i
ISSN: 1693-7368
ISSN elektronik: 1907-9281
http://www.geocities.com/jurnalpend
JURNAL PENELITIAN
BIDANG ILMU PERTANIAN
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2013
BIDANG ILMU PERTANIAN
KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA
ii
Pembina:
Djohar Arifin, Ir., Dr., Prof. (Kopertis Wil. I) H. OK Nazaruddin Hisyam, Ir., MS. (USU)
Darma Bakti, Ir., MS., Dr., Prof. (USU) Bungaran Saragih, Ir., M.Ec., Dr., Prof. (IPB)
Iswandi Anas, Dr. (IPB) Budi Mulyanto, Ir., Dr. (IPB)
Nurita Taruan, Ir., Dr., (Balai Penelitian Perkebunan Bogor) Koordinator Kopertis Wilayah I
Sekretaris Kopertis Wilayah I Penanggung Jawab Basyaruddin, Ir., MS., Dr., Prof.
Ketua Dewan Redaksi Bilter A. Sirait, Ir., MS., Dr. Prof.
Redaksi Pelaksana Try Koryati, Ir., MP. Magdalena Saragih, Ir., MP.
M. Buchari Sibuea, Ir., MP. Anggota Redaksi
Meizal, Ir., MS. Erfan Wahyudi, Ir., MP.
Armaniar, Ir., MP. Noverita SV, Ir., MP. Nurhayati, Ir., MP., Dr. Wan Arfiani Barus, Ir., MP.
M. Idris, Ir., MP., Dr. Tumiar Sianturi, Ir., MS.
Zuhrawardi, Ir., MP. Nurdin Sitohang, Ir., MP.
Penerbit
Bidang Ilmu Pertanian Kopertis Wilayah I Alamat Redaksi
Jalan Setia Budi Gg. Sempurna T. Sari Medan Telepon: (061) 8214878, E-mail: [email protected]
Pencetak USU Press
Gedung F Jl. Universitas No. 9 Kampus USU, Medan, Indonesia Telp: (061) 821 3737, Fax: (061) 821 3737
iii
KATA PENGANTAR
Jurnal Penelitian Pertanian merupakan salah satu Program Kumpulan Dosen Bidang
Ilmu Pertanian Kopertis Wilayah I yang diterbitkan oleh Bidang Ilmu Pertanian Kopertis
Wilayah I berdasarkan S.K. Koordinator Kopertis Wilayah I Nomor 013/00.1.1./
HK/2003.
Jurnal Penelitian Pertanian merupakan publikasi ilmiah untuk menyebarluaskan
informasi hasil penelitian bidang pertanian Kopertis Wilayah I kepada para staf
pengajar dan mahasiswa se-Kopertis Wilayah I serta lembaga terkait khususnya di
Indonesia.
Jurnal Penelitian Pertanian mengandung artikel penelitian baik primer maupun
sekunder serta
review
dari para staf pengajar/peneliti/mahasiswa se-Kopertis Wilayah I
dan dari luar Kopertis Wilayah I. Terbit 3 (tiga) kali dalam setahun pada bulan
Desember, April, dan Agustus.
iv
JURNAL PENELITIAN
BIDANG ILMU PERTANIAN
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2013 ISSN: 1693-7368 ISSN elektronik: 1907-9281 http://www.geocities.com/jurnalpend
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... iii Daftar Isi ... iv Pengaruh NAA dan Kinetin Terhadap Pertumbuhan Tanaman Krisan (Dendranthema
grandiflora Tzelev Syn) Pada Media MS Secara Kultur In Vitro Aldywaridha,
Mahyuddin, dan Reza Maysa ...
58
Proses Pembuatan Dendeng Daging Buah Nangka Muda Menggunakan Beberapa
Bahan PengisiZukhrawardi Z ……….……..………...…….... 64
Potensi Mikroorganisme Selulotik dalam Mendekomposer Berbagai Residu Pertanian
Elli Afrida……..……… 70
Analisis Kandungan Centellosida Pegagan Deli Serdang dengan Umur Panen yang Berbeda Noverita Sprinse Vinolina, Justin A. Napitupulu, Marline Nainggolan
dan Luthfi A.M. Siregar…………...…..……….. 76
Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Varietas yang Berbeda Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Padi Sawah Indeks Pertanamna (IP) Padi 400 Pada Musim Tanam I Posma Marbun ...
