ANALISIS AKURASI TIMBANGAN
DIGITAL
MARHUN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBERIAN
MARHUN BIH
KEPADA NASABAH DALAM PERSPEKTIF TEORI
LOAD CELL
DI PT PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN
SKRIPSI
Oleh:
AHMAD MUNAWAR NIM : C04212048
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Analisis Akurasi Timbangan Digital Marhun Dalam
Pengambilan Keputusan Pemberian Marhun Bih Kepada Nasabah Dalam Perspektif
Teori load cell di PT Pegadaian Syariah Cabang Blauran”. Penelitian ini bertujuan
untuk menguraikan tentang bagaimana hubungan penerapan timbangan digital
marhun dalam pengambilan keputusan pemberian marhun bih kepada nasabah PT Pegadaian Syariah Cabang Blauran. Serta bagaimana akurasi penggunaan timbangan digital marhun terhadap menentukan nilai taksiran dalam perspektif teori load cell. Data penelitian diperoleh dari data internal Pegadaian Syariah Cabang Blauran berupa file, buku panduan dan wawancara secara langsung dengan pihak pegadaian syariah yaitu para penaksir yang menangani penaksiran marhun (barang jaminan) serta literatur pendukung yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Selanjutnya dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penerapan timbangan digital marhun (barang jaminan) dalam pengambilan keputusan pemberian marhun bih telah sesuai dengan teori pengambian keputusan yaitu berdasarkan intuisi, rasional, fakta, dan pengalam. Selain itu pengambian keputusan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keadaan intern organisasi, tersedianya informasi yang diperlukan, dan kecakapan pengambilan keputusan.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ...………... i
PERNYATAAN KEASLIAN ………...………... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….……... iii
LEMBAR PENGESAHAN………. iv
ABSTRAK ………..……….... v
KATA PENGANTAR …………..……….……... vi
DAFTAR ISI ………..………..……….………... viii
DAFTAR TABEL ………..………..………….……... xi
DAFTAR GAMBAR… ………...………..……... xii
DAFTAR TRANSLITERASI ………..………….……... xiii
BAB I : PENDAHULUAN ...…………...………... 1
A. Latar Belakang Masalah ..………...………... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah...………... 7
C. Rumusan Masalah ………….…….…..………... 8
D. Kajian Pustaka ………...……... 8
E. Tujuan Penelitian ……….….………..………... 12
F. Kegunaan Hasil Penelitian …….………... 13
G. Definisi Operasional …...………...….……... 14
H. Metode Penelitian ………….………..……... 15
I. Sistematika Pembahasan ………...………... 20
BAB II : TINJAUAN TENTANG AKURASI, TIMBANGAN DIGITAL MARHUN, PENGAMBILAN KEPUTUSAN, DAN PEMBERIAN MARHUN BIH ..…... 22
A. Rahn (Gadai Islam)...…...…...….………... 22
1. Pengertian rahn ... 22
2. Landasan hukum rahn ... 23
B. Timbangan Digital………... 25
1. Landasan hukum timbangan dalam Islam ... 25
2. Jenis dan berdasarkan penggunaan timbangan ... 27
3. Teori load cell ... 29
C. Pengambilan Keputusan ...…..…... 32
1. Pengertian pengambilan keputusan... 33
2. Dasar dan faktor pengambilan keputusan ... 34
D. Manajemen Risiko ... 41
1. Pengertian risiko ... 41
2. Risiko dalam lembaga keuangan ... 42
3. Manajemen risiko lembaga keuangan syariah ... 45
BAB III PENERAPAN TIMBANGAN DIGITAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBERIAN MARHUN BIH KEPADA NASABAH DI PT PEGADAIAN SYARIAH ... 48
A. Gambaran Singkat tentang Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya ...……...……... 48 1. Visi dan misi Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya ... 48
2. Struktur orgnisasi dan deskripsi tugas pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya ... 49
3. Produk-produk di Pegadaian Syariah Surabaya ... 53
B. Operasional ar-rahn (gadai) emas di Pegadaian Syariah Cabang Blauran... 56
1. Prosedur pengajuan pinjaman pembiayaan ar-rahn di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya…... 56
2. Perhitungan penaksiran marhun di Pegadaian Syariah Cabang Blauran ... 57
C. Langkah-langkah penaksiran marhun dengan
timbangan digital di Pedaian Syariah Cabang Blauran
Surabaya ...
BAB IV ANALISIS ... 69
A. Analisis Penerapan Timbangan Digital Marhun dalam Pengambilan keputusan Pemberian Marhun bih Kepada Nasabah PT Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya ... 69 B. Analisis Akurasi Penggunaan Timbangan Digital Marhun Terhadap Menentukan Nilai Taksiran dalam Perspektif Teori Load Cell ... 76 BAB V PENUTUP………...………... 80
A. Kesimpulan ….….. …..………...……...…... 80
B. Saran dan Rekomendasi ...…..….…….………... 81
DAFTAR PUSTAKA……….. 82
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Gambar load cell……….30
3.1 Gambar Struktur Organisasi Pegadaian Syariah Cabang Blauran……50
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian merupakan kegiatan yang komprehensif
dan simultan yang dilaksanakan oleh hampir seluruh strata dalam
masyarakat. Kegiatan perekonomian tersebut dilakukan dalam rangka
pemenuhan berbagai macam kebutuhan dalam masyarakat. Baik kebutuhan
yang sifatnya pokok (primer), maupun kebutuhan yang sifatnya tambahan
(sekunder). Oleh sebab itulah, akhirnya kegiatan ekonomi dapat dijadikan
sebagai salah satu sarana untuk mencapai satu kepentingan bersama, yaitu
kepentingan semua orang dari waktu ke waktu maupun kepentingan bagi
sebagian kelompok tertentu. Dengan semakin bertambahnya biaya hidup
dimasa sekarang yang semakin besar dan memaksa masyarakat untuk tetap
bisa melakukan kegiatan ekonomi, entah hanya untuk konsumsi atau untuk
penambahan modal. Salah satu lembaga Islam yang mendukung kegiatan
ekonomi masyarakat Indonesia adalah lembaga pegadaian syariah.
Dalam Islam, pegadaian memiliki persamaan kata dengan rahn.
Menurut beberapa mazhab, Rahn berarti diam tidak bergerak. Ini
sebagaimana dikatakan para ahli fiqih, “Haram bagi seseorang kencing di air
yang rahin”. Kata rahin tersebut bermakna tidak bergerak. Tidak hanya itu,
rahn juga bisa berarti tetap, seperti dalam kalimat alma’urrahin (air yang
tidak mengalir). Arti lain dari rahn adalah kontinyu, sebagaimana dalam
2
istilah, terdapat beberapa pendapat ulama mengenai makna gadai syariah
(Rahn) ini, di antaranya pendapat Ibnu Qudamah yang mengatakan bahwa
rahn adalah harta benda yang dijadikan sebagai jaminan atas utang yang
mana harta benda atau nilainya dijadikan sebagai pelunasnya apabila yang
berutang tidak mampu melunasinya. Bisa juga dengan memberikan harta
sebagai jaminan utang agar digunakan sebagai pelunas utang dengan harta
atau nilai harta tersebut bila yang berutang tidak mampu melunasinya.1
perjanjian penyerahan harta oleh pemiliknya dijadikan sebagai pembayar hak
piutang tersebut, baik seluruhnya maupun sebagian. Praktik pegadaian
syariah sendiri telah dianjurkan dalam Islam seperti yang telah difirmankan
oleh Allah SWT dalam kitabNya:
Artinya: Dan jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah:283)2
Menurut ayat yang tertera diatas, bahwasannya al-Qur’an
memperbolehkan adanya hukum akad gadai, dengan mengecualikan jika
1 M.Habiburarahim, dkk, Mengenal Pegadaian Syariah (Jakarta: Kuwais, 2012), 25
3
adanya unsur riba yang terdapat didalamnya. Gadai boleh dilakukan baik
ketika safar maupun mukim. Firman Allah, in kuntum ‘alâ safarin (jika kalian
dalam keadaan safar), bukanlah pembatas, tetapi sekadar penjelasan tentang
kondisi.
