BAB II
PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi
1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya.
Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam
katagori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Air adalah komponen tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zat makanan.
Vitamin dan mineral tidak menyediakan energi, tetapi penting untuk proses
metabolisme dan keseimbangan asam basa (Potter dan Perry, 2005).
Setiap bayi atau anak memiliki suatu potensi genetik untuk pertumbuhan fisik,
mental, dan emosionalnya. Nutrisi yang optimal tercapai dengan memberikan zat
gizi yang memenuhi semua aspek potensial pertumbuhan tersebut. Apabila nutrisi
membatasi pertumbuhan atau menyebabkan terbentuknya massa tubuh yang
berlebihan, baik karena kualitas yang tidak adekuat maupun kuantitas yang tidak
sesuai, atau terjadi keadaan malnutrisi (Neal dan Cewin, 2007)
2. Komponen Zat Gizi
Zat gizi merupakan unsur yang penting dari nutrisi mengingat zat gizi tersebut
dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi, kebutuhan nutrisi tidak akan
berfungsi secara optimal apabila tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi
akan memberikan nilai yang optimal. Menurut Berhman (1996)Ada beberapa
komponen zat gizi yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang jumlahnya
sangat berbeda untuk setiap umur. Secara umum zat gizi dibagi menjadi dua
golongan yaitu golongan makro dan golongan mikro:untuk zat gizi golongan makro
lemak, H2O( air) sedangkan kelompok zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan
mineral (Hidayat, 2006)
2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam diet. Tiap gram
karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori (kkal). Karbohidrat terutama diperoleh dari
tumbuhan, kecuali laktosa (gula susu). Karbohidrat diklasifikasikan menurut unit
atau sakarida. Monosakarida, seperti glukosa (dekstrosa) atau fruktosa tidak dapat
dipecah menjadi unit gula yang lebih dasar. Disakarida seperti sukrosa, laktosa, dan
maltose dibentuk dari banyak unit gula. Mereka tidak dapat dilarutkan dalam air
dan dicerna untuk beragam tingkatan (Potter & Perry, 2006).
Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap
makanan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan
karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan terjadi
kelaparan dana berat badan menurun demikian sebaliknya apabila jumlah kalori
yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat
menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Dalam mendapatkan
jumlah karbohidrat yang cukup maka dapat diperoleh dari susu, padi-padian,
buah-buahan, sirup, sukrosa, tepung, dan sayu-sayuran (Hidayat, 2006).
2.2 Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E,
K yang larut dalam lemak. Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan
hewani. Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti
terdapat pada kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya. Sedangkan Lemak hewani
banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti pada daging
sapi, kambing dan lainnya (Hidayat, 2006).
Dengan demikian, lemak dapat digolongkan menjadi :
1. Lemak dalam tubuh, yaitu lipoprotein (trigliserida, fosfolipid dan kolesterol)
yang bergabung dengan protein dihasilkan dihati dan mukosa usus untuk
mengangkut lemak yang tidak larut. Jenis yang terdapat di dalam tubuh adalah HDL
(High Dencity Lipoprotein), LDL (Low Dencity Lipoprotein), VLDL (Very Low
Dencity Lipoprotein), dan glikolipid (merupakan senyawa lipid yaitu gliserol dan
2. Lemak yang terdapat dalam bahan pangan dan dapat digunakan oleh tubuh
manusia yaitu:
a. Trigliserida banyak ditemukan pada hewani maupun nabati.
b. Asam lemak jenuh (Saturated Fathy Acid-SAFA) yaitu lemak yang tidak dapat
mengikat hidrogen lagi, seperti asam palmiat, asam stearat yang banyak
ditemukan pada lemak hewani, keju, mentega, minyak kelapa dan coklat
c. Asam lemak tidak jenuh ditemukan pada minyak kacang tanah
d. Fosfolipid ditemukan pada pangan nabati maupun hewani
e. Kolesterol ditemukan dalam jaringan hewan seperti telur, daging, lemak susu
(Yuniastuti, 2008).
2.3 Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasmasel,
selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan
dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik.
Protein ini terdiri dari 24 asam amino diantaranya 9 asam amino esensial
diantaranya thrionin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triftofan, penilalanin, metionin
dan histidin, selebihnya asam amino non esensial. Jumlah protein dalam tubuh
tersebut harus tersedia dalam jumlah yang cukup apabila jumlahnya berlebih atau
tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal demikian juga apabila jumlahnya
kurang maka dapat menyebabkan kelemahan, edema, dapat kwhashiokor apabila
kekurangan protein saja tetapi jika kekurangan protein dan kalori menyebabkan
marasmus (Pudjiadi, 2001).
ASI memiliki kandungan protein rata-rata 9 g/L. Sebagian dari protein ini tidak
disediakan untuk tujuan nutrisional. Tiga perempat IgA dalam ASI disekresikan
utuh melalui tinja. Selain itu, baik laktoferin maupun lisozim mungkin tidak dicerna
atau diserap. Ketiga protein ini mungkin membentuk sampai 30% dari semua
protein didalam ASI, sehingga jumlah protein ASI yang tersedia untuk nutrisi
mungkin serendah 7,2 g/L atau 1,3 g/kg/hari. RDA untuk bayi didasarkan pada
jumlah protein total yang tersedia dalam ASI. Angka tersebut diperkirakan adalah
2,0 sampai 2,4 g/kg/hari selama bulan pertama kehidupan dan secara bertahap turun
menjadi sekitar 1,5 g/kg/hari pada usia 6 bulan untuk kemudian menetap sepanjang
tahun pertama kehidupan. Susu formula saat ini diizinkan oleh peraturan federal
menyediakan rata-rata asupan protein antara 2,0 dan 5,4 g/kg.hari. Sebagian besar
ahli gizi menganjurkan asupan kurang dari 3,5 g/kg/hari pada bayi sehat (Rudolph,
2007).
2.4 Air
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia.Jumlah air sekitar
73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body
mass).Tergantung jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda
antar orang.Pada orang gemuk, perbandingan antara air dan lemak sekitar 50%
berbanding 50%. Pada pria normal, perbandingannya antara 60% berbanding
16%.Pada orang kurus perbandingan tersebut adalah 67% dengan 7%.Pada bayi
perbandingan tersebut sangat mencolok, yaitu 78% dan 0%. Dengan perkataan lain
jumlah air yang terdapat dalam tubuh manusia adalah;
1. Sekitar 80% dari berat badan (untuk bayi dengan low birth weight)
2. Sekitar 70-75% dari berat badan (untuk bayi neonatus)
3. Sekitar 65% dari berat badan (untuk anak) dan
4. Sekitar 55-60% dari berat badan (untuk dewasa)
Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu:
1. Pelarut dan alat angkut
Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida,
asam amino, lemak, vitamin dan mineral serta bahan-bahan lain yang
diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon.
