• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Persepsi tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan pada Remajaputri di SMAN 1 Banjaran Kabupaten Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Persepsi tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan pada Remajaputri di SMAN 1 Banjaran Kabupaten Bandung"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Corresponding author: Hani Triana

huny_1509@yahoo.com

KABUPATEN BANDUNG Hani Triana

Dosen STIK Immanuel Bandung

Info Artikel Abstrak

Article History: Accepted Mei 2020

Latar belakang: Perubahan yang terjadi pada masa remaja salah satunya adalah perubahan fisiologis yang sering terjadi pada organ reproduksi.Salah satu gangguan klinis dari infeksi pada organ reproduksi wanita adalah keputihan. Sekitar 75% wanita di dunia mengalami keputihan paling tidak sekali dalam hidupnya dan sekitar 90% wanita Indonesia mengalami keputihan karena Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis. Hasil studi pendahuluan masih terdapat remaja putri yang menganggap keputihan merupakan suatu hal yang biasa dan tidak berbahaya.

Tujuan: mengetahui hubungan persepsi dengan perilaku penanganan dan pencegahan keputihan pada remaja putri di SMAN 1 Banjaran

Metode: penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak 84 orang dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalahstratified random sampling.Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan analisis data menggunakan ujiChi Square.

Hasil:. Hasil penelitian menggunakan uji statistik diperoleh nilai signifikansi p-value sebesar p=0,035.

Kesimpulan: Dikarenakan nilai p-value< 0,05 maka Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dengan perilaku pencegahan dan penanganan keputihan.

Kata kunci:Persepsi, Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan

Abstract

Background: Changes that occur in adolescence one of which is the physiological changes that often occur in the reproductive organs. One of the clinical disorders of infection in the female reproductive organs is vaginal discharge. Around 75% of women in the world experience vaginal discharge at least once in their lives and around 90% of Indonesian women experience vaginal discharge because Indonesia is a tropical climate. Results of preliminary studies are still young women who consider vaginal discharge to be a normal and harmless thing.

Aim: The purpose of this study was to determine the relationship between perception and behavioral treatment and prevention of vaginal discharge in young women at SMAN 1 Banjaran.

Methods:This research is a quantitative study with the type of research used is correlational with cross-sectional approach. The number of samples in this study were 84 people with the sampling technique used was stratified random sampling. Data collection instruments used in this study were questionnaires and data analysis using the Chi Square test.

Results:The results of the study using statistical tests obtained p-value significance of p = 0.035. Because the p-value <0.05.

Conclusion: Ho is rejected, which means there is a meaningful relationship between perception and behavioral prevention and treatment of vaginal discharge.

(2)

Hani Triana –Hubungan Persepsi Tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan pada Remaja Putri di SMAN 1 Banjaran Kabupaten Bandung

PENDAHULUAN

Menurut who 2012, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun yang merupakan masa peralihan dari masa anak ke

masa dewasa yang meliputi semua

perkembangannya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Pada masa remaja terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental maupun peran sosial termasuk perubahan fisiologis (Kumalasari dan Winnie 2013).Perubahan fisiologis yang terjadi pada remaja terutama pada organ reproduksi menyebabkan remaja harus memperhatikan kesehatan reproduksinya agar tidak terjadi gangguan dalam kesehatan reproduksi. Salah satu gangguan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal alat kelamin wanita adalah keputihan(leukorrhea / flour albus)(Manuaba, 2009).Sekitar 75% wanita di dunia mengalami keputihan paling tidak sekali dalam hidupnya dan sekitar 90% wanita Indonesia mengalami keputihan karena Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

tumbuh dan berkembang sehingga

mengakibatkan banyak terjadinya keputihan pada wanita di Indonesia (Badaryati dalam Yunia 2014).Berdasarkan data SKRRI tahun 2007 menunjukkan pada wanita dengan rentang usia 15-24 tahun mengalami keputihan sebanyak 31,8%. Ini menunjukkan bahwa remaja putri mempunyai resiko tinggi mengalami keputihan (Yunia, 2014).