Dalam praktiknya PT Pegadaian Syariah mempunyai produk-produk
utama untuk menyalurkan dananya kepada masyarakat. Produk-produk
tersebut yaitu rahn, arrum, jasa taksiran, dan mulia. Rahn adalah produk jasa
gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah, dimana nasabahnya
hanya akan dibebani biaya administrasi dan biaya jasa simpan dan
pemeliharaan barang jaminan (ijarah). Arrum (ar-rahn untuk usaha mikro)
merupakan produk pegadaian yang melayani skema pinjaman berprinsip
syariah bagi para pengusaha mikro dan kecil untuk keperluan pengembangan
usaha melalui sistem pengembalian secara angsuran. Jaminan berupa BPKP
kendaraan, sehingga fisik kendaraan tetap berada di tangan nasabah untuk
kebutuhan operasional usaha. Jasa taksiran yakni melayani masyarakat yang
ingin menaksirkan barangnya untuk mengetahui kualitas barang sesuai
dengan harga pasar dengan diberi akta taksir dari PT Pegadaian Syariah.
Sedangkan mulia adalah penjualan emas yang dilakukan lembaga pegadaian
syariah kepada masyarkat secara tunai ataupun angsuran dalam jangka waktu
tertentu. Mulia merupakan produk syariah yang diluncurkan pada tahun 2008
dan cukup mendapat respon baik dari pelanggan hingga sekarang.
Dalam praktiknya, pada produk pembiayaan ar-rahn di PT Pegadaian
4
yang diserahkan oleh nasabah, hal ini dilakukan agar pihak pegadaian dapat
mengetahui nilai dan kualitas dari barang tersebut. Dan dalam penaksiran
marhun emas, PT Pegadaian Syariah mempunyai patokan Standar Taksiran
Logam (STL) yang sudah ditentukan oleh pegadaian kantor pusat, yaitu
berdasarkan harga pasar rata-rata 3 bulan. Misal: STL yang berlaku saat ini,
sebesar Rp 450.000 dengan karatase emas 24 karat. Maka rumus penentuan
nilai taksiran adalah:
Nilai taksiran = karatase/24 * STL emas * Berat emas
Setelah diketahui besaran nilai taksiran, kemudian dikalikan dengan
prosentase marhun bih terhadap taksiran untuk mengetahui nilai pinjaman,
berikut prosentase marhun bih menurut golongannya.
Tabel 1.1
Prosentase Marhun Bih Terhadap Taksiran
Harga Taksiran Marhun Golongan
Prosentase Taksiran
Pembulatan
Marhun Bih
Rp 50.000 s/d Rp 500.000 A 95% Rp 10.000
Rp 550.000 s/d Rp 1.000.000 B1 92% Rp 50.000 Rp 1.050.000 s/d Rp 2.5000.000 B2 92% Rp 50.000 Rp 2.550.000 s/d Rp 5.000.000 B3 92% Rp 50.000 Rp 5.100.000 s/d Rp 10.000.000 C1 92% Rp 100.000 Rp 10.100.000 s/d Rp 15.000.000 C2 92% Rp 100.000 Rp 15.100.000 s/d Rp 20.000.000 C3 92% Rp 100.000
Rp 20.100.000 s/d keatas D 93% Rp 100.000
Selain menggunakan acuan STL (Standart Taksiran Logam), PT
Pegadaian Syariah juga menggunakan timbangan digital untuk mengetahui
berat dari marhun emas. Timbangan digital adalah alat yang dipakai
melakukan pengukuran massa suatu benda. Timbangan digital merupakan
5
penggunaannya, timbangan digital juga sangat penting karena apabila
pengukuran berat dari marhun emas tidak sesuai maka juga akan berpengaruh
kepada marhun bih yang akan disalurkan kepada nasabah. Salah satu
komponen yang paling berpengaruh dalam timbangan digital adalah load cell.
Load cell adalah komponen utama disistem timbangan digital yang akan
menentukan keakurasian timbangan. Maka dari itu, pihak pegadaian selalu
berhati-hati dalam menentukan berat dari marhun emas, karena Pegadaian
Syariah memberikan marhun bih sesuai dengan berat bersih dari marhun
emas, bukan dari berat kotor marhun emas.
Alasan yang mendorong penulis mengambil objek penelitian di PT
Pegadaian Syariah adalah penentuan nilai taksiran dari marhun tersebut
sesuai dengan peraturan Buku Penaksir Marhun (BPM) dan Surat Edaran
(SE), adanya pemeriksaan oleh Satuan Pemeriksa Intern (SPI) terhadap hasil
penaksiran berat dan kadar marhun emas, dan dalam hasil pemeriksaan oleh
Satuan Pemeriksa Intern (SPI) masih ditemukan perbedaan taksiran berat dan
kadar marhun emas. Alasan terkahir, yang mendorong penulis mengambil
objek penelitian di PT Pegadaian Syariah Cabang Blauran ini adalah
profitabilitasnya paling tinggi, di bandingkan cabang-cabang Pegadaian
Syariah yang lain di Surabaya.
Sebelum memasuki tahun dua ribu PT Pegadaian Syariah menggunakan
timbangan analog untuk menetukan berat marhun emas, dalam penggunaan
timbangan analog dirasa masih banyak kendala, diantara kendalanya adalah
6
akurat, kurang efisien dalam penggunaan timbangan analog, dan
kemungkinan kesalahan dalam menentukan berat bersih lebih besar karena
timbangan tidak bisa menunjukkan indikator angka dari berat marhun emas.
Sehingga dari kendala itulah pihak PT Pegadaian Syariah pada tahun 2000
mengganti timbangan analog dengan timbangan digital. Alasannya, karena
dalam memberikan penaksiran terhadap marhun emas, pihak pegadaian
dituntut untuk memberikan penilaian taksiran secara akurat melalui berat
emas dan kadar emas itu sendiri. Tujuannya supaya marhun bih yang
diberikan kepada nasabah menjadi maksimal dan tidak merugikan dari salah
satu pihak, baik dari pihak PT Pegadaian Syariah maupun pihak nasabah.
Nilai taksiran merupakan nilai/ harga perkiraan tertentu yang akan
dijadikan jaminan yang didasarkan pada harga jadi, pasar dan peraturan yang
berlaku pada masa tertentu. Nilai taksiran pada umumnya memiliki
kriterian-kriteria tertentu, diantara:3
1. Tidak boleh sama atau melebihi harga pasar
2. Tidak boleh terlalu rendah dari harga pasar, kecuali ketentuan pasar yang
berlaku.
