• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMPN 2 SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung BAB II (brs)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMPN 2 SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung BAB II (brs)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Pengelolaan Kelas

1. Peran Guru Dalam Pengelolaan Kelas

Telah dijelaskan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 ayat 1 tentang guru dan dosen, yang dimaksud guru adalah “pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.1 Sedangkan menurut Hamzah B. Uno pendidik atau guru adalah

Orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.2

Kegiatan guru didalam proses pembelajaran meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan proses belajar mengajar dan evaluasi hasil belajar, maka guru dituntut mempunyai kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik untuk menciptakan situasi yang memungkinkan anak untuk belajar dengan maksimal, dan menjadi titik awal keberhasilan proses pengajaran. Sesuaidengan pendapat Syaiful Bahri Djamarah yang menyatakan :

(2)

Untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, mereka memerlukan pengorganisasian proses belajar yang baik. Proses belajar mengajar merupakan suatu rentetan kegiatan guru menumbuhkan organisasi proses belajar mengajar yang efektif, yang meliputi tujuan pengajaran, pengaturan penggunaan waktu luang, pengaturan ruang dan alat perlengkapan pelajaran di kelas, serta pengelompokan siswa dalam belajar.3

Dalam pembelajaran guru mempunyai peranan yang sangat besar, dimana guru harus bisa membantu siswa untuk mencapai tujuan pengajaran, yang dilaksanakan di dalam kelas. Maka untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan gairah belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa, guru memerlukan pengorganisasian proses belajar yang baik di dalam kelas.

Program kelas tidak akan berjalan bilamana tidak diwujudkan dalam suatu kegiatan, maka dari itu peranan guru sangat menentukan kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan di antara murid-murid di suatu lembaga pendidikan khususnya kelas. Sehingga guru berkewajiban mewujudkan program tersebut dan bertanggungjawab dalam memberikan pelajaran yang bermakna di kelas.

Untuk mengadakan kelas yang efektif, guru berperan utama dalam mempertimbangkan setiap aspek dari kelasnya agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan optimal.Seperti yang dinyatakan Anita “dengan sengaja guru harus merancang prosedur yang akan menciptakan kelas penuh rasa dan memungkinkan setiap orang

(3)

berinteraksi secara efektif serta merancang sistem manajemen yang menjamin kesuksesan semua siswa”.4

Kegiatan pengelolaan kelas merupakan bahan penting sejak hari pertama di sekolah, dengan berbagai aturan dan prosedur yang dibuat guru secara konsisten akan membuat kelas Nampak berbeda. Begitu juga Anita menyatakan “pencapaian prestasi siswa di akhir tahun ajaran secara

langsung berkaitan dengan seberapa jauh menetapkan manajemen prosedur kelas. Guru yang unggul mempertimbangkan waktu, ruang, dan bahan ajar secara serempak untuk menjamin kelas dikelola dengan baik”.5

Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar guru menggunakan seperangkat strategi dalam menciptakan dan mempertahankan kelas agar kondisi lingkungan belajar siswa tetap kondusif dan menyenangkan. Hal ini merupakan suatu cara guru dalam meningkatkan hasil atau prestasi belajar siswa dan akan memberikan efek langsung terhadap keberhasilan belajar siswa.

2. Pengertian Pengelolaan kelas

Fungsi proses belajar didalam kelas, proses kerja sistem memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan oleh manusia merupakan alat penting untuk belajar. Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 9:

4 Anita Moultrie Turner, Resep Pengajaran Hebat: 11 Bahan Utama , cet.2, (Indonesia: PT

Macanan Jaya Cemerlang, 2008), hal.57

(4)

















(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Guru memiliki peranan yang sangat besar dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Pengelolaan kelas merupakan salah satu upaya yang harus dikuasai oleh guru agar siswa dapat belajar secara optimal. Dalam hal ini E. Mulyasa berpendapat:

Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan seorang guru untuk menciptakan iklim yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.6

Manajemen kelas yang baik memungkinkan guru mengembangkan apa-apa yang diinginkannya. Dengan demikian guru juga bisa membina hubungan yang baik dengan murid. Interaksi antara guru dengan murid didalam kelas merupakan faktor utama dalam pengelolaan kelas. Seorang guru harus memahami betul kondisi fisik dan psikis di lingkungan kelasnya. Sehubungan dengan hal tersebut Khanifazul berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah:

6 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Aktif Dan

(5)

Faktor penting tercapainya tujuan pembelajaran. Kelas bukanlah sekedar sebuah ruangan dengan segala isinya yang bersifat ajek dan pasif, melainkan pula sebuah sarana berinteraksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru. Pengelolaan merupakan aktivitas guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengembalikannya jika terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana belajar.7

Ketrampilan mengelola kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.

Pengelolaan kelas digunakan sebagai acuan guru untuk mengkondisikan kelas agar terciptanya kelas yang efektif dan menyenangkan sehingga tidak membuat peserta didik menjadi bosan. serta dapat dimanfaatkan secara efisien untuk berlangsungnya pembelajaran yang efektif dan efisien.

3. Tujuan Pengelolaan Kelas

Seorang guru dituntut untuk mampu mengelola kelas dengan baik agar proses pembelajaran itu dapat terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan. Secara umum yang menjadi pengelolaan kelas dalam pandangan Sudirman adalah:

Penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap apresiasi para siswa.

7 Khanifatul, Pembelajaran Inovatif Strategi Mengelola Kelas Secara Efektif Dan

(6)

Selain itu dalam pandangan Usman mengemukakan tujuan pengelolaan kelas yang bersifat khusus yaitu: Mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar dan bekerja, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.8

Aspek-aspek yang harus dimiliki seorang guru dalam mengelola kelas adalah bagaimana sifat kelas itu sendiri, situasi di dalam kelas serta guru harus mempunyai tindakan yang bersifat selektif dan kreatif mengelola kelas itu. Dalam hal ini manajemen kelas menjadi prioritas utama seorang guru dalam pengelolaan kelas. Dalam hal ini John W. Santrock berpendapat:

Manajemen kelas yang efektif bertujuan membantu siswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan pembelajaran dan mencegah siswa mengalami problem akademik dan emosional. Kelas yang dikelola baik akan membuat siswa sibuk dengan tugas yang menantang dan akan memberikan aktivitas dimana siswa menjadi terserap kedalamnya, termotivasi belajar, memahami aturan dan regulasi yang harus dipatuhi.9

Penggunaan komponen dalam kelas mempunyai beberapa tujuan, yang antara lain adalah:

a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya.

8Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam (Surabaya: Elkaf, 2006) hlm. 68

9 Mulyadi, Classroom Management Mewujudkan Suasana Kelas Yang Menyenangkan

(7)

b. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.

c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.

Selain berperan besar bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajemaen kelas juga berfungsi untuk :

a. Membantu guru dalam pembagian kelompok dan pembagian tugas

b. Membantu dalam pembentukan kelompok belajar

c. Menciptakan kerjasama yang baik antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.10

Sependapat dengan hal tersebut menurut Sudirman yang di ambil dari bukunya Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa :

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.Secara umum tujuan pengelolaan adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas.Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.11

Tujuan manajemen atau pengelolaan kelas, menurut Mulyadi adalah sebagai berikut :

10 Muhammad Syafi’I Antonio, Ensiklopedia, Leadership dan Management Muhammad

SAW: The Super Leader Super Manager…, Hlm. 65

(8)

a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, sebagai lingkungan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka semaksimal mungkin. b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi

terwujudnya interaksi pembelajaran.

c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinka peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual mereka dalam kelas.

d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan sifat-sifat individunya.12

Semua komponen keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan yang baik untuk anak didik maupun guru, sependapat dengan hal tersebut Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah :

a. Untuk anak didik

1) Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri

2) Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.

3) Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam tugas dan pada kegiatan yang diadakan.

b. Untuk guru

1) Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaaan yang lancer dan kecepatan yang tepat 2) Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan

dalam memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik. 3) Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap

tingkah laku anak didik yang mengganggu.

4) Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif dapat digunakan dalam hubungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul dalam kelas.13

12 Mulyadi, Classroom Management : Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan

Bagi Siswa…, hal 5

13 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik:dalam interaksi edukatif, cet.3,(Jakarta:PT

(9)

Sebagai guru hendaknya mampu menggunakan dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki hingga memungkinkan terciptanya situasi belajar yang baik, dan dapat mengendalikan pelaksanaan pengajaran dalam pencapaian tujuan yang diinginkan. Selain itu kelas yang dikelola dengan baik akan membuat siswa sibuk dengan tugas yang menantang, memberikan pemahaman siswa terhadap materi belajar, merasa aman dan nyaman ketika berada dalam kelas dan terciptanya disiplin kelas, yang memungkinkan untuk mencegah permasalahan yang timbul di dalam pembelajaran di kelas.

4. Pendekatan Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang terkait langsung dalam hal ini. Karena pengelolaan kelas yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik baik secara berkelompok maupun secara individual.

Keharmonisan hubungan guru dengan anak didik, tingginya kerjasama diantara anak didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut.

a) Pendekatan kekuasaan

(10)

mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk menaatinya. Didalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.

b) Pendekatan ancaman

Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.

c) Pendekatan kebebasan

Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.

d) Pendekatan resep

(11)

e) Pendekatan pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajarkan untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik.

f) Pendekatan perubahan tingkah laku

Sesuia dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagi suatu proses untuk mengubah tingah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini berolak dari sudut pandang psikologi Bihavioral yang mengemukakan asumsi sebagai berikut:

1) Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang berlaku dilingkungan sekitarnya.

(12)

(negative reinforcement). Asumsi ini mengharuskan seseorang wali/guru kelas melakukan usaha-usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik (perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu, terutama dikalangan siswa.

g) Pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial

Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial didalam kelas sebagai sekelompok individu cenderunng pada pandangan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan). Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif, artinya ada hubungan yang baik yang positif antara guru dengan anak didik, atau antara anak didik dengan anak didik. Disini guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi itu, peranannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.

h) Pendekatan proses kelompok

(13)

kedalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar.

i) Pendekatan elektis dan pluralistik

Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiativ wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dalam situasi lain mungkin harus mengombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.14

Kelas harus dirancang dan dikelola dengan seksama agar memberi hasil yang maksimal. Pendekatan atas pengelolaan kelas sangat tergantung pada kemampuan, pengetahuan, sikap guru terhadap proses

14 Syaiful Bahri Jamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.

(14)

pembelajaran dan hubungan siswa yang mereka ciptakan. Ada 4 jenis kelas yang dapat kita amati yaitu sebagai berikut:

a. Jenis kelas yang selalu gaduh.

Guru harus bergelut sepanjang hari untuk menguasai kelas, tetapi tidak berhasil sepenuhnya. Petunjuk dan ancaman sering diabadikan dan hukuman tampaknya tidak efektif.

b. Jenis kelas yang termasuk gaduh, tetapi suasananya lebih positif. Guru mencoba untuk membuat sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswanya dengan memperkenalkan permainan dengan kegiatan yang menyenangkan, membaca cerita, serta menyelenggarakan kegiatan kesenian dan pameran kerajinan siswa. c. Jenis kelas yang tenang dan disiplin, baik karena guru telah

menciptakan banyak aturan maupun meminta agar aturan tersebut dipatuhi. Pelanggaran langsung dicatat dan diikuti dengan peringatan tegas, dan bila perlu disertai dengan hukuman. Guru sering menghabiskan banyak waktu dengan melakukan hal ini karena ia dengan cepat dapat memperhatikan bentuk pelanggaran.

d. Jenis kelas yang menggelinding dengan sendirinya.

(15)

pekerjaan saling berinteraksi sehingga suara muncul dari beberapa tempat secara bersamaan.15

Empat jenis kelas diatas selalu ditemukan dihampir semua sekolah. Sehingga dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif, seorang guru harus memahami dan dapat memilih pendekatan yang tepat dan sesuai dengan kelas yang akan dikelola sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.16

Dari pendekatan-pendekatan diatas, seorang guru harus bisa memahami dan menguasai dalam rangka proses pengelolaan kelas yang baik. Seorang guru dapat merealisasikan dengan menggabungkan pendekatan dengan pelaksanaannya dengan mempertimbangkan kondisi kelas, karakter dari siswa dan materi pembelajaran yang akan diajarkan.

