PEMERINTAHAN KABUPATEN AGAM
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR PETA vii
DARTAR GRAFIK ix
DAFTAR TABEL x
BAB I PROFIL KABUPATEN AGAM I-1
1.1 Landasan Hukum ... I-2
1.2 Profil Tata ruang ... I-9
1.2.1 Gambaran umum kabupaten agam ... I-9
1.2.1.1 Letak Geografis ... I-9
1.2.1.2 Topografi ... I-14
1.2.1.3 Klimatologi ... I-17
1.2.1.4 Geologi ... I-19
1.2.2 Kependudukan ... I-21
1.1.2.1 Jumlah penduduk... I-21
1.1.2.2 Kepadatan penduduk ... I-22
1.1.2.3 Proyeksi Penduduk ... I-25
1.2.3 Potensi Bencana Alam ... I-26
1.2.4 Potensi sumber daya alam ... I-38
1.2.4.1 Sektor pertanian... I-38
1.2.4.2 Sektor perkebunan ... I-39
1.2.4.3 Sektor pertenakan ... I-40
1.2.4.4 Sektor kehutanan ... I-41
1.2.4.5 Sektor perikanan dan kelautan ... I-41
1.2.4.6 Sektor mineral dan pertambangan ... I-45
1.2.5.1 Pertumbuhan ekonomi wilayah ... I-51
1.2.5.2 Sektor-sektor berbasis ekonomi... I-54
1.3 Isu isu Strategis ... I-57
BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI ... II-1
2.1 Perumusam Tujuan ... II-1
2.1.1 Dasar-dasar perumusan tujuan penataan ruang ... II-2
2.1.2 Rumusan tujuan ... II-6
2.2 Tujuan Tata Ruang RTRW Kab Agam ... II-7
2.3 Kebijakan dan Strategi RTW Kabupaten Agam ... II-9
BAB 3 RENCANA STRUKTUR RUANG ... III-1
3.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah ... III-1
3.1.1 Pusat Kegiatan Lokal ... III-4
3.1.2 Pusat Kegiatan Lokal Promosi ... III-4
3.1.3 Pusat Pelayanan Kawasan dan Lingkungan ... III-5
3.2 Arahan Pengembangan Sistem Perkotaan ... III-7
3.2.1 Arahan Pengembangan Sistem Perkotaan Wil. Kabupaten ... III-8
3.3 Rencana Sistem Prasarana Wilayah ... III-17
3.3.1 Rencana sistem Transportasi ... III-17
3.3.1.1 Sistem transportasi darat ... III-18
3.3.1.2 Jaringan Jalan Kereta Api . ... III-25
3.3.1.3 Sistem transportasi laut ... III-26
3.3.2 Rencana sistem Prasarana Lainya ... III-28
3.3.2.1 Sistem Jaringan Energi ... III-28
3.3.2.2 Sistem Jaringan Telekomunikasi ... III-29
3.3.2.3 Sistem Jaringan Sumber Daya Air ... III-34
3.3.2.4 Sistem Pengelolaan Lingkungan ... III-45
BAB 4 RENCANA POLA RUANG ... IV-1
4.1 Rencana Pola Ruang ... VI-1
4.1.1 Rencana kawasan lindung ... IV-2
4.1.1.1 Kawasan Hutan Lindung ... IV-3
4.1.1.2 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
4.1.1.4 Kawasan Suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya ... VI-12
4.1.1.5 Kawasan rawan bencana alam ... VI-13
4.1.1.6 Kawasan lindung geologi ... IV-18
4.1.1.7 Kawasan lindung Lainnya ... IV-22
4.2 Kawasan Budidaya ... IV-23
4.2.1 Kawasan peruntukan hutan industri ... IV-24
4.2.2 Kawasan peruntukan Pertanian ... IV-25
4.2.2.1 Kawasan Pertanian Tanaman Pangan ... IV-26
4.2.2.2 Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan ... IV-27
4.2.2.3 Kawasan Pertanian Holtikultura ... IV-28
4.2.2.4 Kawasan Peruntukan Perkebunan ... IV-29
4.2.2.5 Kawasan Peternakan ... IV-30
4.2.3 Kawasan Peruntukan Perikanan ... VI-31
4.2.3.1 Kawasan Peruntukan Perikanan Tangkap ... VI-31
4.2.3.2 Kawasan Peruntukan Perikanan Budidaya ... VI-32
4.2.3.3 Kawasan Pengolahan Perikanan ... VI-34
4.2.4 Kawasan peruntukan Pertambangan ... VI-35
4.2.5 Kawasan Peruntukan Industri ... IV-38
4.2.5.1 Kawasan Peruntukan Industri Besar . ... IV-38
4.2.5.2 Kawasan Peruntukan Industri Sedang . ... IV-38
4.2.5.3 Kaw. Peruntukan Industri Mikro, Kecil dan Menengah. ... IV-39
4.2.6 Kawasan Pariwisata ... IV-39
4.2.7 Kawasan permukiman ... IV-47
4.2.8 Kawasan peruntukan Lainnya ... IV-49
BAB 5 RENCANA KAWASAN STRATEGIS ... V-1
5.1 Pengertian kawasan strategis ... V-1
5.2 Kriteria kawasan strategis ... V-2
5.2.1 Kriteria umum ... V-2
5.2.2 Prinsip-prinsip pengembangan kawasan ... V-4
5.2.3 Rencana pengembangan dan penetapan kawasan strategis ... V-4
5.2.3.1 Kawasan strategis Dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan
Dukung Lingkungan Hidup ... V-7
5.2.3.3 Kawasan strategis provinsi Sudut Kepentingan
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten ... V-8
5.2.3.4 Kawasan strategis Sudut Kepentingan Pembangunan
Wilayah Kabupaten ... V-12
BAB 6 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG ... VI-1
6.1 Dasar Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang ... VI-1
6.2 Perwujudan Rencana Struktur Ruang ... VI-3
6.2.1 Perwujudan Sistem Pusat-Pusat Permukiman Indikasi ... VI-3
6.2.2 Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah ... VI-12
6.3 Perwujudan Rencana Pola Ruang ... VI-25
6.3.1 Rencana Perwujudan Kawasan Lindung ... VI-25
6.3.2 Rencana Perwujudan Kawasam Budidaya ... VI-37
6.3.3 Rencana Perwujudan Kawasam Strategis ... VI-49
6.4 Indikasi Program Utama ... VI-52
BAB 7 ARAHAN PENGENDALIAN RUANG ... VII-1
7.1 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang ... VII-1
7.2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi ... VII-3
7.2.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang ... VII-3
7.2.1.1 Sistem Pusat Pelayanan ... VII-4
7.2.1.2 Sistem Jaringan Prasarana Wilayah ... VII-4
7.2.2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang ... VII-7
7.3 Ketentuan Umum Perizinan ... VII-28
7.3.1 Izin Lokasi ... VII-30
7.3.1 Izin Pemanfaatan Ruang ... VII-31
7.4 Ketentuan Umum Pemberian Insentif dan Disinsentif ... VII-36
7.5 Arahan Sanksi ... VII-41
BAB 8 HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM
PENETAAN RUANG ... VIII-1
8.1 Hak dan Kewajiban Masyarakat ... VII-1
8.1.1 Hak Manyarakat ... VII-2
Gambar Hal
Gambar 1.1 : Citra Landsat Spot 5 Kab. Agam ... I-11
Gambar 1.2 : Gunung api Maninjau dengan Danau Kawah dibandingkan
dengan besarnya Gunung Merapi dan Singgalang yang
Mencapai 12 :1 ... I-14
Gambar 1.3 : Sesar Sumatera sebagai daerah rawan gempa ... I-26
Gambar 1.4 : Hancuran Permukaan Akibat Pergerakan Sesar Aktif
ketika terjadi Gempa Bumi 6 Maret 2007 do Sepanjang
Sesar Solok Hingga Bukittinggi ... I-27
Gambar 1.5 : Hasil Analisis probabilitas ... I-28
Gambar 1.6 : Sebaran Hasil Letusan Gunung Merapi dan
Gunung Tandikat Berdasarkan Data PVMBG-DESDM ... I-29
Gambar 1.7 : Gambar Gerakan Tanah Avalance/ Longsor di Aliran Malalak
Selatan ... I-31
