• Tidak ada hasil yang ditemukan

snapshot rekomendasi strategi kebijakan pengembangan promosi produk kreatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "snapshot rekomendasi strategi kebijakan pengembangan promosi produk kreatif"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

1

Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang senantiasa mengiringi kami selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian “Rekomendasi Strategi Kebijakan Pengembangan Publikasi Produk Kreatif” ini. Laporan ini merupakan penjabaran dari hasil analisis data yang diambil dari Focus Group Discussion (FGD) dengan pelaku UMKM industri kreatif, wawancara mendalam dengan lembaga pemerintah daerah yang terkait dengan industri dan ekonomi kreatif, serta hasil survei konsumen produk kreatif. Penjabaran tersebut diwujudkan dalam bentuk usulan strategi pengembangan citra merek produk kreatif yang mudah-mudahan dapat bermanfaat untuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dalam merumuskan kebijakan pengembangan citra merek produk kreatif.

Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu kami selama penelitian dan penyusunan laporan ini, terutama Bekraf, pemerintah daerah, pelaku industri kreatif, dan responden survei konsumen yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Kami membuka pintu untuk saran dan kritik sebagai bahan perbaikan kekurangan yang ada dalam penelitian dan laporan ini agar kami dapat berkontribusi lebih baik dalam penelitian serupa tentang industri kreatif di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kekuatan ekonomi dan industri kreatif nasional dalam menopang pembangunan yang berkelanjutan di tanah air.

Jakarta, September 2017

Penyusun

(4)

2

1. Ekonomi Kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari suatu ide dan/atau gagasan yang mengandung keorisinalan, lahir dari kreativitas intelektual manusia, berbasis ilmu pengetahuan, keterampilan, serta warisan budaya dan teknologi merupakan kekayaan intelektual.

2. Kreatif adalah daya cipta atau kemampuan intelektual untuk menciptakan karya dan/atau produk kreatif yang memiliki sifat pembaharuan atau kreasi baru berdasarkan kecerdasan dan imajinasi.

3. Industri Kreatif adalah industri yang aktivitasnya mencakup industri budaya dan/atau semua hasil atau penciptaan batin atau intelektual manusia yang bersifat artistik, baik berbentuk kegiatan yang hidup maupun berbentuk hasil produksi yang berupa unit-unit khusus, baik produk maupun pelayanannya mengandung elemen artistik atau berupa ikhtiar kreatif dan berbasis pada warisan budaya, seni, media dan kreasi fungsional.

4. Pengusaha Ekonomi Kreatif adalah orang atau sekelompok orang yang mengelola usaha dan/atau memberdayakan produk-produk Ekonomi Kreatif.

5. Pelaku Ekonomi Kreatif adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan aktivitas kreatif dan inovatif bersumber dari keintelektualan yang bernilai ekonomis.

(5)

3

6. Pelaku Ekonomi Kreatif Pemula adalah pelaku yang melakukan aktivitas dan/atau usaha di bidang Ekonomi Kreatif paling lama 3 tahun setelah berstatus sebagai badan hukum.

7. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

8. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom yang meliputi provinsi atau kota/kabupaten.

9. Produk Ekonomi Kreatif adalah hasil akhir karya kreatif yang bernilai ekonomis.

(6)

4

KATA PENGANTAR

TIM PENYUSUN

1 6

10

16

22

26

28 3

PETA AKTOR DAN PERANNYA

DALAM EKONOMI KREATIF

INDONESIA

USULAN PENGEMBANGAN

STRATEGI PUBLIKASI PRODUK

KREATIF

PENUTUP

LAMPIRAN : KLASIFIKASI

PELAKU INDUSTRI KREATIF PUBLIKASI DALAM

INDUSTRI KREATIF

STUDI PUSTAKA DAN

METODOLOGI

DAFTAR ISI

(7)

5

TIM PENYUSUN

Universitas Prasetiya Mulya

Undergraduate Program - BSD Campus

Jl. BSD Raya Utama, BSD City, Serpong, Tangerang , Indonesia 15820

P+62-21-304-50-500 ext 2126 / F+62-21-304-50-555 / Wwww.prasetiyamulya.ac.id

Graduate Program | Business School - Cilandak Campus

JL. R. A. Kartini (TB Simatupang), Cilandak Barat. Jakarta Selatan, Indonesia 12430

P+62-21-751-1126 | F+62-21-751-1128 | Wwww.pmbs.ac.id

PEREKAYASA UTAMA 1

Prof. Agus W. Soehadi, Ph.D. Dr. Fathony Rahman

PEREKAYASA UTAMA 2

Dr. Zaki Saldi

Stevanus Wisnu Wijaya, Ph.D.

