• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR BERDASARKAN CURAH HUJAN KABUPATEN SAMPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR BERDASARKAN CURAH HUJAN KABUPATEN SAMPANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR

BERDASARKAN CURAH HUJAN KABUPATEN SAMPANG

Samadi1,Muhsi2, Mohammad Gunawan3

1

Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Islam Madura2 Jl. PP. Miftahul Ulum Bettet, Pamekasan 69351, Madura

Tlp.085330468851

E-mail: segudangrindu34@gmail.com

ABSTRAKS

Salah satu penyebab terjadinya banjir adalah hujan.Pada musim penghujan sering terjadi banjir di beberapa wilayah diKabupaten Sampang Jawa Timur, hal ini mengakibatkan kerugian bagimasyarakat yang terkena bencana banjir tersebut baik berupa korban jiwa maupunharta.Kejadian banjir di Kabupaten Sampang ini sering terjadi setiap tahunpada waktu musim penghujan.Banjir yang terjadi di Kabupaten Sampang dikarenakan oleh air hujan yang tidak dapat diserap oleh tanah dan karena ketinggian lahan yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lainnya.Mengingat kejadian banjir mengakibatkan kerugian yang besar maka perluadanya kajian untuk menganalisa potensi rawan banjir di wilayah KabupatenSampang berdasarkan curah hujan.Penentuan zona daerah rawan banjir menggunakan data curah hujan yang ada di kabupaten Sampang. Adanya suatu system yang dapat terintegrasi dan tersusun dalam suatu SIG secara digital akan mampu memberikan gambaran yang lebih nyata tentang curah hujan di kabupaten Sampang sehingga dapat dilakukan antisipasi untuk mencegah banjir

.

Kata kunci : Curah hujan, Pemetaan, Sampang, Sistem Informasi Geografis

1. PENDAHULUAN

Bencana banjir merupakan kejadian alam yang sulit diduga karena datang secara tiba–tiba dengan periodisitas yang tidak menentu, kecuali daerah– daerah yang sudah menjadi langganan terjadinya banjir tahunan. Secara umum banjir adalah peristiwa dimana daratan yang biasanya kering (bukan daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi wilayah yang rendah hingga cekungan.

Terjadinya bencana banjir juga disebabkan oleh rendahnya kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan tanah tidak mampu lagi menyerap air. Selain itu terjadinya banjir dapat disebabkan oleh limpahan air permukaan (runoff)

yang meluap dan volumenya melebihi kapasitas pengairan sistem drainase atau system aliran sungai.

Salah satu penyebab terjadinya banjir adalah hujan. Pada musim penghujan sering terjadi banjir di beberapa wilayah di Kabupaten Sampang Jawa Timur, hal ini mengakibatkan kerugian bagi masyarakat yang terkena bencana banjir tersebut baik berupa korban jiwa maupun harta. Kejadian banjir di Kabupaten Sampang ini sering terjadi setiap tahun pada waktu musim penghujan. Kejadian banjir terbesar di Kabupaten Sampang terjadi pada Desember 2000, kejadian banjir tersebut menimbulkan terendamnya ribuan hektar areal pertanian dan ribuan rumah warga. Banjir yang terjadi di Kabupaten Sampang dikarenakan oleh air hujan yang tidak dapat diserap oleh tanah dan karena ketinggian lahan yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lainnya.

Mengingat kejadian banjir mengakibatkan kerugian yang besar maka perlu adanya kajian untuk menganalisa potensi rawan banjir di wilayah Kabupaten Sampang berdasarkan curah hujan. Penentuan zona daerah rawan banjir menggunakan data curah hujan yang ada di kabupaten Sampang. Adanya suatu system yang dapat terintegrasi dan tersusun dalam suatu SIG secara digital akan mampu memberikan gambaran yang lebih nyata tentang curah hujan di kabupaten Sampang sehingga dapat dilakukan antisipasi untuk mencegah banjir.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem informasi

Computer Based Information Sistem (CBIS) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut juga Sistem Informasi Berbasis Komputer merupakan sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan. Sistem Informasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah “computer-based” atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer. Sistem Informasi ―berbasis komputer‖ mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi (sumber : anonim, 2009).

Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya.Tetapi pada prakteknya tidak mungkin sistem informasi yang sangat kompleks itu dapat berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer.Sistem Informasi merupakan

(2)

sistem pembangkit informasi. Dengan integrasi yang dimiliki antar subsistemnya, sistem informasi akan mampu menyediakan informasi yang berkualitas, tepat, cepat dan akurat sesuai dengan manajemen yang membutuhkannya.

2.2 Data

Menurut berbagai kamus bahasa Inggris-Indonesia, data diterjemahkan sebagai istilah yang berasal dari kata ―datum‖ yang berarti fakta atau

bahan-bahan keterangan.Data merupakan deskripsi dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi.Data adalah fakta yang jelas lingkup, tempat, dan waktunya.Data diperoleh dari sumber data primer atau sekunder dalam bentuk berita tertulis atau sinyal elektronis. Jadi pada intinya, data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan merupakan kesatuan nyata yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar suatu informasi.. 2.3 Sistem

Sistem adalah kumpulan dari beberapa elemen yang saling berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu. Elemen-elemen yang mewakili suatu sistem secara umum adalah masukan (input), pengolahan

(processing) dan keluaran (output). Elemen-elemen sistem secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 0.77 Elemen- elemen sistem (Sumber : anonim, 2009).

Sistem mempunyai karakteristik atau sifat – sifat tertentu, yaitu :

1. Komponen Sistem 2. Batasan Sistem

3. Lingkungan Luar Sistem 4. Penghubung Sistem 5. Masukan Sistem 6. Keluaran Sistem 7. Pengolahan Sistem 8. Sasaran Sistem 2.4 Informasi

Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna dan menjadi berarti bagi penerimanya. Kegunaan informasi adalah untuk mengurangi ketidakpastian di dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut. Kualitas informasi

sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh beberapa hal yaitu :

a. Relevan (Relevancy).

b. Akurat (Accurancy).

c. Tepat waktu (Time liness).

d. Ekonomis (Economy).

e. Efisien (Efficiency).

f. Ketersediaan (Availability).

g. Dapat dipercaya (Reliability).

h. Konsisten

2.5 Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Georafis atau Georaphic Information Sistem (GIS) merupakan suatu sistem informasi yang berbasiskomputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yangmemiliki informasi spasial (bereferensi keruangan).Sistem ini mengcapture,mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa,dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepadakondisi bumi.Teknologi sistem informasi geografis mengintegrasikan operasi-operasi umumdatabase, seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuanvisualisasi dan analisa yang unik yang dimiliki oleh pemetaan.

Kemampuan inilah yang membedakan sistem informasi geografis dengan Sistem Informasi lainya yang membuatnya menjadi berguna berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang terjadi.

Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan namaData Banks for Develompment (Rais, 2005). Munculnya istilah Sistem Informasi Geografis seperti sekarang ini setelah dicetuskan oleh General Assembly dari InternationalGeographical Union di Ottawa Kanada pada tahun 1967.Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS-SIG Kanada), digunakan untuk menyimpan, menganalisa dan mengolah data yang dikumpulkan untuk inventarisasi Tanah Kanada (CLI-Canadian Land Inventory) sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan. Kanada dengan memetakan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Sejak saat itu Sistem Informasi Geografis berkembang di beberapa benua terutama Benua Amerika, BenuaEropa, Benua Australia, dan Benua Asia.Seperti di Negara-negara yang lain, di Indonesia pengembangan sistem informasi geografis dimulai di lingkungan pemerintahan dan militer.Perkembangan sistem informasi geografis menjadi pesat semenjak di ditunjang oleh sumberdaya yang bergerak di lingkungan akademis (kampus).

(3)

2.6 Ruang Lingkup Sistem Informasi Geografis( SIG)

Pada dasarnya pada sistem informasi geografis terdapat empat proses yaitu:

1 Input Data

Proses input data digunakan untuk menginputkan data spasial dan data non-spasial. Data spasial biasanya berupa peta analog. Untuk sistem informasi geografis harus menggunakan peta digital sehingga peta analog tersebut harus dikonversi ke dalam bentuk peta digital dengan menggunakan alat digitizer. Selain proses digitasi dapat juga dilakukan proses overlay dengan melakukan proses scanning pada peta analog.

