD ... 98

4.1.3.2 Analisis Daya Tampung SMP ... 105

4.1.4 Analisis Kesesuaian lahan ... 109

4.1.4.1 Analisis Kesesuaian lahan SD ... 110

4.1.4.2 Analisis Kesesuaian lahan SMP ... 126

4.2 Analisis Pemerataan Sekolah ... 139

4.2.1 Analisis Partisipasi sekolah ... 139

4.2.1.1 Analisis Angka Partisipasi Kasar (APK) SD ... 139

4.2.1.2 Analisis Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP ... 142

(10)

x

4.2.3.1 Analisis Aksesibilitas SD ... 155

4.2.3.2 Analisis Aksesibilitas SMP ... 164

4.2.4 Analisis jangkauan Pelayanan Sekolah ... 170

4.2.4.1 Analisis jangkauan Pelayanan SD ... 170

4.2.4.2 Analisis jangkauan Pelayanan SMP ... 178

4.3 Analisis Komprehensif ... 182

4.3.1 Analisis Komprehensif Penyediaan dan Pemerataan SD ... 183

4.3.2 Analisis Komprehensif Penyediaan dan Pemerataan SMP ... 187

4.4 Analisis Statistik ... 191

4.4.1 Uji Normalitas ... 191

4.4.2 Regresi Linear Ganda ... 194

4.4.2.1 Penyediaan dan Pemerataan SD ... 196

4.4.2.1 Penyediaan dan Pemerataan SMP ... 199

4.5 Temuan Penelitian ... 201

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 208

5.1 Kesimpulan ... 208

5.2 Rekomendasi ... 210

DAFTAR PUSTAKA ... 212

(11)

xi

TABEL III.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Per Kelurahan Tahun 2009 ... 65

TABEL III.2 Kepadatan Penduduk Per Kelurahan Tahun 2009 ... 66

TABEL III.3 Jumlah Penduduk Usia SD dan SMP Kota Salatiga Tahun 2009 ... 67

TABEL III.4 Penggunaan Tanah Berdasarkan Jenisnya Tahun 2005-2009 ... 69

TABEL III.5 Angka Putus Sekolah (APS) dan Angka Lulusan (AL) per Kecamatan Tahun 2009 ... 70

TABEL IV.5 Daya Tarik Kelurahan Berdasarkan Jumlah dan Jenis SD Tahun 2009 ... 88

TABEL IV.6 Analisis Jumlah dan Jenis SMP Per Kelurahan Tahun 2009 ... 93

TABEL IV.7 Daya tarik Kelurahan Berdasarkan Jumlah dan Jenis SMP Tahun 2009 ... 95

TABEL IV.8 Daya Tampung SD se-Kota Salatiga Tahun 2009 ... 98

TABEL IV.9 Daya tampung SD per Kelurahan Tahun 2009 ... 102

TABEL IV.10 Daya Tampung SMP se-Kota Salatiga Tahun 2009 ... 105

TABEL IV.11 Daya Tampung SMP per Kelurahan Tahun 2009 ... 106

TABEL IV.12 Aktifitas Lingkungan Sekitar SD Tahun 2009 ... 110

TABEL IV.13 Kesesuaian Lokasi SD terhadap RTRW Kota Salatiga Tahun 2003–2013 ... 111

TABEL IV.14 Jumlah SD Berdasarkan Rencana Guna Lahan ... 115

TABEL IV.15 Jumlah SD per Kecamatan Berdasarkan Kesesuaian Lokasinya terhadap RTRW Kota Salatiga Tahun 2003–2013 ... 115

TABEL IV.16 Aksesibilitas SD terhadap Utilitas Kota ... 120

TABEL IV.17 Tingkat Kesesuaian Lahan SD Tahun 2009 ... 121

TABEL IV.18 Tingkat Kesesuaian Lahan per Kelurahan Tahun 2009 ... 124

(12)

xii

terhadap RTRW Kota Salatiga Tahun 2003–2013 ... 129

TABEL IV.23 Aksesibilitas SMP terhadap Utilitas Kota ... 135

TABEL IV.24 Tingkat Kesesuaian Lahan SMP Tahun 2009 ... 135

TABEL IV.25 Tingkat Kesesuaian Lahan per Kelurahan Tahun 2009 ... 136

TABEL IV.26 Angka Partisipasi Kasar SD per Kelurahan Tahun 2009 ... 140

TABEL IV.27 Angka Partisipasi Kasar SMP per Kelurahan Tahun 2009 ... 142

TABEL IV.28 Jarak Tetangga Terdekat Antar SD di Kecamatan Sidorejo ... 145

TABEL IV.29 Jarak Tetangga Terdekat Antar SD di Kecamatan Tingkir ... 148

TABEL IV.30 Jarak Tetangga Terdekat Antar SD di Kecamatan Argomulyo ... 149

TABEL IV.31 Jarak Tetangga Terdekat Antar SD di Kecamatan Sidomukti ... 150

TABEL IV.32 Jarak Tetangga Terdekat Antar SMP Kota Salatiga ... 151

TABEL IV.33 Jumlah SD berdasarkan Kondisi Jalan Tahun 2009 ... 155

TABEL IV.34 Jumlah SD berdasarkan Fungsi Jalan Tahun 2009 ... 155

TABEL IV.35 Analisis Aksesibilitas SD se-Kota Salatiga Tahun 2009 ... 157

TABEL IV.36 Tingkat Aksesibilitas Kelurahan Tahun 2009 ... 161

TABEL IV.37 Jumlah SMP berdasarkan Kondisi Jalan Tahun 2009 ... 164

TABEL IV.38 Jumlah SMP berdasarkan Fungsi Jalan Tahun 2009 ... 164

TABEL IV.39 Analisis Aksesibilitas SMP se-Kota Salatiga Tahun 2009 ... 166

TABEL IV.40 Tingkat Aksesibilitas Kelurahan se-Kota Salatiga Tahun 2009 ... 167

TABEL IV.41 Jangkauan Pelayanan SD Berdasarkan Asal Siswa ... 172

TABEL IV.42 Jangkauan Pelayanan SD Tahun 2009 ... 173

TABEL IV.43 Jangkauan Pelayanan SD per Kelurahan Tahun 2009 ... 177

TABEL IV.44 Jangkauan Pelayanan SMP Berdasarkan Asal Siswa Tahun 2009... 178

TABEL IV.45 Jangkauan Pelayanan SMP Tahun 2009 ... 180

TABEL IV.46 Jangkauan Pelayanan SMP per Kelurahan Tahun 2009 ... 181

TABEL IV.47 Analisis Komprehensif Penyediaan dan Pemerataan SD ... 184

TABEL IV.48 Analisis Komprehensif Penyediaan dan Pemerataan SMP ... 188

TABEL IV.49 Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 191

TABEL IV.50 Analisis Outlier Penyediaan dan Pemerataan SD (Nilai z) ... 192

TABEL IV.51 Analisis Outlier Penyediaan dan Pemerataan SMP (Nilai z) ... 193

TABEL IV.52 Analisis Regresi Linear Ganda Penyediaan dan Pemerataan SD ... 196

TABEL IV.53 Korelasi Jangkauan Pelayanan dan Pemerataan SD ... 198

TABEL IV.54 Analisis Regresi Linear Ganda Penyediaan dan Pemerataan SMP ... 199

TABEL IV.55 Kondisi Penyediaan dan Pemerataan SD per Kelurahan Tahun 2009 ... 205

