• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Instrumen Kualitas Hidup yang Berhubungan dengan Kesehatan Berbasis Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusunan Instrumen Kualitas Hidup yang Berhubungan dengan Kesehatan Berbasis Islam"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN INSTRUMEN KUALITAS HIDUP YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN BERBASIS ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Farmasi Pada Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh : LUXFIYATI Nim : 70100115002

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

(2)

i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Luxfiyati

NIM : 70100115002

Tempat, Tanggal Lahir : Wanio TImoreng, 14 Juni 1997 Jur/Prodi/Konsentrasi : Farmasi

Alamat : Jl. Romang Tangaya Dalam VIII, Antang Judul : Penyusunan Instrumen Kualitas Hidup

Berdasarkan Kesahatan berbasis Islam

Menyatakan bahwa Skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, atau dibuat oleh orang lain sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 11 November 2019 Penyusun,

Luxfiyati

(3)

ii

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Salawat dan Taslim penulis curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menyingkap kegelapan wawasan umat manusia ke arah yang lebih beradab dan manusiawi.

Skripsi dengan judul “Penyusunan Instrumen Kualitas Hidup Berdasarkan Kesehatan Berbasis Islam” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, berupa motivasi, pikiran, serta petunjuk-petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.

Terkhusus ucapan terima kasih penulis haturkan sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta, Ibunda Musykirah,S.Ag dengan seluruh kasih sayang dan pengorbanan serta dukungan penuhnya, baik berupa materi, nasehat, dan doa yang tulus, saudara-saudaraku, serta keluarga yang senantiasa memberikan restu dan do’anya. Tak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.d., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,

2. Ibu Dr. dr. Syatirah Jalaluddin, Sp.A., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

3. Ibu Dr. Hj. Gemy Nastity Handayany., S.Si., M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr. H. M. Fais Satrianegara, S.KM., MARS., selaku Wakil

(5)

iv

Dekan II, dan Bapak Dr. Mukhtar Luthfi, M. Pd., selaku Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

4. Bapak Andi Asrul Ismail, S. Farm., M. Sc., Apt. selaku Ketua Jurusan, dan Ibu Syamsuri Syakri, S. Si., M. Si., Apt, selaku Sekretaris Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

5. Bapak Andi Asrul Ismail, S. Si., M. Sc., Apt., selaku pembimbing pertama yang telah banyak memberikan bantuan dan pengarahan, serta meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis

6. Ibu Afrisusnawati Rauf, S.Si., M.Si, Apt., selaku pembimbing kedua yang telah banyak memberikan bantuan, nasehat dan pengarahan, serta meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis. Terimakasih atas segala semangat dan do’anya kepada penulis.

7. Ibu Nurshalati Tahar., S. Farm. M.Si. Apt., selaku penguji kompetensi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta meluangkan waktunya untuk memberikan koreksi dan saran dalam penyusunan skripsi ini,

8. Ibu Dra. Asriyah M.Pd, selaku penguji agama yang telah banyak memberikan arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini,

9. Bapak, Ibu Dosen, serta seluruh Staf Jurusan Farmasi atas curahan ilmu pengetahuan dan segala bantuan yang diberikan pada penulis sejak menempuh pendidikan farmasi hingga saat ini,

10.Kepada Utami Febriana yang telah banyak membantu dalam proses penelitian dan memberikan Semangat.

11.Kepada sahabat saya Achsanul Husna yang senantiasa memberikan semangat dan do’anya untuk penulis, terimakasih atas kasih perhatiannya. 12.Seluruh saudara-saudariku angkatan 2015 Pulvis terima kasih atas arahan

dan bantuannya selama proses penelitian, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

13.Kepada kakak-kakak dan adik-adik di Farmasi UIN Alauddin Makassar serta pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang juga selalu memberi penulis dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

v

14.Kepada dan semuanya yang selalu mendukung selama proses penelitian dan skripsi. Terimakasih atas bantuannya, semangat dan do’a kalian semoga dibalas oleh Allah swt.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini ke depannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gowa, Penulis,

Luxfiyati

(7)

vi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Definisi Operasional Dan Ruang Lingkup Penelitian ... 4

D. Kajian Pustaka ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kualitas Hidup ... 9

B. Pengembangan Instrumen ... 14

C. Validasi ... 18

D. Realibilitas ... 22

E. Kesehatan Islam ... 23

F. Tinjauan Islam Mengenai Kesehatan ... 29

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN... 32

A. Instrument penelitian ... 35

B. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ... 35

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian ... 37

1. Deskripsi karakteristik responden diterangkan sebagai berikut : ... 37

(8)

vii BAB VKESIMPULAN ... 52 A. Kesimpulan ... 52 B. Saran ... 52 KEPUSTAKAAN ... 53 LAMPIRAN ... 55 BIOGRAFI ... 70

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Instrumen Kualitas Hidup Generik ... 14

Tabel 2. Penilaian skala likert ... 35

Tabel 3. Karakteristik Responden ... 37

Tabel 4. Karakteristik Responden menurut umur ... 38

Tabel 5. Karakteristik Responden menurut Jenis Kelamin ... 38

Tabel 6. Karakteristik Responden menurut Pendidikan Terakhir ... 38

Tabel 7. Karakteristik Responden menurut Riwayat Penyakit ... 39

Tabel 8. Hasil uji validitas ... 39

Tabel 9. Hasil uji realibilitas ... 40

Tabel 10. Hasil pengisian skoring kuesioner ... 41

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kode etik penelitian ... 55

Lampiran 2. Informent Consent ... 56

Lampiran 3. Identitas Responden ... 57

Lampiran 4. Kuesioner Kualitas Hidup Kesehatan Islam ... 58

Lampiran 5. Data scoring kuesioner ... 60

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas ... 64

Lampiran 7. Hasil Uji Realibilitas ... 66

Lampiran 8. Tabel recoding kuesioner kualitas hidup kesehatan islam... 67

(11)

x Nama : Luxfiyati

NIM : 70100115002

Judul penelitian : Penyusunan Instrumen Kualitas Hidup Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Berbasis Islam

ABSTRAK

Gambaran kualitas hidup secara luas termasuk dalam setiap kasus seseorang menilai 'kebaikan' dari berbagai gambaran hidup mereka. Penilaian ini termasuk reaksi emosional seseorang terhadap kejadian kehidupan, disposisi, rasa pemenuhan hidup dan kepuasan, dan kepuasan dengan pekerjaan dan hubungan pribadi (Theofilou).Perkembangan studi kualitas hidup menyebabkan berkembangnya instrumen-instrumen kualitas hidup. Hingga saat ini ada sekitar 1000 instrumen untuk mengukur kualitas hidup. Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengembangkan instrument Kuaitas Hidup Kesehatan Islam, dan melakukan uji validitas dan uji realibilitas pada instrument yang dikembangkan. Jenis penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Numerik, dengan teknik study cross sectional dengan mengisi kuesioner Islamic Health Related Quality of

Life Quesionnaire yang telah disusun (IHRQoL). Sampel yang digunakan 121

pasien dengan tehnik purvosive sampling dan incidental sampling. Dari data yang di analisis menunjukkan bahwa dari 14 soal dalam kuesioner yang dikembangkan telah dinyatakan valid dan realibel. dilihat dari rhitung> rtabel maka item atau

pertanyaan dinyatakan valid dan apabila rhitung< rtabel maka item atau pertanyaan

tersebut dinyatakan tidak valid. Kemudian berdasarkan signifikansi jika nilai signifikansi > 0,05 maka item atau pertanyaan tersebut tidak valid dan apabila nilai signifikansi < dari 0,05 maka item atau pertnyaan tersebut dinyatakan valid. Nilai rtabel yang diperoleh adalah 0,2315. Pada hasil uji realibilitas di peroleh hasil 0,717. Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa 14 item pertanyaan ini dinyatakan valid karna nilai rhitung lebih besardari rtabel yang ditentukan. Dan pada uji realibilitas mendapatkan hasil 0,717 dinyatakan realibel apabila nilainya lebih besar dari 0,6.

