KECAMATAN BENOWO KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
Muhammad Fikri Izzuddin
NIM C71213127
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga SURABAYA
.
M.Ag 0309199603002
depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel
Surabaya pada hari senin, tanggal 17 April 2017, dan dapat diterima sebagai salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana strata satu dalam ilmu syariah.
Majelis Munaqasah Skripsi
Penguji 1 Penguji 2
Drs. H. M. Zayin Chudlori. M.Ag. Dr. H. Imam Amrusi Jaelani. M.Ag.
NIP.195612201982031003 NIP.197001031997031001
Penguji 3 Penguji 4
Muhammad Hatta. S.Ag. MHI. Dr. Hj. Anis Farida. S.sos. SH. M.SI.
NIP.197110262007011012
Surabaya, 17 April 2017
Mengesahkan
Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Fikri Izzuddin NIM. C 71213127 ini telah diperiksa dan disetujui untuk di munaqasalıkaıı
Surabaya, 02 Maret 2017
Dosen Pembimbing
Drs. H. M. Zayin Chuddlori, M.Ag.
ABSTRAK
Skripsi dengan judul “Tinjauan Hukm Islam Terhadap Kasus Pernikahan Dengan Pekerja Seks Komersial Di Lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya” ini adalah tentang hukum menikahi wanita pekerja seks komersial menurut hukum Islam, ketidaktahuan masyarakat mengenai menikahi wanita pekerja seks komersial banyak menimbulkan pro dan kontra.
Penelitan ini termasuk kategori penelitian lapangan dengan menggunakan penelitian diskriptif kualitatif dengan pola pikir deduktif untuk menjawab permasalahan tersebut. Bahan primer dari penelitian ini ialah data yang diperoleh adalah wawancara langsung dengan para pihak yang bersangkutan yaitu suami dan juga Pegawai Seks Komersial dilokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya.Kitab-kitab, buku, dan karya ilmiah yang terkait dengan permasalahan tersebut menjadi bahan sekunder dari penyusunan skripsi ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, bahwa Terdapat tiga kasus pernikahan di lokalisasi moroseneng kecamatan benowo kota Surabayakasus pertama istri masih aktif sebagai pekerja seks komersial selama dua bulan setelah pernikahanya berlangsung. Kasus kedua istri telah bertaubat sebelum pernikahanya berlangsung. Kasus ketiga istri telah berhenti setelah pernikahanya. Pernikahan ini dilangsungkan seperti halnya yang sering dilakukan oleh masyarakat pada umumnya yakni adanya rukun-rukun dari pernikahan, yaitu calon suami istri, wali nikah, dua orang saksi dan ijab kabul, dan di perkuat dengan surat keterangan menikah dari kelurahan setempat.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tentang hukum menikahi wanita pekerja seks komersial menurut hukum Islam Hukum. Menikahi wanita pezina, menurut pandangan ulama terjadi perbedaan pendapat namun kebanyakan ulama (jumhur) membolehkan menikahi wanita pezina, dan ada juga sebagian ulam melarangnya. Sebab-sebab perbedaan dianatara mereka adalah perbedaan di dalam memahami firman Allah.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TRANSILTRASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Kajian Pustaka ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Kegunaan Penelitian ... 8
G. Definisi operasional ... 8
H. Metode penelitian ... 9
I. Sistematika Pembahasan ... 14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN PERNIKAHAN DAN WANITA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (WANITA PEZINA) A. Pernikahan ... 16
1. Pengertian Pernikahan ... 16
2. Tujuan Pernikahan ... 18
3. Hikmah Pernikahan ... 20
B. Wanita Pekerja Seks Komersial (Wanita Pezina) ... 21
1. Pengertian Wanita Pekerja Seks Komersial (Wanita Pezina) ... 21
xii
3. Faktor Penyebab Terjerumusnya Wanita Menjadi Pekerja Seks
Komersial ... 26
C. Pendapat Ulama Tentang Menikahi Wanita Pekerja Seks Komersial (Wanita Pezina) ... 31
BAB III KASUS PERNIKAHAN DENGAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI MOROSENENG KECAMATAN BENOWO KOTA SURABAYA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43
1. Situasi Dan Kondisi Lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya... 43
2. Sejarah Lokalisasi Moroseneng ... 44
3. Keadaan penduduk ... 45
4. Keadaan Ekonomi Masyrakat ... 46
5. Keadaan Sosial Keagamaan Masyarakat ... 47
B. Kasus Pernikahan Dengan Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya ... 48
C. Latar Belakang Pernikahan Dengan Pekerja Seks Komersial ... 50
1. Subjek Kasus Pertama ... 51
2. Subjek Kasus Kedua ... 55
3. Subjek Kasus Ketiga ... 58
D. Alasan-alasan menikahi pekerja seks komersial ... 62
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERNIKAHAN DENGAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI MOROSENENG KECAMATAN BENOWO KOTA SURABAYA BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah Swt menciptakan bumi dan segala isinya dengan beraneka
ragam makhluk hidup didalamnya serta mereka dijadikan
berpasang-pasangan. Salah satu penciptaan-Nya adalah diciptakanya laki-laki dan
perempuan. Diharapkan diantara mereka terjalin rasa cinta dan kasih sayang.
Perkawinan adalah jalan yang dipilih Allah Swt untuk melestarikan
keturunan. Tujuan perkawinan menurut syariat Islam yaitu untuk membuat
hubungan antara laki-laki dan perempuan menjadi terhormat dan saling
meridhoi, memelihara keturunan dengan baik, serta menimbulkan suasana
yang tertib dan aman dalam kehidupan sosial.1
Menurut hukum Islam, perkawinan adalah ikatan atau kad yang kuat
atau mi>sa>qon gali>zan. Disamping itu, perkainan tidak lepas dari mentaati
perintah Allah dan melaksanakanya adalah ubu>diyah (ibadah), ikatan
perkawinan sebagai mi>saqo>n gali>zan dan mentaati perintah Allah bertujuan
untuk membina dan membentuk terwujuddnya hubungan ikatan lahir batin
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dalam kehidupan
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan syariat Islam.2
1 H.M. Zufran Sabrie, Analisa Hukum Islam Tentang Anak Luar Nikah. (Jakarta : DEPARTEMEN
AGAMA RI, 1998), 7
2
Menurut ajaran Islam tidak semua wanita boleh dinikahi, ada juga
wanita-wanita yang dilarang untuk dinikahi dan hal ini sudah difirmankan
oleh Allah dan sudah termaktub dalam kitab-Nya, juga sudah dijelaskan
dalam sabda Rasul-Nya.
Pada garis besarnya, wanita yang terlarang untuk dinikahi itu dapat
dibagi menjadi dua; Pertama, yaitu terlarang untuk selama-lamanya (tahrim
mu’abbad). Termasuk tahrim mu>’abba>d adalah terlarang karena keturunan (nasab), karena menikahi seorang wanita (musaharah), dan karena susuan
(rada’ah).