Gambar 1.8 : Banjir di Ampek Nagari dan Di Manggopoh ... I-33
Peta Hal
Peta I.1 : Peta Orientasi Kabupaten Agam ... I-12 Peta I.2 : Peta Administrasi Kabupaten Agam ... I-13
Peta I.3 : Peta Topografi Kabupaten Agam ... I-16 Peta I.4 : Peta KlimatologiKabupaten Agam ... I-18
Peta 1.4.a : Peta Geologi Kabupaten Agam ... I-20 Peta 1.5 : Peta Tingkat Kepadatan Penduduk ... I-24
Peta 1.6 : Peta Rawan Bencana Abrasi, Akresi dan Gerakan Tanah ... I-35 Peta 1.7 : Peta Rawan Bencana Sesar dan Tsunami ... I-36
Peta 1.8 : Peta Rawan Bencana Liquifraksi, banjir dan gunung api ... I-37 Peta 1.9 : Peta kawasan hutan ... I-43
Peta 1.10 : Peta Potensi Perikanan ... I-44 Peta 1.11 : Peta Potensi Pertambangan ... I-48
Peta 1.12 : Peta Penggunaan Lahan Existing ... I-58 Peta 3.1 : Peta Rencana Struktur Ruang ... III-12
Peta 3.2 : Peta Rencana Sistem Transportasi Kabupaten Agam ... III-27 Peta 3.3 : Peta Rencana Jaringan Energi Kabupaten Agam ... III-32
Peta 3.4 : Peta Rencana Sistem Telekomunikasi Kabupaten Agam ... III-33 Peta 3.5 : Peta Satuan Wilayah Sungai ... III-56
Peta 3.6 : Peta Daerah Aliran Sungan ... III-57 Peta 3.7 : Peta Rencana Sistem Irigasi Kabupaten Agam ... III-58
Peta 3.8 : Peta Rencana Sistem Jaringan Air Bersih Kabupaten Agam ... III-59 Peta 3.8 : Peta Rencana Sistem Jaringan Drainase dan Persampahan ... III-60
Peta 3.9 : Peta Jalur Evakuasi Bencana Kabupaten Agam ... III-61 Peta 4.1 : Peta Pola Ruang Kabupaten Agam 2010-2030 ... IV-59
Peta 4.2 : Peta RencanaPola Ruang Kabupaten Agam 2010-2030
Berdasarkan usulan perubahan hutan ... IV-60
Grafik Hal
Grafik 1.1 : Luas Kecamatan di Kabupaten Agam Tahun 2008 I-21
Grafik 1.2 : Kepadatan Penduduk Kabupaten Agam berdasarkan
Tabel Hal
Tabel 1.1 : Jumlah Kecamatan, Nagari, Luas Daerah di Kabupaten Agam
Tahun 2005-2008 ... I-11
Tabel 1.2 : Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam tahun 2004-2008 ... I-21
Tabel 1.3 : Kepadatan Penduduk Kabupaten Agam Tahun 2009 ... I-22
Tabel 1.4 : Analisis Kategori Tingkat Kepadatan Penduduk
di Kabupaten Agam tahun 2009 ... I-23
Tabel 1.5 : Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam
Tahun 2009 – 2030 ... I-25
Tabel 1.6 : Bencana gerakan tanah/longsor di Kabupaten Agam ... I-31
Tabel 1.7 : Perkembangan Tanaman Padi Sawah Tahun 2006-2007…… ... I-38
Tabel 1.8 : Produksi Perkebunan di Kabupaten Agam tahun 2007……… .... I-39
Tabel 1.9 : Populasi Ternak di Kabupaten Agam Tahun 2007 ... I-40
Tabel 1.10 : Luas Hutan di Kabupaten Agam……… ... I-41
Tabel 1.11 : Produksi Perikanan Tangkap dan budidaya di Kabupaten
Agam tahun 2007………. ... I-42
Tabel 1.12 : Potensi Sumber Daya Mineral di Kabupaten Agam 2007…… .... I-46
Tabel 1.13 : Jumblah Objek wisata Berdasarkan jenis Menurut
Kecamatan tahun 2007………. ... I-50
Tabel 1.14 : PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten
Agam Pada tahun 2004-2007 ………. I-52
Tabel 1.15 : Kontribusi PDRB Sektoral Kab. Berdasarkan Harga Konstan
1993 Menurut lapangan Kerja tahun 2004- 2007……….. .... I-52
Tabel 1.16 : Penghitungan Location Quotient Kab. Agam 2005-2008… ... I-56
Tabel 3.1 : Rencana Peningkatan Jalan Arteri Primer (AP) ... III-18
Tabel 3.3 : Rencana Peningkatan dan Pengembangan Jalan
Kolektor Primer (K2) ... III-19
Tabel 3.4 : Rencana Pembangunan Jalan Kolektor Primer (K3) ... III-19
Tabel 3.5 : Rencana Peningkatan Jalan Kabupaten (K4) ... III-20
Tabel 3.6 : Rencana Pembangunan Arteri Primer (AP) ... III-22
Tabel 3.7 : Rencana Pembangunan Jalan Kolektor Primer (K2) ... III-22
Tabel 3.8 : Rencana Peningkatan Jalan Kolektor Primer (K3) ... III-23
Tabel 3.9 : Rencana Pembangunan Jalan Kabupaten ... III-23
Tabel 3.9 : Rencana Pengembangan Terminal Angkutan ... III-24
Tabel 3.11 : Daftar Embung di Kabupaten Agam ... III-34
Tabel 3.12 : Daftar Irigasi yang menjadi kewenangan Kabupaten Agam ... III-35
Tabel 4.1 : Luas Hutan Lindung di Kabupaten Agam... IV-4
Tabel 4.2 : Kawasan sempadan Sungai di Kab. Agam ... IV-8
Tabel 4.3 : Kawasan sempadan Mata Air di Kab. Agam ... IV-10
Tabel 4.4 : Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam berdasarkan
Keputusan Menteri dan Gubernur ... IV-13
Tabel 4.5 : Lokasi Rawan Longsor di Kabupaten Agam ... IV-15
Tabel 4.6 : Deskripsi Gunung Api ... IV-19
Tabel 4.7 : Rencana Luas dan Perubahan Luuas Hutan Produksi ... IV-25
Tabel 4.8 : Proyeksi Perubahan Fungsi Lahan Pertanian ... IV-27
Tabel 4.9 : Kawasan Lahan Pertanian Tanaman Pangan ... IV-28
Tabel 4.10 : Rencana Luas Peruntukan Kebun di Kab., Agam ... IV-30
Tabel 4.11 : Rencana Pengembangan Objek Wisata ... IV-43
Tabel 4.12 : KaWasan Pemukiman Perkotaan Kabupaten Agam ... IV-48
Tabel 4.13 : Kebutuhan Fasilitas Pendidikan ... IV-50
Tabel 4.14 : Kebutuhan Fasilitas Kesehatan ... IV-52
Tabel 4.15 : Kebutuhan Fasilitas Peribadatan ... IV-54
Tabel 4.16 : Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Pasar ... IV-56
Tabel 4.17 : Kebutuhan Fasilitas Perkantoran ... IV-57
Tabel 4.18 : Rencana Pola Ruang Kabupaten Agam Tahun 2030 ... IV-58
Tabel 6.2 : Rencana Perwujudan Pola Ruang ... VI-71
Tabel 6.3 : Rencana perwujudan sistem jaringan prasarana wilayah ... VI-82
Tabel 6.4 : Rencana Perwujudan Kawasan Strategis ... VI-93
Tabel 7.1 : Ketentuan Umum Peraturan Zonasi ... VII-15
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2004 – 2014
belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus
hanya pada perencanaan, sehingga terjadi inkonsistensi pelaksanaan
pembangunan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah serta lemahnya
pengendalian dan penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai pengganti
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1992, pada tahun
2009 telah dilakukan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Agam sehingga diharapkan dengan tersusunnya RTRW
Kabupaten Agam tahun 2010-2030 yang mengacu kepada
undang-undang penataan ruang yang baru, pemanfaatan ruang 20 tahun
kedepan dapat memberikan arahan yang lebih jelas serta mampu dan
berdampak luas terhadap mengantisipasi perkembangan wilayah
Kabupaten Agam baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya.