(12)

xi Nama : Luxfiyati

NIM : 70100115002

Judul penelitian : ARRANGEMENT OF INSTRUMENTS QUALITY OF LIFE RELATED TO ISLAMIC-BASED HEALTH

ABSTRAC

The concept of quality of life broadly covers how a person measures 'goodness' from various aspects of their lives. This evaluation includes emotional reaction to life events, dispositions, a sense of life fulfillment and satisfaction, and satisfaction with work and personal relationships (Theofilou, 2013). The development of quality of life studies led to the development of quality of life instruments. Recently, there are about 1000 instruments to measure quality of life. The aims of this research is to develop an Islamic Health Quality of Life instrument, and do the validity test and reliability test on the instrument Arranged. This type of research uses the Numerical Descriptive method, with cross sectional study techniques by filling out a questionnaire Islamic Health Related Quality of Life Questionnaire that has been arranged (IHRQoL). The sample used is 121 patients with purposive sampling and incidental sampling techniques.

From the data analyzed shows that from 14 questions in the developed questionnaire have been declared valid and reliable. seen from r count> r table then the item or question is declared valid and if r count <r table then the item or question is declared invalid. Then based on significance if the significance value> 0.05 then the item or question is invalid and if the significance value <of 0.05 then the item or question is declared valid. The rtable value obtained is 0.2315. On the reliability test results obtained 0.717 results. The conclusion from this study found that 14 items of this question were declared valid because the r count value was greater than the determined r table. And in the reliability test the results obtained 0.717 expressed reliability if the value is greater than 0.6.

Keywords: Instruments, Islamic health related quality of life, validity, and reliability

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gambaran kualitas hidup secara luas termasuk dalam setiap kasus seseorang menilai 'kebaikan' dari berbagai gambaran hidup mereka. Penilaian ini termasuk reaksi emosional seseorang terhadap kejadian kehidupan, disposisi, rasa pemenuhan hidup dan kepuasan, dan kepuasan dengan pekerjaan dan hubungan pribadi (Theofilou,2013).

Setiap orang memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi suatu persoalan yang terjadi dalam dirinya. Jika dihadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika dihadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya.

Secara garis besar instrumen untuk mengukur kualitas hidup dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu instrumen umum (generic scale) dan instrumen khusus (specific scale).Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronik. Instrumen ini digunakan untuk menilai secara umum mengenai kemampuan fungsional, ketidakmampuan dan kekuatiran yang timbul akibat penyakit yang diderita(Silitonga, 2007).

Salah satu contoh instrumen umum adalah the Sickness Impact Profile (SIP), the Medical Outcome Study (MOS) 36-item short-form Health Survey (SF-36). Sedangkan instrumen khusus adalah instrumen yang dipakai untuk mengukur

(14)

sesuatu yang khusus dari penyakit, populasi tertentu (misalnya pada orang tua) atau fungsi yang khusus (misalnya fungsi emosional), contohnya adalah pengaruh pengetahuan terhadap kualitas hidup denganKepatuhan penggunaan obat sebagai variabel antara padaPasien DM(Silitonga, 2007)

Penilaian kualitas hidup dapat memakai instrumen kualitas hidup 36-item short-form and Health survey (SF-36). Dimana SF-36 ini yaitu salah satu instrument penilaian kualitas hidup yang digunakan secara luas dalam berbagai macam jenis penyakit. Hasil yang diperoleh dari kuesioner SF-36 yaitu nilai skor kualitas hidup (Silitonga). Short Form-36 adalah kuesioner survey yang menilai 8 kriteria kesehatan yaitu, fungsi fisik, keterbatasan peran karna kesehatan fisik, tubuh sakit, persepsi kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi social, peran keterbatasan karena masalah emosional, dan kesehatan psikis. Penilaian ini membuat nilai skala untuk masing-masing delapan parameter kesehatan dan dua ukuran ringkasan kesehatan fisik dan psikis.Kuesioner SF-36 mempunyai skor yang berpusar antara 0-100, dengan nilai 100 sebagai kualitas hidup terbaik. Delapan ranah kualitas hidup SF-36 ini dapat dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu kualitas hidup fisik yang meliputi fungsi fisik, nyeri, kesehatan umum dan kualitas hidup emosional yang meliputi energi, fungsi sosial, peran emosi dan kesehatan mental (Melani,2016).

Penilaian kualitas hidup dapat memakai instrumen kualitas hidup 36-item short-form and Health survey (SF-36). Dimana SF-36 ini yaitu salah satu instrument penilaian kualitas hidup yang digunakan secara luas dalam berbagai macam jenis penyakit. Hasil yang diperoleh dari kuesioner SF-36 yaitu nilai skor

(15)

3

kualitas hidup (Silitonga). Short Form-36 adalah kuesioner survey yang menilai 8 kriteria kesehatan yaitu, fungsi fisik, keterbatasan peran karna kesehatan fisik, tubuh sakit, persepsi kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi social, peran keterbatasan karena masalah emosional, dan kesehatan psikis. Penilaian ini membuat nilai skala untuk masing-masing delapan parameter kesehatan dan dua ukuran ringkasan kesehatan fisik dan psikis. Kuesioner SF-36 mempunyai skor yang berpusar antara 0-100, dengan nilai 100 sebagai kualitas hidup terbaik. Delapan ranah kualitas hidup SF-36 ini dapat dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu kualitas hidup fisik yang meliputi fungsi fisik, nyeri, kesehatan umum dan kualitas hidup emosional yang meliputi energi, fungsi sosial, peran emosi dan kesehatan mental (Melani,2016).

Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkepanjangan dan jarang sembuh sempurna. Walau tidak semua penyakit kronis mengancam jiwa, tetapi akan menjadi beban ekonomi bagi individu, keluarga, dan komunitas secara keseluruhan. Penyakit kronis akan menyebabkan masalah medis, sosial dan psikologis yang akan membatasi aktifitas dari lansia sehingga akan menyebabkan penurunan quality of life (QOL) lansia. QOL merupakan pengukuran yang banyak dipakai untuk mengevaluasi hasil studi klinis yang dilakukan pada pasien-pasien dengan penyakit kronis(Yenny and Herwana, 2006).

Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (RISKESDAS), urutan penyakit kronis yang pertama yaitu Asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik, dan Kanker dengan prevalensi 3.7 %, kemudian DM dengan prevalensi 1.5 %.

(16)

Suatu Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang digunakan, di samping prosedur pengumpulan data yang ditempuh. Hal ini mudah dipahami karena instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan. Sedangkan jika kualitas instrumen yang digunakan tidak baik dalam arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, maka data yang diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru.

Di Indonesia belum ada instrumen untuk mengukur kualitas hidup Kesehatan yang berbasis Islam, olehn karnanya itu dilakukan penelitian pengembang instrumen.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Naskah / model instrument kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan berbasis islam?

2. Bagaimana validitas dan realibilitas instrument kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan berbasis islam?

C. Definisi Operasional Dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Definisi Operasional

a. Kualitas hidup menurut WHO (1994) diartikan sebagai konsep individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, dilihat dari konteks budaya dan

(17)

5

system nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka.

b. Kesehatan menurut batasan World Health Organization adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

c. Validasi / validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrumendikatakan atau dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.

d. Reliability (kehandalan) merupakan uji analisis data untuk

membuktikan kekonsistensian suatu instrument untuk bias dipakai berulang kali.

e. Instrument adalah suatu alat ukur yang telah terpenuhi syarat

akademisnya, yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang diinginkan 2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi mengembangkan instrument kualitas hidup yang berhubungan dengan islam.