2 Manipulasi Data

Tipe data yang diperlukan oleh suatu bagian sistem informasi geografis mungkin perlu dimanipulasi agar sesuai dengan sistem yang dipergunakan. Oleh karena itu sistem informasi geografis mampu melakukan fungsi edit baik untuk data spasial maupun non-spasial.

3 Manajemen Data

Setelah data spasial dimasukkan maka proses selanjutnya adalah pengolahan data non-spasial. Pengolaha data non-spasial meliputi penggunaan DBMS untuk menyimpan data yang memiliki ukuran besar.

4 Query dan Analisis

Query adalah proses analisis yang dilakukan secara tabular. Secara fundamental sistem informasi geografis dapat melakukan dua jenis analisis, yaitu:

i. Analisis Proximity

Analisis Proximity merupakan analisis geografi yang berbasis pada jarak antar layer. Sistem informasi geografis menggunakan proses buffering (membangun lapisan pendukung di sekitar layer dalam jarak tertentu) untuk menentukan dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada. ii. Analisis Overlay

Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan secara fisik.

iii. Visualisasi

Untuk beberapa tipe operasi geografis, hasil akhir terbaik diwujudkan dalam peta atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan memberikan informasi geografis.

2.7 Manfaat sistem pendukung keputusan 1. Manajemen tata guna lahan

2. Inventarisasi sumber daya alam

3. Untuk pengawasan daerah bencana alam 4. Bagi perencanaan Wilayah dan Kota.

2.8 Pemetaan

Menurut Chen dalam Ristiyono (2008: 21) bahwa ―peta ilmu pengetahuan menggambarkan suatu hubungan ruang antara batas penelitian dalam bidang kegiatan yang signifikan, juga dimana bidang penelitian itu didistribusikan serta dapat memberikan makna dari hubungan tersebut‖. Peta ilmu pengetahuan dapat menggambarkan dan memberikan makna dari hubungan ruang antara batas penelitian yang bidang kegiatannya signifikan dan bidang kegiatan tersebut dapat didistribusikan. Peta Ilmu pengetahuan tidak hanya merupakan suatu alat yang praktis untuk menyampaikan informasi mengenai aktivitas ilmiah, tetapi juga dapat dijadikan sebagai suatu dasar untuk mengkaji atau memahami aktivitas ilmiah dengan menggambarkannya secara tersusun dan terstruktur. Visualisasi ilmu pengetahuan dapat diwujudkan dalam bentuk peta, sehingga muncullah bidang pemetaan ilmu pengetahuan atau knowledge mapping. Pemetaan ilmu pengetahuan dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yang terkait erat dengan subjek dokumen.

Menurut Sulistyo-Basuki (2002:1) bahwa ―pemetaan pengetahuan dapat dilakukan dengan bentuk pemetaan kronologis, pemetaan berbasis co-word, pemetaan kognitif dan pemetaan‖. Dari pendapat Sulistyo-Basuki tersebut dapat diketahui pemetaan pengetahuan terdiri dari 4 (empat) bentuk yakni kronologis, berbasis co-word, kognitif dan konseptual.

2.9 Curah Hujan

Hujan merupakan salah satu fenomena alam yang terdapat dalam siklus hidrologi dan sangat dipengaruhi iklim.Keberadaan hujan sangat penting dalam kehidupan, karena hujan dapat mencukupi kebutuhan air yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup.

Hujan merupakan gejala meteorologi dan juga unsur klimatologi.Hujan adalah hydrometeor yang jatuh berupa partikel-partikel air yang mempunyai diameter 0.5 mm atau lebih. Hydrometeor yang jatuh ke tanah disebut hujan sedangkan yang tidak sampai tanah disebut Virga (Tjasyono : 2006). Hujan yang sampai ke permukaan tanah dapat diukur dengan jalan mengukur tinggi air hujan tersebut dengan berdasarkan volume air hujan per satuan luas.Hasil dari pengukuran tersebut dinamakan dengan curah hujan. Curah hujan merupakan salah satu unsur cuaca yang datanya diperoleh dengan cara mengukurnya dengan menggunakan alat penakar hujan, sehingga dapat diketahui jumlahnya dalam satuan millimeter (mm). Curah hujan 1 mm adalah jumlah air hujan yang jatuh di permukaan per satuan luas ( m2 ) dengan catatan tidak ada yang menguap, meresap atau mengalir. Jadi, curah hujan sebesar 1 mm setara dengan 1 liter/ m2 (Aldrian, E. dkk, 2011).Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima di permukaan sebelum mengalami

(4)

aliran permukaan, evaporasi dan peresapan ke dalam tanah.