Kedua, terlarang untuk sementara (tahrim mu’aqqt). Termasuk
tahrim mu’aqqat ialah karena mengumpulkan dua orang wanita yang karena
ada hubungan muhrim, karena terikat oleh orang lain, wanita-wanita musyrik,
karena dicerai tiga kali, dan karena mengawini lebih dari empat orang.3
Kemudian ada juga wanita-wanita yang masih diperselisihkan untuk
dinikahi, diantaranya adalah wanita pezina. Para ulama aahli fiqih berbeda
pendapat tentang hal tersebut.4Memang masalah wanita pezina ini sangat
kompleks apalagi kalau ditinjau dari keberadaanya, bahwa wanita pezina itu
ada sepanjang masa dan zaman, dari sebelum Islam datang sampai Islam
daataang. Wanita pezina ini masih sangat eksis. Kalau kita tengok sejarah
Nabi, bahwa pada zaman jahiliyah di Madinah terdapat wanita-wanita
pezina yang menyewakan diri mereka, yang pada tiap-tiap orang dari mereka
3 Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1993).44
terdapat tanda di pintunya seprti papan nama dokter hewan (al baitar),
dimaksudkan agar dikenali bahwa ia adalah wanita pezina.5
Perzinaan termasuk perbuatan yang bisa membahayakan terhadap
kelestarian umat manusia karena dampak buruk yang diakibatkannya. Tidak
mengherankan kalau seluruh agama samawi mengharamkan dan
memberantas perzinaan. Terakhir ialah Islam yang dengan keras melarang
perzinaan dengan memberikan ultimatum yang sangat tajam karena
perzinaan itu dapat mengaburkan masalah keturunan, merusak keturunan,
menghancurkan rumah tangga, meretakkan hubungan, meluasnya penyakit
sipilis, kejahatan nafsu seksual dan merosotnya akhlak.6Oleh karena itu,
tepatlah apa yang difirmankan Allah untuk tidak mendekati zina apalagi
melakukannya.
Pezina adalah orang yang biasa melakukan perzinaan, baik Iaki-laki
atau perempuan, dan belum ada niat untuk menghentikan perbuatan zina
itu.7Menurut Yusuf a1-Qaradawi yang dimaksud dengan wanita pezina ialah
wanita-wanita nakal yang melakukan perzinaan dengan terang-terangan, dan
menjadikan zina sebagai pekerjaannya.8
Di dalam al-Qur‟an disebutkan, bahwa seorang laki-laki pezina tidak
boleh menikah kecuali dengan perempuan pezina atau perempuan musyrik
5 Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000). 165
6Yusuf al-Qaradawi, al-Halal wa al-Haram fial-Islam, cet ke-15 (Beirut: al-Maktab al-Islami, 1994), 142.
7Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan..., 64
8
4
dan juga perempuan pezina tidak boleh menikah kecuali dengan laki-laki
pezina atau laki-laki musyrik. Dalam firman Allah QS. An-Nur ayat 3
“laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang
mukmin”.9
Segala sesuatu tentang pernikahan telah diatur sepenuhnya dalam
Islam. Tentang apa saja yang boleh, yang halal, dan apa-apa saja yang
diharamkan. Salah satu pertanyaan yang cukup sering mengemuka adalah,
apakah dalam Islam menikah dengan perempuan atau laki-laki yang
menjadikan dirinya sebagai objek seksual orang lain dengan imbalan tertentu
(Pekerja Seks Komersial) diperbolehkan ? pada hal ini telah terjadi kasus
pernikahan dengan seorang pelacur di lokalisasi moroseneng Kecamatan
Benowo Kota Surabaya.
Dari latar belakang dan uraian diatas penyusun mencoba meneliti
kasus pernikahan dengan pekerja seks komersial yang terdapat di lokalisasi
moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya dalam bentuk skripsi
dengan judul tinjauan hukum Islam terhadap kasus pernikahan dengan psk di
lokalisasi moroseneng kec. Benowo kota surabaya
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
a. Kasus pernikahan dengan Pegawai Seks Komersial di Lokalisasi
Moroseneng Kecamatan Benowo Surabaya
b. Faktor dan latar belakang menikahi wanita Pekerja Seks
c. Pendapat ulama tentang menikahi wanita Pekerja Seks
d. Tinjauan hukum Islam terhadap kasus pernikahan dengan Pekerja
Seks Komersial di Lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo
Surabaya
2. Batasan masalah
a. Kasus pernikahan dengan Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi
Moroseneng Kecamatan Benowo Surabaya
b. Tinjauan hukum Islam terhadap kasus pernikahan dengan Pekerja
Seks di Lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo Surabaya
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kasus pernikahan dengan Pekerja Seks Komersial di
6
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap kasus pernikahan dengan
Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo
Surabaya ?
D. Kajian pustaka
Kajian pustaka di sini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
kontribusi keilmuan dalam penulisan skripsi ini, dan seberapa banyak pakaar
yang membahas permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi dengan tema
yang sama dengan skripsi ini. Di bawah ini beberapa judul yang pernah
ditulis sebelumya.
1. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Tamyiz Ridho NIM.
107043103440 (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarta)
yang berjudul “ Perkawinan Wanita Hamil Akibat Zina menurut
Undang-Undang Tahun 1974 dan Fatwa MUI DKI Tahun 2000, dari
penelitian ini menyimpulkan secara umum hukum dalam hal perkawinan
terhadap sesama pelaku pezina, para imam mazhab berpendapat boleh
dan sah, tetapi apabila bukan sesama pelaku terjadi perbedaan, menurut
mazhab Imam Syafii dan Imam Hanafi boleh, sedangkan menurut
mazhab Imam Hanafi dan Imam Maliki tidak boleh.10
2. Jurnal yang ditulis oleh Bera Aqmalia dan M. Fakhrurrozi (Universitas
Gunadarma ) yang berjudul “kepuasan pernikahan pada pegawai seks
10Muhammad Tamyiz Ridho yang berjudul “Perkawinan Wanita Hamil Akibat Zina menurut
komersial” dari penelitian ini menyimpulkan bahwa pernikahan yang
memuaskan (sah) dapat mengurangi tingkat stres baik secara emosional
maupun fisikal, yang dapat menyebabkan pasangan yang berbahagia
tersebut hidup lebih lama, dan memiliki kehidupan yang lebih sehat.11
3. Penelitian yang ditulis oleh Drs. Khoiruddin Bashori, M.si. (Dosen
Fakultas Agama Islam UMY) yang berjudul “Intervensi Psikologis
Untuk Pengentasan Wanita Tuna Susila” dari penelitian ini
menyimpulkan bahwa pelacuran merupakan suatu masalah sosial yang
cukup rumit dan kompleks, dimana faktor penyebabnya saling kait-
mengkait, sehingga tidak ada faktor yang sifatnya tunggal dan mandiri.
Oleh karena itu dalam menangani masalah ini harus menggunakan
pendekatan yang sifatnya interdisipliner.12
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah dari skripsi
yang pertama dijelaskan tentang pernkawinan wanita hamil akibat zina dan
pada penelitian yang kedua kepuasan pernikahan pada pekerja seks dimana
dari penelitian diatas menggambarkan tentang pandangan tokoh masyarakat
dan juga undang-undang yang mengatur, sedangkan pembahasan skripsi ini
lebih condong pada latar belakang dan alasan-alasan pernikahan dengan
Pekerja Seks Komersial.
11Bera Aqmalia dan M. Fakhrurrozi (Universitas Gunadarma ) yang berjudul “kepuasan
pernikahan pada pegawai seks komersial”
12Drs. Khoiruddin Bashori, M.si. (Dosen Fakultas Agama Islam UMY) yang berjudul “Intervensi
8
E. Tujuan Penelitian
Agar sejalan dan tidak menyimpang dari rumusan masalah di uraikan
di atas, maka tujuan penelitian di sini adalah:
1. Untuk mengetahui tentang kasus pernikahan dengan seorang Pekerja Seks
Komersial di lokalisasi Moroseneng di Kec.Benowo Kota Surabaya.