Keputihan atau Fluor Albus adalah slim yang keluar dari vagina seorang wanita yang berwarna bening. Keputihan yang keluar dalam jumlah tidak terlalu banyak tidak menjadi persoalan, sedangkan keputihan yang keluar terlalu banyak disebut dengan

keputihan patologis (Ardayani,

2012).Keputihan fisiologis dipengaruhi oleh hormon estrogen yang meningkat pada saat akan mengalami menstruasi sedangkan penyebab keputihan patologis ialah infeksi (jamur, kuman, parasit, dan virus). Selain penyebab utama, keputihan patologis dapat juga disebabkan karena kurangnya perawatan

remaja putri terhadap alat genitalia seperti mencuci vagina dengan air yang tergenang diember, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut (Aulia, 2012 dalam Marcelien 2013). Oleh karena itu keputihan tidak bisa dianggap remeh, karena akibat dari keputihan ini sangat fatal bila lambat di tangani tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar kandungan, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada kematian (Sugi dalam Juliana 2015).Hasil penelitian Prasetyowati (2009) menunjukan remaja yang membersihkan daerah kewanitaan tidak baik mempunyai peluang 3,5 kali terjadi keputihan dibandingkan pada remaja putri yang membersihkan daerah kewanitaan dengan baik. Remaja yang tidak baik dalam hal membersihkan daerah kewanitaannya mengalami keputihan sebanyak 84%, Meskipun demikian banyak wanita yang mengalami keputihan namun mereka menganggap hal yang normal saja. Persepsi yang salah akan mendorong seseorang untuk bersikap yang tidak benar terhadap keputihan dan Persepsi dan sikap yang tidak tepat juga akan memperlemah motivasi seseorang untuk berperilaku sehat dalam upaya pencegahan dan penanganan keputihan patologis. Persepsi adalah proses mengamati situasi dunia luar dengan menggunakan proses perhatian, pemahaman dan pengenalan terhadap objek atau peristiwa (Pieter, 2010). Persepsi dapat berdampak pada perilaku sehat seorang remaja termasuk dalam pencegahan dan penanganan keputihan (Sadli dalam Badaryati 2012). Persepsi yang salah akan mendorong seseorang untuk bersikap yang tidak benar terhadap keputihan. Persepsi yang tidak tepat akan memperlemah motivasi seseorang untuk berperilaku sehat dalam upaya pencegahan keputihan (Widyasari, 2014).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan dilakukan di SMAN I Banjaran didapatkan masalah kesehatan reproduksi yang paling banyak dialami oleh remaja putri adalah nyeri saat akan menstruasi, nyeri payudara saat akan

(3)

Hani Triana –Hubungan Persepsi Tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan pada Remaja Putri

menstruasi dan keputihan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 5 orang siswi di SMAN I Banjaran didapatkan 5 siswi mengalami keputihan, 2 siswi diantaranya mengalami keputihan dengan tanda-tanda keputihan patologis yaitu memiliki bau berwarna kuning bahkan hijau dan waktu keluarnya setiap hari, 2 dari 5 siswi mengetahui cara pencegahan dan penanganan keputihan, 2 dari 5 siswi membiarkan keputihan yang di alaminya dan 4 dari 5 siswi menganggap keputihan sebagai hal yang biasa dan tidak perlu dianggap hal serius.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri SMAN 1 Banjaran Kabupaten Bandung yang berjumlah 84 orang dengan teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stratified Random Sampling karena sampel yang di gunakan terbagi menjadi beberapa kelas sehingga teknik sampling ini dapat memastikan bahwa setiap kelas terpilih menjadi sampel. Intrument pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang persepsi keputihan dan perilakuk pencegahan dan penanganan keputiha. Perhitungan statistik yang digunakan analisa univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan analisachi-square.

(4)

Hani Triana –Hubungan Persepsi Tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan pada Remaja Putri di SMAN 1 Banjaran Kabupaten Bandung

HASIL

1. Analisis Univariat

Tabel 1.1

Distribusi Frekuensi Persepsi Tentang Keputihan

Persepsi Frekuensi Presentase %

Positif

Negatif 4638 54,845,2

Jumlah 84 100

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 84 orang siswa sebagian besar memiliki persepsi yang positif tentang keputihan yaitu sebanyak 46 orang (54,8%), siswa yang memiliki persepsi negatif tentang keputihan yakni sebanyak 38 orang (45.2%).

Tabel 1.2

Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Dan Penanganan Keputihan Perilaku Pencegahan Dan

Penanganan Keputihan Frekuensi Presentase %

Positif 47 56

Negatif 37 44

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 84 orang siswa sebagian besar memiliki perilaku pencegahan dan penanganan keputihan positif yaitu sebanyak 47 orang (56%), sedangkan siswa yang memiliki perilaku pencegahan dan penanganan keputihan negatif yaitu sebanyak 37 orang (44%).