Berdasarkan ukuran butiran, hujan dapat dibedakan menjadi:

1 Hujan gerimis / drizzle, dengan diameter butirannya kurang dari 0,5 mm.

2 Hujan salju / snow, adalah kristal-kristal es yang temperatur udaranya berada di bawah titik beku (00C).

3 Hujan batu es, curahan batu es yang turun didalam cuaca panas awan yang temperaturnya dibawah titik beku (00C).

4 Hujan deras / rain, dengan curah hujan yang turun dari awan dengan nilai temperatur diatas titik beku berdiameter butiran ± 7 mm.

Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan menurutBMKG dibagi manjadi tiga, yaitu : 1. Hujan sedang, 20 - 50 mm per hari.

2. Hujan lebat, 50-100 mm per hari.

3. Hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari. Intensitas curah hujan merupakan ukuran jumlah hujan per satuan waktu tertentu selama hujan berlangsung.Hujan umumnya dibedakan menjadi 5 tingkatan sesuai intensitasnya .

Data hujan mempunyai variasi yang sangat besar dibandingkan unsur iklim lainnya, baik variasi menurut tempat maupun waktu.Data hujan biasanya disimpan dalam satu hari dan berkelanjutan.Dengan mengetahui data curah hujan kita dapat melakukan pengamatan di suatu daerah untuk pengembangan dalam bidang pertanian dan perkebunan. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengetahui potensi suatu daerah terhadap bencana alam yang disebabkan oleh faktor hujan

2.10 Profil Kabupaten Sampang

Kabupaten Sampang terletak pada 113008‘ – 113039‘ Bujur Timur dan 06005‘–07013‘ Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.233,33 Km2. Batas wilayah Kabupaten Sampang adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara :Laut Jawa;  Sebelah Timur :Kabupaten

Pamekasan;

 Sebelah Selatan :Selat Madura;  Sebelah Barat :Kabupaten

Bangkalan.

Secara keseluruhan Kabupaten Sampang mempunyai luas wilayah sebanyak 1233,30 Km2. Sebelum otonomi daerah, Kabupaten Sampang terdiri atas 12 Kecamatan. Namun sejak dikeluarkan Perda No. 2 tahun 2003 tentang Pembentukan Kecamatan Pangarengan dan Perda No. 3 tahun 2003 tentang Pembentukan Kecamatan Karangpenang, Kabupaten Sampang terdiri dari 14 Kecamatan dengan 6 kelurahan (di Kecamatan Sampang) dan 180 desa.

Secara administrasi wilayah perencanaan terdiri atas seluruh wilayah yang termasuk dalam Kabupaten Sampang terdiri dari 14 Kecamatan,

dengan 6 kelurahan dan 180 desa. Adapun kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Sampang tersebut meliputi Kecamatan Sreseh, Kecamatan Torjun, Kecamatan Omben, Kecamatan Pangarengan, Kecamatan Sampang, Kecamatan Camplong, Kecamatan Jrengik, Kecamatan Kedungdung, Kecamatan Tambelangan, Kecamatan Banyuates, Kecamatan Robatal, Kecamatan Karang Penang, Kecamatan Ketapang, Kecamatan Sokobanah.

Wilayah administrasi Kabupaten Sampang dan nama, Luas Wilayah Per Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan, serta jumlah penduduk per kecamatan, dapat dilihat pada tabel 2.2 Peta 2.2. Peta administrasi Kabupaten Sampang dan cakupan wilayah kajiannya sebagai berikut.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Data dan Peralatan 3.2 Data

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber. Pada penelitian ini semua data diambil dari BMKG jawa tmur. Sehingga data primer tidak ada.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung. Data tersebut adalah curah hujan tiap lokasi yang diperoleh BMKG jawa timur. 3.3 Peralatan 1 Hardware a. ... C omputer 2. Softw are  ... S istem Operasi Windows

 ... P emrograman php

(5)