D. Kajian Pustaka

1. Ajeng Tias Endarti (2015) “Kualitas Hidup Kesehatan: Konsep, Model

Dan Penggunaa” Kualitas hidup adalah tujuan yang harus dicapai oleh semua

orang dari segala usia. Kualitas hidup diartikan sebagai evaluasi subyektif kebugaran fisik dan mental, yang sangat berakibat oleh nilai-nilai dan budaya lingkungan dan aspek sosial-ekonomi masing-masing pribadi. Terdapat dua model kualitas hidup yang amat umum, ialah model kualitas hidup Ferans dan Klasifikasi Fungsi, Kecacatan dan Kesehatan Internasional WHO (ICF). Kedua

(18)

model menunjukkan sesungguhnya kualitas hidup berakibat oleh faktor individu dan lingkungan. Kualitas hidup digunakan untuk diskriminasi, penilaian dan prediksi. Ada alat generik dan spesifik untuk mengukur kualitas hidup. Untuk memutuskan kualitas instrumen yang akan digunakan, berbagai parameter telah ditentukan. Yaitu penerimaan (acceptance), stres (stress), keandalan (reliability),

validitas (validitas), daya tanggap (responsiveness), menggunakan (kegunaan)

dan interpretability (interpretability).

2. Helen Sabera adib, (2015) “Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian

Ilmiah Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam” Instrumen penelitian adalah

bagian primer dari penelitian ilmiah lantaran mereka mengecualikan peluang bahwa instrumen dari satu studi dapat dipakai oleh penelitian lain dengan hubungan dan kebutuhan yang sama . Ini berarti bahwa alat penelitian dapat menjadi aset ilmiah bagi seorang peneliti yang mengembangkannya. Penyusunan instrumen dapat dilakukan sesuai dengan metode penelitian dan penyusunan berikut. Para peneliti dapat mengikuti semua langkah kerja yang ditawarkan atau mengubah langkah kerja sesuai dengan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan, mengukur, dan menilai data penelitian. Jika instrumen memiliki keandalan tinggi, penelitiannya tidak harus. Alat penilaian guru sedang dikembangkan menjadi produk penelitian penyusunan yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja guru dalam suatu program atau lembaga.

3. Rini Noviyani (2016) “Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner EORTC QLQ C-30 untuk Menilai Kualitas Hidup Pasien Kanker Ginekologi di RSUP

(19)

7

Sanglah Denpasar”Dampak pengobatan penyakit dan kanker dapat diukur dengan indikator kualitas hidup menggunakan kuesioner EORTC QLQ C-30. Sebuah

studi cross-sectional dilakukan pada 30 pasien. Data dikumpulkan dengan metode

purposive sampling pada pasien yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu wanita

berusia 30-70 yang didiagnosis dengan kanker ginekologi yang telah menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Sanglah di Denpasar Formulir persetujuan untuk ditandatangani setelah deklarasi. Pasien yang tidak dapat berkomunikasi secara rasional termasuk dalam kelompok eksklusi. Validitas dan reliabilitas instrumen telah diuji menggunakan analisis faktor konfirmatori dengan STATA® Versi 12. Hasil analisis faktor konfirmasi menunjukkan bahwa semua pertanyaan memiliki satu faktor stres ()> 0,70, sehingga semua elemen valid. Uji Reliabilitas Elemen menetapkan nilai> 0,50 untuk semua elemen pertanyaan. Ini menunjukkan bahwa semua elemen pertanyaan dapat diandalkan. Hasil perhitungan validitas konstruk memberikan nilai VE = 0,90 dan reliabilitas reliabilitas (RF) adalah 1, yang berarti bahwa kuesioner EORTC QLQ C-30 sesuai dengan validitas dan reliabilitas ekstrak. Kuesioner EORTC QLQ C-30 sebagai ukuran kualitas hidup pasien kanker ginekologi di Rumah Sakit Sanglah Denpasar adalah valid dan dapat diandalkan.

4. Zulkifli Matondang (2009) “Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian” Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur objek pengukuran atau untuk mengumpulkan data dari suatu variabel. Suatu instrumen dianggap baik jika valid dan dapat diandalkan. Validitas terdiri dari validitas konten, konstruk, empiris. Validitas internal skor dikotomi dan skor poin politik

(20)

adalah korelasi antara dua dan momen produk. Kriteria untuk artikel yang valid atau tidak valid didasarkan pada nilai r table. Gabungan keandalan konsistensi elemen untuk skor elemen dikotomis dan elemen berturut-turut untuk skor politik adalah koefisien KR-20 dan alpha. Interpretasi dari koefisien reliabilitas adalah interpretasi relatif dalam arti bahwa tidak ada batas absolut yang menunjukkan jumlah koefisien minimum apa yang harus dicapai agar suatu pengukuran dapat dikatakan andal. Namun, ini memberikan informasi tentang rasio nilai varians yang diamati dengan nilai sebenarnya dari masing-masing kelompok

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengembangkan instrumen kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan islami.

2. Untuk mengetahui validitas dan realibilitas instrument dari kualitas hidup yang berbasis kesehatan islam

F. Manfaat Penelitian

1. Sebagai praktisi di lapangan

(21)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Hidup

Dalam literatur, istilah 'kualitas hidup' juga sering disebut sebagai 'kesejahteraan’.Namun, ada sejumlah tantangan untuk mengembangkan pemahaman yang berarti tentang kualitas hidup dan / atau literatur kesejahteraan. Yang pertama adalah untuk memastikan apa, tepatnya, arti istilah. Hampir 30 tahun yang lalu, di salah satu studi geografi seminalis di bidang ini, Smith (1973) mengusulkan bahwa kesejahteraan digunakan untuk merujuk pada kondisi kehidupan obyektif yang berlaku untuk populasi secara umum, sementara kualitas hidup harus lebih tepat dibatasi untuk penilaian subyektif individu dari kehidupan mereka karena apa yang dirasakan Smith sebagai sifat evaluatif dari istilah tersebut.(Theofilou, 2013).

WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks sistem budaya dan nilai-nilai di manaMereka hidup dan dalam hal tujuan, harapan, standar dan keprihatinan mereka. Ini adalah konsep komprehensif yang dipengaruhi secara rumitmelalui kesehatan fisik, kondisi mental, kepercayaan pribadi, hubungan sosial dan hubungan mereka dengan fitur penting dari lingkungan mereka.

Kesehatan adalah keadaan kesehatan fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan (WHO.2018) berarti seseorang seharusnya sehat dan tidak hanya naik Penyembuhan menderita penyakit, tetapi juga sehat dan sejahtera

(22)

dapat dinilai dengan mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan.

WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupan yang dijalaninya cocok denganadat dan norma tempat pribadi tersebut tinggal serta melaksanakan kehidupannya tersebut dengan arah,cita-cita, penopang dan haluan yang telah ditetapkan oleh pribadi(Tias Endarti).

Kualitas hidup adalah sebuah konsep multidimensi yang luas yang biasanya mencakup evaluasi subjektif dari kedua aspek positif dan negatif dalam kehidupan. Hal-hal yang mempengaruhi kualitas hidup diantaranya adalah aspek kesehatan fisik, kesehatan mental, nilai dan budaya, spiritualitas, hubungan social ekonomi yang mencakup pekerjaan, perumahan, sekolah dan lingkungan pasien (Zumeli, 2015).

Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkepanjangan dan terbatas sembuh sempurna. Walau tidak semua penyakit kronis mengancam jiwa, tetapi akan menjadi beban ekonomi bagi individu, keluarga, dan komunitas secara keseluruhan. Penyakit kronis akan menyebabkan masalah medis, sosial dan psikologis yang akan membatasi aktifitas dari lansia sehingga akan menyebabkan penurunan quality of life (QOL) lansia. QOL merupakan pengukuran yang banyak dipakai untuk mengevaluasi hasil studi klinis yang dilakukan pada pasien-pasien dengan penyakit kronis.Sejauh ini belum ada definisi yang universal mengenai kualitas hidup. Kualitas hidup seringkali ini digambarkan sebagai kesejahteraan fisik, fungsional, emosional dan faktor sosial.(Yenny and Herwana)

(23)

11

Quality of life lebih didasarkan pada apa yang diinginkan oleh individu

dapat tercapai. Individu akan memilih kualitas hidup mereka sehingga sesuai dengan apa yang dicari dan diinginkan. Quality of life merupakan pengalaman individu itu sendiri. Jika individu memiliki pengalaman hidup yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan maka diasumsikan bahwa hidup mereka akan memperoleh kesenangan, kedamaian, dan kepuasaan hidup (Diener & Suh, 1997).

Berdasarkan penelitian tentang kualitas hidup, kualitas hidup penduduk Indonesia dengan kriteria kurang, lebih banyak dijumpai pada golongan umur lanjut, perempuan, tingkat pendidikan rendah, tidak bekerja, tinggal di daerah pedesaan, serta sosial ekonomi tergolong miskin. Penduduk yang menderita penyakit tidak menular, cedera, menderita gangguan mental emosional, menyandang faktor risiko antara, dan tinggal di rumah dengan lingkungan terpapar memiliki kualitas hidup kurang.Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penduduk adalah golongan umur, kemudian adanya gangguan mental emosional, tinggal di rumah dengan lingkungan terpapar dan jenis kelamin (Pradono dkk, 2007).

World Health Organization (WHO) 2006, membuat suatu peraturan yang menyatakan bahwa sehat ialah suatu keadaan saat seseorang merasa sejahtera secara fisik, mental dan sosial, bukan hanya ketiadaan penyakit.

Sejak itu para peneliti mulai membuat suatu instrumen untuk menilai kesejahteraan secara keseluruhan, yang dimana meliputi kesejahteraan fisik, mental dan sosial. Konsep ini kelak akan dikenal sebagai Health Related Quality of Life (HRQoL), yang akan digunakan menilai kualitas hidup secara lebih luas

(24)

(terkait dengan kesehatan), hingga meliputi fungsi dan peran seseorang secara social(Khanna and Tsevat).

Evaluasi HRQoL sendiri menjadi sangat penting, karena draf HRQoL memperlihatkan beberapa hal, yaitu (1) bahwa dari HRQoL kita bisa mengetahui efek yang lebih luas dari suatu penyakit, yang ternyata tidak selalu berhubungan dengan efek biologis, (2) pada penyakit-penyakit yang tidak secara langsung berhubungan dengan mortalitas, namun morbiditas, maka HRQoL dapat dikatakan sebagai luaran dari penyelesaian terhadap pasien(Valderas et al.).

Sementara dalam lingkup yang lebih luas, evaluasi HRQoL dapat dijadikan referensi untuk membandingkan kualitas kesehatan masyarakat, sehingga menjadi sasaran terhadap agenda kesehatan yang sedang dijalankan.(Valderas et al.)

Dalam membandingkan HRQoL, karena tidak dapat dibandingkan dengan instrumen biologis, maka perlu diciptakan suatu instrumen khusus.Instrumen yang diciptakan, pada awalnya belum meliputi seluruh aspek dalam HRQoL, masih terbatas pada aspek tertentu saja.Aspek yang dimaksud ialah, sesuai dengan konsep sehat dari WHO, yaitu aspek fisik, mental dan sosial. Hingga pada periode setelah tahun 1970 barulah mulai dikembangkan suatu instrumen yang bertujuan membandingkan kualitas hidup secara keseluruhan(McHorney).

Secara garis besar instrumen untuk mengukur kualitas hidup dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu instrumen umum (generic scale) dan instrumen khusus (specific scale). Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronik. Instrumen ini

(25)

13

digunakan untuk menilai secara umum mengenai kemampuan fungsional, ketidakmampuan dan kekuatiran yang timbul akibat penyakit yang diderita(Silitonga).

Instrumen yang secara umum hingga saat ini banyak digunakan antara lain World Health Organization-Quality of Life 100 (WHO-QOL 100), EuroQoL(EQ) serta Short Form 36 (SF-36) (McHorney)

SF-36 merupakan instrumen yang telah dipakai di berbagai negara dan dijadikan baku emas dalam membandingkan kualitas hidup karena instrumen ini terdiri dari 36 pertanyaan singkat yang meliputi berbagai 8 aspek yaitu aspek fisik, aspek emosi, aspek sosial, aspek kesehatan fisik, aspek kesehatan emosi, aspek nyeri, aspek kelelahan dan aspek kesehatan secara umum(DP).

SF-36, WHO-QOL 100, EuroQol merupakan suatu instrumen yang menilai kualitas hidup secara umum/generic (McHorney).

Perkembangan studi kualitas hidup menyebabkan berkembangnya instrumen-instrumen kualitas hidup. Hingga saat ini ada sekitar 1000 instrumen untuk mengukur kualitas hidup (Theofilou). Mulai dari instrumen kualitas hidup yang sangat spesifik untuk kondisi penyakit tertentu hingga instrumen yang sifatnya generik yang dapat digunakan dalam segala kondisi (Tias Endarti)

Instrumen kualitas hidup generik digunakan pada populasi umum yang heterogen yang didalamnya terdapat beragam jenis kelompok/individu dengan jenis penyakit yang berbeda-beda.Beberapa dimensi yang terkait dengan kesehatan diukur dalam instrumen ini.Kualitas hidup juga dipakai untuk penelitian prosedur kesehatan karena didalamnya menilai dampak penyakit terhadap mental

(26)

dan fungsi sosial. Dengan instrumen ini peneliti dapat memadankan hasil kualitas hidup dengan populasi lainnya atau dengan populasi umum(Tias Endarti).

Tabel 1. Daftar Instrumen Kualitas Hidup Generik No Nama instrument Skala

pengukuran

Jumlah

pertanyaan Aplikasi Pengisian

1

Medical Outcome Short Form (MO SF)-36 Health Survey

Ordinal 36 Survey Angket (5-10 menit)

2 MO SF-12 Health

Survey

Ordinal 12 Survey Angket (3-4 menit) 3

WHOQOL-100 Ordinal 100 Survey,

Klinis

Angket 10-20 menit)

4 WHOQOL-BREF Ordinal 26 Survey,

Klinis Angket 5 Sickness Impact Profile (SIP) Interval 136 Survey, penelitia n Angket (20-30 menit) 6 The Nottingham Health Profile (NHP) Interval 45 Survey klinis Angket (10-15 menit)

7 Duke Health Profile Ordinal 17 Klinis Angket

8 The COOP/WONCA

Charts

Ordinal 9 Klinis Angket (< 5 menit)

B. Pengembangan Instrumen

Dalam penelitian pendidikan, proses pengumpulan data amat penting. Data yang digabungkan tergantung erat dengan fakta yang sebagai fokus penelitian ini. Data ini digunakan untuk menarik kesimpulan bertimbal dengan arah penelitian yang ditetapkan oleh peneliti dan untuk menguji hipotesis yang dirumuskan (Wiersma, 1986). Sebagai contoh, dalam penelitian eksplorasi, hasil akumulasi data ini dimanfaatkan sebagai kesimpulan dengan membuat gambaran untuk menyelidiki masalah yang tergantung dengan masalah penelitian. Dalam

(27)

15

penelitian positivis, hasil pengumpulan data dijabarkan dengan uji statistik spesifik, dan hasil analisis digunakan buat menarik kesimpulan (Retnawati, 2016). Akuisisi data terkait erat dengan aktivitas pengukuran. Penilaian dilakukan untuk menentukan kapasitas atau kinerja sesuatu atau individu dalam bentuk keterampilan, gerak gerik, keterampilan, kesan, dll. Teknik pengujian dengan instrumen tes, baik lisan maupun tulisan atau komputerisasi (CBT). Untuk instrumen non-tes, mereka dapat dibagi menjadi kuesioner, pendapat, observasi dan dokumentasi (Retnawati, 2016).

