• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum Islam terhadap kasus pernikahan dengan pekerja seks komersial di lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum Islam terhadap kasus pernikahan dengan pekerja seks komersial di lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN BENOWO KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

Muhammad Fikri Izzuddin

NIM C71213127

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah Dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga SURABAYA

(2)
(3)

.

M.Ag 0309199603002

depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel

Surabaya pada hari senin, tanggal 17 April 2017, dan dapat diterima sebagai salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana strata satu dalam ilmu syariah.

Majelis Munaqasah Skripsi

Penguji 1 Penguji 2

Drs. H. M. Zayin Chudlori. M.Ag. Dr. H. Imam Amrusi Jaelani. M.Ag.

NIP.195612201982031003 NIP.197001031997031001

Penguji 3 Penguji 4

Muhammad Hatta. S.Ag. MHI. Dr. Hj. Anis Farida. S.sos. SH. M.SI.

NIP.197110262007011012

Surabaya, 17 April 2017

Mengesahkan

Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Fikri Izzuddin NIM. C 71213127 ini telah diperiksa dan disetujui untuk di munaqasalıkaıı

Surabaya, 02 Maret 2017

Dosen Pembimbing

Drs. H. M. Zayin Chuddlori, M.Ag.

(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul “Tinjauan Hukm Islam Terhadap Kasus Pernikahan Dengan Pekerja Seks Komersial Di Lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya” ini adalah tentang hukum menikahi wanita pekerja seks komersial menurut hukum Islam, ketidaktahuan masyarakat mengenai menikahi wanita pekerja seks komersial banyak menimbulkan pro dan kontra.

Penelitan ini termasuk kategori penelitian lapangan dengan menggunakan penelitian diskriptif kualitatif dengan pola pikir deduktif untuk menjawab permasalahan tersebut. Bahan primer dari penelitian ini ialah data yang diperoleh adalah wawancara langsung dengan para pihak yang bersangkutan yaitu suami dan juga Pegawai Seks Komersial dilokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya.Kitab-kitab, buku, dan karya ilmiah yang terkait dengan permasalahan tersebut menjadi bahan sekunder dari penyusunan skripsi ini.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, bahwa Terdapat tiga kasus pernikahan di lokalisasi moroseneng kecamatan benowo kota Surabayakasus pertama istri masih aktif sebagai pekerja seks komersial selama dua bulan setelah pernikahanya berlangsung. Kasus kedua istri telah bertaubat sebelum pernikahanya berlangsung. Kasus ketiga istri telah berhenti setelah pernikahanya. Pernikahan ini dilangsungkan seperti halnya yang sering dilakukan oleh masyarakat pada umumnya yakni adanya rukun-rukun dari pernikahan, yaitu calon suami istri, wali nikah, dua orang saksi dan ijab kabul, dan di perkuat dengan surat keterangan menikah dari kelurahan setempat.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tentang hukum menikahi wanita pekerja seks komersial menurut hukum Islam Hukum. Menikahi wanita pezina, menurut pandangan ulama terjadi perbedaan pendapat namun kebanyakan ulama (jumhur) membolehkan menikahi wanita pezina, dan ada juga sebagian ulam melarangnya. Sebab-sebab perbedaan dianatara mereka adalah perbedaan di dalam memahami firman Allah.

(7)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TRANSILTRASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Kajian Pustaka ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 8

G. Definisi operasional ... 8

H. Metode penelitian ... 9

I. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN PERNIKAHAN DAN WANITA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (WANITA PEZINA) A. Pernikahan ... 16

1. Pengertian Pernikahan ... 16

2. Tujuan Pernikahan ... 18

3. Hikmah Pernikahan ... 20

B. Wanita Pekerja Seks Komersial (Wanita Pezina) ... 21

1. Pengertian Wanita Pekerja Seks Komersial (Wanita Pezina) ... 21

(8)

xii

3. Faktor Penyebab Terjerumusnya Wanita Menjadi Pekerja Seks

Komersial ... 26

C. Pendapat Ulama Tentang Menikahi Wanita Pekerja Seks Komersial (Wanita Pezina) ... 31

BAB III KASUS PERNIKAHAN DENGAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI MOROSENENG KECAMATAN BENOWO KOTA SURABAYA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43

1. Situasi Dan Kondisi Lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya... 43

2. Sejarah Lokalisasi Moroseneng ... 44

3. Keadaan penduduk ... 45

4. Keadaan Ekonomi Masyrakat ... 46

5. Keadaan Sosial Keagamaan Masyarakat ... 47

B. Kasus Pernikahan Dengan Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya ... 48

C. Latar Belakang Pernikahan Dengan Pekerja Seks Komersial ... 50

1. Subjek Kasus Pertama ... 51

2. Subjek Kasus Kedua ... 55

3. Subjek Kasus Ketiga ... 58

D. Alasan-alasan menikahi pekerja seks komersial ... 62

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERNIKAHAN DENGAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI MOROSENENG KECAMATAN BENOWO KOTA SURABAYA BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah Swt menciptakan bumi dan segala isinya dengan beraneka

ragam makhluk hidup didalamnya serta mereka dijadikan

berpasang-pasangan. Salah satu penciptaan-Nya adalah diciptakanya laki-laki dan

perempuan. Diharapkan diantara mereka terjalin rasa cinta dan kasih sayang.

Perkawinan adalah jalan yang dipilih Allah Swt untuk melestarikan

keturunan. Tujuan perkawinan menurut syariat Islam yaitu untuk membuat

hubungan antara laki-laki dan perempuan menjadi terhormat dan saling

meridhoi, memelihara keturunan dengan baik, serta menimbulkan suasana

yang tertib dan aman dalam kehidupan sosial.1

Menurut hukum Islam, perkawinan adalah ikatan atau kad yang kuat

atau mi>sa>qon gali>zan. Disamping itu, perkainan tidak lepas dari mentaati

perintah Allah dan melaksanakanya adalah ubu>diyah (ibadah), ikatan

perkawinan sebagai mi>saqo>n gali>zan dan mentaati perintah Allah bertujuan

untuk membina dan membentuk terwujuddnya hubungan ikatan lahir batin

seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dalam kehidupan

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan syariat Islam.2

1 H.M. Zufran Sabrie, Analisa Hukum Islam Tentang Anak Luar Nikah. (Jakarta : DEPARTEMEN

AGAMA RI, 1998), 7

(10)

2

Menurut ajaran Islam tidak semua wanita boleh dinikahi, ada juga

wanita-wanita yang dilarang untuk dinikahi dan hal ini sudah difirmankan

oleh Allah dan sudah termaktub dalam kitab-Nya, juga sudah dijelaskan

dalam sabda Rasul-Nya.

Pada garis besarnya, wanita yang terlarang untuk dinikahi itu dapat

dibagi menjadi dua; Pertama, yaitu terlarang untuk selama-lamanya (tahrim

mu’abbad). Termasuk tahrim mu>’abba>d adalah terlarang karena keturunan (nasab), karena menikahi seorang wanita (musaharah), dan karena susuan

(rada’ah).