Oleh sebab itu, faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan dari penaksir untuk menetapkan jumlah marhun bih yang akan
diberikan kepada nasabah sangat penting diperhatikan oleh pihak
manajemen lembaga non bank dan pihak yang terkait demi kelangsungan
3Damanhur dan Leni Darwani, “Pengaruh Jumlah Taksiran dan Uang Pinjaman Terhadap Laba
Bersih Pada Perum Pegadaian Syari’ah Kota Lhokseumawe”, Jurnal Aplikasi Manajemen, No. 2,
7
dan tetap eksis lembaga tersebut. Ada banyak faktor yang mempengaruhi
masyarakat untuk menggunakan jasa keuangan syariah diantara adalah
konsumsi, pendapatan, produk, lokasi, dan pelayanan yang diberikan oleh
pihak lembaga keuangan syari’ah itu sendiri.
Dari uraian latar belakang ini penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut permasalahan ini dengan memfokuskan penelitian pada akurasi
timbangan digital dalam pengambilan keputusan pemberian marhun bih.
Dengan mengangkat judul “Analisis Akurasi Timbangan Digital dalam
Pengambilan Keputusan Pemberian Marhun Bih kepada Nasabah di PT
Pegadaian Syariah Cabang Blauran”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Perkembangan lembaga keuangan Islam saat ini memberikan keuntungan
dan menambah kewajiban lembaga untuk menjalankan segala bentuk
transaksi dan pelayanan dengan kesungguhan dan memenuhi syariah Islam
tidak terkecuali lembaga pegadaian syariah. Salah satunya dalam masalah
akurasi dalam pengambilan keputusan pemberian marhun bih oleh penaksir
dalam memberikan pinjaman kepada nasabahdilembaga lembaga pegadaian
syariah. Maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Penentuan nilai Standart taksiran logam PT Pegadaian syariah
2. Faktor yang mempengaruhi terhadap taksiran marhun
3. Penerapan timbangan digital dalam pengambilan keputusan penaksir
8
Mengingat keterbatasan kemampuan penulis baik pikiran, tenaga, dan
biaya maka perlu adanya batasan masalah yang menjadi fokus pembahasan
penelitian kali ini. Masalah yang akan menjadi fokus pembahasan penulis
adalah
1. Penerapan timbangan digital marhun dalam pengambilan keputusan
pemberian marhun bih kepada nasabah di lembaga Pegadaian Syariah
Cabang Blauran.
2. Akurasi penggunaan timbangan digital marhun terhadap penentuan nilai
taksiran dalam prespektif teori load cell.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan timbangan digital marhun dalam pengambilan
keputusan pemberian marhun bih kepada nasabah PT Pegadaian Syariah
Cabang Blauran?
2. Bagaimana akurasi penggunaan timbangan digital marhun terhadap
menentukan nilai taksiran dalam perspektif teori load cell?
D. Kajian pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, penulis bukan orang pertama yang
membahas tentang PT Pegadaian Syariah berikut ini beberapa penelitian
terdahulu yang membahas masalah di PT Pegadaian Syariah ini:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Ulinuha mahasiswa
Ekonomi Islam Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Wali Songo
9
Pegadaian Syari’ah Terhadap Keputusan Nasabah dalam Menggunakan Jasa
Layanan Gadai Pada Pegadaian Syari’ah Cabang Majapahit Semarang”. Pada
penelitian ini, terfokus pada apakah variabel pelayanan mempengaruhi
keputusan nasabah menggunakan jasa layanan gadai di pegadaian syari’ah
cabang majapahit semarang. Untuk mengetahui apakah variabel citra
pegadaian syari’ah mempengaruhi menggunakan jasa layanan gadai di
pegadaian syari’ah cabang majapahit semarang. Untuk mengetahui variabel
pelayanan dan variabel citra pegadaian syari’ah secara bersama-sama
berpengaruh terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa layanan
gadai di pegadaian syari’ah cabang majapahit semarang.4 Perbedaan dengan
penelitian ini adalah pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
terfokus pada akurasi timbangan digital dalam pengambilan keputusan
pemberian marhun bih kepada nasabah di Pegadaian Syariah.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ayu Tissa F.R mahasiswa
Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada
tahun 2015 dengan judul “Strategi Pemasaran Produk Gadai (Ar-rahn) dalam
Meningkatkan Minat Nasabah”. Dalam penelitian ini, terfokus pada
implementasi strategi pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah
Cabang Surabaya ini teryata mampu memengaruhi peningkatan jumlah
nasabah, terbukti dengan pencapaian target dan peningkatan omset serta
kenaikan jumlah nasabah dari tahun ketahun yang diperoleh Pegadaian
4Ahmad Ulinuha “Pengaruh pelayanan dan citra pegadaian syari’ah terhadap keputusan nasabah
dalammenggunakan jasa layanan gadai padaPegadaian Syari’ah Cabang Majapahit Semarang”
10
Syariah Cabang Blauran Surabaya.5 Pada penelitian yang dilakukan oleh
saudara Ayu Tissa F R lebih hanya terfokus pada satu produk gadai
sedangkan yang akan dilakukan peneliti adalah apakah akurasi timbangan
digital dapat memengaruhi dalam pengambilan keputusan pemberian marhun
bih kepada nasabah di pegadaian syariah.
Ketiga, pada tahun 2015 terdapat penelitian yang dilakukan oleh
Mohammad Samsul Arifin mahasiswa Ekonomi Syariah Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan judul “Pengaruh Nilai Taksiran,
Biaya-Biaya dan Pelayanan Terhadap Keputusan Nasabah Menggunakan
Produk Emas Tunai Hebat (ETH) di Solusi Tunai Cabang Krian Sidoarjo”.
Dalam penelitian ini terfokus pada pembahasan pengaruh nilai taksiran,
biaya-biaya dan pelayanan yang berpengaruh pada terhadap keputusan
nasabah menggunakan produk gadai emas tunai hebat.6 Pada penelitian yang
dilakukan oleh saudara Mohammad Samsul Arifin bertumpu pada kata
variable keputusan nasabah, nilai taksiran, biaya-biaya, dan pelayanan
sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah terfokus pada
akurasi timbangan digital dalam pengambilan keputusan pemberian marhun
bih kepada nasabah pegadaian.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Arman Lugito mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Surabaya pada tahun 2013
5 Ayu Tissa Fadhillah Rachmaniar “Strategi pemasaran produk gadai (AR-rahn) dalam upaya
meningkatkan minat nasabah” (Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015)
6 Mohammad Samsul Arifin “pengaruh nilai taksiran, biaya-biaya danpelayanan terhadap
keputusan nasabahmenggunakan produk emas tunai hebat (ETH) di solusi tunai cabang Krian
11
dengan judul “Studi Perbandingan Model Perhitungan Laba Antara
Pegadaian Syariah dengan Pegadaian Konvensional”. Dalam penelitian ini
terfokus pada hasil perbandingan model laba lembaga Pegadaian Syariah dan
lembaga Pegadaian Konvensional yang hasilnya menggambarkan sistem
perhitungan antara Pegadaian Syariah dan konvensional.tujuan penelitian
yang dilakukan oleh Arman Lugito adalah untuk mengetahui bagaimana
pegadaian syariah dan konvensional untuk mendapatkan laba. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah menekankan akurasi
timbangan digital dalam pengambilan keputusan pemberian marhun bih
kepada nasabah.7
Kelima penelitian yang dilakukan oleh Nur Kholis Kusuma Atmaja
mahasiswa Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang pada tahun 2010 dengan judul “Analisis Penentuan Tarif
dan Perlakuan Akuntansi atas Pembiayaan Ijarah oleh Pegadaian Syariah
Cabang Malang”. Dalam penelitian ini, terfokus pada penentuan dan
perhitungan potongan biaya ijarah dan perlakuan akuntansi atas pembiayaan
ijarah oleh kantor pegadaian.8 Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti lebih terfokus dalam hal akurasi timbangan digital dalam
menentukan nilai taksiran dari marhun sebelum memberikan marhun bih
kepada nasabah.
7Arman Lugito “Studi Perbandingan Model Perhitungan Laba Antara Pegadaian Syariah dengan
Pegadaian Konvensional”(Skripsi--Universitas Negeri Surabaya, 2013)
8Nur Kholis Kusuma “Analisis Penentuan Tarif Ijarah Dan Perlakuan Akuntansi Atas
Pembiayaan Ijarah Oleh Perum Pegadaian Syariah Cabang Malang”(Skripsi-- UIN Maulana
12
Dari kelima penelitian diatas masih membahas tentang peningkatan laba
melalui pelayanan, produk dan strategi pemasaran. Seluruh penelitian ini
menunjukkan hasil yang hampir sama dalam upaya penyelesaian peningkatan
jumlah nasabah dan target perolehan omset. Masih belum ada variabel yang
sama dengan variabel yang digunakan oleh peneliti disini, sehingga peneliti
lebih ingin mendapatkan hasil yang berbeda dalam hal akurasi timbangan
digital dalam pengambilan keputusan pemberian marhun bih kepada nasabah
di lembaga Pegadaian Syariah oleh penaksir lembaga Pegadaian Syariah
khususnya Cabang Blauran dalam upaya memberikan nilai taksiran yang
akurat terhadap marhun yang diserahkan oleh nasabah kepada lembaga
Pegadaian Syariah. Sehingga penaksir dapat melakukan taksiran terhadap
marhun secara tepat sesuai dengan berat dan kadar emas.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan timbangan digital dalam pengambilan
keputusan pemberian marhun bih kepada nasabah di PT Pegadaian
Syariah Cabang Blauran.
2. Untuk mengetahui akurasi penggunaan timbangan digital dalam
13
F. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan
ilmu pengetahuan bagi pembaca mengenai PT Pegadaian Syariah
khususnya dalam hal analisis akurasi timbangan digital dalam
pengambilan keputusan pemberian marhun bih kepada nasabah yang
dilakukan di pegadaian. Serta memberikan kontribusi pada bidang
keilmuan.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan koreksi
lembaga pegadaian syariah mengenai akurasi timbangan dalam penaksiran
berate mas oleh penaksir PT Pegadaian Syariah Cabang Blauran. Dengan
mengetahui terjadinya permasalahan dalam permasalahan akurasi
timbangan dalam menetapkan nilai taksiran khusunya oleh penaksir
lembaga Pegadaian Syariah dalam pengambilan keputusan pemberian
marhun bih kepada nasabah. Sehingga dapat segera diperbaiki segala
kesalahan yang berasal dari dalam lembaga. Serta dapat memberikan
masukan pada PT Pegadaian Syariah Cabang Blauran agar lebih maksimal
dalam melaksanakan pelayanan terhadap nasabah PT Pegadian Syariah
khususnya di Cabang Blauran.
Untuk lembaga keuangan Islam lain yang juga menerapkan akad rahn
emas dalam penetapan nilai taksiran sebelum memberikan marhun bih
14
penanganan permasalahan akurasi timbangan dalam pengambilan
keputusan pemberian marhun bih kepada nasabah lembaga keuangan
syariah.
G. Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul “Analisis akurasi timbangan digital dalam
pengambilan keputusan pemberian marhun bih kepada nasabah di pegadaian
syariah Cabang Blauran”. Dirasa perlu penjelasan di beberapa istilah yang
terdapat di dalam judul hal ini digunakan untuk menghindari kesalahpahaman
pembaca dalam memahami hasil penelitian ini.
1. Akurasi adalah tingkat kedekatan pengukuran kuantitas terhadap nilai
sebenarnya. Akurasi diperlukan agar penaksir mampu menaksir proses,
cara, perbuatan memahami atau memahamkan yang dilakukan oleh
satpam Pegadaian Syariah untuk memberikan informasi tentang produk
dan layanan yang dimilik oleh PT Pegadaian Syariah.
2. Timbangan digital adalah alat yang dipakai oleh PT Pegadaian Syariah
untuk melakukan pengukuran massa marhun emas. Timbangan digital
merupakan alat elektrik yang dimanfaatkan untuk menimbang berat
marhun emas.
3. Marhun adalah barang yang dijadikan jaminan oleh rahin, sebagaimana
persyaratan barang dalam jual beli sehingga barang tersebut dapat dijual
15
4. Pengambilan Keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari proses
mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan
di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan
keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk
mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan.9
5. Marhun bih adalah suatu hak yang karenanya barang gadaian diberikan
sebagai jaminan kepada rahin. Dalam hal ini, PT Pegadaian Syariah
memberikan sejumlah uang pinjaman (marhun bih) kepada nasabah,
setelah nasabah menyerahkan marhun kepada pihak pegadaian.
6. Load cell adalah komponen utama disistem timbangan, tingkat
keakurasian timbangan tergantung dari jenis/ type/ merk load cell yang
dipakai, sedangkan keakurasian timbangan menentukan efisiensi pada
dunia industri.
H. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yakni
penelitian yang dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berjudul analisis akurasi
timbangan digital dalam pengambilan keputusan pemberian marhun bih
kepada nasabah di PT Pegadaian Syariah Cabang Blauran adalah dengan
metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode penelitian kualitatif
digunakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif,
16
yaitu data yang terkumpul dalam bentuk kata-kata, gambar dan bukan
angka.10
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan, diperlukan
beberapa langkah pengolahan data hingga penyajian data yang baik, langkah
sistematis yang dibutuhkan adalah:
1. Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer dan data
sekunder. Hal ini diperlukan untuk mengupayakan pengumpulan informasi
data yang valid. Data primer yang akan dikumpulkan adalah wawancara
dengan pimpinan cabang pegadaian syariah Cabang Blauran penaksir
Pegadaian Syariah. Data sekunder yang digunakan adalah berasal dari
buku dan literatur yang lain.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini, ialah sebagai
berikut:
a. Sumber data primer
Sumber data primer yakni subjek penelitian yang dijadikan sebagai
sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat pengukuranatau
pengambilan data secara langsung atau yang dikenal dengan istilah
interview (wawancara).11 Dalam hal ini subjek penelitian yang
10 Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho, Panduan Praktis Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2014), 54.
17
dimaksud adalah pimpinan cabang dan para penaksir di PT Pegadaian
Syariah Cabang Blauran.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur atau
bahan pustaka dan bersifat siap pakai, antara lain:
1) Andri soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
2) Ahmad Rodoni, Asuransi & Pegadaian Syariah
3) Cholil Nafis, Mengenal Pegadaian Syariah
4) Abdul kadir, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan
5) Nurul Huda, Lembaga Keuangan Islam
6) Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yaitu teknik pengumpulan data secara riil
(nyata) digunakan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara mengumpulan data secara langsung yang terkait dengan
permasalahan yang terkait dengan penelitian, meliputi:
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan observasi pasif, yaitu
pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan. Penulis hanya berperan
18
melakukan observasi pada kegiatan penggunaan timbangan digital
marhun dalam pengambilan keputusan pemberian marhun bih di
Pegadaian Syariah Cabang Blauran.12
b. Wawancara (interview)
Wawancara (interview) merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara
langsung berhadapan dengan responden mengenai hal yang berkaitan
dengan topik penelitian.13 Wawancara dilakukan antara penulis
dengan pimpinan cabang, penaksir di setiap kantor Unit Pembantu
Syariah.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu sumber data sekunder yang
diperlukan dalam sebuah penelitian yang berupa bahan tertulis yang
diterbitkan oleh lembaga yang dijadikan obyek penelitian ataupun
film, gambar, dan foto-foto baik berupa prosedur, peraturan, laporan
hasil kerja dan lain sebagainya.14 Pengumpulan data yang berkaitan
dengan mekanisme penggunaan timbangan digital marhun dalam
pengambilan keputusan pemberian marhun bih.
12 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), 220
13 Wahyu Purhantara, Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),
21
19
4. Teknik pengolahan data
Teknik pengolahan data yang saya gunakan dalaam penelitian ini
meliputi pengeditan, pengkodean, dan diakhiri dari uji validitas data.
Berikut penjelasan langkah pengolahan data yang akan dilakukan:
a. Editing, hasil penelitian di lapangan berupa jawaban informan dalam
proses wawancara di tata sedemikian rupa. Kegiatan ini berupa
merangkum hasil penelitian dan mentranskip data yang didapat.
b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi
sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai
dengan rumusan masalah serta mengelompokkan data yang diperoleh
dari Pegadaian Cabang Blauran Surabaya.
c. Analyzing, yaitu memberikan analisis lanjutan terhadap hasil editing
dan organizing data yang telah diperoleh dari sumber-sumber
penelitian, dengan menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya,
sehingga diperoleh kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan
masalah.15
5. Teknik analisis data
Hasil dari pengumpulan data tersebut akan dibahas dan kemudian
dilakukan analisis secara kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan
20
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati dengan metode yang telah ditentukan.16
Penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif kualitatif yaitu
dengan cara menuturkan dan menguraikan serta menjelaskan data yang
terkumpul. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat deskriptif atau
gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.17
I. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini, diperlukan susunan penyajian dalam pembahasan
untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan dan mempermudah
pembaca untuk memahami isi dari hasil penelitian. Oleh karena itu penulis
membagi laporan hasil penelitian ini menjadi lima bab, Berikut lima bab
yang akan diulas oleh penulis:
Bab pertama, yaitu Pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang
masalah penelitian, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian dan sistenatika pembahasan.
Bab dua, yaitu kerangka teoritis yang berisi tentang penjelasan teoritis
sebagai landasan atau komparasi analisis dalam melakukan penelitian.
Dalam bab ini akan dipaparkan tinjauan umum tentang analisis akurasi
16 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif,
(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 143
21
timbangan digital dalam pengambilan keputusan pemberian marhun bih
kepada nasabah.
Bab tiga, yaitu penyajian data yang didapatkan dan sedikit gambaran
profil PT Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya. Dalam bab ini
menyajikan data yang didapatkan dari lapangan secara detail tanpa ada
penambahan atau pengurangan. Data yang disajikan dalam bab ini
benar-benar di sajikan secara objektif tanpa disertai opini penulis.
Bab empat, yaitu Analisis Data, dalam bab ini dibahas analisis data hasil
penelitian mengenai analisis akurasi timbangan digital dalam pengambilan
keputusan pemberian marhun bih kepada nasabah di Pegadaian Syariah
Cabang Blauran
Dan terakhir, Bab lima, yaitu Penutup. Pada bab lima ini akan berisi
BAB II
TINJAUAN TENTANG AKURASI, TIMBANGAN DIGITAL MARHUN, PENGAMBILAN KEPUTUSAN, DAN PEMBERIAN MARHUN BIH
A. Rahn (Gadai Islam)
1. Pengertian Rahn (Gadai)
Secara etimologi berarti atsubuutu wa dawamu yang mempunyai arti
tetap dan kekal, atau al-habsu wa luzumu yang berarti pengekangan dan
keharusan dan juga bisa berarti jaminan.18 Secara terminologi, ar-rahn
yaitu menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya.19 Menurut Nasrun Haroen, seperti yang
dikutip oleh Abdul Rahman Ghazaly dalam bukunya fiqh muamalat,
mendefinisikan bahwa ar-rahn adalah menjadikan suatu (barang) sebagai
jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan sebagai
pembayaran hak (piutang) itu, baik keseluruhannya maupun
sebagiannya.20
Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ar-rahn yaitu
menahan barang sebagai jaminan utang. Barang yang dijadikan jaminan
harus memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan
barang barang tersebut akan memperoleh jaminan untuk mendapatkan
kembali sebagian atau keseluruhan piutangnya.
18 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), 265.
19Ismail Nawawi, Keuangan Islam: Diskursus Teori, Studi Kasus dan Pengantar Praktik Pada
Kelembagaan Keungan Bank dan Non Bank, (Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya, 2015), 335
23
2. Landasan Hukum Rahn
Sebagaimana halnya institusi yang berlabel Islam, maka landasan
konsep pegadaian syariah juga mengacu kepada Islam yang bersumber
dari al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah:
a. Al-Qur’an
“jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertawakal kepada Allah Tuhanna dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah:283)21
b. Hadits
نع
شئاع
ىضر
ه
ا نع
نأ
ىب نلا
ىلص
ه
هي ع
س
شا
رَ
اًماعط
نم
د ي
ىلإ
لجأ
،
هنهر
اًع رد
نم
ديدح
Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda: “Rasulallah membeli makanan dari seorang yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi”. (HR. Bukhari dan Muslim.)
24
3. Rukun dan syarat rahn
a. Rukun-rukun rahn
Menurut Jumhur Ulama, seperti yang dikutip Rachmat Syafe’I dalam
bukunya fiqih muamalah, menyatakan bahwa rukun rahn (gadai) itu
ada empat, yaitu:
1) Orang yang berakad (rahin dan Murtahin)
2) Ijab qabul/kata sepakat (sighat)
3) Utang (marhun bih)
4) Harta yang dijadikan jaminan (marhun).22
b. Syarat-syarat rahn
1) Orang yang berakad harus cakap bertindak hukum (baligh dan
berakal)
2) Sighat dalam rahn tidak boleh dikaitkan dengan syarat tertentu.
Seperti mensyaratkan sesuatu yang tidak bermanfaat atau sesuatu
yang akan merugikan murtahin. Jika memakai syarat tertentu,
maka syarat tersebut batal sedang akadnya sah.
3) Utang (marhun bih) merupakan hak yang wajib dikembalikan
kepada yang member utang, marhun bih memungkinkan dapat
dibayarkan dengan jaminan, dan marhun bih itu harus jelas dan
tertentu.
4) Barang yang dijadikan jaminan (marhun) merupakan barang yang
dapat diperjualbelikan dan nilainya seimbang dengan utang,
25
bermanfaat, jelas, milik sah rahin, tidak terkait denga hak orang
lain, dipegang (dikuasai) rahin, dan merupakan harta yang tetap
atau dapat dipindahkan
5) Barang yang dijadikan jaminan itu dipegang atau dikuasai secara
hukum oleh pemberi utang.23
B. Timbangan digital
1. Landasan Hukum Timbangan dalam Islam
a. Al-Qur’an
sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu Termasuk orang- orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu". (QS: Asy-Syu’araa’: 181-184)24
Dari ayat diatas sudah jelas bahwa dalam menakar atau
menimbang harus benar-benar lurus (jujur), dilarang menipu dan
merugikan orang lain, dan dalam menimbang atau menakar hendaknya
sesaui dengan aturan-aturan Islam agar mendapat ridha dari Allah
SWT.
23Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat…, 268
24 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 1 (Jakarta: Widya Cahaya, 2011),
26 b. Hadits
نع
ن بإ
سابع
ىضر
ه
ام نع
لاق
:
ل سر
ه
ى ص
لا
هي ع
س
لاق
:
س مخ
س مخب
ل يق
:
اي
ل سر
لا
,
ام
س مخ
س مخب
؟
لاق
:
ام
ضقن
ق
د ع لا
لإ
ط س
ي ع
دع
ه
,
مكحام
ا
ر يغب
ام
لز نأ
لا
,
لإ
اشف
يف
ر قف لا
,
ل
ر ظ
يف
شحاف لا
لإ
اشف
يف
ا
م ل
,
ا عنمل
ةاكَ زلا
,
لإ
سبح
نع
ر طق لا
,
ل
ا ف فط
لاي كم لا
,
لإ
ا عنم
اب نلا
ا دخا
ب
ن ين سلاا
( .
ها ر
يناربطلا
)
”Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: ‘lima dibalas lima.’ Rasulullah SAW ditanya, ‘Wahai Rasulullah, apa itu lima dibalas lima?’Nabi SAW menjawab,’ tidaklah suatu kaum membatalkan perjanjian, kecuali musuh mereka dikuasakan atas mereka, tidaklah mereka bertahkim kepada selain apa yang diturunkan oleh Allah, kecuali [kemiskinan merebak di antara mereka, tidaklah zina terang-terangan ditengah mereka, kecuali merebak di kalangan mereka] kematian, tidaklah mereka menolak membayar zakat, kecuali hujan ditahan dari mereka, dan tidaklah mereka bersikap curang dalam takaran, kecuali ditahan dari mereka tumbuhtumbuhan dan mereka ditimpa paceklik.”(H.R. Ath-Thabarani).
Dari Hadits di atas, Islam telah mengajarkan manusia untuk berbuat
adil dalam menakar atau menimbang. Perkara ini telah ditetapkan
oleh Allah SWT, guna menuntun manusia kepada kemaslahatan dan
membantunya keluar dari kemudharatan.25
25 Qhamaruddin shaleh, dkk, Ayat-ayat Larangan dan perintah dalam Al-quran (Bandung: CV.
27
2. Jenis dan berdasarkan penggunaan timbangan
a. Jenis-jenis timbangan
Timbangan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori
berdasarkan klasifikasinya. Jika dilihat dari cara kerjanya, jenis
timbangan dapat dibedakan atas:
1) Timbangan manual, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara
mekanis dengan sistem pegas. Biasanya jenis timbangan ini
menggunakan indikator berupa jarum sebagai penunjuk ukuran massa
yang telah terskala.
2) Timbangan digital, yaitu jenis timbangan yang berkerja secara
elektronis dengan tenaga listrik. Umumnya timbangan ini
menggunakan arus lemah dan indikatornya berupa angka digital pada
layar bacaan.
3) Timbangan Hybrid, yaitu timbangan yang cara kerjanya merupakan
perpaduan antara timbangan manual dan digital. timbangan hybrid ini
biasa digunakan untuk lokasi penimbangan yang tidak ada aliran
listrik. Timbangan hybrid menggunakan display tetapi bagian
platform menggunakan plat mekanik.26
b. Berdasarkan penggunaan
Sedangkan berdasarkan penggunaanya, timbangan dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
28
1) Timbangan badan, yaitu timbangan yang digunakan untuk mengukur
berat badan
2) Timbangan gantung, yaitu timbangan yang diletakkan menggantung
dan bekerja dengan prinsip tuas, yang biasanya untuk menimbang
padi, kacang hijau ataupun buah-buahan.
3) Timbangan lantai, yaitu timbangan yang diletakkan di permukaan
lantai. Biasanya digunakan untuk mengukur benda yang bervolume
besar.
4) Timbangan duduk, yaitu timbangan dimana benda yang ditimbang
dalam keadaan duduk atau sering kita ketahui platform scale.
5) Timbangan meja, yaitu timbangan yang biasanya digunakan di meja
dan rata-rata timbangan meja ini adalah timbangan digital, biasanya
digunakan untuk menimbang buah-buahan di mal-mal atau swalayan.
6) Timbangan counting, yaitu timbangan hitung yang biasa digunakan
untuk menimbang barang yang berjumlah, jadi barang bisa ditimbang
persatuan contoh untuk menimbang baut, mur, spare part mobil.
7) Timbangan platform, yaitu timbangan yang memiliki tingkat
keprincian lebih tinggi dari timbangan lantai, timbangan platform
merupakan timbangan yang dipakai din industri-industri retail
maupun manufacturing.
8) Timbangan hewan, yaitu jenis timbangan yang digunakan untuk
29
9) Timbangan emas, yaitu jenis timbangan yang memiliki akurasi tinggi
untuk mengukur massa emas (logam mulia).27
3. Teori Load cell
a. Pengertian Load Cell
Load Cell adalah alat yang mengeluarkan signal listrik proporsional
dengan gaya/ beban yang diterima.28 Load cell merupakan komponen
utama di sistem timbangan digital, tingkat keakurasian timbangan
tergantung dari jenis/ tipe/ merk load Cell yang dipakai. Sedangkan
keakurasian timbangan menentukan efisiensi pada dunia industri. Dewasa
ini setiap transaksi jual beli yang menggunakan satuan kilogram dan
lain-lain, diwajibkan menggunakan timbangan yang dilegalisasi oleh
Departemen Perdagangan melalui Direktorat Metrologi yang berwenang
untuk mensahkan/ melegalisasikan timbangan melalui sistem tera.
Diwajibkan untuk melakukan tera maksimal setahun sekali, dikarenakan
Semua timbangan dalam proses pemakaiannya pada jangka waktu
tertentu akan mengalami deformasi mekanis pada frame timbangan.
Dalam hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat keakurasian dari load
cell dan pada timbangan tersebut, sehingga harus dilaksanakan kalibrasi
menggunakan test weigh/ batu standar dari metrologi. Kalibrasi tersebut
adalah untuk menyamakan tegangan load cell dibandingkan dengan batu
27Ibid
30
standar yang dibaca di indikator timbangan. Jadi kita bisa membayangkan
betapa pentingnya load cell itu.29
Menurut allan, load cell mempunyai keunggulan yang lebih banyak
dari bentuk alat pengukuran massa yang lainnya karena kerugiannya
relatif rendah, daerah pengukurannya luas, tahan pada debu dan
lingkungan yang korosif, kemampuan pengukurannya jauh, dan
pemasangaan yang ringan. bentuk dan desain, bisa dilihat pada gambar:
Gambar 2.1 Gambar load cell
Sumber: buku Measurement & instrumentation principles
Kepastian (mengira-ngira) merupakan bagian dari kesalahan
pengukuran dalam kondisi salah pada semua pembaca jika alat tidak di
tera dari waktu ke waktu. Bagaimanapun, model yang teliti dan pilihan
material yang sangat besar bisa mengatasi permasalahan.30
Load cell terkadang dapat mengalami kerusakan dan banyak sekali
penyebab kerusakan load cell itu sendiri. Berikut adalah macam
kerusakan pada load cell.
29 http://www.bumata.co.id/article/detail/102/teori-load-cell, diakses pada tanggal 02 juli 2016 30 Alan S Moris, Measurement & instrumentation principles (London: Planta Tree, 2001),
[image:41.595.139.512.216.533.2]31
1) Kerusakan karena permasalahan mekanik
Kerusakan load cell dapat terjadi baik secara fisik maupun mekanik.
Jika pemilihan load cell pada timbangan terlalu kecil, maka beban yang
berlebihan akan membuat load cell melewati batas elastisnya dan tidak
kembali ke kondisi awal. Sehingga bagian strain gauge akan terkunci
pada kondisi tegang. Total berat struktur timbangan, material serta
support perlu di perhatikan sehingga total berat struktur timbangan
dapat terbagi rata.
2) Kerusakan karena beban kejut
Beban kejut dapat juga menyebabkan kerusakan pada load cell. Beban
kejut terjadi karena beban menimpa timbangan secara tiba-tiba dan
menyebabkan load cell terdistorsi secara permanen. Selain itu,
pemilihan kapasitas load cell yang terlalu besar juga berpengaruh pada
kepekaan dan bisa jadi dibawah nilai minimum pada pembacaan
indikator. Pembebanan pada sisi atau samping timbangan juga
berpengaruh pada keakuratan serta keawetan timbangan itu sendiri
3) Pengaruh kondisi lingkungan
Pada umumnya load cell mempunyai kompensasi suhu jika ia bekerja
pada temperatur -17º sampai 66º. Walaupun load cell masih dapat
bekerja di luar batasan suhu yang ada, tetapi sertifikat kalibrasi yang
dimiliki oleh load cell menjadi tidak valid. Kelembapan merupakan
musuh utama load cell dan jika load cell sampai terkena kelembapan
32
drifting terus menerus sehingga timbangan bisa error. Load cell bisa
mengalami korosi dan karat jika terkena bahan kimia. Load cell stain
less steel bisa menghindari korosi, tapi tidak menjamin kelembapan
tidak masuk kedalam.
4) Pengaruh Resistance to Ground
Load cell juga mempengaruhi ketahanan bodi atau kebocoran listrik
jika terkontaminasi air. Ciri-ciri untuk mengetahui kerusakannya
adalah dengan melihat pembacaan (display). Jika tidak stabil maka
terjadi kontaminasi air pada load cell.31
C. Pengambilan Keputusan\
Manajer dalam mengendalikan organisasi selalu dihadapkan berbagai
masalah yang harus dipecahkan dan ditetapkan keputusannya dalam rangka
menentukan suatu tindakan. Kemampuan manajer dalam menguasai teknik
pengambilan keputusan akan dapat mengurangi keputusan-keputusan yang
salah, mempertinggi bobot keakuratan keputusan yang diambilnya, serta akan
mempertinggi kualitas suatu organisasi yang mampu membedakan dengan
organisasi yang lain. Pengambilan keputusan merupakan salah satu
keterampilan yang dituntut untuk dikuasai oleh setiap manajer. 32
31
http://www.timbanganindonesia.com/news_and_event/detail/288/troubleshooting-pada-load-cell, diakses pada 02 juli 2016
33
1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Menurut Ulbert Silalahi, Pengambilan keputusan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh seorang (pimpinan) atau sekelompok orang (antar
pimpinan atau antarpimpinan dan bawahan) dalam usaha memecahkan
dan mencari solusi dari suatu problem yang dihadapi dengan
merumuskan, menetapkan berbagai alternatif33. Menurut Davis, seperti
yang dikutip oleh Ibni Syamsi dalam bukunya pengambilan keputusan
dalam sistem informasi, mendefinisikan manajemen pengambilan
keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan
tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyan
mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur
perencanaan34. Menurut Siagian, pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi
dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan
yang paling tepat.35
Dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengambilan
keputusan yaitu tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan
satu di antara alternatif-alternatif yang dimungkinkan.
33 Ulbert Silalahi, Studi Tentang Ilmu Administrasi ( Bandung: CV. Sinar Baru Algensindo,
1989), 42
34
2. Dasar dan Faktor Pengambilan Keputusan
Dasar pengambilan keputusan itu bermacam-macam tergantung dari
permasalahannya. Keputusan dapat diambil berdasarkan perasaan
semata-mata, dapat pula keputusan dibuat berdasarkan rasio. Tetapi tidak
mustahil, bahkan banyak terjadi terutama dalam lingkungan instansi
pemerintahan maupun di perusahaan, keputusan diambil berdasarkan
wewenang yang dimilikinya.36 Dalam praktiknya, pengambilan keputusan
itu sangat tergantung dari macam permasalahan yang dihadapinya, namun
juga sangat tergantung pada individu yang membut keputusan. Berikut
dasar dan faktor pengambilan keputusan.
a. Dasar pengambilan keputusan
1) Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan itu
jelas lebih bersifat subjektif. Inner felling yang bersifat subjektif
ini mudah terkena sugesti, pengaruh luar, rasa lebih suka yang satu
daripada yang lain (preferences), dan factor kejiwaan lainnya.
Sifat subjektif dari keputusan intuitif ini ada juga keuntungannya:
(1) karena yang memutuskan itu seseorang, maka dapat segera
diputuskan (2) kalau pimpinan yang bersangkutan mempunyai
olah rasa yang cukup tinggi, maka keputusannya banyak yang
tepat (3) keputusan intuitif ini lebih tepat untuk masalah-masalah
yang bersifat kemanusiaan.
36Siagian, Sondang P.
35
2) Pengambilan keputusan berdasarkan rasional
Keputusan yang bersiat rasional banyak berkaitan dengan
pertimbangan dari segi daya guna. Masalah-masalah yang
dihadapinya juga merupakan masalah-masalah yang memerlukan
pemecahan rasional. Misalnya pemecahan masalah yang
menyangkut berapa sebaiknya perbandingan antara jumlah
mahasiswa dan dosen pada setiap universitas. Kalau kita berbicara
tentang daya guna atau efisiensi, maka bayangan kita terbentur
pada perbandingan antara hasil yang akan diperoleh dengan
pengorbanan yang harus diberikan untuk memperoleh hasil itu.
Dan apabila kita akan mengukur apakah sesuatu. Dan apabila kita
akan mengukur apakah sesuatu kegiatan itu termasuk berdaya
guna atau tidak, maka harus ada bakunya atau standarnya.
3) Pengambilan keputusan berdasarkan fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan
keputusan itu didukung oleh sejumlah fakta yang memadai.
Pendapat semacam ini memang banyak juga yang mendukungnya.
Sebenarnya istilah fakta di sini perlu dikaitkan dengan istilah data
dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara
sistematis dinamakan data. Sedangkan data itu merupakan bahan
mentahnya informasi. Dengan demikian maka data harus diolah
lebih dulu menjadi informasi, kemudian informasi inilah yang
36
4) Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman
Kerap kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan,
pimpinan mengingat-ingat apakah kasus atau permasalahan
semacam ini pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya
dilacak melalui arsip-arsip pengambilan keputusan. Arsip-arsip
pengambilan keputusan itu merupakan dokumentasi berisi
pengalaman-pengalaman masa lampau. Kalau ternyata pernah ada,
tinggal melihat apakah permasalahan yang sama atau yang mirip
itu sekarang situasi dan kondisinya kurang lebih sama. Kalau
masih sama, kemudian tinggal menerapkan cara dulu itu untuk
mengatasi masalah yang timbul. Pengalaman itu pun dapat juga
yang dialami oleh orang lain atau instansi lain. Dengan demikian
tidak perlu kita bersusah-susah mencari alternatif- alternatif
pemecahannya.
5) Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambilnya karena wewenang
(authority) yang dimilikinya. Setiap orang yang menjadi
pemimpin organsasi mempunyai tugas dan wewenang untuk
mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demik
tercapainya tujuan organisasi dengan berhasil guna dan berdaya
guna.37
37
37
b. Faktor-faktor pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain faktor-faktor adalah:
1) Keadaan Intern
Keadaan intern organisasi akan sangat berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan. Keadaan intern itu meliputi: dana yang
tersedia, kemampuan karyawan, kelengkapan dari peralatan,
struktur organisasinya, tersedianya informasi yang dibutuhkan
pimpinan, dan lain sebagainya. Keputusan yang memerlukan
biaya, tetapi keadaan keuangan tidak mendukungnya, akan
mengurangi kualitas keputusan. Hal ini terpaksa diambil dengan
mengingat dan menyesuaikan dengan dana yang tersedia untuk
itu. Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengarahan
karyawan, terpaksa harus disesuaikan dengan kualitas dan
kuantitas karyawan yang ada. Begitu pula halnya dengan peralatan
yang menurut keputusan yang seharusnya menggunakan peralatan
yang canggih tetapi karena terbatasnya peralatan dan fasilitas
terpaksa diambil keputusan yang tidak optimal.
2) Tersedianya informasi yang diperlukan
Suatu keputusan diambil untuk mengatasi masalah dalam
organisasi. Masalah dalam organisasi itu beraneka ragam.
Kadang-kadang masalah yang sama tetapi situasi dan kondisi berbeda
38
masalah yang dihadapi organisasi, lebih dulu harus diketahui apa
yang menjadi penyebabnya dan apa akibatnya kalau masalah itu
tidak segera dipecahkan. Untuk dapat mengetahui sebab dan
akibat masalah tersebut. Maka perlu pengumpulan data yang ada
kaitannya langsung atau tidak langsung dengan masalah itu.
Data-data tersebut kemudian diolah sehingga akhirnya merupakan
informasi. Informasi yang diperlukan harus lengkap sesuai
kebutuhan, terpercaya kebenarannya, dan masih aktual.
Berdasarkan informasi ilmiah inilah pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan baik.
3) Keadaan ekstern organisasi
Dalam sistem organisasi terbuka, kegiatan organisasi tidak
dapat terlepas dari pengaruh luar. Antara organisasi dan
lingkungan ektern saling mempengaruhi. Oleh karena itu,
pengambilan keputusan harus mempertimbangkan lingkungan di
luar organisasi. Keadaan atau lingkungan di luar organisasi itu
dapat berupa keadaan ekonomi, sosial, politik, hukum, budaya,
dan lain sebagainya. Keputusan yang diambil dalam organisasi
harus memperhatikan situasi ekonomi, kalau keputusannya itu
berkaitan dengan bidang ekonomi. Keputusan yang diambil tidak
boleh bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku.
39
langsung dengan politik, jangan sekali-sekali bertentangan dengan
kebijakansanaan pemerintah.
4) Kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan
Tepat tidaknya keputusan yang diambil juga sangat
tergantung kecakapan dan kepribadian pengambilan keputusan.
Hal ini meliputi: penilaiannya, kebutuhnnya, tingkat
intelegensinya, kapasitasnya, kapabilitasnya, keterampilannya,
dan lain sebagainya.38
Nilai-nilai kepribadian dari pengambil keputusan (pimpinan)
itu akan tercermin pada keputusan yang diambilnya. Tipe
pengambilan keputusan (pimpinan) yang berkaitan dengan macam
keputusannya dibedakan:
a) Tipe ketergantungan (The defensive or receptive type)
Pada tipe ketergantungan pengambil keputusan, berarti ia
tidak mempunyai pendirian yang tegas. Ketidaktegasan ini
akibat dari kurang cakapnya dan kurang menguasai masalah
yang harus diputuskan. Ia memandang justru orang lain atau
bawahan itulah yang lebih cakap dan lebih mampu. Dengan
demikian ia sangat tergantung dari bawahannya atau orang
lain. Kalau mau mereka dapat saja memperalat pimpinan
untuk kepentingan bawahan atau orang lain itu.
40
b) Tipe eksploitatif (The exploitative or aggressive type)
Pengambilan keputusan mengeksploitasi orang lain atau
bawahan untuk kepentingannya sendiri. Sebenarnya ide
keputusan itu berasal dari bawahan, karena pengambil
keputusan tidak mampu. Namun kemudian ia mengatakan
kepada pihak lain bahwa itu semua adalah idenya sendiri.
c) Tipe tabungan (The hoarding type)
Pengambil keputusan cenderung untuk menabung idenya
kepentingan dirinya untuk memperkuat posisinya dan
wibawanya dalam organisasi. Ia tidak mau membeberkan dan
membagi kepandaiannya kepada orang lain.
d) Tipe pemasaran (the marketing type)
Pengambilan keputusan menjual atau memamerkan idenya
atau keputusannya dengan maksud agar dipuji oleh pihak lain
atau bawahannya sebagai pimpinan yang berwibawa
e) Tipe produktif (the productive type)
Pengambil keputusan memang memiliki kemampuan, baik
pengetahuan maupun ketrampilan, dan pandangan jauh ke
depan. Ia sangat peduli dan dapat bekerja sama dengan
bawahan, penuh inisiatif serta kreatif. 39
39
41
D. Manajemen Risiko
1. Pengertian Risiko
Secara bahasa risiko berarti suatu kejadian negatif, uncertainty
(ketidak pastian) dan the future is unknown (waktu yang akan datang
tidak dapat diketahui). Risiko adalah probabilitas suatu hasil yang
berbeda dari hasil yang diharapkan.40 Pada dasarnya kata risiko telah
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Risiko merupakan
kemungkinan terjadinya suatu kerugian yang tidak diduga atau tidak
diinginkan. Jadi ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu,
yang apabila terjadi mengakibatkan kerugian. 41
Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa
(event) tertentu.42 Risiko muncul ketika terdapat lebih dari satu
kemungkinan hasil (outcome), dan hasil yang paling akhir ini tidak dapat
diketahui. Risiko dapat didefinisikan sebagai perubahan atau perbedaan
hasil yang tidak diharapkan.43
2. Risiko dalam lembaga keuangan
Berdasarkan pada ketentuan Bank Indonesia PBI No.13/23/PBI/2011
Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah Dan
40 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, edisi ketiga (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), 63-63
41 Soesino Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, cet. Ke-1 (Jakarta:
Salemba Empat, 1999), 2
42 Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/ 23/PBI/2011 Tentang Penerpan Manajemen Risiko Bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, pasal 11 ayat 4.
42
Unit Usaha Syariah. Terdapat sepuluh risiko yang harus dikelola lembaga
keuangan syariah, yaitu:44
a. Risiko Kredit/ Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau
pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada lembaga keuangan
syariah sesuai perjanjian yang disepakati, risiko ini disebu juga risiko