Langkah-langkah untuk mengembangkan instrumen tes dan non-tes adalah sebagai berikut.

1. Menentukan tujuan persiapan instrumen Saat menyiapkan instrumen, target untuk persiapan instrumen harus ditetapkan. Tujuan dari pengaturan ini adalah untuk menentukan teori desain instrumen, bentuk instrumen, ekstraksi, dan pentingnya hasil ekstraksi untuk instrumen yang sedang dikembangkan. Tujuan penyusunan instrumen ini harus disesuaikan dengan tujuan penelitian. Misalnya, ketika peneliti mencari tahu bagaimana pembelajaran berbasis masalah memengaruhi motivasi dan pemikiran tingkat tinggi. Tentu saja, dua instrumen perlu dikembangkan: instrumen untuk mengukur motivasi dan alat untuk mengukur pemikiran di tingkat yang lebih tinggi.

2. Menemukan Teori atau Lingkup Materi yang Relevan Setelah tujuan untuk persiapan instrumen telah ditetapkan, perlu untuk mencari teori atau informasi tentang materi yang relevan. Teori yang relevan digunakan untuk membangun konstruk, apa saja indikator dari variabel yang akan diukur. Dalam

(28)

hal pengujian, perlu juga untuk membatasi ruang lingkup materi yang menyusun pengujian. Misalnya, kemampuan berpikir pada tingkat tinggi yang perlu diukur membutuhkan penyelesaian masalah, kebaruan, kreativitas, indikator kontekstual dan lainnya. Jika seorang siswa sekolah menengah harus diukur, ruang lingkup materi yang akan diukur harus diperhitungkan.

3. Pengaturan Perangkat / Item Item Indikator Indikator masalah ditentukan berdasarkan studi teori yang relevan dalam instrumen non-tes. Ruang lingkup dan kedalaman materi harus dipertimbangkan selain pertimbangan studi teoritis. Indikator ini spesifik sehingga dapat dikelompokkan ke dalam elemen instrumen menggunakan indikator. Sebagai aturan, aspek yang diukur menggunakan indikator disusun dalam sebuah tabel. Tabel ini disebut raster (cetak biru). Saat Anda membuat kisi ini, peneliti dapat dengan mudah mengumpulkan objek. Mengatur Elemen Instrumen Langkah selanjutnya adalah mengatur elemen instrumen. Penyusunan elemen ini didasarkan pada indikator yang disusun dalam tabel. Dalam membuat artikel ini, peneliti harus mempertimbangkan bentuknya. Sebagai contoh, nonts menggunakan kuesioner jenis kuesioner yang digunakan dengan skala, peringkat dan analisis. Jika peneliti ingin menggunakan instrumen dalam bentuk tes, itu harus dipertimbangkan apakah dia ingin menggunakan bentuk objektif atau bentuk deskripsi (jawaban yang ditargetkan). Dalam mempersiapkan item ini, peneliti mempertimbangkan untuk mengevaluasi setiap item untuk menyederhanakan analisis. Jika perlu, kebijakan pemeringkatan akan dibuat setelah peneliti selesai mempersiapkan instrumen.

(29)

17

4. Validasi isi Setelah butir-butir soal tersusun, langkah selanjutnya adalah validasi. Validasi ini dilakukan dengan menyampaikan kisi-kisi, butir instrumen, dan lembar diberikan kepada ahli untuk ditelaah secara kuantitatif dan kualitatif. Tugas ahli adalah melihat kesamaan indicator dengan tujuan penyusunan instrumen, kesamaan indicator dengan cakupan materi atau kesamaan teori, melihat kesamaan instrumen dengan indicator butir, melihat kebenaran konsep butir soal, melihat kebenaran isi, kebenaran kunci (pada tes), bahasa dan budaya. Proses ini disebut dengan validasi isi dengan mempertimbangkan penilaian ahli

(expert judgement). Jika validasi isi akan dikuantifikasi, peneliti dapat meminta

ahli mengisi lembar penilaian validasi. Paling tidak, ada 3 ahli yang dilibatkan untuk proses validasi instrumen penelitian. Berasakan isian 3 ahli, selanjutnya penelitian membagikan indeks kesepakatan andal atau kesepakatan validator dengan menggunakan indeks Aiken atau indeks Gregory.

5. Revisi berasakan masukan validator. Rata-rata validator membagikan masukan. Masukan ini kemudian dipakai peneliti untuk merevisinya. Jika perlu, peneliti perlu mengkonsultasikan lagi hasil koreksi tersebut, sehingga diperoleh instrumen yang benar-benar valid.

6. Melakukan ujicoba kepada responden yang bersesuaian untuk memeroleh data respons peserta Setelah revisi, butir-butir instrumen kemudian disusun lengkap (dirakit) dan siap diujicobakan. Ujicoba ini dilakukan dalam rangka memerolehfakta empiris. Ujicoba ini dilakukan kepada responden yang bersesuaian dengan subjek penelitian. Peneliti dapat pula menggunakan anggota populasi yang tidak menjadi anggota sampel.

(30)

7. Melaksanakan analisis (reliabilitas, tingkat kesulitan, dan daya pembeda) Selepas melakukan ujicoba, peneliti memeroleh bukti respons dari responden ujicoba. Dengan menggunakan respons peserta, peneliti kemudian melakukan penskoran tiap butir. Selanjutnya hasil penskoran ini digunakan untuk melakukan analisis reliabilitas skor perangkat tes dan juga analisis karakteristik butir. Analisis karakteristik butir bisa dilakukan dengan pendektatan teori tes klasik maupun teori respons butir. Analisis pada kedua pendekatan ini akan ditelaah pada bab-bab selanjutnya.

8. Merakit instrumen Setelah karakteristik butir diketahui, peneliti dapat merakit ulang perangkat instrumen. Penentuan butir-butir dalam merakit perangkat ini mempertimbangkan karakteristik tertentu yang dikehendaki peneliti, misalnya tingkat kesulitan butir. Setelah diberi instruksi pengerjaan, peneliti kemudian dapat mempergunakan instrumen tersebut untuk mengumpulkan data penelitian.

C. Validasi

Ada berbagai pendapat tentang validitas alat yang digunakan untuk pengukuran, baik dalam pendidikan dan psikologi. Menurut American Research Research Association, American Psychological Association, dan Dewan Nasional Pengukuran dalam Pendidikan (AERA, APA, dan NCME) mengenai standar untuk pengujian pendidikan dan psikologis, validitas mengacu pada tingkat fakta dan teori yang diinterpretasikan oleh hasil tes mendukung dan merupakan pertimbangan yang paling penting dalam penyusunan tes (1999).