B. Kajian Tentang Strategi Guru PAI Dalam Menciptakan Kelas Yang

Kondusif

Salah satu tugas guru yang utama dalam mengajar adalah menciptakan iklim belajar yang kondusif. Pada dasarnya dalam suatu interaksi iklim yang muncul merupakan hasil dari peran kedua belah pihak yakni guru dan siswa. Namun guru sebagai pengendali dalam kegiatan belajar mengajar. “guru yang bertanggung jawab atas pengorganisasian kegiatan, waktu, fasilitas dan segala sesuatu sumber yang dimanfaatkan dalam kelas. Oleh karena itu terciptanya iklim yang kondusif sangat tergantung dari guru.”

15 Radno Harsanto, Pengeloaan Kelas Yang Dinamis, (Yogyakarta: Kanisius, 2007)

hlm. 40-42

(16)

1. Ketrampilan dalam mengelola kelas.

Ketrampilan yang harus dikuasai oleh guru dalam mengelola kelas menurut Moh. Uzer Usman, setidaknya ada empat komponen ketrampilan manajemen kelas.

a) Ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi

Hubungan yang akrab dan sehat antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik lainnya menjadi suatu keharusan didalam sebuah kelas. Hal ini dapat terwujud jika guru memiliki ketrampilan berkomunikasi secara pribadi yang dapat diciptakan, antara lain dengan:

 Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan peserta didik, baik dalam kelompok kelas maupun perongan.  Mendengarkan secara simpatik ide-ide yang dikemukakan oleh

peserta didik.

 Memberikan respon positif terhadap pemikiran peserta didiknya.  Membangun hubungan saling mempercayai.

 Menunjukkan kesiapan untuk membantu peserta didik.

 Menerima perasaan peserta didik dengan penuh pengertian dan terbuka.

 Berusaha mengendalikan situasi hingga peserta didik merasa aman, penuh pemahaman, dan dapat memecahkan masalah yang dihadapnya.

(17)

Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas, guru sebagai seorang manajer berperan sebagai organisator yang mengatur dan memonitor kegiatan belajar-mengajar dati awal dimulainya hingga akhir kegiatan. Ketrampilan-ketrampilan yang harus dikuasai oleh guru agar bisa mengorganisasikan kegiatan belajar-mengajar antara lain:

 Menjelaskan tujuan kegiatan belajar yang akan dicapai kepada peserta didiknya.

 Memvariasikan kegiatan yang mencakup penyediaan ruangan, peralatan, dan cara melaksanakannya

 Membentuk kelompok yang tepat.

 Mengorganisasikan kegiatan belajar-mengajar kepada peserta didik, wali murid, dan kepala sekolah.

 Membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan peserta didik.

 Mengakhiri kegiatan belajar mengajar dengan laporan hasil yang dicapai peserta didik.

c) Ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar.

Ketrampilan ini memungkinkan guru membantu peserta didik untuk maju tanpa mengalami prustasi. Hal ini dapat dicapai jika guru menguasai ketrampilan berikut ini:

(18)

 Mengembangkan supervisi proses awal, yaitu sikap tanggap guru terhadap peserta didik baik secara individu maupun kelompok yang dapat memungkinkan guru mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan.

 Mengadakan supervisi proses lanjut yang memusatkan perhatian pada penekanan dan pemberian bantuan ketika kegiatan belajar-mengajar berlangsung.

 Mengadakan supervisi pemanduan yang memusatkan perhatian pada penilaian pencapaian tujuan dari berbagai kegiatan belajar yang dilakukan dalam rangka menyiapkan rangkuman dan pemantapan sehingga peserta didik saling belajar dan memperoleh wawasan yang menyeluruh.

d) Ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan

belajar-mengajar

(19)

 Membantu peserta didik menetapkan tujuan belajar dan menstimulasi peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tersebut.

 Merencanakan kegiatan belajar bersama peserta didiknya yang mencakup kriteria keberhasilan, langkah-langkah kerja, waktu, serta kondisi belajar.

 Bertindak atau berperan sebagai penasihat bagi peserta didiknya bila diperlukan.

 Membantu peserta didik menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri. Ini berarti, guru memberikan kesempatan kepada peserta didiknya untuk memperbaiki dirinya sendiri yang merupakan kerjasama guru dengan peserta didik dalam situasi pendidikan yang manusiawi.17 Sedangkan Lingkungan kondusif menurut E. Mulyasa (2004:16) dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut:

a) Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran. Pilihan dan pelayanan individual bagi peserta didik, terutama bagi mereka yang lambat belajar akan membangkitkan nafsu dan semangat belajar, sehingga membuat mereka betah belajar di sekolah.

b) Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik nyaman dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal. Termasuk dalam hal ini adalah penyediaan bahan pembelajaran yang menarik dan menantang bagi peserta didik, serta pengelolaan kelas yang tepat, efektif, dan efisien.

c) Menciptakan suasana kerja sama saling menghargai, baik, antara peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru dan

17 novan ardy wiyani, manajemen kelas teori dan aplikasi untuk menciptakan kelas yang

(20)

pengelolaan pembelajaran lain. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap peserta didik memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan pandangannya tanpa ada rasa takut mendapatkan sanksi atau dipermalukan.18

Iklim lingkungan kelas yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik bagi proses pembelajaran. Iklim belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas peserta didik. Lingkungan kelas yang kondusif, nyaman, menyenangkan, bersih dan rapi berperan penting dalam menunjang efektivitas pembelajaran. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru atau pengelola kelas untuk memberikan kenyamanan kepada siswa. Misalnya menghadirkan bunga dan tumbuhan akan memberikan kesegaran di ruangan kelas.

Menurut E. Mulyasa beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif dan penanaman disiplin diri.

Ketrampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut: 1) Penciptaan dan pemeliharaan iklim yang optimal

a. Menunjukkan sikap tanggap dengan cara: memandang secara sekasama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas.

b. Membagi perhatian secara visual dan verbal.

c. Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran.

18 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

(21)

d. Memberi petunjuk yang jelas. e. Memberi teguran secara bijaksana. f. Memberi penguatan ketika diperlukan.

2) Ketrampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.

a. Modifikasi perilaku

b. Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan. c. Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan d. Mengurangi perilaku buruk dengan hukuman.19 2. Faktor-faktor terciptanya kelas yang kondusif

Suasana belajar kondusif sangat berpengaruh terhadap tingkah laku siswa dikelas, maka guru harus mampu semaksimal mungkin membuat suasana kelas yang benar-benar terkondisikan. Jadi peranan guru untuk mengetahui dan mengenali jenis kelas perlu dikuasai guru agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan optimal, karena situasi belajar siswa dapat berubah-ubah setiap waktunya dan disinilah guru dituntut untuk menggunakan strategi yang tepat dalam menghadapinya.

Ada 2 fakor penentu tercipta atau tidaknya suasana belajar yang kondusif. Pertama, suasana dalam kelas. Guru menjadi pihak yang paling bertanggung jawab dalam pengelolaan pembelajaran diruang kelas. Strategi dan metode pembelajran yang digunakan sangat

19 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Aktif Dan

(22)

menentukan kondusif atau tidaknya suasana belajar. Guru tidak hanya perlu menguasai materi pelajaran, namun yang lebih penting adalah mampu menguasai dinamika kelas yang dihuni oleh berbagai sifat dan watak siswa. Jika guru tidak mampu menguasai kelas, suasana kelas akan gaduh dan ribut oleh sikap dan perbuatan siswa yang beraneka ragam.

Faktor Kedua, lingkungan di sekitar kelas atau sekolah. Suasana belajar yang kondusif akan tercipta apabila didukung suasana yang nyaman dan tentram di sekitar kelas atau sekolah. Lokasi sekolah yang berada terlalu dekat dengan keramaian seperti pasar, pinggiran jalan raya atau pabrik cenderung mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar. Tidak hanya persoalan bunyi, bau tak sedappun dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa.20

Pembelajaran menyenangkan dapat diciptakan melalui penerapan berbagai strategi pembelajaran. Setiap siswa dapat menikmati proses pembelajaran yang menyenangkan jika lingkungan fisiknya kondusif untuk belajar. Selain itu,interaksi dan komunikasi dengan guru dalam hubungan saling menghargai, menghormati, dan penuh keakraban, juga akan mendukung suasana tersebut.

C. Kajian Tentang Strategi Guru PAI Dalam Menjalin Kerja Sama Yang

Baik Dengan Siswa.

Kelas yang lingkungan kerjanya sehat dalam arti terdapat hubungan yang baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan guru dengan

20

(23)

guru maka dapat dikatakan terjalinnya hubungan kerjasama yang baik dilingkungan sekolah, khususnya dilingkungan kelas. Hubungan kerjasama yang baik dapat terjalin dengan cara guru membangun sebuah interaksi belajar yang akrab dengan siswa, sehingga semua siswa akan merasa senang dan suasana ini harus dipelihara selama berlangsungnya jam pelajaran.

Siswa sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting, artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap siswa harus memiliki perasaan diterima (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggungjawab terhadap kelas secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangnya masing-masing.

Siswa dalam kelas dapat dianggap sebagai individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari satu kesatuan masyarakat, disamping itu mereka juga harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari satu kesatuan masyarakat, disamping itu mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak orang lain yaitu teman sekelasnya. Siswa harus sadar bahwa kalau mereka mengganggu temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota satu masyarakat kelas dan tidak menghormati hak siswa lain untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan belajar mengajar.

(24)

manajemen kelas. Pembiasaan yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib sekolah yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan siswa penuh kesadaran akan membawa siswa menjadi tertib.21

Disinilah peran seorang guru untuk pintar-pintar dalam mengelola kelasnya. Sehingga siswa dapat menjalin kerja sama yang baik di kelas antara gurunya maupun dengan temannya yang lain. Akan tetapi guru tidak boleh lupa akan pentingnya memahami konsep dasar mengenai pengelolaan siswa itu sendiri sehingga siswa akan dapat dikendalikan dengan baik.

Setelah guru dapat memahami konsep dasar mengenai kerja sama yang baik dengan siswa, maka seorang guru harus mempunyai prinsip dalam menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan siswa seperti:

Guru harus bersikap hangat dan antusias. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa semua peserta didik akan senang mengikuti kegiatan belajar di kelas jika gurunya bersikap hangat dan antusias kepada mereka. Pelajaran yang dianggap sebagian orang sulit pun dapat menjadi lebih mudah bagi peserta didik apabila gurunya bersikap hangat dan antusias kepada mereka. Hangat dalam konteks manajemen kelas adalah sikap penuh kegembiraan dan penuh kasih sayang kepada peserta didik. Sementara antusias dalam konteks manajemen kelas adalah sikap bersemangat dalam kegiatan mengajar.

Guru sebagai seorang manager dikelas dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar hendaknya harus dapat memunculkan kedua sikap tersebut,

21 Mulyadi, Classroom Management Mewujudkan Suasana Kelas Yang Menyenangkan Bagi

(25)

yaitu sikap hangat dan antusias. Guru yang bersikap hangat dan antusias bukan hanya akan disenangi oleh peserta didik, melainkan pula akan menjadi guru yang tidak pernah terlupakan bagi mereka.22

Penampilan guru dari segi fisik maupun kepribadian yang baik dapat memunculkan respon yang baik terhadap siswa, karena siswa akan merasa senang dan saling menghargai jika guru mampu memberikan contoh yang positif kepada siswa, sehingga guru mampu menjalin suasana yang akrab pada saat kegiatan belajar mengajar. Selain itu guru dapat menjalin ikatan emosional dengan peserta didik. Adapun cara yang dapat dilakukan guru dalam menjalin ikatan emosional yaitu,

1. Tidak segan untuk menyapa pesertra didik terlebih dahulu.

Memang lazimnya orang yang lebih muda menyapa orang yang lebih tua terlebih dahulu, tetapi tidak salah jika orang yang lebih tua menyapa orang yang lebih muda terlebih dahulu. Hal itu juga dapat dilakukan oleh guru. Guru hendaknya tidak pelit untuk tersenyum dan menyapa peserta didiknya. Guru yang ramah dengan senyuman dan sapaan, merupakan figur guru yang dapat mengayomi peserta didiknya. Memberikan rasa nyaman dan aman, bukan sebaliknya menjadikan kelas sebagai penjara bagi peserta didik dengan sikapnya yang kaku.