84
Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt)
dengan Pemberian Pupuk Organik Cair dan Pemangkasan Daun Yaya Hasanah,
Sabar Ginting dan Ririn Fitriana Lubis………... 89
Uji Multilokasi Beberapa Genotipe Gandum (Triticum aestivum) di Dataran Tinggi
dan Dataran Rendah Sumatera Utara Dafni Mawar Tarigan dan Rosmayati…………. 95 Laju Pertumbuhan dan Asimilasi Bersih Dua Puluh Varietaskedelai (Glicine max(L)
JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 11, Nomor 2, Agustus 2013: 76 – 83 76
ANALISIS KANDUNGAN CENTELLOSIDA PEGAGAN DELI SERDANG
DENGAN UMUR PANEN YANG BERBEDA
Noverita Sprinse Vinolina
1, Justin A. Napitupulu
2, Marline Nainggolan
3dan Luthfi A.M. Siregar
21) Staf Pengajar Kopertis Wilayah I dpk Universitas Sisingamangaraja XII Medan 2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara
3) Staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Email: [email protected]
ABSTRAK
Salah satu tanaman liar yang dimanfaatkan dari alam secara luas adalah Centella asiatica. Demi kesinambungan tanaman obat dengan pemanenan yang berkelanjutan maka tanaman obat itu tidak hanya di panen dari alam tetapi juga perlu dibudidayakan sehingga diperolah kualitas yang seragam. Kandungan kimia yang sudah diketahui, antara lain: mengandung beberapa senyawa saponin, termasuk asiatikosida, madekasosida dan asam asiatik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan centellosida yaitu asiatikosida, madekasosida dan asam asiatik pada bagian atas (daun dan petiol) dan bagian bawah (akar dan sulur) dengan umur panen 8, 10 dan 12 MST pada pegagan asal dataran rendah Pantai Labu Deli Serdang dengan metode UFLC. Kandungan asiatikosida pada panen 8, 10 dan 12 MST lebih tinggi pada bagian akar dan sulur dibandingkan dengan pada daun dan petiol. Demikian pula kandungan madekasosida panen 10 dan 12 MST terdapat kandungan madekakosida lebih tinggi pada bagian akar dan sulur dibandingkan dengan pada daun dan petiol kecuali pada panen 8 MST terdapat kandungan madekakosida pada daun dan petiol lebih tinggi. Sedangkan kandungan asam asiatik pada panen 8, 10 dan 12 MST lebih tinggi pada bagian daun dan petiol dibandingkan pada akar dan sulur.
Kata kunci: Centella asiatica, asiatikosida, madekasosida dan asam asiatik PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dekade terakhir abad ke-20 terdapat kecenderungan secara global untuk kembali ke alam, berarti kembali ke tanaman obat tradisional. Kecenderungan ini sangat kuat pada negara-negara maju dan berpengaruh besar pada negara-negara berkembang. Mengingat tanaman obat bersifat kompleks dan organis, maka tanaman obat bisa disetarakan dengan makanan, yaitu suatu bahan yang dikonsumsi dengan maksud merekonstruksi organ atau sistem yang rusak pada tubuh (Januwati dan Yusron, 2005; Redaksi Herba, 2003; Redaksi Agromedia, 2008).
Tumbuhan pegagan masih
dikategorikan sebagai tumbuhan liar yang belum mengalami domestikasi. Kandungan kimia yang sudah diketahui, antara lain: mengandung
beberapa senyawa saponin, termasuk
asiatikosida (Matsuda, et al., 2001). Senyawa
bioaktif asiatikosida dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan berguna dalam pengobatan kusta dan TBC (Mangas, et al., 2006; Mangas, et al., 2008; Mangas, et al., 2009). Pegagan bersifat mendinginkan, memiliki fungsi membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing (diuretika), penurun panas (antipiretika), menghentikan pendarahan (haemostatika), meningkatkan syaraf memori, antibakteri, tonik, antispasma, antiinflamasi, hipotensis, insektisida, antialergi dan stimulan. Saponin juga dapat menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya keloid) (Mangas, et al., 2008).
Sampai saat ini pegagan masih dipanen
dari alam, dan untuk mendukung
pengembangan pegagan dalam skala luas perlu didukung dengan usaha budidaya dan untuk menghasilkan produk pegagan yang bermutu diperlukan bahan tanaman yang terjamin tingkat produksi dan mutunya (Ghulamahdi, dkk., 2007,
77 Analisis Kandungan Centellosida Pegagan Deli Serdang dengan Umur Panen yang Berbeda
(Noverita Sprinse Vinolina, Justin A. Napitupulu, Marline Nainggolan, dan Luthfi A.M. Siregar) Ghulamahdi, dkk., 2010, Noverita, Siregar dan
Napitipulu, 2012, Nurliana, dkk., 2008). Tumbuhan pegagan (Centella asiatica (L). Urban) sudah saatnya untuk dibudidayakan karena banyak jamu racikan yang rnengandung herba pegagan (Sembiring, 2007; Wijayakusuma dan Dalimartha, 2005; Winarto dan Surbakti, 2004). Kebutuhan pegagan (Centella asiatica) mencapai 100 ton, PT. Sidomuncul mencapai 2 – 3 ton/bln. Komoditas pegagan (Centella asiatica), termasuk herba liar yang tumbuh di pekarangan, kebun atau di bawah tegakan hutan. Kebutuhan akan pegagan pada pabrik lokal mencapai 25 ton per tahun dan yang sanggup dipasok hanya sebesar 4 ton per tahun. Tidak hanya tanaman liar yang masih diburu dari alam bebas, beberapa biofarmaka yang telah dibudidayakan pun banyak yang belum mampu memenuhi permintaan pasar domestik (Pusat Studi Biofarmaka IPB, 2005; Redaksi Herba, 2003).
