• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajarkan Dengan Dua Model Pembelajaran Kooperatif (Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write dan Think Pair Share Pada Siswa Kelas VII MTs Al-Irsyad Hutawa Dalam Mempelajari Materi Operasi Hitu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajarkan Dengan Dua Model Pembelajaran Kooperatif (Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write dan Think Pair Share Pada Siswa Kelas VII MTs Al-Irsyad Hutawa Dalam Mempelajari Materi Operasi Hitu"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jar – Juir Jargaria

(

3J

)

Jurnal Sosial, Sains dan Humaniora

Psdku.unpatti.ac.id

jargaria@psdku.unpatti

082232856627

(2)

Jar-Juir Jargaria (3J)

ISSN XXXX-XXXX

JUNI, 2020

Vol. 1 No. 1. 45-49

Jurnal Sosial, Sains & Humaniora

https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/jar-juirjargaria

: https://doi.org/xx.xxxxx/jar-juirjargariavol1issue1pagexx-xx

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajarkan Dengan Dua Model

Pembelajaran Kooperatif (Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe

Think Talk Write

dan

Think Pair Share

Pada Siswa Kelas VII MTs Al-Irsyad

Hutawa Dalam Mempelajari Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar)

Christina M. Laamena

1

, Darma Andreas Ngilawajan

2*

, Imelda Surasya Layn

3

1,2,3Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Pattimura, Ambon

*Korrepondensi Penulis: Darma Andreas Ngilawajan, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Universitas Pattimura, Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Unpatti, Poka 97233, Ambon, Indonesia, E-mail:

dngilawajan@fkip.unpatti.ac.id

Tanggal Diterima: 14 April 2020; Tanggal Disetujui: 24 Mei 2020; Tanggal Terbit: 30 Juni 2020

Sitasi: Laamena C.M, Ngilawajan D.A, Layn I.S (2020) Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajarkan Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Materi Operasi Bentuk Aljabar (Kajian Pada Siswa Kelas VII MTs Al-Irsyad Hutawa). Jar-Juir Jargaria Vol.1 No.1: 45-49

Pendahuluan

Matematika merupakan ilmu dasar yang sangat memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Senada dengan hal ini, (Titahena, dkk [1]) mengemukakan bahwa matematika sebagai ilmu, baik aspek terapannya maupun penalarannya, mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Lebih lanjut dikatakan bahwa menyadari pentingnya matematika dalam berbagai ilmu lain dan kehidupan, maka matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Mengacu pada pentingnya peran matematika, maka guru perlu lebih kreatif dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat membantu penguasaan siswa terhadap matematika yang berimbas pada hasil belajar matematika yang memuaskan.

Menurut Ratumanan (Niak dkk., [2]), pengajaran matematika saat ini kurang memberikan perhatian pada aktifitas siswa. Guru terlalu mendominasi kegiatan belajar mengajar, guru bahkan ditempatkan sebagai sumber utama pengetahuan dan berfungsi sebagai pentransfer pengetahuan. Sebaliknya siswa lebih banyak pasif, diposisikan sebagai objek belajar, dikondisikan hanya untuk menunggu proses transformasi pengetahuan dari guru yang berakibat proses pembelajaran di kelas menjadi monoton dan tidak bermakna, sehingga berdampak pada hasil belajar matematika siswa yang tidak maksimal.

Masalah serupa ditemukan peneliti ketika melakukan observasi dan wawancara dengan guru di MTs Al-Irsyad Hutawa tahun ajaran 2018/2019 tentang materi operasi bentuk aljabar. Informasi yang diperoleh peneliti adalah siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran yang

Abstrak

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran TTW (Think, Talk, and Write) dan model pembelajran TPS (Think, Pair, Share) pada materi operasi bentuk aljabar di kelas VII Mts Al-Irsyad Hutawa.