2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam terhadap kasus pernikhan
dengan seorang Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Moroseneng di
Kec.Benowo Kota Surabaya.
F. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharakan bisa memberikan sumbangsih
pemikiran dan bermanfaat bagi disiplin ilmu secara umum, dan
sekurang-kurangnya daapat digunakan untuk dua aspek yaitu:
1. Teoritis
Dari sisi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna dan
bermanfaat memberikan masukan dalam rangka memperkaya
khazanah pemikiran dalam hukum islam khususnya dibidang hukum
keluarga.
Diharapkan agar dapat mengetahui penemuan penelitian yang baru
serta mengembangkan penelitian yang sudah ada.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam memahami
istilah dalam skripsi ini, maka perlu dijelaskan/ditegaskan istilah judul
tersebut. Adapun istilah yang perlu penulis tegaskan adalah sebagai berikut:
1. Hukum Islam adalah kaidah-kaidah, prinsip atau aturan yang
digunakan untuk mengatur masyarakat islam yang bersumber dari
alquran, al hadis, pendapat sahabat dan tabi’in, ataupun pendapat yang
berkembang disuatu masa dalam kehidupan umat.13
2. Pekerja Seks Komersial adalah para pekerja yang bertugas melayani
aktivitas seksual dengan tujan untuk mendapatkan upah atau imbalan
dari yang telah memakai jasa mereka tersebut.14
H. Metode Penelitian
Agar penulisan skripsi ini dapat tersusun secara sistematis, jelas, dan
benar. Maka perlu dijelaskan tentang metode penelitian sebagai berikut:
1. Data yang dikumpulkan
Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, maka data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini, antara lain:
13Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeven, 1996), 575
10
a. Data tentang faktor-faktor menikah dengan Pekerja Seks
Komersial
b. Analisis hukum islam tentang menikah dengan Pekerja Seks
Komersial
c. Data lain dengan meminta keterangan dari Pekerja Seks Komersial
dan juga keterangan dari suami Pekerja Seks Komersial keterangan
terkait masalah pernikahan dengan Pekerja Seks Komersial
2. Sumber Data
Penelitian ini adalah penelitian lapangan, maka sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, sebagai berikut :
a. Sumber data primer
Yaitu sumber data yang bersifat utama dan terkait langsung
dengan masalah yang dibahas yang diperoleh dilapangan.15 Adapun
data yang diperoleh adalah wawancara langsung dengan para pihak
yang bersangkutan yaitu suami dan juga Pegawai Seks Komersial
dilokalisasi MorosenengKec. Benowo Kota Surabaya
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data.16 Sumber ini sebagai
15
Bambang Sungkono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo, 1997), 116
sumber pelengkapan data, penelitian ini menggunakan sumber
sekunder berupa:
1) Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974, Surabaya: Pustaka Tirta Mas, 1993
2) Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta:
CV Akademika Pressindo, 1995 cet.ke-2
3) Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1993)
4) Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000
5) Yusuf al-Qaradawi, al-Halal wa al-Haram fial-Islam, cet ke-15
(Beirut: al-Maktab al-Islami, 1994)
6) Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Dengan Dinas
Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Kota Surabaya,
Pemetaan Dan Pengembangan Program Penanganan Pelacuran
Di Kota Surabaya, (Surabaya, Airlangga University Perss,
2004)
7)
Sya>fi’i>, Muḥammad Ibn Idri>s asy-, al-Umm, cet. II, 5 jilid,(Beirut: Da>r al-Fikr, 1983)
8)
Muamal Hamidy Dkk, Terjemahan Nailul Authar Kumpulan12
9)
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani alih bahasa AbuMalik Kamal Bin As-Sayyid Salim , Shahih Fiqih Sunnah,
(Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2006)
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan penulis
untuk mengungkapkan atau menjaring informasi data penelitian sesuai
dengan lingkup penelitian itu sendiri. Untuk mempermudah dalam
mendapatkan data dan mengingat studi dalam skripsi ini adalah
lapangan, maka teknik pencarian datanya dilapangan sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk
mendeskripsikan kegiatan yang terjadi, orang yang terlibat di
dalam kegiatan, dan makna yang diberikan oleh para pelaku yang
diamati tentang peristiwa yang bersangkutan. Dalam penelitian ini
menggunakan observasi pengamatan.
b. Wawancara, cara melakukan tanya jawab yang dikerjakan dengan
sistematik dan berlandaskan dalam tujuan penelitian.17 dilakukan
pada kasus pernikahan dengan pekerja seks Komersial di Lokalisasi
Moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya
4. Teknik Pengolahan Data
Oleh karena itu sumber data penelitian ini adalah studi
kasus/lapangan, maka teknik yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dan dokumen adat yang dikumpulkan dengan cara mencari
datanya langsung kelapangan, setelah mendapatkan data yang
diingingkan dari lapangan itu kemudian data tersebut dianalisis dan
disimpulkan sebagai berikut:
a. Editing (pemeriksaan data), yakni memeriksa kembali data-data
yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, keterkaitan dan
kejelasan antara data satu dengan data lainnya.
b. Organizing, yakni penulis data yang diatur dan disusun sehingga
menjadi sebuah kesatuan yang teratur. Untuk selanjutnya semua
data yang diperoleh akan disusun secara sistematis untuk dijadikan
sebagai bahan penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Hasil data-data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode
penelitian:
a. Metode deskriptif analisis adalah metode yang menggambarkan
serta menjelaskan data secara sistematis sehingga memperoleh
pemahaman secara menyeluruh dan mendalam. 18 Penelitian
memaparkan atau menggambarkan data yang terkumpul berupa
literature yang berkaitan dengan pernikahan dengan pekerja seks
komersial dan disamakan dengan kasus yang ada, dan dalam kasus
tersebut menjelaskan mengenai kasus pernikahan yang dilakukan
oleh seorang pekerja seks komersial ditinjau dari hukum islam.
18
14
b. Pola pikir deduktif adalah pola pikir yang berasal dari pengetahuan
yang bersifat umum kemudian digunakan untuk menilai suatu
kejadian yang bersifat khusus.19 Yaitu tentang kasus pernikahan
dengan pekerja seks komersial
I. Sistematika Pembahasan.
Sistematika pembahasan adalah alur dari struktur penelitian secara
sistematis dan logis. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Bab pertama berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,
kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi hasil
operasional, metode penelitian serta sistematika pembahasan. Dari bab ini
akan diketahui tentang tatacara bagaimana penelitian akan dilaksanakan.
Bab kedua menjelaskan mengenai tinjauan umum tentang
pengertian Pernikahan dan wanita Pezinayang terdiri dari: pengertian
pernikahan tujuan pernikahan hikmah pernikahandan Definisi Wanita
Pezina, Larangan Zina, Pendapat Ulama Tentang Menikahi Wanita Pezina
19
Bab ketiga menjelaskan deskriptif hasil penelitian, yaitu memuat
hasil penelitian terhadap Kasus Pernikahan dengan seorang pekerja seks
komersial di lokalisasi Moroseneng di Kec.Benowo Kota Surabaya.
Bab keempat merupakan analisis data terhadap data penelitian
yang telah dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian, yang
didalamnya dijelaskan dan diuangkapkan secara tuntas bagaimana
tinjauan hukum islam tentang kasus pernikahan dengan pekerja seks
komersial di lokalisasi Moroseneng di Kec.Benowo Kota Surabaya bisa
terjadi.