2. Membiasakan diri untuk berjabat tangan dengan peserta didik.

Berjabat tangan merupakan suatu kegiatan yang positif. Dengan berjabat tangan, kebencian bisa diredakan dan dengan berjabat tangan,

22 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas

(26)

hubungan seseorang dengan orang lainnya menjadi erat. Dengan membiasakan diri untuk berjabat tangan dengan peserta didiknya, akan tercipta hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta didik yang pada gilirannya dapat menumbuhkan semangat belajar para peserta didik disekolah dan kelas pada khususnya.

3. Membuka keran komunikasi dengan peserta didik.

Membuka komunikasi dengan niat yang tulus dan penuh kasih sayang merupakan kunci utama terbentuknya pintu-pintu keharmonisan guru dan peserta didik. Komunikasi yang terbuka akan membuat guru dapat berbicara dengan jujur dan kasih sayang mengenai pengamatannya tanpa membuat peserta didik merasa defensif.

4. Memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang sederajat.

Peserta didik memanglah belum dewasa dan sedewasa guru. Walaupun demikian, peserta didik juga memiliki berbagai perasaan yang sama dengan guru, suatu saat ia bisa merasa senang, merasa sedih, merasa gembira, dan merasa tidak nyaman dalam kegiatan belajar. Maka guru hendaknya memperlakukan peserta didik sebagaimana ia memperlakukan dirinya sendiri.23

Selain guru mempunyai sikap hangat dan antusias kepada peserta didk, seorang guru harus bisa memberikan motivasi dan dukungan kepada peserta didik. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi diartikan sebagai

23 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas

(27)

keseluruhan daya penggerak dalam diri peserta didik untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

Guru sebagai manajer kelas harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didiknya. Dengan demikian peserta didik mau dan mampu belajar karena kegiatan belajar mengajar pada dasarnya adalah upaya guru untuk menjadikan peserta didik mau dan mampu untuk belajar. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk memotivasi peserta didiknya didalam kelas, diantaranya:

 Menggunakan metode pengajaran dan kegiatan belajar yang beragam.  Menjadikan peserta didik sebagai peserta yang aktif.

 Memberikan tugas yang proposional, relistis, dan sesuai dengan materi belajar.

 Menciptakan suasana kelas yang kondusif.

 Melibatkan diri untuk membantu peserta didik mencapai hasil belajar.  Memberikan petunjuk kepada peserta didik agar sukses dalam belajar.  Memberikan penghargaan kepada peserta didik.

 Menciptakan aktivitas yang melibatkan seluruh peserta didik di dalam kelas.

 Menghindari penggunaan ancaman.24

Guru dituntut untuk bisa menempatkan sikap pada situasi tertentu, sikap antusiasme dan hangat dalam mengajar merupakan faktor yang penting untuk

24 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas

(28)

menumbuhkan semangat belajar maupun motivasi belajar peserta didik di dalam kelas. Selain guru harus bisa mengelola kelas, guru juga diharuskan bisa mengelola siswa, agar siswa bisa diarahkan menjadi lebih baik.

Pengelolaan siswa merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam kerangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan yang bersifat pencegahan (preventiv) dan atau tindakan yang bersifat korektif. Tindakan yang bersifat pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi, baik fisik maupun sosio emosional sehingga terasa benar oleh siswa rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Sementara tindakan yang bersifat korektif merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.25

Seorang guru harus mampu mengatur strategi, kapan ia harus melakukan tindakan pencegahan, dan kapan ia akan melakukan tindakan penyembuhan. Kedua tindakan tersebut sangatlah berkaitan satu sama lain, sehingga guru harus pandai-pandai menempatkan kedua tindakan tersebut kepada peserta didiknya.

a. Tindakan pencegahan.

Tindakan ini dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang dan mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran. Dalam mengembangkan ketrampilan mengelola siswa

25 Khanifatul, Pembelajaran Inovatif Strategi Mengelola Kelas Secara Efektif Dan

(29)

yang bersifat preventif, guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara menunjukkan sikap tanggap.

b. Tindakan penyembuhan (kuratif)

Tindakan ini dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi masalah, pada tahap ini guru mengenal atau

mengetahui maslah-masalah pengelolaan kelas yang timbul didalam kelas. Berdasarkan pada masalah tersebut, guru mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat siswa melakukan penyimpangan.

2. Menganalisis masalah, guru menganalisis penyimpangan siswa dan menyimpulkan latar belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan. Selanjutnya menentukan alternatif-alternatif penanggulangannya.

3. Menilai alternatif pemecahan, pada langkah ini guru menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah yang dianggap tepat dalam menanggulangi masalah.

4. Melaksanakan monitoring, pada langkah ini bertujuan menilai kemampuan pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilih untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan yang direncanakan.26

Didalam melakukan pengeloalaan siswa ini yang paling terpenting adalah karakteristik dari siswa itu sendiri. Disini seorang guru harus memahami

26 Khanifatul, Pembelajaran Inovatif Strategi Mengelola Kelas Secara Efektif Dan

(30)

betul bahwa setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda. Sehingga guru tidak bisa memaksakan kehendak siswa satu dengan siswa lainnya.

D. Kajian Tentang Strategi Guru PAI Dalam Mengatur Ruang Belajar Di

Kelas.

Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas merupakan salah satu tugas guru sebagai pendidik profesional. Bahkan dapat dikatakan sebagian besar tugas guru digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar didalam kelas sehingga wajar sekiranya jika seorang guru menaruh perhatian yang lebih terhadap ruang kelasnya. Itulah sebabnya mengapa seorang guru harus memiliki ketrampilan untuk mengatur ruang kelas yang kondusif, yaitu ruang kelas yang mendukung keberhasilan kegiatan belajar-mengajar.

Ruang kelas dapat didefinisikan sebagai kegiatan mengurus dan menata segala sarana belajar yang terdapat di dalam ruang kelas oleh guru. Berbagai sarana belajar yang ada di dalam kelas seperti meja, kursi, papan tulis, penghapus, penggaris, papan absensi, rak buku dan lain-lain.

Sementara urgensi atau arti penting dari pengaturan ruang kelas itu sendiri sebagai berikut:

 Pengaturan ruang kelas dapat menciptakan kelas yang memiliki suasana belajar yang menggairahkan.

(31)

 Pengaturan ruang kelas dapat memfokuskan peserta didik untuk tetap fokus dalam belajar.27

1. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penataan ruang kelas.

