• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Jasa Dan Peningkatan Citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II (PERSERO) (Studi Korelasional Antara Kegiatan Pelayanan Jasa Dan Peningkatan Citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II Di Mata Pengguna Jasa Penerbangan Di Bandara Polonia M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelayanan Jasa Dan Peningkatan Citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II (PERSERO) (Studi Korelasional Antara Kegiatan Pelayanan Jasa Dan Peningkatan Citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II Di Mata Pengguna Jasa Penerbangan Di Bandara Polonia M"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

PELAYANAN JASA DAN PENINGKATAN CITRA

INSTANSI PERUSAHAAN PT ANGKASA PURA II (PERSERO) (Studi Korelasional Antara Kegiatan Pelayanan Jasa Dan Peningkatan Citra Instansi

Perusahaan PT Angkasa Pura II Di Mata Pengguna Jasa Penerbangan

Di Bandara Polonia Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

DIAJUKAN OLEH: ACCUN PURBA

090922064

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pelayanan Jasa Dan Peningkatan Citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero), (Studi Korelasional Antara Kegiatan Pelayanan Jasa Dan Peningkatan Citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II Di Mata Pengguna Jasa Penerbangan Di Bandara Polonia Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan kegiatan Pelayanan Jasaterhadap peningkatan citra Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero). Teori yang digunakan dan dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Pelayanan, Jasa, dan Citra Perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara Kegiatan Pelayanan Jasaterhadap Peningkatan Citra Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero).

Populasi dalam penelitian ini adalah para penumpang pesawat terbang yang datang menuju Bandar Udara Polonia Medan dengan jumlah populasi 3.714.970 orang yang merupakan jumlah rata-rata penumpang domestik pada periode Tahun 2011. Untuk menentukan jumlah sampel maka digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% dan jumlah sampel yang didapat sebanyak 100 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling dan Accidental Sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 20. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,471, untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara kegiatan Pelayanan Jasa terhadap Peningkatan Citra Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero).

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan puji dan syukur

kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-NYA

kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pelayanan Jasa Dan Peningkatan Citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II

(Persero), (Studi Korelasional Antara Kegiatan Pelayanan Jasa Dan Peningkatan Citra

Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II Di Mata Pengguna Jasa Penerbangan Di

Bandara Polonia Medan), untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen

Ilmu Komunikasi. Tak lupa shalawat berangkaikan salam penulis haturkan kepada

Junjungan Alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari

alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan

skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kemampuan Penulis. Oleh

karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas Penulis menerima kritik dan saran yang

membangun dari pembaca yang nantinya berguna di hari yang akan datang. Dalam

menyelesaikan skripsi ini Penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak.

Ucapan terimakasih dari dasar hati yang terdalam, Penulis persembahkan

kepada Ayahanda S. Purba dan Ibunda D. Sitanggang yang selalu memberikan do’a,

dukungan moril dan materil, serta kasih sayang yang selalu dicurahkan kepada

Penulis. Tidak lupa pula ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

(4)

nasehat, dan masukan yang diberikan kepada Penulis. Terimakasih yang

setulus-tulusnya juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardi Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Nurbani, M.Si, selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan

masukan, bimbingan dan dorongan kepada penulis. Terima kasih atas

pengetahuan dan wawasan baru yang diberikan kepada penulis, semua itu sangat

berarti bagi penulis.

5. Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si selaku dosen wali yang telah membantu dan

memotivasi Penulis.

6. Kak Icut, Kak Maya, dan kak Ros yang selalu ada di departemen yang setia

membantu penulis dalam menyelesaikan urusan administrasi.

7. Seluruh Dosen/Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu Komunikasi.

Terimakasih yang tulus penulis sampaikan atas jasa-jasa yang telah diberikan

selama masa perkuliahan.

8. Seluruh perangkat yang berada di dalam manajemen PT Angkasa Pura II

(Persero) Bandara Polonia Medan, terima kasih banyak atas segala bantuan yang

telah diberikan.

9. Sahabat-sahabat penulis: Fandy, Fajar, Surya Agung Marti, Ramadhan, Hera

(5)

10. Teman-teman kampus: Bang Ridha, Bang Arif, Bang Wan Mohd, Bang Accun,

Bang Raynaldi, Bang Janwardi, Bang Sihar, Mila, Sama, Dwi, Endah Aceh,

Endah Jawa, Desnien, Tetty, Si Pal, Topik, Wahyu, dan semua yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu.

11. Para sahabat KOMPAS-USU: Wanol, Yudha, Tanjung, Roganda, Iyat, Tia, Ana,

Ivay, Adel, Arif, Bang Sardi, Bang Remon, Bang Dony, Bang Ipol, Kak Sarah,

Kak Ibid.

12. Semua pihak yang secara sadar atau tidak, telah ikut serta membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang

tulus.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah

diberikan oleh semua pihak, semoga ALLAH SWT akan membalasnya dengan

limpahan rahmat kepada kita semua. Harapan penulis semoga skripsi ini kelak dapat

berguna dan jika terdapat kesalahan penulis memohon maaf serta menerima kritik dan

saran yang bersifat membangun.

Medan, Agustus 2011

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 8

I.3 Pembatasan Masalah ... 8

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 9

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 9

I.5 Kerangka Teori ... 10

I.5.1 Komunikasi ... 10

I.5.2 Pelayanan ... 11

I.5.3 Jasa ... 16

I.5.4 Citra Perusahaan ... 19

I.6 Kerangka Konsep ... 22

I.7 Model Teoritis ... 23

I.8 Konsep Operasional ... 22

I.9 Definisi Operasional... 24

I.10 Hipotesis ... 26

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi ... 27

II.2 Pelayanan ... 31

II.3.1 Bentuk Pelayanan ... 32

II.3.2 Faktor-Faktor Dalam Pelayanan ... 34

II.2.4 Kesan Pertama Dalam Pelayanan ... 36

II.2.5 Etiket Pelayanan ... 37

II.2.6 Asas Pelayanan ... 38

II.2.7 Prinsip Pelayanan ... 39

II.3 Jasa ... 40

II.3.1 Pengertian Jasa ... 40

II.3.2 Kualitas Jasa ... 44

II.4 Citra Perusahaan ... 46

II.4.1 Faktor-Faktor Citra ... 49

II.4.2 Jenis Citra ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54

III.1.1 Sejarah Berdirinya PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar dara Polonia Medan ... 54

III.1.1.1 Pada Masa Penjajahan ... 55

(7)

III.1.1.3 Pada Masa Pembangunan ... 61

III.1.2 Lokasi Penelitian ... 69

III.1.3 Struktur Organisasi PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan ... 69

III.1.4 Bagan Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan ... 70

III.1.5 Job Description Dan Kegiatan Kantor PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan ... 70

III.1.6 Visi Dan Misi Perusahaan ... 76

III.2 Metode Penelitian ... 77

III.3 Populasi Dan Sampel ... 77

III.3.1 Polpulasi ... 77

III.3.2 Sampel ... 78

III.4 Teknik Penarikan Sampel ... 79

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 79

III.5.1 Purposive Sampling ... 79

III.5.2 Accidental Sampling ... 79

III.6 Teknik Analisis Data ... 80

III.6.1 Analisis Tabel Tunggal ... 80

III.6.2 Analisis Tabel Silang ... 80

III.6.3 Uji Hipotesa ... 80

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengumpulan Data Di Lapangan ... 82

