• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI II RAKOR KELEMBAGAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MATERI II RAKOR KELEMBAGAAN"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN,

KELEMBAGAAN DAN KEPEGAWAIAN PADA PERANGKAT DAERAH BERDASARKAN AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN

2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

oleh :

Dr. NURDIN, S.Sos, M.Si.

Kepala Sub Direktorat Wilayah I

(2)

I. PERKEMBANGAN KEBIJAKAN DESENTRALISASI

I. PERKEMBANGAN KEBIJAKAN DESENTRALISASI

UU 22 / 1999 Dominan Destr

UU 22 / 1999 Dominan Destr

UU 32 /’04

mencari keseimbangan

UU 32 /’04

mencari keseimbangan

UU 5 / 1974 Dominan Sentrl

UU 5 / 1974 Dominan Sentrl

UU 18 / 1965 Dominan Desentr

UU 18 / 1965 Dominan Desentr

Penetapan Presiden 6 / 1959 Dominan sentrl

Penetapan Presiden 6 / 1959 Dominan sentrl

UU 1 / 1957 Dominan Desentralisasi

UU 1 / 1957 Dominan Desentralisasi

UU 22 / 1948 Dominan Desentralisasi

UU 22 / 1948 Dominan Desentralisasi

UU 1 / 1945 Dominan Sentralisasi

UU 1 / 1945 Dominan Sentralisasi

DESENTRALISATIE WET 1903 Dominan Sentralisasi

(3)
(4)

Melalui Undang-Undang ini dilakukan pengaturan yang bersifat afirmatif yang dimulai dari pemetaan Urusan Pemerintahan yang akan menjadi prioritas Daerah dalam pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya.

Melalui pemetaan tersebut akan tercipta sinergi kementerian/lembaga pemerintah

nonkementerian yang Urusan Pemerintahannya di desentralisasaikan ke Daerah.

Sinergi Urusan Pemerintahan akan melahirkan sinergi kelembagaan antara Pemerintah Pusat dan Daerah karena setiap kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian akan tahu siapa pemangku kepentingan (stakeholder) dari kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian tersebut di tingkat provinsi dan kabupaten/kota secara nasional.

Sinergi Urusan Pemerintahan dan kelembagaan tersebut akan menciptakan sinergi dalam

perencanaan pembangunan antara kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dengan Daerah untuk mencapai target nasional.

Manfaat lanjutannya adalah akan tercipta penyaluran bantuan yang terarah dari

kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terhadap Daerah-Daerah yang menjadi stakeholder utamanya untuk akselerasi realisasi target nasional tersebut.

Sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah akan sulit tercapai tanpa adanya dukungan personel yang memadai baik dalam jumlah maupun standar kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Dengan cara tersebut Pemerintah Daerah akan mempunyai birokrasi karir yang kuat dan memadai dalam aspek jumlah dan kompetensinya.

(5)

III. KONSTRUKSI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Pembentukan Daerah Otonom

Jabatan2 Pengisian Personil

KDH & DPRD Penyerahan

Urusan

RAKYAT (PUBLIC SERVICE DAN CIVIL SERVICES) Urusan Pem Pemerintah

PRESIDEN & WAPRES

PEMBIAYAAN Organisasi Perangkat Daerah

KINERJA PEMDA

PERSONIL

K / L

berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan yang dimiliki oleh pegawai.

(6)

IV. URUSAN PEMERINTAHAN

1. Urusan Pemerintahan Absolut, sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu:

politik luar negeri;pertahanan;

keamanan;yustisi;

moneter dan fiskal nasional; danagama.

2. Urusan Pemerintahan Konkuren, dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota.

Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.

