• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Pustakawan Perpustakaan Universitas Negeri di Sumatera Utara (Studi Kasus Di Universitas Sumatera Utara dan Universitas Negeri Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Pustakawan Perpustakaan Universitas Negeri di Sumatera Utara (Studi Kasus Di Universitas Sumatera Utara dan Universitas Negeri Medan)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Untuk mempermudah pemahaman tentang permasalahan yang akan dibahas

dalam laporan ini, berikut akan dijabarkan pengertian-pengertian dari beberapa

istilah yang dipergunakan dalam judul “Analisis Kinerja Pustakawan Perpustakaan Universitas Negeri di Sumatera Utara (Studi kasus di Universitas

Sumatera Utara dan Universitas Negeri Medan)“. Adapun batasan istilah pengertian yang penulis maksud adalah sebagai berikut:

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan

tinggi, yang bersama-sama dengan unsur penunjang lainnya, berperan serta dalam

melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya. Adapun tugas

perpustakaan perguruan tinggi adalah mengembangkan koleksi, mengolah dan

merawat bahan perpustakaan, memberi layanan, serta melaksanakan admisintrasi

perpustakaan. Kelima tugas tersebut dilaksanakan dengan sistem administrasi dan

organisasi yang berlaku bagi penyelenggaraan sebuah perpustakaan di perguruan

tinggi (Depdiknas, 2004).

(2)

Menurut Hermawan (2006, 33) Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat di lingkungan lembaga pendidikan tinggi seperti, universitas, institut, sekolah tinggi, akademi dan lembaga perguruan tinggi lainnya. Perpustakaan Perguruan Tinggi dibentuk untuk memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan, yaitu mahasiswa dan dosen.

Jadi dapat dinyatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah sebuah

perpustakaan yang dibangun dan di administrasikan di lingkungan lembaga

pendidikan tinggi untuk memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademika

perguruan tinggi yang bersangkutan.

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Secara umum tujuan setiap perpustakaan adalah agar tercipta masyarakat

yang terdidik, terpelajar, terbiasa membaca dan berbudaya tinggi, sedangkan

tujuan khusus setiap perpustakaan adalah sesuai dengan jenis dan masyarakat

yang dilayani.

Menurut Hasugian (2009, 80) “tujuan perpustakaan perguruan tinggi di

Indonesia adalah untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan tri

dharma perguruan tinggi”.

Sedangkan dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004,

32) dinyatakan bahwa sebagai unsur penunjang perguruan tinggi, perpustakaan

merumuskan tujuannya sebagai berikut :

1. Mengadakan buku, dan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen, mahasiswa dan staf lainnya bagi kelancaran program pengajaran di perguruan tinggi.

(3)

3. Mengusahakan, menyimpan dan merawat pustaka yang bernilai sejarah yang dihasilkan oleh sivitas akademika.

4. Menyediakan sarana bibliografi untuk menunjang pemakaian pustaka. 5. Menyediakan tenaga yang cakap serta penuh dedikasi untuk melayani

kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu, mampu memberikan pelatihan pengguna pustaka.

6. Bekerjasama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program perpustakaan.

Dari penjelasan di atas dinyatakan bahwa tujuan perpustakaan perguruan

tinggi adalah untuk memberikan layanan informasi berupa buku, jurnal dan bahan

pustaka lainnya dalam kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat perguruan tinggi untuk menunjang pelaksanaan Tri Dharma

Perguruan Tinggi.

2.1.3 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Setiap organisasi memiliki fungsi tertentu yang dapat mendukung

tercapainya tujuan organisasi. Demikian halnya dengan perpustakaan perguruan

tinggi juga memiliki fungsi. Sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam

mencapai visi dan misinya maka Perpustakaan Perguruan Tinggi memiliki fungsi

sebagai berikut:

1) Fungsi Edukasi

Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

2) Fungsi Informasi

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

3) Fungsi Riset

(4)

tinggi adalah menghasilkan karya-karya peneliti yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang. 4) Fungsi Rekreasi

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

5) Fungsi Publikasi

Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang di hasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademik dan staf non-akademik.

6) Fungsi Deposit

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tinggi.

7) Fungsi Interpretasi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya. (Depdiknas, 2004)

Disebutkan pula dalam rancangan peraturan pemerintah tentang pelaksanaan

UU 43 tahun 2007. Fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah:

1) Sebagai sumber belajar, sebagai salah satu pusat sumber belajar, maka perpustakaan perguruan tinggi harus dilengkapi oleh koleksi bahan perpustakaan.

2) Sebagai sumber penelitian. Fungsi ini sebagai sumber informasi untuk penelitian dan sebagai tempat penelitian itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu dharma dari tri dharma perguruan tinggi adalah penelitian.

3) Sebagai pusat deposit internal perguruan tinggi. 4) Sebagai pusat pelestarian informasi.

5) Sebagai pusat jejaring bagi civitas akademika di lingkungan perguruan tinggi.

Jadi, Sudah seharusnya perpustakaan perguruan tinggi memberikan

pelayanan terbaiknya kepada pengguna sesuai dengan tugas dan fungsi

(5)

2.2 Kinerja

2.2.1 Pengertian Kinerja

Pengertian kinerja sendiri tidak dapat dipisahkan dari apa yang telah terjadi

dalam kegiatan kerja, baik dalam kantor maupun di luar kantor. Kinerja

mengandung makna tingkat pencapaian dari suatu tujuan, pencapaian tujuan

merupakan suatu syarat untuk menghasilkan kinerja yang telah ditentukan baik

secara kualitas maupun kuantitas pencapaian dengan menggunakan kemampuan

yang dimiliki.

Menurut Amstrong dan baron dalam Wibowo (2007, 2) menyatakan bahwa

pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi

kerja. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari

pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana

mengerjakannya.

Menurut Rivai (2005, 14) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil atau

tingkat keberhasilan seseorang selama priode tertentu didalam melaksanakan

tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standart hasil kerja,

target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah

disepakati bersama.

Selain itu, Mangkunegara (2005, 9) menyatakan bahwa, “Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas dan

(6)

Sedangkan Moeheriono (2009, 60) menyatakan pengertian kinerja atau

performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi,

dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu

organisasi.

Para pakar sendiri banyak yang berbeda pendapat dalam memberikan

pengertian kinerja. Hal tersebut terjadi karena terdapat perbedaan latar belakang

dan pandangan dari masing-masing pakar tentang kata kinerja sendiri. Bahkan

dari segi terminologi sendiri banyak istilah yang selalu digunakan selain dari

kinerja tersebut misalnya unjuk kerja, hasil kerja dan karya maupun prestasi kerja.

Menurut Jamaludin (2015) terdapat beberapa indikator kinerja antara lain :

1. Kuantitatif : jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang ditentukan.

2. Kualitatif : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

3. Kreatifitas: keaslian gagasan–gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

4. Pengetahuan pekerjaan : luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya.

5. Kerja sama : kesediaan untuk bekerjasama dengan teman kerja atau sesama anggota organisasi.

Dari beberapa uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kinerja adalah prestasi

kerja atau hasil kerja yang di capai dengan ketersediaan seseorang atau kelompok

untuk melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan

(7)

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja

Menurut A. Dale Timple dalam Mangkunegara (2005, 15), faktor-faktor

kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal yaitu:

a. Faktor Internal (diaposisional), yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja seseorang disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.

b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.