IV.1.1 Analisis Tabel Tunggal ... 83

IV.1.2 Analisis Tabel Silang ... 109

IV.1.3 Uji Hipotesa ... 115

IV.1.4 Pembahasan ... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 120

V.2 Saran ... ... 121

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 1 : Operasional Variabel ... 23

Tabel 2 : Ketersediaan Jumlah Trolley ... 84

Tabel 3 : Keberadaan Trolley Pengangkut Barang ... 85

Tabel 4 : Posisi Peletakan Trolley ... 86

Tabel 5 : Prosedur Pemeriksaan X-Ray ... 86

Tabel 6 : Cara Kerja Para Petugas Pemeriksa X-Ray ... 87

Tabel 7 : Kondisi fisik bagasi atau barang-barang bawaan ... 87

Tabel 8 : Cara petugas ketika memeriksa tingkat keamanan ... 88

Tabel 9 : Pemanfaatan waktu atau durasi pemeriksaan ... 89

Tabel 10: Tingkat kepahaman tahapan pemeriksaan... 89

Tabel 11: Proses pelayanan keamanan barang-barang bawaan ... 90

Tabel 12: Tanggung jawab dalam memberikan pelayanan informasi ... 91

Tabel 13: Cara petugas Operator Menyampaikan Informasi ... 92

Tabel 14: Tanggung jawab pelaksana pelayanan ... 92

Tabel 15: Tingkat kepuasan terhadap sikap bagian informasi ... 93

Tabel 16: Ketanggapan Petugas Bandar Udara Polonia ... 94

Tabel 17: Sikap para petugas pelayanan ... 94

Tabel 18: Kelengkapan fasilitas dan lokasi antara fasilitas ... 95

Tabel 19: Tampilan Layar Monitor Estimasi ... 96

Tabel 20: Posisi Layar Monitor Estimasi ... 96

Tabel 21: Kelengkapan isi dalam Layar Monitor Estimasi ... 97

Tabel 22: Suhu udara di dalam Bandar Udara Polonia Medan ... 98

Tabel 23: Suasana di dalam ruang tunggu Bandar Udara Polonia ... 98

Tabel 24: Kondisi Ruang Mushalla Bandar Udara ... 99

Tabel 25: Akses menuju toilet ... 100

Tabel 26: Tata letak kendaraan yang ada di lokasi ... 100

Tabel 27: Suasana yang dirasakan selama berada di Bandar Udara ... 101

Tabel 28: Tingkat kejelasan informasi yang didapatkan ... 102

Tabel 29: Informasi Melalui Layar Monitor ... 103

(9)

Tabel 31: Pemeriksaan penumpang melalui WTMD dan HHMD ... 105

Tabel 32: Petugas Bandar Udara Polonia selalu menanggapi keluhan ... 105

Tabel 33: Petugas Bandar Udara Polonia memiliki kredibilitas ... 106

Tabel 4 : Setiap petugas Melakukan Tugasnya Sepenuh Hati ... 107

Tabel 35: Setiap petugas pelayanan sudah bersikap profesional ... 107

Tabel 36: Mendapatkan Perilaku yang menyenangkan ... 108

Tabel 37: Kinerja yang ditunjukkan oleh petugas pelayanan ... 108

Tabel 38: ... 110

Tabel 39: ... 111

Tabel 40: ... 113

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

Gambar 1 : Model Teoritis ... 23

Gambar 2 : Model Pembentukan Citra ... 51

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pelayanan Jasa Dan Peningkatan Citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero), (Studi Korelasional Antara Kegiatan Pelayanan Jasa Dan Peningkatan Citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II Di Mata Pengguna Jasa Penerbangan Di Bandara Polonia Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan kegiatan Pelayanan Jasaterhadap peningkatan citra Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero). Teori yang digunakan dan dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Pelayanan, Jasa, dan Citra Perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara Kegiatan Pelayanan Jasaterhadap Peningkatan Citra Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero).

Populasi dalam penelitian ini adalah para penumpang pesawat terbang yang datang menuju Bandar Udara Polonia Medan dengan jumlah populasi 3.714.970 orang yang merupakan jumlah rata-rata penumpang domestik pada periode Tahun 2011. Untuk menentukan jumlah sampel maka digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% dan jumlah sampel yang didapat sebanyak 100 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling dan Accidental Sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 20. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,471, untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara kegiatan Pelayanan Jasa terhadap Peningkatan Citra Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero).

(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan hidup yang terjadi dengan cepat diberbagai bidang seperti

teknologi, industri, dan komunikasi membuat kita juga harus berpacu dengan waktu

untuk dapat mengikuti serta menyesuaikan diri dengan segala perubahan yang terjadi.

Khususnya bagi organisasi atau perusahaan yang bergerak didunia yang sangat

mengedepankan jasa. Jasa transportasi, asuransi, telekomunikasi, hiburan televisi,

pendidikan dan jasa finansial adalah sebagian besar jasa yang berkembang dewasa

ini. Bisnis jasa ini sangat memberikan pengaruh yang begitu besar bagi dunia

modern. Kini setiap konsumen tidak lagi hanya membeli suatu produk, tetapi juga

segala aspek jasa atau pelayanan yang melekat pada produk tersebut. Sehingga dapat

dilihat bahwa pelayanan merupakan faktor paling penting didalam suatu dunia usaha

yang bersifat jasa.

Kualitas pelayanan merupakan suatu kunci mutlak bagi suatu perusahaan,

oleh karena itu suatu perusahaan hendaknya terus berusaha meningkatkan kegiatan

pelayanan pada konsumen, dimana semakin tinggi kualitas pelayanan yang diberikan,

maka konsumen akan merasa semakin puas. Peluang-peluang ini ditanggapi segera

oleh perusahaan penerbangan nasional, baik pelayanan sebelum keberangkatan

maupun pelayanan ketika keberangkatan.

Untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat terhadap transportasi

udara yang cepat dan aman, serta didukung oleh fasilitas dan sarana penunjang yang

canggih, perusahan perlu untuk terus meningkatkan pelayanannya sehinggga

(13)

tujuannya. Keadaan ini tentunya harus diantisipasi oleh perusahaan apabila ia ingin

tetap mempertahankan citranya dan terus berkembang mencapai tujuan yang telah

direncanakan.

Masalah pelayanan disektor pemerintahan memiliki peranan yang besar

karena menyangkut kepentingan masyarakat secara umum. Menurut Gronross (dalam

Ratminto 2005: 2), pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang

bersifat tidak kasat mata yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antar konsumen

dengan karyawan atau hal- hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi

pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau

pelanggan.