2. Katalisator
Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologi dalam sel,
termasuk di dalam saluran cerna.Air diperlukan pula untuk memecah atau
menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana.
3. Pelumas
Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.
4. Fasilitator Pertumbuhan
Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan.Dalam hal ini
air berperan sebagai zat pembangun
Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan
dalam mendistribusikan panas dalam tubuh
6. Peredam benturan
Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang dan dalam kantung ketuban
melindungi organ-organ tubuh dari benturan.
Kebutuhan air sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi yang
dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang dewasa
dibutuhkan sebanyak 1,0-1,5 mlk/kkal, sedangkan untuk bayi 1,5ml/kkal
(Yuniasatuti. 2008).
2.5 Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator
metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta
dapat mempertahankan organisme, vitamin yang dibutuhkan antara lain:
a. Vitamin A (Retinol) yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup yang
mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata serta pertumbuhan tulang
dan gigi dan dalam pembentukan maturasi epitel, vitamin ini dapat diperoleh
dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh-tumbuhan,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
b. Vitami B kompleks (Thiamin) yang merupakan vitamin yang larut dalam air akan
tetapi tidak larut dalam lemak, yang dapat menyebabkan penyakit beri-beri,
kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema, asam
piruvat dalam darah akan meningkat apabila tersedia dalam jumlah yang kurang,
kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari dalam hati, daging, susu.
c. Vitamin B2 (Riboflavin) merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air, vitamin
ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup, apabila kurang dapat menyebabkan
fotophobia, penglihatan kabur, gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat
diperoleh di dalam susu, keju, hati, daging, telur, ikan, sayur-sayuran hijau dan
padi.
d. Vitamin B12 (Sianokobalamin) merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air.
Pada vitamin ini sangat baik untuk maturasi sel darah merah dalam sumsum
tulang, pengaruh kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia dan
e. Vitamin C (Asam ascorbat) merupakan vitamin yang larut dalam air yang mudah
dioksidasi dan dipercepat oleh panas atau cahaya, kekurangan vitamin ini dapat
menyebabkan lamanya proses penyembuhan luka, vitamin ini dapat tersedia
dalam tomat, buah semangka, kubis, sayur-sayuran hijau.
f. Vitamin D merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak dan akan stabil
dalam suasana panas, vitamin ini berguna dalam pengatur penyerapan dan
pengendapan kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran
usus, mengatur kadar alkali fosfatase serum, kekurangan vitamin ini akan
menyebabkan pertumbuhan jelak dan osteomalasia. Jika anak-anak kekurangan
vitamin D, erupsi/keluarnya gigi dapat menjadi terhambat. Selain itu,
kekurangan vitamin D juga bisa menghambat pembentukan lapisan dentin.
Hubungan antara vitamin D dengan karies gigi dijelaskan dalam penelitian di
USA dan Kanada memberikan kesimpulan yang sama. Prevalensi dari karies
lebih banyak terdapat di negara-negara bagian utara dibandingkan dengan
negara-negara tropis. Ini disebabkan sedikitnya sinar matahari dan
mengakibatkan sintesa vitamin D di kulit berkurang, pengikisan menyebabkan
kerusakan pada gigi anak-anak. Dalam hal ini vitamin D akan berfungsi pada
waktu absorbsi dan metabolisme kalsium dalam pembentukan tulang gigi.
g. Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan tidak stabil terhadap
sinar ultraviolet yang dapat berfungsi dalam meminimalkan oksidasi karoten,
vitamin A dan asam linoleat serta menstabilkan membran apabla terjadi
kekurangan dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi prematur
dan akan menyebabkan kehilangan keutuhan saraf. Vitamin E dapat diperoleh
dari minyak, biji-bijian dan kacang-kacangan.
h. Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang dapat berfungsi
sebagai pembentukan protombin, faktor koagulasi II, VII, IX, X yang harus
tersedia dalam tubuh yang cukup apabila terjadi kekurangan dapat menyebabkan
perdarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil, vitamin ini tersedia dalam
sayuran berdaun hijau, daging dan hati. (Pudjiadi, 2001).
Kekurangan vitamin dalam tubuh lambat laun akan menampakkan gejala-gejala
berupa terhentinya pertumbuhan dan gangguan kesehatan. Gejala ini tergantung
pada jenis vitamin yang mengalami kekurangan beberapa macam vitamin secara
Kelebihan vitamin terutama golongan vitamin larut lemak, dapat
membahayakan tubuh.Hal ini disebabkan oleh vitamin ditimbun dalam
jaringan.Sebagai contoh kelebihan vitamin A dan D yang disebabkan oleh
pemberian dosis tinggi secara terus menerus atau dalam jangka waktu lama. Untuk
vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) tidak terlalu membahayakan karena
kelebihannya dibuang melalui ginjal (Rahayu Widodo, 2009).
2.6 Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro
yang terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, flourin, iodium, besi,
magnesium,mangan,fosfor, kalium, natriun, sulfur, dan seng. Semuanya harus
tersedia dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 2006).
Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan struktur tulang
dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas syaraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan
produksi susu. Kalsium ini akan diekskresi 70% dalam tinja, 10% dalam urine,
15-25% tertahan dan tergantung dalam kecepatan pertumbuhan. Kadar kalsium ini
harus tersedia dalam jumlah yang cukup karena apabila terjadi kekurangan
menyebabkan mineralisasi tulang dan gigi jelek, osteomalasia, osteoporosis,
rakhitis, dan gangguan pertumbuhan. Tersedianya kalsium ini dapat diperoleh dari
susu, keju, sayuran hijau, kerang , dan lain-lain (Hidayat, 2006).
Klorida sangat berguna dalam pengaturan tekanan osmotik, keseimbangan
asam dan basa, yang tersedia dalam garam, daging, susu, dan telur. Golongan
mineral lainnya seperti chromium ini berguna untuk glikemia dan metabolisme
dalam insulin yang tersedia dalam ragi, tembaga yang berguna untuk produksi sel
darah merah, pembentukan hemoglobin, penyerapan besi dan lain-lain.Kekurangan
zat besi dapat menyebabkan anemia dan osteoporosis. Apabila zat besi berlebih
dapat menyebabkan sirosis dan gastritis, hemolisis, tersedianya tembaga terdapat
dalam hati, daging, ikan, padi, dan kacang-kacangan.
Flour merupakan mineral yang berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan
tulang yang apabila tersedia dalam jumlah yang kurang menyebabkan caries gigi.