(13)

xiii

GAMBAR 2.4 Kronologi Terjadinya Area Perdagangan Heksagonal ... 56

GAMBAR 3.1 Urban Sprawl Kota Salatiga tahun 2008 ... 63

GAMBAR 4.5 Daya Tarik Kelurahan Berdasarkan Penyediaan SD Tahun 2009... 90

GAMBAR 4.6 Persentase Jumlah SMP per Kecamatan Tahun 2009 ... 91

GAMBAR 4.7 RSBI: SMPN. Salatiga 01 ... 92

GAMBAR 4.8 Daya Tarik Kelurahan Berdasarkan Penyediaan SMP Tahun 2009 ... 97

GAMBAR 4.9 Persentase Jumlah SD Berdasarkan Daya Tampung Tahun 2009... 101

GAMBAR 4.10 Daya Tampung SD per Kelurahan Tahun 2009 ... 104

GAMBAR 4.11 Persentase Jumlah SMP Berdasarkan Daya Tampung ... 106

GAMBAR 4.12 Daya Tampung SMP per Kelurahan Tahun 2009 ... 108

GAMBAR 4.13 Kesesuaian Lokasi SD dengan RTRW Kota Salatiga ... 109

GAMBAR 4.14 Siswa SD Berjalan Kaki ke Sekolah ... 119

GAMBAR 4.15 Persentase Jumlah SD Berdasarkan Kemiringan Lahan ... 120

GAMBAR 4.16 Kesesuaian Lahan Kelurahan berdasarkan Lokasi SD ... 125

GAMBAR 4.17 Kesesuaian Lokasi SMP dengan RTRW Kota Salatiga ... 130

GAMBAR 4.18 Siswa SMP berjalan kaki sepulang sekolah ... 133

GAMBAR 4.19 Persentase Jumlah SMP Berdasarkan Kemiringan Lahan ... 134

GAMBAR 4.20 Kesesuaian Lahan Kelurahan Berdasarkan Lokasi SMP ... 138

GAMBAR 4.21 Tingkat Partisipasi Sekolah pada SD per Kelurahan ... 141

GAMBAR 4.22 Tingkat Partisipasi Sekolah pada SMP per Kelurahan ... 144

GAMBAR 4.23 Tetangga Terdekat Antar SD ... 147

GAMBAR 4.24 Tetangga Terdekat Antar SMP ... 153

GAMBAR 4.25 Aksesibilitas Kelurahan Berdasarkan Penyediaan SD Tahun 2009 .. 163

GAMBAR 4.26 Aksesibilitas Kelurahan Berdasarkan Penyediaan SMP Tahun 2009 ... 169

GAMBAR 4.27 Jangkauan Pelayanan optimum SD ... 171

GAMBAR 4.28 Persentase Jumlah SD Berdasarkan Asal Siswa ... 172

GAMBAR 4.29 Jangkauan Pelayanan optimum SMP ... 179

GAMBAR 4.30 Penyediaan dan Pemerataan SD per Kelurahan Tahun 2009 ... 186

(14)

xiv

LAMPIRAN A : Daftar Responden ... 218

LAMPIRAN B : Kuesioner Penelitian ... 221

LAMPIRAN C : Rekapitulasi Jawaban Kuesioner ... 224

LAMPIRAN D : Skoring Analisis Kesesuaian Lahan ... 227

LAMPIRAN E : Uji Normalitas dan Transformasi Statistik ... 233

LAMPIRAN F : Analisis Regresi Linear ... 242

LAMPIRAN G : Analisis Regresi Non Linear ... 252

LAMPIRAN H : Kartu Asistensi Mahasiswa ... 256

(15)

1

Bab ini menguraikan tentang latar belakang yang mendasari penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian (research question) yang diajukan, tujuan dan sasaran serta manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian, ruang lingkup substansi dan spasial dalam penelitian serta kerangka pemikiran dalam penelitian. Bab I juga menjelaskan tentang pendekatan dan metoda penelitian yang digunakan, populasi penelitian, variabel-variabel Penelitian, kebutuhan data, teknik pengumpulan dan kompilasi/penyusunan data serta teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini.

1.1 Latar Belakang

Pendidikan berperan penting dalam mengatasi kemiskinan. Menurut Tilaar (2004) salah satu faktor penyebab kemiskinan adalah rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Perbaikan tingkat pendidikan akan menunjang dihasilkannya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional (Supriyoko, 2003). Suryadi (2008) mengatakan bahwa pembangunan pendidikan berperan penting dalam memberantas ke miskinan lewat perluasan akses dan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan dasar dan jenjang lanjutannya sehingga setiap orang mampu mandiri dan produktif. Untuk memperbaiki tingkat pendidikan masyarakat diperlukan penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar.

(16)

beberapa faktor lain yang turut menentukan seperti biaya, budaya, jarak geografis ke sekolah, dan persepsi tentang manfaat sekolah. Akhmadi et al. (2003) dan Syahza (2008) menyatakan faktor-faktor keberlanjutan sekolah seorang siswa diantaranya dipengaruhi oleh aspek geografis dan penyediaan fasilitas pendidikan. Oleh karena itu fasilitas pendidikan dasar idealnya tersedia secara mencukupi dan merata bagi semua anak, tidak hanya pada aspek jumlah tapi juga jenis, persebaran lokasi, aksesibilitas dan jangkauan pelayanannya.

Fasilitas Pendidikan dasar (dikdas) idealnya tersedia secara mencukupi dan merata karena pendidikan dasar memiliki arti penting dalam pembangunan sumber daya manusia, dimana pendidikan dasar melandasi jenjang pendidikan berikutnya. Pendidikan dasar merupakan tahap awal dari pendidikan formal atau terorganisir yang mendahului sekolah lanjutan/menengah dengan cara membekali ketrampilan-ketrampilan dasar akademis (fundamental academic skills), ilmu pengetahuan dasar (basic knowledge), serta kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dan menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat dan negara kepada anak (Gutek, 2002). Di Indonesia, pendidikan dasar diselenggarakan melalui Sekolah Dasar (SD) atau bentuk lain yang sederajat dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang sederajat. Menurut Branch (1975) dalam Pagala et al. (2008) Sekolah Dasar adalah komponen utama fasilitas pelayanan dasar (basic need) dalam unit lingkungan.

(17)

lokasi cukup jauh dari jalan arteri primer dan ada jalan setapak bagi siswa untuk menuju sekolah. Berdasarkan kajian terhadap neighbourhood theory ada beberapa hal yang mempengaruhi efisiensi dan efektivitas penyediaan fasilitas Sekolah Dasar, yaitu luas daerah pelayanan sekolah, jumlah penduduk yang dilayani, lokasi sekolah dan jarak tempuh menuju sekolah (Pagala et al., 2008).