Kedua, terlarang untuk sementara (tahrim mu’aqqt). Termasuk

tahrim mu’aqqat ialah karena mengumpulkan dua orang wanita yang karena

ada hubungan muhrim, karena terikat oleh orang lain, wanita-wanita musyrik,

karena dicerai tiga kali, dan karena mengawini lebih dari empat orang.3

Kemudian ada juga wanita-wanita yang masih diperselisihkan untuk

dinikahi, diantaranya adalah wanita pezina. Para ulama aahli fiqih berbeda

pendapat tentang hal tersebut.4Memang masalah wanita pezina ini sangat

kompleks apalagi kalau ditinjau dari keberadaanya, bahwa wanita pezina itu

ada sepanjang masa dan zaman, dari sebelum Islam datang sampai Islam

daataang. Wanita pezina ini masih sangat eksis. Kalau kita tengok sejarah

Nabi, bahwa pada zaman jahiliyah di Madinah terdapat wanita-wanita

pezina yang menyewakan diri mereka, yang pada tiap-tiap orang dari mereka

3 Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1993).44

(11)

terdapat tanda di pintunya seprti papan nama dokter hewan (al baitar),

dimaksudkan agar dikenali bahwa ia adalah wanita pezina.5

Perzinaan termasuk perbuatan yang bisa membahayakan terhadap

kelestarian umat manusia karena dampak buruk yang diakibatkannya. Tidak

mengherankan kalau seluruh agama samawi mengharamkan dan

memberantas perzinaan. Terakhir ialah Islam yang dengan keras melarang

perzinaan dengan memberikan ultimatum yang sangat tajam karena

perzinaan itu dapat mengaburkan masalah keturunan, merusak keturunan,

menghancurkan rumah tangga, meretakkan hubungan, meluasnya penyakit

sipilis, kejahatan nafsu seksual dan merosotnya akhlak.6Oleh karena itu,

tepatlah apa yang difirmankan Allah untuk tidak mendekati zina apalagi

melakukannya.

Pezina adalah orang yang biasa melakukan perzinaan, baik Iaki-laki

atau perempuan, dan belum ada niat untuk menghentikan perbuatan zina

itu.7Menurut Yusuf a1-Qaradawi yang dimaksud dengan wanita pezina ialah

wanita-wanita nakal yang melakukan perzinaan dengan terang-terangan, dan

menjadikan zina sebagai pekerjaannya.8

Di dalam al-Qur‟an disebutkan, bahwa seorang laki-laki pezina tidak

boleh menikah kecuali dengan perempuan pezina atau perempuan musyrik

5 Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000). 165

6Yusuf al-Qaradawi, al-Halal wa al-Haram fial-Islam, cet ke-15 (Beirut: al-Maktab al-Islami, 1994), 142.

7Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan..., 64

8

(12)

4

dan juga perempuan pezina tidak boleh menikah kecuali dengan laki-laki

pezina atau laki-laki musyrik. Dalam firman Allah QS. An-Nur ayat 3

                                  

“laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang

mukmin”.9

Segala sesuatu tentang pernikahan telah diatur sepenuhnya dalam

Islam. Tentang apa saja yang boleh, yang halal, dan apa-apa saja yang

diharamkan. Salah satu pertanyaan yang cukup sering mengemuka adalah,

apakah dalam Islam menikah dengan perempuan atau laki-laki yang

menjadikan dirinya sebagai objek seksual orang lain dengan imbalan tertentu

(Pekerja Seks Komersial) diperbolehkan ? pada hal ini telah terjadi kasus

pernikahan dengan seorang pelacur di lokalisasi moroseneng Kecamatan

Benowo Kota Surabaya.

Dari latar belakang dan uraian diatas penyusun mencoba meneliti

kasus pernikahan dengan pekerja seks komersial yang terdapat di lokalisasi

moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya dalam bentuk skripsi

dengan judul tinjauan hukum Islam terhadap kasus pernikahan dengan psk di

lokalisasi moroseneng kec. Benowo kota surabaya

(13)

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasikan

permasalahan sebagai berikut:

a. Kasus pernikahan dengan Pegawai Seks Komersial di Lokalisasi

Moroseneng Kecamatan Benowo Surabaya

b. Faktor dan latar belakang menikahi wanita Pekerja Seks

c. Pendapat ulama tentang menikahi wanita Pekerja Seks

d. Tinjauan hukum Islam terhadap kasus pernikahan dengan Pekerja

Seks Komersial di Lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo

Surabaya

2. Batasan masalah

a. Kasus pernikahan dengan Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi

Moroseneng Kecamatan Benowo Surabaya

b. Tinjauan hukum Islam terhadap kasus pernikahan dengan Pekerja

Seks di Lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo Surabaya

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kasus pernikahan dengan Pekerja Seks Komersial di

(14)

6

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap kasus pernikahan dengan

Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Moroseneng Kecamatan Benowo

Surabaya ?

D. Kajian pustaka

Kajian pustaka di sini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

kontribusi keilmuan dalam penulisan skripsi ini, dan seberapa banyak pakaar

yang membahas permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi dengan tema

yang sama dengan skripsi ini. Di bawah ini beberapa judul yang pernah

ditulis sebelumya.

1. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Tamyiz Ridho NIM.

107043103440 (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarta)

yang berjudul “ Perkawinan Wanita Hamil Akibat Zina menurut

Undang-Undang Tahun 1974 dan Fatwa MUI DKI Tahun 2000, dari

penelitian ini menyimpulkan secara umum hukum dalam hal perkawinan

terhadap sesama pelaku pezina, para imam mazhab berpendapat boleh

dan sah, tetapi apabila bukan sesama pelaku terjadi perbedaan, menurut

mazhab Imam Syafii dan Imam Hanafi boleh, sedangkan menurut

mazhab Imam Hanafi dan Imam Maliki tidak boleh.10

2. Jurnal yang ditulis oleh Bera Aqmalia dan M. Fakhrurrozi (Universitas

Gunadarma ) yang berjudul “kepuasan pernikahan pada pegawai seks

10Muhammad Tamyiz Ridho yang berjudul “Perkawinan Wanita Hamil Akibat Zina menurut

(15)

komersial” dari penelitian ini menyimpulkan bahwa pernikahan yang

memuaskan (sah) dapat mengurangi tingkat stres baik secara emosional

maupun fisikal, yang dapat menyebabkan pasangan yang berbahagia

tersebut hidup lebih lama, dan memiliki kehidupan yang lebih sehat.11

3. Penelitian yang ditulis oleh Drs. Khoiruddin Bashori, M.si. (Dosen

Fakultas Agama Islam UMY) yang berjudul “Intervensi Psikologis

Untuk Pengentasan Wanita Tuna Susila” dari penelitian ini

menyimpulkan bahwa pelacuran merupakan suatu masalah sosial yang

cukup rumit dan kompleks, dimana faktor penyebabnya saling kait-

mengkait, sehingga tidak ada faktor yang sifatnya tunggal dan mandiri.

Oleh karena itu dalam menangani masalah ini harus menggunakan

pendekatan yang sifatnya interdisipliner.12

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah dari skripsi

yang pertama dijelaskan tentang pernkawinan wanita hamil akibat zina dan

pada penelitian yang kedua kepuasan pernikahan pada pekerja seks dimana

dari penelitian diatas menggambarkan tentang pandangan tokoh masyarakat

dan juga undang-undang yang mengatur, sedangkan pembahasan skripsi ini

lebih condong pada latar belakang dan alasan-alasan pernikahan dengan

Pekerja Seks Komersial.

11Bera Aqmalia dan M. Fakhrurrozi (Universitas Gunadarma ) yang berjudul “kepuasan

pernikahan pada pegawai seks komersial”

12Drs. Khoiruddin Bashori, M.si. (Dosen Fakultas Agama Islam UMY) yang berjudul “Intervensi

(16)

8

E. Tujuan Penelitian

Agar sejalan dan tidak menyimpang dari rumusan masalah di uraikan

di atas, maka tujuan penelitian di sini adalah:

1. Untuk mengetahui tentang kasus pernikahan dengan seorang Pekerja Seks

Komersial di lokalisasi Moroseneng di Kec.Benowo Kota Surabaya.

2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam terhadap kasus pernikhan

dengan seorang Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Moroseneng di

Kec.Benowo Kota Surabaya.

F. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharakan bisa memberikan sumbangsih

pemikiran dan bermanfaat bagi disiplin ilmu secara umum, dan

sekurang-kurangnya daapat digunakan untuk dua aspek yaitu:

1. Teoritis

Dari sisi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna dan

bermanfaat memberikan masukan dalam rangka memperkaya

khazanah pemikiran dalam hukum islam khususnya dibidang hukum

keluarga.

(17)

Diharapkan agar dapat mengetahui penemuan penelitian yang baru

serta mengembangkan penelitian yang sudah ada.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam memahami

istilah dalam skripsi ini, maka perlu dijelaskan/ditegaskan istilah judul

tersebut. Adapun istilah yang perlu penulis tegaskan adalah sebagai berikut:

1. Hukum Islam adalah kaidah-kaidah, prinsip atau aturan yang

digunakan untuk mengatur masyarakat islam yang bersumber dari

alquran, al hadis, pendapat sahabat dan tabi’in, ataupun pendapat yang

berkembang disuatu masa dalam kehidupan umat.13

2. Pekerja Seks Komersial adalah para pekerja yang bertugas melayani

aktivitas seksual dengan tujan untuk mendapatkan upah atau imbalan

dari yang telah memakai jasa mereka tersebut.14

H. Metode Penelitian

Agar penulisan skripsi ini dapat tersusun secara sistematis, jelas, dan

benar. Maka perlu dijelaskan tentang metode penelitian sebagai berikut:

1. Data yang dikumpulkan

Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, maka data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini, antara lain:

13Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeven, 1996), 575

(18)

10

a. Data tentang faktor-faktor menikah dengan Pekerja Seks

Komersial

b. Analisis hukum islam tentang menikah dengan Pekerja Seks

Komersial

c. Data lain dengan meminta keterangan dari Pekerja Seks Komersial

dan juga keterangan dari suami Pekerja Seks Komersial keterangan

terkait masalah pernikahan dengan Pekerja Seks Komersial

2. Sumber Data

Penelitian ini adalah penelitian lapangan, maka sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, sebagai berikut :

a. Sumber data primer

Yaitu sumber data yang bersifat utama dan terkait langsung

dengan masalah yang dibahas yang diperoleh dilapangan.15 Adapun

data yang diperoleh adalah wawancara langsung dengan para pihak

yang bersangkutan yaitu suami dan juga Pegawai Seks Komersial

dilokalisasi MorosenengKec. Benowo Kota Surabaya

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data.16 Sumber ini sebagai

15

Bambang Sungkono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo, 1997), 116

(19)

sumber pelengkapan data, penelitian ini menggunakan sumber

sekunder berupa:

1) Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974, Surabaya: Pustaka Tirta Mas, 1993

2) Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta:

CV Akademika Pressindo, 1995 cet.ke-2

3) Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1993)

4) Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2000

5) Yusuf al-Qaradawi, al-Halal wa al-Haram fial-Islam, cet ke-15

(Beirut: al-Maktab al-Islami, 1994)

6) Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Dengan Dinas

Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Kota Surabaya,

Pemetaan Dan Pengembangan Program Penanganan Pelacuran

Di Kota Surabaya, (Surabaya, Airlangga University Perss,

2004)

7)

Sya>fi’i>, Muammad Ibn Idri>s asy-, al-Umm, cet. II, 5 jilid,

(Beirut: Da>r al-Fikr, 1983)

8)

Muamal Hamidy Dkk, Terjemahan Nailul Authar Kumpulan
(20)

12

9)

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani alih bahasa Abu

Malik Kamal Bin As-Sayyid Salim , Shahih Fiqih Sunnah,

(Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2006)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan penulis

untuk mengungkapkan atau menjaring informasi data penelitian sesuai

dengan lingkup penelitian itu sendiri. Untuk mempermudah dalam

mendapatkan data dan mengingat studi dalam skripsi ini adalah

lapangan, maka teknik pencarian datanya dilapangan sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk

mendeskripsikan kegiatan yang terjadi, orang yang terlibat di

dalam kegiatan, dan makna yang diberikan oleh para pelaku yang

diamati tentang peristiwa yang bersangkutan. Dalam penelitian ini

menggunakan observasi pengamatan.

b. Wawancara, cara melakukan tanya jawab yang dikerjakan dengan

sistematik dan berlandaskan dalam tujuan penelitian.17 dilakukan

pada kasus pernikahan dengan pekerja seks Komersial di Lokalisasi

Moroseneng Kecamatan Benowo Kota Surabaya

4. Teknik Pengolahan Data

Oleh karena itu sumber data penelitian ini adalah studi

kasus/lapangan, maka teknik yang digunakan adalah observasi,

(21)

wawancara, dan dokumen adat yang dikumpulkan dengan cara mencari

datanya langsung kelapangan, setelah mendapatkan data yang

diingingkan dari lapangan itu kemudian data tersebut dianalisis dan

disimpulkan sebagai berikut:

a. Editing (pemeriksaan data), yakni memeriksa kembali data-data

yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, keterkaitan dan

kejelasan antara data satu dengan data lainnya.

b. Organizing, yakni penulis data yang diatur dan disusun sehingga

menjadi sebuah kesatuan yang teratur. Untuk selanjutnya semua

data yang diperoleh akan disusun secara sistematis untuk dijadikan

sebagai bahan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Hasil data-data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode

penelitian:

a. Metode deskriptif analisis adalah metode yang menggambarkan

serta menjelaskan data secara sistematis sehingga memperoleh

pemahaman secara menyeluruh dan mendalam. 18 Penelitian

memaparkan atau menggambarkan data yang terkumpul berupa

literature yang berkaitan dengan pernikahan dengan pekerja seks

komersial dan disamakan dengan kasus yang ada, dan dalam kasus

tersebut menjelaskan mengenai kasus pernikahan yang dilakukan

oleh seorang pekerja seks komersial ditinjau dari hukum islam.

18

(22)

14

b. Pola pikir deduktif adalah pola pikir yang berasal dari pengetahuan

yang bersifat umum kemudian digunakan untuk menilai suatu

kejadian yang bersifat khusus.19 Yaitu tentang kasus pernikahan

dengan pekerja seks komersial

I. Sistematika Pembahasan.

Sistematika pembahasan adalah alur dari struktur penelitian secara

sistematis dan logis. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Bab pertama berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,

kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi hasil

operasional, metode penelitian serta sistematika pembahasan. Dari bab ini

akan diketahui tentang tatacara bagaimana penelitian akan dilaksanakan.

Bab kedua menjelaskan mengenai tinjauan umum tentang

pengertian Pernikahan dan wanita Pezinayang terdiri dari: pengertian

pernikahan tujuan pernikahan hikmah pernikahandan Definisi Wanita

Pezina, Larangan Zina, Pendapat Ulama Tentang Menikahi Wanita Pezina

19

(23)

Bab ketiga menjelaskan deskriptif hasil penelitian, yaitu memuat

hasil penelitian terhadap Kasus Pernikahan dengan seorang pekerja seks

komersial di lokalisasi Moroseneng di Kec.Benowo Kota Surabaya.

Bab keempat merupakan analisis data terhadap data penelitian

yang telah dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian, yang

didalamnya dijelaskan dan diuangkapkan secara tuntas bagaimana

tinjauan hukum islam tentang kasus pernikahan dengan pekerja seks

komersial di lokalisasi Moroseneng di Kec.Benowo Kota Surabaya bisa

terjadi.

Bab kelima berisi penutup yang meliputi kesimpulan yang dapat

penulis ambil dari keseluruhan isi skripsi ini, dan diakhiri dengan saran

(24)

16

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN PERNIKAHAN DAN WANITA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (WANITA PEZINA)

A. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Nikah menurut bahasa: al-Jam’u dan al-Damu yang artinya

kumpul.1Definisi yang hampir sama juga dikemukakan oleh Abdul

Rahman Ghozali, bahwa kata nikah berasal dari bahasa arab ( ا ن(yang

menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukan dan di gunakan

untuk arti bersetubuh (wathi).2Nikah sendiri sering digunakan untuk arti

persetubuhan, juga untuk arti akad nikah.