(7)

KONKUREN

5.POLITIK LUAR NEGERI

6.MONETER & FISKAL

1.PERTAHANAN 2.KEAMANAN 3.AGAMA 4.YUSTISI

5.POLITIK LUAR NEGERI

6.MONETER & FISKAL

DASAR NON PELAYANAYAN DASAR

NON PELAYANAYAN DASAR

S P M S P M

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

Dibagi prinsip: Eksternalitas, Akuntabilitas dan Efisiensi, serta

kepentingan strategis nasional

Dibagi prinsip: Eksternalitas, Akuntabilitas dan Efisiensi, serta

kepentingan strategis nasional

(8)

Urusan Pemerintahan Wajib

berkaitan dengan Pelayanan

Dasar

(Wajib diselenggarakan oleh semua daerah)

1.Pendidikan;

2. Kesehatan;

3. Pekerjaan umum dan penataan ruang;

4. Perumahan rakyat dan kawasan

permukiman;

5. Ketenteraman, ketertiban umum, dan

pelindungan masyarakat; dan

(9)

1. Tenaga kerja;

2. Pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak; 3. Pangan;

4. Pertanahan;

5. Lingkungan hidup;

6. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; 7. Pemberdayaan masyarakat dan Desa;

8. Pengendalian penduduk dan keluarga berencana; 9. Perhubungan;

10.Komunikasi dan informatika;

11.Koperasi, usaha kecil, dan menengah; 12.Penanaman modal;

13.Kepemudaan dan olah raga; 14.Statistik;

15.Persandian; 16.Kebudayaan;

17.Perpustakaan; dan 18.Kearsipan.

Urusan Pemerintahan Wajib Non Pelayanan

Urusan Pemerintahan Wajib Non Pelayanan

Dasar

Dasar

(10)

Urusan Pemerintahan

Urusan Pemerintahan

Pilihan

Pilihan

(Wajib diselenggarakan oleh Daerah

(Wajib diselenggarakan oleh Daerah

sesuai potensi)

sesuai potensi)

1. Kelautan dan perikanan;

2. Pariwisata;

3. Pertanian;

4. Kehutanan;

5. Energi dan Sumber Daya Mineral;

6. Perdagangan;

(11)

URUSAN PEMERINTAHAN (lanjutan ….)

1. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi.

2. bidang kehutanan yang berkaitan dengan pengelolaan taman hutan raya kabupaten/kota menjadi kewenangan Daerah

kabupaten/kota.

3. bidang energi dan sumber daya mineral:

pengelolaan minyak dan gas bumi - Pusat

pemanfaatan langsung panas bumi dalam Daerah

kabupaten/kota- kabupaten/kota.

Daerah kabupaten/kota penghasil dan bukan penghasil

(12)

V. PRINSIP PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN

1. “prinsip akuntabilitas” : berdasarkan kedekatannya dengan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan suatu Urusan Pemerintahan.

2. “prinsip efisiensi” : berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling

tinggi yang dapat diperoleh.

3. “prinsip eksternalitas” : berdasarkan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang timbul akibat penyelenggaraan suatu Urusan Pemerintahan.

(13)

VI. PRINSIP PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN

Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah:

a.Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

b.Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

c.Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

d.Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau

(14)

VI. PRINSIP PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN

Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi adalah:

a.Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah Kabupaten/kota;

b.Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah Kabupaten/kota;

c.Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah Kabupaten/kota;

(15)

VI. PRINSIP PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN

Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota adalah:

a.Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah Kabupaten/kota;

b.Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah Kabupaten/kota;

c.Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam Daerah Kabupaten/kota;

(16)

VII. LANGKAH STRATEGIS PENATAAN URUSAN, KELEMBAGAAN DAN KEPEGAWAIAN PADA PERANGKAT DAERAH (lanjutan…)

VII. LANGKAH STRATEGIS PENATAAN URUSAN, KELEMBAGAAN DAN KEPEGAWAIAN PADA PERANGKAT DAERAH (lanjutan…)

URUSAN PEMERINTAHAN WNYD & PILIHAN

Pemetaan Urusan Pemerintahan (Non Yan Dasar

dan Pilihan)

(17)

VIII. KERANGKA INTEGRASI PENATAAN URUSAN, KELEMBAGAAN DAN KEPEGAWAIAN PADA PERANGKAT DAERAH SERTA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

VIII. KERANGKA INTEGRASI PENATAAN URUSAN, KELEMBAGAAN DAN KEPEGAWAIAN PADA PERANGKAT DAERAH SERTA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Urusan Pemerintahan