Fasilitas pendidikan dasar yang tersedia saat ini di Kota Salatiga adalah 94 SD dan 21 SMP yang tersebar di Kecamatan Sidorejo 29 SD dan 12 SMP, Kecamatan Tingkir 26 SD dan 3 SMP, Kecamatan Argomulyo 22 SD dan 2 SMP serta Kecamatan Sidomukti 17 SD dan 4 SMP. Sekolah-sekolah tersebut menampung populasi siswa yang cukup besar dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Siswa SD di Kota Salatiga berjumlah 16.512 jiwa pada tahun 2006, 16.551 jiwa pada tahun 2007, 16.597 jiwa pada tahun 2008, dan 16.637 jiwa tahun 2009. Jumlah siswa SMP di Kota Salatiga adalah 9.220 jiwa pada tahun 2006. Jumlah tersebut menurun jadi 9.001 jiwa pada tahun 2007, meningkat kembali menjadi 9.053 jiwa pada tahun 2008 dan menurun kembali menjadi 8.933 jiwa pada tahun 2009. Selain dari Kota Salatiga ada siswa yang berasal dari wilayah sekitar Kota Salatiga. Dengan kondisinya tersebut perlu dikaji apakah penyediaan dan pemerataan fasilitas dikdas di Kota Salatiga sudah optimal.

Tingkat kelulusan di Kota Salatiga tahun 2009 untuk SD mencapai 99,72% dan SMP 99,18%. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI pada tahun 2008 mencapai 113,22% dan APK SMP/MTs mencapai 151,82%. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI mencapai 86,48% dan APM SMP/MTs adalah 78,86%. Tingkat partisipasi sekolah yang makin tinggi di suatu wilayah menunjukkan besarnya jumlah anak yang sedang menempuh persekolahan. Dengan demikian angka partisipasi sekolah juga mengindikasikan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap sekolah di suatu wilayah agar anak tidak bersekolah ke wilayah lain.

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dihadapi Kota Salatiga dalam hal penyediaan dan pemerataan SD dan SMP yakni terjadinya kesenjangan (disparity) antara kondisi eksisting dengan standar yang dapat diterapkan berdasarkan pendapat para ahli/akademisi atau peraturan yang berlaku. RTRW Kota Salatiga Tahun 2003-2013 merencanakan penyediaan 1 unit SD untuk tiap 3.600 penduduk dan 1 unit SMP untuk tiap 4.800 penduduk. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya yang mengacu pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan mengamanatkan penyediaan minimal 1 unit SMP untuk setiap 4.800 penduduk. Kota Salatiga pada tahun 2009 berpenduduk 170.022 jiwa sehingga dibutuhkan 47 SD dan 35 SMP, sedangkan yang tersedia saat ini di Kota Salatiga adalah 94 SD dan 21 SMP. Dengan demikian dari sisi jumlah sekolah terjadi kelebihan (oversupply) jumlah SD dan kekurangan jumlah SMP. Demikian juga bila ditinjau berdasarkan Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) yang mensyaratkan penyediaan 1 SD untuk 2000 penduduk.

(19)

dapat dikatakan tidak memenuhi sebagian kriteria-kriteria yang diajukan Chiara dan Koppelman.

Berdasarkan pengamatan awal, persebaran sekolah yang ada saat ini secara spasial kurang merata. Terdapat beberapa kelurahan yang memiliki beberapa SD, namun disisi lain ada kelurahan yang hanya memiliki 1 SD. Pada tingkat SMP, juga terdapat beberapa kelurahan yang memiliki beberapa SMP tapi beberapa kelurahan lainnya justru tidak memiliki SMP sama sekali. Persebaran yang kurang merata tersebut mengakibatkan berkurangnya aksesibilitas sebagian masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dasar dan jangkauan pelayanan sekolah sementara sebagian masyarakat yang lain justru memiliki aksesibilitas yang berlebihan karena terjadinya overlapping jangkauan pelayanan sekolah. Selain itu persebaran yang tidak merata juga menimbulkan permasalahan dibidang transportasi.

Berdasarkan uraian permasalahan-permasalahan diatas maka research question yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana kondisi dan faktor-faktor pada penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga?”

1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kondisi dan faktor-faktor penyebab pada penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga.

1.3.2 Sasaran

Sasaran penelitian ini adalah:

a. Mengkaji penyediaan sekolah pada jenjang pendidikan dasar dalam hal jumlah, jenis, kesesuaian lahan dan daya tampung sekolah.

b. Mengkaji sebaran sekolah pada jenjang pendidikan dasar. c. Mengkaji aksesibilitas sekolah pada jenjang pendidikan dasar.

(20)

e. Mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga sebagaimana kondisinya tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Menambah referensi serta memperluas wawasan dalam pembangunan wilayah

dan kota dibidang pendidikan.

b. Menjadi pertimbangan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pembangunan wilayah dan kota di bidang pendidikan.

c. Menjadi pertimbangan/masukan dalam perencanaan sarana pendidikan dan peningkatan pelayanan pendidikan di masa yang akan datang.

d. Memberikan informasi mengenai kondisi pelayanan pendidikan di Kota Salatiga dalam hal penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1.5.1 Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi dimaksudkan untuk membatasi kajian penelitian berdasarkan tujuan dan sasaran penelitian yang akan dilakukan. Ruang lingkup substansi dalam penelitian ini adalah berbagai hal yang terkait dengan pendidikan dasar yang mencakup pengertian-pengertian serta penyediaan dan pemerataan sekolah pada jenjang pendidikan dasar berupa SD dan SMP. Penyediaan sekolah dikaji berdasarkan jumlah sekolah, jenis, dan daya tampung sekolah. Selain itu kajian terhadap penyediaan sekolah juga dilakukan secara spasial berdasarkan kesesuaian lahan/lokasi sekolah terhadap standar yang dapat diterapkan atau yang berlaku di Indonesia, misalnya mengenai tata guna lahan dan aktivitas lingkungan.

Kajian terhadap pemerataan sekolah dilakukan berdasarkan hal -hal berikut:

(21)

b. Aksesibilitas sekolah, yakni tingkat kemudahan untuk mencapai lokasi sekolah dari lokasi lain seperti rumah/tempat tinggal siswa.

c. Jangkauan pelayanan, yakni radius wilayah pelayanan sekolah dalam batasan jarak atau waktu tempuh maksimum antara tempat tinggal menuju sekolah yang dapat dijangkau siswa berdasarkan standar yang berlaku atau yang dapat diterapkan di Indonesia.

Dalam penelitian ini, kajian terhadap penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga tidak membedakan preferensi sekolah berdasarkan tingkat ekonomi, pendidikan, agama dan atau budaya.

1.5.2 Ruang Lingkup Spasial

Ruang lingkup spasial penelitian ini meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Salatiga dengan luas wilayah 5.678,11 Ha yang terbagi dalam 4 wilayah Kecamatan dan 22 Kelurahan. Kota Salatiga terletak pada 007º 17’ - 007º 17’ 23” Lintang Selatan 110º 27’ 56,81” - 110º 32’ 4,64” Bujur Timur dan secara geografis berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang, berbatasan dengan beberapa desa di Kabupaten Semarang, antara lain:

a. Sebelah Utara: Desa Pabelan dan Desa Pajaten (Kecamatan Pabelan) serta Desa Kesongo, Desa Watu, dan Desa Agung (Kecamatan Tuntang)

b. Sebelah Timur: Desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo, dan Desa Glawan (Kecamatan Pabelan) serta Desa Bener, Desa Tegal Waton, dan Desa Nyamat (Kecamatan Tengaran)

c. Sebelah Selatan: Desa Sumogawe, Desa Samirono, dan Desa Jetak (Kecamatan Getasan) serta Desa Patemon dan Desa Karang Duren (Kecamatan Tengaran)

(22)

447000mT Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercartor Zone : 49 South

Sumber: Bappeda Kota Salatiga, 2009

GAMBAR 1.1

(23)

1.6 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berangkat dari pemikiran tentang pentingnya penyediaan sekolah dan pemerataan sekolah bagi pembangunan pendidikan di Kota Salatiga. Penyediaan fasilitas pendidikan berupa sekolah menunjang keberhasilan pembangunan pendidikan dan penyediaan sekolah tersebut harus dilakukan dalam jumlah, jenis dan daya tampung yang mencukupi. Dilain pihak, pemerataan sekolah penting karena faktor jarak dan geografis berperan dalam keberlanjutan pendidikan oleh karena itu sekolah harus memiliki lokasi yang baik dengan aksesibilitas dan jangkauan pelayanan yang optimal.