Bab kelima berisi penutup yang meliputi kesimpulan yang dapat
penulis ambil dari keseluruhan isi skripsi ini, dan diakhiri dengan saran
16
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN PERNIKAHAN DAN WANITA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (WANITA PEZINA)
A. Pernikahan
1. Pengertian Pernikahan
Nikah menurut bahasa: al-Jam’u dan al-Damu yang artinya
kumpul.1Definisi yang hampir sama juga dikemukakan oleh Abdul
Rahman Ghozali, bahwa kata nikah berasal dari bahasa arab ( ا ن(yang
menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukan dan di gunakan
untuk arti bersetubuh (wathi).2Nikah sendiri sering digunakan untuk arti
persetubuhan, juga untuk arti akad nikah.
Adapun menurut syara’ nikah adalah akad serah terima antara
laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama
lainya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah
serta masyarakat yang sejahtera.3 Para ahli fiqih berkata, zawwaj atau
nikah adalah akad yang secara keseluruhan didalamnya mengandung kata
inkah atau tazwij. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang di tulis oleh
Zakiyah Drajat yang memberi definisi perkawinan sebagai berikut
1Sulaiman Al-Mufarraj, Bekal Pernikahan: Hukum, Tradisi, Hikmah, Kisah, Syair, Wasiat, Kata Mutiara, Alih Bahasa, Kuais Mandiri Cipta Persada, (Jakarta: Qisthi Pres, 2003).5
2Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003).7
3
َعْق
َ ََي
َت
َ
َ نَ
ِاَب
َحا
َِةَ
َْط
َ ئ
َِبَل
ْ
َ ظ
َ
ِّلا
َ
ِ ا
ََا
َِ
َّتلا
ْزِ
ْيِج
ََأ
َْ
َمْع
َ
َ ا
ََا
“akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan kelamin dengan lafaz nikah atau tazwij atau yang semakna keduanya”.4
Dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Bab I Pasal (1) disebutkan
bahwa: perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.5
Dalam Kompilasi Hukum Islam, pengertian perkawinan dan tujuanya
dinyatakan dalam pasal 2 dan 3 sebagai berikut:
Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad
yang sangat kuat atau mitsa>qan gha>lizan untuk mentaati perintah Allah
dan melaksanakanya merupakan ibadah (pasal 2)
Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga
yang sakinah, mawaddah, dan rahmah (pasal 3).6
Dengan demikian pernikahan adalah ialah ijab dan qabul (‘aqad) yang
menghalalkan persetubuhan antara lelaki dan perempuan yang diucapkan
oleh kata-kata yang menunjukkan nikah, menurut peraturan yang
ditentukan oleh Islam.Suatu akad yang secara keseluruhan aspeknya
dikandung dalam kata nikah atau tazwij dan merupakan ucapan seremonial
yang sakral.
4
Ibid
5UU Perkawinan No 1 Tahun 1974
6Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: CV Akademika Pressindo, 1995),
18
2. Tujuan Pernikahan
Tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah
tangga yang sakinah mawadah warahmah yaitu rumah tangga yang
tentram, penuh kasih sayang serta bahagia lahir dan batin.7
Namun demikian, ada juga tujuan umum yang memang diinginkan
oleh semua orang yang akan melakukan pernikahan, yaitu untuk
memperoleh kebahagiaan dan kesehjateraan lahir batin menuju
kebahagiaan dan kesejahteraan dunia akhirat.8
Hal tersebut sesuai dengan firman AllahSWT dalam QS. Ar-Ruum
ayat 21 yang artinya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.9
Adapun tujuan pernikahan secara rinci dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a. Melaksanakan Libido Seksualis
Semua manusia baik laki-laki maupun perempuan mempunyai
insting seks, hanya kadar dan intensitasnya yang berbeda. Dengan
7Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), 9 8Amir Syarifudin,Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media,2006). 46
9M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
pernikahan, seorang laki-laki dapat menyalurkan nafsu seksualnya
kepada seorang perempuan dengan sah dan begitu pula sebaliknya.
Dalam firman Allah SWT, QS. Al-Baqarah ayat 223
“Istri-istrimu adalah seperti tanah tempat kamu bercocock tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanam itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah amal yang baik untuk dirimu”.10
b. Memperoleh Keturunan
Insting untuk mendapatkan keturunan juga dimiliki oleh pria
maupun wanita. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa, mempunyai anak
bukanlah suatu kewajiban melainkan amanat dari Allah SWT.11
Dalam firman AllahSWTQS.An-Nahl ayat 72
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?.12
10
Amir Syarifudin,Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2006). 46
11 Ibid
12. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
20
c. Memperoleh Kebahagiaan dan Ketentraman
Dalam hidup berkeluarga perlu adanya ketentraman, kebahagiaan,
dan ketenangan lahir batin. Dengan keluarga yang bahagia dan
sejahtera akan dapat mengantarkan pada ketenangan ibadah.
Dalam Firman Allah SWT QS. Al-A’raf: 189:
َ ُه َٱ يَِذ َ ُك ق خ َ نِ م َ َ فذن َ لس ََ و َلة دِح َ َ ل ع ج و َ َ نِم ا َ َ و ز ا ج َ َ س يِل َ نُك َ َ لِإ َ ا َ ...
“Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya”.13
d. Menjalankan Sunnah Rasul
Dalam hadis disebutkan
َعَ
ْن
ََأَن
ِس
َْب
ِن
ََم
ِلَا
ك
َ
ََأَُه عَيضر
َّ
لاَ
ِبَّي
ََحَملس َهيلعَىلصَ
ََِ
َ
َهلا
ََ
َاْثََ
َى
َعَل
ِهي
َ
َلَ:َ اق َ,
َِّ
َأَي
َن
ُأَا
َص
َِل
َ َي
َأَن
ا
َ
َ َ,
َأ
ص
ْو
ََ
ُأْف
ِط
رَ
َ َ,
َأَت
َزَّ
ج
َ
ِّلا
َس
هئا
َ
َفَ,
ََْن
َ
َر
ِغ
ََب
ََع
َْنَ
سَّ
ِت
َفَي
َلْي
َس
َِم
ِّ
هيلعَّق ّتمََي
َ
“Dari Anas Ibnu Malik Radliyaallaahu ‘Anhu bahwa NabiSAW setelah memuji allahdan menyanjung-Nyabersabda : “tetapi aku sholat, tidur, brpuasa, berbuka, dan mengawini perempuan. Barang siapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk umatku.” Muttafaq alaihi14
3. Hikmah pernikahan
Islam mengajarkan dan menganjurkan nikah karena akan berpengaruh baik bagi seluruh umat manusia. Adapun hikmah pernikahan adalah:
a. Nikah adalah jalan alami yang paling baik dan sesuai untuk menyalurkan dan memuaskan naluri seks.Dengan kawin badan jadi
13. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta : Lentera Hati, 2002)
segar, jiwa jadi tenang, mataterpelihara dari yang melihat yang haram dan perasaan tenang menikmati barang yang berharga.
b. Nikah, jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia, serta memelihara nasib yang oleh Islam sangan diperhatikan sekali.
c. Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan-perasaan ramah,cinta, dan sayang yang merupakan sifat-sifat yang menyempurnakan kemanusiaan seseorang.
d. Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung anak-anak menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam mmperkuat bakat dan pembawaan seseorang akan cekatan bekerja, karena tanggung jawab dan memikul kewajibannya.
