• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Upacara dan Fungsi Gondang Sabangunan Pada Ulaon Hahomion Dalam Upacara Horja Bius di Desa Tomok Dolok, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deskripsi Upacara dan Fungsi Gondang Sabangunan Pada Ulaon Hahomion Dalam Upacara Horja Bius di Desa Tomok Dolok, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Skripsi ini membahas tentang sebuah upacara ritual Batak Toba, yaitu

Ulaon Hahomion atau sering juga disebut marulaon na hohom.1 Ulaon artinya kegiatan, upacara dan hahomion berasal dari kata homi yang artinya hikmat, senyap, sunyi, tersembunyi. Peristiwa ini adalah sebuah kegiatan spiritual untuk mendekatkan diri kepada nenek moyang orang Batak, juga unsur memuja roh leluhur dan kekuatan gaib2.

Pada upacara ulaon hahomion ada dua kegiatan yang dilaksanakan yaitu, ziarah ke tambak (makam) dolok ompu raja sidabutar dan mangalopas tu mual natio. Ini merupakan sebuah upacara ritual penghormatan kepada roh-roh leluhur untuk memohon berkat perlindungan dan kelancaran dalam melaksanakan tahapan-tahapan upacara yang akan dilangsungkan.

Pada upacara ini terdapat akitivitas untuk memberikan pelean (sesajen dan persembahan) kepada roh leluhur yang disebut mangalean uluan ni simangot ni ompung. Orang Batak Toba memiliki pemahaman bahwa roh leluhur masih ada di sekitar mereka, roh itu mengawasi dan tetap menyertai keturunannya. Pemahaman seperti ini masih tertanam kuat pada mereka yang sangat memegang teguh budaya

habatakon.

Sebagaimana yang dikatakan di atas, orang Batak yang ada pada saat ini ada yang percaya dan tidak, terlebih lagi mereka yang telah tersentuh dunia ilmiah, rasional, dan modern. Namun mau tidak mau harus diakui bahwa mereka

1

Wawancara dengan informan 2

(2)

dibesarkan oleh orangtua-orangtua yang mengajarkan hal-hal berbau budaya seperti itu sehingga antara ideologi habatakon dan ideologi kehidupan modern selalu menjadi suatu dilema.

Bagi orang Batak, adat bukan hanya sekedar kebiasaan atau tata tertib sosial, tetapi juga sesuatu yang mencakupi seluruh dimensi kehidupan jasmani dan rohani, masa kini dan masa depan, hubungan dengan sesama maupun hubungan

dengan “sang pencipta”, keselarasan antara aku sebagai mikrokosmos dengan

seluruh jagad raya sebagai makrokosmos, (Aritonang, 1988: 47) .

“Dalam ilmu gaib terdapat terdapat konsepsi-konsepsi dan

ajaran-ajarannya; ilmu gaib mempunyai sekelompok manusia yang yakin dan menjalankan upacara tersebut untuk mencapai suatu maksud. Selain itu upacara ilmu gaib juga mempunyai aspek-aspek yang sama artinya ada pemimpin dan pelakunya, ada saat-saat tertentu untuk mengadakan upacara, ada peralatan upacara dan ada tempat-tempat tertentu untuk pelaksanaan upacara3. Pada tulisan ini ilmu gaib yang dimaksud adalah upacara yang berbau ritual.

Adapun pemimpin upacara pada ulaon hahomion ini adalah Bius Raja Naualu yang terdiri dari marga Siadari, Sitindaon, Sidabalok, Harianja, Manik, Sijabat, Sidabutar, Sigiro yang bertempat di desa Tomok Dolok. Bius adalah sebuah desa yang ditempati oleh marga-marga tertentu untuk kepentingan-kepentingan bersama beberapa kampung atau huta membentuk federasi atau persekutuan yang sifatnya masih terikat satu dengan yang lainnya. Federasi huta tersebutlah yang disebut bius4. Adapun fungsi bius pada konteks kehidupan

3

Dikutip dari buku Pengantar Ilmu Antropologi (edisi revisi 2009) hal 297, Koentjaraningrat

4

(3)

bermasyarakat adalah untuk menentukan tatanan norma adat yang akan dilaksanakan di daerah tersebut.5