Berdasarkan kondisi-kondisi sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang bahwa Penyediaan dan pemerataan pendidikan dasar (dikdas) penting karena pendidikan dasar melandasi jenjang pendidikan berikutnya sehingga sekolah dikdas idealnya tersedia secara mencukupi dan merata sedangkan penyediaan dan pemerataan sekolah dikdas di Kota Salatiga masih perlu ditingkatkan karena berdasarkan pengamatan awal, permasalahan yang terjadi di Kota Salatiga adalah jumlah siswa dikdas relatif besar dan cenderung makin meningkat, jumlah SD berlebih (oversupply) sedangkan jumlah SMP masih kurang, sebaran lokasi sekolah kurang merata, serta aksesibilitas dan jangkauan pelayanan sekolah kurang baik. Berangkat dari rumusan permasalahan tersebut maka research question yang diangkat dalam penelitian ini adalah, ”Bagaimana kondisi dan faktor-faktor penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga?”.

Guna menjawab research question tersebut maka penelitian ini bertujuan mengkaji kondisi dan mengkaji faktor-faktor penyebab pada penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga. Penyediaan sekolah terkait dengan jumlah sekolah, jenis sekolah, daya tampung sekolah dan kondisi tapak sekolah sedangkan pemerataan sekolah terkait dengan sebaran sekolah, aksesibilitas sekolah dan jangkauan pelayanan sekolah oleh karena itu kajian terhadap penyediaan dan pemerataan sekolah dilakukan pada aspek-aspek tersebut sebagai variabel penelitian.

(24)

Latar Belakang

1. Penyediaan dan pemerataan pendidikan dasar (dikdas) penting. 2. Sekolah dikdas idealnya tersedia secara mencukupi dan merata.

3. Untuk meningkatkan pelayanan dikdas di Kota Salatiga maka perlu penyediaan dan pemerataan fasilitas dikdas berupa SD dan SMP secara optimal.

Penyediaan Sekolah

1. Ketersediaan fasilitas pendidikan penting dalam pembangunan pendidikan.

2. Sekolah harus disediakan dalam jumlah dan jenis pada kondisi tapak yang baik dan daya tampung yang mencukupi.

Pemerataan Sekolah 1. Faktor jarak dan geografis berperan

dalam keberlanjutan pendidikan.

2. Sekolah harus memiliki lokasi yang baik dengan aksesibilitas dan jangkauan pelayanan yang optimal.

Tujuan

Mengkaji kondisi dan faktor-faktor penyebab pada penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar(SD dan SMP) di Kota Salatiga.

Rumusan Masalah

1. Jumlah SD berlebih (oversupply) sedangkan jumlah SMP masih kurang. 2. Daya tampung dan kesesuaian lahan sebagian sekolah masih rendah.

3. Sebaran sekolah kurang merata, aksesibilitas dan jangkauan pelayanan kurang baik.

Research Question

“Bagaimana kondisi dan faktor-faktor penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga?”

Sasaran

a. Mengkaji penyediaan sekolah pada jenjang pendidikan dasar dalam hal jumlah, jenis, kondisi tapak dan daya tampung sekolah.

b. Mengkaji sebaran sekolah pada jenjang pendidikan dasar. c. Mengkaji aksesibilitas sekolah pada jenjang pendidikan dasar.

d. Mengkaji jangkauan pelayanan sekolah pada jenjang pendidikan dasar.

e. Mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar(SD dan SMP) di Kota Salatiga sebagaimana kondisinya tersebut.

Kajian

Penyediaan SD dan SMP Pemerataan SD dan SMP Kajian

Kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan dan pemerataan sekolah

(25)

1.7 Pendekatan dan Metode Penelitian 1.7.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian adalah landasan pemikiran yang bersifat filosofis yang mendasari dilakukannya penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh filsafat positivisme logikal (logical positivism) yang dilaksanakan melalui aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, dan prediksi (Danim, 2002 dalam Depdiknas, 2008).

Fokus penelitian kuantitatif terletak pada proses kerja yang berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-angka. Penelitian kuantitatif dilaksanakan menggunakan instrumen (alat pengumpul data) yang menghasilk an data numerikal (angka) untuk menjelaskan, menguji hubungan antar variabel, menentukan kasualitas dari variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif (untuk meramalkan suatu gejala).

Pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, analisis data dilakukan menggunakan teknik statistik untuk mereduksi dan mengelompokan data, menentukan hubungan serta mengidentifikasikan perbedaan antar kelompok data. Kontrol, instrumen, dan analisis statistik digunakan untuk menghasilkan temuan-temuan penelitian secara akurat sehingga kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian kuantitatif dapat diberlakukan secara umum.

1.7.2 Metode Penelitian

(26)

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kondisi dan faktor-faktor penyebab pada penyediaan dan pemerataan fasilitas pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kota Salatiga. Berdasarkan tujuannya tersebut maka penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi. Tujuan penelitian eksplanatif adalah menghubungkan pola-pola yang berbeda namun memiliki keterkaitan serta menghasilkan pola hubungan sebab akibat (Prasetyo dan Jannah, 2005). Neuman (1997:20) dalam Naidoo (2004:47) mengatakan bahwa keinginan untuk mengetahui dan menjelaskan mengapa sesuatu hal menjadi sebagaimana kondisinya tersebut (why things are the way they are), adalah tujuan dari penelitian eksplanatif.

Lebih lanjut lagi menurut Naidoo (2004:47) jika pertanyaan penelitian mengharuskan peneliti untuk menjelaskan hubungan antara variabel dan mendemonstrasikan bahwa perubahan pada suatu variabel akan menyebabkan perubahan pada variabel lainnya maka penelitian tersebut termasuk dalam jenis penelitian eksplanatif. Naidoo mengatakan, “When the research question demands that the researcher explain the relationship between variables and demonstrates that change in one variable causes change in another variable, the research is called explanatory research”.

1.7.3 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas; subjek/objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk diamati dan dipelajari untuk kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003:55). Menurut Zuriah (2009:116), populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu.

(27)

Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelurahan karena kebijakan pembangunan pendidikan di Indonesia pada umumnya dan Kota Salatiga pada khususnya berbasis kewilayahan.

1.7.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Menurut Sa’ud (2006) dalam Yuniarsih et al.(2008), salah satu aspek yang paling penting dalam pembangunan pendidikan adalah penyediaan fasilitas-fasilitas pendidikan. Akhmadi et al. (2003), Hartono (2005), dan Syahza (2008) menyatakan faktor-faktor keberlanjutan sekolah siswa diantaranya dipengaruhi oleh aspek geografis dan penyediaan fasilitas pendidikan. Lebih lanjut lagi, berdasarkan tinjauan pustaka, penyediaan dan pemerataan sekolah berkaitan erat dengan jumlah sekolah, jenis sekolah, persebaran lokasi sekolah, aksesibilitas sekolah, dan jangkauan pelayanan sekolah sehingga aspek-aspek tersebut kemudian dikembangkan sebagai variabel-variabel dalam penelitian ini.