3.4 Metode Penelitian

Mengumpulkan referensi tentang SIG

Mengumpulkan referensi tentang curah hujan

Pengumpulan data

Data spasial Data non spasial

SIG pemetaan rawan banjir berdasarkan curah hujan

Uji coba sistem

Pembuatan Laporan TA

Gambar 0.78 Proses Perancangan Sistem Untuk membuat sistem, proses dimulai dari mengumpulkan referensi tentang sistem informasi geografis terutama yang berhubungan dengan banjir yang didasarkan pada curah hujan. Selanjutnya dilakukan proses pengumpulan data. Data yang diperlukan terbagi menjadi data spasial dan data non spasial yang merupakan komponen utama pembentukan sistem informasi geografis pemetaan salinitas. Untuk memastikan bahwa sistem bekerja sesuai dengan yang diharapkan, maka sistem perlu diujicoba. Jika sistem telah bekerja sesuai dengan yang diharapkan maka dimulai proses penyusuna laporan Tugas Akhir.

3.5 Diagram Alir Manajemen Basis Data Web SIG

Mulai

Data spasial kabupaten Sampang

Digitasi peta

Basis data spasial

Selesai

Gambar 0.79 Flowchart Pembuatan data Spasial

Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer maupun sekunder. Langkah selanjutnya

adalah registrasi peta. Yaitu langkah awal untuk memasukkan peta yang didapat dari proses digitasi peta. Data–data yang di dapat akan menjadi database sistem.

Mulai

Data teks dan angka

Masukan data

Basis data non spasial

Selesai

Gambar 0.80Pembuatan data Non Spasial Pembuatan data non spasial dimulai dari mendefinisikan data non spasial itu sendiri yang dalam hal ini berupa teks dan angka dalam sistem informasi lokasi pemetaan curah hujan di kabupaten Sampang. Data non spasial ini berupa data curah hujan dan lokasinya.

Gambar 0.81 Diagram perencanaan

pembuatan database

4 PERANCANGAN SISTEM

Sistem memiliki dua pengguna yaitu admin dan user.Admin bertugas untuk mengolah sistem.Termasuk tugas admin adalah memasukkan data, mengubah data dan menghapus data yang ada dalam sistem.

4.1 Menu User

Menu user terdiri dari: 1. Menu Home

2. Menu Peta Curah Hujan 3. Menu Peta Ketinggian lereng 4. Menu Peta Rawan Banjir 5. Menu Hubungi Saya 6. Menu About Me 7. Menu Admin Basis data spasia l Basis data non spasial Sistem Manaje men Basis Analisis Sistem SIG

(6)

4.1.1. Menu Home

Gambar 0.82Menu Home

Menu ini akan menampilkan informasi tentang pengaruh hujan terhadap banjir di kabupaten Sampang. Salah satu penyebab terjadinya banjir adalah hujan.Pada musim penghujan sering terjadi banjir di beberapa wilayah di Kabupaten Sampang Jawa Timur, hal ini mengakibatkan kerugian bagi masyarakat yang terkena bencana banjir tersebut baik berupa korban jiwa maupun harta.Kejadian banjir di Kabupaten Sampang ini sering terjadi setiap tahun pada waktu musim penghujan.Kejadian banjir terbesar di Kabupaten Sampang terjadi pada Desember 2000, kejadian banjir tersebut menimbulkan terendamnya ribuan hektar areal pertanian dan ribuan rumah warga.Banjir yang terjadi di Kabupaten Sampang dikarenakan oleh air hujan yang tidak dapat diserap oleh tanah dan karena ketinggian lahan yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lainnya.

4.1.2. Menu Peta Curah hujan

Gambar 0.83Menu Peta Curah hujan

Menu ini akan menampilkan peta lokasi curah hujan di kabupaten Sampang yang rawan banjir karena pengaruh curah hujan. Untuk mengetahui lokasi yang bersangkutan, bisa dilihat pada samping kanan petalokasi tersebut.

4.1.3 Menu Peta Ketinggian Tanah/ kelerengan

Gambar 0.84peta kelerengan lokasi banjir Menu ini menampilkan daerah ketinggian tanah dan daerah yang sangat rentan di genangi air setiap tahunnya di kabupaten sampang.

