• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Asupan Berbagai Jenis BijiBijian terhadap Peningkatan Kadar Asam Urat pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Asupan Berbagai Jenis BijiBijian terhadap Peningkatan Kadar Asam Urat pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) T1 Full text"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Asupan Berbagai Jenis Biji-Bijian Terhadap Peningkatan

Kadar Asam Urat Pada Tikus Putih Jantan (

Rattus norvegicus

)

Tugas Akhir

Disusun Oleh : Yohana Ikka Maylani

472013017

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Pendahuluan

Asam urat merupakan hasil metabolisme protein di dalam tubuh yang mengalir bersama peredaran darah. Meningkatnya kadar asam urat di dalam darah akan menyebabkan pengendapan di persendian dan membentuk kristal kecil, sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Pola makan yang salah atau sembarangan, terutama terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi merupakan salah satu penyebab seseorang menderita nyeri gout [1]. Penyakit gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang.

Prevalensi gout/asam urat di Indonesia diperkirakan 1,6 – 13,6/100.000 orang dan meningkat seiring dengan meningkatnya umur [2]. Prevalensi penyakit sendi

berdasarkan diagnosis Nakes di Indonesia 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7%. Prevalensi berdasarkan diagnosis Nakes tertinggi di Bali (19,3%),

diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%), dan Papua (15,4%). Pevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis Nakes atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti Jawa Barat (32,1%), dan Bali (30%) [3].

Faktor yang memengaruhi kadar asam urat digolongkan menjadi tiga, yaitu faktor primer, faktor sekunder, dan faktor predisposisi. Pada faktor primer dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor sekunder dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu produksi asam urat yang berlebihan dan penurunan ekskresi asam urat. Pada faktor predisposisi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan iklim [4]. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga mekanisme, yaitu:

a. Peningkatan produksi asam urat disebabkan oleh faktor idiopatik primer, makanan yang kaya akan purin, obesitas, alkohol, proses hemolitik, dan psoriasis.

b. Penurunan ekskresi asam urat yang disebabkan oleh idiopatik primer, insufusiensi ginjal, diuretik, diabetes insipidus, hipertensi, asidosis, alkohol, levodopa, ethambutol, dan pirazinamid.

c. Kombinasi antara kedua mekanisme tersebut..

(7)

7

sudah rusak akibat gangguan penyakit atau penggunaan obat kanker (kemoterapi), serta sintesis purin dalam tubuh dari bahan-bahan pangan seperti, CO2, glutamine,

glisin, asam aspartat, dan asam folat [5]. Asam urat disintesis terutama dalam hati, dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat kemudian mengalir melalui darah ke ginjal, tempat zat ini difiltrasi, direabsorpsi sebagian, dan disekskresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urine. Dalam kondisi tertentu, ginjal tidak lagi mampu mengeluarkan zat asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun pada persendian-persendian di tempat lainnya termasuk di ginjal itu sendiri dalam bentuk kristal-kristal [6]. Asam urat dibentuk dari degenerasi purin baik secara eksogen maupun endogen. Pembentukan purin melalui metabolisme DNA dan RNA merupakan pembentukan secara endogen sedangkan jalur eksogen melalui intake diet tinggi purin [7]. Di dalam tubuh, perputaran purin terjadi secara terus menerus seiring dengan sintesis dan penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial.

Penyakit asam urat dapat dialami oleh manusia maupun binatang. Namun pada

binatang, misalnya tikus tidak dapat dilihat bagaimana respon dari keadaan asam urat yang tinggi. Pada binatang hanya dapat diketahui dengan tes asam urat melalui darahnya. Kadar rata-rata asam urat di dalam darah atau serum tergantung pada usia dan jenis kelamin. Nilai normal asam urat pada laki-laki adalah 5,1 ± 1,0 mg/dL, sedangkan pada perempuan adalah 4,0 ± 1,0 mg/dL. Nilai ini dapat mengalami peningkatan sampai 9 – 10 mg/dL pada seseorang dengan keadaan gout [8]. Kadar asam urat normal pada tikus jantan strain winstar adalah 4,37±1,11 mg/dl [9].

(8)

8

kelamin, sehingga mudah untuk menyeragamkan hasil percobaan medis, 4) secara genetis tikus mirip dengan manusia, sehingga karakteristik biologi dan perilakunya mirip, 5) tikus kecil mudah dalam pemeliharaan serta cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitar, dan 6) tikus mudah untuk dideteksi.