Para pemimpin perpustakaan sangat menyadari adanya perbedaan antara

satu pustakawan dengan pustakawan yang lain, meskipun para pustakawan

tersebut berada ditempat yang sama namun produktifitas kerjanya tidaklah sama,

oleh karena itu kinerja individu setiap pustakawan akan dapat tercapai apabila

didukung dengan upaya bekerja dan didukung oleh organisasinya.

Sedangkan menurut Simamora yang dikutip oleh Mangkunegara (2005, 14)

menyatakan bahwa kinerja (performance) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Faktor Individual yang terdiri dari : 1) Kemampuan dan keahlian 2) Latar belakang

3) Demografi

b. Faktor Psikologis yang terdiri dari : 1) Persepsi

2) Attitude 3) Personality 4) Pembelajaran 5) Motivasi

c. Faktor Organisasi yang terdiri dari : 1) Sumber daya

(8)

Jadi, Mangkunegara ( 2005, 16-17 ) menyimpulkan faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut:

1. Faktor Individu

Individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Faktor Lingkungan

Organisasi Faktor lingkugan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja adalah faktor individual dan faktor lingkungan.

2.2.3 Aspek-aspek Kinerja

Kinerja yang baik dapat tercapai apabila seseorang mempunyai keinginan

yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Dalam penentuan

kinerja dapat dilihat dari beberapa aspek.

Adapun Menurut Rivai (2005, 324) aspek kinerja dapat dikelompokkan

menjadi :

1. Kemampuan teknis, yaitu menggunakan pengetahuan, metode, teknik dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan penelitian yang diperolehnya.

2. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit menyeluruh, yang pada intinya memahami tugas, fungsi dan tanggung jawabnya.

(9)

Sedangkan aspek-aspek standar kinerja menurut Mangkunegara (2005, 18)

terdiri dari dua aspek yaitu aspek kuantitatif dan aspek kualitatif dengan perincian

sebagai berikut :

a. Aspek kuantitatif meliputi :

1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan

2. Waktu yang digunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan 3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan

4. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam pekerjaan

b. Aspek kualitatif meliputi :

1. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan 2. Tingkat kemampuan dalam pekerjaan

3. Kemampuan menganalisis data informasi, kemampuan / kegagalan menggunakan mesin / peralatan

4. Kemampuan mengevaluasi (keluhan keberatan konsumen)

Berdasarkan aspek-aspek kerja menurut para ahli di atas, Mahsun (2006, 32)

menjelaskan bahwa aspek-aspek kinerja harus diukur mencakup item-item sebagai

berikut:

a) Kebijakan (policy): untuk membantu pembuatan maupun pengimplementasian kebijakan.

b) Perencanaan dan penganggaran (planning dan budgeting): untuk membantu perencanaan dan penganggaran atas jasa yang diberikan dan untuk memonitor perubahan terhadap renacana.

c) Kualitas (quality): untuk memajukan standarisasi atas jasa yang diberikan maupun keefektifan organisasi.

d) Kehematan (economy): untuk me-review pendistribusian dan keefektifan penggunaan sumber daya.

e) Keadilan (equity): untuk meyakini adanya distribusi yang adil dan dilayani semua masyarakat.

f) Pertanggungjawaban (accountability): untuk meningatkan pengendalian dan mempengaruhi pembuatan keputusan.

Dari penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa aspek kinerja merupakan

kemampuan dalam menggunakan suatu metode dalam menyelesaikan pekerjaan,

kemampuan dalam menyesuaikan bidang operasional dan kemampuan

(10)

2.2.4 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja memberikan kesempatan kepada pimpinan dan orang yang

dinilai untuk secara bersama membahas perilaku kerja dari yang dinilai. Pada

umumnya setiap orang menginginkan dan mengharapkan umpan balik mengenai

kinerjanya. Penilaian juga memungkinkan penilai dan yang dinilai untuk secara

bersama-sama menemukan dan membahas kekurangan-kekurangan yang terjadi

dan mengambil langkah perbaikannya. Penilaian kinerja juga dapat menciptakan,

memelihara suatu iklim dan suasana yang baik di organisasi.

Mahsun (2006, 25) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Selain itu, Moeheriono (2009, 61) menyatakan bahwa penilaian kinerja

adalah suatu proses penilaian tentang kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan

sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk menghasilkan barang dan

tujuan organisasi.

Sedangkan Rivai (2005, 66) menyatakan bahwa : Penilaian kinerja adalah suatu proses untuk penetapan pemahaman bersama tentang apa yang akan dicapai, dan suatu pendekatan untuk mengelola dan megembangkan orang dengan cara peningkatan dimana peningkatan tersebut akan dapat dicapai di dalam waktu yang singkat ataupun lama.

Berdasarkan berbagai jenis defenisi diatas, dapat disimpulkan elemen pokok

suatu penilaian kinerja, antara lain:

1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi.

2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.

(11)

4. Evaluasi kinerja (feedback, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan

kualitas pengembalian keputusan dan akuntabilitas).

Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan setiap organisasi dalam

melihat sejauh mana tingkat keberhasilan pekerjaan yang dilakukan dari setiap

pekerja.

Dharma (2005, 199) menyebutkan ada lima sumber penilaian kinerja, yaitu:

1. Penilaian atas diri sendiri 2. Penilaian oleh bawahan 3. Penilaian oleh rekan sejawat 4. Penilaian oleh multi assessment

5. Umpan balik dan konseling dalam penilaian kerja

Menurut Furtwengler (2002, 173), Penilaian kinerja merupakan proses

berkesinambungan yang mencakup:

1. Evaluasi kinerja saat ini.

2. Sasaran untuk meningkatkan kinerja.

3. Defenisi penghargaan atas pencapaian sasaran di masa mendatang.

4. Sistem umpan balik yang memungkinkan pemimpin dan karyawan memantau kinerjanya.

5. Pertemuan secara periodik antara pemimpin dengan karyawan untuk membahas kemajuan karyawan terhadap sasarannya.

6. Tindakan koreksi ketika karyawan tersebut berusaha mencapai sasarannya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penilaian kinerja merupakan

penetapan peningkatan kinerja yang akan dicapai dalam waktu singkat atau lama

dan penilaian kinerja dilakukan oleh atasan langsung atau rekan kerja yang ada

dilingkungan organisasi dan semua pihak di lingkungan organisasi yang

(12)

2.2.5 Tujuan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja digunakan untuk berbagai tujuan dalam organisasi. Setiap

organisasi menekankan pada tujuan yang berbeda-beda dan organisasi lain dapat

juga menekankan tujuan yang berbeda dengan sistem penilaian yang sama.

Keanekaragaman tujuan penilaian sering menggambarkan variasi tujuan yang

berbeda tentang penilaian kinerja.

Menurut Sunyoto dalam Mangkunegara (2005, 10) bahwa tujuan penilaian

kinerja sebagai berikut :

1. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.

2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seseorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.

4. Mengidentifikasikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya. 5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan

kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal–hal yang perlu diubah.

Sedangkan tujuan penilaian kinerja karyawan menurut Rivai (2011, 552),

yaitu:

1. Meningkatkan etos kerja. 2. Meningkatkan motivasi kerja.

3. Untuk mengetahui tingkat kinerja karyawan selama ini. 4. Untuk mendorong pertanggungjawaban dari karyawan.

5. Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan gaji berkala, gaji pokok, kenaikan gaji istimewa dan insentif uang.