(31)

19

Pakar lain menyarankan bahwa validitas alat ukur adalah ukuran yang dengannya ia dapat mengukur apa yang harus diukur (Nunnally, 1978, Allen & Yen, 1979: 97, Kerlinger, 1986, Syaifudin Azwar, 2000: 45). Sementara itu, Linn & Gronlund (1995) Menyatakan bahwa validitas berkaitan dengan kesesuaian dan kesesuaian interpretasi dari evaluasi sehubungan dengan penggunaan tertentu. Pandangan ini dikonfirmasi oleh Messick (1989) bahwa validitas adalah kebijakan penilaian terintegrasi dalam hal sejauh mana fakta empiris dan alasan teoritis yang mendukung kewajaran dan kesesuaian kesimpulan dan tindakan berdasarkan hasil tes instrumen atau hasil. Berdasarkan beberapa pendapat ini, dapat disimpulkan bahwa validitas menunjukkan pembuktian fakta empiris dan alasan teoritis untuk interpretasi hasil tes atau hasil tes instrumen dan terkait dengan keakuratan pengukuran(Retnawati, 2016)

Konsep uji validitas dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas empiris atau validitas kriteria. Validitas konten ujian mengacu pada sejauh mana ujian mengukur tingkat penguasaan konten atau konten atau materi tertentu yang harus dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan kata lain, tes dengan validitas konten yang baik adalah tes yang mengukur penguasaan materi yang akan dikuasai menggunakan konten pengajaran yang tercantum dalam Pedoman Program Pengajaran (GBPP).

Validitas konten menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau poin dalam suatu pengujian atau instrumen dapat mewakili perilaku umum dan proporsional dari sampel yang diuji. Arti dari tes ini valid jika para kandidat

(32)

mencerminkan seluruh konten atau seluruh materi yang diuji atau harus dikendalikan secara proporsional.

Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak, itu harus dilakukan dengan meninjau grid tes untuk memastikan bahwa pertanyaan tes mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang harus dikontrol secara proporsional. Karena alasan ini, tidak ada jumlah tertentu yang dihitung secara statistik untuk validitas suatu tes. Namun, diasumsikan bahwa tes ini valid karena ulasan dari grid tes. Oleh karena itu, validitas konten sebenarnya didasarkan pada analisis logis dan tidak mewakili koefisien validitas yang dihitung secara statistik.

Desain validitas adalah validitas pertanyaan tentang bagaimana kandidat dapat mengukur apa yang sebenarnya diukur, sesuai dengan konsep tertentu atau definisi konseptual yang ditentukan. Konstruk validitas biasanya digunakan untuk instrumen yang dirancang untuk mengukur variabel konsep. Keduanya adalah alat kinerja yang khas, misalnya. Ini termasuk alat untuk mengukur sikap, minat konsep diri, lokasi kontrol, gaya kepemimpinan, motivasi untuk berprestasi, dll., Serta instrumen yang memiliki karakteristik kinerja tinggi seperti alat pengukuran bakat (tes bakat), kecerdasan (kecerdasan intelektual), kecerdasan, emosi, dan lain-lain. Untuk menentukan validitas konstruk, studi teoritis konsep suatu variabel harus diukur, dimulai dengan perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, hingga penjabaran dan penulisan elemen instrumen. Perumusan dan konstruk harus dilakukan atas dasar sintesis teori mengenai konsep variabel yang akan diukur dengan analisis logis dan hati-hati dan proses perbandingan.

(33)

21

Mempertimbangkan proses verifikasi teoretis seperti yang ditunjukkan, proses validasi konstruk suatu instrumen dilakukan dengan tinjauan profesional atau justifikasi, atau dengan evaluasi panel panel yang terdiri dari orang-orang yang mengetahui substansi atau isi dari variabel yang akan diukur.

Validitas empiris sesuai dengan validitas kriteria, yaitu validitas ditentukan berdasarkan kriteria internal dan eksternal. Validitas empiris dicapai melalui hasil uji coba pada responden yang sesuai dengan responden yang dinilai atau diperiksa. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang merupakan kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil dari alat ukur atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang merupakan kriteria. Tindakan eksternal mungkin merupakan tindakan lain yang dianggap standar atau dapat diandalkan. Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas internal, sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternal disebut validitas eksternal. Validitas internal (validitas artikel) terdiri dari sekumpulan kriteria validitas, yang merupakan validitas yang diukur berdasarkan kuantitas, menggunakan tes secara keseluruhan (whole article) sebagai kriteria untuk menentukan validitas artikel dari tes. Oleh karena itu, validitas internal memperhatikan validitas elemen dengan menggunakan hasil pengukuran tes secara keseluruhan sebagai kriteria. Oleh karena itu, ini umumnya disebut sebagai validitas elemen. Validitas internal menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran item setuju dengan hasil pengukuran keseluruhan tes. Oleh karena itu, validitas item tercermin dalam ukuran koefisien korelasi antara peringkat item dan peringkat keseluruhan tes. Jika koefisien korelasi skor item dengan total skor tes

(34)

positif dan signifikan, maka skor berdasarkan signifikan validasi internal(matondang, 2009).

Hasil Validitas dapat dilihat bahwa apabila rhitung> rtabelmaka item atau

pertanyaan dinyatakan valid dan apabila rhitung< rtabelmaka item atau pertanyaan

tersebut dinyatakan tidak valid. Kemudian berdasarkan signifikansi jika nilai signifikansi > 0,05 maka item atau pertanyaan tersebut tidak valid dan apabila nilai signifikansi < dari 0,05 maka item atau pertnyaan tersebut dinyatakan valid. Dari hasil uji validitas dapat diambil kesimpulan bahwa semua pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner adalah valid.

D. Realibilitas

Dalam instrumen yang digunakan untuk akuisisi data, keandalan skor tes adalah informasi yang diperlukan untuk mengembangkan tes. Reliabilitas adalah tingkat keteguhan (konsistensi) antara dua pengukuran pada objek yang sama, meskipun pengukur dan skala yang berbeda digunakan (Mehrens & Lehmann, 1973, Reynold, Livingstone & Wilson, 2010). Dalam hal penilaian pedagogis, kinerja atau kemampuan siswa dianggap dapat diandalkan ketika pengukuran dilakukan. Hasil pengukuran adalah informasi yang sama, bahkan jika pemeriksa berbeda, korektor berbeda, atau unsur-unsurnya berbeda tetapi memiliki karakteristik yang sama(Retnawati)

Allen & Yen (1979) menyatakan bahwa tes tersebut dianggap reliabel jika skor yang diamati memiliki korelasi tinggi dengan skor aktual. Selanjutnya, dinyatakan bahwa reliabilitas adalah koefisien korelasi antara dua nilai observasi yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan uji paralel. Dari pernyataan

(35)

23

ini, oleh karena itu, dapat dipahami bahwa tes ini dapat diandalkan ketika hasil pengukuran mendekati keadaan sebenarnya dari peserta tes.

Dalam pelatihan pengukuran tidak dapat dilakukan secara langsung dengan fitur atau karakter yang akan diukur. Fitur atau tanda ini abstrak, yang dapat diukur dengan indikator. Ini membuatnya sulit untuk mendapatkan alat ukur yang stabil untuk mengukur karakteristik seseorang (Mehrens & Lehmann, 1973). Stabilitas ini disebut keandalan. Untuk menentukan keandalan alat ukur dalam bentuk nilai, perhitungan statistik dapat dilakukan. Nilai ini biasa disebut dengan koefisien reliabilitas (Reliability Coefficient)(Retnawati)

E. Kesehatan Islam

Kesehatan berasal dari kata “sehat” yang ditransfer dari bahasa Arab, sahhah, artinya sehat, tidak sakit, selamat. Pengertian yang baku dapat kita temukan pada rumusan WHO ( World Health Organization ) sebagai berikut “Healt is a state of phisical, mental, and social well being not merely the disease or infirmity” (sehat adalah keadaan fisik, mental, dan sosial yang baik tidak saja karena tidak ada penyakit atau cacat)(Kaelany, 1992).