PENGARAH

Rektor Universitas Prasetiya Mulya

Prof. Dr. Djisman S. Simanjuntak

GRAFIK DAN LAYOUT

Firdaus Detty Sathia

PEMBANTU PENELITI

Bavner Donaldo Tania Adiarini Akiko Nada Atsmara Dwi Lestari

Pintaningrum H. Danisworo Sri Rahayu

Faizal Ahmad

PEREKAYASA MADYA

Fredy Utama, MM. Hanesman Alkhair, MM. Joklan Imelda Goni, MM. Arief Budiman, M.Si.

Donil Beywiyarno, S.E., M.Com (Extn)

PEREKAYASA MUDA

(8)

6

P

UBLIK

A

SI D

AL

A

M

INDUS

TRI KRE

A

(9)

7

Buku rekomendasi usulan strategi ini memaparkan hasil penelitian penyusunan naskah akademik kebijakan strategi pengembangan publikasi produk kreatif. Secara garis besar, buku ini mencakup studi pustaka yang membahas state of the art dari literatur terkini tentang ekonomi kreatif, dan publikasi oleh UMKM industri kreatif. Selanjutnya dalam buku ini dibahas mengenai peta aktor dan perannya dalam ekonomi kreatif di Indonesia serta usulan strategi publikasi produk kreatif yang dijelaskan kedalam 3 level yang berbeda (makro, meso, dan mikro). Sebagai salah satu negara dengan populasi penduduk yang masuk 4 besar di dunia (Purnomo, 2014), Indonesia mempunyai beragam cara untuk memacu pertumbuhan ekonomi dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya, termasuk penduduk. Agar jumlah penduduk tidak mengarah pada bencana demograi sebaiknya jumlah penduduk yang ada harus jadi kekuatan massal bagi pertumbuhan ekonomi. Salah satu upaya yang dapat

dimaksimalkan untuk membuat jumlah penduduk yang besar itu sebagai nilai positif ialah dengan menjadikan sebagian masyarakat sebagai wirausaha, dalam hal ini sebagai pelaku industri kreatif (Saputra, 2010). Pengertian industri kreatif adalah industri yang mengandalkan keterampilan, talenta dan kreativitas yang berpotensi dalam meningkatkan kesejahteraan (Simatupang, 2007). Tuntutan perekonomian yang lebih eisien, mendorong industri kreatif untuk melakukan inovasi yang lebih besar (Satria, 2011).

(10)

8

penyampaian pesan kepada konsumen dengan melalui beberapa kanal (saluran) media publikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan adanya publikasi diharapkan pesan atau konten yang ingin disampaikan oleh produsen barang / jasa dapat disampaikan secara optimal kepada konsumen akhir. Publikasi pada produk kreatif diperlukan untuk meraih publisitas produk produk kreatif Indonesia. Secara umum, media informasi yang biasa digunakan oleh bagian publikasi adalah menggunakan brosur atau selebaran, media sosial, kemasan, pameran, dan iklan pada

(11)
(12)

10

S

T

UDI P

US

T

AK

A D

AN

ME

T

OD

OL

O

(13)

11

Industri kreatif di Indonesia dideinisikan sebagai “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut “(Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, 2008). Deinisi diturunkan dari Department for Digital, Culture, Media and Sport (DCMS) Task force 1998 : “Creatives Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content” (DCMS, 1998). Deinisi tersebut menekankan pada kreativitas dan inovasi yang merupakan kunci dalam kompetisi industri industrisaat ini.

Di Indonesia trend industri kreatif   telah muncul dan menjadi sektor utama dalam pergerakan ekonomi nasional. Kontribusi industri kreatif cukup besar baik dalam hal pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja. Industri kreatif mencakup sektor kuliner, fashion, kriya, games animasi, aplikasi, penerbitan dan berbagai industri yang memanfaatkan kreativitas dan inovasi dalam proses bisnisnya. Industri kreatif di Indonesia masih didominasi oleh

UKM Kreatif:

Karakteristik dan Kendala Dalam

Meraih Publisitas Produk

UMKM yang memiliki ciri khas, yaitu keterbatasan sumber daya dan akses ke pasar (Spence & Hamzaoui Essoussi, 2010). Karakteristik ini mempengaruhi proses untuk meraih publisitas produk kreatif.