Menurut Prasetyo dan Jannah (2005:67-68) variabel dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua, yakni variabel bebas/independen (independent variable) dan variabel terikat/dependen (dependent variable). Variabel bebas adalah suatu variabel yang ada atau terjadi mendahului variabel terikatnya. Keberadaan variabel independen dalam suatu penelitian kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini adalah sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian.

(28)

a. Penyediaan sekolah adalah pengalokasian sekolah dalam jumlah, jenis dan daya tampung tertentu guna memberikan kesempatan terhadap seluruh masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.

b. Jumlah dan jenis sekolah adalah banyaknya sekolah yang tersedia dengan bentuk satuan pendidikan, status pengelolaan sekolah, serta kelompok standarisasi dan akreditasi sekolah yang tertentu.

c. Daya tampung sekolah adalah kemampuan atau kapasitas sekolah untuk menerima peserta didik dalam jumlah tertentu.

d. Kesesuaian lahan sekolah adalah kesesuaian lokasi suatu sekolah untuk tempat menyelenggarakan kegiatan persekolahan berdasarkan karakteristik-karakteristik lahan yang dimilikinya.

e. Pemerataan sekolah adalah penempatan sekolah pada lokasi yang sedemikian rupa sehingga semua anak dapat mengikuti kegiatan persekolahan atau pergi ke sekolah dengan mudah. Untuk mengukur pemerataan sekolah digunakan kecenderungan bersekolah pada penduduk suatu wilayah. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah angka partisipasi sekolah sebagai ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk.

f. Sebaran sekolah adalah posisi keruangan sekolah dalam wilayah administrasi Kota Salatiga yang membentuk pola-pola spasial tertentu.

g. Aksesibilitas sekolah adalah tingkat kemudahan secara spasial untuk mencapai lokasi sekolah dari tempat tinggal siswa.

h. Jangkauan pelayanan sekolah adalah radius wilayah dalam batasan jarak atau waktu tempuh maksimum antara tempat tinggal menuju sekolah yang dapat dijangkau siswa.

1.8 Kebutuhan Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Kompilasi/Penyusunan Data

(29)

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Menurut Arikunto (1997:151) ada beberapa teknik dan instrumen yang dapat digunakan dalam pengumpulan data yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk mengatasi kekurangan suatu teknik dan instrumen maka dalam dapat digunakan beberapa metode dan instrumen pengumpulan data sekaligus.

1.8.1 Kebutuhan Data

(30)

TABEL I.1 KEBUTUHAN DATA

No. Variabel Data Yang Dibutuhkan Jenis Data Pengumpulan Data Metode Sumber

Jumlah Sekolah Sekunder Survei Institusional Dinas Pendidikan, Pemuda dan

Olahraga (Disdikpora) Kota Salatiga

1 Penyediaan

Sekolah (Y1)

Jumlah Penduduk Sekunder Survei Institusional Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Salatiga, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Salatiga

2 Jumlah Sekolah Sekunder Survei Institusional Disdikpora Kota Salatiga

3 Jenis Sekolah Primer Kuesioner Sekolah

4

Jumlah dan Jenis Sekolah

(X1) Jarak Antar Kecamatan Sekunder Survei Institusional Bappeda Kota Salatiga, analisis

5 Jumlah Kelas/Rombongan Belajar Primer Kuesioner Sekolah

6

Daya Tampung

Sekolah (X2) Jumlah Siswa Primer Kuesioner Sekolah

7 Kondisi Lingkungan Primer Survei Lapangan,

Kuesioner Sekolah

8 Ukuran tapak Primer,

Sekunder Survei Institusional, Kuesioner Disdikpora Kota Salatiga dan Sekolah

9 Keterpaduan dengan perencanaan kota Sekunder Survei Institusional Bappeda Kota Salatiga

10 Peran dalam perencanaan gedung yang

komprehensif Sekunder Survei Institusional, Kuesioner Disdikpora Kota Salatiga dan Sekolah

11 Sifat khas tapak Primer Survei Lapangan,

Kuesioner Sekolah

12

Kesesuaian Lahan Sekolah (X3)

Pencapaian Primer Survei Lapangan,

(31)

Lanjutan Tabel I.1

No. Variabel Data Yang Dibutuhkan Jenis Data Pengumpulan Data Metode Sumber

13 Pelayanan utilitas Primer Survei Lapangan,

Kuesioner Sekolah

14 Jumlah Siswa Primer Kuesioner Sekolah

15 Pemerataan Sekolah (Y2) Jumlah Penduduk Usia Sekolah Sekunder Survei Institusional Dispendukcapil Kota Salatiga

16 Lokasi sekolah Sekunder Survei Institusional Bappeda Kota Salatiga dan

Disdikpora Kota Salatiga

Jarak Antar Sekolah Sekunder Survei Institusional Bappeda Kota Salatiga dan

Disdikpora Kota Salatiga, Analisis

17

Sebaran Sekolah (X4)

Luas Wilayah Sekunder Survei Institusional Bappeda Kota Salatiga

18 Kondisi Fisik Jalan Primer,

Sekunder Survei Lapangan, Survei Institusional Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Salatiga

19 Fungsi Jalan Sekunder Survei Institusional DPU Kota Salatiga

20

Aksesibilitas Sekolah (X5)

Jalur Transportasi Sekunder Survei Institusional Dinas Perhubungan, Komunikasi,

Budaya dan Pariwisata

(Dishubkombudpar) Kota Salatiga

21 Jarak/waktu tempuh dari tempat tinggal

menuju sekolah Primer, Sekunder Kuesioner, Survei Lapangan, Sekolah

22

Jangkauan Pelayanan

Sekolah (X6) Peta Jaringan Jalan dan Data Jalan Sekunder Survei Institusional Bappeda Kota Salatiga dan DPU

Kota Salatiga

(32)

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan menggunakan survei lapangan dan kuesioner. Survei lapangan adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mendatangi dan mengamati objek penelitian secara langsung. Untuk mempermudah proses pengumpulan data, maka dalam survei lapangan digunakan instrumen berupa daftar cocok (check list) sebagai alat bantu. Dalam survei lapangan peneliti juga dilengkapi dengan kamera digital untuk mendokumentasikan kondisi eksisting objek yang disurvei.

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel, hubungan antar variabel serta pengalaman atau opini responden. Neuman (2003) dalam Prasetyo dan Jannah (2005:141) mengatakan bahwa kuesioner adalah “an instrument -…- that he/she uses to measures variables” sedangkan Sekaran (1992) dalam Prasetyo dan Jannah (2005:141) mendefinisikan kuesioner sebagai “preformulated written set of question to which respondens record their answer, usually within rather closely alternatives”.