Urusan Pemerintahan

Sub Urusan Pemerintahan

Sub Urusan Pemerintahan

Fungsi Dasar/ Tugas Urusan Pemerintahan

Fungsi Dasar/ Tugas Urusan Pemerintahan

Indikator

Indikator

Kriteria Unjuk Kerja

Kriteria Unjuk Kerja

Kelembagaan Perangkat Daerah

Kelembagaan

Perangkat Daerah Perangkat DaerahPegawai ASN pd

Pegawai ASN pd Perangkat Daerah

Peta Jabatan dan Atributnya

Peta Jabatan dan

Atributnya

Kualifikasi Pegawai A SN

pada Perangkat Daerah

Kualifikasi Pegawai A SN

pada Perangkat Daerah

Penilaian Kinerja Individu

Penilaian Kinerja Individu

Pemaketan dan Penilaian Kompetensi

Pemaketan dan Penilaian Kompetensi

Program & Anggaran

Program & Anggaran

Kinerja Organisasi, Daerah, Program dan K/L di Daerah

(18)

IX. PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH

IX. PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH

Urusan Pemerintahan

Urusan Pemerintahan

Sub Urusan Pemerintahan

Sub Urusan Pemerintahan

Jenis Layanan/Fungsi Dasar/Tugas Urusan

Pemerintahan

Jenis Layanan/Fungsi Dasar/Tugas Urusan

Pemerintahan

Peta Jabatan

Kepala

Analisis Jabatan

Analisis Jabatan

Evaluasi Jabatan

(19)

X. PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN KEPEGAWAIAN PADA PERANGKAT DAERAH

X. PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN KEPEGAWAIAN PADA PERANGKAT DAERAH

Urusan Pemerintahan

Urusan Pemerintahan

Sub Urusan Pemerintahan

Sub Urusan Pemerintahan

Fungsi Dasar/ Tugas Urusan Pemerintahan

Fungsi Dasar/ Tugas Urusan Pemerintahan

Kriteria Unjuk Kerja

Kriteria Unjuk Kerja

Kelembagaan Perangkat Daerah

Kelembagaan

Perangkat Daerah Perangkat DaerahPegawai ASN pd

Pegawai ASN pd Perangkat Daerah

Peta Jabatan dan Atributnya

Peta Jabatan dan Atributnya

Kualifikasi Pegawai ASN pada Perangkat

Daerah

Kualifikasi Pegawai ASN pada Perangkat

Daerah

Pemaketan Kompetensi

Pemaketan Kompetensi

Program & Anggaran

Program & Anggaran

Penilaian Kompetensi dan Sertifikasi

(20)

XI. PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal.

(Pasal 1, Angka 17 UU Pemda).

Indikator SPM adalah sejauhmana pemerintah daerah mampu

mencapai target penyediaan jenis dan mutu pelayanan dasar sesuai dengan Standar. Prsetasi puncak (Target 100 %) adalah apabila

semua warga masyarakat memperoleh setiap jenis layanan dengan mutu yang sesuai

Untuk mencapai SPM tersebut, diperlukan kapasitas daerah

(21)

XII. PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Indikator pengukuran kinerja pemerintah daerah dalam pencapaian SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang

digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam rangka pencapaian suatu SPM tertentu.

masukan proses hasil

manfaat pelayanan

2015 2019

Kondisi Awal 50%

(22)

XIII. LANGKAH STRATEGIS PENATAAN URUSAN, KELEMBAGAAN DAN KEPEGAWAIAN PADA PERANGKAT DAERAH

XIII. LANGKAH STRATEGIS PENATAAN URUSAN, KELEMBAGAAN DAN KEPEGAWAIAN PADA PERANGKAT DAERAH

Urusan Pemerintahan

Urusan Pemerintahan

Sub Urusan Pemerintahan

Sub Urusan Pemerintahan

Fungsi Dasar/ Tugas Urusan Pemerintahan

Fungsi Dasar/ Tugas Urusan Pemerintahan

Indikator

Indikator

Kriteria Unjuk Kerja

Kriteria Unjuk Kerja

Penilaian Kinerja Individu

Penilaian Kinerja Individu

Program & Anggaran

Program & Anggaran

Kinerja Organisasi, Daerah, Program dan K/L di Daerah

Kinerja Organisasi, Daerah, Program dan K/L di Daerah

SPM

(23)