Secara terminologi, publikasi berarti penyiaran, pengumuman atau penerbitan. Dalam perkembangannya di Indonesia menjadi ilmu komunikasi bahwa istilah publisistik berasal dari kata kerja bahasa latin publicare yang berarti mengumumkan. Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa istilah publikasi dapat diartikan pengumuman tentang suatu hal yang disiarkan lewat media elektronik dan atau diterbitkan di media cetak. Sedangkan dalam penelitian ini, maksud dari publikasi adalah pengumuman pada masyarakat luas melalui media yang dibatasi oleh media televisi.

(14)

12

mempublikasikan produk-produk tertentu. Tujuan pokok dari publikasi ialah memancing reaksi pasar, menggerakkan calon konsumen agar mencari produk yang ditawarkan. Di dalam publikasi dapat dilihat adanya tiga tahapan pokok, yaitu :

• Penyebaran informasi

• Penanaman kepercayaan dan

keyakinan • Penjualan.

Publikasi akhirnya bertujuan untuk menjual produk kreatif, yang dimaksud produk kreatif disini adalah hasil dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut .

Untuk mengadakan publikasi yang baik semua unsur kegiatan pemasaran harus sudah dipastikan terlebih dahulu dan diketahui dengan baik: kualitas produk, komponen-komponen, harga, distribusi dan jasa purnajualnya.

Sampai saat ini, upaya meraih publisitas telah dilakukan oleh industri industri kreatif. Berdasarkan data Bekraf pada tahun 2017, publikasi industri kreatif di Indonesia saat ini paling banyak melalui media sosial (social media) seperti Facebook, Instagram, Line, dll sebesar 53,72%. Kemudian publikasi melalui website mencapai 28,25%. Publikasi melalui brosur / leaflet mencapai 28,04%, media luar sebesar 25,88%, pameran sebesar 24,12%, lainnya mencapai 23,88%, surat kabar 19,88%, radio 15,12%, dan televisi sebesar 9,78%.

Perlu diketahui keadaan pasar, segmen pasar, kekayaan penduduk, elastisitas pendapatan, waktu senggang, serta struktur kependudukan. Disamping itu juga harus diingat adanya persaingan di antara produk-produk kreatif yang ditawarkan di pasar dan adanya elastisitas harga.

Permasalahan dalam perkembangan industri kreatif salah satunya adalah keterbatasan sumber daya dari pelaku industri kreatif, selain itu pelaku industri kreatif tersebut tersebut menjalankan seluruh hal dalam usaha kreatif (Spence & Hamzaoui Essoussi, 2010). Salah satu

(15)

13

Desain penelitian untuk penyusunan rekomendasi strategi pengembangan publikasi produk kreatif, menggunakan kombinasi beberapa metode. Hal pertama kali yang dilakukan adalah studi literatur mengenai industri kreatif di Indonesia dan perkembangan publikasinya sampai sejauh ini, sebagai dasar untuk melakukan analisa awal dan penentuan metode penelitian yang sesuai.

Setelah mendapatkan gambaran awal, langkah selanjutnya adalah melakukan koordinasi dengan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) sebagai langkah penentuan sampling dari Kota yang

akan dikunjungi untuk Focus Group Discussion (FGD). Koordinasi tersebut juga mencakup mengenai instrumen penelitian yang akan digunakan di lapangan seperti materi FGD, form survei konsumen, dan sebagainya.

Setelah semua instrumen yang diperlukan dalam akuisisi data dilapangan selesai, langkah selanjutnya adalah mobilisasi personil kegiatan penelitian untuk melakukan kegiatan lapangan secara paralel. Dalam melakukan kegiatan akuisisi data ini, perlengkapan pendukung telah dipersiapkan sebelumnya agar dalam pelaksanaannya berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan.