4.1.4 Menu Peta kelerengan

Gambar 0.85Peta Kelerengan Kabupaten Sampang

Dari Peta Kelerengan tersebut dapat diketahui bahwa Kabupaten Sampang memiliki wilayah yang relatif datar. Sebagian besar kemiringan lahannya adalah 0-8%. Hal tersebut menjadikan sebagian besar daerah pada Kabupaten Sampang berpotensi untuk tergenang.

Banyak kecamatan yang wilayahnya didominasi oleh kemiringan 0-8% termasuk Kecamatan Sampang, selain wilayahnya berada di tempat yang rendah kemiringannya pun sangat kecil. Sehingga sesuai dengan laporan kejadian banjir, area di Kecamatan Sampang ini sering tergenang. 4.1.5 Menu Peta Kerawanan

(7)

Dari peta tersebut, dapat diketahui bahwa daerah potensi genangan dengan tingkat potensi tinggi berada pada daerah yang relatif datar yaitu dengan kemiringan 0-8%. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat kemiringan suatu daerah, maka air akan turun mengalir ke bawah dan tidak menggenang di area tersebut. Oleh karena itu, daerah genangan berada pada daerah yang relatif datar.

Daerah potensi genangan tinggi berada pada lahan dengan penggunaan yang paling banyak adalah permukiman. Hal ini dikarenakan pada lahan tersebut merupakan lahan yang padat serta kurang area untuk air dapat bergerak. Tipe penggunaan lahan permukiman biasanya terdapat pada area yang relatif datar serta pada ketinggian yang rendah, sehingga mudah tergenang.

Daerah potensi genangan tingkat tinggi sebagian besar berada pada ketinggian 0-12,5 meter. Hal ini dikarenakan prinsip air yang mengalir turun ke bawah, maka semakin rendah suatu daerah, semakin berpotensi daerah tersebut untuk tergenang. Selain itu curah hujan yang tinggi merupakan pemasok utama air yang menyebabkan genangan. Pada tahun 2010, curah hujan di Kabupaten Sampang cukup tinggi, yaitu dengan akumulasi rata-rata 2840,3 mm/tahun. Sehingga Kabupaten Sampang semakin berpotensi untuk tergenang. Terutama pada area dengan intensitascurah hujan tinggi disertai dengan ketinggian wilayah yang rendah.

Jenis tanah juga merupakan penentu daerah potensi genangan. Dari Peta Daerah Potensi Genangan di atas, daerah berpotensi genangan tinggi didominasi oleh jenis tanah Alluvial Hidromorf. Hal ini dikarenakan jenis tanah Alluvial Hidromorf memiliki tekstur tanah yang sangat halus sehingga menyebabkan sulit untuk infiltrasi air. Jenis tanah ini memiliki permeabilitas (water run off) yang lambat, sehingga air mudah tergenang.

Dapat diambil kesimpulan bahwa berbagai faktor yang ada di bumi dapat menyebabkan terjadinya genangan, tidak hanya ketinggian lahan saja. Faktor utama adalah adanya curah hujan yang tinggi sebagai pemasok utama air yang menyebabkan genangan. Namun faktor lain berpengaruh untuk menentukan air yang jatuh tersebut menjadi genangan atau mengalir tanpa hambatan ke laut.

Daerah Potensi Genangan tinggi berada pada Kecamatan Sampang, Sreseh, Banyuates, Jrengik, Pangarengan, Torjun, dan Ketapang. Daerah-daerah potensi genangan tinggi tersebut berada dekat dengan jaringan sungai seperti Kali Kemuning, Kali Blega, Kali Barangkok, dan lain sebagainya. Dari data kejadian banjir, area yang tergenang adalah area di

Kecamatan Sampang. Hal ini cocok dengan Peta Daerah Potensi Genangan yang dihasilkan, dimana tampak pada gambar, area Kecamatan

Sampang sebelah barat didominasi oleh area dengan tingkat potensi genangan yang tinggi. Kecamatan Sampang

4.1.5. Menu Hubungi Saya

Gambar 0.87. Menu Hubungi Saya

Menu ini akan menampilkan form yang dapat digunakan oleh user untuk memasukkan data saran dan kritik ke admin. Untuk memasukkan data, user dapat menekan tombol Simpan.

4.1.6 Menu About Me

Gambar 0.88. Menu About Me

Menu ini akan menampilkan informasi tentang admin. Informasi ini dapat digunakan oleh user untuk berkomunikasi dengan admin.