23

XIV. PENYUSUNAN PETA JABATAN

XIV. PENYUSUNAN PETA JABATAN

URUSAN PEMERINTAHAN

PETA JABATAN PERANGKAT DAERAH

(24)

24

XV. PENYUSUNAN KUALIFIKASI PEGAWAI PERANGKAT DAERAH

(25)

25 N

o .

Jabatan Kompetensi Syarat Jab. Lain

Kompetensi Teknis

Manajer-ial Sosio Kultural Pemerin-tahan Pang-kat Bakat (???) Tempe-ramen Umum Inti Pilihan

1 Kepala Perangkat Daerah JPT

PRATAMA

2 Administra-tor

3 Pengawas

XVI. KUALIFIKASI PEGAWAI PERANGKAT DAERAH (Lanjutan …….)

(26)

XVII. JENIS PERANGKAT DAERAH MENURUT UU 23/2014

XVII. JENIS PERANGKAT DAERAH MENURUT UU 23/2014

SUPPORTING STAFF : 1.SETDA

2.SET DPRD

SUPPORTING STAFF : 1.SETDA

2.SET DPRD

OPERATING CORE :DINAS YANG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN.

OPERATING CORE :DINAS YANG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN.

TECHNO STRUCTURE : BADAN YANG MEMBERIKAN DUKUNGAN TEKNIS KEPADA SELURUH SKPD.

TECHNO STRUCTURE : BADAN YANG MEMBERIKAN DUKUNGAN TEKNIS KEPADA SELURUH SKPD.

TECNO STRUCTURE YANG SECARA EKSPLISIT SUDAH DISEBUTKAN NOMENKLATURNYA INSPEKTORAT DAERAH DAN SATPOL PP.

TECNO STRUCTURE YANG SECARA EKSPLISIT

SUDAH DISEBUTKAN NOMENKLATURNYA

INSPEKTORAT DAERAH DAN SATPOL PP.

A.

B.

C.

(27)

XVIII. JENIS PERANGKAT DAERAH PROVINSI

XVIII. JENIS PERANGKAT DAERAH PROVINSI

SEMUA PERANGKAT YANG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DISEBUT DINAS

SEMUA PERANGKAT YANG MELAKSANAKAN

URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DISEBUT DINAS

SEMUA PERANGKAT DAERAH YANG MEMBERIKAN DUKUNGAN TEKNIS KEPADA SELURUH PRANGKAT DAERAH DISEBUT BADAN, KECUALI YG DISEBUT KHUSUS.

SEMUA PERANGKAT DAERAH YANG MEMBERIKAN DUKUNGAN TEKNIS KEPADA SELURUH PRANGKAT DAERAH DISEBUT BADAN, KECUALI YG DISEBUT KHUSUS.

SELAIN DINAS DAN BADAN DIBENTUK SEKRETARIAT DAERAH, SET DPRD DAN INSPEKTORAT DAERAH SERTA SAPOL PP

SELAIN DINAS DAN BADAN DIBENTUK

SEKRETARIAT DAERAH, SET DPRD DAN

(28)

XIX. JENIS PERANGKAT DAERAH KABUPATEN/KOTA

XIX. JENIS PERANGKAT DAERAH KABUPATEN/KOTA

SEMUA PERANGKAT YANG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DISEBUT DINAS

SEMUA PERANGKAT YANG MELAKSANAKAN

URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DISEBUT DINAS

SEMUA PERANGKAT DAERAH YANG MEMBERIKAN DUKUNGAN TEKNIS KEPADA SELURUH PRANGKAT DAERAH DISEBUT BADAN

SEMUA PERANGKAT DAERAH YANG MEMBERIKAN DUKUNGAN TEKNIS KEPADA SELURUH PRANGKAT DAERAH DISEBUT BADAN

SELAIN DINAS DAN BADAN DIBENTUK SEKRETARIAT DAERAH, SET DPRD DAN INSPEKTORAT DAERAH.