(16)

14

FGD In-depth Interview Survei Konsumen Kegiatan Pengumpulan

Data

Notulensi, Transkrip FGD, Profil Narasumber

Transkrip In-depth Interview

Data Survei Konsumen

Pengolahan Data :

Qualitative Content Analysis Tools; NVIVO, Qualtrics Studi Literatur Koordinasi dan Pertemuan

dengan BEKRAF Mulai

Analisa Data

Selesai Penyusunan Buku

Rekomendasi

(17)

15

Setelah kegiatan lapangan selesai, tahap selanjutnya adalah melakukan analisa data dengan menggunakan perangkat lunak (software) qualitative content analysis tools, NVIVO , dan Qualtrics. Semua data FGD, indepth interview, dan survei konsumen diolah dan menghasilkan analisa terkait

(18)

16

PE

T

A AKT

OR D

AN

PER

ANNY

A D

AL

A

M

EK

ONO

MI KRE

A

TIF

IND

ONE

(19)

17

Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep yang sedang berkembang yang berkaitan dengan seni budaya, kreativitas individu serta pemanfaatan teknologi dalam konteks membangun sebuah produk atau jasa yang bernilai ekonomis. Ketika berbicara tentang ekonomi kreatif maka akan berkaitan erat dengan proses kreatif dalam konteks industri budaya dan industri yang memanfaatkan teknologi. Interaksi antar aktor dalam ekonomi kreatif memiliki kontribusi terhadap kompleksitas ekonomi kreatif. Untuk itu, pemahaman tentang bagaimana ekonomi kreatif bekerja dalam masyarakat diperlukan agar strategi dapat dirumuskan cocok berdasarkan peran masing-masing aktor dalam ekonomi kreatif. Kerangka berpikir ini memungkinkan deskripsi,

(20)

18

Pelaku Ekonomi Kreatif Berdasarkan Hasil Penelitian

Government (Pemerintah)

Pemerintah dalam hal ini bisa berupa Lembaga, Kementerian, dan Badan yang mempunyai peran dalam pengembangan industri kreatif, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam beberapa Focus Group Discussion

(FGD) yang telah dilakukan, terlihat bahwa Pemerintah memiliki peran sebagai fasilitator, enabler, pendorong dan entitas yang memperkuat kegiatan publikasi produk produk kreatif Indonesia.

Peran Pemerintah Indonesia sebagai fasilitator dapat diwujudkan dengan memfasilitasi kegiatan untuk meraih publisitas produk produk kreatif yang tersedia dimasyarakat baik melalui media tradisional maupun media

online. Sebagai enabler, Pemerintah Indonesia perlu untuk mendorong

terwujudnya regulasi yang mampu memperkuat publisitas produk kreatif Indonesia. Sedangkan sebagai pendorong atau pendukung kegiatan publikasi, Pemerintah Indonesia dapat menyediakan data, pengetahuan dan keterampilan yang mampu mendukung terwujudnya publisitas produk kreatif Indonesia.

Akademisi

(21)

19

Asosiasi Bisnis dan Perdagangan

Asosiasi bisnis dan perdagangan adalah sekelompok pelaku industri kreatif memproduksi barang / jasa sejenis terkait dengan produk kreatif. Entitas ini berperan sebagai ruang interaksi dan kolaborasi antar pelaku industri kreatif yang mendorong terwujudnya proses kreatif. Selain itu, entitas ini juga berperan sebagai organisasi yang menyuarakan ide-ide perbaikan dan pengembangan industri kreatif kepada Pemerintah Indonesia.

Organisasi Masyarakat Sipil (Civil Society Organization)

Organisasi masyarakat sipil seringkali lebih dikenal sebagai Non Government Organization (NGO) yang berperan untuk menyuarakan dan menegakkan berbagai nilai sosial yang mempengaruhi dan membentuk persepsi masyarakat terhadap produk produk industri kreatif. Sebagai contoh lembaga seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) bukan saja dapat mendikte pengembangan produk kuliner tetapi dapat pula mengubah preferensi konsumen dan regulasi Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan (BPOM). Bahhkan dalam beberapa kasus,

Civil Society Organization membantu memasarkan produk-produk kreatif.