Tujuan dari pelayanan publik itu sendiri adalah untuk memuaskan keinginan

masyarakat pada umumnya. Untuk mencapai kepuasan pelanggan maka harus ada

kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat atau

pelanggan. Kualitas pelayanan ini adalah kesesuaian antara harapan dengan

kenyataan yang diterima oleh seseorang. Penilaian masyarakat atau pelanggan

terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan akan

dinyatakan baik atau tidak tergantung kepada tingkat pelayanan yang dirasakan sesuai

dengan atau melebihi harapannya. Pelayanan publik dimaksudkan untuk memberikan

suatu pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban

aparatur negara. Jadi kualitas pelayanan publik berhasil dibangun apabila masyarakat

mengakui merasakan adanya kepuasan dari pelayanan yang diberikan oleh aparatur

negara tersebut. Oleh karena itu, kualitas pelayanan masyarakat dewasa ini tidak

dapat diabaikan lagi, bahkan hendaknya sedapat mungkin disesuaikan dengan

(14)

Kepuasan yang diikuti loyalitas pada dasarnya merupakan salah satu faktor paling utama dalam meningkatkan pemasaran serta pendapatan suatu perusahaan penyedia jasa. Untuk menumbuhkan kepuasan pelanggan dalam diri konsumen bukanlah hal yang mudah dibentuk karena penyedia jasa harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu kepada pelanggan, sebab mutu dapat mendorong pelanggan untuk menjalin hubungan yang erat dengan perusahaan, dimana hubungan tersebut memungkinkan perusahaan untuk mengetahui apa kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dengan memahami hal tersebut, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan dan meningkatkan loyalitas pelanggan yaitu dengan cara berusaha memaksimumkan pengalaman yang menyenangkan dan meminimumkan atau bahkan meniadakan pengalaman yang kurang menyenangkan bagi pelanggan.

Bukan hanya mutu pelayanan saja tetapi juga didukung dengan kualitas jasa

tersebut, dimana kualitas jasa sangat berbeda dengan kualitas barang. Kualitas barang

dapat distandarisasikan dan juga jelas karena dapat diraba, dilihat, dan dirasakan

keberadaanya. Namun berbeda dengan jasa karena jasa adalah setiap tindakan atau

kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

(15)

Saat ini Angkasa Pura II mengelola dua belas bandara utama di kawasan Barat Indonesia, yaitu Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping) dulunya Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang) dulunya Kijang, Sultan Thaha (Jambi) dan Depati Amir (Pangkal Pinang) , serta melayani jasa penerbangan untuk wilayah udara (Flight Information Region/FIR) Jakarta.

Seiring dengan pertumbuhan industri angkutan udara Indonesia yang meningkat pesat, Angkasa Pura II selalu mengedepankan pelayanan yang terbaik bagi pengguna jasa bandara. Bandara yang dikelola Angkasa Pura II selalu memperoleh penghargaan Prima Pratama dari Departemen Perhubungan RI untuk kategori Terminal Penumpang Bandara. Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang handal, selama tiga tahun berturut-turut Angkasa Pura II telah memperoleh penghargaan The Best BUMN in Logistic Sector dari Kementerian Negara BUMN RI (2004-2006) dan The Best I in Good Corporate Governance (2006). Angkasa Pura II selalu melaksanakan kewajibannya memberikan deviden kepada negara sebagai pemegang saham dan turut membantu meningkatkan kesejahteraan dan kepedulian terhadap karyawan dan keluarganya serta masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara melalui program Corporate Social Responsibility.

(16)

Selain fasilitas penerbangan, di kedua terminal ini terdapat beberapa fasilitas untuk menyamankan pengguna bandara seperti cafetaria, money changer, restauran, snack bar, souvenir shop, wartel dan Duty Free Shop. Karena fungsinya bandara internasional, Polonia juga dilengkapi dengan Pelayanan keimigrasian, Karantina Kesehatan, Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan, Karantina Ikan, dan Pelayanan Informasi Paiwisata.

Pelayanan memang bukan produk utama suatu perusahaan. Sebuah perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan seperti PT Angkasa Pura II, memiliki fasilitas penerbangan dan fasilitas penunjang kebutuhan pribadi pengguna bandar udara lainnya. Tetapi apabila pada saat fasilitas itu dimanfaatkan oleh para pengguna bandar udara tersebut tidak ‘dibungkus’ dengan service ataupelayanan yang baik oleh aparat bandar udara, maka hal itu tidak akan dapat memuaskan mereka. Pada dasarnya semua orang ingin dan senang dihargai, sehingga ketika dalam satu pertemuan atau proses pelayanan terjadi hal-hal yang menurut mereka sebagai penumpang tidak sesuai dengan yang harus diterima, sehingga akan timbul ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan ini apabila tidak diatasi dengan baik akan menimbulkan keluhan yang ujung-ujungnya adalah kekecewaan penumpang, dan yang paling buruk adalah rusaknya citra perusahaan itu sendiri.

Di tengah persaingan dunia penerbangan yang sengit, ditambah lagi dengan banyaknya persaingan harga tiket di beberapa maskapai penerbangan yang sangat menarik, tidak menjadikan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan mengorbankan citranya. PT Angkasa Pura II (Persero) mampu menunjukkan bahwa PT Angkasa Pura II (Persero) tetap dapat menciptakan dan mempertahankan citra Bandar Udara Polonia Medan yang selama ini telah terbentuk.

(17)

Citra yang dihasilkan selama ini oleh PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan, masih tergolong baik. Karena terlihat makin banyaknya masyarakat yang ingin berangkat ke tujuannya melalui udara, baik domestik maupun internasional. Walaupun citra merupakan sesuatu yang abstrak dan tidak dapat diukur secara sistematis, namun wujudnya dapat dirasakan dari hasil penelitian, baik dan buruk yang datang dari khalayak atau masyarakat luas. Penilaian atau tanggapan tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa hormat (respect), kesan-kesan yang baik yang berakar pada nilai-nilai kepercayaan.

Terdapat sembilan maskapai penerbangan yang beroperasi disini, yaitu Garuda Indonesia, Merpati Nusantara, Pelangi, Mandala Airlines, Pelita Air, Mobil Oil, Silk air, MAS dan SMAC. Sedangkan rute penerbangan domestiknya adalah Banda Aceh, Meulaboh, Lokok, Lhokseumawe, GN. Sitoli, Padang, Palembang, Jakarta, Pekanbaru, Batam dan Pontianak. Terdapat pula tujuan internasional ke Penang, Kuala Lumpur, Ipoh dan Singapura. Demi meningkatkan keamanan, pengoperasioan terminal cargo-nya menggunakan sistem satu pintu, untuk menertibkan pergerakan kargo dan mencegah terjadinya manipulasi arus barang.

PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan bukannya tanpa

kendala. Di dalam menerapkan fungsinya sebagai perusahaan kebandarudaraan, PT

Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan belum berjalan secara

optimal dalam menerapkan sistem pelayanan kepada masyarakat padahal perusahaan

tersebut sebagai public service sangat rentan sekali dengan kritikan dari masyarakat

akibat dari rendahnya pelayanan yang diberikan kepada pengguna jasa penerbangan

serta ketidakpekaan perusahaan terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar Bandara

Polonia dalam hal keamaan dan kenyamanan bertempat tinggal, sehingga dapat

menimbulkan citra yang buruk bagi perusahaan itu sendiri.