Pertanyaan dalam kuesioner harus disusun dengan hati-hati. Menurut Prasetyo dan Jannah (2005) penyusunan pertanyaan kuesioner sebaiknya memperhatikan perspektif suatu isu, kata-kata kunci dalam pertanyaan, pemilihan bentuk pertanyaan apakah personal atau formal, variasi pilihan jawaban, bagian yang harus didahulukan, informasi tambahan dalam pertanyaan, pengaruh penggunaan angka-angka, serta keberadaan alternatif jawaban netral. Menurut Arikunto (1997) dalam menyusun kuesioner sebaiknya menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami, menggunakan instruksi pengisian yang singkat dan tidak rumit atau bertele-tele, semua indikator terwakili dalam pertanyaan yang ada dan tidak menanyakan hal yang kurang perlu dan tidak akan diolah/dianalisis.

(33)

tersebut dan dengan pertimbangan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan menggali informasi yang tersembunyi sebelumnya maka penulis menggunakan kuesioner semi terbuka (Lampiran B).

1.8.3 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan metode kajian literatur/studi kepustakaan dan survei institusional. Kajian literatur/studi kepustakaan adalah penghimpunan informasi yang relevan dengan topik atau masalah penelitian dengan menggunakan sumber tertulis seperti buku ilmiah (textbook), laporan penelitian, karangan ilmiah, tesis, disertasi, peraturan, ensiklopedia dan sumber tertulis lainnya baik cetak maupun elektronik (Purwono, 2004). Kajian literatur diharapkan dapat memberi gambaran teoritis tentang permasalahan/topik penelitian sehingga membantu peneliti dalam memahami dan menjawab permasalahan penelitian secara teoritis.

Menurut Purwono (2004) secara umum literatur dapat dikelompokkan menjadi literatur umum dan literatur khusus. Literatur umum berwujud teori dan konsep yang biasanya terdapat dalam buku-buku teks, ensiklopedia, monografi dan sejenisnya, sedangkan literatur khusus berupa hasil-hasil penelitian terdahulu yang dapat ditemukan dalam jurnal, bulletin penelitian, tesis dan disertasi.

Tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pemilihan literatur/pustaka yaitu relevansi, adekuasi dan kemutakhiran. Yang dimaksud dengan relevansi yakni literatur harus memiliki kegayutan atau kesesuaian dengan topik penelitian. Adekuasi artinya pemilihan pustaka harus berkaitan langsung dengan topik penelitian. Selain itu sebaiknya digunakan literatur yang mutakhir (up to date), yakni literatur yang “baru” untuk menghindari teori-teori atau bahasan yang sudah kadaluwarsa. Literatur ”lama” mungkin berisi konsep-konsep atau teori-teori yang sudah tidak berlaku karena kebenarannya telah dibantah oleh hasil penelitian yang lebih mutakhir atau teori yang lebih baru (Hadi, 1991 dalam Purwono, 2004).

(34)

1.8.4 Teknik Kompilasi/Penyusunan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dikompilasi/disusun untuk mempermudah proses pengolahan dan analisis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan data adalah (Zuriah, 2009):

1. Data yang diambil adalah data yang benar-benar diperlukan atau penting dalam penelitian.

2. Data yang diambil adalah data yang sifatnya objektif. 3. Data yang diambil adalah data yang sifatnya otentik.

4. Data yang dambil dibedakan secara tegas dari pendapat pribadi responden. Hal-hal yang dilakukan dalam proses kompilasi/penyusunan data yang telah diperoleh meliputi klasifikasi, pengkodean (coding), dan tabulasi. Menurut Margono (1997) dalam Zuriah (2009) dalam melakukan klasifikasi harus secara jelas dan tidak saling tumpang tindih. Data yang telah diklasifikasikan dan di -coding selanjutnya akan ditabulasikan untuk memudahkan proses analisis.

Teknik kompilasi data yang bersumber dari kuesioner meliputi:

1. Pengelompokkan kuesioner berdasarkan wilayah (Kelurahan/Kecamatan) asal sekolah/responden.

2. Inputing jawaban masing-masing responden dan pengelompokan data sesuai dengan kebutuhan penelitian (coding).

3. Pemilahan jawaban yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

4. Verifikasi jawaban dengan kondisi yang sesungguhnya sehingga dihasilkan kelompok data yang objektif dan otentik.

1.9 Kerangka Analisis dan Teknik Analisis 1.9.1 Kerangka Analisis

(35)
(36)

1.9.2 Teknik Analisis

Pemilihan teknik/metode analisis diharapkan tepat agar hasil analisis yang dihasilkan mampu menjawab permasalahan penelitian. Menurut Zuriah (2009) analisis data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian sehingga memerlukan ketelitian dan kekritisan. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis kuantitatif secara sektoral dibidang pendidikan dengan menggunakan indikator-indikator bidang pendidikan, analisis secara spasial serta analisis statistik inferensial. Statistik dan indikator digunakan dalam penelitian pendidikan untuk mempermudah pemahaman terhadap suatu keadaan atau fenomena, perkembangannya, dan hubungannya dengan keadaan atau fenomena lain. Statistik dan indikator pendidikan tersebut dapat berupa kuantitatif absolut seperti jumlah siswa dan jumlah sekolah maupun berupa kuantitatif turunan seperti rasio murid per guru dan lain sebagainya (Chamidi, 2006). Analisis-analisis dalam penelitian ini meliputi:

a. Analisis Penyediaan Sekolah

1. Analisis Tingkat Penyediaan Sekolah. Analisis ini dimaksudkan untuk menjelaskan tingkat ketersediaan (availabilitas) sekolah. Indikator yang digunakan adalah rasio antara jumlah sekolah yang ada dengan jumlah sekolah yang dibutuhkan di Kota Salatiga.

2. Analisis Jumlah dan Jenis Sekolah. Analisis ini dimaksudkan untuk menjelaskan penyediaan sekolah berdasarkan jumlahnya dan jenisnya meliputi bentuk-bentuk satuan pendidikan, status pengelolaan serta mutu atau kualitas pembelajaran tertentu. Untuk menganalisis jumlah dan jenis sekolah maka digunakan indeks aksesibilitas Hansen karena Indeks Aksesibilitas Hansen mengukur daya tarik wilayah berdasarkan ketersediaan sejumlah fasilitas. 3. Analisis Daya Tampung. Analisis ini dimaksudkan untuk menjelaskan

kemampuan atau kapasitas sekolah dalam menerima peserta didik. Indikator yang digunakan adalah rasio antara jumlah siswa pada suatu jenjang pendidikan dengan jumlah kelas yang tersedia di Kota Salatiga.

(37)

karakteristik-karakteristik yang dimilikinya. Untuk menganalisis tingkat kesesuaian lahan digunakan metode scoring berdasarkan kriteria-kriteria dari Chiara dan Koppelman.

b. Analisis Pemerataan Sekolah

1. Analisis Partisipasi Sekolah. Analisis ini dimaksudkan untuk menjelaskan tingkat pemerataan sekolah berdasarkan kecenderungan penduduk Kota Salatiga untuk bersekolah pada jenjang SD dan SMP berdasarkan ketersediaan sekolah di Kota salatiga tersebut. Indikator yang digunakan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK).

2. Analisis Sebaran Sekolah. Analisis ini dimaksudkan untuk menjelaskan pola-pola spasial tertentu yang terbentuk oleh sebaran lokasi sekolah. Pola sebaran sekolah ditetapkan berdasarkan nilai Indeks persebaran tetangga terdekat (T) ditetapkan dengan kriteria bila T memiliki nilai 0–0,7 maka sebaran sekolah memiliki pola bergerombol (cluster), apabila nilai T adalah 0,7–1,4 maka termasuk dalam pola acak (random), dan apabila nilai T adalah 1,4–2,15 maka pola sebarannya seragam (regular).