Sumber dari flour ini terdapat pada air, makanan laut, tumbuh-tumbuhan. Mineral
lain adalah yodium yang merupakan unsurtiroksin dan triiodotironin yang harus
tersedia dalam jumlah yang cukup apabila kurang dapat menyebabkan gondok,
struktur dari hemoglobin untuk pengangkutan karbondioksida (CO2) dan
oksigen(O2)dan kekurangan besi menyebabkan anemia, zat besi tersebut tersedia
dalam hati, daging, kuning telur, sayuran hijau, padi dan tumbuh-tumbuhan.
Magnesium berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme karbohidrat dan
sangat penting dalam proses metabolisme apabila terjadi kekurangan menyebabkan
malabsorbsi yang menyebabkan hipokalsemia atau hipokalemia, magnesium dapat
diperoleh dalam biji-bijian, kacang-kacangan, daging dan susu. Mangan mineral
yang berfungsi dalam aktivitas enzim yang terdapat dalam kacang-kacangan, padi,
biji-bijian dan sayuran hijau.Fosfor merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan
tulang dan gigi, kekurangan dapat menyebabkan kelemahan otot, fosfor tersebut
dapat diperoleh dari susu, kuning telur, kacang-kacangan, padi-padian, dan
lain-lain. Kalium berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf,
keseimbangan cairan, pengaturan irama jantung.Kalium ini dapat diperoleh dari
semua makanan. Natrium berguna dalam pengaturan tekanan osmotik, pengaturan
keseimbangan asam dan basa, keseimbangan cairan. Kekurangan ini dapat
menyebabkan kram otot, nausea, dehidrasi, hipotensi, natrium ini dapat diperoleh
dari garam, susu, telur, tepung dan lain-lain. Sulfur merupakan unsur pokok dalam
protein seluler yang membantu proses metabolisme jaringan syaraf, sulfur ini dapat
diperoleh darimakanan protein yang mengandung 1%, dan seng merupakan unsur
pokok dari beberapa enzim karboniok anhidrase yang penting dalam pertukaran
karbondioksida (CO2) yang tersedia dalam daging, padi-padian, kacang-kacangan
dan keju. (Solihin Pudjiadi, 2001).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi yaitu :
1. Ukuran Tubuh.
Merupakan peubah utama dalam menentukan pengeluaran energi seseorang.
Tubuh yang besar memiliki kebutuhan nutrisi yang lebih besar
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan dengan tinggi, berat, dan umur yang sama
mempunyai komposisi tubuh yang berbeda. Perempuan memiliki banyak
3. Umur
Kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua. Waktu lahir
akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua tahun dan akan berangsur
menurun untuk meningkat lagi pada saat remaja (Almatsier, 2001)
4. Kebutuhan Energi atau Nutrisi pada Bayi
Pada umur ini kebutuhan nutrisi bayi semuanya melalui air susu ibu yang
terdapat komponen yang paling seimbang, akan tetapi apabila terjadi gangguan
dalam air susu ibu maka dapat menggunakan susu formula dan nilai kegunaan atau
manfaat jauh lebih baik dari menggunakan ASI. Pemberian ASI eksklusif adalah
sampai empat sampai enam bulan tanpa makanan lainnya, sebab kebutuhannya
sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada bayi, dan proses pemberian ASI dapat
dilakukan melalui proses menyusui (Hidayat, 2005).
Tidak semua anak mendapatkan ASI secara langsung, banyak kita temukan
anak-anak kebutuhan nutrisinya melalui susu formula. Untuk itu dalam pemberian
susu formula atau susu botol juga perlu diperhatikan diantaranya : sterilkan dahulu
sebelum memberikan pada bayi dengan cara dipanaskan, jangan membuat
lama-lama susu didalam botol, ikuti petunjuk pemakaian susu formula dan lain-lain
(Hidayat, 2005).
Bagi bayi, ASI atau susu formula merupakan sumber utama untuk memenuhi
kebutuhan cairan. ASI dan susu formula dengan densitas energi standar (20 Kkal/oz
atau 0,66 Kkal/mL), mengandung air sekitar 89%. Tambahan air yang dihasilkan
dari oksidasi susu yang dikomsumsi tersedia dalam bentuk air bebas. Apabila
konsentrasi susu formula melebihi 24 kkal/oz terdapat resiko bahwa walaupun
kalori dikomsumsi adekuat, bayi kurang mendapat air bebas sehingga terjadi
peningkatan beban zat terlarut pada ginjal dan dehidrasi (Rudolph, 2007).
4.1 Diet Seimbang
Makanan seimbang untuk bayi apabila total energi yang dihasilkan oleh ketiga
zat gizi penghasil energy masing-masing memberi kisaran kontribusi sebagai
Misalnya air susu ibu terdapat 67 kkal energi yang merupakan kontribusi dari
1.2 gram protein, 3.8 gram lemak dan 7 gram karbohidrat atau kontribusi energi
dari lemak 51%, protein 7%, dan karbohidrat 42% dari total energi. Dari
perhitungan tersebut disimpulkan bahwa air susu ibu adalah diet seimbang
(Irianto, 2008).
4.2 Penggunaan Energi
Energi pada masa bayi sangat diperlukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
untuk metabolisme basal, thermic effect feeding, thermoregulation, aktivitas fisik,
pertumbuhan, dan energi terbuang (Irianto, 2008).
4.2.1 Metabolisme basal
Metabolisme basal ialah energi yang diperlukan untuk kelangsungan organ
tubuh seperti denyut jantung, sirkulasi darah dan cairan, pernapasan, pengiriman
sinyal-sinyal saraf, kontraksi semua otot, juga untuk mempertahankan suhu tubuh.
Aktifitas memtabolisme dari semua organ vital diatas secara proporsional akan
menunjang kenaikan berat badan bayi (Irianto, 2008).
Kontribusi energi metabolisme basal untuk otak pada neonates sangat tinggi
yaitu 70%, dari total energy metabolism basal. Pada bayi hingga usia 12 bulan
sekitar 60-65%. Sedang bayi prematur membutuhkan sekitar 40 kkal per kg per hari
(Irianto, 2008).
4.2.2 Thermic effect feeding
Thermic effect feeding adalah energy untuk mengolah makanan menjadi
energi. Thermic effect feeding memerlukan sekitar 10% dari totalpenggunaan
energi. Pada masa sesudah pertumbuha, sekitar 5% (Irianto, 2008).
Pada bayi yang frekuensi makannya relatif lebih sering, maka energy untuk
thermic effect feeding sangat berperan untuk tranportasi dan konversi zat gizi yang
siap diserap untuk digunakan atau disimpan dalam setiap organ atau sel yang
membutuhkan. Flatt (1978) memperhitungkan penggunaan energi dari glukosa dan a. Lemak : 30-55% dari total energi
b. Protein : 7-16% dari energi total
konversi dari glukosa menjadi glikogen memerlukan 7% pengeluaran energy.