BAB. 1
1.1 LANDASAN HUKUM
A. Undang – Undang
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun
1945;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah
Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 61 tahun 1958 tentang
Penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Darurat Nomor 19
Tahun 1957 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat
I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau menjadi Undang-Undang Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor
112) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2043);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3470);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1996 Tentang
Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 3647);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4412);
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Thn 2002 tentang
Pertahanan Negara ( Lembaga Republik Indonesia Thn 2002 No. 3,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4169 ).
10. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4169 ).
11. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4247);
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477);
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undang Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang
Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 85 Tahun
15. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2004 nomor 104, tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia nomor 4421);
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132 Tahun 2004,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4722);
20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4723);
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725);
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 84, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4959);
25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4966);
26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5014);
27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025);
28. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 68, Tambahan Lembaran
29. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
30. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun
2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5074);
31. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5188);
B. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998
tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000
tentang Ketelitian Peta untuk RTRW (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3034);
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2004
tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4452);
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4532);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006
tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia 2006 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2006 Nomor 4624);
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006
tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4655);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/
Kota, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5048);
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009
tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5070);
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor ...,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ...);
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010
tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010
tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 17, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5099);
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1503);
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010
tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5110);
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5111);
18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010
tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5112);
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010
tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
C. Keputusan Menteri
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 494/PRT/M/2005 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Perkembangan Perkotaan;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata
Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata
Ruang Daerah;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
5. Peraturan Menteri PU No.11/PRT/2009 tentang Pedoman Persetujuan
Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tetang
Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata
Ruang Wialayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya;
6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
630/KPTS/M tahun 2009 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut
Fungsi;
7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
631/KPTS/M tahun 2009 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut
Status;
8. Surat Edaran Bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 660/5113/SJ dan 04/MENLH/12/2010 tentang
pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi dan Kabupaten/Kota;
1.2 PROFIL TATA RUANG
1.2.1 Gambaran Umum Kabupaten Agam
Kabupaten Agam terletak pada kawasan yang sangat strategis, dimana
Tengah dan Lintas Timur Sumatera yang berimplikasi pada perlunya
mendorong daya saing perekonomian, serta pentingnya memanfaatkan
keuntungan geografis yang ada.
1.2.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Agam mempunyai luas daerah seluas 2.232,30 km²
atau (5,29 %) dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang
memiliki luas 42.229,04 km². Secara geografis, Kabupaten
Agam berada pada pada 000 01’ 34” – 000 28’ 43” LS dan 990
46’ 39” – 100032’ 50”, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan
Kabupaten Pasaman Barat.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lima Puluh
Kota.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang
Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar.
Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Berdasarkan data BPS yaitu Kabupaten Agam Dalam Angka
Tahun 2009, Kabupaten Agam memiliki 16 kecamatan dan 82
Nagari. Disamping itu Kabupaten Agam juga mempunyai
sebuah danau yaitu Danau Maninjau yang mempunyai luas
perairan ± 9.950 Ha dengan kedalaman 157 m dari permukaan
air rata-rata.
Kabupaten Agam juga memiliki wilayah pantai dengan panjang
garis pantai ± 43 km dan memiliki 2 (dua) buah pulau yaitu pulau
Tangah dan Pulau Ujung dengan luas masing-masing pulau
seluas ± 1 Km². Kabupaten Agam juga memiliki dua buah
gunung, yaitu Gunung Merapi dengan ketinggian 2.891 m dpl
dan Gunung Singgalang dengan ketinggian 2.877 m dpl. Selain
itu juga terdapat 3 aliran sungai yang cukup besar, yaitu Batang
Gambar I.1 Citra Landsat Spot 5 Kab. Agam
Tabel 1.1
Jumlah Kecamatan, Nagari, Luas Daerah di Kabupaten Agam Tahun 2005-2008
No Kecamatan
[ [
DANAU MANINJAU
Gn. MERAPI
Gn. SINGGALANG
1.2.1.2 Topografi
Kabupaten Agam mempunyai kondisi topografi yang cukup
bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif
rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0 - 2.891 meter dari
permukaan laut.
Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah
Kabupaten Agam, bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter
dpl, adapun pengelompokkan yang didasarkan atas ketinggian
adalah sebagai berikut:
1. Wilayah dengan ketinggian 0-500 m dpl seluas 44,55%
sebagian besar berada di wilayah barat yaitu Kecamatan
Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan
Ampek Nagari dan sebagian Kecamatan Tanjung Raya.
2. Wilayah dengan ketinggian 500-1000 m dpl seluas 43,49%
berada pada wilayah Kecamatan Baso 725-1525 m dpl,
Kecamatan Ampek Angkek Canduang, Kecamatan Malalak
425 -2075 m dpl, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan
Palembayan 50 1425 m dpl, Kecamatan Palupuh 325
-1650 m dpl, Kecamatan Banuhampu 925-2750 m dpl dan
Kecamatan Sungai Pua 625-1150 m dpl.
3. Wilayah dengan ketinggian > 1000 m dpl seluas 11,96%
meliputi sebagian Kecamatan IV Koto 850-2750 m dpl,
Kecamatan Matur 825-1375 m dpl dan Kecamatan
Canduang, Sungai Pua 1150-2625 m dpl.
Kawasan sebelah barat merupakan daerah yang datar sampai
landai (0 – 8 %) mencapai luas 71.956 ha, sedangkan bagian
tengah dan timur merupakan daerah yang berombak dan
berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal (> 45%)
yang tercatat dengan luas kawasan 129.352 ha. Kawasan
dengan kemiringan yang sangat terjal (> 45%) berada pada
jajaran Bukit Barisan dengan puncak Gunung Merapi dan
Gunung Singgalang yang terletak di Selatan dan Tenggara
1.2.1.3 Klimatologi
Temperatur udara di Kabupaten Agam terdiri dari dua macam,
yaitu di daerah dataran rendah dengan temperatur minimum
250C dan maksimum 330C (Lubuk Basung), sedangkan di
daerah tinggi yaitu minimum 200C dan maksimum 290C
(Tilatang Kamang). Kelembaban udara rata-rata 88%,
kecepatan angin antara 4-20 km/jam dan penyinaran matahari
rata-rata 58%.