2. Analisis Bivariat

Tabel 1.3

Hubungan Antara Persepsi Dengan Perilaku Pencegahan Dan Penanganan Keputihan persepsi

Perilaku Pencegahan Dan Penanganan Keputihan

PV OR

Positif Negatif Jumlah

frekuensi % frekuensi % frekuensi %

Positif 31 67.4 15 32.6 46 54,8

0,035 2,8

Negatif 16 42.1 22 57.9 38 45,2

Jumlah 47 56.0 37 44.0 84 100

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwadari 46 orang siswi yang mempunyai persepsi positif yaitu sebanyak 31 orang (67,4%) siswi mempunyai perilaku pencegahan dan penanganan keputihan positif dan sebanyak 15 orang (32,6%) siswi mempunyai perilaku pencegahan dan penanganan keputihan negatif. Sedangkan dari 38 orang siswi yang mempunyai persepsi negatif yaitu sebanyak 16 orang (42,1%) siswi mempunyai perilaku pencegahan dan penanganan keputihan positif dan sebanyak 22 orang (57,9%) siswi mempunyai perilaku pencegahan dan penanganan keputihan negatif.

Berdasarkan ujiChi Square dengan diperoleh nilai p-value sebesar p=0,035. Dikarenakan nilai p-value < 0,05 maka Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi denganperilaku pencegahan dan penanganan keputihan.

(5)

Hani Triana – Hubungan Persepsi Tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan pada

PEMBAHASAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dianalisis didapatkan bahwa dari 84 responden, yang mempunyai persepsi positif tentang keputihan yaitu sebanyak 46 orang (54,8%) dan dari 46 orang tersebut sebagian besar mempunyai perilaku pencegahan dan penanganan keputihan yang positif juga yaitu sebanyak 31 orang (67,4%). Berdasarkan ujiChi Square dengan diperoleh nilai p-value sebesar p=0,035. Dikarenakan nilai p-value< 0,05 maka Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dengan perilaku pencegahan dan penanganan keputihan.

Salah satu faktor penyebab terjadinya keputihan yaitu kurangya pengetahuan pada remaja tentang pencegahan dan penanganan keputihan.Kurangnya pemahaman tentang pencegahan dan penanganan keputihan sangat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya, hal inisesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan merupakan domain yang penting untuk membentuk suatu sikap yang utuhdan pengetahuan yang tinggi akan membentuk perilaku yang baik, sebaliknya pengetahuan yang rendah akan membentuk perilaku yang buruk.Selain pengetahuan fakor yang mempengaruhi remaja dalam melakukan pencegahan dan penanganan keputihan adalah persepsi remaja tersebut tentang keputihan. Persepsi yang salah akan mendorong seseorang untuk bersikap yang tidak benar terhadap keputihan. Persepsi yang tidak tepat akan memperlemah motivasi seseorang untuk berperilaku sehat dalam upaya pencegahan keputihan. Selain itu faktor kebiasaanyang sulit diubah oleh remaja seperti menggunakan celana yang ketat, menggunakan bedak/sabun/tisue pada daerah vagina, penggunaaan kloset umum yang salah, kurang mengkonsumsi sayur, malas berolahraga dan lain-lainnya yang bisa beresiko menimbulkan keputihan.

Faktor eksternal seperti

pengaruhtemansebaya, peran keluarga, media informasi, lingkungan pergaulan, pendidikan,sosial ekonomi, adanya peluang, pengaruh norma budaya dari luar dan lainsebagainya akan mempengaruhi remaja dalam melakukan pencegahan dan penanganan keputihan.

Pernyataan diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (2018) tentang keputihan didapatkan bahwa prosentase responden yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 29,6% dan yang berpengetahuan baik sebesar 70,4%. Sedangkan prosentase responden yang berperilaku baik dalam pencegahan keputihan sebesar 60,2% dan berperilaku kurang baik sebesar 39,8%. Hal ini sejalan juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyasari (2014) di STIK Bina Husada Palembang, dengan hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara persepsi dengan perilaku pencegahan dan penanganan keputihan. Persepsi adalah gambaran suatu objek berdasarkan pengalaman, peristiwa yang terjadi atau runutan yang terjadi akhirnya terjadilah suatu kesimpulan dalam suatu informasi dan menafsirkannya. Persepsi sebenarnya bermakna stimulus dan bagaimana seseorang itu memberi arti terhadap stimulus tersebut. Misalnya terhadap keputihan, semua orang pernah mendengar keputihan, tetapi mereka

mempersepsikannya

berbeda-beda.Menurut Viani dalam Kristiana 2012 persepsi yang tepat akan mendorong remaja berperilaku secara tepat pula sesuai norma yang ada, begitu juga sebaliknya, persepsi yang kurang tepat akan mendorong remaja berperilaku yang kurang tepat. Persepsi yang salah akan mendorong seseorang untuk bersikap yang tidak benar terhadap keputihan. Persepsi yang tidak tepat akan memperlemah motivasi seseorang untukberperilaku sehat dalam upaya pencegahan keputihan.