Adapun menurut syara’ nikah adalah akad serah terima antara

laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama

lainya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah

serta masyarakat yang sejahtera.3 Para ahli fiqih berkata, zawwaj atau

nikah adalah akad yang secara keseluruhan didalamnya mengandung kata

inkah atau tazwij. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang di tulis oleh

Zakiyah Drajat yang memberi definisi perkawinan sebagai berikut

1Sulaiman Al-Mufarraj, Bekal Pernikahan: Hukum, Tradisi, Hikmah, Kisah, Syair, Wasiat, Kata Mutiara, Alih Bahasa, Kuais Mandiri Cipta Persada, (Jakarta: Qisthi Pres, 2003).5

2Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003).7

3

(25)

َعْق

َ ََي

َت

َ

َ نَ

ِاَب

َحا

َِةَ

َْط

َ ئ

َِبَل

ْ

َ ظ

َ

ِّلا

َ

ِ ا

ََا

َِ

َّتلا

ْزِ

ْيِج

ََأ

َْ

َمْع

َ

َ ا

ََا

“akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan kelamin dengan lafaz nikah atau tazwij atau yang semakna keduanya”.4

Dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Bab I Pasal (1) disebutkan

bahwa: perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa.5

Dalam Kompilasi Hukum Islam, pengertian perkawinan dan tujuanya

dinyatakan dalam pasal 2 dan 3 sebagai berikut:

Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad

yang sangat kuat atau mitsa>qan gha>lizan untuk mentaati perintah Allah

dan melaksanakanya merupakan ibadah (pasal 2)

Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga

yang sakinah, mawaddah, dan rahmah (pasal 3).6

Dengan demikian pernikahan adalah ialah ijab dan qabul (‘aqad) yang

menghalalkan persetubuhan antara lelaki dan perempuan yang diucapkan

oleh kata-kata yang menunjukkan nikah, menurut peraturan yang

ditentukan oleh Islam.Suatu akad yang secara keseluruhan aspeknya

dikandung dalam kata nikah atau tazwij dan merupakan ucapan seremonial

yang sakral.

4

Ibid

5UU Perkawinan No 1 Tahun 1974

6Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: CV Akademika Pressindo, 1995),

(26)

18

2. Tujuan Pernikahan

Tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah

tangga yang sakinah mawadah warahmah yaitu rumah tangga yang

tentram, penuh kasih sayang serta bahagia lahir dan batin.7

Namun demikian, ada juga tujuan umum yang memang diinginkan

oleh semua orang yang akan melakukan pernikahan, yaitu untuk

memperoleh kebahagiaan dan kesehjateraan lahir batin menuju

kebahagiaan dan kesejahteraan dunia akhirat.8

Hal tersebut sesuai dengan firman AllahSWT dalam QS. Ar-Ruum

ayat 21 yang artinya:

                                    

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.9

Adapun tujuan pernikahan secara rinci dapat dikemukakan sebagai

berikut:

a. Melaksanakan Libido Seksualis

Semua manusia baik laki-laki maupun perempuan mempunyai

insting seks, hanya kadar dan intensitasnya yang berbeda. Dengan

7Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), 9 8Amir Syarifudin,Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media,2006). 46

9M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

(27)

pernikahan, seorang laki-laki dapat menyalurkan nafsu seksualnya

kepada seorang perempuan dengan sah dan begitu pula sebaliknya.

Dalam firman Allah SWT, QS. Al-Baqarah ayat 223

                                  

“Istri-istrimu adalah seperti tanah tempat kamu bercocock tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanam itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah amal yang baik untuk dirimu”.10

b. Memperoleh Keturunan

Insting untuk mendapatkan keturunan juga dimiliki oleh pria

maupun wanita. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa, mempunyai anak

bukanlah suatu kewajiban melainkan amanat dari Allah SWT.11

Dalam firman AllahSWTQS.An-Nahl ayat 72

                                       “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?.12

10

Amir Syarifudin,Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2006). 46

11 Ibid

12. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

(28)

20

c. Memperoleh Kebahagiaan dan Ketentraman

Dalam hidup berkeluarga perlu adanya ketentraman, kebahagiaan,

dan ketenangan lahir batin. Dengan keluarga yang bahagia dan

sejahtera akan dapat mengantarkan pada ketenangan ibadah.

Dalam Firman Allah SWT QS. Al-A’raf: 189:

َ ُه َٱ يَِذ َ ُك ق خ َ نِ م َ َ فذن َ لس ََ و َلة دِح َ َ ل ع ج و َ َ نِم ا َ َ و ز ا ج َ َ س يِل َ نُك َ َ لِإ َ ا َ ...

“Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya”.13

d. Menjalankan Sunnah Rasul

Dalam hadis disebutkan

َعَ

ْن

ََأَن

ِس

َْب

ِن

ََم

ِلَا

ك

َ

ََأَُه عَيضر

َّ

لاَ

ِبَّي

ََحَملس َهيلعَىلصَ

ََِ

َ

َهلا

ََ

َاْثََ

َى

َعَل

ِهي

َ

َلَ:َ اق َ,

َِّ

َأَي

َن

ُأَا

َص

َِل

َ َي

َأَن

ا

َ

َ َ,

َأ

ص

ْو

ََ

ُأْف

ِط

رَ

َ َ,

َأَت

َزَّ

ج

َ

ِّلا

َس

هئا

َ

َفَ,

ََْن

َ

َر

ِغ

ََب

ََع

َْنَ

سَّ

ِت

َفَي

َلْي

َس

َِم

ِّ

هيلعَّق ّتمََي

َ

“Dari Anas Ibnu Malik Radliyaallaahu ‘Anhu bahwa NabiSAW setelah memuji allahdan menyanjung-Nyabersabda : “tetapi aku sholat, tidur, brpuasa, berbuka, dan mengawini perempuan. Barang siapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk umatku.” Muttafaq alaihi14

3. Hikmah pernikahan

Islam mengajarkan dan menganjurkan nikah karena akan berpengaruh baik bagi seluruh umat manusia. Adapun hikmah pernikahan adalah:

a. Nikah adalah jalan alami yang paling baik dan sesuai untuk menyalurkan dan memuaskan naluri seks.Dengan kawin badan jadi

13. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

(Jakarta : Lentera Hati, 2002)

(29)

segar, jiwa jadi tenang, mataterpelihara dari yang melihat yang haram dan perasaan tenang menikmati barang yang berharga.

b. Nikah, jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia, serta memelihara nasib yang oleh Islam sangan diperhatikan sekali.

c. Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan-perasaan ramah,cinta, dan sayang yang merupakan sifat-sifat yang menyempurnakan kemanusiaan seseorang.

d. Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung anak-anak menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam mmperkuat bakat dan pembawaan seseorang akan cekatan bekerja, karena tanggung jawab dan memikul kewajibannya.

e. Pembagian tugas, di mana yang satu mengurusi rumah tangga, sedangkan yang lain bekerja di luar, sesuai dengan batas-batas tanggung jawab antara suami istri dalam tugas-tugasnya.

f. Perkawinan, dapat membuahkan, diantaranya: tali kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga dan memperkuat hubungan masyarakat. Karena masyarakat yang saling menunjang lagi saling menyayang merupakan masyarakat yang kuat lagi bahagia.15

15

(30)