SELAIN DINAS DAN BADAN DIBENTUK

SEKRETARIAT DAERAH, SET DPRD DAN

INSPEKTORAT DAERAH.

PERANGKAT KEWILAYAHAN DISEBUT KECAMATAN.

(29)

XX. TIPOLOGI PERANGKAT DAERAH

XX. TIPOLOGI PERANGKAT DAERAH

PADA PRINSIPNYA SETIAP URUSAN PEMERINTAHAN DILAKSANAKAN OLEH 1 DINAS

PADA PRINSIPNYA SETIAP URUSAN PEMERINTAHAN

DILAKSANAKAN OLEH 1 DINAS

PADA PRINSIPNYA SETIAP FUNGSI PENUNJANG DILAKSANAKAN OLEH 1 BADAN

PADA PRINSIPNYA SETIAP FUNGSI PENUNJANG DILAKSANAKAN OLEH 1 BADAN

UNTUK MELAKSANAKAN PRINSIP TERSEBUT DI ATAS, DINAS DAN BADAN DIKATEGORIKAN KE DALAM TIPE A, TIPE B DAN TIPE C.

UNTUK MELAKSANAKAN PRINSIP TERSEBUT DI ATAS, DINAS DAN BADAN DIKATEGORIKAN KE DALAM TIPE A, TIPE B DAN TIPE C.

KECAMATAN DIKATEGORIKAN KE DALAM TIPE A DAN TIPE B

KECAMATAN DIKATEGORIKAN KE DALAM TIPE A DAN TIPE B

TIDAK LAGI DIKENAL PERUMPUNAN DINAS DAN BADAN, KECUALI URUSAN YANG SANGAT KECIL SEHINGGA BEBAN TUGASNYA TIDAK MASUK KATEGORI TIPE C

(30)

KONSEP PENGATURAN DINAS DAERAH DALAM RPP PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (TINDAK LANJUT UU 23/2014)

KONSEP PENGATURAN DINAS DAERAH DALAM RPP PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (TINDAK LANJUT UU 23/2014)

Klasifikasi ditentukan berdasarkan kriteria:

Untuk Urusan Pemerintahan Wajib

variabel Umum (jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah

APBD)

Variabel Teknis (besaran masing-masing Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah)

Untuk Urusan Pemerintahan Pilihan

variabel Umum (jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah

APBD)

(31)

KONSEP PENGELOMPOKAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG TIDAK MEMENUHI KRIERIA DINAS TIPE C

KONSEP PENGELOMPOKAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG TIDAK MEMENUHI KRIERIA DINAS TIPE C

1. Bidang pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga;

2. Bidang sosial, pemberdayaan masyarakat dan desa, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, dan pengendalian penduduk dan keluarga berencana;

3. Bidang penanaman modal, koperasi, usaha kecil dan menengah, industri, perdagangan dan tenaga kerja

4. Bidang komunikasi dan informatika, statistik dan persandian;

5. Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, energi dan sumber daya mineral dan pertanahan serta perhubungan;

6. Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman, dan Transmigrasi 7. Bidang pertanian, pangan, kelautan dan perikanan,

(32)

KONSEP PENGATURAN DINAS DAERAH DALAM RPP PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (TINDAK LANJUT UU 23/2014)

KONSEP PENGATURAN DINAS DAERAH DALAM RPP PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (TINDAK LANJUT UU 23/2014)

1. Pada dinas) dapat dibentuk UPT dinas untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu yang membutuhkan satu kesatuan manajemen dalam penyelenggaraannya;

2. untuk Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan berbentuk satuan pendidikan.

3. UPT untuk Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan berbentuk rumah sakit.

4. Selain UPT untuk Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan dapat membentuk cabang dinas di Kabupaten/Kota yang wilayah kerjanya dapat meliputi lebih dari satu kabupaten/kota.