Metode: Penelitian ini adalah kuantitatif, jenis penelitian Post Test Group Design. Populasinya adalah siswa kelas VII Mts Al-Irsyad Hutawa. Sampel penelitian ini adalah 34 siswa dikelas VII-1 dan 34 siswa di kelas VII-2. Penelitian menjadikan kelas VII-1 sebagai kelas eksperimen 1 yang diajarkan mengunakan model TTW dan kelas VII-2 sebagai kelas eksperimen 2 yang diajarkan mengunakan model TPS.

Hasil: Hasil uji perbedaan rata-rata terhadap hasil belajar untuk kedua kelompok eksprimen menunjukkan bahwa nilai Sig. lebih besar dari α, yaitu 0,153 lebih besar dari 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran TTW (Think, Talk, and Write) dan model pembelajran TPS (Think, Pair, Share) pada materi operasi bentuk aljabar di kelas VII Mts Al-Irsyad Hutawa tidak menunjukkan nilai berbeda.

Kesimpulan: Mengacu pada hasil penelitian, disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar siswa kelas VII MTs AL-Irsyad Hutawa yang diajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif TTW dan TPS Pada Materi Operasi hitung bentuk aljabar.

Kata Kunci: hasil belajar, model pembelajaran TTW (Think, Talk, Write), TPS (Think, Pair, Share), Operasi hitung bentuk aljabar.

(3)

Jar-Juir Jargaria (3J)

ISSN XXXX-XXXX

JUNI, 2020

Vol. 1 No. 1. 45-49

Artikel ini tersedia di: https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/jar-juirjargaria mengakibatkan siswa tidak dapat memahami materi dengan

baik, sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan soal operasi aljabar yang diberikan guru. Kondisi ini terlihat saat proses pembelajaran berlangsung, masih ada siswa yang cenderung menerima saja apa yang disampaikan oleh guru, siswa terlihat pasif dan tidak serius dalam mengikuti pelajaran. Variasi mengajar yang dilakukan oleh guru dengan membentuk kelompok juga sangat sederhana, yaitu tidak merata dalam hal jumlah anggota kelompok dan tidak ada pertimbangan khusus dalam pembagian kelompok.

Informasi awal yang penulis dapatkan berdasarkan hasil analisis belajar siswa pada ulangan akhir semester di MTS Al-Irsyad Hutawa Tahun ajaran 2018/2019, diketahui bahwa materi operasi aljabar merupakan salah satu materi yang belum maksimal dipahami oleh siswa. Hal ini terlihat dari ujian akhir semester dengan jumlah soal 10 pada materi operasi bentuk aljabar (perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan dan perpangkatan) masih banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikan soal tersebut.

Menurut Susanto [3], rendahnnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan banyak faktor, diantaranya masalah klasik tentang penerapan metode pembelajaran matematika yang masih terpusat pada guru, sementara siswa cenderung pasif. Faktor klasik lainnya, ialah penerapan model pembelajaran konvensional, yakni ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Sistem pengajaran yang demikian ini menyebabkan siswa tidak berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Asmani [4] mengemukakan bahwa keberhasilan pendidikan ditentukan oleh banyak faktor, di antaranya guru memiliki keterampilan dalam proses pembelajaran. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan memilih model pembelajaran yang dapat mengantarkan keberhasilan bagi para siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat menjadi solusi agar siswa dapat belajar lebih aktif dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sehingga siswa dapat menaruh perhatian penuh pada saat pembelajaran berlangsung. Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda.

Selanjutnya dikatakan oleh Shoimim [5]) bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengelompokkan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda, dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif ada berbagai tipe di antaranya model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Menurut Suminar dan Putri [6], model pembelajaran kooperatif tipe TTW diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin. Selanjutnya, Purwanti dkk [7]) menyatakan bahwa pada dasarnya pembelajaran ini dibangun melalui proses berpikir, berbicara dan menulis. Pendapat senada dikemukakan oleh Setiyaningrum dan Istiqomah [8]) bahwa alur pembelajaran TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide

dengan temannya sebelum menulis. Suasana ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.

