• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (Imb) Terhadap Lingkungan Hidup Di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (Imb) Terhadap Lingkungan Hidup Di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk memudahkan penulis dalam menyusun penelitian ini, maka

dibutuhkan teori-teori sebagai pedoman kerangka berfikir untuk menggambarkan

dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Pedoman tersebut

disebut kerangka teori.Arikunto, (2002 : 92) Kerangka teori merupakan bagian

dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang

berhubungan dengan variabel pokok atau subvariabel yang ada dalam penelitian.

Adapun yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.1. Perizinan

Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam

hukum administrasi. Pemerintahan menggunakan izin sebagai sarana yuridis

untuk mengemudikan tingkah laku para warga.

Menurut Mr. N. Spelt yang disunting oleh Philipus M Hadjon bahwa :

Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan. Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang.Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya.

Dengan demikian berarti, bahwa izin merupakan sesuatu keputusan yang

diberikan oleh Pemerintah untuk memperkenankan seseorang yang memohon

untuk dapat melakukan suatu tindakan tertentu sesuai dengan

persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan

(2)

Di dalam bidang Hukum Administrasi, mengenai perizinan ini dapat

dibedakan izin dalam arti sempit, dan bentuk-bentuk hukum lain yang sejenis

dengan izin ialah misalnya kewajiban melaporkan, penarikan pajak, pengujian,

perbolehan, perkenan, dan pemberian kuasa.

lzin dalam arti sempit adalah pengikatan aktivitas-aktivitas pada suatu

peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang

untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan

yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat

undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun dimana ia

menginginkan dapat melakukan pengawasan sekadarnya. Contoh tentang hal ini

ialah izin bangunan, melalu izin ini, larangan membangun bagi pemohon

ditiadakan, sejauh menyangkut bangunan yang diuraikan dengan jelas dalam

permohonan. Sehingga dengan adanya izin yang diberikan oleh Pemerintah secara

hukum telah menimbulkan akibat hukum bagi sipemohon izin, berupa hak dan

kewajiban.

Pada prinsipnya dalam pengertian izin (dalam arti sempit) ialah suatu

tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar dalam

ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan

batas-batas tertentu bagi tiap kasus.

1. Keinginan mengarahkan (mengendalikan) aktivitas-aktivitas tertentu

(misalnya izin bangunan).

Melalui sistem perizinan yang ditetapkan oleh Pemerintah, pembuat

undang-undang dapat mengejar berbagai tujuan, antara lain:

(3)

3.

4.

Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu (izin tebang,izin membongkar

pada monumen-monumen tertentu).

5. Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang aktivitas-aktivitas (izin

berdasarkan “Drank-en Horecawet”, dimana pengurus harus memenuhi

syarat-syarat tertentu.

Hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghunian di daerah

padat penduduk)

Dengan demikian berarti, bahwa izin digunakan oleh penguasa sebagai

instrumen untuk mempengaruhi (hubungan dengan) para warga agar mau

mengikuti cara yang dianjurkan guna mencapai tujuan kongkrit. Tujuan ini tidak

senantiasa dapat segera ditemukan kembali dalam ketentuan-ketentuan sistem izin

bersangkutan. Namun kadangkala ia dapat disimpulkan dari konsiderans

undang-undang atau peraturan yang mengatur izin tersebut, atau dapat pula dari isi atau

sejarah lahirnya undang-undang itu.

Pada umumnya sistem izin terdiri atas larangan, persetujuan (dispensasi)

yang merupakan dasar perkecualian (izin) dan ketentuan-ketentuan yang

berhubungan dengan izin.

Larangan dan wewenang suatu organ pemerintah untuk menyimpang dari

larangan dengan memberi izin, harus ditetapkan dalam suatu peraturan

undang-undang. Norma larangan diuraikan secara abstrak menunjukkan tingkah laku

mana yang pada umumnya tidak diperbolehkan. Pelanggaran norma ini biasanya

dikaitkan dengan sanksi-sanksi hukum administrasi atau sanksi-sanksi hukum

pidana. Sebagai contoh dalam pasal 47 “Woningwet”, membangun tanpa izin

(4)

atau sebagian, membaharui atau mengubah dan membesarkan suatu bangunan.

Jadi, larangan mencakup sejumlah besar tindakan.

Pengertian Izin Mendirikan Bangunan berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Deli Serdang No. 6 tahun 2011 atau biasa dikenal dengan IMB adalah

perizinan yang diberikan oleh Bupati kepada pemilik bangunan untuk membangun

baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan sesuai

dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.

IMB merupakan salah satu produk hukum untuk mewujudkan tatanan

tertentu sehingga tercipta ketertiban, keamanan, keselamatan, kenyamanan,

sekaligus kepastian hukum. Kewajiban setiap orang atau badan yang akan

mendirikan bangunan memiliki Izin Mendirikan Bangunan terdapat pada Pasal 3

ayat 1 Perda No 8 Tahun 2011. IMB tersebut melegalkan suatu bangunan yang

direncanakan sesuai dengan Tata Ruang yang telah ditentukan dan rencana

kostruksi bangunan tersebut juga dapat di pertanggung jawabkan dengan maksud

untuk kepentingan bersama,sehingga jelas bahwa IMB itu penting.

Pada dasarnya mendirikan bangunan adalah sebuah perbuatan yang

berbahaya, hal ini karena bangunan merupakan tempat sentral bagi manusia

beraktifitas sehari-hari, baik ketika dirumah maupun dikantor. Kriteria bahaya

tersebut muncul ketika bangunan tersebut memiliki syarat tertentu agar tidak

rubuh dan mencelakai orang didalam atau disekitarnya.

Bangunan didirikan dengan syarat pertimbangan dan perhitungan yang

matang mengenai bentuk struktur dan kekuatan struktur serta kekuatan bahan

yang digunakan. Dengan demikian bangunan tersebut akan kuat dan tidak

(5)

adanya perhitungan mengenai kekuatan struktur dan bahan maka akan mudah

roboh dan menimbulkan bahaya bagi orang banyak. Dalam rangka melindungi

keselamatan masyarakat banyak dari bahaya roboh / rusaknya bangunan maka

kegiatan pembangunan harus diawasi, boleh dibangun tetapi dengan syarat

tertentu.