Musim hujan di Kabupaten Agam terjadi antara bulan Januari
sampai dengan bulan Mei dan bulan September sampai bulan
Desember, sedangkan untuk musim kemarau berlangsung
antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.
Berdasarkan peta iklim yang dibuat Oldeman (1979) serta data
base hidroklimat yang diterbitkan Bakosurtanal (1987), wilayah
Kabupaten Agam memiliki 4 kelas curah hujan, yaitu:
1. Daerah dengan curah hujan > 4500 mm/tahun tanpa
bulan kering (daerah dengan iklim Tipe A), berada di
sekitar lereng gunung Merapi-Singgalang meliputi sebagian
wilayah Kecamatan IV Koto dan Sungai Pua.
2. Daerah dengan curah hujan 3500-4500 mm/tahun tanpa
bulan kering (daerah dengan tipe A1) mencakup sebagian
wilayah Kecamatan Tilatang Kamang, Baso dan Ampek
Angkek.
3. Daerah dengan curah hujan 3500-4000 mm/tahun dengan
bulan kering selama 1-2 bulan berturut-turut meliputi
sebagian Kecamatan Palembayan, Palupuh, dan IV Koto.
4. Daerah dengan curah hujan 2500-3500 mm/tahun dengan
bulan kering selama 1-2 bulan berturut- turut, meliputi
sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan Tanjung
1.2.1.4 Geologi
Formasi batuan yang dijumpai pada daerah Kabupaten Agam
dapat digolongkan kepada Pra Tersier, Tersier, dan Kuarter
yang terdiri dari batuan endapan permukaan, sedimen,
metamorfik, vulkanik dan intrusi. Batuan induk yang berasal dari
zaman Pra Tersier terdiri dari batuan sedimen, vulkanik, dan
intrusi. Batuan yang berasal dari zaman Tersier bahwah atau
peralihan Tersier ke Kuarter berupa batuan vulkanik yang terdiri
dari lahar, aglomerat dan koluvium. Batuan dari zaman Kuarter
terdiri dari endapan permukaan dan vulkanik. Batuan vulkanik
terdapat di Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan Danau
Maninjau.
Wilayah Kabupaten Agam yang ditutupi oleh jenis batuan beku
ekstrusif dengan reaksi intermediet (andesit dari Gunung
Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Tandikek, Danau
Maninjau, dan Gunung Talamau) seluas 68.555,10 ha
(32,43%), batuan beku ekstrusif dengan reaksi masam (pumis
tuff) seluas 55.867,90 ha (26,43%), batuan sedimen dengan jenis batu kapur seluas 80.011,80 ha (3,79%), endapan
alluvium mencapai luas 48.189 ha (22,79%).
Struktur batuan yang terdapat di Pulau Sumatera Tengah-Barat
merupakan perbukitan bergelombang yang tersusun oleh
batuan vulkanik berupa batuan breksi, lava, batuan piroklastik
bersifat agak padu sampai padu, berumur tersier hingga
kuarter.
Sementara untuk daerah sekitar Maninjau terjadi lekukan besar
kawah Maninjau yang saat ini berisi air danau merupakan hasil
dari ledakan maha dahsyat dari erupsi gunung api yang tipenya
hampir sama dengan ledakan maha besar dari Gunung api
1.2.2 Kependudukan
1.2.2.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Kabupaten Agam selama periode 5 tahun
telah terjadi peningkatan sebesar 13.784 jiwa, dimana pada
tahun 2004 penduduk Kabupaten Agam berjumlah 431.603 jiwa
dan pada tahun 2008 meningkat sebanyak 445.387 jiwa. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.
Tabel I.2
Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam
No Tahun Jumlah Penduduk
1. 2004 431.603
2. 2005 435.276
3. 2006 439.611
4. 2007 443.857
5. 2008 445.387
Sumber : Badan Statistik Kabupaten Agam
Grafik 1.1
Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam
1.2.2.2 Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Agam, masih relatif
kecil. Berdasarkan perhitungan rata-rata kepadatan penduduk di
Kabupaten Agam sebesar 200 jiwa/Km2.
, namun untuk beberapa
kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Bukittinggi,
tingkat kepadatan penduduk relatif tinggi seperti di Kecamatan
Banuhampu dan Kecamatan Ampek Angkek.
Tabel I.3
Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2009
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009
No Kecamatan Luas
(Km2) Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(Km2)
1. Tanjung Mutiara 205,73 26.452 129
2. Lubuk Basung 278,40 62.132 223
3. Ampek Nagari 268,69 22.622 84
4. Tanjuang Raya 244,03 30.607 125
5. Matur 93,69 18.581 198
6. IV Koto 173,21 23.259 134
7. Banuhampu 28,45 33.207 1.167
8. Sungai Pua 44,29 23.033 520
9. Ampek Angkek 30,66 37.515 1.224
10. Canduang 52,29 23.179 443
11. Baso 70,30 33.112 471
12. Tilatang Kamang 56,07 32.718 584
13. Kamang Magek 99,60 20.605 207
14. Palembayan 349,81 33.759 97
15. Palupuah 237,08 13.981 59
16. Malalak - 10.635 -
Grafik 1.2
Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam
Dari hasil analisa tingkat kepadatan penduduk, katagori tingkat
kepadatan penduduk di Kabupaten Agam dikategorikan menjadi
3 yaitu kepadatan rendah, kepadatan sedang dan kepadatan
tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut tabel hasil analisis kepadatan
penduduk di Kabupaten Agam:
Tabel I.4
Analisis Katagori Tingkat Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2009
No Tingkat Kepadatan
Penduduk Range Kecamatan
1. Kepadatan Rendah 0-447 jiwa/km2 Tanjung Mutiara, Lubuk
Basung, Ampek Nagari, Tanjuang Raya, Matur, IV Koto, Canduang, Kamang Magek, Palembayan, Malalak.
2. Kepadatan Sedang 447-835 jiwa/km2 Sungai Pua,
Baso,
Tilatang Kamang.
3. Kepadatan Tinggi > 835 jiwa/km2 Banuhampu,
Ampek Angkek
1.2.2.3 Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk dilakukan guna memprediksi tingkat
perkembangan penduduk untuk 20 tahun kedepan, sehingga
diharapkan dari hasil proyeksi tersebut dapat diketahui
kebutuhan-kebutuhan saran dan prasarana yang diperlukan,
termasuk kebutuhan lahan yang harus disediakan.
Dari hasil proyeksi yang dilakukan berdasarkan metode
eksponensial, dapat diketahui bahwa pada tahun 2030,
diperkirakan penduduk Kabupaten Agam berjumlah 659,461 jiwa
atau terjadi penambahan penduduk sebesar 214.074 Jiwa.
Tabel I.5
1.2.3 Potensi Bencana Alam
Kabupaten Agam merupakan daerah yang memiliki banyak bencana,
baik bencana alam maupun bencana geologi. Berdasarkan profil rawan
bencana yang telah disusun pada tahun 2008, jenis-jenis bencana yang
ada, dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Bahaya Sesar Aktif
Bahaya sesar aktif adalah bagian dari lempeng bumi yang
mengalami patahan atau tersesarkan dan masih bergerak hingga
saat ini. Sesar aktif ditunjukkan oleh bentuk kelurusan topografi
dimana lokasi pusat gempa terjadi disekitarnya.