Menurut Koentjaraningrat (2002 halaman 296), ada beberapa unsur yang terdapat pada sebuah upacara, yaitu : (a) bersaji, (b) berkorban, (c) berdoa, (d) makan bersama dengan makanan yang telah disucikan dengan doa, (e) menari tarian suci; (f) menyanyi nyanyian suci; (g) berprosesi atau berpawai; (h) memainkan seni drama suci; (i)berpuasa; (j) intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan makan obat bius sampai kerasukan; (k) bertapa, (i) bersemadi.6 Adapun unsur yang terdapat pada upacara ini adalah berdoa, bersaji, berkorban berprosesi atau berpawai menuju tempat yang telah ditentukan tersebut dan makan bersama dengan makanan yang telah disucikan dengan doa.

Pada saat upacara seluruh peserta yang bertempat di lokasi upacara tersebut dilarang melaksanakan kegiatannya, seperti berdagang, bekerja atau melakukan aktivitas lainnya yang tidak berkaitan dengan upacara. Pemimpin upacara akan memerintahkan ulubalang7 untuk menjemput para masyarakat agar ikut serta bergabung kedalam upacara tersebut. Di dalam upacara ulaon hahomion

ini tidak diperbolehkan ribut, para pemimpin upacaralah yang berhak berbicara dan mengeluarkan suara untuk membuka dan menutup acara, mamittaa (meminta)

gondang dimainkan dan memimpin jalannya upacara.

Ziarah ke tambak dolok Ompu Raja Sidabutar merupakan ritual pertama yang dilaksanakan. Adapun tujuan dari upacara ini adalah untuk memohon berkat perlindungan kepada leluhur mereka supaya acara tersebut berjalan dengan lancar,

5

Wawancara dengan Monang Sidabutar, Oktober 2016

6

Dikutip dari buku Pengantar Ilmu Antropologi Hal 296, Koentjaraningrat 7

(4)

dan mangalopas tu mual natio adalah ritual untuk mensucikan diri ke air danau yang jernih dengan harapan masyarakat Tomok diberikan kelimpahan berkah, segala yang dikerjakan berhasil dan juga hujan segera turun.

Musik (yaitu gondang sabangunan) merupakan salah satu benda upacara yang dipakai dalam pelaksanaan ulaon hahomion tersebut. Menurut Alan P. Merriam (1964: 6), suara musik adalah hasil proses perilaku manusia yang terbentuk berdasarkan nilai-nilai, sikap dan kepercayaan dari masyarakat yang berada didalam suatu kebudayaan. Demikian juga halnya dengan suara yang dihasilkan gondang sabangunan dibentuk oleh adat istiadat, pola tingkah laku, peradaban dan budaya suku Batak Toba. Sehingga untuk memahami kebudayaan Batak Toba, salah satu cara kita dapat belajar dari kebudayaan musiknya.

Gondang Sabangunan adalah salah satu ensambel musik tradisional pada masyarakat Batak Toba. Ensambel ini terdiri dari seperangkat taganing (single-headed drum), sebuah sarune (double reeds-oboe), empat buah ogung (suspended-gongs) : ogung oloan, ogung ihutan, ogung panggora dan ogung

doal, serta satu buah hesek (idiophone). Masing-masing gendang memiliki nada (frekuensi getaran) yang berbeda dan keenam gendang tersebut disusun menggantung pada sebuah alat penyangga.

(5)

Samosir merupakan salah satu daerah di tanah Batak yang masih aktif dalam melaksanakan upacara-upacara ritual, walau masyarakat samosir sudah menganut agama tetapi bagi masyarakat yang tinggal disana kegiatan-kegiatan yang berbau spiritual merupakan kebiasaan yang telah dilaksanakan turun temurun oleh orangtua mereka pada zaman dahulu sehingga tidak heran kalau pada zaman modern sekarang kebiasaan itu masih saja dilakukan.

Sampai sekarang masyarakat Tomok dolok yang bertempat di Kecamatan Simanindo yang masih tetap melaksanakan upacara ritual batak. Walau Tomok merupakan salah satu daerah wisata yang berada di Samosir tetapi masyarakat yang tinggal disana masih sering melaksanakan upacara-upacara yang berbau ritual. Pengamatan penulis, bahwa masyarakat yang tinggal di sana masih memegang teguh nilai adat istiadat leluhur mereka.