Agar terciptanya suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan atau penataan ruang kelas. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang perlu diperhatikan ialah:

a. Ukuran dan bentuk kelas.

b. Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa c. Jumlah siswa di dalam kelas.

d. Julah siswa dalam setiap kelompok. e. Jumlah kelompok dala kelas.

f. Komposisi siswa dalam kelompok (seperti, siswa pandai dengan siswa kurang pandai, pria dan wanita).

Menurut Suhaenah Suparno, dalam bukunya Abdul Majid, mengemukakan bahwa kriteria yang harus dipenuhi ketika melakukan penataan fasilitas ruang kelas adalah sebagai berikut:

a. Penataan ruangan dianggap baik apabila menunjang efektifitas proses pembelajaran yang salah satu petunjuknya adalah bahwa anak-anak belajar dengan aktif dan guru dapat mengelola kelas dengan baik. b. Penataan tersebut bersifat fleksibel (luwes) sehingga perubahan dari

satu tujuan ke tujuan lain dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga

27 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan

(32)

sesuai dengan kegiatan yang dituntut oleh tujuan yang akan dicapai pada waktu itu.

c. Ketika anak belajar tentang suatu konsep, maka ada fasilitas-fasilitas yang dapat memberikan bantuan untuk memperjelas konsep-konsep tersebut yaitu berupa gambar-gambar atau model atau media lain sehingga konsep-konsep tersebut tidak bersifat verbalitas. Tempat penyimpanan alat dan media tersebut cukup mudah untuk dicapai sehingga waktu belajar siswa tidak terbuang.

d. Penataan ruang dan fasilitas yang ada di kelas harus mampu membantu siswa meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, sehingga mereka senang untuk belajar. Indikator ini tentu tidak segera diketahui, tetapi guru yang berpengalaman dapat melihat apakah siswa dapat belajar dengan senang atau tidak.28

2. Pengaturan Tempat Duduk.

Dapat dikatakan bahwa tempat duduk dapat mempengaruhi peserta didik dalam mencapai keberhasilan belajarnya. Untuk itu tempat duduk harus bagus, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, tidak terlalu berat, tidak terlalu bundar, persegi empat panjang, dan sesuai dengan postur tubuh peserta didik.

Dengan pengaturan posisi tempat duduk mempunyai pengaruh besar dalam meningkatkan prestasi belajar mereka. Karena dengan tempat duduk yang nyaman dan aman akan membuat siswa bisa terus konsentrasi dengan kegiatan belajar mereka. Padahal perubahan posisi tempat duduk yang bervariasi memiliki banyak manfaat, antara lain: a. Menghindari kejenuhan pada peserta didik dalam belajar

b. Menjadikan fokus belajar peserta didik tetap terjaga. c. Meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik

28 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi

(33)

d. Memudahkan guru dan peserta didik bergerak dan berinteraksi saat kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas.

Pengaturan tempat duduk peserta didik pada dasarnya dilakukan untuk memenuhi empat tujuan, yaitu:

a. Aksesbilitas yang membuat peserta didik mudah menjangkau alat dan sumber belajar yang tersedia.

b. Mobilitas yang membuat peserta didik dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam sebuaah kelas.

c. Memudahkan terjadinya interaksi dan komunikasi antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik.

d. Memungkinkan para peserta didik untuk berkelompok dan bekerja sama.29

Selain itu penataan posisi duduk juga tergantung dari metode yang diterapkan guru dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Sehingga posisi duduk bisa berubah-ubah dan jika diperlukan guru dapat memberikan sedikit waktu kepada siswa untuk mengatur posisi duduk berkelompok.

Format posisi tempat duduk siswa sebaiknya dibuat luwes, sehingga dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan dan persyaratan pembelajaran. Artinya, tempat duduk siswa dapat dibentuk sesuai dengan rancangan pembelajaran dan jenis teknik pengajaran yang dipilih guru.

29 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan

(34)

Harus kita akui bahwa ragam rancangan format posisi tempat duduk siswa dapat membuahkan berbagai hasil positif, diantaranya:

1) Kebosanan dan kondisi sehari hari dapat diperkecil peluangnya. Dengan demikian, kehidupan kelas dapat menjadi lebih dinamis dan bergairah. Kelas dengan ciri demikian akan mudah membangkitkan kerjasama serta keterbukaan yang dinamis. Selain itu interaksi kelas dapat dimaksimalkan.

2) Keakraban antar siswa ditumbuh kembangkan. Nilai keakraban tersebut akan memunculkan semangat kerja sama yang positif tidak saja antara guru dengan murid, tetapi juga diantara murid sendiri. 3) Guru akan lebih mudah mengenali kelebihan dan kelemahan tiap

siswa apabila ia sering membagi kelas dalam kelompok kecil dan selanjutnya menyatu secara bergilir dengan kelompok kecil tersebut. 4) Dinamika dan kehidupan dikelas akan lebih mudah terbentuk. Kelas

yang dinamis cenderung kooperatif, terbuka, dan lebih mudah membangkitkan penalaran.

5) Karena peran aktif siswa secara kuantitatif dan kualitatif cenderung meningkat, maka daya serap siswa menjadi lebih besar. Daya serap yang tinggi akan membuahkan prestasi individual dan prestasi kelas meningkat secara signifikan.

(35)

7) Cakrawala pandang siswa lebih luas, serta arah pandang siswa bersifat ganda dan menyebar. Dengan demikian pola komunikasi antarsiswa akan saling memiliki peluang yang lebih banyak.30

3. Pengaturan media pendidikan

Setelah guru sebagai seorang manajer dapat melakukan pengaturan tempat duduk peserta didiknya, langkah selanjutnya dalam pengaturan ruang kelas adalah guru mengatur berbagai media pendidikan yang digunakan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Keberadaan media pendidikan tersebut diyakini dapat menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang hendak digunakan dalam kegiatan pengajaran, serta dapat menciptakan iklim yang emosional dan sehat antar guru dengan peserta didiknya dan antar peserta didik. Bahkan dengan media dunia yang luas ini dapat dibawa kedalam kelas.