Pada wilayah Kabupaten Agam, sesar aktif memotong 6 kecamatan
yang terdapat di Kabupaten Agam yaitu :
1. Kec. Palupuh
2. Kec. Palembayan
3. Kec. Matur
4. Kec. IV Koto
5. Kec. Banuhampu
6. Kec. Sungai Pua
Gambar I.4: Hancuran permukaan (Ground surface rupture) akibat pergerakan sesar aktif ketika terjadi gempa bumi 6 Maret 2007 disepanjang sesar Solok hingga Bukittinggi. (Danny H. Natawijadja, Adrin Tohari, Eko Soebowo & Mudrik R. Daryono; EERI Special Earthquake Report May 2007)
2. Bahaya Seismisitas Gempa
Bahaya seismisitas gempa merupakan bencana yang terjadi
disebabkan oleh terlepasnya energi tektonik kerak bumi. Akibat
terpaan dari gelombang seismisitas gempa.
Di wilayah Kabupaten Agam zonasi kerusakan akibat terpaan
gelombang siesmik gempa berdasarkan analisis dapat diperlihatkan
pada Gambar I.5. Dari gambar tersebut kemungkinan zona
kerusakan paling tinggi, warna merah, tersebar disepanjang
Pegunungan Bukit Barisan, kurang lebih daerah yang
menghubungkan antara Danau Singkarak, Kota Bukittinggi sampai
sekitar Bonjol di sebelah barat laut. Zona kerusakan lebih rendah
diapit oleh dua sesar/patahan yang diperlihatkan oleh warna merah
muda.
Gambar I.5: Hasil analisis probabilitas hazard 2% (atas) dan 10% (bawah) berdasarkan gempa periode ulang 50 tahunan (Petersen M.D. Dkk, 2004).
3. Bahaya Tsunami
Daerah lepas pantai Kabupaten Agam merupakan tempat dimana
subduksi tektonik terjadi. Distribusi pusat gempa dilepas pantai
menunjukkan potensi gempa yang menyebabkan terjadi tsunami
besar.
Untuk wilayah Kabupaten Agam yang termasuk dalam daerah yang
potensial terhempas hantaman tsunami adalah pada daerah sekitar
Jorong Subang-subang, Jorong Labuhan, Jorong Muara Putus,
Jorong Masang, dan Nagari Tiku Selatan dan sebagian Nagari
Bawan di Kecamatan Ampek Nagari.
4. Letusan Gunung Api
Pada wilayah Kabupaten Agam mempunyai 2 gunung aktif yaitu
Gunung Marapi dan Gunung Tandikat. Sebaran produk letusan dari
Gunung Marapi cenderung menuju ke arah tenggara sedangkan
Daerah-daerah yang perlu mendapat perhatian dari letusan gunung
api di Kabupaten Agam antara lain:
1. Letusan Gunung Marapi: aliran Batang Sarik, Lima Kampung,
Tabek, Kepala Koto, Lukok 1, Suraubaru, Padang laweh, Lubuk
dan Pulungan.
2. Letusan Gunung Tandikat: letusan ini tidak terlalu
membahayakan kecuali di sekitar daerah Toboh.
Gambar I.6 : Sebaran hasil letusan G. Marapi dan G. Tandikat (data PVMBG – DESD).
5. Bahaya Gerakan Tanah/Longsoran
Gerakan tanah/longsoran adalah proses pemindahan/pergerakan
massa tanah dan batuan karena pengaruh gaya gravitasi. Jenis
gerakan tanah yang umum dijumpai adalah: jatuhan (falls), gelincir
(slides), nendatan (slumps), aliran (flows) dan rayapan (creeps).
Gerakan tanah/longsoran terjadi akibat beberapa faktor seperti jenis
dan sifat batuan/tanah, sudut kemiringan lereng, curah hujan,
tutupan vegetasi, ulah manusia atau akibat pembangunan fisik dan
keteknikan.
Gunung Marapi
Jatuhan (Debris Falls)
Jatuhan (Debris Falls) merupakan gerakan bebas dari massa
atau material tanah atau batuan yang berasal dari lereng curam.
Tipe jatuhan yang terdapat di Kabupaten Agam diwakili oleh
Batuan Tufa Kuarter seperti yang terdapat di Ngarai Sianok.
Batuan penyusunnya adalah pasir tufa yang sangat mudah
hancur dan lepas-lepas akibat rekahan-rekahan yang terdapat
didalamnya serta membentuk lereng sangat curam dan hampir
tegak. Jatuhan terjadi akibat meresapnya air hujan ke dalam
batuan tufa yang porus sehingga menambah berat dari massa
batuan dan memperlemah ikatan antar rekahan dan pori di dalam
batuan tersebut. Proses lain yang dapat mengakibatkan
longsoran antara lain karena kikisan atau erosi maupun
pekerjaan galian dibagian dasar ngarai.
Gelinciran (Sliding)
Gelinciran (Sliding) adalah gerakan massa tanah atau batuan
sepanjang lereng perbukitan dan pegunungan yang terlepas dari
ikatan tanah atau batuan asalnya. Gelinciran berlangsung secara
cepat dan tiba-tiba dengan kecepatan tinggi. Pergerakan
umumnya disebabkan oleh pertambahan massa air yang
bercampur dengan rombakan tanah atau batuan dan
mengakibatkan massa tanah atau batuan berkurang daya ikatnya
dan menjadi berat. Tanah atau batuan yang menyusun tipe
gelinciran pada umumnya terjadi dari massa pasiran atau
bongkah-bongkah batuan lepas dalam beberapa ukuran mulai
dari ukuran kerikil sampai bongkahan berukuran besar lebih dari
5 meter. Di Kabupaten Agam tipe gelinciran paling banyak
dijumpai diberbagai dinding jalan dan lereng/lembah sungai
dalam berbagai ukuran seperti yang terdapat di sekitar nagari
Nendatan (Slumps)
Longsoran ini dikenali oleh adanya retakan dipermukaan.
Pergerakan longsoran diperlihatkan dari bentuk permukaan
berupa lingkaran atau bentuk tapal kuda. Di Kabupaten Agam,
longsoran tipe ini terdapat disekitar lereng luar Gunung Maninjau
yaitu di jalan antara Koto Tuo – Balingka di jalan masuk ke
stasiun transmisi Telkom dan di jalan antara Matur –
Palembayan.