6. Untuk pembeda antar karyawan yang satu dengan yang lainnya.

7. Pengembangan SDM yang masih dapat dibedakan lagi ke dalam penugasan kembali, seperti diadakannya mutasi atau transfer, rotasi perusahaan, kenaikan jabatan dan pelatihan.

(13)

9. Mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar kinerja menjadi baik.

10.Untuk mendorong pertanggung jawaban dari karyawan.

11.Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja, dan rencana karier selanjutnya.

12.Pemutusan hubungan kerja, pemberian sanksi ataupun hadiah.

13.Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervisor melalui diskusi tentang kemajuan kerja mereka.

14.Sebagai penyaluran keluhan yang berkaitan dengan masalah pekerjaan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tujuan penilaian

kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui

peningkatan kinerja dari Sumber Daya Manusia organisasi tersebut dan sebagai

dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan dan untuk meningkatkan

motivasi kerja.

2.2.6 Manfaat Penilaian Kinerja

Manfaat penilaian kinerja bagi semua pihak adalah agar mereka mengetahui

manfaat yang dapat mereka harapkan. Menurut Rivai (2005, 55-58) pihak-pihak

yang berkepentingan dalam penilaian adalah (1). Orang yang dinilai (karyawan);

(2). Penilai (atasan, supervisor, pimpinan, manajer, konsultan); dan (3).

Perusahaan.

1. Manfaat bagi karyawan yang dinilai

Bagi karyawan yang dinilai, keuntungan penilaian kinerja adalah antara lain:

a) Meningkatkan motivasi, b) Meningkatkan kepuasan kerja,

c) Adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan mereka, d) Umpan balik dari kinerja lalu yang akurat dan konstruktif,

e) Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan menjadi lebih besar, f) Pengembangan perencanaan untuk meningkatkan kinerja dengan

membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal mungkin, g) Adanya kesempatan untuk berkomunikasi ke atas,

h) Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi,

(14)

j) Suatu pemahaman jelas dari apa yang diharapkan dan apa yang perlu untuk dilaksanakan untuk mencapai harapan tersebut,

k) Adanya pandangan yang lebih jelas tentang konteks pekerjaan,

l) Kesempatan untuk mendiskusikan cita-cita dan bimbingan apapun, dorongan atau pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi cita-cita karyawan.

m)Meningkatkan hubungan yang harmonis dan aktif dengan atasan.

2. Manfaat bagi penilai (supervisor/manajer/personalia)

a) Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecenderungan kinerja karyawan untuk perbaikan manajemen selanjutnya,

b) Kesempatan untuk mengembangkan suatu pandangan umum tentang pekerjaan individu dan departemen yang lengkap,

c) Memberikan peluang untuk mengembangkan sistem pengawasan baik untuk pekerjaan manajer sendiri, maupun pekerjaan dari bawahannya, d) Identifikasi gagasan untuk peningkatan tentang nilai pribadi ,

e) Peningkatan kepuasan kerja,

f) Pemahaman yang lebih baik terhadap karyawan, tentang rasa takut, rasa grogi, harapan dan aspirasi mereka,

g) Meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manajer maupun dari para karyawan,

h) Kesempatan untuk menjelaskan tujuan dari prioritas penilaian dengan memberikan pandangan yang lebih baik terhadap bagaimanan mereka dapat memberikan kontribusi yang lebih besar kepada perusahaan,

i) Meningkatkan rasa harga diri yang kuat di antara manajer dan juga para karyawan, karena telah berhasil mendekatkan ide dari karyawan dengan ide dari para manajer,

j) Sebagai media untuk mengurangi kesenjangan antara sasaran individu dengan sasaran kelompok atau sasaran departemen SDM atau sasaran perusahaan,

k) Kesempatan bagi manajer untuk menjelaskan kepada karyawan apa yang sebenarnya diinginkan oleh perusahaan dari para karyawan sehingga para karyawan dapat mengukur dirinya, menempatkan dirinya dan berjaya sesuai dengan harapan dari manajer,

l) Sebagai media untuk meningkatkan interpersonal relationship atau hubungan antar pribadi antara karyawan dengan manajer,

m)Dapat sebagai sasaran meningkatkan motivasi karyawan dengan lebih memusatkan perhatian kepada mereka secara pribadi,

n) Merupakan kesempatan berharga bagi manajer agar dapat menilai kembali apa yang telah dilakukan sehingga ada kemungkinan merevisi target atau menyusun prioritas baru,

(15)

3. Manfaat bagi perusahaan

Bagi perusahaan, manfaat penilaian adalah antara lain:

a) Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan, karena:  Komunikasi menjadi lebih efektif mengenai tujuan perusahaan dan

nilai budaya perusahaan,

 Peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas,

 Peningkatan kemampuan dan kemauan manajer untuk menggunakan keterampilan atau keahlian memimpinnya untuk memotivasi karyawan dan mengembangkan kemauan dan keterampilan karyawan, b) Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan

oleh masing-masing karyawan, c) Meningkatkan kualitas komunikasi,

d) Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan,

e) Meningkatkan keharmonisan hubungan dalam pencapaian tujuan perusahaan,

f) Peningkatan segi pengawasan melekat dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh karyawan,

g) Harapan dan pandangan jangka panjang dapat dikembangkan,

h) Untuk mengenali lebih jelas pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan,

i) Kemampuan menemukenali setiap permasalahan,

j) Sebagai sarana penyampaian pesan bahwa karyawan itu dihargai oleh perusahaan,

k) Kejelasan dan ketepatan dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan oleh karyawan, sehingga perusahaan dapat tampil prima, l) Budaya perusahaan menjadi mapan,

m)Karyawan yang potensil dan memungkinkan untuk menjadi pimpinan perusahaan atau sedikitnya yang dapat dipromosikan, menjadi lebih mudah terlihat, mudah diidentifikasikan, mudah dikembangkan lebih lanjut, dan memungkinkan peningkatan tanggung jawab secara kuat, n) Jika penilaian kinerja ini telah melembaga dan keuntungan yang

diperoleh perusahaan menjadi lebih besar, penilaian kinerja akan menjadi salah satu sasaran yang paling utama dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

Dari uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa manfaat dari penilaian kinerja

adalah untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan dan manajer,

mengidentifikasi gagasan untuk peningkatan tentang nilai pribadi dan

(16)

2.2.7 Aspek-aspek Penilaian Kinerja

Dalam melakukan penilaian terhadap pelaksanaan pekerjaan atau prestasi

kerja, seorang karyawan harus memiliki pedoman dan dasar-dasar penilaian.

Pedoman dan dasar-dasar penilaian dapat dibedakan dalam aspek-aspek penilaian.

Menurut Soeprihanto (2000, 24), aspek-aspek penilaian umumnya berbeda

sebagian sesuai dengan level karyawan dinilai, yaitu:

a. Level operator: 1. Prestasi kerja 2. Tanggung jawab 3. Ketaatan

4. Kejujuran 5. Kerjasama

b. Level foreman: 1. Prestasi kerja 2. Tanggung jawab 3. Ketaatan

4. Kejujuran 5. Kerjasama 6. Kepemimpinan

c. Level supervisor: 1. Prestasi kerja 2. Tanggung jawab 3. Ketaatan

4. Kejujuran 5. Kerjasama

6. Prakarsa (inisiatif) 7. Kepemimpinan

d. Level kepala bagian keatas 1. Prestasi kerja

2. Tanggung jawab 3. Ketaatan

(17)

Aspek-aspek yang dinilai tersebut pada dasarnya masih dapat

dikembangkan ataupun diperinci, sehingga dapat membantu / memudahkan dalam

pelaksanaan penilaian. Misalnya aspek prestasi kerja dapat dirinci menjadi

kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, kemampuan bekerja sendiri, pemahaman

dan pengenalan pekerjaan dan kemampuan memecahkan persoalan yang dicapai

oleh seseorang karyawan. Aspek kepemimpinan dapat diperinci menjadi

kemampuan merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaan serta berkomunikasi

atau human relatition.