Konversi glukosa menjadi lemak 26%. Pencernaan protein dan proses
gluconeogenesis memerlukan 25% penggunaan energi (Irianto, 2008).
4.2.3 Thermo regulation
Energi untuk pengaturan suhu tubuh sangat penting untuk adaptasi dengan
suhu lingkungan. Pada suhu lingkungan yang nyaman untuk bayi, kebutuha oksigen
untuk basal metabolic rate semakin sedikit (Irianto, 2008).
Untuk bayi normal dengan kondisi nyaman, energi untuk termo regulasi tidak
terlalu diperhitungkan (Irianto, 2008).
4.2.4 Aktifitas fisik
Pada bayi usia 6 bulan pertama pengeluaran energy untuk aktivitas fisik lebih
sedikit. Kebutuhan energy rata-rata untuk aktivitas 15-25 kkal per kg BB per hari
(Irianto, 2008).
4.2.5 Pertumbuhan
Energi yang diperlukan untuk pertumbuhan jaringan, dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Masukan energi yang diperlukan untuk membentuk susunan atau komposisi
jaringan sel
b. Pengeluaran energi untuk keperluan lain misalnya untuk sintesis
Jumlah energi yang diperlukan untuk menyusun jaringan sekitar 5kkal per
gram pertambahan BB.
Kebutuhan energi dalam bulan pertama kehidupan di samping untuk basal
metabolisme juga menentukan pertumbuhan selanjutnya dengan terjadinya susunan
sintesis jaringan sel baru. Sintesis lemak sangat diperlukan untuk menghasilkan
energy karena pertambahan berat yang pesat pada 4 bulan pertama sangat
tergantung dari asupan lemak. Setelalh 4 bulan koma kontribusi energy untuk
sintesis jaringan baru, secar perlahan akan berkurang (Irianto, 2008).
4.2.6 Energi terbuang
Jika jumlah dan komposisi makanan atau diet telah diketahui, energy yang
terbuang melalui tinja dan urin dapat diperkirakan. Jumlah energy yang terbuang
4.3Kebutuhan Energi
Rekomendasi masukan energi untuk bayi diperhitungkan dari berat badan
(normal) dengan usia bayi (Irianto, 2008).
Tabel 4.3 Kebutuhan Energi per Hari
Umur Berat badan (kg) Tinggi badan (cm)
Energi (kkal)
0-6 bulan 5,5 60 560
7-12 bulan 8,5 71 800
1-3 tahun 12 89 1220
4-6 tahun 18 108 1720
7-9 tahun 23,5 120 1860
Pria
− 10-10tahun
− 13-15 tahun
− 16-19 tahun
− 20-59 tahun
− 60 tahun
30 40 53 56 56 135 152 160 162 162 1950 2200 2360 2400 1960 Wanita
− 10-12 tahun
− 13-15 tahun
− 16-19 tahun
− 20-59 tahun
− 60 tahun
32 40 53 50 50 139 153 154 154 154 1750 1900 1850 1900 1700
5. Asuhan Keperawatan
5.1 Pengkajian
Pengkajian nutrisi penting khususnya bagi pasien yang beresiko masalah
nutrisi berhubungan dengan stres, penyakit, hospitalisasi, kebiasaan gaya hidup,
dan faktor-faktor lain. Pengkajian nutrisi terdiri dari empat area pokok yaitu
pengukuran fisik (tinggi dan berat badan), tes laboratorium, riwayat diet dan
kesehatan dan observasi klinik (Potter dan Perry, 2005).
Pengkuran Fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan harus diperoleh ketika pasien masuk
rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan apapun. Apabila
memungkinkan, pasien harus ditimbang pada waktu yang sama setiap hari, pada
skala sama dan dengan pakaian atau linen yang sama. Perubahan berat badan
terakhir harus didokumentasikan (Potter dan Perry, 2005).
Tes Laboratorium dan Biokimia
Tidak satupun tes laboratorium atau biokimia adalah diagnostik untuk
malnutrisi. Tes-tes dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keseimbangan cairan
dan fungsi hati, fungsi ginjal dan adanya penyakit. Tes laboratorium biasanya
digunakan untuk mempelajari status nutrisi termaksud ukuran protein
plasmaseperti albumin, transferin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas
ikatan zat besi dan hemoglobin (Potter dan Perry, 2005)
Riwayat Diet dan Kesehatan
Selain riwayat keperawatan yang umum, perawat memperoleh riwayat khusus
diet yang lebih untuk mengkaji kebutuhan nutrisi aktual atau potensial. Riwayat
diet berfokus pada kebiasaan asupan cairan dan makanan pasien. Sebaliknya
informasi pilihan, alergi masalah dan area yang berhubungan lainnya seperti
kemampuan pasien untuk memperoleh makanan (Potter dan Perry, 2005).
Tambahan bagi perawat untuk mengkaji adalah pengumpulan faktor-faktor
yang mempengaruhi pola diet pasien dan status nutrisi. Faktor-faktor tersebut
adalah :
Status Kesehatan. Status kesehatan pasien berhubungan dengan nafsu makan
yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurang nafsu makan) biasanya
gejala penyakit atau karena efek samping obat. Dan dukungan nutrisi adalah
Kultur dan Agama.Pola kultural, etnik, agama dan batasan mengenai
makanan harus diperhitungkan. Makanan dan diet tertentu harus diberikan
apabila sesuai (Potter dan Perry, 2005).
Status Sosioekonomi.Biaya makanan tidak tetap dan belanja bervariasi
tergantung pada uang yang tersedia (Potter dan Perry, 2005).
Pilihan Pribadi.Kesukaan atau ketidaksukaan pribadi mungkin berpengaruh
terhadap diet. Makanan yang berhubungan dengan kenangan yang
menyenangkan cenderung menjadi makanan favorit. Makanan yang
berhubungan dengan kenangan yang tidak menyenangkan cenderung untuk
dihindari. Makanan mewah dapat digunakan sebagai simbol status. Pilihan
individu harus dipertimbangkan ketika merencanakan diet terapeutik (Potter dan
Perry, 2005).
Faktor Psikologis. Motivasi individu untuk makanan yang seimbang
danpersepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan yang
mempunyai nilai simbolik yang utama bagi banyak orang (misalnya susu
menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbolkan kekuatan).
Alkohol dan obat-obatan.Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan
memberikan konstribusi pada defisiensi nutrisi karena mungkin dibelanjakan
alkohol daripada makanan dan alkohol menggantikan bagian makanan dan
menekan nafsu makan. Alkohol juga memperngaruhi gastrointestinal.