3. Analisis Aksesibilitas Sekolah. Analisis ini dimaksudkan untuk menjelaskan tingkat kemudahan untuk mencapai lokasi sekolah dari tempat tinggal siswa. Untuk menganalisis tingkat aksesibilitas digunakan teknik scoring berdasarkan kondisi fisik jalan, fungsi jalan, dan keberadaan jalur transportasi di lokasi sekolah.

(38)

c. Analisis Statistik

Hasil-hasil perhitungan pada aspek penyediaan dan pemerataan sekolah selanjutnya juga dianalisis menggunakan uji statistik. Menurut Suryabrata (1997) statistik memegang peran penting dalam pengolahan dan analisis data karena statistik memiliki berbagai metode untuk mengolah, menganalisis dan menguji hipotesis. Untuk mempermudah proses analisis maka digunakan software SPSS for Windows dan Microsoft Excel sebagai alat bantu analisis (tool).

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data yang berskala rasio. Oleh karena itu, digunakan analisis statistik inferensial parametrik. Statistik inferensial berfungsi menyediakan aturan atau cara dalam rangka mencoba menarik kesimpulan (conclusion), peramalan (prediction), dan penaksiran (estimation) dari sekumpulan data yang telah diolah (Supardi dan Syah, 2009). Menurut Sugiyono (2002:14) statistik parametrik digunakan untuk menganalisis data interval atau rasio dari data yang berdistribusi normal. Analisis statistik yang digunakan adalah:

1. Uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak (Supardi dan Darwan Syah, 2009). Bila data berdistribusi normal maka data tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan statistik parametrik. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah Uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan software SPSS.

2. Regresi Linear Ganda (multiple linear regression). Regresi linear ganda digunakan untuk melihat peran beberapa variabel independen terhadap variabel dependen secara lebih spesifik. Model regresi linear yang baik adalah yang memiliki tingkat kebaikan model (goodness of fit) yang baik pula. Kebaikan model ditinjau dari nilai koefisien determinasi, signifikansi simultan (Uji F), dan signifikansi parameter individual/koefisien regresi (Uji t).

(39)

1.10 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan hasil penelitian ini dibagi dalam beberapa Bab. Bab I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang yang mendasari dilakukannya penelitian ini, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian (research question) yang diajukan, tujuan dan sasaran serta manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian, ruang lingkup substansi dan spasial dalam penelitian serta kerangka pemikiran dalam penelitian. Bab I juga menguraikan tentang pendekatan penelitian dan metoda penelitian yang digunakan, populasi penelitian, variabel-variabel penelitian, kebutuhan data, teknik pengumpulan dan kompilasi/ penyusunan data, serta teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini.

Bab II Tinjauan Pustaka berisi tinjauan tentang literatur yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Teori atau pustaka yang dikemukakan diharapkan membantu peneliti memahami dan menjawab research question secara teoritis. Beberapa diantaranya adalah tentang pendidikan dan pendidikan dasar, penyediaan fasilitas pendidikan dasar, jumlah dan jenis sekolah, daya tampung sekolah, kesesuaian lahan, pemerataan fasilitas pendidikan dasar, sebaran lokasi sekolah, aksesibilitas sekolah, jangkauan pelayanan sekolah, fasilitas kemasyarakatan (community facilities), unit lingkungan (neighbourhood unit), dan teori lokasi. Bab III Gambaran Umum Wilayah Penelitian berisi data dan informasi tentang wilayah studi yang diharapkan dapat memperjelas dan memperkuat rumusan masalah yang diangkat. Data dan informasi tentang Kota Salatiga tersebut meliputi kondisi geografis, struktur dan kebijakan ruang kota, kependudukan, transportasi dan jaringan jalan, serta penggunaan lahan. Bab III juga menguraikan tentang penyelenggaraan pendidikan dasar di Kota Salatiga yang meliputi kebijakan pemerintah Kota Salatiga di bidang pendidikan dasar, sebaran sekolah SD dan SMP di Kota Salatiga dan populasi Siswa SD dan SMP.

(40)

26

Bab II menguraikan tentang literatur yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Teori yang dikemukakan diharapkan dapat membantu dalam memahami dan menjawab research question serta membangun dan menetapkan faktor/variabel penelitian. Literatur dimaksud diantaranya tentang pendidikan, pendidikan dasar, penyediaan fasilitas pendidikan dasar, jumlah dan jenis sekolah, daya tampung, kesesuaian lahan, pemerataan fasilitas pendidikan dasar, sebaran lokasi sekolah, aksesibilitas, jangkauan pelayanan, fasilitas kemasyarakatan (community facilities), unit lingkungan (neighbourhood unit), dan teori lokasi.

2.1 Tinjauan Umum Pendidikan Dasar 2.1.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan memiliki beberapa pengertian. Menurut Ihsan (1997) pengertian pendidikan secara sederhana dan umum adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi alaminya baik yang bersifat jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai hasil peradaban suatu bangsa yang dikembangkan dengan berdasarkan pandangan hidup bangsa itu sendiri sebagai filsafat, cita-cita, atau tujuan. Sedangkan menurut Suhartono (2007) pendidikan dalam arti luas dapat diartikan sebagai semua aktivitas pembelajaran yang berlangsung dalam segala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup yang mendorong pertumbuhan semua potensi seorang individu sepanjang waktu (lifelong education). Dalam arti sempit pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi yang terorganisir, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan dan dievaluasi berdasarkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dalam lembaga pendidikan sekolah.

(41)

pendidikan sebagai ”usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan bersinonim dengan pedagogi dan education. Kata pedagogi berasal dari bahasa Yunani ”paedos” yang berarti ”anak” dan ”agoge” yang berarti ”aku membimbing” (Ihsan, 1997). Sedangkan kata education secara etimologis berasal dari bahasa Latin ”educare” yang artinya ”pembimbingan berkelanjutan” (Suhartono, 2007). Dengan demikian didalam pendidikan terkandung makna adanya suatu proses membimbing atau pembimbingan dan adanya proses yang berlangsung secara terus-menerus. Makna inilah yang paling penting terkandung dalam berbagai definisi tentang pendidikan.

Sistem Pendidikan Nasional mengklasifikasikan penyelenggaraan pendidikan berdasarkan jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang dapat diselenggarakan oleh Pemerintah baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah atau masyarakat dalam bentuk satuan-satuan pendidikan. Berdasarkan jalurnya, pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Berdasarkan jenjangnya, pendidikan formal dibedakan menjadi pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan hanya dikenal pada jalur pendidikan formal. Bila dilihat pada aspek jenisnya, pendidikan terdiri dari pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan pendidikan khusus.

2.1.2 Pengertian Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah salah satu jenjang pendidikan yang harus dilewati oleh peserta didik jika menempuh jalur pendidikan formal. Menurut Ihsan (1997) jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan , yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran.

(42)

(fundamental academic skills), ilmu pengetahuan dasar (basic knowledge) serta kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dan menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat dan negara. Sedangkan menurut Ihsan (1997) Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam bermasyarakat serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan yang memberikan bekal dasar bagi perkembangan kehidupan baik untuk pribadi maupun masyarakat.