Kendala-kendala yang dihadapi industri obat herbal (agromedisin) Indonesia adalah budidaya tanaman, masalah ketidakseragaman mutu bahan sehingga memberikan dampak pada mutu produk yang berbeda-beda, proses produksi, penelitian dan pengembangan produk maupun pemasarannya (Ghulamahdi, dkk., 2007; Sutardi, 2008; Nurliani dkk., 2008; Redaksi Herba. 2003).
Secara agribisnis, pegagan dapat dijadikan sebagai satu komoditas yang mempunyai prospek menjanjikan, hal ini disebabkan adanya indikasi positif bagi peluang
usaha biofarmaka, dimana permintaan
meningkat setiap tahunnya untuk kebutuhan obat di dalam negeri maupun ekspor ke luar negeri (Pusat Studi Biofarmaka IPB, 2005; Ghulamahdi, dkk., 2007; Redaksi Herba, 2003; Redaksi Agromedia, 2008).
Pada penelitian eksplorasi terhadap tumbuhan pegagan sebelumnya Noverita dan
Luthfi (2010), memperoleh kandungan
asiatikosida pada aksesi pegagan yang diuji berturut-turut sebagai berikut aksesi Pantai labu Deli Serdang (2,38%), Kabanjahe (1,43%), Medan (1,38%), Berastagi (1,38%), Samosir dengan naungan (0,28%) dan aksesi Samosir tanpa naungan (0,24%). Berdasarkan hasil survei tersebut, kandungan asiatikosida tertinggi terdapat pada pegagan dataran rendah yaitu aksesi Pantai Labu. Pada penelitian ini diperoleh ada kaitan unsur fosfor (P) terhadap kandungan asiatikosida pegagan. Hasil analisis kimia tanah, kandungan P pada tanah Pantai Labu Deli
Serdang 31,30 ppm (sangat tinggi), Medan 15,60 ppm (sedang), Kabanjahe 14,25 ppm (sedang), Samosir 9,97 ppm (sedang), dan Berastagi 3,03 ppm (rendah). Hal ini dikaitkan dengan senyawa fosfat yang kaya energi menjadi perantara fosforilasi transfer energi dalam proses pertumbuhan organ tanaman dan dalam menghasilkan metabolit sekunder (Kim, et al., 2010).
Waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan simplisia yang mengandung bahan berkhasiat yang optimal. Kandungan kimia dalam tumbuhan tidak sama sepanjang waktu dan akan mencapai kadar optimum pada waktu tertentu (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, 2010).
Kim et al., (2005) menunjukkan bahwa tingkat perkembangan mRNA CabAS (C. asiatica, -amyrin sintase) pada daun mencapai puncaknya di usia 2-3 minggu dan menurun setelah 4 minggu, akan tetapi, kandungan asiatikosida daun meningkat dari waktu ke waktu.
Produsen makanan kesehatan Herba Penawar Al-Wahida (HPA) seperti produk Health-B, pegagan yang digunakan cukup matang dan tidak terlalu tua, dipanen pada umur 2 bulan 15 hari, untuk mendapatkan kandungan bahan aktf yang tinggi (Herba Penawar Al-Wahida, 2011).
Bertitik tolak dari hal di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh pengaruh umur panen pegagan yang berbeda terhadap kandungan asiatikosida, madekasosida dan asam asitik. Dengan demikian dapat diketahui respon tanaman terhadap umur panen untuk memperoleh kandungan asiatikosida, madekasosida dan asam asitik pegagan yang tinggi.
1.2. Perumusan Masalah
1. Adanya bahan tanaman pegagan yang potensial dari Sumatera Utara.
2. Perlu ditelaah optimalisasi kandungan centellosida dengan umur panen yang berbeda.
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui umur panen yang tepat untuk memperoleh pegagan dengan kandungan centellosida (asiatikosida, madekasosida dan asam asitik) yang tinggi.
JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 11, Nomor 2, Agustus 2013: 76 – 83 78
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi teknik budidaya pegagan dengan umur panen yang tepat sehingga dihasilkan sediaan
herbal dengan kandungan asiatikosid,
madekasosida dan asam asitik tinggi yang bermanfaat untuk fitofarmaka.