e. Pembagian tugas, di mana yang satu mengurusi rumah tangga, sedangkan yang lain bekerja di luar, sesuai dengan batas-batas tanggung jawab antara suami istri dalam tugas-tugasnya.
f. Perkawinan, dapat membuahkan, diantaranya: tali kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga dan memperkuat hubungan masyarakat. Karena masyarakat yang saling menunjang lagi saling menyayang merupakan masyarakat yang kuat lagi bahagia.15
15
22
B. Wanita Pekerja Seks Komersial (Wanita Pezina)
1. Pengertian Wanita Pekerja Seks Komersial (Wanita Pezina)
Pekerja seks komersial adalah seorang yang menjual dirinya dengan
melakukan hubungan seks untuk tujuan ekonomi. 16 Pekerja Seks
Komersial juga bisa diartikan sebagai wanita yang pekerjaanya menjual
diri kepada banyak laki-lakiyang membutuhkan pemuasan nafsu seksual,
dan wanita tersebut mendapatkan sejumlah uang sebagai imbalan, serta
dilakukan diluar pernikahan.17 Pelacuran atau prostitusi adalah penjualan
jasa seksual. Pelacuran adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan
kebutuhan seksual pelanggan, biasanya pelayanan ini dalam bentuk
penyerahan tubuhnya.18
Penegertian Pekerja Seks Komersial sangat erat hubunganya dengan
dengan penegertian pelacuran. Pekerja Seks Komersial menunjukan pada
“orangnya” sedangkan pelacuran menunjukan pada “perbuatan”.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat
ditegaskan bahwa batasan Pekerja Seks Komersial yang dimaksud pada
penelitian ini adalah, seseorang perempun yang menyerahkan dirinya
“tubuhnya” untuk berhubungan seksual dengan jenis kelamin lain yang
16
http://www.subadra.wordpers.com/2007/06/23/bali-tourism-watch-keberadaan-pekerja-seks-komersial-sebagai-dampak-negatif-di-bali. diakses pada hari senin tanggal 21/11/2016 jam 15.25 wib
17Thojo Purnomo dan Dalam Ashadi Siregar, Dolly, Membedah Dunia Pelacuran Surabaya Kasus Kompleks Pelacuran Dolly, (Jakarta: Graftipers 1983), 11
bukan suaminya (tanpa ikatan pernikahan) dengan mengharapkan imbalan
baik berupa uang ataupun imbalan materi lainya.19
2. Pengertian Zina Dan Wanita Pezina
Menurut Ibnu Rusyd, zina adalah setiap persetubuhan yang terjadi bukan karena pernikahan yang sah, bukan karena syubhat, dan bukan pula karena pemilikan (budak). Secara garis besar, pengertian ini telah disepakati para ulama Islam, meski mereka masih berselisih pendapat tentang mana yang dikatakan syubhat yang menghindarkan had dan mana pula yang tidak menghindarkan hukuman tersebut.20
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, zina mengandung makna sebagai berikut:
a. Perbuatan bersenggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan);
b. Perbuatan bersenggama seorang laki-laki yang terikat perkawinan
dengan seorang perempuan yang bukan isterinya, atau seorang perempuan yangterikat perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya.21
Menurut Syeikh Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, para imam mazhab sepakat bahwa zina merupakan perbuatan kejiyang besar, yang mewajibkan had atas pelakunya. Hukuman had itu
19 Kartono Kartini, Patologi Sosial Jilid I (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005), 209 20Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Analisa Fiqih Para Mujtahid, Cetakan III, (Jakarta : Pustaka Amani, 2007), 600
24
bedamenurut macam perzinaan itu sendiri, karena perbuatan zina terkadangdilakukan oleh orang-orang yang belum menikah, seperti jejaka atau gadis,dan kadang-kadang dilakukan juga oleh muhsan, seperti orang yang sudahmenikah, duda, atau janda.22
Menurut Ibnu Qudamah, zina adalah persetubuhan antara laki-lakidengan perempuan baik dari qubul atau dubur perempuan yang haram disetubuhi, bukan karena syubhat.23
Pezina adalah orang yang biasa melakukan perzinaan, baik Iaki-laki atau perempuan, dan belum ada niat untuk menghentikan perbuatan zina itu.Menurut Yusuf a1-Qaradawi yang dimaksud dengan wanita pezina ialah wanita-wanita nakal yang melakukan perzinaan dengan terang-terangan, dan menjadikan zina sebagai pekerjaannya.24
Menurut Kamal Muhtar dalam bukunya Asas-Asas Hukum Islam
Tentang Perkawinan, pezina adalah orang yang biasa melakukan perzinaan,
baik laki-laki ataupun perempuan, dan belum ada niat untuk menghentikan
perbuatan zina itu.25
Menurut Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi yang dimaksud
perempuan nakal yang pekerjaanya berzina (Pelacur) ialah wanita-wanita
22
Syekh Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Rahmah al-Ummah fi Ikhtilaf al-
Aimmah, Terj. Abdullah Zaki al-Kaf, "Fiqih Empat Mazhab", (Bandung: Hasyimi Press, 2004), 454
23
Syekh Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Rahmah al-Ummah fi Ikhtilaf al- Aimmah, Terj. Abdullah Zaki al-Kaf, "Fiqih Empat Mazhab",...181
24
Yusuf al-Qardawi, al-Hala>l, hlm. 175.
nakal yang melakukan perzinaan dengan terang-terangan, dan menjadikan zina sebagai pekerjaannya.26 Dalam hal ini ada suatu riwayat yang diceritakan oleh Murtsid dari Abu Murtsid, yakni bahwa dia minta izin
kepada Nabi untuk kawin dengan pelacur yang telah dimulainya
perhubungan ini sejak zaman jahiliyah, namanya Anaq. Nabi tidak
menjawabnya sehingga turunlah ayat yang berbunyi Dalam Firman Allah
SWT QS. An-Nur ayat : 3
“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin”.27
Dalam hal ini Allah hanya memperkenankan kawin dengan
perempuan mukminah yang muhshanah atau ahli kitab yang muhshanah
juga seperti yang telah diterangkan terdahulu. Yang dimaksud dengan
muhshanah adalah yang terpelihara. Syarat muhshanah ini berlaku juga
buat laki-laki, yang selanjutnya disebut muhshan seperti yang dikatakan
Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 24:
26Yusuf al-Qaradawi, al-Halal wa al-Haram fial-Islam, cet ke-15 (Beirut: al-Maktab al-Islami, 1994), 175
27. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
26
“Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Siapa yang tidak mau menerima hukum ini yang bersumber dari
kitabullah dan tidak mau menepatinya, mka dia adalah musryik, yang
tidak boleh dikawini kecuali oleh orang musrik juga. Dan, siapa yang
mengakui hukum ini dan menerima serta mendukungnya, tetapi tidak
menyimpang dari hukum tersebut dan kawin dengan orang yang
diharamkan oleh hukum, maka berarti dia adalah berzina.28
Zina dapat mengakibatkan percampuran air dan meragukan keturunan.
Oleh karena itu, termasuk salah satu keistimewaan syariat Islam ialah
mengharamkn kawin dengan seorang pelacur sehingga dia bertaubat dan
mengosongkan rahimnya. Caranya adalah paling sedikit haid satu kali.
Lagi pula, seorang pelacur adalah tidak baik, sedangkan Allah
menjadikan perkawinan itu sebagai salah satu jalan untuk mewujudkan
rasa cinta dan kasih sayang (ma>wadda>h wara>hma>h). Dan apa yang disebut
mawaddah adalah kemurnian cinta.29
3. Faktor PenyebabTerjerumusnya Wanita Menjadi Pekerja Seks Komersial
Para pekerja seks komersial umumnya berasal dari daerah pedesaan.