Diantara syarat itu salah satunya adalah harus kuat dari segi struktur

konstruksi dan bahan yang digunakan, apabila tidak dipenuhi maka kegiatan

mendirikan bangunan itu termasuk kategori membahayakan keselamatan

masyarakat sehingga izin mendirikan bangunan tidak diberikan. Pengawasan

Pemerintah daerah terhadap kegiatan membangun bangunan dilaksanakan melalui

pemberian izin mendirikan bangunan yang dimohonkan oleh anggota masyarakat

yang memberikan gambaran bangunan yang akan didirikan lengkap dengan

gambar dan perhitungan struktur konstruksi. Kemudian setelah diteliti dan

dipertimbangkan dengan cermat, apabila memenuhi syarat maka izin tersebut

dikeluarkan dan pemohon diwajibkan membayar retribusi guna pemasukan

keuangan daerah.

Selain Hal tersebut memiliki bangunan yang telah ber-IMB juga memiliki

kelebihan dibandingkan dengan bangunan yang tidak ber-IMB yakni bangunan

memiliki nilai jual yang tinggi, jaminan kredit Bank, Peningkatan Status tanah,

serta Informasi peruntukan dan rencana jalan.

2.2. Bentuk-Bentuk Perizinan

SF. Marbun dan Moh. Mahfud MD menguraikan Bentuk-bentuk perizinan,

(6)

1. Dispensasi atau Bebas Syarat yaitu apabila pembuat peraturan secara

umum tidak melarang sesuatu peraturan perundang-undangan menjadi

tidak berlaku karena sesuatu hal yang sangat istimewa. Adapun tujuan

diberikannya dispensasi itu adalah agar seseorang dapat melakukan suatu

perbuatan hukum yang menyimpang atau menerobos peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pemberian dispensasi itu umumnya harus

memenuhi syararat-syarat tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang

yang bersangkutan.

2. Verguining atau Izin yaitu apabila pembuat peraturan secara umum tidak

melarang sesuatu perbuatan asal saja dilakukan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku. Perbuatan administrasi negara yang

memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.

3. Lisensi (Licentie) menurut Prins nama lisensi lebih tepat untuk digunakan

dalam hal menjalankan suatu perusahaan dengan leluasa (suatu macam

izin yang istimewa). Sehingga tidak ada ganguan lainnya termasuk dari

pemerintah sendiri.

4. Konsensi yaitu apabila pihak swasta memperoleh delegasi kekuasaan dari

pemerintah untuk melakukan sebagian pekerjaan/tugas yang seharusnya

dikerjakan oleh pemerintah. Adapun tugas dari pemerintah atau bestur

adalah menyelenggarakan kesejahtaraan umum. Jadi kesejahtaraan atau

kepentingan umum harus selalu menjadi syarat utama, bukan untuk

mencari keuntungan semata-mata. Pendelegasian wewenang itu diberikan

(7)

melakukan sendiri. Konsensi ini hampir dapat diberikan dalam segala

bidang.

2.3. Keuntungan Perizinan

Prajudi Atmosudirjo menyatakan perizinan merupakan penetapan yang

memberikan keuntungan yaitu :

1. Dispensasi

Pernyataan dari penjabat yang berwenang bahwa sesuatu ketentuan

Undang-Undang tertentu memang tidak berlaku terhadap kasus yang diajukan

seseorang dalam surat permintannya.

2. Izin atau Verguinning

Tidak melarang suatu perbuatan tetapi untuk dapat melakukannya diisyaratkan

prosedur tertentu harus dilalui.

3. Lisensi

Izin yang bersifat komersial dan mendatangkan laba.

4. Konsensi

Penetapan yang memungkinkan konsesionaris mendapat dispensasi, izin,

lisensi dan juga semacam wewenang pemerintahan yang memungkinnya untuk

memindahkan kampung, dan sebagainya. Oleh karna itu pemberian konsensi

haruslah dengan kewaspadaan, kebijaksanaan dan perhitungan yang

sematang-matangnya.

2.4. Tujuan dan Fungsi Izin Mendirikan Bangunan

Secara umum tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk pengendalian

(8)

pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan oleh yang berkepentingan ataupun oleh

penjabat yang berwenang.

Selain itu tujuan dari perizinan itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu :

1. Dari sisi pemerintah

Dari Sisi Pemerintah tujuan pemberian izin itu adalah :

a. Untuk melaksanakan peraturan apakah ketentuan-ketentuan yang termuat

dalam peraturan tersebut sesuai dengan kenyataan dalam prakteknya atau

tidak dan sekaligus untuk mengatur ketertiban.

b. Sebagai sumber pendapatan daerah,dengan adanya permintaan permohonan

izin maka secara langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena

setiap izin yang dikeluarkan pemohon harus membayar retribusi terlebih

dahulu. Semakin banyak pula pendapatan dibidang retribusi tujuan

akhirnya yaitu untuk membiayai pembangunan.

2. Dari sisi masyarakat

Dari sisi masyarakat tujuan pemberian izin adalah :

a. Untuk adanya kepastian hukum

b. Untuk adanya kepastian hak

c. Untuk memudahkan mendapatkan fasilitas

Bila bangunan yang didirikan telah mempunyai izin akan lebih mudah

mendapat fasilitas. Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah

mempunyai fungsi masing-masing. Begitu pula halnya dengan ketentuan tentang

(9)

a. Sebagai fungsi penertib

Fungsi penertib dimaksudkan agar izin atau setiap izin atau tempat-tempat

usaha,bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak

bertentangan satu sama lain, sehingga ketertiban dalam setiap segi

kehidupan masyarakat dapat terwujud.

b. Sebagai fungsi pengatur

Fungsi mengatur dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan

sesuai dengan peruntukannya, sehingga terdapat penyalahgunaan izin yang

telah diberikan, dengan kata lain, fungsi pengaturan ini dapat disebut juga

sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.