Sehat itu sukar untuk didefinisikan, lebih -lebih untuk mengukur-nya, dan sehat menjadi keadaan yang bebas dari penyakit. Badan kesehatan dunia (WHO) Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap dari sehat fisik, mental dan sosial, serta tidak hanya bebas penyakit atau kecacatan(1946), sehingga seseorang dapat bekerja secara produktif (1978)(Dr. Irwan S.KM).

Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa, dan oleh karena itu manusia harus memelihara keduanya. Untuk memastikan bahwa tubuh sehat dan kuat, sehingga

(36)

manusia dapat berperan aktif dalam tugas spiritual untuk menyehatkan jiwanya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad berkata, "Orang yang kuat lebih disukai oleh Allah daripada orang yang lemah" (Mohsin, 1997). Hadits ini menekankan bahwa umat Islam perlu menjaga kesehatan mereka dengan baik dan selalu berusaha untuk tetap sehat. Sudah diketahui bahwa untuk memastikan kesehatan yang baik, seseorang harus memiliki diet seimbang yang terdiri dari makanan dan minuman yang bergizi dan menghindari apa pun yang dapat merusak kesehatan tubuh, kesehatan mental.

Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab sebagaimana yang dikutip oleh Ade Hasman dalam bukunya Rahasia Kesehatan Rasulullah, ada dua istilah yang berkaitan dengan kesehatan yang sering digunakan dalam kitab suci, yaitu “sehat” dan “afiat”. Dalam kamus bahasa arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk Hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna. Kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya.

Oleh karena itu, kata afiat dapat diartikan berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya. Jika sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan maka agaknya dapat dikatakan mata yang sehat adalah mata yang dapat meihat dan membaca tanpa menggunakan kacamata. Akan tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang. Oleh karena itu, fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata(hasman, 2012).

(37)

25

Jika seseorang muslim tekun mendirikan sholat dengan benar, maka ia selalu diingat oleh Allah. Dengan sholat, seorang akan mendapatkan ketenangan hati dan jiwa, karena merasa terlindungi dari segala macam cobaan. Seseorang merasa terjaga meski tak ada seorang pun yang menjaganya. Bukan hanya itu, sholat yang dilakukan dengan sepenuh hati akan mencegah seseorang dari perbuatan jahat. Allah berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar; dan sesungguhnya mengingat Allah

(dengan sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah lain). (QS.

Al-Ankabut/29: 45).

Menurut Jiwa Ilmu Agama, ketika seseorang berdoa dengan sungguh-sungguh, semua pikiran dan perasaan alami dipisahkan dari semua urusan dunia yang mengganggunya, menenangkan jiwanya, dan merasa damai di hati. Ketika hidup terus-menerus digambarkan untuk mencari kekayaan dan karier, 24 jam sehari dan di malam hari tidak pernah cukup. Untuk maksimum 8 menit pada suatu waktu, 5 kali per malam semalam = 40 menit bertujuan untuk menyembah Tuhan sebagai ungkapan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan kepadanya. Karena itu, salah satu ciri dari jiwa yang tidak sehat adalah tidak bersyukur atas bantuan yang diterimanya(Jauhari).

Sebagai Umat Islam kita harusberbangga karena, Allah SWT melaluiRasulnya begitu banyak memberikan kitapelajaran yang amat berguna dalammenjalani kehidupan didunia ini. Rasulullah SAW memberikan kitatuntunan dalam mengasah diri secaraholistik, walaupun Rasullullah

(38)

SAWbukan seorang dokter, tapi tuntunannyasejak 1400 tahun yang lalu sampaisekarang menjadi panutan bagi kitasemua.

Beberapa pembelajaran shalatyang dikaitkan dengan medis, dapatdirilist sebagai berikut:

1. Ruku’ dengan posisi yang benar akanmemberikan manfaat antara lain; a. Menjaga melekatnya tulang tunggingdengan tulang belakang sehinggapersendian menjadi licin. Bagi wanita,jika tulang tungging melekat dengantulang belakang, maka mengakibatkanpersendian kaku dan tulang pinggulmenyempit sehingga sulit melahirkan.

b. Dapat memperbaiki letak bayi yang kurang baik bagi ibu yang sedang hamil, sehingga pada saat melahirkan tidak mengalami patah tulang tunggingnya.

c. Memperlancar sirkulasi darah dari jantung ke seluruh tubuh, terutama ke otak/kepala sebagai pusat susunan syaraf.

d. Menghindarkan diri dari berbagai penyakit tulang belakang, seperti : Acute Lumbargo ; sengal (rasa sakit) pinggang mendadak. Cronic Recurant ; sengal (rasa sakit) pinggang menahun. Spondilosis; tergelincirnya ruas tulang belakang.

e. Menyembuhkan kelainan-kelainan tulang belakang bagi anak-anak akibat posisi duduk yang kurang baik pada saat belajar misalnya penyakit kiposis (bungkuk), lordosis (menjorok ke depan) dan skoliosis (bengkok ke kanan atau ke kiri).

(39)

27

2. Sujud dengan posisi yang benar akanberpengaruh positif pada tubuh,yaitu:

a. Otot menjadi kuat, limpa terpijitsehingga aliran darah menjadi lancer karenanya.

b. Berkembangnya otot dada bagi wanita, sehingga menghasilkan buah dada yang montok dan bagus bentuknya.

c. Sirkulasi darah dari jantung ke seluruh tubuh akan lancar, keperluan darah di otak pun akan terpenuhi. Karena otak adalah pusat susunan syaraf, maka terpenuhi atau tidaknya kebutuhan darah di otak akan banyak berpengaruh terhadap seluruh tubuh.

3. Duduk tahiyat dengan posisi yangbenar mengandung banyak manfaat,yaitu :

a. Bagi Wanita. Duduk tahiyat yang benarakan memperkuat bagian-bagiankemaluan, sehingga di saat melahirkantidak mudah terjadi kerobekan. Dengandemikian juga terjaganya tiga lubangyang sangat berdekatan. Tiga lubangtersebut adalah saluran kencing, lubangsenggama, lubang dubur atau poros. b. Bagi Laki-laki. Dengan posisi duduk tahiyat yang benar kaki memijit kemaluan, sehingga akan mengakibatkan lancarnya air seni, zakar (penis) dapat ereksi dengan baik dan testis akan dapat memproduksi sperma lebih banyak dan sehat serta hidup.

c. Telapak kaki kanan yang dapat menanggulangi penyakit kaki leter yang biasanya menyebabkan tidak tahan berdiri atau berjalan.

(40)

4. Cara turun untuk sujud dan bangkitdari sujud yang baik dan benar akandapat memperkuat otot kaki , baik untuklaki-laki maupun untuk perempuan.Ketika hendak sujud, bagian tubuh yangpertama kali menyetuh tempat sujudadalah kedua lutut, kemudian keduatelapak tangan dan akhinya barulah muka. Selanjutnya jika bangun dari sujudbagian yang pertama kali diangkat adalahmuka, kemudian kedua telapak tangandan akhirnya barulah kedua lutut(Deden Suparman).

Islam mengajarkan kita untuk berdzikir kepada Allah SWT, karena dzikir dapat memberikan kontribusi yang besar dan dapat mengandung tiga gerakan, yaitu badan (al-riyadiyah), hati (al-qalbiyah), dan jiwa (al-nafsiyah), melaksanakan dzikir dengan khusuk, ikhlas dan penuh pengharapan ridho Allah SWT maka hal tersebut akan membiasakan hati selalu dekat kepada Allah SWT, dzikir juga mengandung dimensi dzikrullah yang memiliki dampak psikologis dalam jiwa seseorang. Karena dengan mengingat Allah SWT maka alam kesadaran manusia akan merasakan kehadiran Allah SWT. Untuk sampai kepada jiwa yang tenang seperti yang dirumuskan di atas, maka dzikir memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dzikir merupakan suatu kebutuhan psikis manusia yang merindukan ketenangan dan kebahagiaan, disamping itu juga dapat memberikan bimbingan jiwa manusiauntuk memotivasi berbuat baik dengan mencegahnya dari perbuatan dosa, menghidupkan hati sanubari dan meningkatkan jiwa agar jangan lalai dan lupa, dapat mensucikan jiwa, mengobati dan mencegah jiwa dari gangguan dan penyakit hati(Sari).