Media pendidikan yang bersifat materi dapat disebut sebagai alat keras (hardware) pendidikan. Sementara media pendidikan yang bersifat non-materi dapat disebut sebagai alat lunak (software) pendidikan. Alat keras ini (hardware) pendidikan ini dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori visual, audio, dan audio visual. Kategori visual seperti: papan tulis, poster, gambar, buku, foto, modul, film, slide, OHP, lukisan, LCD dan lain-lain. Kategori audio seperti ucapan guru, radio, rekaman

(36)

suara dan lain-lain. Sementara yang termasuk kategori audiovisual seperti film, video dan lainnya. Sementara itu alat lunak (software) pendidikan seperti keteladanan guru, kegiatan pembiasaan spontan, kegiatan pembiasaan rutin, pemberian perintah dan karangan, pemberian hadiah dan hukuman dan lain sebagainya yang bersifat abstrak.31

Karena media merupakan salah satu faktor pendukung dalam terciptanya kelas yang kondusif, seorang guru harus pandai mengatur ruang kelas agar bisa menjadi efektif dan efisien. Pemilihan media yang pas bisa menjadikan peserta didik lebih mudah memahai materi pembelajaran, sehingga media harus selalu ada di dalam ruang kelas agar proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik.

E. Kajian Tentang Prestasi Belajar Siswa

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar.

Menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Prestasi belajar adalah

31 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan

(37)

hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

2. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

a. Faktor dari dalam diri siswa (Intern)

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/ intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.32

32 http://adesanjaya.blogspot.com/2011/02/prestasi-belajar.html. diakses pada tanggal 7

(38)

Berbicara masalah prestasi belajar siswa seorang guru tidak bisa lepas dengan proses pembelajaran yang sudah dilakukan di dalam kelas. Proses pembelajaran baru dikatakan tuntas apabila siswa sekurang-kurangnya menguasai 75% dari seluruh materi ajar yang sudah disampaikan. Penguasaan sebesar 75% tersebut akan bisa tercapai bilamana siswa mampu memahami suatu konsep yang bersifat konkret dan bersifat formal. Penguasaan konsep yang tidak sinkron antara konsepsi konkret dan konsepsi formal sering mengakibatkan adanya miskonsepsi pada diri siswa. Miskonsepsi siswa ini merupakan indikasi penguasaan materi ajar tidak bisa diasimilasi oleh siswa.

Prestasi/keberhasilan belajar ini bukanlah semata-mata keberhasilan dari segi kognitif dan psikomotoriksaja, akan tetapi juga memperhatikan aspek-aspek lain, seperti aspek afektif. Pengevaluasian satu aspek saja akan menyebabkan pengajaran kurang memiliki makna yang bersifat komprehensif. Ketiga aspek ini merupakan unsur-unsur pendukung hasil/prestasi belajar. Dikatakan terdiri dari berbagai aspek pendukung, sebab kalau kita kembalikan pada istilah pendidikan itu sendiri sangatlah kompleks, yaitu meliputi seluruh pembahasan tingkah laku, baik cita, rasa, dan karsa.

(39)

langsung terhadap keberhasilan belajar siswa yang berkenaan dengan pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik). Tipe-tipe belajar tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Tipe Prestasi Belajar Bidang Kognitif

(40)

berdasarkan judgmen yang dimiliki dan kriteria yang digunakannya. Tipe prestasi belajar evaluasi tekanannya pada pertimbangan pada sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu. Untuk melakukan evaluasi diperlukan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis.

b. Tipe Prestasi Belajar Bidang Psikomotorik

Tipe prestasi ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak seseorang. Adapun tingkatannya Menurut Sudirman meliputi:

(a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang sering tidak disadari karena sudah merupakan kekuasaan); (b) Keterampilan ada gerakan-gerakan dasar; (c) Kemampuan perspektual termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motorik, dan lain-lain; (d) Kemampuan dibidang fisik: kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan; (e) Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; (f) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.33

Prestasi belajar siswa dapat diukur menggunakan suatu penilaian atau evaluasi.menurut W.S. Winkel dalam bukunya Bahri Djamarah :

Pelaksanaan evaluasi diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk . Evaluasi proses adalah suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan, apakah dalam proses itu ditemui kendala, dan bagaimana kerjasama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pengajaran. Evaluasi produk adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa, dan bagaimana penguasaan siswa terhadap bahan atau materi pelajaran yang telah guru berikan ketika proses belajar mengajar berlangsung”.34

33

http://manajpendidikan.wordpress.com/2012/06/06/dampak-strategi-manajemen-kelas-dalam-pembelajaran-untuk-meningkatkan-prestasi-belajar-siswa/ akses 04 januari 2016

(41)

Setiap strategi yang dipilih dan digunakan guru di dalam mengelola lingkungan belajar membawa dampak terhadap pencapaian hasil yang diharapkan, maka guru harus menggunakan strategi yang tepat didalam meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memaksimalkan pengelolaan kelas khususnya dengan menciptakan iklim belajar yang kondusif, pemanfaatan sarana kelas untuk memperlancar proses belajar mengajar, dan membangun suatu hubungan kerjasama yang baik dengan siswa, sehingga permasalahan yang ada di kelas dapat diminimalkan.

F. Penelitian Terdahulu

1. Skripsi yang ditulis oleh Fikri Al Akhmadi (2015) dengan judul “

Efektifitas Pengelolaan Kelas Unggulan di MTsN Karangrejo Tahun Ajaran 2014/2015”.35 Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pengelolaan kelas unggulan di MTsN Karangrejo. Penelitian ini disusun berdasarkan data lapangan yang menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, lalu dianalisis secara induktif dan deduktif.

2. Atik Fitri Rahayu, (2014) dengan judul penelitian “Prinsip Pengelolaan Kelas dalam Belajar Mengajar Matematika di MTsN Sumberejo Kab. Blitar Tahun 2014/2015”.36 Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian

35Skripsi oleh Fikri Al Akhmadi (2015) dengan judul Efektifitas Pengelolaan Kelas

Unggulan di MTsN Karangrejo Tahun Ajaran 2014/2015”

36Skripsi oleh Atik Fitri Rahayu, (2014) dengan judul penelitian “Prinsip Pengelolaan Kelas

(42)

ini adalah untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran khususnya dalam segi pengelolaan kelas, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa pada mata pelajaran, serta meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar Matematika. Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi, angket dan catatan lapangan.

3. Khuzainur Rohmah, (2012) dengan judul “Strategi Pengelolaan Kelas yang Dilakukan Guru dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Negeri Wlingi Kabupaten Blitar”.37 Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui strategi guru menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif, menjalin hubungan kerjasama yang baik, mengatur ruang belajar dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada saat proses belajar mengajar di kelas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi.