Tujuan izin mendirikan bangunan adalah untuk melindungi kepentingan

baik kepentingan pemerintah maupun kepentingan masyarakat yang

ditujukan atas kepentingan hak atas tanah.

Sedangkan fungsi dari izin bangunan ini dapat dilihat dalam beberapa hal :

1. Segi Teknis Perkotaan

Pemberian izin mendirikan bangunan sangat penting artinya bagi

pemerintah daerah guna mengatur, menetapkan dan merencanakan

pembangunan perumahan diwilayahnya sesuai dengan potensial dan

prioritas kota yang dituangkan dalam Master Plan Kota. Untuk

mendapatkan pola pembangunan kota yang terencana dan terkontrol

tersebut, maka untuk pelaksanaan sutau pembangunan di atas wilayah

suatu kota diwajibkan memiliki izin mendirikan bengunan dan

penggunaannya sesuai dengan yang disetujui oleh Dinas Penanaman

(10)

pengaturan pembangunan perumahan melalui izin ini, maka pemerintah di

daerah dapat merencanakan pelaksanaan pembangunan berbagai sarana

serta unsur kota dengan berbagai instansi yang berkepentingan. Hal ini

penting artinya agar wajah perkotaan dapat ditata dengan rapi serta

menjamin keterpaduan pelaksanaan pekerjaan pembangunan perkotaan.

Penyesuaian pemberian izin mendirikan bengunan dengan Master Plan

Kota akan memungkinkan adanya koordinasi antara berbagai departemen

teknis dalam melaksanakan pembangunan kota.

2. Segi Kepastian Hukum

Izin mendirikan bangunan penting artinya sebagai pengawasan dan

pengendalian bagi pemerintah dalam hal pembangunan perumahan.

Mendirikan bangunan dapat menjadi acuan atau titik tolak dalam

pengaturan perumahan selanjutnya. Bagi masyarakat pentingnya izin

mendirikan bangunan ini adalah untuk mendapatkan kepastian hukum

terhadap hak bangunan yang dilakukan sehingga tidak adanya gangguan

atau hal-hal yang merugikan pihak lain dan akan memungkinkan untuk

mendapatkan keamanan dan ketentraman dalam pelaksanaan usaha atau

pekerjaan.

Selain itu izin mendirikan bangunan tersebut bagi sipemiliknya dapat

berfungsi sebagai :

a. bukti milik bangunan yang sah

b. kekuatan hukum terhadap tuntutan ganti rugi dalam hal :

1) Terjadinya hak milik untuk keperluan pembangunan yang bersifat

(11)

2) Bentuk-bentuk kerugian yang diderita pemilik bangunan lainya

yang berasal dari kebijaksanaan dan kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah.

3. Segi Pendapatan Daerah

Dalam hal ini pendapatan daerah, maka izin mendirikan bangunan

merupakan salah satu sektor pemasukan yang tidak dapat diabaikan begitu

saja. Melalui pemberian izin ini dapat dipungut retribusi izin mendirikan

bangunan. Retribusi atas izin mendirikan bangunan itu ditetapkan

berdasarkan persentase dari taksiran biaya bangunan yang dibedakan

menurut fungsi bangunan tersebut. Retribusi izin mendirikan bangunan

dibebankan kepada setiap orang atau badan hukum yang namanya tecantum

dalam surat izin yang dikeluarkan itu.

2.5. Instrumen Izin Dalam Kebijaksanaan Lingkungan

Kebijakan merupakan suatu keputusan dalam upaya memecahkan suatu

permasalahan yang melibatkan banyak pihak. Sumberdaya yang diperlukan pun

tidak sedikit. Sehingga diperlukan suatu pertimbangan yang serius dalam

menentukan serta menetapkan suatu kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan

pengelolaan lingkungan hidup tergolong pada kebijakan bagi kepentingan umum.

Dengan demikian kepentingaan seluruh lapisan masyarakat akan ditentukan oleh

Kebijakan tersebut.

Menurut Heinz dan Kennerth Prewitt (1996:47) kebijakan adalah suatu

keputusan tetap yang dicirikan oleh konsistensi dan pengulangan tingkah laku dari

mereka yang membuat dan mereka yang memenuhi keputusan tersebut. Kebijakan

(12)

Penyusunan kebijakan pada umumnya dilakukan melalui proses yang

panjang dan berkaitan dengan berbagai aspek, kepentingan dan kewenangan.

Suatu kebijakan biasanya diterima sebagai suatu hasil keputusan bersama yang

dikaitkan secara khusus dengan pembuatannya.

Kewenangan yang menyangkut masalah lingkungan hidup didasarkan

pada pertimbangan bahwa di dalam negara yang sedang berkembang seperti

Indonesia masalah lingkungan hidup terjadi sebagai akibat dari kegiatan

pembangunan, dan yang terutama harus dihadapi adalah rendahnya mutu

lingkungan. Oleh karena itu, penanggulan dari masalah lingkungan hidup di

Indonesia dilaksanakan dalam rangka mempercepat proses pembangunan itu

sendiri. Untuk mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup serta untuk

memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan,

diupayakan “Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup”.

Nugroho (2003:7) mengatakan Kebijakan (Policy) adalah suatu proses

yang terdiri dari serangkaian keputusan yang sifatnya berkaitan dengan hal-hal

yang lebih luas dan banyak aspek, sehingga sumber kebijakan berasa dari banyak

pihak dengan berbagai kepentingan dan kewenangan.

Strategi konservasi yang direncanakan sejak tahun 2009, dengan

dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, merupakan landasan yuridis dan acuan untuk

mencapai sasaran kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan. Semuanya ini

adalah untuk mencapai tujuan pembangunan berwawasan lingkungan yaitu

manusia sehat, sejahtera dan berkecukupan.

(13)

sebagaimana dilakukan dalam Repelita VI untuk tahun 1999-2000 tetap berjalan

dengan memperhitungkan kondisi kritis ekonomi seperti saat ini meliputi,

Pemilihan Lokasi Pembangunan, Pengurangan Produksi Limbah, Pengelolaan

Limbah, Penetapan Baku Mutu Lingkungan, Rehabilitasi dan Pelestarian

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, Pengembangan Kelembagaan

Peraturan Perundangan dan Pemanfaatannya, Peran Masyarakat, dan Kemampuan

Sumber daya Manusia.