(18)

Meningkatkan Citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero) Di Mata

Pengguna Jasa Penerbangan”.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah hubungan antara kegiatan pelayanan jasa terhadap peningkatan citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero) Di Mata Pengguna Jasa Penerbangan Di Bandara Polonia Medan?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang begitu luas, maka Peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini bersifat korelasional yang mencari atau menjelaskan hubungan antara kegiatan pelayanan jasa dalam meningkatkan citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero) di Kantor Cabang Polonia Medan.

2. Penelitian ini dilakukan di Kantor Cabang Polonia Medan.

3. Responden dalam penelitian ini adalah para penumpang pesawat terbang domestik yang pernah mendapatkan pelayanan minimal 3 kali dari PT Angkasa Pura II (Persero) pada Kantor Cabang Polonia Medan.

4. Waktu penelitian adalah Januari – Mei 2012 I.4 Tujuan dan Manfaat penelitian

I.4.1 Tujuan Penelitian

(19)

1. Untuk mengetahui kegiatan/pelayanan jasa yang diterapkan oleh perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero) di Kantor Cabang Polonia Medan.

2. Untuk mengetahui citra perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero) Kantor Cabang Polonia Medan di Di Mata Pengguna Jasa Penerbangan.

3. Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan antara kegiatan pelayanan jasa terhadap peningkatan citra instansi perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero) di Kantor Cabang Polonia Medan.

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian serta menambah bahan referensi dan sumber bacaan mengenai pelayanan jasa di lingkungan FISIP USU.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan Peneliti terhadap penelitian ini.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat dan membangun bagi pihak Perusahan PT Angkasa Pura II (Persero) Cabang Polonia Medan dalam meningkatkan citra instansinya.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi, 1995: 39-40).

(20)

I.5.1 Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari

kata latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama.

Sama disini maksudnya adalah sama makna. Akan tetapi, pengertian komunikasi

yang dipaparkan diatas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu

minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilangsungkan

secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang

dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The structure And Function Of

Communication In Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk

menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut:

Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect “.

Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai

jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: (Effendi, 2004: 10).

a. Komunikator (Communicator, Source, Sender).

b. Pesan (Message)

c. Media (Channel)

d. Komunikan (Communicant, Communicate)

e. Efek (Impact, Influence)

I.5.2 Pelayanan

Dalam memahami arti kata pelayanan, maka terlebih dahulu harus dipahami

defenisi dari pelayanan itu sendiri. Menurut Moenir (2002: 27), pelayanan hakikatnya

(21)

pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh

kehidupan orang dalam masyarakat.

Berdasarkan dari uraian diatas, maka pengertian pelayanan dapat

disimpulkan sebagai kegiatan yang dilakukan suatu organisasi yang ditujukan kepada

konsumen atau masyarakat umum yang dapat berbentuk barang ataupun jasa yang

memberikan kepuasan bagi yang menerima layanan.

Jika pelayanan dikaitkan dengan pelayanan publik berarti berbicara tentang

bagaiman membantu masyarakat mengatasi masalahnya dalam rangka memenuhi

kebutuhannya. Pelayanan publik diartikan sebagai tanggung jawab dari pemerintah

atas kegiatan yang ditujukan untuk kepentingan publik atau masyarakat. Pemerintah

sebagai sebuah lembaga memiliki fungsi untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat, dan sebaliknya masyarakat sebagai pihak yang memberikan mandat

kepada pemerintah memiliki hak untuk memperoleh pelayanan. Untuk itu seorang

aparatur negara haruslah bertindak sebagai pelayan bagi masyarakat.

Berikut ini adalah beberapa defenisi mengenai pelayanan publik:

1. Menurut Undang-Undang Pelayanan Publik No.25 Tahun 2009.

Pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

2. Menurut Ratminto (2005: 5).

Pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk

barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung

(22)

rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan peraturan perundang- undangan.

3. Menurut Kurniawan (2005: 4).

Pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau

masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan

aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan

publik adalah keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah

kepada publik didalam suatu organisasi atau instansi untuk memenuhi kebutuhan

penerima pelayanan publik/masyarakat.

I.5.2.1 Bentuk-Bentuk Pelayanan

Pemerintah merupakan pihak yang memberikan pelayanan bagi masyarakat.

Adapun didalam pelaksanaannya pelayanan ini terdiri dari beberapa bentuk. Menurut

Moenir (2002: 190), bentuk pelayanan itu terdiri dari:

1. Pelayanan dengan lisan.

Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas dibidang hubungan

masyarakat, dibidang layanan informasi dan dibidang-bidang lain yang tugasnya

memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan. Agar

supaya pelayanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-syarat

yang harus dipenuhi oleh pelaku layanan, yaitu:

a. Memahami benar masalah- masalah yang termasuk dalam bidangnya.

b. Mampu memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar, singkat tetapi

cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan

(23)

c. Bertingkah laku sopan dan ramah.

2. Pelayanan melalui tulisan.

Pelayanan berbentuk tulisan ini merupakan jenis pelayanan dengan

memberikan penjelasan melalui tulisan didalam pengolahan masalah masyarakat,

pelayanan dalam bentuk tulisan ini terdiri dari dua jenis yakni:

a. Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan kepada

orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan

dengan instansi atau lembaga.

b. Pelayanan yang berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan,

pemberian/pelayanan, pemberitahuan dan lain sebagainya.

3. Pelayanan berbentuk perbuatan

Di dalam pelayanan berbentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan

dengan bentuk gabungan dari pelayanan berbentuk perbuatan dan pelayanan lisan.

I.5.2.2 Asas Pelayanan

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa,

penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas- asas pelayanan sebagai berikut

(Tjandra, 2005: 11):

a. Transparansi: Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas: Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

(24)

c. Kondisional: Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima

layanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif: Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan

masyarakat.

e. Kesamaan Hak: Tidak diskriminatif, dalam arti tidak membedakan suku, ras,

agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban: Pemberi dan penerima pelayanan publik

harus memenuhi hak dan kewajiban masing- masing pihak.

I.5.2.3 Prinsip Pelayanan

Didalam keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 disebutkan bahwa

penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

a. Kesederhanaan.

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah

dilaksanakan.

b. Kejelasan.

Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal:

1. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik.

2. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan

pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan

pelayanan publik.

(25)

c. Kepastian Waktu.

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah

ditentukan.

d. Keamanan.

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian

hukum.

e. Tanggung Jawab.

Pemimpin penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk

bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/

persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

f. Kemudahan Akses.

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh

masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

g. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan.

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta

memberikan pelayanan yang ikhlas.

h. Kenyamanan.

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang

nyaman, bersih rapi, lingkungan yang indah, sehat serta dilengkapi dengan

(26)

I.5.3 Jasa

I.5.3.1 Pengertian Jasa

Pengertian jasa menurut Kotler (Tjiptono,1996: 6) adalah setiap tindakan

atau kegiatan ditawarkan oleh satu pihak kepihak lain yang secara prinsip tidak

berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, jasa pada dasarnya adalah sesuatu

yang mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:

a. Sesuatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

b. Proses produksi jasa dapat menggunakan atau tidak menggunakan bantuan suatu

produk fisik.

c. Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan.

d. Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa.

