• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengamatan Parameter Genetik Pada Generasi M3 Tanaman Kedelai (Glycine max L. (Merrill.)) Berdasarkan Kehijauan Daun dan Produksi Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengamatan Parameter Genetik Pada Generasi M3 Tanaman Kedelai (Glycine max L. (Merrill.)) Berdasarkan Kehijauan Daun dan Produksi Tinggi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Kelas : Dicotyledoneae;

Ordo : Rosales; Famili : Papilionaceae (Leguminosae); Genus : Glycine ;

Species : Glycine max L. (Steenis, 2003).

Sistem perakaran pada kedelai terdiri dari sebuah akar tunggang yang

terbentuk dari calon akar. Bintil akar pertama terlihat 10 hari setelah tanam.

Panjang akar tunggang ditentukan oleh berbagai faktor, seperti kekerasan tanah,

populasi tanaman, varietas, dan sebagainya. Akar tunggang dapat mencapai

kedalaman 200 cm (Permata, 2002).

Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe

determinate dan indeterminate. Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi

oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada

kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang

indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan batang determinate. Cabang

akan muncul di batang tanaman (Irwan, 2006).

Daun kedelai terbagi menjadi empat tipe, yaitu (1) kotiledon atau daun

biji, (2) dua helai daun primer sederhana, (3) daun bertiga, dan (4) profila. Daun

primer berbentuk oval dengan tangkai daun sepanjang 1-2 cm, terletak

berseberangan pada buku pertama diatas kotiledon. Bentuk daun kedelai adalah

lancip, bulat dan lonjong serta terdapat perpaduan bentuk daun misalnya antara

(2)

Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna (hermaphrodite), yakni pada

tiap kuntum bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan

(benangsari). Mekarnya bunga berlangsung pada pukul 08.00-09.00 dan

penyerbukannya bersifat menyerbuk sendiri. Kuntum bunga tersusun dalam

rangkaian bunga, namun tidak semua bunga dapat menjadi polong (buah), sekitar

60% bunga rontok sebelum membentuk polong (Hanum, 2008).

Jumlah polong yang terbentuk pada setiap tangkai daun sangat beragam,

antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Di dalam polong terdapat biji yang

berjumlah 2-3 biji. Setiap biji yang kedelai memiliki ukuran bervariasi, mulai dari

kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (> 13 g/100 biji)

(Adisarwanto, 2005).

Biji merupakan komponen morfologi kedelai yang bernilai ekonomis.

Bentuk biji kedelai beragam dari lonjong hingga bulat, dan sebagian besar kedelai

yang ada di Indonesia berkriteria lonjong. Pengelompokan ukuran biji kedelai

berbeda antar negara, di Indonesia kedelai dikelompokkan berukuran besar

(berat > 14 g/100 biji) (Permata, 2002).

Syarat Tumbuh Iklim

Pada lingkungan yang optimal biji kedelai berkecambah setelah 4 hari

setelah tanam, sedangkan pada suhu sekitar 10º C biji baru berkecambah 2 mingu

setelah tanam. Pertumbuhan terbaik terjadi pada suhu 29,4º C dan menurun bila

suhu lebih rendah. Apabila air mencukupi kedelai masih dapat tumbuh baik pada

suhu yang sangat tinggi 36º C dan akan berhenti tumbuh pada suhu 9º C

(3)

Kedelai dapat tumbuh subur pada curah hujan optimal 100- 200

mm/bulan. Temperatur 25- 27º Celcius dengan penyinaran penuh minimal 10

jam/hari. Tinggi tempat dari permukaan laut 0-900 m, dengan tanah tipis-tipis

(Hanum, 2008).

Tanah

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase

dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan

tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol,

grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara)

dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan

pengapuran (Hanum, 2008).

Pada lahan kering terdapat tipe tanah dengan pH < 5 dan kejenuhan basa

< 50% disebut lahan kering masam. Tanah akan menjadi bereaksi masam dengan

kejenuhan basa rendah, dan menunjukkan kejenuhan aluminium yang

tinggidisebabkan karena tingginya curah hujan. Curah hujan yang tinggi

menyebabkan tingkat pencucian hara tinggi terutama basa, sehingga

basa-basa dalam tanah akan segera tercuci keluar lingkungan tanah dan yang tinggal

dalam kompleks adsorbsi liat dan humus adalah ion H dan Al (Barus, 2013).

Kedelai sebaiknya ditanam pada jenis tanah bertekstur lempung berpasir

atau liat berpasir untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produksi yang optimal.