Adanya penjelasan mengenai penelitian terdahulu tersebut diatas, sebagaimana tabel berikut ini :

no Peneliti dan

judul

penelitian

Aspek Perbedaan

Fokus Kajian teori Metode

1. Fikri Al 1. Bagaimana 1.Pengertian Pengecekan

37Skripsi oleh Khuzainur Rohmah, (2012) dengan judul “Strategi Pengelolaan Kelas yang

Dilakukan Guru dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Aliya h Negeri Wlingi

(43)

Akhmadi (2015) “Efektifitas Pengelolaan Kelas Unggulan di MTsN Karangrejo Tahun Ajaran 2014/2015” rekruitmen input

peserta didik pada

kelas unggulan di

MTsN Karangrejo 2. Bagaimana pengelolaan pembelajaran yang dikembangkan pada kelas

unggulan di MTsN

Karangrejo

3. Apa kendala yang

dihadapi dan

bagaimanakah cara

mengatasinya

dalam

penyelenggaraan

kelas unggulan di

MTsN Karangrejo efektivitas 2.Pengelolaan kelas 3.Pengertian kelas unggulan 4.Efektivitas pengelolaan

kelas unggulan

di MTsN

Karangrejo Tulungagung Tahun 2015 keabsahan data: 1.Perpanjangan keikutsertaan 2.Ketekunan/ke ajegan pengamatan 3.Triangulasi 4.Pemeriksaan sejawat melalui diskusi 5.Analisis kasus negatif. 6.Pengecekan anggota

7.Uraian rinci

8.Auditing.

2. Atik Fitri Rahayu, (2014) “Prinsip Pengelolaan Kelas dalam Belajar Mengajar Matematika di MTsN Sumberejo Kab. Blitar 1.Bagaimana

kehangatan dan

keantusiasan guru

pada pengelolaan

kelas dalam proses

belajar mengajar

matematika kelas

VIII di MTsN

Sumberejo kab.

Blitar tahun

(44)

Tahun

2014/2015”

2.Bagaimana

tantangan yang

diberikan guru pada

pengelolaan kelas

dalam proses

belajar mengajar

matematika kelas

VIII di MTsN

Sumberejo kab.

Blitar tahun

pelajaran

2013/2014

3.Bagaimanakah

variasi yang

diberikan guru pada

pengelolaan kelas

dalam proses

belajar mengajar

matematika kelas

VIII di MTsN

Sumberejo kab.

Blitar tahun

pelajaran

2013/2014

4.Bagaimanakah

keluwesan guru

pada pengelolaan

kelas dalam proses

belajar mengajar

matematika kelas

(45)

Sumberejo kab.

Blitar tahun

pelajaran

2013/2014

5.Bagaimanakah

penekanan pada

hal-hal positif yang

diberikan guru pada

pengelolaan kelas

dalam proses

belajar mengajar

matematika kelas

VIII di MTsN

Sumberejo kab.

Blitar tahun

pelajaran

2013/2014

6.Bagaimanakah

penanaman disiplin

diri yang diberikan

pada guru pada

pengelolaan kelas

dalam proses

belajar mengajar

matematika kelas

VIII di MTsN

Sumberejo kab.

Blitar tahun

pelajaran

2013/2014.

(46)

. Rohmah, (2012) “Strategi Pengelolaan Kelas yang Dilakukan Guru dalam Meningkatka n Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Negeri Wlingi Kabupaten Blitar”. guru menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif di kelas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

2.Bagaimana strategi guru menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan siswa dikelas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

3.Bagaimana strategi guru mengatur ruang belajar di kelas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

4.Bagaimana strategi guru mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada saat proses belajar mengajar di kelas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. pengelolaan kelas. 2.Lingkungan belajar didalam kelas. 3.Prestasi belajar siswa.

4.Strategi guru

menciptakan

suasana

belajar

mengajar yang

kondusif

didalam kelas.

5.Strategi guru

menjali

kerjasama

yang baik

dengan siswa

didalam kelas

6.Strategi guru

dalam

mengatur

ruang kelas

untuk

memperlancar

kegiatan

belajar

mengajar di

kelas.

7.Strategi guru

(47)

dalam

mengatasi

permasalahan-permasalahan

yang terjadi

pada saat

proses belajar

mengajar

dikelas.

G. Kerangka Teoritis

Pengelolaan kelas merupakan salah satu ketrampilan yang harus

dimiliki oleh guru. Pengelolaan kelas berkaitan dengan upaya-upaya untuk

menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya

proses belajar mengajar. Dalam pengelolaan kelas ada dua subjek yang

memegang peranan yaitu guru dan siswa. Didalam pengelolaan kelas terdapat

poin-poin penting yang harus dilaksanakan guna menunjang terciptanya

pengelolaan kelas yang baik, poin-poin tersebut adalah: strategi dalam

menciptakan kelas yang kondusif, strategi dalam menjalin kerjasama yang

baik antara guru dengan siswa dan strategi mengatur ruang belajar di kelas.

Dari poin-poin tersebut, tujuannya sama yaitu untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sumbergempol

(48)

Strategi pengelolaan

kelas oleh guru PAI

Strategi Guru PAI Dalam Menciptakan Kelas Yang

Kondusif

Strategi Guru PAI Dalam Menjalin Kerja Sama Yang

Baik Dengan Siswa.

Strategi Guru PAI Dalam Mengatur Ruang Belajar Di

Kelas.

Referensi

Dokumen terkait

Langkah pertama yang dilakukan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah melihat dan mengamati program acara Comedy Project Trans TV yang sudah diunduh untuk

[r]

[r]

Keberadaan departemen atau divisi humas merupakan keharusan secara fungsional dan operasional dalam melakukan kegiatan atau aktivitas untuk menyebarluaskan informasi

Perihal : Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk paket pekerjaan Pengawasan Teknis Peningkatan Jalan Karangduwur - Winong Pokja Pengadaan Jasa Konsultansi Dinas

Berdasarkan fungsi dan tugas pokoknya, maka dalam penelitian ini peneliti ingin melihat peran Humas dalam pelaksanaan media publikasi program Lumbung Pangan dan Energi

[r]

[r]