Asupan makanan yang mengandung purin secara berlebihan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Berbagai jenis biji-bijian seperti biji melinjo, kacang kedelai sering disebut masyarakat sebagai bahan makanan yang dapat menyebabkan asam urat. Beras putih juga termasuk bahan makanan yang mengandung protein. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian asupan bebijian terhadap peningkatan kadar asam urat pada tikus putih jantan (Rattus

Norvegicus) strain winstar. Dengan diketahuinya pengaruh asupan bebijian pada peningkatan kadar asam urat bisa menjadi rujukan masyarakat yang mengalami hiperurisemia/penyakit asam urat dalam mengonsumsi bebijian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan eksperimental in vivo. Tempat penelitian adalah di Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berbagai macam jenis biji-bijian, yaitu biji melinjo, kacang kedelai, beras putih, kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, dan BR1 (kontrol). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar asam urat. Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus

norvegicus) strain winstar yang berumur 2 – 3 bulan dengan berat badan 150 – 200 gr. Hewan uji dipelihara dalam kondisi kandang, pakan minum dan pencahayaan yang sama. Hewan uji dibagi menjadi 7 kelompok. Terdapat 6 kelompok tikus yang diberi makan biji-bijian, yaitu biji melinjo, kacang kedelai, beras putih, kacang tanah, kacang merah, kacang hijau dan satu kelompok kontrol yang diberi BR 1. Masing-masing kelompok terdiri atas 3 ekor tikus. Sebelum pemberian bahan uji, yaitu pada

hari ke-0 semua tikus diambil darahnya pada bagian ekor untuk pemeriksaan kadar asam urat awal. Setiap hari seekor tikus dewasa makan antara 12 gram sampai 20

(9)

9

dilakukan pengukuran kadar asam urat. Sebelum pengambilan darah bagian ekor disterilkan dengan kapas alkohol 70% kemudian darah diperoleh dari vena lateralis ekor menggunakan jarum lancet. Darah yang didapatkan ± 1 ml yang selanjutnya digunakan untuk penentuan uji asam urat menggunakan alat pengukur kadar asam urat (NESCO). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode analitik Saphiro-Wilk dan didapatkan distribusi data normal.

Hasil dan Pembahasan

Hasil pengukuran asam urat tikus yang diberi perlakuan selama 5, 10, dan 15

hari untuk masing-masing kelompok ditabulasi dan dirata-ratakan. Rata-rata kadar asam urat serum tikus pada setiap kelompok seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Rerata Asam Urat Tikus dengan Perlakuan Asupan Berbagai Jenis Bebijian

Perlakuan Pengambilan Darah (mg/dl)

Hari ke-0 Hari ke-5 Hari ke-10 Hari ke-15

Kedelai 2,5 3,7 4,3 7,9

Melinjo 2,5 7,1 7,7 20

Beras 2,5 5,9 8,6 17,4

Kacang

Tanah

2,5 4,1 6,8 7,2

Kacang Merah

3,1 5,4 6,9 7,5

Kacang Hijau

2,5 5,1 5,9 9

Kontrol : 4,2 mg/dl.

(10)

10

seperti yang ditunjukan pada tabel 2 yakni tentang kandungan protein pada berbagai jenis biji-bijian.

Tabel 2. Besaran Kandungan Protein pada Berbabagi Jenis Bebijian Jenis

Bebijian

Kandungan Protein per 100gr (gr)

Sumber

Melinjo 5 [12]

Kedelai 36 [13]

Kacang Tanah

25,3 [14]

Kacang Merah

25,3 [15]

Kacang Hijau

22 [16]

Beras 6,18 [17]

Secara umum, kandungan protein kacang-kacangan berkisar antara 20 – 40%. Pada kelompok bahan pangan nabati, kacang-kacangan memilki kandungan protein tinggi: misalnya kedelai (35 %), kacang tanah (25 %), kacang merah (23 %) dan kacang hijau (22 %)[18].

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas dengan Metode Uji Shapiro Wilk

Kelompok Signifikansi

Kedelai 0,388

Melinjo 0,435

Beras 0,488

Kacang Tanah 0,858 Kacang Merah 0,097 Kacang Hijau 0,082

(11)

11

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal karena nilai probabilitas di setiap kelompok lebih besar dari 0,05.