Gambar I.7: Gerakan tanah Avalance/Longsoran Aliran di Nagari
Malalak Selatan
Tabel I.6
Bencana Gerakan Tanah/Longsor di Kabupaten Agam
No Keterangan Kecamatan Nagari
1 2 3 4
1. Jatuhan (Debris Falls)
Tanjung Raya Tanjung- Sani
Sungai Batang
Maninjau Palembayan Baringin-
Ampek Koto Palembayan
Tigo Koto Silungkang Lubuk Basung Lubuk Basung Ampek Nagari Batu Kambiang
Matur Matua Hilia
IV Koto Balingka
Koto Gadang
Malalak Malalak Timur
Palupuh Koto Rantang
1 2 3 4
2. Gelinciran (Sliding)
Palembayan Baringin
Ampek Koto Palembayan
Tigo Koto Silungkang Lubuk Basung Lubuk Basung Ampek Nagari Batu Kambing
Matur Matua Hilir
Palupuh Koto Rantang
Pasia Laweh 3. Nendatan
(Slumps)
Matur Tigo Balai
Palembayan Baringin
Sungai Pua
IV Koto Balingka
Malalak Malalak Utara
6. Banjir
Banjir terjadi apabila ekses atau kelebihan air tidak dapat ditampung
pada tempatnya sehingga melimpah keluar. Tempat penyimpanan
air secara alamiah diantaranya adalah sungai, rawa, danau atau
bendungan. Daerah banjir terjadi sepanjang aliran sungai seperti
Batang Tiku dan Batang Sungai Pingai, Batang Kalulutan, Batang
Dareh, Batang Bawan, Batang Sitanang, bagian hilir dari Batang
Simpang Jernih dan Simpang Keruh dan Batang Layah. Banjir pada
sungai – sungai tersebut di atas pada umumnya terbatas pada
morfologi dataran banjir (flood plain). Selain dari lokasi – lokasi
tersebut banjir juga terjadi pada daerah rawa yang terdapat di
sekitar dataran pantai, yang juga berhubungan dengan aliran sungai
di bagian hilir.
Lokasi banjir di wilayah Kabupaten Agam antara lain :
Kecamatan Palembayan: Nagari Salareh Aia.
Kecamatan Ampek Nagari: Nagari Bawan, Nagari Batu Kambiang, Nagari Sitalang.
Kecamatan Tanjung Mutiara: Nagari Tiku V Jorong.
Kecamatan IV Koto: Nagari Balingka.
Kecamatan Tilatang Kamang: Nagari Koto Tangah.
Kecamatan Palupuh: Nagari Pasia Laweh.
Gambar I.8 Banjir di Ampek Nagari dan di Manggopoh
7. Abrasi
Abrasi merupakan salah satu bagian dari proses perubahan muka
air laut setempat yang dalam istilah ilmiah disebut relative sea level
change (RSLC). Abrasi atau erosi garis pantai mengubah garis pantai berpindah ke arah daratan. Lawan dari abrasi adalah akresi
atau sedimentasi yang menyebabkan garis pantai maju ke arah laut.
Proses yang terlibat dalam perubahan garis pantai diakibatkan oleh
banyak hal diantaranya kondisi geologi dan morfologi pantai, kondisi
ekologi, klimatologi dan oseanologi. Dari semua faktor tersebut di
atas pengaruh gelombang dan arus laut merupakan faktor dominan.
Gelombang berfungsi menghancurkan sedimen yang menyusun
garis pantai dan arus laut mengangkut hasil rombakan searah
Pada wilayah Kabupaten Agam, wilayah yang terkena abrasi yaitu :
1. Masang (800 meter).
2. Ujungmasang (1.100 meter).
3. Muaraputus (300 meter).
4. Ujung Labung (500 meter).
5. Pasia Paneh (200 meter).
6. Pelabuhan Tiku (100 meter).
Gambar 1.9 Abrasi dan akresi pantai di Kabupaten Agam
Abrasi
1.2.4 Potensi Sumberdaya Alam
Sumber Daya Alam yang terdapat di Kabupaten Agam terdiri atas
sumber daya alam pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan,
perikanan dan kelautan serta mineral dan pertambangan.
1.2.4.1 Sektor Pertanian
Perkembangan tanaman padi sawah untuk periode tahun 2006
hingga tahun 2008 dapat di gambarkan sebagai berikut, luas
baku lahan yang tersedia di wilayah Kabupaten Agam untuk
periode 2006-2008, tidak terjadi penambahan maupun
pengurangan lahan, dimana berdasarkan data yang ada, luas
baku lahan yang tersedia seluas 28.819 Ha. Sementara untuk
luas tanam dalam periode 2006-2008 terjadi penurunan sekitar
4,41 %.
Tabel I.7
Perkembangan Tanaman Padi Sawah Tahun 2006-2007
No. Uraian
Tahun Perkembangan
2005 2006 2007 2007-2008 %
1. Luas Baku Lahan (ha) 28.819 28.819 28.819 - 0,00
2. Luas Tanam (ha) 52.715 53.449 51.192 -2.257 -4,41
3. Luas Panen (ha) 49.585 51.157 51.462 305 0,59
4. Produksi (Ton) 233.490 233.561 243.119 9.558 3,93
5. Produktivitas (Ton/ha) 4,71 4,57 4,72 0,15 3,18
6. IP (%) 182,92 185,46 182,92 -2,54 -1,39
1.2.4.2 Sektor Perkebunan
Untuk sektor perkebunan, produksi tertinggi di sektor ini adalah
jenis produksi kelapa sawit yang mencapai 182,740 ton, dimana
sebaran perkebunan yang ada di wilayah Barat Kabupaten
Agam yaitu KecamatanTanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek
Nagari dan Kecamatan Palembayan.
Tabel I.8
Produksi Pekebunan di Kabupaten Agam Tahun 2007
No Jenis Produksi Luas Panen
(Ha) Produksi (Ton)
1. Tanaman Perkebunan
a. Kelapa Dalam 11.150 32.916
b. Kelapa Sawit 8.764 182.740
c. Karet 814 913
d. Cengkeh 414 54
e. Kulit Manis 7.493 17.542
f. Kopi 3.297 2.078
g. Gardamunggu 106 52
h. Kemiri 297 2.224
i. Pinang 2.520 9.671
j. Pala 1.051 2.350
k. Tebu 3.983 20.627
l. Temulawak 1 1
m. Jahe 4 15
n. Laos 2 8
o. Kunyit 6 18
p. Kejibeling 1 1
q. Kapulaga 1 1
r. Kakao 1.227 1.065
1.2.4.3 Sektor Peternakan
Kondisi geografis yang sangat beraneka ragam, tentunya sangat
mempengaruhi keragaman jenis ternak. Untuk jenis ternak sapi
yang ada di Agam wilayah Timur seperti Kecamatan IV Angkek,
Candung, Baso, Tilatang kamang dan Kamang Magek dan
Sungai Pua umumnya jenis sapi Simenthal dan Brahman,
sedangkan Agam wilayah Barat seperti Kecamatan Lubuk
Basung, Tanjung Mutiara dan IV Nagari lebih dominan dengan
jenis peranakan Onggole (PO), dengan tingkat populasi ternak
sapi terbesar adalah jenis sapi potong yang mencapai 32.017
ekor. Sementara untuk populasi terbesar sektor peternakan
yang ada di Kabupaten Agam adalah jenis ternak ayam buras
yang mencapai 432.315 ekor. Untuk lebih memberi gambaran
tentang populasi ternak yang ada di Kabupaten Agam, dapat
dilihat pada tabel .
Tabel I.9
Populasi Ternak di Kabupaten Agam Tahun 2007
No Jenis Ternak Populasi (Ekor)
1. Sapi Potong 32.017 2. Sapi Perah 40 3. Kerbau 17.787
4. Kuda 172
5. Kambing dan Domba 13.187 6. Ayan Buras 432.315 7. Ayam Ras Petelur 161.548 8. Ayam Ras Pedaging 53.673 9. Itik 105.167 10. Puyuh 44.787 11. Anjing 31.778 12. Kelinci 7.320
1.2.4.4 Sektor Kehutanan
Luas hutan berdasarkan fungsi yang ada di Kabupaten Agam
berdasarkan peta Padusarasi RTRW-TGHK tahun 1996/1997
adalah 85,883.40 Ha atau sekitar 38,51 % dari luas keseluruhan
wilayah Kabupaten Agam. Adapun perincian luas hutan di
Kabupaten agam adalah: Hutan PPA seluas, 27,533.40 Ha,
Hutan Lindung seluas 31,560.00 Ha, Hutan Produkasi seluas
6,140.00 Ha dan Hutan Produksi Terbatas seluas 20,883.40.
Tabel I.10
Luas Hutan di Kabupaten Agam
No Jenis Luas (Ha)
1. Hutan PPA 27.533,40
2. Hutan lindung 31,560,00
3. Hutan produksi 6,140,00
4. Hutan produksi terbatas 20,650,00
Jumlah 85.883,40
Sumber : TGHK dan RTRWP Dati II Agam Th 1996/1997
1.2.4.5 Sektor Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Agam memiliki panjang pantai 43 Km² dengan luas
laut mencapai 313,04 Km². Sementara untuk luas perairan
umum (air tawar) yang ada di Kabupaten Agam, luasnya
mencapai 10.518 Ha.
Untuk perikanan laut, terdapat di Kecamatan Tanjung Mutiara,
dimana hasil tangkapan ikan laut dominan adalah jenis ikan
tembang, ikan teri, tongkol, ikan layang, ikan kembung, ikan
layur, cakalang, mayang dan udang. Sementara untuk kegiatan
budidaya ikan, terdapat di danau maninjau dengan jumlah
keramba jaring apung (KJA) sebanyak 8.930 petak dengan
sawah. Untuk penangkapan ikan di perairan umum, dilakukan di
Danau Maninjau dan sungai-sungai yang tersebar di Kabupaten
Agam seperti di Batang Masang Kiri, Masang Kanan, Batang
Antokan dan Batang Tiku.
Tabel I.11
Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya di Kabupaten Agam Tahun 2007
No Jenis Produksi Hasil Tangkapan (Ton)
1. Ikan Laut 4.966,8
2. Budidaya 55.670,35
3. Perairan Umum 755,98
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam Tahun 2008
Untuk produksi perikanan di Kabupaten Agam terbagi menjadi 3
jenis produksi yaitu jenis ikan laut, budidaya dan perairan umum.
Dari ketiga jenis tersebut, untuk jenis budidaya merupakan jenis
yang paling banyak terdapat di Kabupaten Agam dengan jumlah
tangkapan 55.670,36 ton sedangkan untuk jenis perairan umum
memiliki nilai tangkapan yang paling rendah yaitu hanya 755,98
ton.
Sektor pengolahan dan pemasaran ikan yang ada di Kabupaten
Agam, umumnya masih dalam tahap pengolahan dan
pemasaran sederhana. Dari data yang ada, jumlah unit
pengolahan ikan terdapat 278 unit, sementara jumlah produksi
ikan olahan pada tahun 2009 mencapai 679,27 ton, dengan
1.2.4.6 Sektor Mineral dan Pertambangan
Tingkat pemanfaatan sumber daya mineral dan energi di
Kabupaten Agam masih sangat rendah. Sedangkan potensi
sumber daya mineral dan energi yang terkandung di wilayah ini
sangat potensial. Oleh karena itu prospek pengembangan dan
pemanfaatan sumber daya mineral dan energi masih sangat
terbuka.
Potensi bahan galian tambang golongan B yang dimiliki daerah
ini seperti biji besi di Kecamatan Matur, pasir besi di Kecamatan
Tanjung Mutiara. Sedangkan potensi bahan galian golongan C
seperti andesit, granit, dolomit, dan marmer terdapat di
Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Palupuh, Kecamatan
IV Koto, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur,
Kecamatan Baso dan Kecamatan Lubuk Basung.
Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Provinsi Sumatera Barat, terdapat beberapa izin pertambangan
yang ada di Kabupaten Agam sampai akhir tahun 2008. Ijin
pertambangan yang diberikan bervariasi, dari mulai izin
eksplorasi, pengolahan, penyelidikan umum, pengangkutan dan
penjualan sampai pada ijin eksplorasi. Untuk bahan galian yang
mendapat ijin terdiri dari bahan galian pasir besi, dolmit dan
juga batu kapur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
Tabel I.12
Potensi Sumber daya Mineral di Kabupaten Agam tahun 2007
No Jenis Lokasi Potensi Keterangan
1 2 3 4 5
1. Batu Kapur Palembayan, Palupuh dan Padang Tarok
Sumber daya Penyelidikan umum
Simarasok 109.375.000 ton - Kecamatan Baso 9.375.000 ton
(hipotetik)
2. Marmer Kamang, Kecamatan Kamang Magek
500.000.000 ton (sumber daya)
Penyelidikan umum
Matur Sumber daya Penyelidikan umum Kecamatan Palupuh 62.500.000 ton (700
ha) sumber daya -
3. Dolimit Mudik Pauh, Kecamatan Palupuh 5.900.000 ton (45 ha) sumber daya
Sebagian sudah diusahakan oleh PT Bukit Ayu Tunas Lestari
Unsur MgO = 17,93-20,86 CaO = 30,20 – 32,0% SiO = ttd – 0,6% Fe2O3 = 0,10 – 0,30% SiO2 = 1,76 – 2,24% 4. Kalsit Tersebar di Kecamatan Baso Sumber daya Penyelidikan umum 5. Fosphat Ngalau Baja, Biaro, Durian dan
Bunian
Sumber daya Penyelidikan umum
6. Granit Bukit Cimpago, Malalak Cimpago Kecamatan IV Koto
Sumber daya Penyelidikan umum
Bukit Antokan, Bukit Masang, Bukit Labuhan, dan Bukit Pandih Dusun Durian Kapeh, Kecamatan Tanjung Mutiara
Sumber daya Penyelidikan umum
Granit kemungkinan dalam bentuk stock granodiorit, berwarna abu-bau tua kehitaman, masif, fanerik halus, sedang,subhedral, equigranular, kuarsa, arthoktas hornblende, plagioklas keras. 7. Andesit Batu Kambing, Malabur dan batang
Dareh, Kecamatan Lubuk Basung
Sumber daya Penyelidikan umum
Ladang hutan dan Panambahan Kecamatan Baso
Sumber daya Penyelidikan umum Hutan lindung Paninggiran Ateh, Paninggiran
Bawah dan Bukit Bateh Dagang, Kecamatan Palupuh
Sumber daya Penyelidikan umum
8. Trass Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 M3 Sebaran dalam satuan batuan tufa
berbatu apung Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 M3 Penyelidikan umum
Baso, Palembayan, IV Koto, Batu Kambing, Sipisang dan Tilatang Kamang
1 2 3 4 5
9. Balerang Koto Baru 100 ton (hipotetik) Penyelidikan umum
10. Tufa Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 M3 Sebaran dalam satuan batuan tufa
berbatu apung, berupa jarum-jarum gelas (0,1) bersifat lepas, mudah terurai.
Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 M3 Penyelidikan umum
Baso, Palembayan, IV Koto, Batu Kabing, Sipisang dan Tilatang Kamang
Sumber daya Penyelidikan umum
11. Dunit Harzburgit
Sungai Air, Tiga Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan
50 Ha (Sumber daya) Penyelidikan umum
Dunit merupakan batuan beku ultra basa yang berwarna abu-abu, masif, holokristalin, fenerik kasar, anhedral equigranular, didominasi oleh mineral olive dan sedikit plagioklas. MgO = 33-47%
12. Toseki Tersebar di Kecamatan palembayan dan Palupuh
Sumber daya Penyelidikan umum
Luas sebaran toseki di Palembayan mencapai 200 ha.