Sebagai penjabaran dari kebijakan tersebut Pemerintah menuangkannya

dalam instrumen izin yang digunakan oleh penguasa pada sejumlah besar bidang

kebijaksanaan. Ini terutama berlaku bagi hukum lingkungan, hukum pengaturan

ruang dan hukum perairan.Peraturan tersebut merupakan perlindungan terhadap

lingkungan terhadap kegiatan manusia yang membawa dampak negatif bagi

lingkungan hidup.

Perlindungan terhadap lingkungan ini semakin penting karena seringnya

terjadi pencemaran dan perusakan terhadap lingkungan hidup sehingga

selanjutnya dapat merusak ekosistem. Oleh karena itu pemerintah

Di dalam berbagai sektor kebijaksanaan pemerintah dapat berdiri

mengeluarkan

kebijaksanaan yang berhubungan dengan penerbitan izin mendirikan bangunan

yang bertujuan untuk melindungi, memulihkan dan kembali menata tata hubungan

secara berimbang dan serasi antara semua sub sistem dalam keseluruhan

ekosistem, dan juga mengatur hak, kewajiban dan wewenang baik kepada warga

negara maupun pemerintah untuk turut serta dalam pengelolaan lingkungan hidup.

secara

berdampingan berbagai sistem izin dengan motif sejenis ini berhubungan dengan

(14)

kebijaksanaan penguasa semakin banyak terjadi pengkhususan dari tujuan-tujuan

kebijaksanaan itu. Dengan demikian timbul berbagai bidang bagian kebijaksanaan

penguasa dengan sistem-sistem izin yang juga berdiri bedampingan di dalamnya.

Satu contoh tentang ini ialah hukum lingkungan. Di bidang kebijaksanaan

ini terdapat berbagai undang-undang yang masing-masing menyoroti aspek lain

dari pengurusan lingkungan. Dalam hukum lingkungan kita melihat misalnya

sistem-sistem izin dalam “Wet Chemische Afvalsoffen” dan “Afvalstoffenwet'

dengan maksud menyingkirkan secara tepat kategori-kategori limbah tertentu,

dalam undang-undang mengenai pengotoran udara untuk membatasi atau

mencegah pengotoran udara dalam undang-undang gangguan bunyi.

Dengan demikian berarti, melalui instrument izin dapat dijabarkan

kebijakan Pemerintah terhadap pengelolaan lingkungan, sehingga instrumen ini

juga berfungsi sebagai sarana preventif untuk menghindari sebelum terjadi

peristiwa yang menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan hidup.

2.6. Instrumen Izin dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Dokumen AMDAL

Untuk mengetahui kedudukan dokumen Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL) dalam proses pemberian izin yang diterbitkan oleh

Pemerintah Kabupaten, Kota dan Propinsi, maka dibawah ini diuraikan mengenai

pengertian dan dasar hukum dari AMDAL tersebut.

Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ditetapkan Pasal 1

butir 2 UKL-UPL Pasal 1 butir 2 PP 27 Tahun 2012, yang berbunyi sebagai

(15)

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Dengan kata lain, mencakup seluruh kegiatan studi/ pengkajian terhadap

dampak yang telah atau diperkirakan akan timbul oleh karena adanya suatu

kegiatan/ proyek terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non-fisik

serta rekomendasi berdasarkan hasil analisis tersebut.

Ditinjau dari jenis studi ataupun dokumennya, maka Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan meliputi:

a. Kerangka Acuan (KA) adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai

dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan.

b.

c.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah telaahan secara

cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana

usaha dan/atau kegiatan;

d.

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah upaya pemantauan

komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting

akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pengertian dari dokumen-dokumen tersebut, secara yuridis telah

ditetapkan dalam Pasal 1 butir 6,7,8 dan 9 PP No. 27 Tahun 2012 Keputusan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2012 tentang Izin

Lingkungan.

Rencana Pemantauan Lingkungan hidup (RPL) adalah upaya pemantauan

komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting

akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

(16)

impact” mempunyai arti sama dengan “crashing”, “collision”, “effect”.

Sedangkan dalam bahasa Indonesia dampak mempunyai arti “tubrukan”,

“benturan”,“pengaruh”.

Di dalam Pasal 1 butir 2 UKL-UPL, bahwa dampak lingkungan adalah

pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha

dan/atau kegiatan.

Otto Soemarwoto (1998:43) mengartikan dampak adalah suatu perubahan

yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat

alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi.

Dampak menurut JE.Hosio (2007:57) adalah perubahan nyata pada

tingkah laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kebijakan. Berdasarkan

pengertian tersebut maka dampak merupakan suatu perubahan yang nyata akibat

dari keluarnya kebijakan terhadap sikap dan tingkah laku.

Sedangkan menurut Irfan Islamy (2001:115), dampak kebijakan adalah

akibat-akibat dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan dengan

dilaksanakannya kebijakan

Selanjutnya oleh Gunawan Soeratmo (1997) mengartikan sebagai adanya

suatu benturan kepentingan antara dua kepentingan, yaitu kepentingan

pembangunan proyek dengan kepentingan usaha untuk melestarikan kualitas

lingkungan yang baik.

Di dalam perkembangan kemudian yang dianalisis bukanlah hanya

dampak negatif saja tetapi juga dampak positif dengan bobot analisis yang sama.

Apabila didefinisikan maka “dampak” ialah setiap perubahan yang terjadi di

(17)

Otto Soermawoto (1998) mengatakan bahwa:

Sebetulnya setiap perubahan yang dilakukan oeh manusia terhadap

lingkungannya, bagi perubahan yang kecil manusia dapat dengan mudah

menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut melalui proses biologi atau kultural.

Sebaliknya perubahan yang besar, sering berada di luar kemampuan manusia, jika

tidak disertai dengan perhitungan yang berencana. Oleh karenanya, kapan

perubahan itu dapat diketahui?