Obat-obatan berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal. Obat-Obat-obatan yang
menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan gizi esensial. Obat-obatan juga
menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absospsi zat gizi didalam
intostin (Potter dan Perry, 2005).
Observasi Klinis
Observasi klinis dapat menjadi aspek terpenting pengkajian nutrisi.
Tabel 5. Tanda-Tanda Klinis Dari Status Gizi Pasien No. Bagian Tubuh
Tanda-Tanda untuk
Bagian Tubuh Tanda-Tanda untuk
Bagian Tubuh Tanda-Tanda untuk
1. Penampilan
umum
Sadar, responsive Lesu, apatis, kakeksia,
penampilan kakeksia
2. Berat badan Berat badan normal untuk
tinggi badan, usia dan
bentuk tubuh
Penampilan obesitas atau
kurus (perhatian khusus
untuk kurus)
3. Postur Postur tegak, lengan dan
tungkai lurus
Bahu kendur, dada
cekung, punggung
bungkuk
4. Otot Otot berkembang baik,
kuat tonus bagus, beberapa
lemak ada dibawah kulit
Penampilan lemah, tonus
buruk, tonus tidak
berkembang nyeri,
edema, tidak mampu
berjalan dengan baik
5. Kontrol sistem
saraf
Rentang perhatian baik,
kurang iritabilitas atau
kelelahan, refleks normal,
kestabilan psikologis
Kurang perhatian,
iritabilitas, bingung,
tangan dan kaki terasa
terbakar dan kesemutan,
kelemahan dan nyeri
otot, penurunan atau
kehilangan refleks lutut
dan tumit
6. Fungsi
gastrointestinal
Nafsu makan dan
pencernaan baik,
eleminasi teratur normal,
tidak ada organ atau massa
yang teraba
Anoreksia, tidak mampu
mencerna, konstipasi
atau diare, pembesaran
hati atau limpa
7. Fungsi
kardiovaskuler
Laju denyut dan irama
denyut jantung normal,
tidak ada murmur, tekanan
darah normal untuk
Laju denyut jantung
cepat, pembersaran
jantung dan irama
usianya tekanan darah meningkat
8. Vitalitas umum Ketahanan bertenaga,
kebiasaan tidur baik,
penampilan kuat
Mudah lelah, kurang
energi, mudah tertidur,
penampilan capek dan
apatis
9. Rambut Bersinar, penampilan
berkilat, kuat, helai rambut
tidak mudah dicabut, kulit
kepala sehat
Rambut berserabut,
kusam, kusut, kering,
tipis dan kasar,
penampilan
depigmentasi, helai
rambut mudah terlepas
10. Kulit (umum) Kulit halus dan sedikit
lembab dengan warna baik
Kasar, kering, bersisik,
pucat, berpigmen,
berpenampilan iritasi,
lebam, kehilangan lemak
pada subkutan
11. Wajah dan
leher
Warna merata halus,
merah muda, penampilan
sehat, tidak ada bengkak
Penampilan berminyak,
diskolarasi, bersisik,
bengkak, kulit gelap
dipipi dan bawah mata,
tidak halus dan kasar
pada kulitsekitar hidung
dan mulut
12. Bibir Halus, warna baik,
penampilan lembab (tidak
pecah atau bengkak)
Penampilan kering dan
bersisik, bengkak,
kemerahan dan bengkak
(keilosisi) lesi angular
pada sudut mulut
13. Mulut dan
membran
mukosa
Membran mukosa didalam
rongga mulut berwarna
merah muda sampai
kemerahan
Membran mukosa mulut
yang lembut dan
bengkak
penampilan sehat dan
merah, tidak bengkak dan
berdarah
mudah berdarah, gusi
tertarik kebelakang
15. Lidah Warna merah muda atau
kemerahan gelap baik,
tidak bengkak, halus,
terdapat papilla
dipermukaan, tidak ada
lesi
Penampilan bengkak,
kasar, warna magenta
seperti daging (glositis),
papilla hiperemia dan
hipertropi, papilla attrofi
16. Mata Mata terang jernih,
penampilan bersinar, tidak
ada luka disudut membran,
bulu mata lembab dan
sehat
dengan warna merah
muda,
pembuluh darah terlihat
atau
tidak ada benjolan pada
jaringan atau skelra, tidak
ada lingkar kelelahan
dibawah mata
Membran mata pucat
(konjungtiva pucat), membran kemerahan (injeksi konjungtiva), kering, tanda-tanda infeksi, bintik-bintik kemerahan,
fisura pada sudut
kelopak
mata (angulat
palpebretik),kekeringan
membran mata
(konjungtiva serosis),
penampilan buram dari
kornea (korneal sirosis),
kornea lunak
(keratomalasia).
17. Leher (kelenjar) Tidak ada
pembesaran kelenjar
Pembesaran tiroid
18. Kuku Penampilan keras, merah
muda
Bentuk kuku seperti
sendok (koilonishia),
mudah patah dan
berpunggung
atau bengkak, warna baik kesemutan, lemah
20. Kerangka Tidak ada malformasi Kaki bengkok, lutut
menyatu, deformitas
dada pada diafragma,
scapula dan rusuk
5.2 Analisa Data
Menurut Buku Saku NIC & NOC (2007) analisa data dibegi menjadi data
subjektif dan objektif.
5.2.1 Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh, perubahan
Batasan karakteristik
a. Berat badan kurang dari 20% atau lebih dari ideal terhadap tinggi badan
dan kerangka.
b. Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik kalori total atau
nutrisi spesifik.
c. Kehilangan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
d. Melaporkan asupan makanan tidak adekuat kurang dari anjuran kecukupan
gizi harian.
Subjektif
a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit
c. Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan
d. Melaporkan perubahan sensasi rasa
e. Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan
Objektif
a. Tidak tertarik untuk makan
b. Kerapuhan kapiler
c. Diare
d. Adanya bukti kekurangan makanan
e. Kehilangan rambut yang berlebihan
f. Bising usus hiperaktif
h. Miskonsepsi
i. Konjungtiva dan membrane mukosa pucat
j. Tonus otot buruk
k. Menolak untuk makan
l. Luka, rongga mulut inflamasi
m. Kelemahan otot yang dibutuhkan untuk menelan dan mengunyah
(Wilkinson &Ahren, 2007)
5.2.2 Nutrisi : Lebih dari kebutuhan tubuh, perubahan
Batasan karakteristik
a. Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita.
b. Berat badan 20% di atas bert badan dan kerangka ideal
Subjektif
a. Peningkatan nafsu makan
b. Makan sebagai respon terhadap isyarat internal selain rasa lapar (misalnya,
ansietas)
c. Melaporkan penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan yang
utama sebelum usia lima bulan.