Ketersediaan air pada jenis tanah seperti ini cukup tinggi sehingga mendukung

pertumbuhan kedelai. Kedelai dapat bertahan dan produksi pada cekaman

(4)

dalam pertumbuhannya yaitu pada saat perkecambahan, masa berbunga, dan

pengisian polong (Adisarwanto, 2005).

Mutasi

Keragaman genetik yang dapat ditingkatkan melalui induksi mutasi antara

lain adalah peningkatan variasi karakter kualitatif seperti morfologi tanaman,

morfologi daun, bentuk bunga dan warna bunga. DNA merupakan komponen

utama dari gen yang merupakan sasaran utama dari pemberian mutagen untuk

menimbulkan mutasi yaitu perubahan sifat yang diatur oleh gen dan dapat

diwariskan. Mutasi tersebut akhirnya akan membentuk keragaman genetik yang

baru. Keragaman ini merupakan harapan pemulia tanaman untuk memperbaharui

varietas-varietas yang telah ada menjadi varietas yang diinginkan

(Syafni, 2013).

Mutasi adalah perubahan dari struktur gen yang sifat keturunannya yang

diwariskan yang dapat terjadi secara spontan maupun buatan. Mutasi buatan

terjadi akibat penyinaran radioaktif atau perlakuan dengan zat–zat kimia tertentu.

Kultivar – kultivar unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman

diantaranya mutasi dan produk transgenik. Pemuliaan dengan mutasi dapat

dilakukan dengan menggunakan kolkhisin pada jaringan meristem

(Suharni, 2004).

Pada bidang pemuliaan tanaman, teknik mutasi dapat meningkatkan

keragaman genetik tanaman memungkinkan pemulia melakukan seleksi genotipe

tanaman sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi induksi dapat

(5)

tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar, rizhoma, media kultur jaringan

dan sebagainya (BATAN, 2006).

Mutasi terjadi secara acak dan mutagen jarang mengubah hanya satu gen

tertentu, maka perlakuan mutagenic terhadap karakter yang diwariskan secara

kuantitatif dapat juga dipertimbangkannya. Semua agensia mutagenik yang telah

dikenal diaplikasikan pada taraf yang menghasilkan sejumlah mutasi yang dapat

terlihat, juga untuk menimbulkan keragaman pada karakter yang diwariskan

secara kuantitatif (Hanafiah, 2007).

Mutasi makro menggunakan dosis iradiasi yang tinggi, biasanya

menyebabkan ketidakstabilan genetik. Adapun mutasi mikro mengubah karakter

kuantitatif yang diturunkan dan lebih bermanfaat bagi pemulia, karena mutasi

mikro sedikit merusak walaupun mutasi ini sulit dideteksi. Mutasi mikro

meningkatkan keragaman pada hasil, kandungan protein, tinggi tanaman,

pembungaan, produksi polong, berat biji dan hasil-hasil lain yang berhubungan

dengan karakter kuantitatif yang diturunkan. Dosis irradiasi sinar gamma yang

direkomendasikan oleh IAEA (International Atomic Energy Agency) untuk

tanaman kedelai adalah pada penyinaran 200 Gy, yang berguna untuk

memperbaiki karakter kuantitatif tanaman. Dosis iradiasi ini berbeda untuk tiap

kultivar dan spesies kedelai yang ada. (Hanafiah et al., 2010).

Kehijauan Daun

Klorofil merupakan pigmen utama daun yang terdapat pada kloroplas,

klorofil juga merupakan faktor utama yang berperan dalam proses fotosintesis

(Campbell et al., 2003). Klorofil yang terdapat pada daun berfungsi sebagai

(6)

setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Sintesis klorofil dalam daun dipengaruhi

oleh berbagai faktor seperti cahaya, gula atau karbohidrat, air, temperatur, faktor

genetik, unsur-unsur hara seperti N, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, S dan O. Prosess sintesis

klorofil dapat terhambat jika tumbuhan mengalami kekurangan air. Akibatnya laju

fotosintesis yang menurun dan terjadinya peningkatan temperatur dan transpirasi

yang menyebabkan disentegrasi klorofil (Hendriyani dan Setiari, 2009).

Tingkat kehijauan daun sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk.

Dimana, semakin tinggi dosis pupuk nitrogen yang diberikan maka warna daun

juga akan semakin hijau, namun jika dosis pupuk nitrogen yang diberikan sedikit

atau tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman maka warna daun yang dihasilkan

akan berwarna kekuningan (Nasaruddin dan Parawansa, 2010).

Menurut Muhuria et al. (2006), intensitas kehijauan meningkat secara

nyata oleh perlakuan intensitas cahaya. Dimana, semakin tinggi kandungan

klorofil maka semakin tinggi intensitas kehijauan daun yang dihasilkan. Karena

itu diduga peningkatan intensitas kehijauan dalam cahaya rendah merupakan

gambaran adanya akumulasi klorofil pada permukaan daun bagian atas.