5. Pembentukan UPT dinas \ditetapkan melalui peraturan gubernur.

(33)

KONSEP PENGATURAN DINAS DAERAH DALAM RPP PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (TINDAK LANJUT UU 23/2014)

KONSEP PENGATURAN DINAS DAERAH DALAM RPP PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (TINDAK LANJUT UU 23/2014)

1. Pada perangkat daerah yang melaksanakan urusan

pemerintahan yang hanya diotonomikan kepada daerah provinsi, dibentuk cabang dinas di kabupaten/kota yang mempunyai

urusan pemerintahan pada wilayah tersebut.

2. wilayah kerja cabang dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meliputi lebih dari satu kabupaten/kota.

3. Pembentukan cabang ditetapkan dengan peraturan daerah.

4. Dalam rangka percepatan dan efisiensi pelayanan publik urusan pemerintahan, cabang dinas mendapat pelimpahan wewenang dari gubernur.

(34)

KONSEP PENGATURAN DINAS DAERAH DALAM RPP PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (TINDAK LANJUT UU 23/2014)

KONSEP PENGATURAN DINAS DAERAH DALAM RPP PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (TINDAK LANJUT UU 23/2014)

1. UPT pada dinas terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional.

2. Khusus untuk UPT dengan beban tugas yang besar, dapat terdiri atas 1 (satu) sub bagian tata usaha dan paling banyak 2 (dua) seksi, berdasarkan penetapan Menteri setelah mendapat

pertimbangan dari menteri yang membidangi urusan pemerintahan bidang aparatur negara.

3. Susunan organisasi UPT yang berbentuk rumah sakit, Puskesmas, dan satuan pendidikan ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(35)

LEMBAGA TERTENTU

LEMBAGA TERTENTU

KETENTUAN PASAL 231 UU 23/2014 :

Dalam hal ketentuan peraturan perundang-undangan memerintahkan pembentukan lembaga tertentu di Daerah, lembaga tersebut dijadikan

bagian dari Perangkat Daerah yang ada setelah dikonsultasikan kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan bidang pendayagunaan aparatur negara

KETENTUAN PASAL 231 UU 23/2014 :

Dalam hal ketentuan peraturan perundang-undangan memerintahkan pembentukan lembaga tertentu di Daerah, lembaga tersebut dijadikan

(36)

No LEMBAGA Dasar Hukum Permendagri

1. Sekretariat KPID Provinsi Pasal 7 ayat (3) UU 32/2002

Tentang Penyiaran 19 Tahun 2008

2. Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(PTSP) Pasal 128 UU 32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Pasal 47 PP 41/2007 tentang OPD

20 Tahun 2008

3. Sekretariat Badan Koordinasi

Penyuluhan Pertanian, Kelautan dan Perikanan Provinsi

Pasal 8 ayat (2) UU No. 16/2006

tentang Sistem Penyuluhan Belum ada

4. Badan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Pasal 8 ayat (2) UU No. 16/2006

tentang Sistem Penyuluhan Belum ada

5. Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Pasal 25 UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana 46 Tahun 2008

6. Sekretariat Korpri Pasal 30 ayat (2) UU 43/1999.

PP 42/2004 17 Tahun 2009

7. Kesatuan Pengelolaan Hutan

(KPH) Pasal 22,39,66,80 UU 41/1999. Pasal 8 PP 6/2007. Pasal 32 PP

44/2007

(37)

No. LEMBAGA Dasar Hukum Permendagri

8. Badan Pengelola Perbatasan Daerah Pasal 18 UU 43/2008.

Pasal 24 Perpres 1/2010 2 Tahun 2010

9. Satpol Pamong Praja Pasal 148 UU 32/2004

PP 6/2010 40 dan 41/2011

10. Sekretariat Komisi Informasi Pasal 29 UU 14/2008 Tidak ada

11. Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pasal 14 Perpres

54/2010 Belum ada

12. Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Daerah (BKKBD) Pasal 54 UU 52/2009 Belum ada

(38)

PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Pemetaan urusan pemerintahan dilakukan untuk memperoleh

informasi tentang intensitas urusan pemerintahan urusan wajib dan potensi urusan pilihan serta beban kerja peneyelnggaraan urusan.