4.2. Menu Admin

Untuk masuk ke menu admin, pengguna harus melakukan login terlebih dahulu. Proses login ditunjukkan pada Gambar 4.8. di bawah ini.

Ga mbar 0.89. Admin

Proses login Pengguna memasukkan username dan password

Gambar 0.90Proses Login

Pengguna memasukkan username dan password. Jika proses login tidak berhasil, maka

(8)

sistem akan memberikan konfirmasi bahwa login tidak berhasil seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.10. di bawah ini.

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. ... C urah hujan tinggi yang menyebabkan terjadinya

rawan banjir ada di kecamatan Sampang, Omben, Kedungdung, Robatal, Karang Penang, Sokobanah dan Bayuates.

2. ... K ecamatan dengan curah hujan paling tinggi

adalah kecamatan Sampang. 5.2. Saran

Untuk perbaikan sistem di kemudian hari, maka perlu memperhatikan beberapa saran sebagai berikut:

1. ... S istem dapat dikembangkan untuk menampilkan

informasi lain yang disebabkan oleh curah hujan.

2. ... S istem dapat dikembangkan untuk menampilkan

informasi di bidang lain.

3. ... D apat ditambahkan profil tiap kecamatan di

kabupaten Sampang. DAFTAR PUSTAKA

Argo.Mulyanto.Pengembangan.model.SIG.Untuk.m enentukanruteevakuasibencanabanjir

(StudiKasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang)

AryBimaWinardo,ArnaFariza,S.Kom,M.Kom,Yulia naSetiowati,S.Kom,M.Kom.Investigasidaerahr awanbanjir di kota Surabaya menggunakanmetode fuzzy

Hadi.Muhammad,jurnal,2007‖SistemInformasi.Geo grafis.Berbasis.Web.PotensiBisnis di kota Bandung‖,

Komang.IkaHendriana,.IGedeAdiSaputraYasa,Made

.WinduAntara,

Kesiman,I.MadeGedeSunarya.SistemInformasi GeografisPenentuanWilayahRawanBanjirdiKab upatenBuleleng

Solichin,S.Kom,Achmad,―Pemrograman Web Dengan PHP dan MYSQL‖, Universitas Budi

Luhur, Jakarta.

Ulfiah,jurnal,2007‖SistemInformasiGeografis Pendidikan Kota Bogor Berbasis Web denganMenggunakan Quantum GIS‖,.

Gambar

Gambar 0.77 Elemen- elemen sistem  (Sumber : anonim, 2009).
Gambar 0.80Pembuatan data Non Spasial  Pembuatan  data  non  spasial  dimulai  dari  mendefinisikan  data  non  spasial  itu  sendiri  yang  dalam  hal  ini  berupa  teks  dan  angka  dalam  sistem  informasi lokasi pemetaan curah hujan di kabupaten  Sampa
Gambar 0.83Menu Peta Curah hujan
Gambar 0.88. Menu About Me

Referensi

Dokumen terkait

Easilitas PeLayanan Bongkar Tebu

Kandungan asam lemak jenuh dalam minyak castor adalah sangat sedikit yaitu kurang dari 2% sehingga dapat diprediksi memiliki bilangan setana dan stabilitas oksidasi yang

Perlindungan tangan : Sarung tangan yang kedap dan tahan kimia dengan kelulusan perlulah dipakai sentiasa semasa pengendalian bahan kimia apabila ditunjukkan dalam

Menururt Saputra dan Agustin (2012:7) “Jquery merupakan salah satu teknik atau kumpulan library javascript yang sangat terkenal dengan animasinya”. Secara standar, apabila

Keterbatasan penelitian ini adalah (1) data perusahaan yang digunakan sebagai obyek penelitian hanya 3 tahun yaitu periode 2016-2018, (2) data perusahaan yang digunakan

Kemudian, peneliti membuat kuesioner penelitian yang dielaborasi dari masing-masing sumber yakni alat ukur Impulsive Buying Tendency (IBT) dan skala pengukuran

Kendal Belanja Lain-lain Jasa Konsultasi 1 unit APBD Perub Pengadaan Langsung 25 agustus 2014 5-Sep-14 8-Sep-14 19-Sep-14. Rehabilitasi Sedang/Berat gedung