Ulaon hahomion merupakan salah satu upacara yang terdapat pada horja bius Tomok. Berbagai tahapan upacara yang dilaksanakan pada upacara horja bius tersebut antara lain Ulaon Hahomion, Tortor Tunggal Panaluan, Tortor Parsiarabu, Marjoting, Pajongjong Borotan, Makharikkiri Horbo dan yang ditutup dengan Mangalahat Horbo. Akan tetapi penulis lebih memilih fokus kepada satu judul untuk diteliti yaitu ulaon hahomion.

Untuk itu penulis akan mengkajinya secara ilmiah untuk dijadikan skripsi dengan judul : Deskripsi Upacara dan Fungsi Gondang Sabangunan Pada

(6)

1.2Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka ada beberapa hal pokok yang menjadi perhatian penulis dalam tulisan ini antara lain :

1. Bagaimanakah deskripsi upacara pada Ulaon Hahomion tersebut ?

2. Bagaimanakah fungsi musik (Gondang Sabangunan) pada upacara ulaon hahomion ?

3. Bagaimanakah musik dalam hal ini gondang sitolu tuho pada upacara tersebut?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan jalannya upacara pada ulaon hahaomion.

2. Untuk mendeskripsikan fungsi gondang sabangunan pada upacara tersebut.

3. Untuk menganalisis musik (gondang sitolu tuho) pada upacara tersebut.

1.3.2 Manfaat penelitian

(7)

1. Sebagai salah satu sarana memperluas pengetahuan tentang upacara ritual adat Ulaon Hahomion.

2. Untuk dapat digunakan lagi oleh penulis lain yang ingin membahas tentang masalah yang sama, dengan objek yang berbeda.

3. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan program studi S-1 di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

1.4Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Konsep merupakan rangkaian ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit, konsep juga dapat diartikan sebagai suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang perlu dirumuskan (Mardalis, 2003: 46). Tulisan ini membahas tentang Deskripsi Upacara dan Fungsi Gondang

Sabangunan pada ulaon hahomion dalam Upacara Horja Bius di Desa Tomok Dolok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.

Deskriptif berasal dari bahasa Inggris yaitu descriptive yang berarti bersifat menyatakan sesuatu dengan memberikan gambaran melalui kata-kata atau tulisan. Jadi penulis akan menggambarkan upacara ulaon hahomion tersebut yang dibagi kedalam dua tahap ritus mulai awal upacara sampai selesainya ulaon

tersebut dan penulis juga memperhatikan makna-makna yang terdapat pada upacara tersebut.

Ulaon artinya kegiatan, upacara dan hahomion berasal dari kata homi yang artinya hikmat, senyap, sunyi, tersembunyi. Horja : Marpesta, Pesta (Ulaon)8 :

8

(8)

Suatu kegiatan yang meliputi adat istiadat, seperti menentukan aturan-aturan adat yang berada didaerah bius tersebut. Bius adalah sebuah desa yang ditempati oleh marga-marga tertentu, Bius Sidabutar misalnya (kumpulan marga Sidabutar yang disebut bius) . 9Marga Sidabutar yang mulanya tinggal di kampung induk tetapi karena penduduk terus berkembang menyebabkan terbentuk huta-huta yang baru.

Adapun fungsi bius pada konteks kehidupan bermasyarakat adalah untuk menentukan tatanan norma adat yang akan dilaksanakan di daerah tersebut. Jadi

horja bius adalah Upacara yang meliputi kegiatan adat istiadat. Bius dibentuk oleh marga-marga, setiap daerah yang memiliki bius memiliki marga-marga yang berbeda seperti Bius Raja Naualu (Siadari, Sitindaon, Sidabalok, Harianja, Manik, Sijabat, Sidabutar, Sigiro) yang bertempat di desa Tomok dolok dan adapula Bius Sitoluhae Horbo (Sitanggang, Simbolon, Naibaho) yang bertempat di Kecamatan Pangururan. Pada kegiatan bius diadakan pembagian tugas seperti menentukan partanggalan atau hari dan waktu yang tepat untuk melaksanakan

horja tersebut. 1.4.2 Teori

Teori merupakan prinsip-prinsip umum yang ditarik dari fakta-fakta dan juga dugaan yang menerangkan sesuatu (Marzuki, 1999: 33). Serangkaian konsep atau konstruk yang berhubungan dengan lainnya, dan juga suatu rangkaian dari proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena merupakan pemahaman teori menurut Kerlinger (1973). Teori digunakan sebagai landasan kerangka berfikir dalam membahas permasalahan.

