• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PENANGANAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA MAC LAYER LTE DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DEFICIT ROUND ROBIN (DRR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PENANGANAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA MAC LAYER LTE DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DEFICIT ROUND ROBIN (DRR)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PENANGANAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA MAC LAYER LTE DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DEFICIT

ROUND ROBIN (DRR)

Ahmad Mudrik¹, Maman Abdurohman², Arif Sasongko M.sc Pd.³

¹Teknik Informatika, Fakultas Teknik Informatika, Universitas Telkom

Abstrak

LTE (Long Term Evolution) merupakan teknologi yang dirumuskan oleh 3GPP release 8 sebagai evolusi dari tekonologi 3G/UMTS. Teknologi ini dibuat untuk meningkatkan beberapa aspek diantaranya perbaikan dari efesiensi spectral (penggunaan spectrum yang flexible dan lebar pita yang scalable dari 1,25 MHz sampai 20 MHz),peningkatan kapasitas,biaya operasional yang lebih rendah,dan memiliki performansi yang lebih tinggi.LTE secara teknis memiki kemampuan yang dapan mendukung konvergensi layanan data,suara,dan gambar.Untuk mendukung teknologi ini diperlukan suatu algoritma penjadwalan (scheduling) yang handal dan optimum. Penjadwalan (Scheduling) di LTE merupakan sebuah fungsi yang sangat memiliki peran penting dalam

pengaturan atau penanganan uplink dan downlink tanpa adanya scheduling yang bagus atau baik maka data (baik uplink maupun downlink) akan menghasilkan delay yang cukup besar ,

scheduling diibaratkan pengamanan ketika terjadi antrian (baik itu besar ataupun kecil)

sehingga apabila pengamanannya bagus maka antrian tersebut menjadi rapi dan cepat selsai jika tidak maka sebaliknya. Perbedaan algoritma Deficit Round Robin dibandingkan dengan algoritma scheduling yang lain seperti Max C/I , Proportional Fair (PF) adalah cara pengananannya Deficit Round Robin menggunakan kuantum dan deficit counter sedangkan Max C/I,Proportional Fair (PF) tidak sehingga mengakibatkan algoritma penjadwalan Deficit Round Robin memiliki nilai QOS yang lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan algoritma penjadwalan yang lain.Dan juga memiliki perfomansi yang bagus dan waktu delay yang rendah.

Kata Kunci : Long Term Evolution,Deficit Round Robin

Abstract

LTE (Long Term Evolution) is a technology defined by 3GPP release 8 as the evolution of technologies in 3G/UMTS. This technology is designed to improve some aspects such as

improvement of spectral efficiency (flexible spectrum use and scalable bandwidths from 1.25 MHz to 20 MHz), increase capacity, lower operating costs, and have a better performance in tinggi.LTE thinking about the technical capabilities that can both support service convergence of data, voice, and gambar.Untuk support this technology required a scheduling algorithm (scheduling) that are reliable and optimum. Scheduling (Scheduling) in LTE is an excellent function has an important role in the regulation or handling uplink and downlink scheduling in the absence of a good or better then the data (both uplink and downlink) will result in a considerable delay, scheduling security likened the event queue (be it large or small) so that when the security is good, then the queue is to be neatly and quickly finished if not then vice versa.. Deficit Round Robin algorithm differences compared with other scheduling algorithms such as Max C / I, Proportional Fair (PF) is the Deficit Round Robin pengananannya using quantum and deficit counter while Max C / I, Proportional Fair (PF) scheduling algorithm is not causing Deficit Round Robin has a higher QOS value and better than scheduling algorithms perfomansi lain.Dan also has a nice and low time delay.

(2)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

LTE (Long Term Evolution) merupakan teknologi yang dirumuskan oleh 3GPP release 8

sebagai evolusi dari tekonologi 3G/UMTS. Teknologi ini dibuat untuk meningkatkan

beberapa aspek diantaranya perbaikan dari efesiensi spectral (penggunaan spectrum yang flexible dan lebar pita yang scalable dari 1,25 MHz sampai 20 MHz),peningkatan kapasitas,biaya operasional yang lebih rendah,dan memiliki performansi yang lebih tinggi. LTE secara teknis memiki kemampuan yang dapan mendukung konvergensi layanan data,suara,dan gambar.Untuk mendukung teknologi ini diperlukan suatu algoritma

penjadwalan (scheduling) yang handal dan optimum.

Penjadwalan (Scheduling) di LTE merupakan sebuah fungsi yang sangat memiliki peran penting dalam pengaturan atau penanganan uplink dan downlink tanpa adanya scheduling yang bagus atau baik maka data (baik uplink maupun downlink) akan menghasilkan delay yang cukup besar , scheduling diibaratkan pengamanan ketika terjadi antrian (baik itu besar ataupun kecil) sehingga apabila pengamanannya bagus maka antrian tersebut menjadi rapi dan cepat selsai jika tidak maka sebaliknya.