Jasa memiliki empat ciri utama yang sangat mempengaruhi rancangan

program pemasaran (Tjiptono,1996: 15) yaitu sebagai berikut:

a. Tidak Berwujud (intangible).

Jasa berbeda dengan barang. Jika barang merupakan suatu objek, alat, atau benda,

maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja, atau usaha. Bila barang dapat dimiliki,

maka jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki. Meski sebagian

besar jasa dapat berkaitan dan didukung oleh produk fisik. Bersifat intangibel

berarti jasa tersebut tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium atau didengar

sebelum dibeli. maka untuk mengurangi ketidakpastian, pelanggan akan mencari

informasi tentang jasa tersebut, seperti lokasi perusahaan, para penyedia dan

penyalur jasa, peralatan dan komunikasi yang digunakan serta harga produk jasa

(27)

b. Tidak Terpisahkan (inseparability).

Jasa itu dijual lalu diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Yang menjadi

ciri khusus dari jasa ini adalah interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan.

c. Bervariasi (variability).

Jasa yang diberikan sering kali berubah-ubah tergantung dari siapa

menyajikannya, kapan dan dimana penyajian jasa tersebut dilakukan. Ini

mengakibatkan sulitnya menjaga kualitas jasa berdasarkan suatu standar. Untuk

mengatasi hal tersebut, perusahaan dapat menggunakan tiga pendekatan dalam

pengendalian kualitasnya, yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik.

2. Melakukan standarisasi proses produksi jasa.

3. Memantau kepuasan melalui sistem saran dan keluhan, survai, dan comparison

shoping, sehingga pelayanan yang kurang baik dapat diketahui dan diperbaiki.

d. Mudah Musnah (perishability)

Jasa tidak dapat disimpan atau mudah musnah sehingga dapat dijual pada masa

yang akan datang.

Sebagian besar masyarakat masih mengangap sektor jasa identik dengan jasa

kebersihan (cleaning service), pelayan restoran atau pramuniaga yang berkaitan

dengan pekerjaan kasar, gaji dan pendidikan pekerjaanya yang rendah. Sektor jasa

dalam perekonomian berkembang dari tahun ketahun dan dalam perhitungan

pendapatan nasional yang termasuk sektor jasa adalah sebagai berikut:

1. Jasa perdagangan besar, eceran, restoran, dan hotel.

2. Jasa pengangkutan, pergudangan dan komunikasi.

(28)

5. Jasa pemerintahan (misalnya: pertahanan, jalan, kesehatan, pendidikan, keamanan,

listrik, air bersih).

6. Penghasil jasa yang lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan

lembaga- lembaga keagamaan.

I.5.4 Citra Perusahaan

Citra perusahaan adalah persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan.

Persepsi seseorang terhadap perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau

mereka kira tentang reputasi perusahaan yang bersangkutan. Jadi, citra sebuah

perusahaan yang sama dapat berbeda di mata dua orang yang berlainan. Konsumen

akan memperhatikan berbagai informasi mengenai perusahaan atau korporasi, dan

bagaimana pengalamannya atas penggunaan produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Ketika konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaan

produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, maka konsumen akan mempunyai

citra yang positif dan loyal atas perusahaan tersebut yang akan menjadi salah satu

pegangan bagi konsumen dalam mengambil berbagai macam keputusan penting

diantaranya untuk berlangganan (melakukan pembelian ulang) dan

merekomendasikan produk atau jasa perusahaan kepada orang lain.

Jefkins menyebut bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan

pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan. Jalaluddin

menyebutkan bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus

sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut realitas. Citra terbentuk

berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang.

(29)

pengetahuan yang kita miliki. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.

Menurut penelitian John S. Nimpoene (Soemirat dan Ardianto, 2004: 115),

proses pembentukan citradapat melalui:

a. Persepsi.

Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsang tersebut. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu.

b. Kognisi.

Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini

akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu

harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi

perkembangan kognisinya.

c. Afeksi.

Afeksi adalah keinginan dari masyarakat untuk selalu dapat diberikan informasi yang berkenaan dengan ikatan emosional sehingga motivasi dan sikap yang ada akan menggerakkan respons seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang.

d. Motivasi.

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan

(30)

e. Sikap.

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi.

Karakteristik yang paling penting untuk membangun suatu hubungan

penjualan yang baik dengan konsumen adalah dengan membangun suatu kepercayaan

dalam diri konsumen tersebut. Perusahaan harus bertanggung jawab atas pelayanan

dan fasilitas yang diberikan kepada khalayak yang telah percaya dan loyal kepada

perusahaan. Pada saat konsumen mempercayai pihak lain dalam hubungan

interpersonal, konsumen akan menggantungkan dirinya pada pihak lain tersebut dan

konsumen akan mempunyai komitmen dan memiliki perhatian (Attention) dalam

hubungan tersebut. Demikian juga halnya jika entitas yang dipercayai tersebut adalah

suatu produk dari sebuah perusahaan, maka konsumen memiliki niat (intention) dan

bersimpati untuk terus mempertahankan hubungannya (loyal) dengan suatu produk

dari perusahaan tersebut. Hal ini diperkuat oleh oleh temuan penelitian Andreassen

(1997: 19), Mohamad dan Awang (2009: 39) bahwa citra perusahaan berpengaruh

terhadap loyalitas pelanggan.

(31)

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang

bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai.

Untuk itu kerangka konsep dapat berupa teori-teori baru yang akan diuji atau

pengembangan teori-teori yang sudah ada dan bahkan berupa

kemungkinan-kemungkinan implementasi hasil penelitian bagi kehidupan nyata. Perumusan

kerangka konsep itu merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan

hipotesis penelitian (Nawawi, 2001: 40).

Kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang akan

dicapai, dianalisa secara kritis berdasarkan bahan persepsi (pengamatan) yang

dimiliki dan kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang

dicapai. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus

dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel-variabel yang

akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas ( X )

Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel terikat, sementara variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari pengaruh variabel terikat (Bungin, 2005: 62).

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lainnya (Kriyantono, 2006: 21). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pelayanan Jasa.

2. Variabel Terikat ( Y )

(32)

I.7 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

I.8 Operasional Variabel

Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam penelitian. Maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi variabel-variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian.

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X) Pelayanan Jasa

a. Kesederhanaan b. Kejelasan

c. Kepastian Waktu d. Keamanan e. Tanggung Jawab f. Kemudahan Akses

g. Kedisiplinan, Kesopanan, dan Keramahan

h. Kenyamanan

2. Variabel Terikat (Y)

Peningkatan Citra Instansi Perusa-haan PT Angkasa Pura II

a. Persepsi b. Kognisi c. Afeksi d. Motivasi e. Sikap Variabel Bebas (X)

Pelayanan Jasa

Variabel Terikat (Y)

Peningkatan Citra Instansi Perusahaan

(33)

I.9 Definisi Operasional (Pelayanan Jasa)

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Variabel Bebas

a. Kesederhanaan : Yaitu suatu prosedur pelayanan Bandar Udara Polonia yang

tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah

dilaksanakan.

b. Kejelasan : Mencakup kejelasan mengenai teknis pelaksanaan pelayanan

dan penyelesaian keluhan di dalam pelayanan

kebandarudaraan.

c. Kepastian Waktu : Waktu pelaksanaan pelayanan publik di Bandar Udara

Polonia dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah

ditentukan.

d. Keamanan : Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman

dan kepastian hukum.

e. Tanggung Jawab : Tanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan bandar

udara dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam

pelaksanaan pelayanan publik.

f. Kemudahan Akses : Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai,

mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan

teknologi telekomunikasi dan informatika yang tersedia di

(34)

g. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan.

: Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan

santun, ramah serta memberikan pelayanan yang ikhlas.

h. Kenyamanan : Lingkungan pelayanan bandar udara yang tertib, teratur,

disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih rapi,

lingkungan yang indah, sehat serta dilengkapi dengan

fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat

ibadah.

2. Variabel Terikat (Peningkatan Citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II

Persero)

a. Persepsi : Rangsangan yang timbul akibat diterimanya informasi dari pihak lain, bisa menghasilkan persepsi positif maupun negatif, yang mempengaruhi proses pembentukkan citra perusahaan.

b. Kognisi : Keyakinan yang timbul dari individu setelah menerima dan mengerti rangsangan yang diterima, sehingga individu tersebut harus diberikan informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuannya.

c. Afeksi : Keinginan dari masyarakat untuk selalu dapat diberikan informasi yang berkenaan dengan ikatan emosional.

d. Motivasi : Dorongan atau alasan yang mengerakkan Bandar Udara Polonia untuk selalu menjaga citra perusahaan melalui tindakan.

(35)

I.13.2 Hipotesis

Hipotesis adalah saranan penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995: 43). Hipotesis adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan dan diuji kebenarannya (Nawawi, 1995: 44).

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat hubungan antara Pelayanan Jasa dengan Peningkatan Citra Instansi Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan. Ha : Terdapat hubungan antara Pelayanan Jasa dengan Peningkatan Citra Instansi

(36)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Teori merupakan proposisi yang menggambarkan satu gejala terjadi. Proposisi-proposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Teori menyajikan kerangka sehingga konsep dan variabel mendapatkan arti penting, dalam teori juga terkandung konsep teoritis yang berfungsi menggambarkan realitas dunia yang dapat diobservasi (Suyanto dkk, 2005: 34).

Sebelum menguraikan teori-teori tersebut, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu pengertian dari komunikasi dan komunikasi massa sebagai dasar ilmu dari penelitian ini.

II.1 Komunikasi

Manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia secara tidak kodrati harus hidup

bersama manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya,

maupun demi keturunannya. Jelasnya, manusia harus hidup bermasyarakat. Sebagai

makhluk sosial yang hidup ditengah-tengah masyarakat, manusia senantiasa ingin

berhubungan dengan manusia lainnya dalam bentuk interaksi. Hubungan itu dibangun

melalui komunikasi. Komunikasi digunakan sebagai jembatan yang menghubungkan

manusia yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi menjadi sarana guna terciptanya

ide bersama, memperkuat perasaan kebersamaan melalui tukar menukar pesan

(informasi), menggambarkan emosi dan kebutuhan mulai dari yang paling sederhana

sampai yang kompleks.

Beberapa pakar menilai bahwa komunikasi merupakan suatu kebutuhan

fundamental bagi seseorang yang hidup bermasyarakat. Suatu teori dasar biologi

(37)

untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Harold D. Laswell menyebutkan tiga fungsi dasar yang menyebabkan

manusia berkomunikasi yaitu:

1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya

2. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya

3. Upaya manusia untuk dapat melaksanakan transformasi warisan sosialisasi

(Cangara, 2006: 2-3)

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang

dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Secara etimologis atau menurut asal

katanya, komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa

Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare

yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah

istilah yang paling sering sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar

dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu

pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa

komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu

kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia, karena

itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau sering kali

disebut komunikasi sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai

singkatan dari komunikasi antarmanusia, dinamakan komunikasi sosial karena hanya

(38)

Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan

oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap,

pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui

media (Effendy, 2004: 4). Karena komunikasi merupakan unsur penting bagi

kehidupan manusia, maka banyak para ahli dari berbagai disiplin ilmu turut mengkaji

ilmu komunikasi dan melahirkan berbagai definisi yang beragam.

Pada tahun 1960, Carl I. Hovland dalam karyanya berjudul Social Communication memunculkan istilah Science of Communication yang didefinisikan sebagai suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan cara yang setepat-tepatnya asas-asas pentransmisian informasi serta pembentukan opini dan sikap (Effendy, 2003: 12).

Definisi Hovland tersebut menunjukkan bahwa komunikasi bukan saja hanya proses penyampaian informasi, tetapi komunikasi juga merupakan proses pembentukan pendapat khalayak atau masyarakat dan untuk mengubah perilaku mereka. Di dalam menyampaikan informasi kepada khalayak diperlukan komunikasi yang komunikatif, sehingga dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku khalayak yang menerima informasi tersebut.

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) menyatakan bahwa: “komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang mengkhendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Book, 1980, dalam Cangara, 2004: 18-19).

(39)

Gerald R. Miller menyebutkan komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Everett M. Rogers mendefinisikan komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Kemudian D. Lawrence Kincaid (1981) menyempurnakan definisi Rogers tersebut dengan menyatakan komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melaksanakan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang dalam (Cangara, 2004: 19).

Definisi yang dikemukakan diatas tentunya belum mewakili semua definisi

komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah

memperoleh gambaran seperti apa yang diungkapkan Shannon dan Weaver (1949)

bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh

mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja, tidak terbatas pada

bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka,

lukisan, seni dan teknologi. Karena itu, jika kita berada dalam situasi berkomunikasi,

maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa

atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi

(Cangara, 2006: 19-20).

II.2 Pelayanan

(40)

Pengertian Pelayanan menurut A.S. Moenir (1998: 16) adalah suatu proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain secara langsung. Dari pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa pelayanan jasa mempunyai aktivitas melalui orang lain dalam bentuk jasa yang menyajikan berbentuk keramah-tamahan yang menyenangkan dan daya tarik pada pelanggan atau pengguna jasa dalam pelayanan tersebut.

Menurut A. Azis Hasan (2003: 30) “Penerapan pelayanan kebayakan diperankan oleh wanita, dikarenakan wanita lebih memiliki daya tarik bagi kaum pria, terlebih-lebih dengan kata-katanya yang lembut atau parasnya yang lumayan, mungkin pria akan tertarik dan membeli produk yang ditawarkan”. Dengan demikian kebayakan perusahaan menempatkan wanita sebagai Pelayanan yang melayani keperluan pelanggan yang berkunjung.

Menurut (Ratminto, 2005: 2) menyatakan bahwa pelayanan adalah suatu

aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba)

yang terjadi sehingga akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau

hal-hal yang disediakan oleh Perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk

memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan. Sedangkan pelayanan adalah

produk-produk yang tidak kasat mata yang melibatkan usaha-usaha manusia dan

menguraikan peralatan.