Banyak studi melaporkan bahwa sebagian besar wanita pekerja seks
komersial berpendidikan rendah dan berlatar belakang keluarga miskin.30
Dengan alasan-alasan yang bervariasi, mereka biasanya terbujuk masuk
kedalam kompleks lokalisasi atau berada dalam genggaman kekuasaan
germo. Seorang perempuan yang berada dibawah kekuasaan germo atau
mucikari, mereka tidak lebih sebagai perempuan dalam pasungan.
Pasungan dalam arti diikat oleh menumpuknya utang yang sengaja
disodorkan sang germo guna membelenggu mereka agar tidak bisa
menghilang dari bordirnya. Sebab, kalau hal ini terjadi, berarti suatu
kerugian ekonomis bagi sang germo, lebih-lebih apabila pekerja seks ini
termasuk primadona atau kembang bordir yang laris dan banyak digemari
pria hidung belang.31
Banyak faktor yang melatar belakangi terjerumusnya pekerja seks
komersial antara lain :
a. Faktor Ekonomi
29 Ibid. 259
30Koentjoro, On The Spot, Tutur Dari Seorang Pelacur, (Yogyakarta: Tinta, 2004). 16
31Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Dengan Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan
28
Salah satu penyebab faktor ekonommi adalah :
1) Sulit mencari pekerjaan
Berdasarkan survey yang dilakukan yayasan kesejahteraan anak
Indonesia (YKAI) Tahun 2003-2004 menjadi pekerja seks
komersial karena iming-iming` uang kerap menjadi pemikat yang
akhirnya justru menjerumuskan mereka.32
Alasan seorang wanita terjerumus menjadi pekerja seks
komersial adalah karena desakan ekonomi, dimana untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari namun sulitnya mencari
pekerjaan sehingga menjadi pekerja seks merupakan pekerjaan
yang termudah.33
2) Gaya hidup
Gaya hidup dapat terjadi karena dorongan hebat untuk memiliki
sesuatu. Jalan cepat yang selintas terlihat menjanjikan untuk
memenuhi sesuatu yang ingin dimiliki.34
Gaya hidup menyebabkan makin menyusutnya rasa malu dan
makin jauhnya agama dari pribadi-pribadi yang terlibat dalam
aktifitas prostitusi maupun masyarakat. Pergeseran sudut
pandang tentang nilai-nilai budaya yang seharusnya dianut telah
32Ibid, 12
33Ibid, 13
membuat gaya hidup mewah dipandang sebagai gaya hidup yang
harus dimiliki.35
b. Faktor kekerasan
1) Perkosaan
Seorang wanita korban kesewenangan kaum lelaki menjadi
terjerumus menjadi pekerja seks komersial. dimana seorang
wanita yang pernah diperkosa oleh bapak kandung, paman atau
guru, sering terjerumus menjadi pekerja seks komersial.
Korban pemerkosaan menghadapi situasi sulit seperti tidak lagi
merasa berharga dimata masyarakat, keluarga, suami, sehingga
korban pemerkosaan dapat terjerumus kedalam dunia prostitusi.
Artinya tempat pelacuran dijadikan sebagai tempat pelampiasan
diri untuk membalas dendam kepada laki-laki dan mencari
penghargaan.36
2) Dipaksa/Disuruh Suami
Istri adalah karunia tuhan yang diperuntukan bagi suaminya.
Dalam kondisi yang wajar atau kondisi yang normal pada
umumnya tidak ada seorang suamipun yang tega menjajakan
istrinya untuk dikencani laki-laki lain.
Namun kehidupan manusia didunia ini sangat beragam lagi
berbeda jalan hidupnya, sehingga ditemui pula kondisi ketidak
35 Ibid
36Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../3/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal
30
wajaran atau situasi yang berlangsung secara tidak normal salah
satunya adalah suami yang tega menyuruh istrinya menjadi
pelacur. Istri melacur karena disusuruh suaminya, apapun juga
situasi dan kondisi yang menyebabkan tindakan suami tersebut
tidaklah dibenarkan, baik oleh moral ataupun oleh agama. Namun
istri terpaksa melakukanya karena dituntut harus memenuhi
kebutuhan hidup keluarga, mengingat suaminya adalah
pengangguran.37
c. Faktor Lingkungan
1) Seks bebas
Lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam
pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat, sehingga
diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik dalam pergaulan
sehari-hari. Mode pergaulan diantara laki-laki dengan perempuan
yang semakin bebas tidak bisa lagi membedakan antara yang
seharusnya boleh dikerjakan dengan yang dilarang.38
Di beberapa kalangan remaja ada yang beranggapan kebebasan
hubungan badan antara laki-laki dan perempuan merupakan
sesuatu yang wajar. Coba simak cerita yang dikutip Gatra.com
berikut. Seorang remaja putri kehilangan kegadisannya saat masih
berusia 13 tahun. Karena kecewa ditinggal pacarnya, ia sekalian
menceburkan diri ke lembah hitam. Beberapa wanita menjadi
PSK tidak semata karena tuntutan ekonomi tetapi jugaakibat
kekecewaan oleh laki-laki. Dimana kesuciannya telah terenggut
danakhirnya merasa kepalang tanggung sudah tidak suci lagi dan
akhirnyamemutuskan untuk menjadi PSK.
2) Turunan
Turunan adalah generasi penerus atau sesuatu yang turun-temurun.
Tidak dapat disangkal bahwa keluarga merupakan tempat pertama
bagi anak untuk belajar berinteraksi sosial. Melalui keluarga anak
belajar berespons terhadap masyarakat dan beradaptasi ditengah
kehidupan yang lebih besar kelak.
Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan
pendidikan informal yang mempengaruhi perkembangan orang
yang ada didalamnya. Adakalanya melalui tindakan-tindakan,
perintah-perintah yang diberikan secara langsung untuk
menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan. Orang tua atau
saudara bersikap atau bertindak sebagai patokan, contoh, model
agar ditiru. Berdasarkan hal-hal diatas orang tua jelas berperan
besar dalam perkembangan anak, jadi gambaran kepribadian dan
prilaku banyak ditentukan oleh keadaan yang ada dan terjadi
sebelumnya.
Seorang anak yang setiap saat melihat ibunya melakukan
32
akhirnya ia mengikuti jejak ibunya. Ibu merupakan contoh bagi
anak.39
C. Pendapat Ulama Tentang Menikahi Wanita Pekerja Seks Komersial
(Wanita Pezina)
Dalam surat An-Nur ayat (3) menyatakan laki-laki pezina, yakni
yang kotor dan terbiasa berzina tidak wajar mengawini melainkan
perempuan pezina yang kotor dan terbiasa berzina tidak wajar mengawini
melainkan perempuan pezina yang kotor dan terbiasa berzina, atau
perempuan musyrik, dan demikian juga sebaliknya perempuan pezina
yang yang terbiasa berzina tidak wajar dikawini melainkan oleh laki-laki
pezina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu yakni pernikahan
dengan pezina diharamkan yakni tidak pantas terjadi atas orang-orang
yang mukmin.40
Dalam firman Allah QS. An-Nur ayat 3
“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin” (QS. An-Nur :3)41
39Ibid
40Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:Surya Cipta Aksara, 1993),543
Ulama Mazhab Hanbali dan Zhahiri menetapkan bahwa
pernikahan dengan pelaku zina (laki-laki atau perempuan) tidak dianggap
sah sebelum ada pernyataan taubat.42 Disamping itu menurut Mazhab
Hambali, perempuan yang berzina itu hamil atau tidak, tidak boleh
dinikahi oleh lelaki yang mengetahui keadaan tersebut kecuali apabila
perempuan tersebut telah melakukan habis masa iddahnya.43
Sebagian ulama (kata Ibnul Qayyim) membolehkan menikahi
wanita pezina, mengingat hadis Abu Daud dan Nasya’I dari Ibnu Abbas
“seorang lelaki datang kepada Nabi saw. Dan berkata : Ya Rasulullah saw.