Institusi Keuangan

Institusi keuangan yang dimaksud disini adalah semua lembaga keuangan baik milik Pemerintah maupun milik swasta yang terlibat dalam pembiayaan untuk pengembangan produk kreatif dengan skema yang dirancang untuk memudahkan para pelaku industri kreatif. Institusi keuangan ini dapat berupa lembaga keuangan tradisional maupun lembaga keuangan berbasis

financial technology. Saat ini, peran institusi keuangan seperti bank dan lembaga keuangan tradisional lainnya mulai tergeser perannya oleh modal ventura yang dikembangkan oleh dunia usaha saat ini. Para pemodal ventura (venture capitalist) mencoba melakukan portofolio di usaha-usaha kreatif seperti di dunia aplikasi

Pelaku Industri Kreatif

Pelaku industri kreatif merupakan pelaku yang terlibat langsung dalam pengembangan produk kreatif saat ini. Baik dari sektor aplikasi, animasi & ilm,

(22)

20

Konsumen

Konsumen dalam hal ini adalah masyarakat yang menggunakan barang / jasa produk kreatif yang dihasilkan oleh para pelaku industri kreatif. Interaksi antara konsumen dan pelaku industri merupakan driver

bagi proses inovasi dalam industri kreatif. Konsep co-creation lebih jauh meletakkan konsumen sebagai bagian dari proses New Product Development

(NPD) tersebut. Experience Economy

bukan saja memberikan panggung bagi penikmatan (consuming) oleh konsumen tetapi juga sekaligus sebagai

pengadilan akan suksesnya sebuah tawaran (offering).

(23)
(24)

22

USUL

AN PENGE

MB

ANG

AN

S

TR

A

TEGI P

UBLIK

A

SI

PR

ODUK KRE

A

(25)

23

Bagian ini menjelaskan tentang pengertian publikasi produk kreatif dari perspektif Pemerintah Indonesia, khususnya Deputi Pemasaran Dalam Negeri Badan Ekonomi Kreatif. Pemahaman akan pengertian publikasi ini sebagai dasar Badan Ekonomi Kreatif untuk menjalankan perannya dalam ekosistem ekonomi kreatif Indonesia. Struktur paparan bagian ini adalah sebagai berikut: Bagian pengantar mendiskusikan tentang pengertian publikasi produk kreatif berdasarkan perspektif regulator atau lembaga pemerintah. Pengertian publikasi produk kreatif ini menjadi dasar dalam merumuskan strategi pada level makro, meso dan mikro. Pembagian strategi ini didasarkan pada dampak dari startegi terhadap ekosistem ekonomi kreatif. Pada level makro, strategi akan berdampak secara nasional dan memerlukan keterlibatan berbagai entitas dalam ekosistem ekonomi kreatif. Pada level meso, strategi akan berdampak pada level intra lembaga pemerintah atau antar lembaga pemerintah dengan entitas lain. Pada level mikro, strategi akan langsung dirasakan oleh pelaku industri kreatif baik secara individual maupun komunal.

Hasil analisis terhadap data penelitian mengungkap bahwa pelaku industri kreatif, yang didominasi oleh UMKM mengalami berbagai tantangan dalam merencanakan, menerapkan dan

melakukan evaluasi terhadap program-program kegiatan untuk meraih publisitas produk kreatif.

• Sumber daya manusia dari

industri kreatif belum sepenuhnya didedikasikan untuk kegiatan publikasi. Pada umumnya SDM yang tersedia didedikasikan untuk kegiatan produksi dan terlibat dalam proses-proses kreatif.

• Akibat keterbatasan SDM, maka akses terhadap informasi dan pengetahuan juga terbatas. Bahkan kemampuan dalam mengembangkan jejaring bisnis juga masih terbatas.

• Industri skala UMKM belum

mengalokasikan anggaran yang khusus untuk meraih publisitas produk kreatif.

Selain berbagai keterbatasan tersebut, industri kreatif Indonesia memiliki ciri khas dikembangkan karena idealisme pelaku kreatif serta keterkaitan yang sangat erat dengan seni dan budaya lokal yang memiliki kekhasan dan nilai-nilai yang luhur. Sisi positif ini sangat relevan dengan situasi dan kondisi masyarakat modern yang membeli produk dengan mempertimbangkan nilai-nilai sosial yang diakui oleh masyarakat.