Gambar 1. Grafik pola peningkatan kadar asam urat tikus putih jantan pada berbagai jenis asupan bebijian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai bebijian, seperti kacang kedelai, melinjo, beras, kacang tanah, kacang merah, dan kacang hijau dapat menaikkan kadar asam urat tikus seperti pada gambar 1. Dalam 15 hari pemberian berbagai bebijian dapat membuat kondisi tikus hiperurisemia dibuktikan dengan kadar rerata asam urat tikus pada masing-masing kelompok adalah biji melinjo (20

mg/dl), lalu beras putih (17,4 mg/dl), kacang hijau (9 mg/dl), kacang kedelai (7,9 mg/dl), kacang merah (7,5 mg/dl), dan kacang tanah (7,2 mg/dl). Kadar asam urat

normal pada tikus jantan strain winstar adalah 4,37±1,11 mg/dl [9].

(12)

12

(boiling dan steaming pada suhu 1000C), broiling (pemanggangan daging), baking (pemanggangan roti), roasting (pengsangraian) dan frying (penggorengan dengan minyak) dengan suhu antara 150– 3000C sangat berpengaruh pada nilai gizi bahan pangan [20]. Penurunan kadar protein dapat terjadi pada tahu, ikan kembung, ayam potong, dan tempe setelah mengalami proses pemasakan. Penurunan kadar protein pada bahan pangan yang direbus tertinggi terjadi pada tahu (3,73%), diikuti oleh ikan kembung (3,12%), ayam potong (1,65%), dan terendah pada tempe (1,37%) [21]. Pengolahan bahan pangan sangat memengaruhi kerusakan yang terjadi pada protein. Semakin tingi suhu dan semakin lama waktu pengolahan semakin tinggi kerusakan protein yang terjadi pada bahan pangan tersebut [22]. Perebusan dapat menurunkan kadar protein dalam bahan pangan. Penurunan kadar protein ini terjadi karena pengolahan dengan menggunakan suhu tinggi akan menyebabkan denaturasi protein protein sehingga terjadi koagulasi dan menurunkan solubilitas atau daya kemampuan larutnya.

Kandungan protein pada melinjo per 100 gram tidak lebih besar dari kandungan protein pada biji-bijian yang lainnya, namun kadar asam urat tikus paling tinggi justru didapat pada kelompok melinjo. Perbedaan besaran kadar asam urat ini dapat

disebabkan oleh tingkatan palabilitas tikus terhadap melinjo dibanding biji-bijian yang lainnya. Tingkatan palabilitas tikus terhadap bebijian dibuktikan saat uji palabilitas dengan menggunakan 6 tikus yang sebelumnya dipuasakan selama 24 jam. Masing-masing tikus diberi makan biji-bijian yang berbeda, yaitu melinjo, beras, kacang merah, kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Biji-bijian yang lebih cepat habis dimakan adalah melinjo, selanjutnya kacang merah, beras, kacang kedelai, kacang tanah, dan terakhir kacang hijau.

(13)

13

kedelai, bayam, jamur, dan kembang kol. Berbagai jenis bebijian, seperti kacang kedelai, biji melinjo, beras, kacang tanah, kacang merah, dan kacang hijau mampu meningkatkan kadar asam urat pada tikus. Peningkatan kadar asam urat tikus setelah diberi asupan bebijian menjadi bukti adanya hubungan kadar asa urat dan bebijian. Dari hasil penelitian ini bisa menjadi pertimbangan bagi penderita hiperurisemia membatasi konsumsi biji-bijian, baik segi jumlah atau frekuensinya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, asupan berbagai jenis biji-bijian yang diberikan

selama 15 hari mampu meningkatkan kadar asam urat tikus. Kelompok tikus yang memilki kadar rerata asam urat tertinggi setelah diberikan biji-bijian selama 15 hari adalah tikus yang diberi asupan biji melinjo, yaitu sebesar 20 mg/dl dan terendah pada tikus yang diberi asupan kacang tanah, yaitu sebesar 7,2 mg/dl. Besarnya kandungan asam urat juga dipengaruhi dengan tingkatan palabilitas tikus jantan terhadap konsumsi bebijian dan yang paling disukai adalah melinjo, selanjutnya kacang merah, beras, kacang kedelai, kacang tanah, dan terakhir kacang hijau.

Saran

Perlu dilakukan penelitian pengaruh pemberian biji-bijian terhadap kadar asam urat tikus putih jantan dengan bii-bijian serupa namun dengan tekstur yang mudah dicerna.

Daftar Pustaka

[1] Sudewo, B. Tanaman Obat Populer Penggempur Aneka Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka, 2007.