Pada dunia bisnis yang penuh persaingan banyak Perusahaan yang saling

bersaing dalam kualitas produk, kualitas pelayanan yang baik. Dalam strategi yang

seperti in maka yang akan paling menentukan adalah organisasi yang dapat

memberikan pelayanan yang terbaik.

Pengalaman menunjukkan bahwa motivasi untuk melayani secara baik

dimulai dari dalam organisasi sendiri. Langkah pertama untuk melayani pelanggan

secara baik dimulai dengan mencoba memberikan pelayanan yang lebih baik kepada

(41)

adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sebagai seorang pemberi pelayanan,

maka dihadapkan pada kenyataan untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.

II.2.1 Bentuk Pelayanan

Menurut A. S Moenir (1998: 190) bentuk pelayanan secara umum ada 3 (tiga) macam yaitu:

1. Pelayanan dengan lisan. 2. Pelayanan dengan tulisan. 3. Pelayanan dengan perbuatan.

Ketiga bentuk pelayanan ini memang tidak selamanya berdiri sendiri secara murni, melainkan sering berkombinasi.

1. Pelayanan dengan lisan.

Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh tugas-tugas dibidang hubungan masyarakat, dibidang pelayanan informasi dan bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan, agar pelayanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, contoh: Seseorang petugas pada stand barang-barang hasil industri mobil, ia harus menguasai masalah-masalah yang berkaitan dengan industri permobilan secara garis besar.

2. Pelayanan dengan tulisan.

Pelayanan dengan tulisan merupakan bentuk pelayanan yang paling menonjol dalam pelaksanaan tugas, tidak hanya dari segi jumlah tapi jumlah peranannya. Pada dasarnya layanan melalui tulisan cukup efisien terutama bagi pelayanan jarak jauh karena fakor biaya. Layanan tulisan terdiri atas 2 golongan yaitu:

(42)

b) Layanan berupa reaksi tetulis atas permohonan laporan, keluhanan, pemberiaan atau penyerahan, pemberitahuan dan sebagainya.

3. Pelayanan dengan perbuatan.

Pada umumnya pelayanan dalam bentuk 70%-80% dilakukan oleh petugas-petugas tingkat menengah kebawah. Oleh karena itu factor keahlian dan keahlian dan ketrampilan petugas tersebut sangat memutuskan terhadap hasil perbuatan atau pekerjaan. Layanan perbuatan dan lisan sering bergabung, hal ini disebabkan.karena hubungan lisan paling banyak dilakukan dalam hubungan pelayanan. Secara umum, hanya titik berat terletak pada perbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh yang berkepentingan.

II.2.2 Faktor-Faktor Dalam Pelayanan

Menurut A.S. Moenir (1998: 197) Agar layanan dapat memuaskan orang atau sekelompok orang yang dilayanin, maka sipelaku dalam hal ini petugas harus dapat memenuhi 4 persyaratan pokok yaitu:

1) Tingkah laku yang sopan 2) Cara menyampaikan

3) Waktu penyampaian yang tepat a. Tingkah laku yang sopan

Sudah menjadi norma masyarakat bahwa sopan santun merupakan suati bentuk penghargaan atau penghormatan orang lain. Dengan sopan, orang merasa dihargai dan dihormati. Kesopanan dalam tingkah laku tidak terbatas pada tindak tanduk saja melainkan ada rangkaian dengan tegur sapa dan tegur kata. Contoh seorang tamu akan merasa puas apabila ditegur terlebih dahulu petugs yang haus dia lakukan dari pada dibiarkan saja berdiri sampai mencari kesempatan untuk dapat bertanya kepada petugas.

(43)

Cara menyampaikan sesuatu hendaknya memperhatikan pada prinsip sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Hal ini menghindari penyampaian menyimpang sehingga memungkinkan berbuat penyimpanngan lebih jauh.

1. Waktu menyampaikan yang tepat

Waktu penyampaian sura-surat atau dokumen sebagai produk dari pengolahan masalah merupakan hal penting dalam rangkaian pelayanan. Untuk beberapa kasus faktor ketetapan.waktu sering terabaikan sehingga mengurangi rasa kepuasan bagi penerima tidak bergairah lagi dalam menerima haknya itu.

2. Keramah tamahan

Mengenai keramah tamahan ini hanya ada dalam lisan, baik berhadapan maupun melalui hubungan telepon. Didalam hal kermah htamahan perlu diketahui bahwa perwujudan keramah tamahan dapat ditandai melalui:

a. Cara pembicaraan wajar, dalam arti tidak dibuat-buat b. Cukup jelas, tidak menimbulkan keraguan

c. Disampaikan dengan hati tulus dan terbuka d. Gaya bahasa sopan dan benar

Tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan merupakan faktor yang penting dalam mengembangkan suatu sistem penyediaan layanan yang tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan dampak layanan terhadap populasi sasaran. Dalam rangka mengembangkan suatu mekanisme pemberian layanan yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat.

(44)

II.2.3 Kualitas Pelayanan

a. Cepat : waktu pelayanan tidak terlalu lama b. Tepat : dilayani sesuai dengan keinginan tamu c. Cermat : tidak menyimpang dari prosedur d. Cekatan : cepat tanggap dalam pelayanan

e. Teliti : melaksanakan tahapan pekerjaan tanpa kesalahan f. Benar : tidak berbuat kesalahan

g. Ramah : melayani dengan ramah h. Sopan : tidak tinggi hati

II.2.4 Kesan Pertama Dalam Pelayanan

Penampilan awal yang baik akan memberikan kesan yang baik sehingga timbul rasa kagum, simpatik dan hormat.

a. Apa yang anda katakan pada menit menit pertama sangat menentukan sikap tamu terhadap kita.

b. Kesan pertama sangat penting dan menentukan.

c. Usahakan agar tamu memperoleh kesan yang baik terhadap kita. d. Menyenangkan.

e. Memuaskan. f. Penuh perhatian.

II.2.5 Etiket Pelayanan

Etiket pelayanan adalah ketentuan yang dibuat agar semua komponen yang berhubungan dengan pelayanan dapat menunjang satu sama lainnya. Oleh karena itu etiket pelayanan harus dilakukan oleh semua komponen agar pelayanan yang diberikan benar benar sempurna. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:

(45)

b. Penampilan. c. Cara berpakaian. d. Cara bertanya. e. Cara berbicara.

Hal perlu mendapat perhatian:

1) Selalu ingin membantu setiap keinginan dan kebutuhan tamu. 2) Memberi perhatian terhadap permasalahan yang dihadapi tamu. 3) Sopan dan ramah dalam melayani tamu.

4) Memiliki rasa toleransi yang tinggi dalam menghadapi setiap tindak tanduk tamu.

5) Menjaga perasaan tamu, agar tetap merasa tenang, nyaman dan menimbulkan kepercayaan.

6) Dapat menahan emosi. 7) Menyenangkan orang lain.

Hal yang tidak boleh dilakukan: - Berpakaian sembarangan.

- Melayani sambil makan, minum atau merokok. - Sambil mengobrol.