22

B. Wanita Pekerja Seks Komersial (Wanita Pezina)

1. Pengertian Wanita Pekerja Seks Komersial (Wanita Pezina)

Pekerja seks komersial adalah seorang yang menjual dirinya dengan

melakukan hubungan seks untuk tujuan ekonomi. 16 Pekerja Seks

Komersial juga bisa diartikan sebagai wanita yang pekerjaanya menjual

diri kepada banyak laki-lakiyang membutuhkan pemuasan nafsu seksual,

dan wanita tersebut mendapatkan sejumlah uang sebagai imbalan, serta

dilakukan diluar pernikahan.17 Pelacuran atau prostitusi adalah penjualan

jasa seksual. Pelacuran adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan

kebutuhan seksual pelanggan, biasanya pelayanan ini dalam bentuk

penyerahan tubuhnya.18

Penegertian Pekerja Seks Komersial sangat erat hubunganya dengan

dengan penegertian pelacuran. Pekerja Seks Komersial menunjukan pada

“orangnya” sedangkan pelacuran menunjukan pada “perbuatan”.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat

ditegaskan bahwa batasan Pekerja Seks Komersial yang dimaksud pada

penelitian ini adalah, seseorang perempun yang menyerahkan dirinya

“tubuhnya” untuk berhubungan seksual dengan jenis kelamin lain yang

16

http://www.subadra.wordpers.com/2007/06/23/bali-tourism-watch-keberadaan-pekerja-seks-komersial-sebagai-dampak-negatif-di-bali. diakses pada hari senin tanggal 21/11/2016 jam 15.25 wib

17Thojo Purnomo dan Dalam Ashadi Siregar, Dolly, Membedah Dunia Pelacuran Surabaya Kasus Kompleks Pelacuran Dolly, (Jakarta: Graftipers 1983), 11

(31)

bukan suaminya (tanpa ikatan pernikahan) dengan mengharapkan imbalan

baik berupa uang ataupun imbalan materi lainya.19

2. Pengertian Zina Dan Wanita Pezina

Menurut Ibnu Rusyd, zina adalah setiap persetubuhan yang terjadi bukan karena pernikahan yang sah, bukan karena syubhat, dan bukan pula karena pemilikan (budak). Secara garis besar, pengertian ini telah disepakati para ulama Islam, meski mereka masih berselisih pendapat tentang mana yang dikatakan syubhat yang menghindarkan had dan mana pula yang tidak menghindarkan hukuman tersebut.20

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, zina mengandung makna sebagai berikut:

a. Perbuatan bersenggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan);

b. Perbuatan bersenggama seorang laki-laki yang terikat perkawinan

dengan seorang perempuan yang bukan isterinya, atau seorang perempuan yangterikat perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya.21

Menurut Syeikh Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, para imam mazhab sepakat bahwa zina merupakan perbuatan kejiyang besar, yang mewajibkan had atas pelakunya. Hukuman had itu

19 Kartono Kartini, Patologi Sosial Jilid I (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005), 209 20Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Analisa Fiqih Para Mujtahid, Cetakan III, (Jakarta : Pustaka Amani, 2007), 600

(32)

24

bedamenurut macam perzinaan itu sendiri, karena perbuatan zina terkadangdilakukan oleh orang-orang yang belum menikah, seperti jejaka atau gadis,dan kadang-kadang dilakukan juga oleh muhsan, seperti orang yang sudahmenikah, duda, atau janda.22

Menurut Ibnu Qudamah, zina adalah persetubuhan antara laki-lakidengan perempuan baik dari qubul atau dubur perempuan yang haram disetubuhi, bukan karena syubhat.23

Pezina adalah orang yang biasa melakukan perzinaan, baik Iaki-laki atau perempuan, dan belum ada niat untuk menghentikan perbuatan zina itu.Menurut Yusuf a1-Qaradawi yang dimaksud dengan wanita pezina ialah wanita-wanita nakal yang melakukan perzinaan dengan terang-terangan, dan menjadikan zina sebagai pekerjaannya.24

Menurut Kamal Muhtar dalam bukunya Asas-Asas Hukum Islam

Tentang Perkawinan, pezina adalah orang yang biasa melakukan perzinaan,

baik laki-laki ataupun perempuan, dan belum ada niat untuk menghentikan

perbuatan zina itu.25

Menurut Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi yang dimaksud

perempuan nakal yang pekerjaanya berzina (Pelacur) ialah wanita-wanita

22

Syekh Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Rahmah al-Ummah fi Ikhtilaf al-

Aimmah, Terj. Abdullah Zaki al-Kaf, "Fiqih Empat Mazhab", (Bandung: Hasyimi Press, 2004), 454

23

Syekh Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Rahmah al-Ummah fi Ikhtilaf al- Aimmah, Terj. Abdullah Zaki al-Kaf, "Fiqih Empat Mazhab",...181

24

Yusuf al-Qardawi, al-Hala>l, hlm. 175.

(33)

nakal yang melakukan perzinaan dengan terang-terangan, dan menjadikan zina sebagai pekerjaannya.26 Dalam hal ini ada suatu riwayat yang diceritakan oleh Murtsid dari Abu Murtsid, yakni bahwa dia minta izin

kepada Nabi untuk kawin dengan pelacur yang telah dimulainya

perhubungan ini sejak zaman jahiliyah, namanya Anaq. Nabi tidak

menjawabnya sehingga turunlah ayat yang berbunyi Dalam Firman Allah

SWT QS. An-Nur ayat : 3

                                   

“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin”.27

Dalam hal ini Allah hanya memperkenankan kawin dengan

perempuan mukminah yang muhshanah atau ahli kitab yang muhshanah

juga seperti yang telah diterangkan terdahulu. Yang dimaksud dengan

muhshanah adalah yang terpelihara. Syarat muhshanah ini berlaku juga

buat laki-laki, yang selanjutnya disebut muhshan seperti yang dikatakan

Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 24:

26Yusuf al-Qaradawi, al-Halal wa al-Haram fial-Islam, cet ke-15 (Beirut: al-Maktab al-Islami, 1994), 175

27. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

(34)

26                                                                             

“Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Siapa yang tidak mau menerima hukum ini yang bersumber dari

kitabullah dan tidak mau menepatinya, mka dia adalah musryik, yang

tidak boleh dikawini kecuali oleh orang musrik juga. Dan, siapa yang

mengakui hukum ini dan menerima serta mendukungnya, tetapi tidak

menyimpang dari hukum tersebut dan kawin dengan orang yang

diharamkan oleh hukum, maka berarti dia adalah berzina.28

Zina dapat mengakibatkan percampuran air dan meragukan keturunan.

Oleh karena itu, termasuk salah satu keistimewaan syariat Islam ialah

mengharamkn kawin dengan seorang pelacur sehingga dia bertaubat dan

mengosongkan rahimnya. Caranya adalah paling sedikit haid satu kali.

Lagi pula, seorang pelacur adalah tidak baik, sedangkan Allah

menjadikan perkawinan itu sebagai salah satu jalan untuk mewujudkan

(35)

rasa cinta dan kasih sayang (ma>wadda>h wara>hma>h). Dan apa yang disebut

mawaddah adalah kemurnian cinta.29

3. Faktor PenyebabTerjerumusnya Wanita Menjadi Pekerja Seks Komersial

Para pekerja seks komersial umumnya berasal dari daerah pedesaan.

Banyak studi melaporkan bahwa sebagian besar wanita pekerja seks

komersial berpendidikan rendah dan berlatar belakang keluarga miskin.30

Dengan alasan-alasan yang bervariasi, mereka biasanya terbujuk masuk

kedalam kompleks lokalisasi atau berada dalam genggaman kekuasaan

germo. Seorang perempuan yang berada dibawah kekuasaan germo atau

mucikari, mereka tidak lebih sebagai perempuan dalam pasungan.

Pasungan dalam arti diikat oleh menumpuknya utang yang sengaja

disodorkan sang germo guna membelenggu mereka agar tidak bisa

menghilang dari bordirnya. Sebab, kalau hal ini terjadi, berarti suatu

kerugian ekonomis bagi sang germo, lebih-lebih apabila pekerja seks ini

termasuk primadona atau kembang bordir yang laris dan banyak digemari

pria hidung belang.31

Banyak faktor yang melatar belakangi terjerumusnya pekerja seks

komersial antara lain :

a. Faktor Ekonomi

29 Ibid. 259

30Koentjoro, On The Spot, Tutur Dari Seorang Pelacur, (Yogyakarta: Tinta, 2004). 16

31Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Dengan Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan

(36)

28

Salah satu penyebab faktor ekonommi adalah :

1) Sulit mencari pekerjaan

Berdasarkan survey yang dilakukan yayasan kesejahteraan anak

Indonesia (YKAI) Tahun 2003-2004 menjadi pekerja seks

komersial karena iming-iming` uang kerap menjadi pemikat yang

akhirnya justru menjerumuskan mereka.32

Alasan seorang wanita terjerumus menjadi pekerja seks

komersial adalah karena desakan ekonomi, dimana untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari namun sulitnya mencari

pekerjaan sehingga menjadi pekerja seks merupakan pekerjaan

yang termudah.33

2) Gaya hidup

Gaya hidup dapat terjadi karena dorongan hebat untuk memiliki

sesuatu. Jalan cepat yang selintas terlihat menjanjikan untuk

memenuhi sesuatu yang ingin dimiliki.34

Gaya hidup menyebabkan makin menyusutnya rasa malu dan

makin jauhnya agama dari pribadi-pribadi yang terlibat dalam

aktifitas prostitusi maupun masyarakat. Pergeseran sudut

pandang tentang nilai-nilai budaya yang seharusnya dianut telah

32Ibid, 12

33Ibid, 13

(37)

membuat gaya hidup mewah dipandang sebagai gaya hidup yang

harus dimiliki.35

b. Faktor kekerasan

1) Perkosaan

Seorang wanita korban kesewenangan kaum lelaki menjadi

terjerumus menjadi pekerja seks komersial. dimana seorang

wanita yang pernah diperkosa oleh bapak kandung, paman atau

guru, sering terjerumus menjadi pekerja seks komersial.

Korban pemerkosaan menghadapi situasi sulit seperti tidak lagi

merasa berharga dimata masyarakat, keluarga, suami, sehingga

korban pemerkosaan dapat terjerumus kedalam dunia prostitusi.

Artinya tempat pelacuran dijadikan sebagai tempat pelampiasan

diri untuk membalas dendam kepada laki-laki dan mencari

penghargaan.36

2) Dipaksa/Disuruh Suami

Istri adalah karunia tuhan yang diperuntukan bagi suaminya.

Dalam kondisi yang wajar atau kondisi yang normal pada

umumnya tidak ada seorang suamipun yang tega menjajakan

istrinya untuk dikencani laki-laki lain.

Namun kehidupan manusia didunia ini sangat beragam lagi

berbeda jalan hidupnya, sehingga ditemui pula kondisi ketidak

35 Ibid

36Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../3/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal

(38)

30

wajaran atau situasi yang berlangsung secara tidak normal salah

satunya adalah suami yang tega menyuruh istrinya menjadi

pelacur. Istri melacur karena disusuruh suaminya, apapun juga

situasi dan kondisi yang menyebabkan tindakan suami tersebut

tidaklah dibenarkan, baik oleh moral ataupun oleh agama. Namun

istri terpaksa melakukanya karena dituntut harus memenuhi

kebutuhan hidup keluarga, mengingat suaminya adalah

pengangguran.37

c. Faktor Lingkungan

1) Seks bebas

Lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam

pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat, sehingga

diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik dalam pergaulan

sehari-hari. Mode pergaulan diantara laki-laki dengan perempuan

yang semakin bebas tidak bisa lagi membedakan antara yang

seharusnya boleh dikerjakan dengan yang dilarang.38

Di beberapa kalangan remaja ada yang beranggapan kebebasan

hubungan badan antara laki-laki dan perempuan merupakan

sesuatu yang wajar. Coba simak cerita yang dikutip Gatra.com

berikut. Seorang remaja putri kehilangan kegadisannya saat masih

berusia 13 tahun. Karena kecewa ditinggal pacarnya, ia sekalian

menceburkan diri ke lembah hitam. Beberapa wanita menjadi

(39)

PSK tidak semata karena tuntutan ekonomi tetapi jugaakibat

kekecewaan oleh laki-laki. Dimana kesuciannya telah terenggut

danakhirnya merasa kepalang tanggung sudah tidak suci lagi dan

akhirnyamemutuskan untuk menjadi PSK.

2) Turunan

Turunan adalah generasi penerus atau sesuatu yang turun-temurun.

Tidak dapat disangkal bahwa keluarga merupakan tempat pertama

bagi anak untuk belajar berinteraksi sosial. Melalui keluarga anak

belajar berespons terhadap masyarakat dan beradaptasi ditengah

kehidupan yang lebih besar kelak.

Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan

pendidikan informal yang mempengaruhi perkembangan orang

yang ada didalamnya. Adakalanya melalui tindakan-tindakan,

perintah-perintah yang diberikan secara langsung untuk

menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan. Orang tua atau

saudara bersikap atau bertindak sebagai patokan, contoh, model

agar ditiru. Berdasarkan hal-hal diatas orang tua jelas berperan

besar dalam perkembangan anak, jadi gambaran kepribadian dan

prilaku banyak ditentukan oleh keadaan yang ada dan terjadi

sebelumnya.

Seorang anak yang setiap saat melihat ibunya melakukan

(40)

32

akhirnya ia mengikuti jejak ibunya. Ibu merupakan contoh bagi

anak.39

C. Pendapat Ulama Tentang Menikahi Wanita Pekerja Seks Komersial

(Wanita Pezina)

Dalam surat An-Nur ayat (3) menyatakan laki-laki pezina, yakni

yang kotor dan terbiasa berzina tidak wajar mengawini melainkan

perempuan pezina yang kotor dan terbiasa berzina tidak wajar mengawini

melainkan perempuan pezina yang kotor dan terbiasa berzina, atau

perempuan musyrik, dan demikian juga sebaliknya perempuan pezina

yang yang terbiasa berzina tidak wajar dikawini melainkan oleh laki-laki

pezina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu yakni pernikahan

dengan pezina diharamkan yakni tidak pantas terjadi atas orang-orang

yang mukmin.40

Dalam firman Allah QS. An-Nur ayat 3

                                   

“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin” (QS. An-Nur :3)41

39Ibid

40Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:Surya Cipta Aksara, 1993),543

(41)

Ulama Mazhab Hanbali dan Zhahiri menetapkan bahwa

pernikahan dengan pelaku zina (laki-laki atau perempuan) tidak dianggap

sah sebelum ada pernyataan taubat.42 Disamping itu menurut Mazhab

Hambali, perempuan yang berzina itu hamil atau tidak, tidak boleh

dinikahi oleh lelaki yang mengetahui keadaan tersebut kecuali apabila

perempuan tersebut telah melakukan habis masa iddahnya.43

Sebagian ulama (kata Ibnul Qayyim) membolehkan menikahi

wanita pezina, mengingat hadis Abu Daud dan Nasya’I dari Ibnu Abbas

“seorang lelaki datang kepada Nabi saw. Dan berkata : Ya Rasulullah saw.

Sesungguhnya istriku tidak pernah menolak tangan orang yang

menyentuhnya. Maka Nabi saw. Menjawab: asingkan dia. Si lelaki itu

berkata: jiwa saya tetap berpautan dengan dia. Mendengar itu Nabi saw

Berkata: kalau demikian, bersedaplah engkau dengan dia.44

Imam Syafi’i mengemukakan bahwa pakar tafsir berbeda pendapat

tentang ayat ini. Kemudian beliau mengemukakan suatu riwayat yang

menyatakan ayat ini turun berkenaan dengan wanita tuna susila yang

pada masa jahiliah memasang tanda-tanda/bendera didepan rumah mereka.

Ketika itu ada kaum muslimin yang berencana menikah dengan mereka.

Maka ayat ini mengharamkan pernikahan tersebut. Lebih jauh Imam

Mazhab itu mengemukakan riwayat lain yang menyatakan bahwa ayat ini

42M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

(Jakarta : Lentera Hati, 2002), 285

43Ibid,..286

44TM Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum 8, (Semarang: PT. Petraya

(42)

34

bukan berkenaan dengan kasus diatas tapi bersifat umum, namun telah

dibatalkan keberlakuan hukumnya melalui ayat 32 surat ini.

Sebagian ulama yang memahami ayat diatas dalam arti seorang

yang senang berzina, enggan menikahi siapa yang taat beragama.

Demikian juga wanita pezina tidak diminati oleh lelaki yang taat

beragama. Ini karena tentu saja masing-masing ingin mencari pasangan

yang sejalan dengan sifat-sifatnya, sedangakan keshalehan dan perzinahan

adalah dua hal yang bertolak belakang.45

Abu Hanifah, dan Syafi’i menilai sah pernikahan seorang pria

yang taat dengan seorang wanita pezina.46 Alasanya antara lain firman

Allah surat An-Nisa’ ayat 24 yang menyebut sekian banyak yang haram

dikawini lalu menyatakan ”dan dihalalkan untuk kamu selain yang

disebut itu” sehingga itu berarti menikahi adalah halal.47

Ayat

ًةَيِناََ اَلِإَ حِ َيَ اَلَ يِنازلٱ

mengandung pengertian yangsangat

umum, yaitu orang yang fasiq yang menyeleweng yang kebiasaanya

berzina dan fasiq, tidak senang menikah dengan orang-orang perempuan

yang mukminah yang sholihah, kesukaanya adalah kawin dengan

orang-orang perempuan yang fasiq, yang jahat seperti dia atau orang-orang perempuan

musyrik, demikian pula orang perempuan yang berzina yang

menyeleweng dan fasiq tidak senang kawin dengan orang lelaki mu’min,

45 Ibid,.. 286-287

(43)

yang baik dan lurus, perempuan itu lebih suka kawin dengan lelaki yang

sejenis dengan dia, atau dengan orang-orang lelaki musyrik. Itulah

kebiasaan mereka pada umumnya.48

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahulloh berkata: “tidak halal bagi

seorang pria menikahi wanita pezina, dan tidak halal seorang anita

menikahi seorang pria pezina, kecuali jika ia bertaubat.”

Setelah itu Syaikh Sayyid Sabiq menjadikan ayat diatas sebagai

dalil. Tentang ayat diatas Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahulloh juga

berkata:“Yakni sesungguhnya Allah sebagaimana dia menghalalkan yang

baik-baik, dan makanan orang-orang yang beri al-kitab dari kalangan

yahudi dan nasrani, (maka) dia menghalalkan menikahi wanita yang

menjaga kehormatan dari kalangan mukminat, dan juga wanita yang

menjaga kehormatan dari kalangan ahli kitab, dengan keadaan bahwa

mereka sebagai suami istri yang sebelumnya sama-sama menjaga

kehormatan, tidak berzina, dan tidak pernah sebagai gundik.49

Surat An-Nur ayat 3

                                   

“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.50

48Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,..15

49Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Juz 2, (Kairo: Dar Al-Fath Li Al-A’lam Al-Arabi, 1998). 92-93

(44)

36

Ibn ‘Asyur berpendapat bahwa ayat ini mendahulukan penyebutan

lelaki pezina atas perempuan pezina. Berbeda dengan ayat yang lalu,

karena ayat ini adalah penjelasan menyangkut kasus yang menjadi sebab

nuzul-nya. Sebab nuzul yang dimaksud adalah kasus Murtsid Ibn Abu

Murtsid yang seringkali menyelundupkan tawanan-tawanan muslim di

Makkah menuju Madinah. Sebelum sahabat Nabi ini memeluk Islam, ia

memepunyai teman wanita bernama Anaq yang mengajaknya tidur

bersama, tetapi dia menolak, sambil menyatakan bahwa Islam

mengharamkan perzinahan. Sang wanita itu marah dan membongkar

rahasia tugas Murtsid sehingga ia dikejar delapan orang kaum musyrikin.

Tetapi ia akhirnya berhasil menghindar dan behasil mengantar seorang

lagi tawanan ke Madinah. Ia kemudian meminta izin Rasul saw. Untuk

menikahi bekas teman kencanya itu. Rasul saw. Tidak memberi jawaban,

samapi turun ayat ini lalu beliau melarang murtsid menikahinya (HR.

at-Tirmidzi dan Abu Daud).51

ََع

ْن

َََع

ِْر

ْبَ

َِن

َ

ش

َعْي

َ ب

ََع

َْن

ََاَِب

ْيِه

ََع

َْن

َ

َج

َِِ

َاَ,,

ََّ

َمَ

ْرََث

َْب

َن

ََاَِب

ْي

ََم

ْرَث

َ َ

ْلاَغ

َِو

ََ

ََك

َ ا

َ

َي

ْح

َُِل

َْلا

َأ

ِبَ َراَس

َََ

َة

َََ,

َك

ََ ا

َِب

ََ

َ ةَ

َبِغ

َّ ي

يَ,َ

َق

َُ ا

ََل

َ

َعَا

َ

َ ا

َ

َ َ,

ََك

َنا

َْت

َ

َص

ِْيَق

َتَ ه

َ

َ,

َق

َ ا

َفَ:

ِْ

َ ت

َلا

ِبي

َ

َص

َّل

لاَى

َ

ِهْيَلَع

ََ

َسَّل

َفَ,م

ُقَْل

ت

َيَ:

َرا

س

ْو

َََ

َِلا

َ

َاَ,

ْنِ

ح

ََع

ًَقا

َ؟َا

َق

َ ا

َ

َفَ:

َس

َ

ََت

ََع

ِّْي

َ

َفَ,

ََزَل

َْت

َ

َ َُ:

َّزلا

ِناَي

ُةَ

َلَيا

ِْ

ح

َ

َِاَا

َا

َ

َ ا

ََا

ْ م

ِْر

َفََ

َََع

ِنا

ْي

َ

َ,

َفَق

َرهآ

َاَ

َ اق

ََلَ:َّيلع

َتاْ

ِ

ْح

َ

َعع مرّتاَيئاسّلا د ادوبآَ ا رَُ,ا

َ

“Dan dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari datuknya, sesungguhnya Martsad bin Abi Martsad al-Ghunawi pernah membawa tawanan ke makkah, sedang di makkah (pada waktu itu)

(45)

ada seorang pelacur bernama Anaq ini adalah teman Martsad. Martsad berkata berkata kemudian aku menghadap Nabi saw. Lalu aku bertanya. Ya Rasulullo, bagaimana kalau aku menikahi Anaq ? Martsad berkata maka Nabi pun diam : lalu turunlah ayat “dan perempuan pezina itu tidak pantas dinikahi melainkan oleh laki-laki pezina atau laki-laki-laki-laki musyrik”. (QS. 24:3). Kemudian Nabi saw. Memanggilku, lalu ia membaca ayat tersebut kepadaku dan bersabda. “janganlah engkau menikahinya”. (HR Abu Daud, Nasai dan Tirmidzi).52