Di LTE sendiri terdapat layer yang secara khusus mengatur mekanisme prioritas penjadwalan atau scheduling yaitu tepatnya di layer 2.Sampai sekarang LTE tidak menetapkan suatu algoritma yang khusus untuk menangani proses penjadwalan.Hal ini menjadi tantangan bagi peneliti dan pengembang LTE untuk membuat algoritma penjadwalan yag efisien.Kebebasan untuk membuat algoritma penjadwalan menyebabkan munculnya beberapa algoritma

penjadwalan yang mungkin dapat diimplementasikan. Seperti Round Robin (RR),Deficit

Round Robin (DRR),Maximum C/I,Proportional Fair.

Pada tugas Akhir ini ,algoritma yang digunakan adalah Deficit Round Robin.Alasan menggunakan algoritma tersebut dikarenakan sistem atau cara penanganan algoritma tersebut lebih baik dibandingkan algoritma-algoritma lainnya.

Perbedaan algoritma Deficit Round Robindibandingkan dengan algoritma scheduling yang

lain seperti Max C/I , Proportional Fair (PF) adalah cara pengananannya Deficit Round

(3)

Robin menggunakan kuantum dan deficit counter sedangkan Max C/I,Proportional Fair

(PF) tidak sehingga mengakibatkan algoritma penjadwalan Deficit Round Robin memiliki

nilai QOS yang lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan algoritma penjadwalan yang

lain.Dan juga memiliki perfomansi yang bagus dan waktu delay yang rendah.

1.2 Perumusan Masalah

- Melakukan analisis perfomansi dengan menggunakan paramater QoS meliputi

throughput, delay, jitter pada algoritma penjadwalan Deficit Round Robin.

- Mengimplementasikan algotima tersebut dengan menggunakan NS-2.33

- Algoritma penjadwalan yang akan digunakan adalah Deficit Round Robin (DRR).

1.3 Batasan Masalah

- Hanya membahas sistem penjadwalan pada layar MAC dengan menggunakan

algoritma weighted fair queuing pada sistem LTE.

- Menganalisa dari performansi hasil yang didapat berdasarkan parameter QOS

meliputi throughput, jitter dan delaydengan algoritma Deficit Round Robin.

- Tidak membahas arsitektur LTE secara keseluruhan.

- Dilakukan hanya pada kelas conversational, yang contoh aplikasinya video

conference.

1.4 Tujuan

Tujuan dari pembuatan TA ini adalah :

ß Untuk mengetahui kualitas perfomansi pada algoritma penjadwalan Deficit Round

Robin (DRR).

ß Menganalisa performansi berdasarkan QOS meliputi throughput, jitter, dan delay.

ß Mengimplementasikan dari algoritma penjadwalan weighted fair queuing pada

layar MAC dari sistem LTE.

1.5 Hipotesa

Deficit Round Robin memiliki nilai performansi QOS yang lebih tinggi dan lebih baik

(4)

3 1.6 Metodologi Penyelesain Masalah

Metode yang digunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah di dalam penelitian Tugas Akhir ini terdiri atas 6 tahapan, yaitu:

1.6.1 Studi Literatur

- Pencarian referensi dan sumber-sumber yang berhubungan dengan LTE.

- Pencarian referensi dan sumber-sumber yang berhubungan dengan algoritma penjadawalan deficit round robin.

- Pencarian referensi mengenai network simulator 2 (NS2).

1.6.2 Tahap Desain Sistem

Pada tahap ini akan dilakukan analisis model sistem yang akan dibuat dan perancangan yang akan digunakan.

1.6.3 Tahap Implementasi

Melakukan penerapan algoritma penjadwalan Deficit Round Robin pada layer MAC dari sistem LTE.

1.6.4 Tahap Pengujian Sistem

Mengimplementasikan algoritma dengan menggunakan tool simulasi.

1.6.5 Tahap Analisis Hasil Pengujian

Pada tahap ini akan dilakukan analisis terhadap data yang diambil dari pengamatan

parameter-parameter. Parameter QOS yang akan digunakan meliputi throughput,

delay, danjitter.

1.6.6 Tahap Pembuatan Laporan

Penyusunan laporan akhir dan pengumpulan dokumentasi sesuai kaidah penulisan yang benar dan sistematika yang telah ditetapkan oleh institusi.

(5)

1.7 Jadwal Kegiatan

Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan penyelesaian Tugas Akhir:

No. Kegiatan

Bulan Nov –

11 Dec -11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 April-12 1 Studi Literatur 2 Desain Sistem 3 Implementasi 4 Pengujian Sistem 5 Analisis Hasil 6 Laporan

(6)

29

BAB 5

Kesimpulan dan Saran

5.1

Kesimpulan

1. Pada pengujian throughput UE pada saat menggunakan QoS mengalami pengurangan sekitar 50% di packet sent dibandingkan tanpa menggunakan QoS. Hal ini menunjukkan pengujian menggunakan DRR nilai pada packet sent lebih kecil/jelek dibandingkan tidak mengunakan DRR (QoS disable).