(6)

Hani Triana – Hubungan Persepsi Tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan pada Remaja Putri di SMAN 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Untuk menciptakan persepsi dan sikap yang positif pada remaja putri dalam perilaku pencegahan keputihan, diperlukan peranan orang yang dianggap penting bagi mereka. Misalnya, orangtua dalam memberikan informasi yang akurat serta memberikan contoh langsung kepada remaja putri bagaimana cara menjaga perineal hygiene yang tepat dan benar serta bahayanya jika tidak menjaganya dengan baik. Dengan demikian diharapkan dapat mengubah pemikiran remaja putri terhadap perilaku perineal hygiene sehingga dapat terbentuk sikap yang positif pada remaja putri. Selain itu perlunya penyuluhan dan informasi dari tenaga kesehatan tentang pentingnya mencegah terjadinya keputihan sehingga kejadian keputihan terhadap remaja dapat terhindarkan.

SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan

bahwaterdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dengan perilaku pencegahan dan penanganan keputihan pada remaja putri di SMA Banjaran dengan hasil uji Chi Square dengan diperoleh nilai p-value sebesar p=0,035. Dikarenakan nilaip-value< 0,05.

REFERENSI

Ardayani, Tri. 2012.Kesehatan Reproduksi. Bandung: Cakra.

Badaryati, Emi. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan dan penanganan keputihan patologis pada siswi SLTA atau sederajat di kota Banjarbaru tahun 2012. Jakarta: Universitas Indonesia.

Donna L. Wong...[et.al]. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih bahasa: Agus Sutarna, Neti. Juniarti, .Y. Kuncoro.Editor edisi bahasa Indonesia: Egi Komara Yudha....[et al.]. Edisi 6.Jakarta : EGC

Kristiana, Dita. 2012.Hubungan Persepsi Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Personal Hygine Pada siswi Sekolah Menengah Pertama. Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah Yogykarta

Lumongga, Namora Lubis. 2013.Psikologi Kespro Wanita dan Perkembangan Reproduksinya. Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi Edisi Revisi.Jakarta: Rineka Cipta.

Pieter, Herro Zan. 2010. Psikopatologi Keperawatan.Jakarta: Kencana.

Ramayanti. 2004.Pola Mikroorganisme Fluor Albus Patologis yang Disebabkan oleh Infeksi pada Penderita Rawat Jalandi Klinik Ginekologi Rumah Sakit Umum dr. Kariadi Semarang, 2-25.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Widyasari, Dian. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan dan penanganan keputihan patologis pada mahasiswi kebidanan STIK Bina Husada Palembang Tahun 2014. Palembang: STIK Bina Husada.

Winnie, Christine. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Dengan Terjadinya Keputihan Pada Remaja Putri Kelas XI Di SMA Kristen 1 Tomohon. Manado: Universitas Samratulangi.

Yulfitria Fauziah, dkk (2018) . Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Pencegahan Keputihan Patologis Pada Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Poltekes Kemenkes Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi, kadangkala kebijakan yang diambil belum dapat diimplementasikan sesuai dengan harapan konsumen, sehingga seringkali menimbulkan banyak klaim dari konsumen, maka

• Learn to recognize the things that don’t really have much impact in your life. and allow yourself to let

Dalam masyarakat Sumba gong digunakan untuk mengiringi tarian, gong juga dibunyikan pada saat pesta adat dan kematian dengan ritme yang berbeda.. Gong dalam tata

Dalam penelitian ini akan dikembangkan sistem informasi lahan dan erosi (SILKER) menggunakan free open sources FOSS-GIS ILWIS dengan mengambil DAS Sampean Baru

Hasil uji aktivitas antijamur Candida albicans hasil mikroenkapsulasi menunjukkan perbedaan yang spesifik tiap variasi konsentrasi1:8; 1:10 dan 1:12 dengan komposisi

Pengelolaan arsip pada Seksi Pemberitaan di LPP RRI Bukittinggi kurang terkendali terutama arsip elektronik, misalnya arsip-arsip yang tercipta tidak disimpan dalam

Tujuan Organisasi Kontribusi Output/Hasil Kegiatan terhadap Penguatan Nilai-nilai Organisasi 1 2 3 4 5 6 7 menyelesaikan tugas dengan baik Membuat montase termasuk

Telaahan teradap rancangan awal RKPD dimaksudkan untuk membandingkan antara rumusan hasil identifikasi kebutuhan program dan kegiatan berdasarkan analisis kebutuhan yang telah