Objektif
a. Obesitas pada salah satu atau kedua orangtua
b. Memusatkan asupan makanan pada malam hari
c. Disfungsi pola makanan
d. Makan sebagai respon terhadap syarat eksternal
e. Penggunaan makan sebagai penghargaan atau kenyamanan
f. Makan sambil melakukan aktivitas
g. Transisi yang cepat dalam melewati persentil pertumbuhan bayi atau anak
h. Adanya nilai dasar berat badan yang lebih tinggi pada setiap awal kehamilan
yang dapat dilaporkan atau di observasi
5.2.3. Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh, Risiko Perubahan
Faktor risiko Subjektif
a. Peningkatan nafsu makan
b. Makanan sebagai respon terhadap isyarat internal selain rasa lapar
(misalnya ansietas)
c. Melaporkan penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan yang
utama sebelum usia lima bulan.
Objektif
a. Obesitas pada satu atau kedua orang tua
b. Memusatkan asupan makan pada malam hari
c. Disfungsi pola makan
d. Makan sebagai isyarat eksternal (waktu makan atau situasi sosial)
e. Penggunaan makanan sebagai penghargaan atau kenyamanan
f. Makan sambil melakukan aktivitas
g. Transisi yang cepat dalam melewati persentil pertumbuhan pada bayi atau
anak
h. Adanya nilai dasar berat badan lebih tinggi pada setiap awal kehamilan
yang dapat dilaprkan atau diobservasi.
(Wilkinson & Ahren, 2007)
5.3 Diagnosa Keperawatan
Menurut Buku Saku Diagnosis Keperawatan NIC & NOC (2007), terdapat
dua diagnosa yang dapat digunakan untuk menggambarkan perubahan nutrisi pada
pasien yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, lebih dari kebutuhan tubuh dan
nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh, resiko perubahan. Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh didefenisikan sebagai suatu keadaan individu yang mengalami kekurangan
asuhan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Nutrisi lebih dari kebutuhan
tubuh merupakan keadaan seorang individu yang berada pada resiko mengalami
asupan zat gizi yang melebihi kebutuhan metabolisme. Nutrisi lebih dari kebutuhan
5.4 Intervensi
Penerapan intervensi keperawatan terkait masalah nutrisi bisa merujuk pada
intervensi yang diterapkan secara umum pada klien dengan gangguan pemenuhan
nutrisi. Akan tetapi, pada kasus-kasus tertentu penerapan diagnosis diatas tersebut
tentulah harus sesuai dengan kasus yang dihadapi.
5.4.1 Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, perubahan
Faktor yang berhubungan:
a. Ketergantungan kimiawi
b. Penyakit kronis
c. Kesulitan mengunyah atau menelan
d. Faktor ekonomi
e. Intoleransi makanan
f. Kebutuhan metabolik tinggi
g. Refleks mengisap pada bayi tidak adekuat
h. Kurangnya pengetahuan dasar nutrisi
i. Akses pada makanan terbatas
j. Hilangnya nafsu makan
k. Mual/muntah
l. Pengabaian orang tua
m.Gangguan psikologis
Hasil yang Disarankan NOC
a. Status gizi: tingkat gizi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
b. Status gizi: asupan makanan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang
dikonsumsi tubuh selama waktu 24 jam.
c. Satus gizi: nilai gizi: keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi tubuh.
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Contoh PenggunaanBahasa NOC
Menunjukkan satus gizi : asupan makanan, cairan dan zat gizi, ditandai
dengan indikator berikut(sebutkan nilai1-5: tidak adekuat, ringan,sedang, kuat,
Contoh Lain
Pasien akan:
a. Mempertahankan atau menunjukkan pertambahan berat badan
b. Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi.
c. Nilai labolatorium normal.
d. Melaporkan keadekuatan tingkat energi.
e. Mempertahankan massa dan berat badan dalam batas normal.
Mandiri
a. Tentukan motivasi klien untuk mengubah kebiasaan makan.
b. Pantau nilai labolatorium
c. Timbang pasien pada interval yang tepat.
d. Ketahui makanan kesukaan klien.
e. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.tentukan
kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
f. Ajarkan metode untuk perencanaan makanan.
g. Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan bergizi dan tidak mahal.
h. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya.
Kolaborasi
a. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk
pasien dengan ketidakadekuatan protein atau kehilangan protein.
b. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan
pelengkap, pemberian makanan enter atau parenteral total agar asupan kalori
adekuat.
c. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi.
d. Rujuk ke program gizi komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat
membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat.
5.4.2 Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh, Perubahan
Faktor yang berhubungan
a. Asupan yang berlebihan dalam hubungannya dengan kebutuhan
metabolisme
b. Ketergantungan pada bahan kimia
d. Penurunan kebutuhan metabolisme
e. Pola makan disfungsional
f. Makan sebagai respon terhadap isyarat eksternal
g. Peningkatan nafsu makan
h. Kurangnya dasar pengetahuan tentang nutrisi
i. Kurangnya latihan fisik
j. Penggunaan makanan sebagai tindakan penguatan atau membuat rasa
nyaman
k. Obesitas pata orang tua
l. Penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan utama sebagai usia
lima bulan
m.emilihan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari
n. Penggantian pemanis untuk adiksi.
Hasil yang disarankan NOC
a. Status gizi: asupan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang masuk ke
dalam tubuh dalam periose 24 jam.
b. Status gizi: asuan zat gizi: keadekuatan zat gizi yang masuk ke dalam
tubuh.
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Contoh penggunaan bahasa NOC
Menunjukkan status gizi: asupan makanan dan cairan, dibuktikan dengan
indikaor sebagai berikut (1-5): asupan tidak adekuat, ringan, sedang, kuat, atau
adekuat total dan asupan makanan dan cairan melalui oral tidak berlebihan.
Contoh lain
a. Pasien akan: Menyadari masalah berat badan
b. Mengungkapkan dengan kata-kata tentang keinginan untuk menurunkan
berat badan
c. Berpartisipasi dalam program latihan yang teratur.
d. Berpartisipasi dalam program penurunan berat badan yamg terstruktur.
e. Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu tertentu.
f. Mengalami asupan yan adekuat, tetapi tidak berlebihan.
g. Intervensi mandiri
h. Pantau perilaku pasien yang berkaitan dengan kenaikan berat badan .
j. Timbang berat badan pasien dengan interval yang tepat.
k. Berikan informasi yang adekuat tentang kebutuhan nutrisi
l. Anjurkan pasien utnuk mengikuti program diet yang tepat.
Kolaborasi
a. Rundingkan dengan ahli gizi untuk mengimplementasikan program
penurunan berat badan yang meliputi pengelolaan diet dan pengeluaran
energi.
b. Pengelolaan nutrisi: tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli
diet, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
c. Bantuan pengurangan berat badan: anjurkan pasien untuk hadir dalam
kelompok pendukung penurunan berat badan.