Perubahan tersebut dapat diketahui dengan jalan melakukan perbandingan terhadap kondisi lingkungan sebelum dan sesudah dilakukannya aktifitas tersebut. Apabila kerugian yang diderita lebih besar dari manfaat yang didapat maka aktifitas itu dapat ditunda atau diberhentikan atau bila akan diteruskan harus dengan pendekatan ekologi.

Pendekatan ekologi dalam pengelolaan lingkungan mengisyaratkan, bahwa

disamping memperhatikan komponen ekosistem juga interaksi antara komponen

yang menentukan produktivitas daya lenting (rellience) dan penyebaran arus

materi energi dan informasi produktivitas, derajat lenting merupakan ukuran

kemampuan sistim itu untuk dapat pulih kembali dari gangguan, sehingga pula

ukuran derajat dapat/tidak dapatnya produktivitas sistem itu ditompang secara

berkelanjutan (sustainable).

a . Dampak pembangunan terhadap lingkungan ialah perbedaan antara kondisi

lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang diperkirakan akan setelah ada

pembangunan.

Di dalam Analisis Dampak Lingkungan, terdapat dua jenis batasan tentang

dampak, yaitu :

b . Dampak pembangunan terhadap lingkungan ialah perbedaan antara kondisi

(18)

diperkirakan akan, ada dengan adanya pembangunan tersebut.

Di dalam Pasal 1 angka 2 PP 27 tahun 2012, menetapkan bahwa dampak

dasar dan penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang

di akibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.

Selanjutnya Pasal 3 menetapkan:

1. Usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak

besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi:

a . pengubahan bentuk bahan dan benteng alam;

b . eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak

terbaharui.

c . proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan

pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta

kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;

d . proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,

lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;

e . proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian

kawasan konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya;

f . introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik;

g . pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;

h . penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk

mempengaruhi lingkungan hidup;

i . kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan/atau mempengaruhi

pertahanan negara.

(19)

memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup ditetapkan oleh Menteri

setelah mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat Menteri lain/atau

Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang terkait.

3. Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

ditinjau kembali sekurang-kurangnya dalam 5 (lima) tahun.

4. Bagi rencana usaha dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melakukan upaya pengelolaan

lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup yang

pembinaannya berada pada instansi yang membidangi usaha dan/atau

kegiatan.

5. Pejabat dari instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha/dan

atau kegiatan wajib mencantumkan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan

upaya pemantauan lingkungan hidup dalam izin melakukan usaha dan/atau

kegiatan.

6. Kegitan lebih lanjut mengenai persyaratan dan kewajiban upaya pengelolaan

lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkuganhidup sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh instansi yang membidangi usaha dan/

atau kegiatan setelah mempertimbangkan masukan dari instansi yang

bertanggung jawab.

Penjabaran atas ketentuan ayat 2 di atas, pemerintah mengeluarkan

Keputusan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.

05 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/ atau kegiatan yang wajib AMDAL.

Selanjutnya usaha dan/atau kegiatan yang akan dibangun di dalam

(20)

diwajibkan membuat analisis mengenai dampak lingkungan hidup lagi usaha

dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan untuk

melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup dan perlindungan fungsi

lingkungan hidup sesuai dengan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan

rencana pemantauan lingkungan hidup kawasan.

Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau

kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain

a . Jumlah manusia yang akan terkena dampak;

b . Luas wilayah persebaran dampak;

c .

d . Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak; Intersitas dan lamanya dampak berlangsung;

e .

f . Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak. Sifat kumulatif dampak;

Pedoman mengenai penentuan dampak besar dan penting sebagimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Instansi yang

Faktor yang menentukan dampak penting itu adalah berdasarkan tingkat

pengetahun yang ada. Dalam menentukan apakah suatu dampak itu

ditugasi

mengendalikan banyak lingkungan.

Ukuran dampak penting terhadap lingkungan, perlu disertai dengan merupakan

dampak penting diperlukan suatu pedoman untuk mengukurnya. Pedoman itu

ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2012

tentang Izin Lingkungan.

a. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan berkaitan secara dasar

(21)

relatif dengan besar kecilnya rencana usaha atau kegiatan, hasil guna dan

dasar gunanya, bila rencana usaha dan kegiatan tersebut dilaksanakan.

b. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan dapat pula

didasarkan pada dampak usaha dan kegiatan tersebut terhadap salah satu aspek

lingkungan saja atau dapat juga terhadap kesatuan dan tata kaitannya dengan

aspek-aspek lingkungan lainnya dalam batas wilayah studi yang telah

ditentukan.

c. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan atas dasar

kemungkinan timbulnya dampak positif atau dampak negatif tidak boleh

dipandang sebagai faktor yang masing-masing berdiri sendiri, melainkan harus

diperhitungkan bobotnya guna dipertimbangkan hubungan timbal-baliknya

untuk mengambil keputusan.

Di dalam Bab 11 dari PP 27 tahun 2012, Bagian Pertama diuraikan,

mengenai Kerangka Acuan, Pasal 14 sampai dengan Pasal 16, Bagian, Kedua

mengenai Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Rencana Pengelolaan

Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL),

yang diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 23 kemudian dijabarkan dalam

Keputusan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012

tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

Lampiran 1 dari Keputusan itu, di dalam penjelasan umum memuat antara

(22)

1. Pengertian

Kerangka acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup

yang merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh Pemrakarsa/

Penyusunan AMDAL dan Komisi AMDAL.

2. Fungsi Pedoman Penyusunan KA-ANDAL

Pedoman penyusunan KA-ANDAL digunakan sebagai dasar bagi penyusunan

KA-ANDAL baik KA-ANDAL kegiatan tunggal, KA-ANDAL kegiatan

terpadu/ multisektor maupun KA-ANDAL kegiatan dalam kawasan.

3. Tujuan dan Fungsi KA-ANDAL

a.