9

(9)

Teori juga dapat berarti sebagai suatu analisis terhadap suatu hal yang sudah terbukti dan teruji kebenarannya. Teori juga merupakan landasan berpikir secara ilmiah untuk menguji, membandingkan, atau menerapkan untuk objek penelitian. Dalam pembahasan ini teori dapat digunakan sebagai landasan dan kerangka berpikir dalam membahas setiap permasalahan. Oleh karena itu, penulis mengadopsi beberapa teori sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini.

(10)

pemimpin upacara. Sehingga penulis akan mendeskripsikan secara bertahap bagaimana penyajian upacara tersebut disajikan dengan komponen-komponen yang mendukung di dalamnya

Jadi segala aktivitas kebudayaaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupan (Malinowski, 1944) . Berfungsi juga sebagai sumber nilai-nilai yang menjadi objek orientasi tindakan dan tingkah laku masyarakat (Koentjaraningrat, 1980: 1981) , dan memelihara kebutuhan masyarakat untuk kelangsungan hidupnya sebagai kesatuan yang holistik (Koentjaraningrat, 1980: 199).

Untuk mengkaji makna-makna yang terdapat dalam aktivitas maupun materi yang digunakan dalam upacara tersebut penulis menggunakan teori semiotika. Menurut Widaryanto (2007 : 170), teori ini digunakan dalam bentuk penanda identitas yang menandai sebuah kelompok dari yang lainnya sebagai simbolisasi dari suatu kelompok tersebut. Sehingga dalam hal ini teori ini dapat melihat properti-properti yang digunakan dalam upacara tersebut memiliki makna-makna tertentu. Simbolisasi yang digunakan dalam materi-materi yang digunakan maupun suatu gerakan atau aktivitas yang dilakukan menjadi perlambangan sebuah kebudayaan masyarakat.

(11)

teori Weighted Scale (bobot tangga nada). Teori ini pada dasarnya melihat struktur ruang dalam musik dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu.

1.5Metode Penelitian

Metode penelitian diartikan sebagai suatu cara mencari kebenaran dan azas-azas alam, masyarakat atau kemanusiaan yang bersangkutan. Dalam kaitan ini Hasan (1985: 7) mengatakan metode merupakan cara atau sistematika kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Caplin (1989: 301), metode adalah prosedur sistematis yang tercakup dalam upaya menyelidiki suatu fakta atau konsep. Metode penelitian dapat diartikan dalam beberapa disiplin ilmu tertentu. Di dalam ilmu-ilmu sosial, objek pengamatan dan penelitian yang merupakan dasar dari pengetahuan ilmiah adalah gejala-gejala masyarakat yang lebih khusus, terdiri dari kejadian-kejadian kongkrit. Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif. Koentjaraningrat (1990: 29) mengatakan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif adalah bertujuan untuk memaparkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi atau penyebaran dari suatu gejala ke gejala lain dalam suatu masyarakat. Menurut Nawawi dan Martini (1995: 209) penelitian kualitatif adalah rangkaian atau proses menjaring data (informasi) yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada objeknya.

(12)

informan, pendekatan dan pengumpulan data, pengumpulan dan perekaman data, latar belakang perilaku sosial ataupun mempelajari seluruh pemakaian musik. Sedangkan kerja laboratorium meliputi pengolahan data yang didapat dari lapangan, menganalisis dan membuat hasil dari keseluruhan data-data yang diperoleh.

Di dalam tulisan ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif. Kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bongdan dan Taylor dalam Moleong, 1989:3). Dalam mengumpulkan data-data di lapangan penulis mengacu kepada teknik penelitian yang diungkapkan oleh Curt Sachs dalam Nettl (1964:62) yang mengatakan bahwa: Curt Sachs (1962) divides ethnomusicological research into two kinds of work, field work and desk work. Field work notes the gathering of recordings and

the first-hand experience of life in a particular human culture, while deskwork

includes transcription, analysis, and the drawing of conclusions. Menurut Curt Sachs penelitian dalam etnomusikologi ada dua hal yang esensial, yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work).