5.4.3 Nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh, risiko perubahan
Hasil yang Disarankan NOC
Status gizi: asupan makanan dan cairan: jumlah makanan dan cairan
yang masuk ke dalam tubuh dalam periode 24 jam.
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Contoh Penggunaan Bahasa NOC
Menunjukkan status gizi: asupan makanan dan cairan, dibuktikan dengan
indikaor sebagai berikut (1-5): asupan tidak adekuat, ringan, sedang, kuat, atau
adekuat total dan asupan makanan dan cairan melalui oral tidak berlebihan.
Contoh Lain
Pasien akan:
a. Menyadari adanya fakror risiko.
b. Berpartisipasi dalam program latihan teratur.
c. Memelihara berat badan ideal.
d. Makan diet seimbang.
Mandiri
a. Pantau adanya faktor risiko kenaikan berat badan.
b. Pengelolaan berat badan(NOC): tentukan berat badan dan persentase
lemak tubuh ideal pasien.
c. Pengelolaan nutrisi (NIC): timbang berat badan pasien pada interval yang
d. Diskusikan dengan pasien tentang hubungan antara asupan makanan,
latihan, kenaikan berat badan dan penurunan berat badan.
e. Diskusikan dengan pasien tentang kondisi medis yang dapat memengaruhi
berat badan.
f. Diskusikan dengan pasien tentang faktor kebiasaan dan adatserta budaya
dan faktor hereditas yang dapat memengaruhi berat badan.
g. Diskusikan tentang risiko yang berkaitan dengan kelenihan atau
kekurangan berat badan.
h. Bantu pasien dalam mengembangkan rencana makan yang seimbang dan
konsisten dengan tingkat penggunaan energi.
B. Pengkajian Pasien di Rumah Sakit
Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal mahasiswa praktek di rumah
sakit umum daerah dr. Pirngadi Medan, pada tanggal 02 juni 2014 mahasiswa
melakukan pengkajian keperawatan pada pasien An.R. Berikut deskripsi dari hasil
pengkajian yang dilakukan dan secara lengkap terdapat di lampiran 1.
1. Biodata
Seorang bayi, An.R berusia 17 yang lahir pada tanggal 18 mei 2014, berjenis
kelamin laki-laki, agama Islam. An.R belum pernah sekolah, Tn.M adalah ayahnya
yang bekerja sebagai wiraswasta dan Ny. S adalah ibu dari An.R yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga , tinggal di jalan Flamboyan Raya Komplek Polri, Medan
Tuntungan. Pada tanggal 18-05-2014 An.R dirawat di ruangan Perinatologi, dengan
nomor rekam medik 00.92.60.67. Diagnosa pada An.R adalah BBLSR ( Berat
Badan Lahir Sangat Rendah).
2. Keluhan Utama
Dalam pengkajian yang dilakukan An.R lahir kurang bulan, memiliki berat
badan 1500 gr saat baru lahir, suhu tubuh 35,50C, pernapasan 60 kali per menit,
denyut nadi 158 kali per menit, kulit dingin.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tidak ada penyakit yang dialami an.R sebelumnya, tidak ada pengobatan atau
tindakan yang dilakukan sebelumnya karena setelah an.R lahir segera dirawat di
R juga tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat dan susu formula. An.R sudah
mendapatkan imunisasi BCG, Polio dan HB 1.
4. Pemeriksaan Fisik
Secara umum didapati pasien sadar, dengan suhu tubuh 35.50C, nadi 158 kali
per menit, pernafasan 60 kali per menit, An. R memiliki panjang badan 43 cm,
berat badan 1500 gram, lingkar kepala 27 cm dan lingkar dada 23.5 cm. Dalam
melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe untuk memperoleh
data pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam pemeriksaan kepala dan rambut
didapati kulit kepala tampak bersih, tidak terdapat kotoran dan verniks kaseosa.
Fontenella posterior dan anterior belum menutup, pulsasi teraba, tidak ada edema
pada kulit kepala, adanya lanugo terutama pada daerah bahu dan punggung,
penyebaran rambut merata dengan warna hitam.
Pada pemeriksaan wajah dan mata didapati bentuk wajah simetris, tidak
terdapat edema pada wajah, warna kulit sedikit kuning. Mata kiri dan kanan
simetris, tidak adanya strabismus, sensitivitas terhadap cahaya baik ditandai dengan
pupil isokor, tidak ada terjadi edema pada palpebra, kornea jernih, tidak ada tanda
katarak kongenital dan tidak ada perdarahan pada konjungtiva. Terdapat refleks
berkedip pada mata.
Pada pemeriksaan hidung di dapati pola pernapasan pada bayi normal ditandai
an.R bernapas dengan menggunakan hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung,
posisi septum nasi berada di tengah, tidak ada lesi, lubang hidung bersih, tidak
terdapat kotoran, sumbatan atau mukosa, dan tidak ada tanda infeksi.
Pada pemeriksaan telinga terletak sejajar dengan alis mata dan simetris antara
kiri dan kanan, dan terjadi refleks terkejut ketika dilakukan tes pendengaran dengan
melakukan refleks morro.
Keadaan mulut baik ditandai dengan mukosa bibir lembab, refleks menghisap
lemah sehingga an.R menggunakan OGT (Oral Gastric Tube), gusi berwarna merah
muda, Lidah tampak bersih dan tidak ada tanda infeksi. Pemeriksaan pada leher di
dapati posisi trakea terdapat di tengah, pulsasi vena jugularis reguler, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
Pemeriksaan pada integument tidak terdapat verniks kaseosa di seluruh tubuh,
penyebaran lanugo banyak terutama pada daerah bahu dan punggung, warna kulit
dada, tidak terdapat retraksi pada saat inspirasi, dinding dada dan perut bergerak
secara bersamaan, frekuensi pernapasan 60 kali per menit. Saat di palpasi tidak
terdapat fraktur klavikula, frekuensi jantung an.R 158 kali per menit.
Pemeriksaan yang dilakukan pada abdomen terdapat bentuk abdomen simetris,
tidak terdapat pembesaran hati, tidak ada tanda ascites dan saat di perkusi suara
abdomen tympani.
Pemeriksaan pada kelamin dan rektum terdapat lubang uretra tepat berada di
tengah, tidak terdapat pembengkakan dan tidak ada tanda infeksi, lubang anus ada
ditandai dengan an.R buang air besar. Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas
tidak terdapat kelainan pada tulang belakang, tidak terdapat kelainan pada jari-jari
tangan dan kaki.