1) Merumuskan lingkup dan kedalaman studi ANDAL. Tujuan Penyusunan KA-ANDAL adalah :

2) Mengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efisien

sesuai dengan biaya, tenaga dan waktu yang tersedia.

b. Fungsi dokumen KA-ANDAL adalah

1) Sebagai rujukan peting bagi pemrakarsa, instansi yang membidangi

rencana usaha atau kegiatan, dan penyusunan studi AMDAL tentang

lingkup dan kedalaman studi ANDAL yang akan dilakukan;

2) Sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilaian dokumen ANDAL

untuk mengevaluasi hasil studi ANDAL.

4.

a.

Dasar Pertimbangan Penyusunan KA-ANDAL

ANDAL bertujuan rnenduga kemungkinan terjadinya dampak dari suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup. Rencana

(23)

beraneka ragam. Keanekaragaman rencana usaha dan/atau kegiatan dapat

berupa keanekaragaman bentuk, ukuran, tujuan, sasaran dan sebagainya.

Demikian pula rona lingkungan hidup akan berbeda menurut letak

geografi, keanekaragaman faktor lingkungan hidup, pengaruh manusia dan

sebagainya. Karena itu, tata kaitan antara keduanya tentuakan sangat

bervariasi pula. Kemungkinan timbulnya dampak lingkungan hidup dan

akan berbeda-beda. Dengan demikian

KA-b. Keterbatasan Sumber Daya

ANDAL diperlukan untuk

memberikan arahan tentan komponen usaha dan/atau kegiatan manakah

yang harus ditelaah, dan komponen lingkungan hidup manakah yang perlu

diamati selama menyusun ANDAL.

Penyusunan ANDAL acap kali dihadapan pada keterbatasan sumber daya,

seperti antara lain keterbatasan waktu, dana, tenaga, metode dan

sebagainya. KA-ANDAL memberikan

c. Efisiensi

ketegasan tentang bagaimana

menyesuaikan tujuan dan hasil yang ingin dicapai dalam keterbatasan

sumber daya tersebut tanpa mengurangi mutu pekerjaan ANDAL. Dalam

KA-ANDAL ditonjolkan upaya untuk menyusun prioritas manakah yang

harus diutamakan agar tujuan ANDAL dapat terpenuhi meski sumber daya

terbatas.

Pengumpulan data dan informasi untuk kepentingan ANDAL, perlu

dibatasi pada faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan kebutuhan.

Dengan cara ini ANDAL dapat dilakukan secara efisien. Penentuan

(24)

disusun dan dirumuskan dalam KA-ANDAL.

5. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan KA-ANDAL

Pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam penyusunan KA-ANDAL

adalah pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab, dan penyusun studi

ANDAL. Namun dalam pelaksanannya penyusunan KA-ANDAL (proses

pelingkupan) harus senantiasa melibatkan para pakar serta masyarakat yang

berkepentingan sesuai Pasal 3 PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL.

6. Pemakai hasil ANDAL dan hubungannya dengan penyusunan KA-ANDAL

Menurut Pasal 2 PP Nomor 27 Tahun 2012, Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha

dan/atau kegiatan.

KA-ANDAL ini merupakan dokumen penting untuk memberikan-rujukan

tentang kedalaman studi ANDAL yang akan dicapai.

Hasil studi kelayakan ini tidak hanya berguna untuk para perencana, tetapi

yang penting adalah juga bagi pengambilan keputusan. Karena itu, dalam

menyusun KA-ANDAL, untuk suatu ANDAL, perlu dipahami bahwa hasilnya

nanti akan merupakan bagian dari studi kelayakan yang akan digunakan oleh

pengambil keputusan dan perencanaan. Sungguhpun demikian, berlainan

dengan bagian studi kelayakan yang menggarap faktor penunjang dan

penghambat terlaksananya suatu usaha dan/atau kegiatan ditinjau dari segi

ekonomi dan teknologi, ANDAL lebih menunjukkan pendugaan dampak yang

bisa ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut terhadap lingkungan

hidup.Karena itu, penyusunan KA-ANDAL perlu mengikuti diagram alir

(25)

masukan yang diperlukan oleh perencana dan penambil keputusan.

Proses Penyusunan KA- NDAL

7. Wawasan KA-ANDAL

Dokumentasi KA-ANDAL harus mencerminkan secara jelas dan tegas

wawasan lingkungan hidup yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan

suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut, ada

beberapa faktor yang harus diperhatikan

a. Dokumen KA-ANDAL harus menampung berbagai aspirasi tentang

hal-hal yang dianggap penting untuk ditelaah studi ANDAL menurut

pihak-pihak yang terlibat.

Pengumpulan data dan informasi tentang:

 Rencana usaha dan/atau kegiatan

 Rona Lingkungan hidup awal

Proyeksi perubahan rona lingkungan hidup awal sebagai akibat adanya rencana usaha

dan/atau kegiatan

Evaluasi dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup

Penentuan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh

rencana usaha dan/atau kegiatan

Rekomendasi/saran tindak untuk pengambilan keputusan, perencanaan dan pengelola

lingkungan hidup berupa :

 Alternatif usaha dan/atau kegiatan

 Rencana pengelolaan lingkungan hidup

(26)

b.

c.

Mengingat AMDAL adalah bagian dari studi kelayakan, maka dalam studi

ANDAL, perlu ditelaah dan dievaluasi masing-masing alternatif dari

rencana usaha dan/atau kegiatan yang dipandang layak baik segi

lingkungan hidup, teknis maupun ekonomis sebagai upaya untuk

mencegah timbulnya dampak negatif yang lebih besar.

1. Komponen lingkungan hidup yang ingin dipertahankan dan dijaga

serta dilestarikan fungsinya, seperti antara lain:

Mengingat kegiatan-kegiatan pembangunan pada umumnya mengubah

lingkungan hidup, maka menjadi penting memperhatikan

komponen-komponen lingkungan hidup yang berciri

a)

b)

Hutan lindung, hutan konservasi dan cagar biosfer.

c)

Sumber daya air;

d) Kualitas udara;

Keanekaragaman hayati;

e) Warisan alam dan warisan budaya;

f) Kenyamanan lingkungan hidup;

g) Nilai-nilai budaya yang berorientasi selaras dengan lingkungan

hidup.