Yamin dan Ansari, [9] mengemukakan bahwa aktifitas berpikir, berbicara dan menulis adalah salah satu bentuk aktifitas belajar mengajar yang memberikan peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif. Keterlibatan siswa dalam belajar secara aktif ini memungkinkan model pembelajaran kooperatif tipe TTW membuat hasil belajar siswa meningkat.

Model pembelajaran kooperatif lainnya yang dapat mengaktifkan dan mengoptimalkan partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika adalah Think Pair Share (TPS). Menurut Dwi Astuti [10], model TPS dikembangkan oleh Frank Lyman dan tim dari Universitas Maryland, yang bertujuan mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Lebih lanjut dikatakan oleh Nurhadi dalam Dwi Astuti, [10], bahwa model Think Pair Share memberikan waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lainnya.

Rama dan Jhon dalam Budiman, [11] menyatakan bahwa model pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat siswa berpikir, memberikan pengalaman yang membantu mereka belajar dan memahami konsep-konsep yang sedang diajarkan dan memberikan kesempatan untuk melakukan, berpikir dan merenung. Selanjutnya, Fathurrohman dalam Dwi Astuti, [10] menyatakan bahwa TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa banyak waktu untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. TPS dipilih sebagai ganti tanya jawab di kelas. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika akan meningkat yang bermuara pada hasil belajar yang memuaskan.

Mengacu pada uraian pendahuluan yang telah dijabarkan, maka ada 2 hal yang menjadi tujuan penelitian, yaitu: 1) untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share pada materi Operasi Aljabar di kelas VII MTs Al-Irsyad Hutawa. 2) untuk melihat ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model kedua model pembelajaran tersebut.

Materi dan Metode

Area studi:

Ruang lingkup penelitian ini berada dalam area pendidikan matematika.

Tipe Penelitian:

Tipe yang digunakan dalam penelitian ini penelitian kuantitatif, dengan desain Post Test Group Design yang termasuk dalam Quasi Experimental Design (desain

(4)

eksperimen semu) dimana akan dilihat hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).

Populasi dan Sampel

Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTS Al-Irsyad Hutawa, tahun ajaran 2018/2019, yang berjumlah 136 orang dan terbagi dalam 4 kelas.

Sampel penelitian adalah siswa kelas VII-1 dan VII-2, dengan jumlah siswa untuk masing-masing kelas sebanyak 34 siswa.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive samping, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan kempuan awal yang sama. Untuk mengetahui kemampuan awal yang sama dari dua sampel, dilakukan tes awal. Setelah dilakukan tes awal, dua kelas yang dipilih sebagai sampel yaitu kelas VII-1 sebagai kelas eksperimen I dan kelas VII-2 sebagai kelas eksperimen II.

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berbeda untuk masing-masing kelas. Untuk kelas eksperimen 1 menggunakan RPP sesuai model pembelajaran TTW dan kelas eksperimen 2 menggunakan RPP sesuai model pembelajaran TPS. RPP yang digunakan masing-masing kelas ekspreimen didesain untuk 4 (empat) pertemuan. Selain itu digunakan pula Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk kelas ekspeimen 1 dan kelas eksperimen 2, serta bahan ajar operasi bentuk aljabar sesuai dengan kebutuhan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TTW.

Pelaksaan pembelajaran pada masing-masing kelas, dilaksanakan mengacu pada RPP yang telah disusun dan divalidasi oleh pakar. Pada akhir kegiatan pembelajaran (setelah pertemuan keempat selesai) dilaksanakan tes akhir kepada kedua kelas.