Sedangkan menurut Hasibuan dalam Mangkunegara (2009, 17),

mengemukakan bahwa aspek-aspek yang dinilai kinerja mencakup sebagai

berikut:

1. Kesetiaan, 2. Hasil kerja, 3. Kejujuran, 4. Kedisiplinan, 5. Kreativitas, 6. Kerjasama, 7. Kepemimpinan, 8. Kepribadian, 9. Prakarsa, 10.Kecakapan, dan 11.Tanggung jawab.

Selain itu, Umar dalam Mangkunegara (2009, 18), membagi aspek-aspek

kinerja sebagai berikut:

1. Mutu pekerjaan, 2. Kejujuran karyawan, 3. Inisiatif,

4. Kehadiran, 5. Sikap, 6. Kerjasama, 7. Keandalan,

(18)

9. Tanggung jawab, dan 10.Pemanfaatan waktu kerja.

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa aspek penilaian kinerja

merupakan suatu pedoman yang harus dilakukan oleh karyawan untuk melakukan

evaluasi diri sebagai tanggug jawab atas suatu pekerjaan, serta dapat

mengeksplorasi segala kemampuan baik untuk bekerja secara individu maupun

bekerja secara kelompok.

2.2.8 Langkah-langkah Peningkatan Kinerja

Dalam rangka peningkatan kinerja, paling tidak terdapat tujuh langkah yang

dapat dilakukan (Mangkunegara: 2009, 22) sebagai berikut:

1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja Dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

a. Mengidentifikasikan masalah melalui data dan informasi yang dikumpulkan terus-menerus mengenai fungsi-fungsi bisnis.

b. Mengidentifikasikan masalah melalui karyawan. c. Memperhatikan masalah yang ada.

2. Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan

Untuk memperbaiki keadaan tersebut, diperlukan beberapa informasi, antara lain:

a. Mengidentifikasi masalah secepat mungkin.

b. Menentukan tingkat keseriusan masalah dengan mempertimbangkan:  Harga yang harus dibayar bila tidak ada kegiatan.

 Harga yang harus dibayar bila ada campur tangan dan penghematan yang diperoleh apabila ada penutupan kekurangan kinerja.

3. Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri.

4. Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab kekurangan tersebut.

5. Melakukan rencana tindakan tersebut.

6. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum. 7. Mulai dari awal, apabila perlu.

Sedangkan Bacal yang dikutip Mangkunegara (2006, 23) menyatakan

bahwa ada 24 point dalam peningkatan kinerja sebagai berikut :

(19)

1. Membuat pola pikir yang modern 2. Kenali manfaat

3. Kelola kinerja

4. Bekerjalah bersama karyawan

5. Rencana secara tepat dengan sasaran jelas 6. Satukan sasaran karyawan

7. Tentukan insentif kinerja

8. Jadilah orang yang mudah ditemui 9. Berfokuslah pada komunikasi 10.Lakukan tatap muka

11.Hindarkan resiko pemeringkatan 12.Jangan lakukan penggolongan 13.Persiapkan penilaian

14.Awali tinjauan secara benar 15.Kenali sebab

16.Akui keberhasilan

17.Gunakan komunikasi yang kooperatif 18.Berfokuslah pada perilaku dan hasil 19.Perjelas kinerja

20.Perlakuan konflik dengan baik 21.Gunakan disiplin bertahap 22.Kinerja dokumen

23.Kembangkan karyawan

24.Tingkatkan terus sistem kerja.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa dalam peningkatan kinerja

ada langkah-langkah yang harus dilakukan seperti mengevaluasi masalah dan

melakukan identifikasi permasalahan yang dihadapi setiap pustakawan tersebut.

2.3 Pustakawan

2.3.1 Pengertian Pustakawan

Kata pustakawan berasal dari kata “pustaka”. Dengan penambahan kata “wan” diartikan sebagai orang yang pekerjaannya atau profesinya terkait erat

dengan dunia pustaka atau bahan pustaka. Dalam bahasa Inggris pustakawan

disebut sebagai “librarian” yang juga terkait erat dengan kata “library”. Dalam

perkembangan selanjutnya, istilah pustakawan diperkaya lagi dengan

(20)

informasi, diantaranya pakar informasi, pakar dokumentasi, pialang informasi,

manajer pengetahuan, dan sebagainya.

Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) sebagai organisasi yang menghimpun

para pustakawan dalam kode etiknya menyatakan bahwa “pustakawan” adalah

seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan

pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan

ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui

pendidikan. Jadi, Pustakawan adalah seseorang yang berkarya secara professional

dibidang perpustakaan dan informasi.

Menurut Rachman (2006, 19-20) pustakawan dikelompokkan menjadi 3,

yaitu:

1. Pustakawan ahli adalah mereka yang memiliki kualifikasi ahli dengan latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan minimal sarjana atau berpengalaman lama mengelola perpustakaan secara professional.

2. Pustakawan terampil adalah yang menguasai teori-teori perpustakaan dan terampil memanfaatkannya dalam melaksanakan tugas-tugas rutin perpustakaan seperti pengadaan, pengolahan dan pelayanan. 3. Pustawan penunjang adalah pustakawan yang banyak melakukan

pekerjaan-pekerjaan administratif atau pekerjaan yang sifatnya umum dan tidak terkait dengan ilmu perpustakaan dan informasi.

Pustakawan menurut Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia Nomor 11 tahun 2015 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional

pustakawan dan angka kreditnya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi

tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melaksanakan kegiatan

kepustakawanan. Berarti pejabat fungsional pustakawan adalah pegawai negeri

sipil (PNS) yang bertugas, bertanggung jawab, berwewenang, dan berhak secara

(21)

pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi, dan informasi instansi pemerintah dan

atau unit tertentu lainnya. Jabatan fungsional pustakawan adalah jabatan karier

yang hanya dapat diduduki oleh seseorang yang telah berstatus sebagai PNS,

berarti sebagai aparatur pemeritahan dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan

pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan sistem kerja

pengembangan profesi.

Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan,

menyebutkan bahwa Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi

yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta

mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan

pelayanan perpustakaan. Dalam Pasal 29, ayat (1) disebutkan bahwa tenaga

perpustakaan terdiri atas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan; dan

dipertegas dalam ayat (2) bahwa, Pustakawan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan standar nasional perpustakaan.

Oleh karena itu, Mound da Massoud dalam Makmur (2015) menyatakan ada

3 kriteria yang harus dimiliki oleh pustakawan yaitu:

1. Personal traits, yaitu memiliki sifat dan kepribadian yang baik. 2. Education, yaitu pendidikan yang baik, dan

3. Experiences, yaitu pengalaman yang cukup.

Dengan memiliki latar belakang pendidikan di bidang perpustakaan dan

informasi, pustakawan perlu mempunyai kemampuan seperti:

a) Berkomunikasi yang baik sehingga dapat mengidentifikasikan keperluan

(22)

b) Dapat berbahasa asing khususnya Bahasa Inggris sehingga mempermudah

hubungan atau komunikasi internasional.

c) Mengembangkan teknik dan prosedur kerja dalam bidangnya.

d) Mampu melaksanakan penelitian di bidang perpustakaan untuk menentukan

inovasi baru sebagai alternatif pemecahan masalah.