Menurut penelitian Ritonga dan Sukma (2009), calon tanaman mutan ini

diperoleh dari berbagai taraf dosis iradiasi, yaitu 30 Gy, 60 Gy dan 90 Gy pada

aglaonema Butterfly memiliki warna daun lebih merah dibandingkan dengan

tanaman kontrolnya. Hal ini diduga karena iradiasi sinar gamma dapat

menurunkan kandungan klorofil daun tanaman aglaonema. Hasil penelitian

Syukur (2000) juga menunjukkan bahwa meningkatnya dosis radiasi akan

(7)

Menurut penelitian Imelda et al. (2011) menyatakan bahwa dosis radiasi

sinar gamma 10 Gy menunjukkan dapat menstimulasi penggandaan dan

pertumbuhan kultur in vitro dan dosis radiasi yang lebih tinggi yaitu 20 Gy,

menghasilkan perubahan kadar klorofil lidah buaya.

Mutasi DNA kloroplas (cpDNA) pada tanaman hias mengakibatkan

plastida pada sebagian jaringan kurang atau bahkan tidak bisa memproduksi

klorofil, sedangkan bagian yang lain produksi klorofil normal, sehingga daun

sebagian berwarna hijau dan bagian lainnya berwarna kuning atau putih

(Misniar, 2008).

Menurut penelitian Oktavina (2011), menyatakan dosis iradiasi 60 dan 90

Gy menghasilkan rata-rata jumlah daun yang terendah. Daun yang mati karena

pengaruh iradiasi dicirikan dengan daun yang berwarna cokelat dan kering pada

daun baru maupun daun sebelumnya. Dalam penelitian Natawijaya et al. (2009)

bahwa daun yang mati karena efek iradiasi dicirikan dengan daun yang berwarna

cokelat dan kering, terjadi karena iradiasi dicirikan dengan daun yang berwarna

cokelat dan kering, terjadi karena iradiasi dapat mendegradasi klorofil pada daun,

sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis dan pada akhirnya akan

mengalami kematian.

Menurut penelitian Ratman dan Sumanggono (1998), frekuensi mutasi

klorofil pada tanaman kedelai M-2 pada iradiasi sinar gamma S0Co dosis 0,10;

0,20; 0,30 dan 0,40 kGy menunjukkan bahwa tipe inutasi klorofil yang timbul ada

dua macam yakni tipe xantha yang berwarna kuning dan tipe albino yang

berwarna putih. Mutan dengan tipe xantha dan albino akan mati pada umur

(8)

mutasi tipe xantha atau albino tidak memiliki butir-butir klorofil sehingga tidak

dapat melakukan fotosintesis dengan sempurna. Mutasi klorofil yang sulit

dideteksi adalah tipe viridis. Tanaman dengan mutasi tipe viridis dapat hidup

sampai panen karena tanaman tersebut mempunyai butirklorofil. Pada dosis 0,10

kGy ada 4 mutan tipe xantha, dan 2 mutan tipe albino sedang pada dosis 0,20 kGy

terdapat 5 mutan tipe xantha, dan satu mutan tipe albino. Pada dosis 0,30 kGy

hanya terdapat sebanyak satu mutan tipe xantha. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa iradiasi sinar gamma dosis 0,10 dan 0,20 kGy dapat meningkatkan mutasi

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya Panitia Pengadaan Peralatan TI Pada Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Jawa Timur akan melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan harga dengan

[r]

- Ekonomi India didasarkan pada pertanian dan ada potensi besar untuk melayani pasar domestik atau global melalui berbagai penambahan nilai, pengembangan rantai

yang telah diperoleh sehingga informasi atau data tersebut mempunyai arti. Dalam penelitian ini digunakan analisis sebagai berikut:. 1.

Kwalitatif adalah : Bagaimana tingkat pengaruh bahan kimia tersebut adalah : Bagaimana tingkat pengaruh bahan kimia tersebut jika terkena atau terpapar pada manusia dapat

berangkat dari teori yang menyatakan bahwa pemanfaatan sumber belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sebuah proses belajar. Keberadaan pemanfaatan

Koordinasi diantara petani, tengkulak, distributor dan pedagang sangat penting untuk mewujudkan kelancaran supply chain. Di Kota Medan koordinasi yang ada terbatas

untuk analisa penelitian pembuatan biogasohol ini dibutuhkan beberapa alat analisa antara lain: Seperangkat alat motor CFR yang digunakan sebagai alat untuk mengukur nilai oktan