(26)

24

pendukung dan pendorong publisitas produk produk kreatif Indonesia. Dalm konteks pasar saat ini, publistas perlu diraih dengan mengembangkan attitude positif masyarakat terhadap produk kreatif. Pemerintah Indonesia perlu meningkatkan publisitas sebuah produk kreatif melalui kegiatan publikasi nilai nilai positif dari produk kreatif Indonesia, misalnya produk yang dikembangkan dengan tujuan untuk memproteksi lingkungan dan pengentasan kemiskinan. Contoh produk ini adalah kerajinan dari eceng

Strategi pada level makro merupakan pengejawantahan peran Badan Ekonomi Kreatif sebagai enabler terwujudnya publisitas produk produk kreatif Indonesia melalui regulasi dan kerangka kebijakan yang bedampak nasional. Regulasi ini bertujuan untuk mengangkat sisi positif produk kreatif Indonesia melalui sertiikasi yang sesuai misalnya “environmental friendly”, halal dan

gondok di sekitar Danau Rawa Pening Jawa Tengah. Isu tentang produk kreatif yang bertujuan untuk meningkatkan “youth engagement” terhadap budaya lokal perlu juga dipublikasikan, salah satu contohnya adalah kelompok Musik Angkhasa di Pontianak. Nilai nilai sosial yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari sebuah produk dan jasa industri kreatif merupakan alat yang relevan untuk mendorong terwujudnya publisitas produk dan jasa kreatif Indonesia.

Usulan Strategi Level Makro (Besar)

(27)

25

Strategi level meso bertujuan untuk melakukan fasilitasi melalui koordinasi antar lembaga intra pemerintah maupun diluar pemerintah untuk mendorong publisitas produk kreatif Indonesia. Koordinasi pada level meso ini melibatkan instansi pada Pemerintah Pusat dan daerah agar proses mempublikasi produk kreatif Indonesia dapat menacapai tujuan yang ditetapkan.

Skala mikro meletakkan peran dari Badan Ekonomi Kreatif untuk mengembangkan, mendorong dan memperkuat publisitas produk dan jasa kreatif Indonesia. Strategi dalam level mikro ini dibagi berdasarkan target sasaran pelaku industri (lihat lampiran): Pengembangan publisitas produk kreatif menyasar pada kelompok industri tingkat pemula yang belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan publisitas produknya, misalnya dengan pendampingan dan bimbingan teknis yang terstuktur untuk meraih sertiikasi dan mempublikasikanya ke publik melalui media tradisional dan modern. Upaya untuk mendorong publisitas produk kreatif dilakukan bagi kelompok industri tingkat menengah yang telah memiliki kemampuan awal dalam meraih publisitas produk kreatif mereka. Upaya ini dapat diwujudkan dalam berbagai seminar, penyuluhan dan fasilitasi

Usulan Strategi Level Meso (Menengah)

Usulan Strategi Level Mikro (Kecil)

1. Kerjasama BEKRAF-Media Sosial

2. Kerjasama BEKRAF-Konsumen (Blogger dan Vlogger)

3. Kerjasama BEKRAF-Media Cetak, Elektronik, dan Digital

4. Kerjasama BEKRAF-Akademisi 5. Kerjasama BEKRAF-Civil Society

dan Non Government Organization

(NGO)

6. Kerjasama BEKRAF-Asosiasi Bisnis dan Perdagangan

dalam meraih sertiikat produk kreatif Indonesia.

Upaya untuk memperkuat publistas produk kreatif menyasar ke Industri yang telah mencapai level tingkat lanjut agar publisitas produk kreatif tetap berkelanjutan dan semakin luas dikenal oleh masayarakat, misalnya memperkuat publisitas dari tingkat lokal ke nasional, dan tingkat nasional ke tingkat internasional.

(28)

26

PENUT

(29)

27

Demikian rekomendasi strategi pengembangan publikasi produk kreatif yang merupakan salah satu keluaran utama dalam penelitian ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang

ada. Penyusun banyak berharap para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun Semoga buku rekomendasi ini berguna bagi BEKRAF

(30)

28

L

A

MPIR

AN : KL

A

SIFIK

A

SI

PEL

AK

U INDUS

TRI KRE

A

(31)

29

Berdasarkan data data penelitian, maka kami mengusulkan pengelompokan pelaku industri kreatif dalam kaitannya dengan pengembangan strategi publikasi menjadi 3 level sebagai berikut:

1. Pelaku industri kreatif dasar (pemula) atau beginner

Pelaku industri kreatif pada tingkat pemula adalah pelaku industri kreatif yang dapat menjalankan proses publikasi secara reaktif terhadap stimulus di pasar, belum memiliki dokumentasi proses publikasi yang cukup baik, tim pengelola publikasi bersifat adhoc sehingga publikasi merupakan aktivitas yang bersifat chaotic atau tidak stabil.