Riwayat lain menyebutkan sahabat Nabi yang lain dan seorang

wanita tuna susila yang bernama Ummu Mahzul. Riwayat lain lagi

menyatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan sekelompok kaum

muslimin yang miskin dan yang digelar dengan ahl ash-shuffah. Mereka

ingin menikah tetapi tidak memiliki kemampuan keuangan, jadi mereka

bermaksud menikahi wanita-wanita tuna susila, sekaligus memperoleh

kebutuhan pokok mereka.53

,َ اَعْلاَِنْب ِرْ َعَِنْبَِلاِ ْبَعَْنَعَ

َاَ

َر

َ ج

ًل

ِما

ََنَ

ْلا

ْس

َِلِ

َن

َ

ْسا

َتْأَ

ََ

ََر

س

ْو

َُ

َِلا

َ

َص

َّل

لاَى

َ

هيلع

َ

ِفَ ,َ مّلس

ْماَ ي

َرَأ

َ يَق

َُ ا

ََل

َ

َُاَ ا

ّ

َمَ

ْ ز

ْ

َ

َك

َنا

َْت

َ ت

َس

َِفا

ع

َ َ ,

َت

َْتِر

َُ

َل ه

ََاْن

تِْ

َق

ََع

َلْيِه

َقَ ,

ََ ا

َ:

َف

ْسا

أَت

ََ

َ

َاَ,مّلس َلاَىّلصَلاَّين

َْ

َك

َرَل

َ هَ

َاْم

َرَ

َفَ,ا

َقَر

َأََع

َلْيِه

ََنِب

ّ ي

َلاَىّلصَلاَ

َمّلس

يناّزلا ُ

اَ ا رََ ر م اَ ا ّااَا ح ياَة

م

“Dan dari Abdullah Bin Amr Bin Ash, sesungguhnya pernah ada seorang laki-laki muslim minta idzin kepada Rasululloh saw. Untuk menikahi seorang perempuan yang biasa dipanggil Ummi Mahzul, bekas pelacur dan ia membuat syarat kepada calon suaminya untuk member nafkah kepadanya. Abdulloh berkata : kemudian nabi saw. Member idzin, atau ia menyebutkan kepada laki-laki itu tentang keadaan perempuan itu, lalu ia membaca firman Allah ““dan perempuan pezina itu tidak pantas dinikahi melainkan oleh laki-laki pezina atau laki-laki musyrik”. (QS. 24:3).(HR. Ahmad).54

52As-Syaukhani , Terjemah Nailul Authar Jilid 5, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993), 2197

53M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,..286

(46)

38

Dalam kitab al-Umm Imam Syafi’i mengemukakan bahwa

pakar-pakar tafsir berbeda pendapat tentang ayat ini. Kemudian beliau

mengemukakan suatu riwayat yang menyatakan bahwa ayat ini turun

berkenaan dengan wanita tuna susila yang pada masa jahiliah memasang

tanda-tanda/bendera di depan rumah mereka. Nah, ketika itu ada

sementara kaum muslimin yang berencana nikah dengan mereka. Maka

ayat ini mengharamkan pernikahan tersebut. Lebih jauh imam mazhab itu

mengemukakan riwayat lain yang menyatakan bahwa ayat ini bukan

hanya berkaitan dengan kasus di atas tetapi bersifat umum, namun telah

dibatalkan keberlakuan hukumnya melalui ayat 32 surah ini.55

Pendapat Imam Syafi’i ini diperkuat dengan sebuah hadis dimana

salah seorang mengeluh pada nabi karena istrinya genit (suka selingkuh).

Nabi saw. menjawab, ceraikan.” orang itu berkata, ”tapi saya masih

mencintainya kalau begitu jangan cerai dia, kata Imam Syafi’I.

Seandainya haram menikahi wanita pezina niscaya sahabat tersebut

disuruh menceraikanya istri yang selingkh itu.56

Mazhab ImamSyafi’i berpendapat bahwa yang lebih baik adalah

bagi seorang laki-laki untuk tidak menikah dengan seorang wanita pezina,

dan bagi seorang perempuan untuk tidak menikah dengan laki-laki pezina.

55M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,..286 56Asy-Syafi’i, Al-Umm. Cet ke 2 (Beirut:Dar

(47)

Tetapi apabila mereka melakukan pernikahan, maka perbuatan itu tidak

diharamkan dan juga bukan perbuatan maksiat.57

Ibn Katsir di dalam kitab Tafsirnya, menyebutkan tentang

pendapat Imam Ahmad Ibn Hanbal yang merupakan tokoh Hanabilah

Imam Ahmad Ibn Hanbal berpendapat, bahwa tidak sah akad sebuah

pernikahan dari seorang laki-laki yang baik-baik dan seorang pelacur yang

masih melacurkan diri, sehingga bertaubat dengan sebanar-benarnya

taubat, dan jika bertaubat maka sah akadnya.58

Ismail bin Umar Ibnu Katsir Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi dalam

Tafsir Ibnu Katsir membandingkan ayat ini dengan QS An-Nisa’ 4:25 di

mana Allah berfirman “sedang merekapun wanita-wanita yang

memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil

laki-laki lain sebagai piaraannya;” Dalam konteks inilah Ibnu Katsir

mengutip pendapat Imam Ahmad bin Hanbal demikian:

(Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwasanya tidak sah akad

nikah laki-laki saleh yang menikahi wanita nakal (pezina) kecuali setelah

bertaubat. Apabila wanita itu bertaubat maka sah akad nikahnya. Begitu

juga tidak sah perkawinan wanita salihah dengan laki-laki pezina kecuali

setelah melakukan taubat yang benar karena berdasar pada firman Allah

dalam akhir ayat QS An-Nur 24:3.).59

57Ibid, 146

58Ibn Kasir, Tafsir Ibn Ksir, cet. Ke-1, (Beirut: Maktabah an-Nur al-ilmiyah, 1992), 154-155

(48)

40

Mazhab Hanabilah berpendapat bahwa hukum menikahi wanita

pezina adalah haram, kecuali telah terpenuhinya dua syarat, yaitu:

1. Taubat yang nasuha yaitu taubat yang terpenuhi syarat-syaratnya:

penyesalan yang mendalam, meninggalkan perbuatan zina tersebut,

dan berniat tidak akan mengulangi perbuatan tersebut dimasa yang

akan dating.

2. Istibra’ (meyakinkan bersihnya kandungan), kalau dia hamil

Gambar

Tabel 1 Jumlah penduduk berdasrkan kewarga negaraan dan jenis kelamin
Tabel 2
Tabel 3
Tabel diatas tersebut menunjukan bahwa mayoritas masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan gambaran mengenai analisis faktor konfirmatori second - order konstruk type 3 dengan menggunakan program AMOS yang terdiri dari empat konstruk dimensi yaitu

Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." 5 Kemudian Iblis membawa- Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia

pada anaknya dan yang paling utama dimana hubungan orang tua dengan anknya bersifat alami dan kodrati. 2) Menjamin kehidupan emosional anak. Lingkungan keluarga memberikan suasana

Dari hasil penelitian secara umum yang dapat disimpulkan bahwa selama 4 kali perlakuan, dengan menggunakan aspek psikomotor hasil belajar yang digunakan pada saat pre test dan

Konsentrasi air kelapa 25 %-50% sebagai ZPT alami menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang yang baik dan berpotensi untuk diaplikasi secara

Pelaksanaan penelitian meliputi menilai kondisi perkerasan secara visual menggunakan metode pci dengan membagi ruas jalan menjadi 52 segmen, uji penetrometer

Jika dilihat dari kondisi tata guna lahan eksisting berupa pemukiman dan perkebunan serta seluruh data hasil analisis yang dilakukan, maka daya dukung lingkungan pada

PRODUKSI PADA PENGRAJIN BATIK MUKTI RAHAYU DI KABUPATEN MAGETAN” yang disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi program sarjana (S1) Jurusan Manajemen