1.5. Luaran Penelitian
Bahan tanaman yang potensial, memiliki
kandungan bahan aktif asiatikosida,
madekasosida dan asam asiatik yang tinggi. METODE PENELITIAN
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Syahmad Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang yang berada pada 3,55100 LU dan 98,87640 BT, ketinggian tempat 11 m di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai Januari 2013. 2.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah pegagan aksesi Pantai Labu Deli Serdang, pupuk TSP, Urea, KCl, methanol (gradient grade for liquid chromatography), acetonitril (gradient grade for liquid chromatography), 0,3% orthophosphoric acid, asiatikosida, madekasosida, asam asiatik diproduksi oleh Sigma Aldrich, aqua bidestilata steril.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah timbangan digital, tampah, kantong plastik, kamera digital, UFLC Shimadzu DGU-20A3, LC-20AD, CBM-20 A, SIL-20A HT, SPD-M20A, CTO-20A, software Lc Solution, GPS 12 XL 12 channel Garmin, USA, peralatan pengolahan tanah, meteran, dan lain-lain.
2.3. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan diawali dengan pengambilan contoh tanah untuk analisis kimia tanah di Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Kegiatan dilanjutkan dengan pembersihan lahan dari gulma dan pengolahan tanah. Selanjutnya dibuat petakan dengan ukuran 1,0 m x 1,0 m sebanyak 108 petakan dengan luas lahan 200 m2. Jarak antar blok 100 cm, jarak antar petak utama 100 cm dan jarak antar plot 50 cm.
Pengapuran dilakukan satu minggu sebelum penanaman untuk menaikkan pH dari
5,5 ke 6 berdasarkan hasil analisis tanah. Jumlah dolomit yang diberikan ke tanah adalah 1,5 ton/ha atau 150 g/plot.
Bahan tanaman yang digunakan yaitu bibit pegagan aksesi Pantai Labu Deli Serdang. Tanaman induk ditumbuhkan selama dua setengah bulan sampai membentuk stolon dimana stolon ini yang akan digunakan sebagai bibit. Bahan tanaman yang digunakan adalah stolon 1 yang telah memiliki akar yang telah tertanam di tanah dengan tujuan untuk menghasilkan keseragaman bibit. Jarak tanam yang digunakan saat persiapan bahan tanaman untuk memperoleh stolon 1 adalah 40 cm x 40 cm.
Penanaman dilakukan dengan
meninggalkan stolon 1 yang ada pada tiap plot sedangkan tanaman induk dan stolon lainnya dibongkar. Populasi tanaman pada satu petakan adalah 4 tanaman, sehingga jumlah bibit yang ditanam adalah 432 bibit.
Pemupukan dilakukan saat penanaman dengan dosis P sesuai perlakuan, sepertiga dosis Urea 300 kg/ha dan dosis KCl 220 kg/ha. Pupuk diaplikasikan pada larikan di sekitar lubang tanam. Pada saat tanaman berumur 20 dan 40 hari setelah tanam (HST) dilakukan pemupukan Urea kembali.
Pemeliharaan yang dilakukan adalah
penyiraman, penyulaman tanaman dan
penyiangan gulma. Penyiraman dilakukan pada sore hari dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Penyulaman dilakukan 2 minggu setelah tanam. Penyiangan gulma dilakukan tiap hari secara manual yaitu dengan mencabut langsung dengan tangan.
Panen dilakukan sekaligus sesuai dengan perlakuan yaitu panen saat umur tanaman 8 MST, 10 MST dan 12 MST dengan cara membongkar semua bagian tanaman.
2.4. Uji kandungan asiatikosida,
madekasosida dan asam asiatik
Uji kandungan asiatikosida,
madekasosida dan asam asiatik daun pegagan yang dilakukan setelah panen untuk mengetahui tahap akumulasi asiatikosida, madekasosida dan asam asiatik di bagian atas (daun dan petiol) dan bagian bawah (akar dan stolon). Tahapan analisis asiatikosida, madekasosida dan asam asiatik yang dilaksanakan di laboratorium
79 Analisis Kandungan Centellosida Pegagan Deli Serdang dengan Umur Panen yang Berbeda
(Noverita Sprinse Vinolina, Justin A. Napitupulu, Marline Nainggolan, dan Luthfi A.M. Siregar) Farmasi USU:
1. Serbuk pegagan digunakan sebanyak 0,2 g.
2. Tambahkan 4 ml methanol 90% (90 methanol : 10 air).
3. Untuk pencampuran letakkan di shaker sedikitnya selama 5 jam.
4. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring Whatman nomor 1.
5. Evaporasikan cairan dengan
menggunakan waterbath pada suhu 50oC
6. Berikutnya akan dihasilkan material berwarna coklat dan campur dengan 1 ml methanol 90% sampai benar-benar larut.
7. Saring campuran tersebut dengan menggunakan filter PTFE 0,22 µM. 8. Simpan filtrat untuk analisis UFLC;
sebanyak 20 µl untuk tiap injeksi UFLC. 9. Kolom C18, absorban 254 uv detektor :
UV,
10.Larutan standar asiatikosida,
madekasosida dan asam asiatik masing-masing 1mg/ml.