2. Komponen lingkungan hidup yang akan berubah secara mendasar dan

perubahan tersebut dianggap penting oleh masyarakat di sekitar suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan, seperti antara lain:

a) Pemilikan dan penguasaan lahan;

b) Kesempatan kerja dan usaha;

(27)

d) Kesehatan masyarakat.

d. Pada dasarnya dampak lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan tidak berdiri sendiri, satusama lain

memiliki keterkaitan dan ketergantungan. Hubungan sebab akibat ini perlu

dipahami sejak dini dalam proses penyusunan KA-ANDAL, agar studi

ANDAL dapat berjalan lebih terarah dan sistematis.

Keempat faktor tersebut harus menjadi bagian integral dalam penyusunan

KA-ANDAL terutama dalam proses pelingkupan.

8. Proses Pelingkupan

Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup

permasalahan dan mengidentifikasi dampak besar dan penting (hipotesis) yang

terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pelingkupan merupakan proses terpenting dalam penyusunan KA-ANDAL

karena melalui proses ini dapat dihasilkan:

a. Dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang dipandang

relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL, dengan

meniadakan hal-hal atau komponen lingkungan hidup yang dipandang

kurang penting ditelaah;

b. Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa pertimbangan, batas

proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administratif;

c. Kedalaman studi ANDAL, antara lain mencakup metode yang digunakan,

jumlah sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai

(28)

Tabel 2.1

Daftar Realisasi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Tahun 2012 S/d 2016 TAHUN

JUMLAH

2012 2013 2014 2015 Tahun 2016/

Agustus 2016

205 151 283 495 476 1610

Sumber: Data dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP)

Tabel ini menunjukkan daftar realisasi izin mendirikan bangunan (IMB) di

Kabupaten Deli Serdang yang terus bertambah, IMB ini memiliki tujuan untuk

memberikan izin kepada orang pribadi atau badan hukum yang dimaksudkan

untuk pembinaan, pengamatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya

alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas guna melindungi kepentingan

masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan.

Perkembangan IMB ini mengindikasikan bahwa masyarakat Deli Serdang

khususnya Kecamatan Sunggal sudah mulai memahami pentingnya izin dalam

mendirikan bangunan untuk menjaga dari kelayakan lingkungan yang sehat dan

semakin meningkatnya kinerja dari pemda Kabupaten Deli Serdang untuk terus

mengawasi bangunan-bangunan yang membutuhkan izin IMB tersebut.

Perkembangan ini dapat dilihat dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun

2016 yang terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2012 terdapat 205 buah

IMB dan berkurang 151 IMB pada tahun 2013 kemudian bertambah 283 buah

Tahun 2014 dan mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada Tahun 2015

sebanyak 495 IMB dan berkurang sebanyak 476 IMB pada Tahun 2016 di

Kabupaten Deli Serdang. Jumlah keseluruhan IMB yang telah direalisasikan di

(29)

2.7. Penelitian Terdahulu

Berikut penulis sajikan beberapa penelitian terdahulu yang penulis anggap

relevan dengan penelitian yang penulis lakukan :

Tabel. 2.2. Matriks Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Metode Hasil

Kualitatif Pembangunan Mall tengah kota maupun di pinggir kota akan menimbulkan dampak. Dampak yang ditimbulkan pun berbeda-beda, akan tetapi semuanya akan berimplikasi terhadap lingkungan di sekitar mall tersebut. Kebijakan Pembangunan Mall Olympic Garden (MOG) yang telah ditetapkan oleh pemerintah kota malang tersebut banyak

menyisakan masalah, diantaranya yaitu pembangunan tersebut melanggar Perda No.7 Tahun 2001 tentang rencana tata ruang tata wilayah kota malang yang menyebabkan pengalih fungsian ruang terbuka hijau di kawasan stadion gajayana menjadi kawasan terbangun atau kawasan bisnis komersial.

2 Implementasi

Kebijakan Izin

Kualitatif Hasil Penelitian ini telah menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di kota Baubau dalam perspektif Good Governance belum dapat terlaksana secara optimal, hal ini dikarenakan adanya faktor- faktor yang

(30)

Tabel. 2.2 (Lanjutan)

No Peneliti Judul Metode Hasil

kebijakan IMB di Kota Baubau diantaranya Faktor Komunikasi yaitu

kurangnya komunikasi antar pelaksana program dengan para kelompok sasaran (target groub) dan instansi terkait dalam pengurusan IMB masih sangat kurang, Faktor Sumber Daya manusia yaitu kualitas dan kuantitas sumber daya finansial yang menjamin keberlangsungan program/kebijakan belum mencukupi, faktor

Disposisi yaitu tanggung jawab dan keterbukaan pemda dalam kebijakan IMB masih sangat rendah , dan faktor faktor struktur organisasi yaitu struktur organisasi pelaksanaan pelayanan IMB yang berbelit-belit serta tidak adanya standar operting procedur (SOP).

Kualitatif Berdasarkan hasil

penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Kabupaten Batang belum tertata dan terbentuk secara baik terhadap kesadaran

melaksanakan dan memiliki IMB. Hal itu disebabkan karena masyarakat merasa bahwa pelaksanaaan IMB sangat rumit dan memakan waktu yang lama.

(31)

Tabel. 2.2 (Lanjutan)

No Peneliti Judul Metode Hasil

terpenuhinya akses

masyarakat akan kebutuhan pengaturan IMB dan Tata Ruang di Kabupaten Batang.

Kualitatif Hasil penelitian didapat ternyata Kebijakan yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Kota Malang terkait pemberian izin berdirinya apartemen menimbulkan banyak permasalahan, baik permasalahan hukum, permasalahan lingkungan dan permasalahan sosial. Lokasi berdirinya

(32)

Tabel. 2.2 (Lanjutan)

No Peneliti Judul Metode Hasil

kedua belah pihak dengan melanggar hukum serta menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan hidup kota malang.