Pemetaan urusan pemerintahan digunakan untuk menentukan

(39)

TATA CARA PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Berdasarkan kriteria variabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27,

pemerintah daerah dan kementrian/lembaga pemerintah

nonkementrian melaksanakan pemetaan urusan pemerintahan;

Untuk membantu kelancaran pemetaan urusan pemerintahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kementerian mengembangkan sistem informasi pemetaan urusan pemerintahan dan penentuan beban kerja perangkat daerah.

Untuk melaksanakan pemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pemerintah daerah menyampaikan rencana pemetaan urusan

pemerintahan kepada masing-masing kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dan berkoordinasi dengan Menteri dengan

menggunakan sistem informasi pemetaan urusan pemerintahan dan penentuan beban kerja perangkat daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Hasil pemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh

(40)

HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Hasil pemetaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat

(3), digunakan oleh pemerintah daerah untuk menyusun

(41)

TINDAK LANJUT

Untuk pertama kalinya, pemetaan urusan pemerintahan harus

sudah selesai dilaksanakan paling lambat bulan Maret tahun 2016.

hasil pemetaan urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

sudah ditetapkan paling lambat bulan bulan April tahun 2015.

Perda pembentukan perangkat daerah harus sudah ditetapkan

paling lambat akhir Agustus 2015.

Pengisian kepala perangkat daerah dan kepala unit kerja pada

(42)

TINDAK LANJUT

Pengisian kepala perangkat daerah dan kepala unit kerja pada perangkat

daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) untuk pertama kalinya dilakukan dengan mengukuhkan pejabat yang selama ini melaksanakan tugas-tugas tersebut sepanjang sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki dengan kualifikasi, kompetensi dan persyaratan jabatan.

kualifikasi, kompetensi dan persyaratan jabatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (5) ditetapkan oleh menteri/kepala lembaga pemerintah non kementerian yang dikoordinasikan oleh Menteri.

Dalam hal hasil pemetaan urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

belum ditetapkan, untuk pertama kali, Daerah dapat menetapkan peraturan daerah tentang pembentukan perangkat daerah tanpa

(43)

SIMULASI PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN TIPELOGI KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH

BIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

http://fasilitasi.otda.kemendagri.go.id

SIMULASI PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN TIPELOGI KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH

BIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

(44)

nurdindiklat@yahoo.com

0852 1042 0329

(45)

45

DI

DI PAPUA PAPUA TEMPATNYA

TEMPATNYA

BURUNG CENDRAWASIH

BURUNG CENDRAWASIH

CUKUP SEKIAN

CUKUP SEKIAN

DAN TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan rata-rata pertambahan jumlah daun bibit tanaman lada yang terendah ditunjukkan oleh tanaman yang diberi kotoran ayam dengan komposisi media tumbuh yang berbeda 2,25

Keanggotaan SA 53 orang (termasuk  anggota ex‐ anggota ex officio 19 orang) Catatan : Jadwal Sidang  Pleno dan Rapat Pleno dan Rapat  BKSA bisa dilihat 

Jika Anda tidak tahu jenis kain atau bahannya terbuat dari apa, tentukan suhu penyetrikaan yang benar dengan cara menyetrika pada bagian yang tak terlihat apabila Anda

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air, pupuk hijau cair yang berasal dari daun Kihujan dan Azolla, EM4, tanah, dan anakan rumput gajah, serta

Kejadian kecelakaan lalu lintas sangat beragam baik dari proses kejadiannya maupun penyebabnya. Untuk kepentingan penanggulangannya perlu adanya suatu pola yang dapat

Penelitian di SDIT Ar-Risalah Kartasura, di Dukuh Dregan RT.03/ RW.VI Pebelan Kartasura Sukoharjo menghasilkan ulasan mengenai isi muatan pendidikan tauhid kelas 1 di

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya oleh Christina dan Ekawati (2014) dan Luo dan Hachiya (2005), yang menemukan bahwa kepemilikan investor

mengimplementasikan sesuatu yang baru ke dalam situasi yang lama. Inovasi adalah memikirkan dan melakukan sesuatu yang baru untuk menambah atau menciptakan