2.3.2 Peranan Pustakawan

Menurut Rachman (2006, 57), Peranan pustakawan dalam melayani

penggunanya sangat beragam. Misalnya pada lembaga pendidikan seperti

Perpustakaan Sekolah, di samping berperan sebagai pustakawan dapat pula

berperan sebagai guru. Di Perguruan Tinggi dapat pula berperan sebagai dosen

atau peneliti. Di Perpustakaan Khusus, di samping berperan sebagai pustakaan

dapat pula menjadi peneliti, minimal sebagai mitra peneliti. Dalam banyak hal

pustakawan memainkan peran (berperan ganda) yang dapat disingkat dengan

akronim EMAS dengan rincian sebagai berikut:

a. Edukator

Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik, ia harus melaksanakan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik adalah mengembangkan kepribadian, mengajar adalah mengembangkan kemampuan berfikir, dan melatih adalah membina dan mengembangkan keterampilan. Oleh karenanya, pustakawan harus memiliki kecakapan mengajar, melatih dan mengembangkan, baik para pegawai maupun para pengguna jasa yang dilayaninya.

b. Manajer

(23)

c. Administrator

Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisis atas hasil yang telah dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik.

d. Supervisor

Sebagai supervisor pustakawan harus; (a). Dapat melaksanakan pembinaan professional, untuk mengembangkan jiwa kesatuan dan persatuan antara sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan semangat kerja dan kebersamaan; (b). Dapat meningkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan, baik rekan-rekan sejawat maupun masyarakat pengguna yang dilayaninya; (c). Mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh kedepan, memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya; (d). Mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun dengan para pembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan kendala, sehingga mampu meningkatkan kinerja unit organisasinya.

2.3.3 Tugas Pokok Pustakawan

Tugas pokok Pustakawan adalah kegiatan di bidang kepustakawanan yang

meliputi Pengelolaan Perpustakaan, Pelayanan Perpustakaan, dan Pengembangan

Sistem Kepustakawanan yang dilakukan oleh setiap Pustakawan sesuai jenjang

jabatannya.

Berdasarkan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Nomor 11 tahun 2015 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional pustakawan dan

angka kreditnya, jabatan fungsional pustakawan terdiri dari pustakawan tingkat

terampil dan tingkat ahli. Adapun tugas pokok pustakawan telah diatur dalam

BAB 3 point 2, yaitu:

1. Tugas pokok Pustakawan Keterampilan, meliputi: a. Pengelolaan Perpustakaan, terdiri atas:

1) Perencanaan penyelenggaraan kegiatan perpustakaan

2) Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan perpustakaan b. Pelayanan Perpustakaan, terdiri atas:

1) Pelayanan teknis 2) Pelayanan pemustaka

(24)

2. Tugas pokok Pustakawan Keahlian, meliputi : a. Pengelolaan Perpustakaan, terdiri atas:

1) Perencanaan penyelenggaraan kegiatan perpustakaan

2) Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan perpustakaan b. Pelayanan Perpustakaan, terdiri atas:

1) Pelayanan teknis 2) Pelayanan pemustaka

c. Pengembangan Sistem Kepustakawanan, terdiri atas: 1) Pengkajian kepustakawanan

2) Pengembangan kepustakawanan

3) Penganalisisan/pengkritisian karya kepustakawanan 4) Penelaahan pengembangan sistem kepustakawanan

2.4 Kinerja Pustakawan

Kinerja atau prestasi kerja bagi seorang pejabat fungsional Pustakawan,

adalah jumlah angka kredit yang dikumpulkan dalam waktu tertentu. Jadi angka

kredit merupakan tolok ukur dari prestasi pustakawan dalam mengerjakan

butir-butir tugasnya sesuai dengan peraturan yang tertera dalam Peraturan Kepala

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2015. Dalam

keputusan tersebut tercermin bahwa jabatan seorang pustakawan mempengaruhi

jumlah angka kredit yang dituntut untuk dipenuhinya. Dengan tegas dinyatakan

dalam jumlah angka kredit yang harus dipenuhi pada setiap jenjang jabatan

berbeda, semakin tinggi jenjang jabatan pustakawan maka semakin tinggi pula

jumlah angka kredit yang harus dikumpulkannya.

Jabatan Pustakawan berkaitan erat dengan hasil kerja atau prestasi kerja

Pustakawan. Dalam Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Nomor 11 tahun 2015 tercermin bahwa jabatan seorang Pustakawan

mempengaruhi jumlah angka kredit yang dituntut untuk dipenuhinya. Dengan

jelas dinyatakan dalam tabel jumlah angka kredit yang harus dipenuhi pada setiap

(25)

semakin banyak pula angka kredit yang harus dikumpulkannya. Hal ini didukung

oleh Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 11

tahun 2015 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional pustakawan dan angka

kreditnya, bahwa jumlah angka kredit kumulatif paling rendah untuk

pengangkatan dan kenaikan Jabatan/ Pangkat Pustakawan Tingkat Terampil

dengan Pendidikan Diploma II dan Diploma III dan Jabatan/ Pangkat Pustakawan

(26)

Tabel 2.1 Jumlah Angka Kredit Yang Harus Dipenuhi Pada Setiap Jenjang Jabatan Berbeda

No. Jabatan Pangkat (Golongan/Ruang)

Persyaratan Angka

Pengatur Muda Tingkat I (II/b) 40

20

Pengatur (II/c) 60

Pengatur Tingkat I (II/d) 80 b) Pustakawan

Pelaksana Lanjutan/ Pustakawan Mahir

Penata Muda (III/a) 100

50 Penata Muda Tingkat I (III/b) 150

c) Pustakawan Penyelia Penata (III/c) 200 100

Penata Tingkat I (III/d) 300

2. Penata Muda Tingkat I (III/b) 150

b) Pustakawan Muda/ Pustakawan Ahli Muda

Penata (III/c) 200

100 Penata Tingkat I (III/d) 300

c) Pustakawan Madya/ Pustakawan Ahli Madya

Pembina (IV/a) 400

150 Pembina Tingkat I (IV/b) 550

Pembina Utama Muda (IV/c) 700 d) Pustakawan Utama/

Pustakawan Ahli Utama

Pembina Utama Madya (IV/d) 850

200

Pembina Utama (IV/e) 1050

Sumber: Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2015

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kinerja Pustakawan atau prestasi

kerja bagi seorang pejabat fungsional Pustakawan adalah jumlah angka kredit

yang dikumpulkan dalam waktu tertentu. Jadi angka kredit merupakan tolok ukur

dari prestasi Pustakawan dalam mengerjakan butir-butir tugasnya sesuai dengan

peraturan yang tertera dalam Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik

(27)

jabatan seorang Pustakawan mempengaruhi jumlah angka kredit yang dituntut

untuk dipenuhinya. Dengan tegas dinyatakan dalam jumlah angka kredit yang

harus dipenuhi pada setiap jenjang jabatan berbeda, semakin tinggi jenjang

jabatan pustakawan maka semakin tinggi pula jumlah angka kredit yang harus

dikumpulkannya.