Sesungguhnya istriku tidak pernah menolak tangan orang yang
menyentuhnya. Maka Nabi saw. Menjawab: asingkan dia. Si lelaki itu
berkata: jiwa saya tetap berpautan dengan dia. Mendengar itu Nabi saw
Berkata: kalau demikian, bersedaplah engkau dengan dia.44
Imam Syafi’i mengemukakan bahwa pakar tafsir berbeda pendapat
tentang ayat ini. Kemudian beliau mengemukakan suatu riwayat yang
menyatakan ayat ini turun berkenaan dengan wanita tuna susila yang
pada masa jahiliah memasang tanda-tanda/bendera didepan rumah mereka.
Ketika itu ada kaum muslimin yang berencana menikah dengan mereka.
Maka ayat ini mengharamkan pernikahan tersebut. Lebih jauh Imam
Mazhab itu mengemukakan riwayat lain yang menyatakan bahwa ayat ini
42M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta : Lentera Hati, 2002), 285
43Ibid,..286
44TM Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum 8, (Semarang: PT. Petraya
34
bukan berkenaan dengan kasus diatas tapi bersifat umum, namun telah
dibatalkan keberlakuan hukumnya melalui ayat 32 surat ini.
Sebagian ulama yang memahami ayat diatas dalam arti seorang
yang senang berzina, enggan menikahi siapa yang taat beragama.
Demikian juga wanita pezina tidak diminati oleh lelaki yang taat
beragama. Ini karena tentu saja masing-masing ingin mencari pasangan
yang sejalan dengan sifat-sifatnya, sedangakan keshalehan dan perzinahan
adalah dua hal yang bertolak belakang.45
Abu Hanifah, dan Syafi’i menilai sah pernikahan seorang pria
yang taat dengan seorang wanita pezina.46 Alasanya antara lain firman
Allah surat An-Nisa’ ayat 24 yang menyebut sekian banyak yang haram
dikawini lalu menyatakan ”dan dihalalkan untuk kamu selain yang
disebut itu” sehingga itu berarti menikahi adalah halal.47
Ayat
ًةَيِناََ اَلِإَ حِ َيَ اَلَ يِنازلٱ
mengandung pengertian yangsangatumum, yaitu orang yang fasiq yang menyeleweng yang kebiasaanya
berzina dan fasiq, tidak senang menikah dengan orang-orang perempuan
yang mukminah yang sholihah, kesukaanya adalah kawin dengan
orang-orang perempuan yang fasiq, yang jahat seperti dia atau orang-orang perempuan
musyrik, demikian pula orang perempuan yang berzina yang
menyeleweng dan fasiq tidak senang kawin dengan orang lelaki mu’min,
45 Ibid,.. 286-287
yang baik dan lurus, perempuan itu lebih suka kawin dengan lelaki yang
sejenis dengan dia, atau dengan orang-orang lelaki musyrik. Itulah
kebiasaan mereka pada umumnya.48
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahulloh berkata: “tidak halal bagi
seorang pria menikahi wanita pezina, dan tidak halal seorang anita
menikahi seorang pria pezina, kecuali jika ia bertaubat.”
Setelah itu Syaikh Sayyid Sabiq menjadikan ayat diatas sebagai
dalil. Tentang ayat diatas Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahulloh juga
berkata:“Yakni sesungguhnya Allah sebagaimana dia menghalalkan yang
baik-baik, dan makanan orang-orang yang beri al-kitab dari kalangan
yahudi dan nasrani, (maka) dia menghalalkan menikahi wanita yang
menjaga kehormatan dari kalangan mukminat, dan juga wanita yang
menjaga kehormatan dari kalangan ahli kitab, dengan keadaan bahwa
mereka sebagai suami istri yang sebelumnya sama-sama menjaga
kehormatan, tidak berzina, dan tidak pernah sebagai gundik.49
Surat An-Nur ayat 3
“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.50
48Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,..15
49Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Juz 2, (Kairo: Dar Al-Fath Li Al-A’lam Al-Arabi, 1998). 92-93
36
Ibn ‘Asyur berpendapat bahwa ayat ini mendahulukan penyebutan
lelaki pezina atas perempuan pezina. Berbeda dengan ayat yang lalu,
karena ayat ini adalah penjelasan menyangkut kasus yang menjadi sebab
nuzul-nya. Sebab nuzul yang dimaksud adalah kasus Murtsid Ibn Abu
Murtsid yang seringkali menyelundupkan tawanan-tawanan muslim di
Makkah menuju Madinah. Sebelum sahabat Nabi ini memeluk Islam, ia
memepunyai teman wanita bernama Anaq yang mengajaknya tidur
bersama, tetapi dia menolak, sambil menyatakan bahwa Islam
mengharamkan perzinahan. Sang wanita itu marah dan membongkar
rahasia tugas Murtsid sehingga ia dikejar delapan orang kaum musyrikin.
Tetapi ia akhirnya berhasil menghindar dan behasil mengantar seorang
lagi tawanan ke Madinah. Ia kemudian meminta izin Rasul saw. Untuk
menikahi bekas teman kencanya itu. Rasul saw. Tidak memberi jawaban,
samapi turun ayat ini lalu beliau melarang murtsid menikahinya (HR.