(13)

akan melakukan studi kepustakaan terlebih dahulu. Adapun studi pustaka ini untuk pengumpulan data dalam awal penelitian.

1.5.1 Studi kepustakaan

Sebagai landasan penulis dalam melakukan penelitian, sebelum melakukan kerja lapangan penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan, baik dari artikel, skripsi, internet dengan kata kunci WWW.Google.com maupun buku buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Beberapa tulisan yang membahas tentang upaara Batak toba, alat musik dan kebudayaan Batak Toba, antara lain :

Skripsi Anita Romauli yang berjudul “Musik pada Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di Kota Medan : Kajian Fungsi, Kontinuitas dan

Perubahan”. Skripsi ini secara umum membahas tentang perubahan,

perkembangan penggunaan dan fungsi musik pada adat perkawinan di kota Medan. Selanjutnya Skripsi Verawati Simbolon yang berjudul “Studi Deskriptif

Mangalahat Horbo Bius”. Skripsi ini membahas tentang Upacara Mangalahat

Horbo Bius (deskripsi upacara, fungsi musik dan jalannya upacara) dan Skripsi

Liston Simaremare yang berjudul “Margondang Dalam Konteks Upacara

Mangongkal Holi Pada Masyarakat Batak Toba : Ditinjau dari Segi Sosial Religi”. Skripsi ini membahas tentang ulaon margondang pada upacara adat Batak Toba

(14)

penyesuaian dan pengamatan yang sudah ada mengenai objek penelitian di lapangan.

1.5.2 Penelitian lapangan

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini adalah kata-kata atau tindakan selebihnya yang berfungsi sebagai data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lonfland dan Lonfland dalam Meleong, 1989). Selain kata-kata atau tindakan perekaman audio ataupun materi musik juga menjadi sumber data yang utama dalam penelitian ini. Dalam kerja lapangan penulis melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang tulisan ini. Sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu penulis menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan di dalam melakukan wawancara, yaitu: menyusun pertanyaan, mempersiapkan alat-alat tulis, menyediakan alat-alat perekam untuk merekam hasil wawacara dengan informan. Adapun alat perekaman yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah Camera Canon DSLR, Iphone 4s, Asus Zenfone Go dan Smartfren Andromax.

1.5.3 Kerja laboratorium

(15)

Begitu juga dengan data yang berbentuk gambar, penulis akan mencantumkannya dalam tulisan ini. Data yang tidak bersifat musikal diolah kemudian dan dituliskan dalam bentuk tulisan atau karya ilmiah. Selama proses pengolahan data, penulis juga melakukan diskusi-diskusi dengan para dosen pembimbing dan teman-teman yang ada di Departemen Etnomusikologi. Semua hasil pengolahan data tersebut disusun dalam satu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi (Merriam, 1995:85).

1.6 Lokasi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah Sanggar Budaya Lusido, untuk mengetahui proses latihan tor-tor sipitu sawan pada sanggar Budaya Lusido, untuk mengetahui alat

Dari gambaran permasalahan tersebut diatas yang menarik untuk melakukan penelitian tentang fungsi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Toba dalam upacara kematian

Dengan demikian bagi orang yang mempercayai akan hal tersebut akan menjaga baik tempat Mual Tio dengan memperbaiki lokasi sekitar Mual Tio agar terlihat bersih dan

Untuk mengkaji masalah ini digunakan penelitian lapangan (Field Research) yang bersifat “Deskriptif” dengan tujuan menggambarkan secara tepat mengenai kekuatan magis yang

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi dan makna mantra dalam upacara Manusa Yadnya “Mepandes” pada masyarakat Desa Perean Kecamatan Baturiti

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan bertujuan untuk mengambarkan Pola Pencarian Pengobatan Penyakit Infeksi pada Anak di Lumban Datu

Tari Lengger Punjen disajikan dalam Upacara Nyadran Tenongan memiliki fungsi sebagai cerminan dan legitimasi tatanan sosial, wahana ekspresi ritus yang bersifat sekuler dan

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat–sifat suatu individu, keadaan, gejala atau