Kinerja Pustakawan berdasarkan peraturan yang tertera di atas dapat

dikelompokkan pada dua bagian yaitu:

a. Unsur utama dengan indikator meliputi : 1) Penyusunan rencana kerja;

2) Survey kebutuhan informasi pemustaka; 3) Seleksi koleksi perpustakaan;

4) Registrasi bahan perpustakaan; 5) Identifikasi koleksi;

6) Evaluasi koleksi; 7) Pengelolaan koleksi;

8) Katalogisasi bahan perpustakaan;

9) Klasifikasi dan tajuk subjek bahan perpustakaan; 10) Pembuatan kata kunci;

11) Menyunting data bibliografi;

12) Penyusunan literatur sekunder tercetak/ elektronik dalam bentuk indeks; 13) Layanan peminjaman dan pengembalian koleksi;

14) Bimbingan pemustaka dalam bentuk bimbingan pemakai; 15) Layanan penelusuran informasi sederhana;

16) Penelusuran informasi kompleks;

17) Penyusunan dan penyebaran informasi terseleksi dalam bentuk lembar lepas secara tercetak/ elektronik;

18) Penyelenggaraan pameran sebagai pemandu pameran di dalam negeri; 19) Pengkajian kepustakawanan;

20) Membuat karya tulis di bidang perpusdokinfo;

21) Membuat ketentuan teknis di bidang kepustakawanan.

b. Unsur penunjang dengan indikator meliputi :

1) mengajar/ melatih pada diklat fungsional/ teknis bidang kepustakawanan; 2) Mengikuti seminar/ lokakarya/ konferensi di bidang kepustakawanan; 3) Memperoleh tanda jasa/ penghargaan dari Pemerintah.

Pada setiap indikator baik dari unsur utama maupun unsur penunjang dinilai

(28)

dalam periode tertentu untuk pengajuan kenaikan jabatan/ pangkat Pustakawan

yang bersangkutan. Jumlah angka kredit yang dikumpulkan Pustakawan dalam

waktu tertentu menjadi tolok ukur dari kinerja pustakawan. Hal ini juga sejalan

dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi

Birokrasi Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 bahwa jumlah angka kredit

kumulatif paling rendah untuk pengangkatan dan kenaikan Jabatan Fungsional

Pustakawan baik tingkat terampil maupun tingkat ahli. Pengumpulan angka kredit

Pustakawan tingkat terampil maupun tingkat ahli dengan komposisi prosentase

unsur utama 80% dan unsur penunjang 20%.

2.5 Penilaian Kinerja Pustakawan

Salah satu indikator kinerja Pustakawan atau prestasi kerja Pustakawan

dapat dilihat dari pengajuan kenaikan jabatan fungsional Pustakawan melalui

penilaian angka kredit. Hal ini sesuai dengan SK Menpan Nomor 10 Tahun 2004,

Bab II poin 7 (2004, 5) menyatakan bahwa angka kredit adalah suatu angka yang

berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh seorang pejabat

fungsional dalam mengerjakan butir kegiatan yang telah dialokasikan sebagai

salah satu syarat untuk pengangkatan dalam kenaikan jabatan/ pangkat jabatan

fungional. Dan Menurut SK tersebut bahwa pustakawan dapat naik jabatan

fungsional minimal 1 (satu) tahun sekali, apabila nilai angka kreditnya terpenuhi

sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Di lembaga Perpustakaan untuk

mengukur kinerja pustakawan melalui penilaian angka kredit, karena pustakawan

(29)

Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja pustakawan dapat dipakai

untuk acuan dalam melakukan perbaikan atau peningkatan untuk tahun yang akan

datang. Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Apartur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang Jabatan

Fungsional dan Angka Kreditnya, penilaian terhadap kinerja pustakawan

meliputi:

a. Pendidikan, meliputi:

1. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;

2. Diklat fungsional/ teknis di bidang Kepustakawanan dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat; dan

3. Diklat Prajabatan.

b. Pengelolaan Perpustakaan, meliputi:

1. Perencanaan penyelenggaraan kegiatan perpustakaan; dan 2. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan perpustakaan.

c. Pelayanan Perpustakaan; Pelayanan perpustakaan adalah kegiatan memberikan bimbingan dan jasa perpustakaan dan informasi kepada pemustaka yang meliputi pelayanan teknis dan pelayanan pemustaka; d. Pengembangan Sistem Kepustakawanan; Pengembangan sistem

kepustakwanan adalah kegiatan menyempurnakan sistem kepustakawanan yang meliputi pengkajian kepustakawanan, pengembangan kepustakawanan, penganalisan/ pengkritisan karya kepustakawanan dan penelaahan pengembangan sistem kepustakawanan.

e. Pengembangan Profesi; Pengembangan profesi adalah kegiatan yang meliputi :

1. Pembuatan Karya Tulis/Karya Ilmiah di bidang Kepustakawanan;

2. Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan lain bidang Kepustakawanan; dan

3. Penyusunan buku pedoman/ ketentuan pelaksanaan/ ketentuan teknis Jabatan Fungsional Pustakawan.

f. Penunjang Tugas Pustakawan; Penunjang Tugas Pustakawan meliputi: 1. Pengajar/pelatih pada diklat fungsional/teknis di bidang

Kepustakawanan;

2. Peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi di bidang Kepustakawanan;

(30)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator penilaian kinerja

sesuai dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Nomor 11 tahun 2015 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional pustakawan dan

angka kreditnya, yaitu berdasarkan tugas pokok pustakawan. Adapun tugas pokok

pustakawan telah diatur dalam BAB 3 point 2, yaitu:

1. Tugas pokok Pustakawan Terampil, meliputi: a. Pengelolaan Perpustakaan, terdiri atas:

1) Perencanaan penyelenggaraan kegiatan perpustakaan

2) Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan perpustakaan b. Pelayanan Perpustakaan, terdiri atas:

1) Pelayanan teknis 2) Pelayanan pemustaka

c. Pengembangan Sistem Kepustakawanan 1) Pengembangan kepustakawanan 2. Tugas pokok Pustakawan Ahli, meliputi :

a. Pengelolaan Perpustakaan, terdiri atas:

1) Perencanaan penyelenggaraan kegiatan perpustakaan

2) Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan perpustakaan b. Pelayanan Perpustakaan, terdiri atas:

1) Pelayanan teknis 2) Pelayanan pemustaka

c. Pengembangan Sistem Kepustakawanan, terdiri atas: 1) Pengkajian kepustakawanan

2) Pengembangan kepustakawanan

3) Penganalisisan/pengkritisian karya kepustakawanan 4) Penelaahan pengembangan sistem kepustakawanan

Dengan demikian sudah jelas bahwa untuk mengukur kinerja pustakawan

dapat dilihat dari berapa angka kredit yang diperoleh masing-masing pustakawan

untuk menentukan apakah pustakawan dapat prestasi yang baik, sehingga dapat

naik pangkat/jabatan sesuai dengan aturan yang berlaku bagi jabatan fungsional

pustakawan.