[2] Tjokroprawiro, Askandar. Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press, 2007.

[3] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan. 2013.

[4] Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC, 2008.

[5] Indriawan,2009.

Penyakit.asamurat/gout.unikom.ac.id/repo/sector/kampus/view/blog/key/.../Peny akit (diakses 7 Februari 2017)

(14)

14

[7] Sarawek, S. Xanthine Oxidase Inhibition and Antioxidant Activity of An Artichoke Leaf Extract (Cynara Scolymus L.) and Its Compounds. Disertasi strata tiga, University of Florida.

[8] Price, S, Wilson, L. Patofisiologi edisi 6. Jakarta : EGC: 1402-1405. 2006. [9] Kusmiyati, A. Kadar Asam Urat Serum dan Urin Tikus Putih Hiperurikemia

Setelah Pemberian Jus Kentang (Solanum tuberosum L.). Universitas Negeri Surakarta, Skripsi, 2008.

[10] Hakim, L. Uji Farmakologi dan Toksikologi Obat Alam pada Hewan Coba. Purwoketo: Prosiding Seminar Herbal Medicine Universitas Muhammadiyah, 2002.

[11] Smith JB, Mangkoewidjojo S. Pemeliharaan, Pembiakan, Dan Penggunaan Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Depok: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). 1988: 44

[12] Asri, Ika, WY. Analisis Usaha Industri Emping Melinjo Skala Rumah Tangga di Kabupaten Magetan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Skripsi, 2010.

[13] Winarsi, H. Protein Kedelai dan Kecambah Manfaatnya bagi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius. 2010.

[14] Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1981.

[15] United State Department of Agliculture. The USDA Food Search for Windows. Human Nutrition. Research Center of Agricultural Research and Service. 2007. [16] Ratnaningsih et. al.Pengaruh Jenis Kavcan Tolo, Proses Pembuatan Dan Jenis

Inokulum Terhadap Perubahan Zat-zat Gizi Pada Fermentasi Tempe Kacang Tolo. Jurnal Penelitian Saintek. Vol.14 (1): 97-128

[18] Sajogyo dkk. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan di Kota. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 1994.

[19] Taminatun S dan Ningtyas F. Perasan Daun dan Kulit Melinjo (Gnetum gnemon) sebagai Inducer Asam urat pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). [Laporan Penelitian Kemitraan] [Yogyakarta]: Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, 2016.

[20] Yenrina R, Krisnatuti D. Diet Sehat untuk Penderita Asam Urat. Jakarta: Penebar Swadaya. 2008

[21] Winarno FG. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 2004.

[22] Sundari D, Almasyhuri, Lamid A. Pengaruh Proses Pemasakan terhadap Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Sumber Protein. Media Litbangkes. Vol. 25 (24): 236-241

Gambar

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Rerata Asam Urat Tikus dengan
Tabel 2. Besaran Kandungan Protein pada Berbabagi Jenis Bebijian
Gambar 1. Grafik pola peningkatan kadar asam urat tikus putih jantan pada

Referensi

Dokumen terkait

Definisani problem istraživanja prožima sve elemente konceptualnog okvira i predstavlja sagledavanje uticaja stepena ekonomskog razvoja na motive preduzetni č kog ponašanja i

o Metropolitan Area Network (MAN) : jaringan kecepatan tinggi untuk node yang terdistribusi dalam jarak jauh (biasanya untuk satu kota atau suatu daerah besar).. o Wide Area

Hasil: Terdapat kadar timbal dalam rambut akibat paparan kronis pada sopir kendaraan umum di Kota Mataram dengan kadar rata – rata adalah 8,4085 μg/g dengan persentase 28,3% di

Cost Effectiveness Analysis Penanganan Operasi Katarak secara Rawat Inap di RSUD Prof.. Margono Soekarjo dan secara Rawat Jalan di Balai Kesehatan Mata

Franklin dan Snow (1985) serta Brander et al ., (1991) mengatakan bahwa mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik terjadi dengan cara penginaktifan obat,

Tujuan kegiatan pemantapan materi ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi siswa Darul Abidin Desa Gerisak Semanggeleng Lombok Timur

An Analysis of Code Mixing Used By Students at Madrasatul Quraniyah Islamic Boarding School Batulayar West of Lombok.. Academic

Cakupan puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan peserta didik kelas 1 pada tahun 2018, sebesar 88,05% (8.799 puskesmas) yang berarti telah mencapai target