13. Pasir dan Batu Tersebar di Sungai Batang Jabur (Baso dan IV Angkat Canduang), Mancung, Padang Tarab (Baso), Batang Masang (Palembayan), dan Batang Bawan (Lubuk Basung)
Sumber daya Pasir dan batu (sitru) berupa sitru sungai dan daerah limbah banjir.
14. Tanah Liat Tersebar pada lereng perbukitan sisi utara Danau Maninjau mulai dari Malabur-Lubuk Basung sampai Matur. Dan Komplek perbukitan Gunung Sirabungan dari Pagadis Hilir Ampai Nan Limo, Kecamatan Palupuh
Sumber daya Penyelidikan umum
Sebaran tanah liat umumnya merupakan perbukitan landai bergelombang dan tingkat keseburan tanah yang kurang subur.
15. Pasir Besi Desa Durian Kapeh dan Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara
Diluar sempadan (200 m dari garis pantai)
2.800 M3 (spekulatif),
luas wilayah ± 2.500 ha
Pada sempadan pantai ± 80 ha (4 km x 200 m)
60.000 M3 (spekulatif)
Sebagian sedang diusahakan oleh PT Andalas Minang Malindo
16. Emas Desa Pagadis Sei. Guntung dan Pasir Lawas Kecamatan Palupuh
337.500 ton (spekulatif)
Luas wilayah 24 Ha.
1.2.4.7 Sektor Pariwisata
Objek wisata yang dapat ditemukan di daerah Kabupaten Agam,
sangat beragam dan berpotensi untuk dikembangkan. Objek
wisata tersebut antara lain wisata alam, wisata sejarah atau situs
budaya, seni budaya dan wisata minat khusus. Oleh karena
beragamnya objek wisata tersebut maka Agam menjadi daerah
tujuan wisata yang utama di Sumatera Barat.
Adapun bentuk potensi wisata alam adalah berupa keindahan
alam yang mempesona karena masih sangat alami, dengan
adanya perbukitan/pegunungan, air terjun, pemandian, panorama
danau, lembah, lautan dan pantai. Semua objek wisata alam
yang terdapat di Kabupaten Agam terdata lebih kurang 56 objek,
dan mayoritas terdapat dikawasan barat seperti Kecamatan
Tanjung Raya dan Tanjung Mutiara.
Sementara itu, potensi wisata sejarah dan budaya dalam wujud
benda-benda bukti sejarah yang tangible (berwujud) dan
intangible (tidak berwujud). Sedangkan potensi wisata minat khusus adalah dalam bentuk arung jeram, buru babi, paralayang
dan perahu naga.
Ragam Potensi Alam dan Budaya Kabupaten Agam
Potensi alam sebagai objek wisata di Kabupaten Agam terdapat
sebanyak 56 objek wisata antara lain: Danau Maninjau, Puncak
Lawang, Kelok 44, Ambun Pagi, Air Panas, Telaga Anggrek, Air
Tiga Raso, Ngarai Sianok, Ngalau Kamang, Aia Janiah, Bunga
Raflesia, Bandar Mutiara, Pulau Ujung dan Pulau Tangah dan
lain-lain.
Disamping itu terdapat 61 objek wisata budaya, 11 objek wisata
Sebagai penunjang kawasan wisata, aksesibilitas menuju
kawasan wisata berupa prasarana jalan sudah cukup baik.
Sudah terdapat empat buah hotel berbintang dengan 196 kamar
dan 377 buah tempat tidur. Hotel non bintang (hotel melati)
berjumlah 32 buah dilengkapi dengan 286 kamar dan 513 tempat
tidur. Tenaga kerja pada hotel berbintang 139 orang dan 90
orang pada hotel Melati. Rumah makan yang ada sebanyak 53
buah dengan tenaga kerja sebanyak 238 orang.
Kunjungan wisatawan selama tahun 2008 berjumlah 77.743
orang terdiri dari wisatawan nusantara 69.895 orang dan
wisatawan mancanegara sebanyak 7.848 orang.
Tabel 1.13
Jumlah Objek Wisata Berdasarkan Jenis Menurut Kecamatan Tahun 2007
No Kecamatan Alam Budaya
Minat
Khusus Jumlah
1 Tanjung Mutiara 3 - 5 8
2 Lubuk Basung 1 - 5 6
3 Ampek Nagari - - 6 6
4 Tanjung Raya 11 - 10 21
5 Matur 6 - 7 13
6 IV Koto 2 - 6 8
7 Malalak 3 - 4 7
8 Banuhampu 2 - 4 6
9 Sungai Pua 2 - 4 6
10 IV Angkat Canduang 1 - 3 4
11 Canduang 3 - 4 7
12 Baso 5 - 6 11
13 Tilatang Kamang 2 - 4 6
14 Kamang Mangek 3 - 4 7
15 Palembayan 5 - 6 11
16 Palupuh 7 - 6 13
Total 56 - 84 140
1.2.5 Potensi Ekonomi Wilayah
1.2.5.1 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui
perkembangan nilai nominal PDRB yang merupakan
perkembangan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan
perkembangan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi.
Pada tahun 2004 secara nominal terjadi kenaikan PDRB atas
dasar harga berlaku sebesar 448.922,81 juta rupiah, dari
2.106.790,66 juta rupiah menjadi 2.555.713,47 juta rupiah.
Namun kenaikan ini belum mencerminkan perbaikan
perkembangan ekonomi secara riil karena masih mengandung
unsur inflasi. Secara riil, pertumbuhan ekonomi wilayah dapat
dilihat dari perkembangan nilai PDRB yang dihitung atas dasar
harga konstan tahun 2004 yang mencapai 2.066.647,63 juta
rupiah, naik menjadi 2.190,815,65 juta rupiah pada tahun 2005.
artinya, perekonomian Wilayah Kabupaten Agam pada tahun
2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,71%.
Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk, nilai PDRB perkapita
Kabupaten Agam mengalami peningkatan yang signifikan setiap
tahunnya dalam lima tahun terakhir ini (terhitung sejak tahun
2004). Hal ini disebabkan oleh cukup tingginya peningkatan
nominal PDRB dan relatif rendahnya pertumbuhan penduduk
Kabupaten Agam. PDRB perkapita dihitung berdasarkan nilai
total PDRB dengan jumlah penduduk kabupaten pertengahan
tahun pada tahun yang sama. Lebih rincinya mengenai
pekembangan nilai PDRB perkapita selama 5 tahun dapat dilihat
Tabel I.14
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Agam Pada Tahun 2004-2007
No Tahun Nilai Nominal (Rp)
Kontribusi PDRB Sektoral Kab. Agam Berdasarkan Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Kerja Tahun 2004-2007
No Lapangan
385.715,25 18,66 406.621,01 18,56 439.972,21 18,92 476.124,31 19,28
b. Perkebunan 190.271,46 9,21 225.183,14 10,28 250.760,15 10,78 279.304,07 11,31
2. Pertambangan & Penggalian
304.965,84 14,76 314.602,77 14,36 327.923,50 14,10 341.875,08 13,84
a. Industri migas - - - - b. Industri tanpa
migas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
364.414,82 17,63 383.676,68 17,52 407.574,24 17,53 432.916,64 17,54
a. Perdagangan besar dan enceran
348.427,38 16,86 367.134,25 16,76 390.186,61 16,78 414.817,59 16,80