Gambar 1. Tahapan Kerja untuk Uji Kandungan Asiatikosida, Madekasosida dan Asam Asiatik dengan UFLC
HASIL
Hasil analisis zat bioaktif pegagan dengan UFLC terhadap pegagan dengan masing-masing umur panen 8, 10 dan 12 MST diperoleh sebagai berikut:
Tabel 1. Kandungan Asiatikosida (µg/ml) pada daun dan petiol serta akar dan sulur
Panen daun dan petiol (µg/ml) Rataan akar dan sulur (µg/ml) Rataan
I II III I II III
8 Minggu 0,840 4,030 2,117 2,329 10,562 22,724 30,376 21,221
10 minggu 5,188 9,936 5,257 6,794 0,000 7,345 17,258 8,201
12 Minggu 13,951 13,298 7,957 11,735 17,934 10,628 17,385 15,316 Tabel 2. Kandungan Madekasosida pada daun dan petiol serta akar dan sulur
Panen daun dan petiol (µg/ml) Rataan akar dan sulur (µg/ml) Rataan
I II III I II III
8 minggu 42,088 28,437 47,574 39,366 68,490 19,492 1,442 29,808 10 minggu 5,097 41,273 45,374 30,581 103,249 43,407 0,457 49,038 12 minggu 56,694 59,897 18,133 44,908 97,971 94,205 2,643 64,940 Tabel 3. Kandungan Asam Asiatik pada daun dan petiol
Perlakuan daun dan petiol (µg/ml) Rataan akar dan sulur (µg/ml) Rataan
I II III I II III
8 minggu 276,235 641,890 653,531 523,885 16,500 1,202 16,172 11,291
10 minggu 380,028 788,838 620,823 596,563 23,179 0,673 0,932 8,261
JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 11, Nomor 2, Agustus 2013: 76 – 83 80
Pembahasan
Tumbuhan pegagan masih
dikategorikan sebagai tumbuhan liar yang belum mengalami domestikasi. Di negara-negara seperti Jepang, Cina, Taiwan, Hongkong, Korea dan negara-negara Timur lain sangat peduli untuk melakukan konservasi tanaman obat.
Jepang memberi perhatian terhadap
kesinambungan tanaman obat dan aromatik serta berusaha untuk pemanenan tanaman obat yang berkelanjutan. Salah satu tanaman liar yang dimanfaatkan dari alam secara luas adalah
Centella asiatica. Dengan penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa baik bagian daun dan petiol ataupun akar dan sulur
masing-masing terdapat kandungan bioaktif
(asiatikosida, madekasosida dan asam asiatik) yang sangat bermanfaat terutama untuk kesehatan.
Kesinambungan tanaman obat dan aromatik ini perlu dibudidayakan untuk pemanenan tanaman obat yang berkelanjutan sehingga tanaman obat itu tidak hanya di panen dari alam tetapi juga dibudidayakan sehingga diperoleh kualitas yang seragam dan kita juga masih dapat mewariskan tanaman ini untuk dikenal generasi selanjutnya. Bila hanya dipanen dari alam maka akan menyebabkan musnahnya tanaman ini apalagi jika dilakukan eklploitasi secara besar-besaran karena permintaan ynag cukup tinggi. Budidaya dilakukan agar tidak terjadi musnahnya plasma nutfah atau keragaman genetik yang ada di alam sehingga terjadi keseimbangan di alam.
Kandungan kimia yang sudah diketahui, antara lain: mengandung beberapa senyawa saponin, termasuk asiatikosida, madekasosida dan asam asiatik yang sangat bermanfaaat. Penelitian kandungan bioaktif asiatikosida, madekasosida dan asam asiatik pada bagian atas (daun dan petiol) dan bagian bawah (akar dan sulur) dengan umur panen 8, 10 dan 12 MST pada pegagan asal dataran rendah Pantai Labu Deli Serdang diketahui bahwa untuk umur panen tertentu, diperoleh kandungan yang berbeda. Kandungan asiatikosida pada panen 8, 10 dan 12 MST lebih tinggi pada bagian akar dan sulur dibandingkan dengan pada daun dan petiol. Demikian pula kandungan madekasosida panen 10 dan 12 MST terdapat kandungan madekakosida lebih tinggi pada bagian akar dan sulur dibandingkan dengan pada daun dan
petiol kecuali pada panen 8 MST terdapat kandungan madekakosida pada daun dan petiol lebih tinggi. Sedangkan kandungan asam asiatik pada panen 8, 10 dan 12 MST lebih tinggi pada bagian daun dan petiol dibandingkan pada akar dan sulur. Kandungan bioaktif yang terkandung dalam pegagan liar ini sangat berkhasiat untuk berbagai penyakit. Kesimpulan
Umur panen yang terbaik tergantung pada zat bioaktif (asiatikosida, madekasosida dan asam asiatik) yang diinginkan. Pemanenan dapat dilakukan pada bagian atas (daun dan petiol) maupun bagian bawah (akar dan sulur). Saran
Perlu dilakukan uji lanjut pada berbagai lokasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asian Scientist. 2012. Japanese-India Exchange to Promote Sustainable Trade in Medicinal Plants. By admin - Monday, February 13, 2012.