(31)

2.6 Penilaian Kinerja Pustakawan Terampil

Rincian Kegiatan Jabatan Fungsional Pustakawan Keterampilan:

1. Pengelolaan Perpustakaan

Pengelolaan perpustakaan adalah kegiatan yang meliputi perencanaan,

monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan perpustakaan.

a. Perencanaan Penyelenggaraan Kegiatan Perpustakaan

Kegiatan merencanakan penyelenggaraan perpustakaan secara spesifik,

terukur, ketercapaian, realistis, dan terjadwal, meliputi: perencanaan

pengelolaan perpustakaan, pelayanan perpustakaan, pengembangan sistem

kepustakawanan dan pengembangan profesi. Perencanaan penyelenggaraan

perpustakaan mencakup persiapan dan penyusunan rencana kerja.

Sub unsur ini terdiri atas butir kegiatan sebagai berikut:

1) Mengumpulkan data untuk persiapan perencanaan penyelenggaraan

kegiatan perpustakaan

2) Mengolah data untuk persiapan perencanaan penyelenggaraan

kegiatan perpustakaan

3) Menyusun rencana kerja operasional sebagai koordinator

4) Menyusun rencana kerja operasional sebagai peserta/anggota

b. Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Kegiatan Perpustakaan Sub unsur ini terdiri atas butir kegiatan sebagai berikut:

1) Melakukan monitoring penyelenggaraan perpustakaan yaitu kegiatan

memantau dan mencatat kemajuan/ perkembangan, tingkat

(32)

ditetapkan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai selesainya

kegiatan untuk unit kerja teknis.

2) Melakukan evaluasi penyelenggaraan perpustakaan yaitu kegiatan

penilaian terhadap hasil penyelenggaraan kegiatan perpustakaan

berdasarkan perencanaan. Evaluasi dilakukan dengan menganalisis

masalah- masalah yang timbul, ditulis dalam bentuk laporan yang

dilengkapi saran dan rekomendasi, untuk lingkup unit kerja teknis.

2. Pelayanan Perpustakaan

Pelayanan perpustakaan adalah kegiatan memberikan bimbingan dan jasa

perpustakaan dan informasi kepada pemustaka yang meliputi pelayanan teknis

dan pelayanan pemustaka.

a. Pelayanan Teknis

Kegiatan yang terkait dengan pengembangan koleksi, pengolahan

bahan perpustakaan, penyimpanan dan perawatan koleksi perpustakaan,

meliputi: mengidentifikasi bahan perpustakaan untuk pengadaan,

melakukan survei sederhana kebutuhan informasi pemustaka,

meregistrasi bahan perpustakaan, menyusun daftar tambahan bahan

perpustakaan yang baru diterima, melakukan klasifikasi ringkas dan

menentukan tajuk subjek, membuat kelengkapan bahan perpustakaan,

membuat kliping, merawat koleksi perpustakaan dan mengelola jajaran

(33)

b. Pelayanan Pemustaka

Kegiatan yang berkaitan dengan jasa informasi perpustakaan yang

dapat dimanfaatkan pemustaka seperti di layanan sirkulasi, layanan

referensi, perpustakaan keliling, melakukan layanan storytelling dan

membuat statistik perpustakaan.

3. Pengembangan Sistem Kepustakawanan

Kegiatan menyempurnakan sistem kepustakawanan melalui

pengembangan kepustakawanan. Pengembangan kepustakawanan: Kegiatan

untuk meningkatkan kinerja perpustakaan secara ilmiah dan profesional,

sehingga diperoleh proses kerja yang optimal, efektif dan efisien untuk

mewujudkan layanan prima perpustakaan.

Sub unsur ini terdiri atas butir kegiatan sebagai berikut:

1) Melaksanakan penyuluhan tatap muka dalam kelompok tentang

kegunaan dan pemanfaatan perpustakaan kepada pemustaka

2) Melaksanakan penyuluhan massal tentang kegunaan dan pemanfaatan

perpustakaan

3) Menyusun materi publisitas berbentuk poster, spanduk, pembatas buku,

stiker, dan sejenisnya

4) Menyelenggarakan pameran sebagai penata pameran

5) Menyelenggarakan pameran sebagai pemandu pameran di dalam negeri

(34)

2.7 Penilaian Kinerja Pustakawan Ahli

Rincian Kegiatan Jabatan Fungsional Pustakawan Ahli:

1. Pengelolaan Perpustakaan

Pengelolaan perpustakaan adalah kegiatan yang meliputi perencanaan,

monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan perpustakaan.

a. Perencanaan Penyelenggaraan Kegiatan Perpustakaan

Kegiatan merencanakan penyelenggaraan perpustakaan secara spesifik,

terukur, ketercapaian, realistis, dan terjadwal, meliputi: perencanaan

pengelolaan perpustakaan, pelayanan perpustakaan, pengembangan sistem

kepustakawanan dan pengembangan profesi. Perencanaan penyelenggaraan

perpustakaan mencakup persiapan dan penyusunan rencana kerja.

Sub unsur ini terdiri atas butir kegiatan sebagai berikut:

1) Mengumpulkan data untuk persiapan perencanaan penyelenggaraan

perpustakaan

2) Mengolah data untuk persiapan perencanaan penyelenggaraan

perpustakaan

3) Menyusun rencana kerja strategis sebagai koordinator

4) Menyusun rencana kerja strategis sebagai peserta/ anggota

5) Menyusun rencana kerja operasional sebagai koordinator

6) Menyusun rencana kerja operasional sebagai peserta/anggota

(35)

1) Melakukan monitoring penyelengaraan Perpustakaan yaitu kegiatan

memantau dan mencatat kemajuan/ perkembangan, tingkat

keberhasilan maupun ketidaksesuaian dengan ketentuan yang

ditetapkan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai selesainya

kegiatan untuk lingkup lembaga, Kabupaten/Kota, atau Provinsi.

2) Melakukan evaluasi penyelenggaraan perpustakaan yaitu kegiatan

penilaian terhadap hasil penyelenggaraan kegiatan perpustakaan

berdasarkan perencanaan. Evaluasi dilakukan dengan menganalisis

masalah- masalah yang timbul dan menyimpulkan menjadi laporan

yang dilengkapi saran dan rekomendasi untuk lingkup kerja nasional.

2. Pelayanan Perpustakaan

Pelayanan perpustakaan adalah kegiatan memberikan bimbingan dan jasa

perpustakaan dan informasi kepada pemustaka yang meliputi pelayanan teknis

dan pelayanan pemustaka.

a. Pelayanan Teknis

Kegiatan yang terkait dengan pengembangan koleksi, pengolahan

bahan perpustakaan, penyimpanan dan perawatan koleksi perpustakaan

yang meliputi survey kebutuhan informasi melalui pengamatan di lapangan,

melakukan seleksi koleksi perpustakaan, mengidentifikasi dan mengevaluasi

koleksi perpustakaan untuk penyiangan, mengelola basis data dan

(36)

b. Pelayanan Pemustaka

Kegiatan yang berkaitan dengan jasa informasi perpustakaan yang dapat

dimanfaatkan pemustaka seperti mengelola layanan sirkulasi, melakukan

bimbingan pemustaka dalam bentuk pendidikan pemustaka dan literasi

informasi, mengelola layanan pinjam antar perpustakaan, mengelola layanan

e-resources, mengelola layanan storytelling, dan membuat statistik

kepustakawanan.

3. Pengembangan Sistem Kepustakawanan

Kegiatan menyempurnakan sistem kepustakawanan yang meliputi

pengkajian kepustakawanan, pengembangan kepustakawanan,

penganalisisan/pengkritisian karya kepustakawanan, dan penelaahan

pengembangan sistem kepustakawanan.

a. Pengkajian Kepustakawanan

Pengkajian kepustakawanan adalah studi yang dilakukan secara

sistematis di bidang kepustakawanan didasarkan pada analisis kuantitatif atau

kualitatif atau keduanya sesuai rancangan dan metodologi penelitian.

Pengkajian bertujuan untuk pengambilan keputusan dalam memecahkan

masalah dan meningkatkan kinerja pustakawan dan perpustakaan serta menjadi

dasar pengembangan keilmuan perpustakaan.

b. Pengembangan Kepustakawanan

Kegiatan yang berupaya meningkatkan kinerja perpustakaan secara

ilmiah dan profesional, sehingga diperoleh proses kerja yang optimal,

(37)

c. Penganalisisan/pengkritisian karya kepustakawanan 1) Menganalisis/membuat kritik karya sistem kepustakawanan

2) Menyempurnakan karya kepustakawanan

d. Penelaahan pengembangan sistem kepustakawanan

Sub unsur ini terdiri atas butir kegiatan seperti menelaah sistem

kepustakawanan yaitu kegiatan pembuatan naskah yang bersifat ilmiah,

luas, strategis tentang usulan, kritik dan saran atau pertimbangan terhadap

pelaksanaan peraturan, kebijakan, program, atau mekanisme

kepustakawanan dari satu atau lebih lembaga perpustakaan dan memberikan

alternatif solusi untuk pengembangan dan kemajuan kepustakawanan. Hasil

penelaahan dipresentasikan di depan pihak yang berkepentingan.

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang Kinerja Pustakawan sebelumnya pernah dilakukan oleh

Arwin Rahmadiansyah (2015) yang mengangkat judul “Persepsi Pengguna

Terhadap Kinerja Pustakawan Layanan Sirkulasi Pada Perpustakaan Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara”. Penelitian ini menggunakan indikator menurut Parasuraman, Zeithaml & Berry dalam Journal of Marketing dalam Sudarmanto

(2009, 14) yaitu: Kehandalan, Daya Tanggap, Kompetensi, Kesopanan,

Komunikasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pengguna tentang

aspek kehandalan kinerja pustakawan dalam akurasi baik dalam melayani ataupun

memberi informasi telah mendapatkan apresiasi positif dari pengguna. Hal ini

diketahui melalui kemampuan pustakawan dalam memberikan pelayanan yang

(38)

solusi dengan baik apabila pengguna mendapatkan masalah dalam pencarian

informasi di perpustakaan. Aspek daya tanggap memperoleh apresisasi yang

positif dari pengguna. Hal ini dapat diketahui melalui respon pustakawan

menyiapkan bahan pustaka yang dilayankan kepada pengguna dengan baik dan

kesedian, kesigapan dan penanganan pustakawan dalam membantu pengguna

sangat baik. Aspek kompetensi, diperoleh simpulan bahwa kemampuan petugas

dalam aspek kompetensi masih kurang memuaskan pengguna. Hal ini diketahui

dalam kemampuan pustakawan dalam menjawab pertanyaan dari pengguna yang

masih dianggap kurang oleh pengguna. Aspek kesopanan, disimpulkan bahwa

pustakawan sudah bersikap sabar, ramah, bersahabat, serta sikap adil tanpa

membeda-bedakan status sosial pengguna sehingga membuat pengguna merasa

nyaman untuk memanfaatkan layanan sirkulasi perpustakaan. Aspek komunikasi,

diketahui bahwa interaksi yang dilakukan pustakawan dengan pengguna sudah

sangan baik. Hal ini diketahui dari pustakawan bisa diajak berkonsultasi tentang

masalah yang dihadapi pengguna, pustakawan berkomunikasi dengan bahasa yang

sopan, jelas dan mudah dipahami dan pustakawan komunikatif dalam memberikan

pelayanan kepada pengguna.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Benry Gunawan Sitorus (2015)

dengan judul “Analisis Kinerja Pustakawan Pada Perpustakaan Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara”, menggunakan 11 indirator yaitu: Kepemimpinan, Hasil kerja / Mutu kerja, Kejujura, Kreativitas, Kecakapan dan

tanggung jawab, Kedisiplinan, Kesetiaan, Kepribadia, Keandalan, Pengetahuan

(39)

bahwa Pustakawan memiliki mutu kerja yang cukup baik. Pustakawan tidak

sering mendapatkan teguran dari pimpinan atau Kepala perpustakaan bahkan ada

yang sama sekali tidak pernah mendapat teguran. Pustakawan IAIN Sumatera

utara cukup kreatif dalam memberikan ide atau gagasan terutama untuk

pengembangan perpustakaan. Pustakawan IAIN Sumatera Utara memiliki

tanggungjawab yang cukup baik dalam pekerjaannya. Dapat dibuktikan dari

kehadiran yang baik setiap hari, selain dalam keadaan sakit. Kesetiaan

pustakawan IAIN Sumatera Utara dapat dilihat dari kesediaanya bekerja diluar

jam kerja dengan mengikuti jam lembur. Bahkan, salah satu informan menyatakan

bahwa pernah bekerja diluar jam kerja tanpa mengikuti jam lembur. Pustakawan

IAIN Sumatera Utara memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang pekerjaan

dan memiliki kepedulian yang baik dengan pekerjaannya. Pustakawan IAIN

Sumatera Utara memanfaatkan waktu kerjanya dengan baik. Waktu kerja dalam

sehari cukup untuk menyelesaikan setiap pekerjaan masing-masing pustakawan.

Sedangkan peneliti yang sekarang akan melakukan penelitian tentang

“Analisis Kinerja Pustakawan Perpustakaan Universitas Negeri di Sumatera Utara

(Studi kasus di Universitas Sumatera Utara dan Universitas Negeri Medan)” dengan menggunakan indikator sesuai dengan Peraturan Kepala Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2015 tentang petunjuk teknis

jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya, yaitu berdasarkan tugas

Gambar

Tabel 2.1 Jumlah Angka Kredit Yang Harus Dipenuhi Pada Setiap Jenjang Jabatan Berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pustakawan perguruan tinggi paling rendah lulusan sarjana, dengan bidang pendidikan Strata 1 (S1) dalam bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi (Pusdokinfo), atau

a) Kebutuhan membaca belum merupakan kebutuhan pokok yang penting seperti kebutuhan sandang atau papan. b) Belum ada atau kurangnya gairah membaca untuk meningkatkan wawasan dan

Terdapat pengaruh yang positif dari Pelatihan yang terdiri dari Motivasi, Instruktur dan Materi terhadap Kinerja Auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.. Hal ini

Dalam hal ini penulis dapat mengambil data mengenai perekrutan tenaga kerja, pelatihan dan pengembangan tenaga kerja, motivasi tenaga kerja, kompensasi tenaga

4 Pelatihan yang diberikan kepada bendahara BOS dapat meningkatkan kemampuan dalam membuat jadual rencana pekerjaan, meliputi jadual dan urutan pekerjaan sehingga tercapai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pustakawan memiliki rasa empati yang baik kepada pemustaka. pustakawan berkomunikasi secara interpersonal dengan menunjukkan

P : Pada saat jam kerja pernah tidak melakukan aktivitas lain, seperti. contohnya makan, main catur, main game atau

Hal ini diketahui dari pustakawan bisa diajak berkonsultasi tentang masalah yang dihadapi pengguna, pustakawan berkomunikasi dengan bahasa yang sopan, jelas dan mudah dipahami dan