at-Tirmidzi dan Abu Daud).51
ََع
ْن
َََع
ِْر
ْبَ
َِن
َ
ش
َعْي
َ ب
ََع
َْن
ََاَِب
ْيِه
ََع
َْن
َ
َج
َِِ
َاَ,,
ََّ
َمَ
ْرََث
َْب
َن
ََاَِب
ْي
ََم
ْرَث
َ َ
ْلاَغ
َِو
ََ
ََك
َ ا
َ
َي
ْح
َُِل
َْلا
َأ
ِبَ َراَس
َََ
َة
َََ,
َك
ََ ا
َِب
ََ
َ ةَ
َبِغ
َّ ي
يَ,َ
َق
َُ ا
ََل
َ
َعَا
َ
َ ا
َ
َ َ,
ََك
َنا
َْت
َ
َص
ِْيَق
َتَ ه
َ
َ,
َق
َ ا
َفَ:
ِْ
َ ت
َلا
ِبي
َ
َص
َّل
لاَى
َ
ِهْيَلَع
ََ
َسَّل
َفَ,م
ُقَْل
ت
َيَ:
َرا
س
ْو
َََ
َِلا
َ
َاَ,
ْنِ
ح
ََع
ًَقا
َ؟َا
َق
َ ا
َ
َفَ:
َس
َ
ََت
ََع
ِّْي
َ
َفَ,
ََزَل
َْت
َ
َ َُ:
َّزلا
ِناَي
ُةَ
َلَيا
ِْ
ح
َ
َِاَا
َا
َ
َ ا
ََا
ْ م
ِْر
َفََ
َََع
ِنا
ْي
َ
َ,
َفَق
َرهآ
َاَ
َ اق
ََلَ:َّيلع
َتاْ
ِ
ْح
َ
َعع مرّتاَيئاسّلا د ادوبآَ ا رَُ,ا
َ
“Dan dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari datuknya, sesungguhnya Martsad bin Abi Martsad al-Ghunawi pernah membawa tawanan ke makkah, sedang di makkah (pada waktu itu)
ada seorang pelacur bernama Anaq ini adalah teman Martsad. Martsad berkata berkata kemudian aku menghadap Nabi saw. Lalu aku bertanya. Ya Rasulullo, bagaimana kalau aku menikahi Anaq ? Martsad berkata maka Nabi pun diam : lalu turunlah ayat “dan perempuan pezina itu tidak pantas dinikahi melainkan oleh laki-laki pezina atau laki-laki-laki-laki musyrik”. (QS. 24:3). Kemudian Nabi saw. Memanggilku, lalu ia membaca ayat tersebut kepadaku dan bersabda. “janganlah engkau menikahinya”. (HR Abu Daud, Nasai dan Tirmidzi).52
Riwayat lain menyebutkan sahabat Nabi yang lain dan seorang
wanita tuna susila yang bernama Ummu Mahzul. Riwayat lain lagi
menyatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan sekelompok kaum
muslimin yang miskin dan yang digelar dengan ahl ash-shuffah. Mereka
ingin menikah tetapi tidak memiliki kemampuan keuangan, jadi mereka
bermaksud menikahi wanita-wanita tuna susila, sekaligus memperoleh
kebutuhan pokok mereka.53
,َ اَعْلاَِنْب ِرْ َعَِنْبَِلاِ ْبَعَْنَعَ
َاَ
َر
َ ج
ًل
ِما
ََنَ
ْلا
ْس
َِلِ
َن
َ
ْسا
َتْأَ
ََ
ََر
س
ْو
َُ
َِلا
َ
َص
َّل
لاَى
َ
هيلع
َ
ِفَ ,َ مّلس
ْماَ ي
َرَأ
َ يَق
َُ ا
ََل
َ
َُاَ ا
ّ
َمَ
ْ ز
ْ
َ
َك
َنا
َْت
َ ت
َس
َِفا
ع
َ َ ,
َت
َْتِر
َُ
َل ه
ََاْن
تِْ
َق
ََع
َلْيِه
َقَ ,
ََ ا
َ:
َف
ْسا
أَت
ََ
َ
َاَ,مّلس َلاَىّلصَلاَّين
َْ
َك
َرَل
َ هَ
َاْم
َرَ
َفَ,ا
َقَر
َأََع
َلْيِه
ََنِب
ّ ي
َلاَىّلصَلاَ
َمّلس
يناّزلا ُ
اَ ا رََ ر م اَ ا ّااَا ح ياَة
م
“Dan dari Abdullah Bin Amr Bin Ash, sesungguhnya pernah ada seorang laki-laki muslim minta idzin kepada Rasululloh saw. Untuk menikahi seorang perempuan yang biasa dipanggil Ummi Mahzul, bekas pelacur dan ia membuat syarat kepada calon suaminya untuk member nafkah kepadanya. Abdulloh berkata : kemudian nabi saw. Member idzin, atau ia menyebutkan kepada laki-laki itu tentang keadaan perempuan itu, lalu ia membaca firman Allah ““dan perempuan pezina itu tidak pantas dinikahi melainkan oleh laki-laki pezina atau laki-laki musyrik”. (QS. 24:3).(HR. Ahmad).54
52As-Syaukhani , Terjemah Nailul Authar Jilid 5, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993), 2197
53M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,..286
38
Dalam kitab al-Umm Imam Syafi’i mengemukakan bahwa
pakar-pakar tafsir berbeda pendapat tentang ayat ini. Kemudian beliau
mengemukakan suatu riwayat yang menyatakan bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan wanita tuna susila yang pada masa jahiliah memasang
tanda-tanda/bendera di depan rumah mereka. Nah, ketika itu ada
sementara kaum muslimin yang berencana nikah dengan mereka. Maka
ayat ini mengharamkan pernikahan tersebut. Lebih jauh imam mazhab itu
mengemukakan riwayat lain yang menyatakan bahwa ayat ini bukan
hanya berkaitan dengan kasus di atas tetapi bersifat umum, namun telah
dibatalkan keberlakuan hukumnya melalui ayat 32 surah ini.55
Pendapat Imam Syafi’i ini diperkuat dengan sebuah hadis dimana
salah seorang mengeluh pada nabi karena istrinya genit (suka selingkuh).
Nabi saw. menjawab, ceraikan.” orang itu berkata, ”tapi saya masih
mencintainya kalau begitu jangan cerai dia, kata Imam Syafi’I.
Seandainya haram menikahi wanita pezina niscaya sahabat tersebut
disuruh menceraikanya istri yang selingkh itu.56
Mazhab ImamSyafi’i berpendapat bahwa yang lebih baik adalah
bagi seorang laki-laki untuk tidak menikah dengan seorang wanita pezina,
dan bagi seorang perempuan untuk tidak menikah dengan laki-laki pezina.
55M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,..286 56Asy-Syafi’i, Al-Umm. Cet ke 2 (Beirut:Dar
Tetapi apabila mereka melakukan pernikahan, maka perbuatan itu tidak
diharamkan dan juga bukan perbuatan maksiat.57
Ibn Katsir di dalam kitab Tafsirnya, menyebutkan tentang
pendapat Imam Ahmad Ibn Hanbal yang merupakan tokoh Hanabilah
Imam Ahmad Ibn Hanbal berpendapat, bahwa tidak sah akad sebuah
pernikahan dari seorang laki-laki yang baik-baik dan seorang pelacur yang
masih melacurkan diri, sehingga bertaubat dengan sebanar-benarnya
taubat, dan jika bertaubat maka sah akadnya.58
Ismail bin Umar Ibnu Katsir Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi dalam
Tafsir Ibnu Katsir membandingkan ayat ini dengan QS An-Nisa’ 4:25 di
mana Allah berfirman “sedang merekapun wanita-wanita yang
memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil
laki-laki lain sebagai piaraannya;” Dalam konteks inilah Ibnu Katsir
mengutip pendapat Imam Ahmad bin Hanbal demikian:
(Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwasanya tidak sah akad
nikah laki-laki saleh yang menikahi wanita nakal (pezina) kecuali setelah
bertaubat. Apabila wanita itu bertaubat maka sah akad nikahnya. Begitu
juga tidak sah perkawinan wanita salihah dengan laki-laki pezina kecuali
setelah melakukan taubat yang benar karena berdasar pada firman Allah
dalam akhir ayat QS An-Nur 24:3.).59
57Ibid, 146
58Ibn Kasir, Tafsir Ibn Ksir, cet. Ke-1, (Beirut: Maktabah an-Nur al-ilmiyah, 1992), 154-155
40
Mazhab Hanabilah berpendapat bahwa hukum menikahi wanita
pezina adalah haram, kecuali telah terpenuhinya dua syarat, yaitu:
1. Taubat yang nasuha yaitu taubat yang terpenuhi syarat-syaratnya:
penyesalan yang mendalam, meninggalkan perbuatan zina tersebut,
dan berniat tidak akan mengulangi perbuatan tersebut dimasa yang
akan dating.
2. Istibra’ (meyakinkan bersihnya kandungan), kalau dia hamil