5. Pola Kebiasaan Sehari-hari
An.R minum PASI (Pengganti Air Susu Ibu) ± 8 kali/ hari, an.R diberikan 30cc/
3 jam dengan menggunakan OGT (Oral Gastric Tube), tidak ada mual muntah,
pemberian PASI tersebut dilakukan oleh perawat.
6. Perawatan diri atau personal hygiene
An. R mandi 1 kali per hari setiap pagi pukul 09.00 WIB yang dilakukan oleh
perawat.
7. Pola kegiatan atau Aktivitas
Pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri dalam memenuhi kebutuhan
dasar. Untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian, tidak bisa dilakukan secara
mandiri namun dilakukan dengan bantuan perawat. Aktivitas an.R adalalah mandi 1
kali per hari pada pukul 09.00 WIB selama ± 3 menit, kemudian an.R diberikan
PASI oleh perawat di dalam inkubator. Bayi tidur atau istirahat ± 20 jam per hari.
8. Pola Eliminasi
An.R BAB ± 4 kali sehari dengan jumlah sedikit dan konsistensi lembek. BAB
terakhir an.R adalah hari jumat tanggal 6 juni 2014 pukul 08.30 WIB. Pola BAK
An.R menggunakan popok dengan jumlah popok basah 6-10 popok per hari dengan
C. Masalah Keperawatan dan Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 02 Juni 2014 dari
data-data yang diperoleh dilakukan analisa data-data dengan mengelompokkan data-data objek dan
data subjek. Dari analisa data yang dilkukan ditemukan tiga masalah keperawatan yaitu:
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hipotermi, dan kerusakan integritas
kulit. Secara lengkap terdapat pada lampiran 1.
D. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawataan
berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu data subjek dan
data objek yang telah di kaji. Dari hasil perumusan diperoleh tiga diagnosa yaitu:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kurang adekuatnya refleks menghisap pada bayi ditandai dengan refleks hisap lemah,
konjungtiva pucat, BB : 1500gr dan dilakukan pemasangan OGT.
2. Hipotermi berhubungan dengan ketidakmatangan pengaturan system suhu tubuh pada bayi ditandai dengan temp : 35,5 0C, menggigil dan kulit dingin
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan pada kulit ditandai dengan kulit lembab dan kemerahan.
E. Perencanaan Keperawatan dan Rasional
Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan
analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam
diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan tindakan
keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada An.R. Perencanaan
keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di tabel berikut:
Tabel 1. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kurang adekuatnya refleks
No. Dx Perencanaan Keperawatan 1. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan:
Asupan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria :
Reflek hisap baik, berat badan naik, konjungtiva tidak anemis.
Rencana Tindakan Rasional
1. Berikan bayi minum PASI sesuai jadwal 30cc/ 3 jam
1. Memenuhi nutrisi bayi sesuai kebutuhan
2. Bangunkan bayi untuk pemberian minum tiap 3 jam
2. Bayi tetap makan sesuai jadwal, mengganti cairan yang keluar.
3. Catat atau observasi setiap pemberian susu yang masuk (intake) dan output
3. Mengetahui jumlah asupan nutrisi dan jumlah
pengeluaran
4. Timbang BB/ hari 4. Peningkatan BB indikasi nutrisi terpenuhi,
menetapkan kebutuhan kalori pada bayi
5. Lakukan pengontrolan cairan intravena pada an. R
5. Pengontrolan dilakukan untuk mengetahui
keefektifan pemberian cairan
Tabel 2. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa hipotermi berhubungan
dengan ketidakmatangan pengaturan system suhu tubuh pada bayi.
No. Dx Perencanaan Keperawatan
2. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan suhu tubuh (hipotermi) selama perawatan.
Kriteria Hasil :
- Suhu tubuh batas normal (36,5- 37,5) 0C
- Kulit hangat dan tidak menggigil
Rencana Tindakan Rasional
1. Ukur tanda-tanda vital yaitu suhu tubuh
1. Hipotermi membuat bayi cenderung stress pada dingin 2. Ganti pakaian bayi dan alat
tenun tempat tidur segera bila basah
3. Tempatkan bayi pada incubator atau di bawah lampu pijar
3. Mempertahankan lingkungan termonetral membantu mencegah stress dingin 4. Ganti popok yang basah 4. Menurunkan kehilangan suhu
melalui evaporasi 5. Mandikan bayi dengan cepat,
dan mengeringkan dengan segera
5. Mengurangi kemungkinan kehilangan panas
Tabel 3. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan kelembapan pada kulit.
No. Dx Perencanaan Keperawatan 3. Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuan :
Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
Bagian bokong bayi kering dan tidak ada kemerahan atau ruam
Rencana Tindakan Rasional
1. Observasi kulit setiap hari terhadam ruam atau kerusakan integritas kulit, gunakan sabun lembut dan lap kulit dengan perlahan setelah mandi.
1. Bahan kimia pada sabun dan menggosok terlalu kuat dapat menyebabkan ruam pada kulit.
2. Ganti popok yang basah 2. Mencegah terjadinya pertumbuhan kuman
3. Atur posisi tidur bayi 3. Untuk memperlancar sirkulasi oksigen
F. Implementasi dan Evaluasi
Dari perencanaan yang dilakukan tidak semua tindakan dilakukan sesuai dengan
perencanaan (secara lengkap terdapat pada lampiran 2).
Untuk diagnosa pertama yaitu gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan, tindakan
yang dilakukan adalah memberikan bayi minum PASI sesuai jadwal 30cc/ 3 jam,
membangunkan bayi untuk pemberian minum tiap 3 jam, mencatat setiap pemberian
susu yang masuk, menimbang berat badan per hari, dan melakukan pengontrolan cairan
pertama teratasi sebagian, an.R tidak ada muntah dan berat badan 1600 gram, dan tidak
terdapat residu lambung.
Untuk diagnosa kedua hipotermi, tindakan yang dilakukan adalah mengukur
tanda-tanda vital yaitu suhu tubuh, mengganti pakaian bayi dan alat tenun tempat tidur segera
bila basah, tempatkan bayi pada inkubator atau di bawah lampu pijar, ganti popok yang
basah, dan Mandikan bayi dengan cepat, dan mengeringkan dengan segera. Dari
tindakan yang dilakukan masalah teratasi sebagian, dapat dilihat ketika rentang suhu
tubuh berada pada 36,50C-37,50C, nadi 136 kali per menit, dan frekuensi pernapasan 52
kali per menit.
Untuk diagnosa ketiga yaitu kerusakan integritas kulit, tindakan yang dilakukan
pasien adalah mengganti popok yang basah, mengatur posisi tidur bayi dan Observasi
kulit setiap hari terhadam ruam atau kerusakan integritas kulit, gunakan sabun lembut
dan lap kulit dengan perlahan setelah mandi. Kerusakan integritas kulit teratasi