2. Pada pengujian delay nilai berkurang sesuai pertambahan delay antara UE dan eNB. Pada saat pengujian menggunakan DRR nilai lebih besar dibandingkan ketika tidak menggunakan DRR (QoS disable).

3. Pada pengujian jitter ketika terjadi pertambahan nilai delay antara UE dan eNB jitter mengalami penurunan nilai.

4. Algoritma DRR (Deficit Round Robin) dari sisi throughput bernilai buruk tetapi di sisi

delay dan jitter mempunyai nilai yang bagus karena menggunakan sistem pengaturan seperti kuantum dan deficit counter yang membuat setiap paket yang masuk diatur tanpa menunggu lama dan tidak tergantung data yang masuk duluan (seperti FIFO) sedangkan jitter dipengaruhi oleh variasi-variasi dalam panjang antrian maka algoritma DRR sangat cocok dalam penanganan panjang antrian dengan menerapkan kuantum dan counter.

5. Algoritma DRR (Deficit Round Robin) cocok pada penanganan delay dan jitter tetapi

tidak dapat menangani throughput, bisa dikatakan bahwa algoritma ini tidak cocok di-gunakan dalam sistem LTE.

5.2

Saran

1. Melakukan pengujian terhadap algoritma lainnya seperti algoritma DWRR yang merupakan pengembengan dari algoritma DRR.

2. Diperlukan penelitian lebih dalam dalam pengujian QOS.

3. Melakukan pada alat simulasi selain pada NS2 dikarenakan sedikit sekali pengembang NS2 melakukan simulasi di NS2,kebanyakan simulasi lain seperti NS3 lebih menekankan sekedar simulasi alur layer bukan menitik beratkan pada QoS.

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

(7)

Daftar Pustaka

[1] Alenazi, Saud Khlaif K. 2010. Analysis and Taxonomy of Network Quality of Service

(QOS) Concepts in the Long Term Evolution/System Architecture Evolution (LTE/SAE) System.University of Southern Queensland Faculty of Enginering and Surveying.

[2] Astutie, Davide .Packet Handling Seminar on Transport of Multimedia Streams in Wireless Internet. Unuversity if Helsinki

[3] Background : Mobile technology evolution, http://www.rsm.govt.nz/cms/policy-and-

planning/projects/recently-completed-work/cellular-rights/past-consultation-and- documents/submissions/cross-submissions/cross-submission-no-01/1-background-mobile-technology-evolution

[5] Dahlman, Erik. Parkvall, Stefan. Skold, Johan. Beming, Per. 2008. 3G Evolution: HSPA

and LTE for Mobile Broadband.Academic Press

[6] Kusumawardani, Renny Pradina, S.T., Nugroho, Septiaji Eko, S.T., MSc. Long Next

Generation of Mobile Communication Network. Institut Teknologi Bandung

[7] Long Term Evolution, http://anangss.blogspot.com/2010/03/lte-long-term-evolution.html

[8] Nikopaulos, Nikos. 2008. WiMAX MAC Scheduler Design & Extensible Simulation

Framework For Network Simulator (NS-2). Athens Information Technology

[9] Shah, S.H.A, Iqbal, Mudasar, Hussain, Tassadaq. 2009. COMPARISON BETWEEN

WiMAX AND 3GPP LTE. Blekinge Institute of Technology

[10] Siltanen, Jarmo .2007. ”Quality of Service and Dynamic Schedulling for Traffic Enginering

in Next Generation Network”, University of Jyvaskyla.

[11] ”3GPP LTE Channels and MAC Layer”, EventHelix.com Inc., 2009, White Paper [12] ”Long Term Evolution Protocol Overview”, freescale, 2008, White Paper

[13] ”Supporting Differentiated Service Classes : Queue Scheduling Disciplines”, Juniper Network, 2001, White Paper

Referensi

Dokumen terkait

Keadilan organisasional memiliki pengaruh terhadap PKO karena ketika persepsi karyawan terhadap tingkat keadilan organisasi baik, maka akan mendorong karyawan memiliki

ugalan, seperti yang dijawab informan dalam penelitian. Kemudian menurut peneliti, potensi bahaya yang datangnya dari pengendara kendaraan lainnya, bisa saja karena

Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri. Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi

Pernyataan mengenai keotentikan rekaman sesuai dengan format yang telah diberikan Salinan partitur dari setiap lagu yang dibawakan pada kompetisi sebanyak 5 rangkap Kartu

kerugian valuta asing yang belum direalisasi, dan semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Paragraf 7.9, Entitas melaporkan secara terpisah

Perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai,

Meskipun setiap lokasi memiliki keadaan f ē ngshu ĭ yang berbeda dan penataan interior yang tidak sama, namun pada dasarnya konsep penataan yang diterapkan adalah

Manajemen lingkungan pendidikan mempunyai arti yaitu, Suatu sistem pengelolaan dalam hal pendidikan sebagai suatu proses atau sistem organisasi dan