- Menampakkan wajah cemberut. - Sambil membaca.

- Petugas hendaknya tidak mengiklankan atau menjual dirinya sendiri. - Dandanan yang berlebihan.

(46)

Pelayanan merupakan semua aktifitas Ekomomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau kontruksi, yang biasanya dikosumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikadan nilai tambah (seperti: kenyamanan, hiburan,kesenangan, atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen (Lupiyoadi, 2001: 5).

II.2.6 Asas Pelayanan

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa,

penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas- asas pelayanan sebagai berikut

(Tjandra, 2005: 11) :

a. Transparansi: Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas: Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang- undangan.

c. Kondisional: Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima

layanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif: Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan

masyarakat.

e. Kesamaan Hak: Tidak diskriminatif, dalam arti tidak membedakan suku, ras,

agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban: Pemberi dan penerima pelayanan publik

(47)

II.2.7 Prinsip Pelayanan

Didalam keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 disebutkan bahwa

penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

a. Kesederhanaan. Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami

dan mudah dilaksanakan.

b. Kejelasan. Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal:

1. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik.

2. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan

pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/ sengketa dalam pelaksanaan

pelayanan publik.

3. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

c. Kepastian Waktu. Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun

waktu yang telah ditentukan.

d. Keamanan. Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

kepastian hukum.

e. Tanggung Jawab. Pemimpin penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang

ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

f. Kemudahan Akses. Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai,

mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi

telekomunikasi dan informatika.

g. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan. Pemberi pelayanan harus bersikap

disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan yang ikhlas.

(48)

dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan

lain-lain.

II.3 Jasa

II.3.1 Pengertian Jasa

Pengertian jasa menurut Kotler dan Armstrong (1993: 494), jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Proses produksinya mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik. Sementara itu Robert D. Reid (1989: 29) memberikan penjelasan mengenai jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud, tidak seperti produk yang berwujud jasa bukan barang fisik, tetapi sesuatu yang menghadirkan kegiatan atau perbuatan. Kehadirannya ini umumnya dilakukan atas dasar personal sering berhadap-hadapan langsung antara individu. Christian Gonroos (1990: 27)mencoba memadukan pengertian jasa sebagai aktivitas dari suatu hakikat yang tidak berwujud yang berinteraksi antara konsumen dan pemberi jasa dan/sumber daya fisik atau barang dan/sistem yang memberikan jasa, yang memberikan solusi bagi masalah-masalah konsumen.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, jasa pada dasarnya adalah sesuatu

yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sesuatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

b. Proses produksi jasa dapat menggunakan atau tidak menggunakan bantuan suatu

produk fisik.

c. Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan.

d. Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa.

Bagi Perusahaan yang menghasilkan jasa, pelayanan yang diberikan kepada

(49)

1. Pelanggan merupakan sumber pendapatan Perusahaan, para pelanggan membayar

jasa yang dijual.

2. Kompetisi pada saat ini, dimana teknologi sangat maju, kompetisi semakin hebat.

3. Hubungan erat produk konsumen. Produk dan konsumsi adalah 2 bagian yang tak

terpisahkan.

4. Masyarakat yang semakin kritis dan semakin mengetahui hak-hak untuk dilayani

dengan sebaik-baiknya.

Jasa memiliki empat ciri utama yang sangat mempengaruhi rancangan

program pemasaran (Tjiptono,1996: 15) yaitu sebagai berikut:

a. Tidak Berwujud (intangible).

Jasa berbeda dengan barang. Jika barang merupakan suatu objek, alat, atau

benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja, atau usaha. Bila barang dapat

dimiliki, maka jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki. Meski

sebagian besar jasa dapat berkaitan dan didukung oleh produk fisik. Bersifat

intangibel berarti jasa tersebut tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium atau

didengar sebelum dibeli. maka untuk mengurangi ketidakpastian, pelanggan akan

mencari informasi tentang jasa tersebut, seperti lokasi perusahaan, para penyedia

dan penyalur jasa, peralatan dan komunikasi yang digunakan serta harga produk

jasa tersebut.

b. Tidak Terpisahkan (inseparability).

Jasa itu dijual lalu diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Yang menjadi

ciri khusus dari jasa ini adalah interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan.

c. Bervariasi (variability).

(50)

mengakibatkan sulitnya menjaga kualitas jasa berdasarkan suatu standar. Untuk

mengatasi hal tersebut, perusahaan dapat menggunakan tiga pendekatan dalam

pengendalian kualitasnya, yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik.

2. Melakukan standarisasi proses produksi jasa.

3. Memantau kepuasan melalui sistem saran dan keluhan, survai, dan

comparison shoping, sehingga pelayanan yang kurang baik dapat diketahui

dan diperbaiki.

d. Mudah Musnah (perishability).

Jasa tidak dapat disimpan atau mudah musnah sehingga dapat dijual pada masa

yang akan datang.

Sebagian besar masyarakat masih mengangap sektor jasa identik dengan jasa

kebersihan (cleaning service), pelayan restoran atau pramuniaga yang berkaitan

dengan pekerjaan kasar, gaji dan pendidikan pekerjaanya yang rendah. Sektor jasa

dalam perekonomian berkembang dari tahun ketahun dan dalam perhitungan

pendapatan nasional yang termasuk sektor jasa adalah sebagai berikut:

1. Jasa perdagangan besar, eceran, restoran, dan hotel.

2. Jasa pengangkutan, pergudangan dan komunikasi.

3. Jasa keuangan, asuransi, real estate, dan bisnis jasa lainnya.

4. Jasa publik, sosial maupun jasa pribadi.

5. Jasa pemerintahan (misalnya: pertahanan, jalan, kesehatan, pendidikan,

keamanan, listrik, air bersih).

6. Penghasil jasa yang lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan

(51)

II.3.2 Kualitas Jasa

Didalam persaingan global yang semakin kompetitif, persoalan kualitas pelayanan menjadi isu sentral bagi setiap perusahaan. Kemampuan perusahaan unt

Gambar

Gambar 2: Model Pembentukan Citra
Gambar 1: Bagan Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero)
Tabel 4
Tabel 7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini bertujuan untuk membangun sebuah perangkat lunak yang digunakan untuk mengendalikan data surat masuk dan surat keluar pada PT.. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara

Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, kemungkinan faktor lain seperti faktor situasional yang mencakup nilai (value), tempat kerja (meliputi nilai-nilai

Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan dapat dijelaskan oleh variabel tingkat pendidikan dan insentif serta sisanya 44,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang

memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan. Dalam pengertian ini yang termasuk dalam prasarana adalah :.. Florence Tarigan : Sistem Pelayanan Pada PT. Angkasa Pura II

(Perser) Angkasa Pura II Bandara Polonia

Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia terdapat 2 unit computer. Komputer dapat menyimpan banyak data, baik itu disket, CD, maupun di Flasdisk dan dapat dilihat

Di Kantor Cabang PT (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, struktur organisasinya sesuai dengan keputusan Direksi PT (Persero) Angkasa Pura II, yang

Pada PT (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang, yang menjadi pendapatan adalah segala bentuk pelayanan yang diberikan para