Aziz, Z.A, M.R. Davey, J.B.Power, P. Anthony, R.M.Smith and K.C.Lowe. 2007. Production of Asiatikosida And Madekasosida In Centella asitica In Vitro and In Vivo. Plant Sciences Division, School of Biosciences, University of Nottingham,UK. Biologia Plantarum 51(1): 34-42.
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 2010. Teknologi Penyiapan Simplisia Terstandar Tanaman Obat, Bogor.
Bonfill, M., Susana Mangas, Elisabeth Moyano, Rosa M. Cusido, Javier Palazo´n. 2011. Production of Centellosides and Phytosterols In Cell Suspension Cultures of Centella asiatica. Plant Cell Tiss Organ Cult 104: 61–67.
Cottenie, A (1980). Soil and Plant Testing as a Basis of Fertilizer Recommendations. Soil Bulletin No. 38/2 FAO, Rome. Depkes RI. 1977. Materia Medika Indonesia. Jilid
I. Jakarta.
Depkes RI. 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta: Ditjen POM.
Duke.J. 2005. Phytochemical and Etnobotanical Databases. Beltsuille Agricultural
81 Analisis Kandungan Centellosida Pegagan Deli Serdang dengan Umur Panen yang Berbeda
(Noverita Sprinse Vinolina, Justin A. Napitupulu, Marline Nainggolan, dan Luthfi A.M. Siregar) Researah Center, Maryland.
Farnsworth, Norman R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants. Volume 55, Number 3.
Ghulamahdi, M., Sandra Arifin Aziz dan Nurliani Bermawie. 2007. Evaluasi Karakter Morfologi Fisiologi dan Genetik Pegagan Mendukung Standarisasi Mutu Pegagan. Lab Balai Besar dan Pengembangan Pasca Panen, Lab PSPT IPB, Lab Pusat Studi Biofarmaka IPB Lab Tanah IPB.
Ghulamahdi, M., Sandra Arifin Aziz, Nurliani Bermawie dan Octivia Trisilawati. 2010. Studi Penyiapan Standar Operasional Prosedur Budidaya untuk Produksi Bioaktif Mendukung Standarisasi Mutu Pegagan. Repository IPB.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia,
Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Dr. Kosasih Patmawinata dan Dr. Iwang Soediro. Penerbit ITB, Bandung.
Harborne, J.B. 1995. Metode Fitokimia MMI jilid VI. Penerbit ITB, Bandung.
Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale, and W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and Fertilizers: An Introduction to Nutrient Management. Pearson Prentice Hall, New Jersey.
Herba Penawar Al-Wahida. 2011. Health-B. HPA, Malaysia.
Hernandez, Liliana-Vazquez, Mercedes Bonfill, Elisabeth Moyano, Rosa M. Cusido, Arturo Navarro-Ocana, Javier Palazon, 2010. Conversion of α-amryn into Centellosides by Plant Cell Cultures of
Centella asiatica. Biotechnol Lett 32: 315 – 319.
Intisari. 2001. Pegagan Gantinya Ginko Biloba. Edisi Mei 2001.
James, Jacinda T. and Ian A. Dubery. 2009. Pentacyclic Triterpenoids from the Medicinal Herb, Centella asiatica (L.) Urban. Review. Molecules 14: 3922-3941
Januwati, M. dan M. Yusron. 2005. Budidaya Tanaman Pegagan. Balai penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatika.
Kaziulin, A.N., Petukhov A.B. Kucheriavy. 2006. Efficiency of Includes of Bioactive Substances in Diet of Patient with
Hepatic Encephalopathy. Vopr Pitan. 75(2): 40-44.
Kim, O.T., M.Y. Kim, M.H.Hong (2004). Stimulation of Asiaticoside in The Whole Plant Cultures of Centella asiatica (L)
Urban by Elicitors. Physiology and Biochemistry 23: 339-344.
Kim, O.T., M.Y. Kim, Sung-Jin Hwang, Jun-Cheul Ahn and Baik Hwang. 2005. Cloning and Molecular Analysis of cDNA Encoding Cycloartenol Syntase from Centella asiatica (L.) Urban.
Biotechnology and Bioprocess
Engineering 10: 16-22.
Kumar, MHV and YK Gupta. 2003. Effect of Centella asiatica on Cognition and
Oxidative Stress in an
Intracerebroventricular Streptozotocin Model of Alzheimer’s Disease in Rats. Clinical and Experimental Pharmacology and Physiology 30: 336-342.
Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lambert, E., Ahmad Faizal and Danny Geelen. 2011. Modulation of Triterpene Saponin Production: In Vitro Cultures, Elicitation, and Metabolic Engineering. Appl Biochem Biotechnology.