(41)

29

F. Tinjauan Islam Mengenai Kesehatan

Islam sangat memperhatikan soal kesehatan dengan cara antara lain mengajak dan menganjurkan untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan yang telah dimiliki setiap orang. Anjuran menjaga kesehatan itu bisa dilakukan dengan tindakan preventif (pencegahan) dan represif (pelenyapan penyakit atau pengobatan). Secara preventif, perhatian Islam terhadap kesehatan ini bisa dilihat dari anjuran sungguh-sungguh terhadap pemeliharaan kebersihan.(HD, 2005)

Dalam al-Qur‟an disebutkan bahwa al-Qur‟an adalah syifā‟, yang salah satunya terdapat pada Q.S. al-Isrā/17:82‟:









































Terjemahnya :

Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

Ayat lainnya yang menyebutkan kata syifā‟ dalam al-Qur‟an yaitu Q.S. Yūnus: 57,















































-Terjemahnya :

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

(42)

Pada Q.S At-Taubah: 109































































Terjemahnya :

“Maka Apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan Dia ke dalam neraka Jahannam. dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zalim”. Pada Q.S Fuṣṣilat: 44



































































































Terjemahnya :

“dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka[1334]. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".

Sebagian ulama menafsirkan ayat-ayat syifā‟ tersebut sebagai obat bagi kesehatan rohani saja, akan tetapi ada juga ulama yang berpendapat bahwa al-Qur‟an tidak hanya dapat digunakan sebagai obat bagi kesehatan rohani saja tapi juga dapat digunakan sebagai obat bagi kesehatan jasmani (Shihab, 2002).

(43)

31

Kondisi jasmani manusia sangatlah penting selama manusia masih hidup di dunia karena jasmani merupakan modal yang diberikan oleh Allah kepada manusia agar dapat menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini dan juga agar manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya. Beberapa ayat yang menerangkan pentingnya kesehatan jasmani bagi manusia, yaitu Q.S al Qashas/28:26:



























Terjemahnya:

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguh-nya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya"

Kekuatan yang dimaksud dalam ayat di atas adalah kekuatan dalam berbagai bidang. Selanjutnya kepercayaan yang dimaksud adalah integritas pribadi yang menuntut adanya sifat amanah sehingga tidak merasa bahwa apa yang ada di genggamannya adalah milik pribadi tetapi milik pemberi amanat yang harus dipelihara dan bila diminta kembali maka harus dengan rela mengembalikannya. Tidaklah mudah menemukan orang yang memiliki kedua sifat tersebut. Jauh sebelum kita Umar telah pernah mengeluh dan mengadu kepada Allah, “Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu tentang kekuatan si Fajir (pendurhaka) dan kelemahan orang-orang yang kupercayai (Shihab, 2002).

(44)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis, Lokasi, Dan Waktu Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu menggunakan analisis data secara mendalam dalam bentuk angka (Istijanto, 2005;93). Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan menggunakan metode Deskriftif Numerik.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit wilayah Makassar yaitu RS Islam Faisal, RS ibnu Sina, RS Kepolisian Bhayangkara, RS Universitas Hasanuddin.

3. Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai dari penyusunan instrumen dan pengujian validitas dan realibilitas pada bulan Agustus 2019 sampai September 2019

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study dimana proses pengambilan data dilakukan dalam waktu yang sama untuk semua variabel (Susila &Suyanto, 2015; 8).

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita penyakit kronis. 2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti (Suharsimi, 2006;131). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menebus obat di

(45)

33

Apotek. Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan

incidental sampling. Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dengan sumber data (Sugiyono, 2012; 96).Purposive

Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2012:96).

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu pasien/keluarga pasien yang secara kebetulan bertemu, kemudian pengambilan sampel dilakukan secara sengaja. Mak//sudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu.Jadi, sampel diambil tidak secara acak, tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti sesuai dengan kriteria-kriteria sampel yang sudah ditentukan.

Rumus yang digunakan untuk penentuan sampel yaitu : 𝒏 = (𝒁𝜶 . 𝑺

𝒅 ) 𝟐

Keterangan :

Zα = nilai standar dari alpha. Nilainya diperoleh dari tabel Z kurva normal n = jumlah sampel

d = presisi penelitian, yaitu kesalahan prediksi rerata yang masih dapat diterima. Nilai ditetapkan peneliti berdasarkan prinsip logis dan mampu laksana.

S = simpang baku. Nilainya diperoleh dari kepustakaan, penelitian pendahuluan, atau asumsi.

(46)

𝒏 = (𝒁𝜶 .𝑺 𝒅 ) 2 𝒏 = (𝟏.𝟗𝟔 .𝟑𝟏% 𝟏% ) 2 n = 𝟑,𝟖𝟒𝟏𝟔 . 𝟎,𝟑𝟏𝟔 𝟎,𝟎𝟏 n = 121 D. Pengtumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data (Siswanto, 2016)

Data penelitian diperoleh dari angket yang sudah diisi lengkap oleh responden/pengguna jasa apotek yang dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data secara incidental sampling dan purposive sampling.

Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

Metode Angket (Kuesioner)

Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subjek yang diteliti untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan peneliti (Kusumah, 2011).Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang telah dikembangkan oleh peneliti.Kuesioner tertutup berisikan pernyataan yang disertai dengan jawaban.

(47)

35

E. Instrument penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi tentang variabel atau objek yang sedang diteliti. Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa angket.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini dengan menggunakan skala likert 5 poin. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial(Sugiyono, 2014; 134).

Tabel 2. Penilaian skala likert

Penilaian Skor

Sangat setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan setelah pengumpulan data.Untuk kemudahan dalam pengolahan data digunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and

Service).Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing, processing, cleaning,

dan tabulating.

a. Editing adalah tahapan kegiatan memeriksa validitas data yang masuk

sepertimemeriksa kelengkapan

Gambar

Tabel 1. Daftar Instrumen Kualitas Hidup Generik  No  Nama instrument  Skala
Tabel 2. Penilaian skala likert
Tabel 4. Karakteristik Responden menurut umur
Tabel 7. Karakteristik Responden menurut Riwayat Penyakit
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Itu semua memerlukan kemampuan dan kemauan Kepala Desa, Perangkat Desa, para Anggota BPD, dan para Tokoh Desa (baik Tokoh Agama,.. PipinHanapiah, Diklat Kelegislatifan Desa,

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka penggalang di SD Jaranan Banguntapan Bantul dapat dilihat dari 1) perencanaan pihak

Sumber : Anonim, 1997, Konsep Laporan Akhir Penyusunan Rencana Detail Kawasan Ratu Boko Tahap II, hal: II - 20. Tabel 7 : TeIjemahan Arsitektural Vegetasi Kawasan

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih, mohon maaf jika saya

Salimpat Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok; (2) bentuk-bentuk kesalahan penulisan dan penyimpangan huruf atau aksara dalam naskah Undang- Undang Nagari Salimpat

08 02 01 02 003, Mahasiswa Program Studi Muamalah Jurusan Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Qaimuddin Kendari, telah diuji dan dipertahankan dalam ujian

Latar Belakang www.themegallery.com PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN PENUTUP

Pada saat harga suatu layanan jasa komunikasi seluler mencapai harapan pelanggan, maka akan berpengaruh terhadap pembelian ulang selama harga layanan masih berada