Analisis Data

Hasil tes selanjutnya dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif, yaitu mencari nilai rataan masing-masing sampel (mean), standar deviasi, dan varians yang nantinya digunakan dalam uji-t (untuk mencari perbedaan hasil belajar). Sebelum dilakukan uji-t, dilakukan uji prasyarat sampel dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan software SPSS versi 20.0.

Hasil

Observasi kegiatan belajar & Analisa Statistik

Deskriptif

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran think talk write dan model pembelajaran think pair share dilaksanakan dalam 4 pertemuan. Setiap

tahapan pembelajaran sesuai sintaks, berlangsung dengan baik dan lancar sesuai dengan yang direncanakan pada RPP. Aktiitas pembelajaran didukung dengan bahan ajar dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Aktivitas siswa dalam kegiatan kelas maupun dalam kegiatan kelompok ketika membahas materi dan mengerjakan LKS berlangsung dengan baik. Saat siswa belajar dalam kelompok kecil mempelajari bahan ajar, membuat peta konsep dan mengerjakan LKS, guru berjalan berkeliling memperhatikan aktivitas kelompok, dan memberikan bantuan penjelasan ketika kelompok mengalami kesulitan.

Setelah proses pembelajaran dilakukan pada kedua kelas, maka diberikan tes akhir untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan siswa yang diberi perlakuan berbeda. Hasil belajar siswa dari kedua kelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini sesuai dengan penilaian acuan patokan (PAP): Tabel 1. Hasil Belajar Siswa

Kualifikasi Hasil Belajar Jumlah Siswa Kelas Experimen I Kelas Eksperimen II Baik Sekali ≥ 80 7 1 Baik 66 – 79 5 8 Cukup 56 – 65 12 15 Kurang 46 – 55 4 5 Gagal ≤ 45 6 5

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa untuk kualifikasi baik sekali, pada kelas eksperimen I terdapat 7 siswa, sedangkan kelas eksperimen II terdapat 1 siswa. Untuk kualifikasi baik, pada kelas eksperimen I terdapat 5 siswa dan kelas eksperimen II terdapat 8 siswa. Selanjutnya untuk kualifikasi Cukup, pada kelas eksperimen I terdapat 12 siswa dan kelas eksperimen II terdapat 15 siswa. Untuk kualifikasi kurang, pada kelas eksperimen I terdapat 4 siswa dan kelas eksperimen II terdapat 5 siswa. Sedangkan pada kualifikasi gagal, pada kelas ekperimen I terdapat 6 siswa dan kelas eksperimen II terdapat 5 siswa. Rataan nilai hasil belajar kedua kelas ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 2. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa

Kelas Rata – Rata Eksperimen I 63,2059

Eksperimen II 58,0000

Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen I lebih tinggi dari kelas eksperimen II.

Pengujian Homogenitas Kedua Kelas

Untuk mengetahui bahwa kemampuan siswa dalam populasi benar-benar homogen, maka dilakukan

(5)

Jar-Juir Jargaria (3J)

ISSN XXXX-XXXX

JUNI, 2020

Vol. 1 No. 1. 45-49

Artikel ini tersedia di: https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/jar-juirjargaria perhitungan kesamaan varians dengan membandingkan

varians kedua kelas. Hasil yang diperoleh ditunjukan pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Uji Homogen

Kelas Sig 𝛂 Kesimpulan Eksperimen I,II 0.062 0.05 Terima H0

Dari Tabel 3, terlihat bahwa nilai Sig lebih besar dari α, yaitu 0.062 lebih besar dari 0.05, Hal ini berarti H0 terima, yaitu varians kedua kelas adalah homogen, sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan uji-t.

Pengujian Hipotesis

Setelah diketahui melalui uji prasyarat bahwa salah satu sampel yang diambil berdistribusi normal untuk kedua kelas maka pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t.

Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis

Kelas Sig. 𝛼 Kesimpulan Eksperimen I dan

Eksperimen II 0,153 0,05

Terima H0

Data pada tabel 4 menunjukkan hasil uji perbedaan rata-rata yang menunjukkan bahwa nilai Sig. lebih besar dari α yakni 0,153 lebih besar dari 0, 05. Hal ini berarti bahwa H1 ditolak dan H0 diterima, atau secara ekspilist dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar antara siswa kelas VII MTs Al-Irsyad Hutawa yang diajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write dan Think Pair Share pada materi Operasi hitung Bentuk Aljabar.

Pembahasan

Mengacu pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, maka diterima hipotesis H0 atau hipotesis yang

menyatakan tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas VII MTs AL-Irsyad Hutawa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dan tipe Think Pair Share (TPS) pada materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar. Tidak adanya perbedaan disebabkan karena kemampuan siswa pada kedua kelompok eksprerimen kurang lebih sama. Selain itu, baik model pembelajaran kooperatif tipe TTW maupun TPS memiliki keunggulan masing-masing, yang pada dasarnya membuat setiap siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Meskipun demikian, jika mengacu pada tabel 2 yang memuat data rataan hasil belajar kedua kelompok eksperimen, dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW sedikit lebih baik.

Jika mengacu pada hasil pengamatan aktivitas siswa selama prose belajar, dapat dilihat bahwa dalam hal penguasaan konsep yang dimiliki setiap individu, siswa yang diajarkan dengan model TTW jauh lebih baik daripada yang diajarkan dengan model TPS. Hal ini disebabkan jumlah anggota kelompok model TTW, yang setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa, sangat menguntungkan saat proses diskusi berlangsung karena banyak pendapat dan ide yang muncul kemudian dikumpulkan untuk dikembangkan. Kondisi ini jelas lebih baik dibandingkan model TPS yang hanya terdiri dari 2 siswa pada setiap kelompok. Banyaknya pendapat dan ide yang muncul saat diskusi dengan model kooperatif TIPE TTW tentu saja menguntungkan bagi siswa yang kemampuannya kognitifnya sedang atau lemah, karena saat mengalami kesulitan dapat lebih cepat teratasi dengan adanya siswa yang kemampuan kognitifnya tergolong tinggi di dalam kelompok. Keuntungan lainnya adalah jumlah kelompok belajar yang sedikit pada model TTW, yaitu hanya 6 kelompok, sehingga memudahkan pengawasan guru dalam proses pembelajaran. Hal ini jelas lebih baik dibandingkan pengawasan guru untuk model TPS yang jumlah kelompoknya sebanyak 15 kelompok. Fenomena yang muncul dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Setyaningrum dan Istiqomah [8] yang menemukan bahwa melalui penerapan model TTW, siswa diajarkan untuk menggunakan kemampuan berpikir, berbicara, dan menulis untuk menyelesaikan suatu masalah yang diberikan. Selain itu, Guru juga lebih mudah mengontrol kelompok karena jumlah yang tidak terlalu banyak.

Jika dilihat dari tingkat keaktifan siswa, kelas TPS lebih unggul dibandingkan dengan kelas TTW, karena jumlah anggota kelompok yang hanya 2 orang, membuat setiap anggota lebih bertanggung jawab untuk keberhasilan kelompoknya, dan tidak bergantung kepada anggota kelompok yang lain. Sehingga setiap anggota kelompok TPS lebih bersemangat dalam proses belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Afthina dkk, [12] yang menemukan bahwa partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika jauh meningkat ketika diterapkan model Think Pair Share.

Secara umum, jika mengacu pada nilai hasil belajar kedua kelas, dapat dikatakan bahwa kelas yang diajarkan dengan model TTW lebih baik dibandingkan dengan kelas yang diajarkan dengan model TPS. Indikasinya terlihat dari nilai rataan hasil belajar kelas yang menggunakan model kooperatif tipe TTW sebesar 63, 2059, sedangkan untuk kelas yang menggunakan model kooperatif tipe TPS sebesar 58, 00. Pendapat peneliti diperkuat dengan hasil penelitian dari Indriyani [13] yang menyatakan bahwa kelas yang

(6)

diajarkan dengan model TTW lebih baik dari pada kelas yang diajarkan dengan model TPS.