Peraturan Pemerintah Nomor. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan mendefinisikan pendidikan dasar sebagai jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar (SD) atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang sederajat. SD adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum yang terdiri atas 6 (enam) tingkatan kelas, yaitu kelas 1 sampai dengan kelas 6. Sedangkan SMP adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum yang terdiri atas 3 (tiga) tingkatan kelas, yaitu kelas 7, kelas 8, dan kelas 9 sebagai lanjutan dari SD atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD. Menurut Suhartono (2009) masa pendidikan SD pada umumnya adalah 6 tahun dan SMP adalah 3 tahun.

2.1.3 Fasilitas Pendidikan Dasar

(43)

pendidikan bagi masyarakat. Ada hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat. Sekolah membentuk suatu lingkungan pembelajaran bagi anak dan menjadi pusat dinamika masyarakat (Syafaruddin, 2002).

Sebagian besar orang tua memandang pendidikan sebagai pelayanan yang paling berharga yang dapat diberikan masyarakat pada anak-anaknya sehingga mayoritas orang tua bersedia menunda pemenuhan kebutuhan yang lain untuk mendukung pendidikan anak (Golany, 1976). Terbatasnya kemampuan dan pengetahuan orang tua sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi, menurut Ihsan (1997) menyebabkan orang tua tidak mampu mendidik anaknya sehingga mempercayakan pada sekolah untuk mendidik anak mereka dalam bidang ilmu dan teknologi. Scotter et al. (1979) dalam Syafaruddin (2002) mengatakan bahwa orang tua memiliki harapan besar terhadap pengembangan potensi dan kemampuan anak melalui sekolah. Sekolah berperan penting dalam pembinaan pribadi anak serta sosialisasi dan pembudayaan suatu bangsa.

2.2 Penyediaan Fasilitas Pendidikan Dasar

Penyediaan fasilitas pendidikan berupa sekolah adalah salah satu aspek yang paling penting dalam pembangunan pendidikan. Ketersediaan sekolah, menurut Hartono (2005), merupakan pertimbangan utama bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Menurut Sa’ud (2006) dalam Yuniarsih et al. (2008) agar kesempatan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dapat terpenuh i maka perlu disediakan lembaga-lembaga dan fasilitas pendidikan.

Akhmadi et al. (2003) dan Syahza (2008) menyatakan keberlanjutan sekolah seorang siswa juga dipengaruhi oleh penyediaan fasilitas pendidikan. Menurut Suryadharma et al. (2006) jumlah tertinggi angka putus sekolah pada anak-anak di Indonesia terjadi diantara jenjang pendidikan, misalnya banyak lulusan SD yang kemudian tidak melanjutkan studinya ke SMP, menyediakan lebih banyak sekolah akan meningkatkan kemungkinan peserta didik untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.

(44)

untuk mendapatkan pendidikan. Menurut Pagala et al. (2008) variabel yang mempengaruhi efisiensi dan efektifitas penyediaan sekolah dasar (SD) adalah luas daerah yang dilayani sekolah, jumlah penduduk, lokasi sekolah dan jarak tempuh menuju sekolah. Untuk mengukur tingkat penyediaan sekolah dapat dilakukan dengan membandingkan antara jumlah sekolah yang ada dengan jumlah sekolah yang dibutuhkan sebagai berikut (Analisis, 2010):

Σ S

A = --- (2.1)

Σ D Dimana:

A = Tingkat ketersediaan (availability) sekolah Σ S = Jumlah sekolah yang tersedia (supply) Σ D = Jumlah sekolah yang dibutuhkan (demand)

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) harus disediakan sekurang-kurangnya satu SD dengan enam rombongan belajar untuk 2.000 penduduk atau satu kelurahan, sedangkan pada wilayah berpenduduk lebih dari 2.000 Jiwa maka sarana dan prasarana di SD yang telah ada dapat ditambah untuk melayani tambahan rombongan belajar atau disediakan SD yang baru. Selain itu dalam tiap kecamatan harus ada setidaknya satu SMP. Semua lulusan SD dari kecamatan tersebut harus dapat ditampung oleh SMP yang ada di Kecamatan itu sendiri.

2.2.1 Jumlah dan Jenis Sekolah

(45)

Ej

Aij = --- (2.2)

dijb Dimana :

Aij = Accesibility Index daerah i terhadap daerah j. Ej = Total lapangan kerja di daerah j.

dij = Jarak antara i dan j. b = Pangkat dari dij.

Indeks aksesibilitas adalah faktor utama bagi seseorang dalam memilih lokasi bertempat tinggal. Faktor jumlah lapangan kerja (Ej), dalam konteks pendidikan oleh Mutmainah et al. (2008) diganti dengan jumlah sekolah yang tersedia.

Jenis sekolah adalah pengelompokkan/kategorisasi sekolah berdasarkan bentuk satuan pendidikan, status pengelolaan, standarisasi dan akreditasi sekolah. Menurut Ihsan (1997) satuan pendidikan adalah satuan dalam sistem pendidikan nasional sebagai arena belajar. Satuan pendidikan harus dapat menciptakan suasana yang menunjang perkembangan peserta didik sesuai tujuan dan fungsi sistem pendidikan nasional. Sedangkan jenis pendidikan adalah satuan pendidikan yang dikelompokkan sesuai sifat dan tujuannya.

Berdasarkan bentuk satuan pendidikannya, sekolah dikdas dibedakan menjadi SD dan SMP. Sebagaimana telah diungkapkan pada bagian sebelumnya, SD adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar yang terdiri atas 6 (enam) tingkatan kelas, yaitu kelas 1 sampai dengan kelas 6. Sedangkan SMP adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar yang terdiri atas 3 (tiga) tingkatan kelas, yaitu kelas 7, kelas 8, dan kelas 9 sebagai lanjutan dari SD atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD.

Gambar

GAMBAR 1.1 PETA ADMINISTRASI KOTA SALATIGA TAHUN 2009
GAMBAR 1.2
TABEL I.1 KEBUTUHAN DATA
GAMBAR 1.3 KERANGKA ANALISIS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor sangat menentukan baik buruknya suatu kinerja mereka, begitupun dengan tuntutan dan tugas yang sangat besar

Dikarenakan dari beberapa hasil penelitian sebelumnya belum ada yang membahas tentang dimensi metrik dan dimensi partisi pada graf hasil operasi korona antar graf lengkap,

Jumlah pengguna layanan pada jaringan telekomunikasi berbasis seluler merupakan salah satu faktor penting dalam menghitung atau menentukan kapasitas yang disediakan

Perlakuan perbandingan gelatin dan maltodekstrin sangat berpengaruh terhadap rendemen, kadar klorofil, kelarutan, tingkat kecerahan (L*), tingkat kemerahan (a*) dan

Bukit Sampah dan Ladang Laweh. Sim Parameter Lahan Lereng B. Pada lahan di Siduali tekstur tanahnya lempung berpasir dan termasuk Sedangkan untuk pembatas N total dan P 2 O 5

selalu dibebankan pada evaluasi berbentuk teks, tetapi setiap kegiatan dan aktivitas siswa merupakan bagian dari keefektifan pembe- lajaran. Produk pengembangan yang

Pada tanggal 22 Juni 2017 kemarin, sebelum tutup terkait libur panjang Lebaran, IHSG bergerak sideways dan ditutup menguat tipis 11.16 poin ke level 5829.7 ditengah mixednya

Namun penelitian yang dilakukan oleh Abrutyn dan Berlin (1991) menyatakan pemberian immunoglobulin tetanus intratekal tidak memberikan keuntungan