Li, Yan and Robert C. G. Martin II. 2010. Herbal
Medicine and Hepatocellular
Carcinoma: Applications and
Challenges (Review). eCAM Advance Access published May 5, 2010 (1-13). Jain, Prateek K. and Ram K. Agrawal. 2008.
High Performance Liquid
Chromatographic Analysis of
Asiaticoside in Centella asiatica (L.) Urban. Chiang Mai J. Sci. 2008; 35(3) : 521-525.
Makin, H.L. 1977. Biochemistry of Steroids Hormones. Nlack Well Scientific Oxford, London.
Maldoni, B. 1991. Alkaloids: Isolation and Purication. Universidad Nacional del Sur, Bahia blanca, Argentina. Journal Chemical Education, Volumen 68 Numero 8.
Mannito, P. 1981. Biosynthesis of Natural Products. Terjemahan PG Sammes. Chicster Ellis Horwood Ltd.
Mangas, S., Merce Bonfill, Lidia Osuna, Elisabeth Moyano, Jaime Tortoriello, Rosa M. Cusido, M. Teresa Pin˜ol,
JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 11, Nomor 2, Agustus 2013: 76 – 83 82
Javier Palazo´n. 2006. The Efect of Methyl Jasmonate on Triterpene and Sterol Metabolisms of Centella asiatica, Ruscus aculeatus And Galphimia glauca
Cultured Plants. Phytochemistry 67: 2041-2049.
Mangas, S., Elisabeth Moyano, Lidia Osuna, Rosa M. Cusido, Mercedes Bonfill, Javier Palazo. 2008. Triterpenoid Saponin Content and The Expression Level of Some Related Genes In Calli of
Centella asiatica. Lett 30:1853-1859. Mangas S., Moyano E., Hernandez-Vazquez L.
and Bonfill M. 2009. Centella asiatica
(L) Urban: An Updated Approach Terpenoids. Editors: Javier Palazón and Rosa M. Cusidó 1Laboratorio de Fisiología Vegetal, Facultad de Farmacia, Universidad de Barcelona, 08028 Barcelona, Spain. Departament de Ciencies Experimentals.
Matsuda H., Morikawa T., Ueda H. 2001. Medicinal Foodstuffs. XXVII. Saponin Constituents of Gotu Kola (2): Structures of New Ursane- and Oleanane-Type Triterpene Oligoglycosides,
Centellasaponins B, C, and D, From
Centella asiatica Cultivated In Sri Lanka. J.Chem Pharm Bull (Tokyo) 49(10): 1368-1371.
Mengel, Konrad and Ernest A. Kirkby. 1982. 3rd Edition. Principles of Plant Nutrition. Publisher: International Potash Institute, Switzerland. 653 pages.
Mercè Bonfill, Susana Mangas, Rosa M Cusidó, Lidia Osuna, M. Teresa Piñol and Javier Palazón. 2006.
Identification of Triterpenoid
Compounds of Centella asiatica By Thin-Layer Chromatography and Mass Spectrometry. Biomed. Chromatography 20: 151-153.
Munduvelil TT, Rajani K, Anil JJ, Sreeja PC, Paravanparampil JM, Mathew D and
Sabulal B. 2010. Elite
genotypes/chemotypes, with high
contents of madecassoside and
asiaticoside, from sixty accessions of Centella asiatica of south India and the Andaman Islands: for cultivation and utility in cosmetic and herbal drug applications. Industrial Crops and Products 32: 545–550.
Natalini, Nova K., Edy D., Jauhari Kusumah dan Putri Karina Lailani. 2009. Analisis Fitokimia dan Penampilan Polapita Protein Tanaman Pegagan (Centella asiatica) Hasil Konservasi In Vitro. Bul. Littro 20(1) : 11 -20.
Noverita, S. V. 2006. Pengaruh Pemberian Dosis Kompos dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair Lengkap Super ACI terhadap
Pertumbuhan Tanaman Pegagan
(Centella asiatica L.). Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian 4 (3): 141-150. Noverita, S. V. 2010. Kandungan Metabolit
Sekunder pada Tanaman Pegagan (Centella asiatica L.). Akademia 14 (1) : 57-62.
Noverita, S. V., Luthfi M. Siregar and J.A. Napitupulu. 2012. Morphology of leaves and content of secondary metabolites asiaticoside in some accession of Pegagan (Centella asiatica l. Urban) in North Sumatera. Proceedings The 2nd Annual International Conference In conjunction with The 8th IMT-GT UNINET Bioscienes Conference, Life Sciences Chapter, ISSN : 2089 – 208X (200-205).
Noverita, S. V. dan Marline Nainggolan. 2012. Kandungan Asiatikosida dan Uji Fitokimia Daun Pegagan. Prosiding Seminar Nasional Farmasi 2012. Peranan Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan. ISBN: 978-602-8892-72-8. Nurliani Bermawie, Susi Purwiyanti dan
Mardiana. 2008. Keragaan Sifat Morfologi, Hasil dan Mutu Plasmanutfah Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.). Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bul. Littro. 19 (1): 1 – 17. Nyakpa, Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G.