Kesimpulan

Berdasarkan pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas VII MTs AL-Irsyad Hatuwa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatof tipe Think Talk Write (TTW) dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

Standar Etika

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah manusia (siswa) maka tidak ada perlakuan khusus seperti halnya pada objek benda mati. Treatment pada sampel hanya sebatas perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda dalam eksperimen untuk mengetahui perbedaan hasil belajar.

Konflik kepentingan

Publikasi artikel ini atas persetujuan bersama dari ketiga peneliti, dengan demikian tidak ada konflik kepentingan.

Pendanaan

Sumber dana untuk membiayai penelitian ini adalah swadaya mandiri dari para peneliti.

Ucapan terima kasih

Para penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Khairudin Umamit, S.Pd selaku Kepala MTs Al-Irsyad Hutawa beserta dewan guru yang sudah memberikan kesempatan dan kontribusi demi kelancaran penelitian. Secara khusus, tentunya limpah terima kasih kepada Ibu Sari Manur, S.Pd selaku guru matematika yang secara langsung terlibat selama proses penelitian.

Referensi

[1] Titahena, T. J. Dkk (2019). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match (Suatu Kajian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Ambon). Barekeng: Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan, Volume 13 Nomor 1 (hal 001-008), Maret 2019. Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Pattimura: Ambon.

[2] Niak, Y. Dkk (2019). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dan Model Konvensional. Journal Of Honai Math, Volume 1 Nomor 2 (hal: 67-80), Oktober 2018. Universitas Papua: Manokwari.

[3] Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group

[4] Asmani, J. M. (2016). Tips Efektif Cooperatif. Yogyakarta: Diva Press (Anggota IKAPI)

[5] Shoimim, A. (2013). Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013, Yogyakarta: Ar-ruzz Media [6] Suminar, R. P & Putri, G. (2015). The Effectiveness Of

TTW Strategy In Teaching Writing Descriptive Text. Academic Journal Perspective: Education, Language, and Literature, Volume 2 No. 2 (hal: 299-304), Universitas Swadaya Gunung Djati: Cirebon.

[7] Purwanti, R. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, Volume 2 Nomor 2 (hal: 161-172), Juni 2014. Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Lambung Mangkurat: Banjarmasin. [8] Setiyaningrum, E & Istiqomah. (2015). Efektivitas

Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Magelang. UNION: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Volume 3 Nomor 1 (hal: 9-16), Maret 2015. Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa: Yogyakarta.

[9] Yamin, M & Ansari, B. (2008). Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: GP Press.

[10] Dwi Astuti. (2017). Model Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Kleas I. Briliant: Jurnal Riset dan Konseptual, Volume 2 Nomor 3 (hal: 328-334), Agustus 2017. Universitas Nahdlatul Ulama: Blitar.

[11] Budiman, T. (2013). Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS). Bandung: Tarsito.

[12] Afthina, H. Et al. (2017). Think Pair Share Using Realistic Mathematics Education In Geometry Learning. Journal Of Physics: Conf. Series 895 (2017) 012025. International Conference On Mathematics and Science Education (ICMScE).

[13] Indriyani, A. (2011). Efektivitas Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Think Pair Share (TPS) Ditinjau Dari Sikap Percaya Diri Peserta Didik Pada Materi Limit Fungsi kelas XI IPA SMA Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011. Tesis Publikasi. Diakses dari: perpustakaan.uns.ac.id.

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk

pandangan yang sama mengenai smartphone, yaitu sebagai media. komunikasi, pencari informasi, hiburan, dan untuk eksistensi diri

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.

Pada pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan. Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah komunikasi melalui

[r]

Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung sebelum

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Departemen Pendidikan Kimia.