Kualitatif Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota

PekanBaru belum berjalan dengan baik, ditandai dengan masih banyaknya masyarakat yang ingin membangun tidak mau mengurus izin mendirikan bangunan denagan berbagai macam alasan, kemudian implementasi izin

mendirikan bangunan tidak berjalan dengan baik dikarenakan sanksi yang seharusnya diberikan kepada masyarakat yang memiliki bangunan tidak berjalan. Faktor yang mempengaruhi

Implementasi Kebijakan Izin Mendirikan Bangunan di kota Pekanbaru yaitu komunikasi antara Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota PekanBaru dengan masyarakat dinilai masih belum optimal, kemudian sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas Tata Ruang dan Bangunan juga kurang mencukupi untuk

(33)

2.8. Definisi Konsep

1. Prakiraan Dampak adalah melakukan pengkajian tingkat kedalaman terjadinya perubahan lingkungan dari segi kualitas yang dikarenakan

pembangunan sebuah proyek, baik proyek pra-konstruksi, proyek

konstruksi, ataupun proyek pasca-konstruksi. Tindakan yang harus

dilakukan dalam prakiraan dampak yaitu menyusun berbagai dampak

besar yang akan timbul dan menuliskan semua aktivitas pembangunan

yang akan menimbulkan dampak. Kriteria dampak penting dan besar,

yaitu memberikan dampak langsung terhadap komponen fisik, sosial,

maupun kimia, setelah itu memunculkan rangkaian dampak lanjutan

terhadap komponen sosial dan biologi.

2. Izin Mendirikan Bangunan atau biasa dikenal denganIMB

3. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia

serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup

Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan

untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau

merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan

persyaratan teknis yang berlaku. IMB merupakan salah satu produk

hukum untuk mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban,

(34)

yang berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak

berdaulat, dan yurisdiksinya.

Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur

lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling

mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan

produktivitas lingkungan hidup.

2.9. Kerangka Pemikiran

Di Kabupaten Deli Serdang pemanfaatan atau penggunaan lahan diatur

dalam bentuk peraturan daerah dan diwadahi dalam bentuk izin peruntukan

penggunaan tanah. Izin ini menjadi izin awal atau dasar bagi semua pihak yang

akan melakukan aktifitas di atas lahan.

Di sisi lain dengan semakin meningkatnya pembangunan, baik di skala

kota maupun daerah membutuhkan lahan yang terus meningkat. Ketersedian lahan

sebagai sumber daya alam terbatas dan tidak akan pernah bertambah. Oleh karena

itu, sering terjadi konflik dalam penggunaan lahan, baik konflik dalam

kepemilikan, penguasaan maupun konflik, peruntukannya di kaitkan dengan

arahan fungsi lahan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. Konflik ini juga

terjadi sebagai konflik horizontal antara masyarakat, maupun konflik vertikal

atara pemerintah dengan masyarakat. Konflik antara pemerintah dengan

masyarakat bisa terjadi karena kebutuhan penggunaan lahan, artinya ketika

pemerintah memerlukan lahan maka akan melakukan pengadaan tanah dengan

jalan membebaskan lahan masyarakat dengan cara menyewa, membeli atau

mencabut hak atas tanah. Hal ini sering kali menimbulkan masalah yang

(35)

Dari kerangka konseptual dibawah ini dapat dijelaskan bahwa penelitian

ini akan menganalisa bagaimana dampak pemberian izin mendirikan bangunan

terhadap lingkungan hidup yaitu proses pemberian, hambatan-hambatan,

hubungan antara izin mendirikan bangunan terhadap lingkungan hidup dan

dampak di Kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang.

(36)

Gambar 2.1 Bagan Alur Kerangka Pemikiran Penelitian Kebutuhan

Pengendalian

Instrumen Pengendalian Jenis Perizinan :

1. Izin Mendirikan Bangunan 2. Izin Gangguan Tempat Usaha

Perusahaan Industri 3. Izin Usaha Perdagangan 4. Tanda Daftar Perusahaan 5. Izin Reklame

6. Izin Usaha Jasa Konstruksi 7. Izin Usaha dan Tanda Daftar

Usaha Pariwisata (TDUP) 8. Izin Apotik

9. Izin Laboratorium Kesehatan 10. Izin Usaha Toko Modern (IUTM) 11. Izin Peruntukan Penggunaan

Tanah

Pertimbangan Umum Pemberian Izin 1. Aspek Rencana TaTa Ruang 2. Aspek Penguasaan Tanah 3. Aspek Ekonomi, Sosial

Budaya dan Lingkungan Teori

3. Pelanggaran tidak berizin

Analisis Dampak Pengendalian

Temuan Studi

Gambar

Tabel 2.1
Tabel. 2.2. Matriks Penelitian Terdahulu
Tabel. 2.2 (Lanjutan)
Tabel. 2.2 (Lanjutan)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus, jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah metode pengembangan sistem yang

Sphygmomanometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah yang bekerja secara manual saat memompa maupun mengurangi tekanan pada manset,

Cara kerja dan Standar Operasional : penggunaan spektofotometer dilakukan dengan cara memasukan cairan yang akan diuji kedalam autoklap, cara mamasukannya yaitu dengan menyentu

Alat elektronika daya dapat mengkonversi tegangan searah (DC/direct current) menjadi tegangan bolak balik (AC/alternating current). Sebuah inverter

Probabilities associated with binomial experiments are readily obtainable from the formula b ( x ; n, p ) of the binomial distribution or from Table A.1 when n is small. In

Off farm sudah berkembang Pengembangan inovasi teknologi 2 Teknologi budidaya belum maju Kelembagaan pelayanan terkait pertanian sudah mulai dibentuk Pemasaran produk sdh

Jadi, yang dimaksud dengan judul di atas adalah : daya yang timbul dari bidang pekerjaan yang dilandasi keahlian tertentu, yang dilakukan oleh orang yang

Richins dan Dawson (1992, h. 308) mendefinisikan materialisme sebagai “satu set keyakinan utama yang dianut tentang arti penting barang milik dalam kehidupan seseorang”. Bagi