Amrah, A. Munawar. B.H. Go, dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung, Bandar Lampung. Osborne D.J. and McManus M.T. 2005.
Hormones, Signals, and Target Cells In
Plant Development. Cambridge
University Press, Cambridge. Hal. 22-23.
Parthier, B. 1990. Jasmonates: Hormonal Regulators of Stress Factors In Leaf Senescence. J of Plant Growth Regulation 9: 57-63.
83 Analisis Kandungan Centellosida Pegagan Deli Serdang dengan Umur Panen yang Berbeda
(Noverita Sprinse Vinolina, Justin A. Napitupulu, Marline Nainggolan, dan Luthfi A.M. Siregar) Pusat Studi Biofarmaka. 2005. Pasar Domestik
dan Ekspor Produk Tanaman Obat. IPB-Bogor.
Redaksi Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat 431 Jenis Tanaman Penggempur Aneka Penyakit. Pembaca ahli dr. Prapti Utami. Penerbit PT Agromedia Pustaka, Jakarta. 332 halaman.
Redaksi Herba. 2003. Peluang Pengembangan Fitofarmaka Indonesia Menilik Pasar Global. Majalah Herba Edisi 8 Februari-Maret 2003.
Redaksi Karyasari. Materi Pelatihan Profesional Tanaman Obat (Kelas Profesional) 1 Penyakit dan Pengobatannya (Edisi
Baru). Yayasan Pengembangan
Tanaman Obat Karyasari, Jakarta. 77 halaman.
Redaksi Karyasari. Materi Pelatihan Profesional Tanaman Obat (Kelas Profesional) 2 Tanaman Obat (Edisi Baru). Yayasan
Pengembangan Tanaman Obat
Karyasari, Jakarta. 118 halaman. Reinbothe, Christiane, Armin Springer, Iga Samol
and Steffen Reinbothe. 2009. Plant Oxylipins: Role of Jasmonic Acid During Programmed Cell Death, Defence and Leaf Senescence. FEBS Journal 276 : 4666–4681.
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB, Bandung. Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan. Jilid 3. Terjemahan dari: Plant Physiology. Penerjemah: D.R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung.
Sembiring, Bagem. 2007. Warta Puslitbangbun Vol.13 No. 2, Agustus 2007.
Skopin´ska-Ro´zewska E, Furmanowa M., Guzewska J., Sokolnicka I., Sommer E., Bany J. 2002. The Effect of Centella asiatica, Echinacea purpurea and
Melaleuca alternifolia on Cellular Immunity In Mice. Central Eur J. Immunol 27:142–148.
Sutardi, 2008. Kajian Waktu Panen dan
Pemupukan Fosfor terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Asiatikosida Tanaman Pegagan (Centella Asiatica L. Urban) di Dataran Tinggi. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4th Edition. Mcmillan Publishing Company. New York.
Vickery, Margaret L. and Brian Vickery, 1981, Secondary Plant Metabolism, University Park Press, Baltimore. Tim
Kimia Organik. 2007. Penuntun
Praktikum Kimia Organik II. Padang : FMIPA UNP.
WHO. 1990. WHO Monograph on Selected Medicinal Plants. Geneva: World Health Organization. 9241545178.
Wijayanti, K. 2007. Keragaan Tiga Nomor Harapan Pegagan (Centella asiatica
L.(Urban)) Berdasarkan Pertumbuhan, Produktivitas, dan Mutu Simplisia pada Perlakuan Naungan (Skripsi). Fakultas Pertanian. IPB.
Winarto, WP dan Maria Surbakti. 2004. Khasiat dan Manfaat Pegagan, Tanaman Penambah Daya Ingat. Agromedia Pustaka, Jakarta. 64 halaman.
Yendo, Anna C.A., Fernanda de Costa, Grace Gosmann, Arthur G. Fett-Neto. 2010.
Production of Plant Bioactive
Triterpenoid Saponins: Elicitation Strategies and Target Genes to Improve Yields. Mol Biotechnol 46: 94–104. Zhang QG, Wang L, Lv L, Wang WD and Lin H.
2003. Effects of madecassoside on cell proliferation and synthesis of collagen type I and type II in cultured human skin fibroblast. Jiangsu Medical Journal 29: 91–93.
Zhang LL, Wang HS, Yao QQ, Luan Y and Wang XL. 2007. Determination of asiaticoside and madecassoside in Centella asiatica (L.) Urb. by RP‐HPLC. Chinese Traditional and Herbal Drugs 38: 455–456.
ZHENG, Cheng-jian and Lu-ping QIN. 2007. Chemical Components of Centella asiatica and Their Bioactivities. Journal of Chinese Integrative Medicine, Vol.5(3): 348-351.