2. Pelaku industri kreatif menengah atau intermediate

Pelaku industri kreatif pada level menengah adalah pelaku industri kreatif yang telah menjalankan promosi dengan metode pengelolaan publikasi yang lebih rapi, mulai memiliki perencanaan

publikasi dengan proses yang terdokumentasi, walaupun belum memiliki standar operasional prosedur dalam publikasi yang baik, tapi sudah mampu untuk melakukan perbaikan atau evaluasi terhadap proses publikasi yang dilakukan.

3. Pelaku industri kreatif lanjut atau advanced P e l a k u industri kreatif pada level ini telah mampu untuk merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi kegiatan promosi dengan baik. Kegiatan publikasi yang dilaksanakan oleh pelaku industri pada level ini telah terdokumentasi, terukur dan mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan bisnis dan disrupsi teknologi dengan baik.

(32)

30

Beginner Intermediate Advanced

Kanal publikasi Publikasi dilakukan melalui 1 atau 2 kanal saja, konten dalam kanal publikasi tidak terawat dengan baik.

Publikasi sudah dilakukan melalui lebih dari 2 kanal publikasi dan sudah ada update konten secara regular. Belum ada perencanaan dan evaluasi kanal publikasi terhadap konversi penjualan.

Kanal publikasi dipilih berdasarkan perencanaan yang matang sehingga strategi optimasi tiap kanal telah ada.

Kemampuan SDM Belum ada SDM yang khusus didedikasikan untuk kegiatan publikasi atau SDM publikasi bersifat adhoc

Sudah mulai ada SDM yang didedikasikan untuk kegiatan publikasi. SDM yang ada telah memiliki pemahaman yang cukup tentang publikasi melalui beberapa kanal yang dianggap relevan. Atau minimal ada upaya untuk melakukan outsourcing terhadap keperluan publikasi.

SDM untuk publikasi telah mampu untuk merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi aktivitas publikasi.

Anggaran Belum ada anggaran yang dikhususkan untuk publikasi

Anggaran untuk publikasi sudah mulai dialokasikan, namun belum ada evaluasi terhadap investiasi publikasi yang telah dilaksanakan.

Anggaran untuk publikasi telah terencana dengan baik dan ada perhitungan terhadap Return of Investment (ROI) publikasi.

Pengorganisasian publikasi

Bersifat reaktif terhadap situasi pasar.

Publikasi mulai dikelola melalui perencanaan dan pengelolaan kegiatan publikasi.

(33)
(34)

32

D

AF

T

AR P

US

T

AK

(35)

33

DCMS, U. (1998). Creative industries mapping document. In: DCMS London.

Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. (2008). Departemen Perdagangan Republik Indonesia.

Purnomo, H. (2014). Negara dengan Penduduk Terbanyak di Dunia, RI Masuk 4 Besar. Diakses tanggal, 16.

Saputra, W. (2010). industri kreatif. Padang: Baduose Media.

Satria, D., & Prameswari, A. (2011). Strategi Pengembangan Industri Kreatif untuk Meningkatkan Daya Saing Pelaku Ekonomi Lokal. Jurnal Aplikasi Manajemen-Journal of Applied Management, 9(1), 301-308.

Simatupang, T. M. (2007). Industri Kreatif Jawa Barat. Bahan Masukan Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.

(36)

Gambar

GRAFIK DAN LAYOUT
Tabel berikut ini merupakan usulan karakteristik yang dapat dijadikan tolok ukur klasiikasi level publikasi dari sebuah industri kreatif.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data tes servis bawah

Asam lemak  dilarutkan dalam etanol dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 ppm  disiapkan tiga tabung reaksi untuk masing-masing konsentrasi  dimasukkan 6,75 ml larutan

KONSEP KESELARASAN HIDUP ANTARA MANUSIA DAN ALAM DALAM MANTRA BERCOCOK TANAM PADI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

[r]

Untuk dapat memahami kedua konsep tersebut secara utuh, penulis tidak hanya mencukupkan dengan penjelasan dari asbâb al-nuzûl sebagaimana dijelaskan dalam

Pengertian kebijakan moneter dalam islam tidak jauh berbeda dengan konvensional yaitu dimana kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang dipakai guna untuk

dilakukan kelompok ini adalah kesalahan tipe II dalam menentukan rumus yang

Perencanaan siklus tiga terdiri aras: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan