• Tidak ada hasil yang ditemukan

rtrw_2010_2030

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " rtrw_2010_2030"

Copied!
381
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAHAN KABUPATEN AGAM

TAHUN 2010

(2)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR PETA vii

DARTAR GRAFIK ix

DAFTAR TABEL x

BAB I PROFIL KABUPATEN AGAM I-1

1.1 Landasan Hukum ... I-2

1.2 Profil Tata ruang ... I-9

1.2.1 Gambaran umum kabupaten agam ... I-9

1.2.1.1 Letak Geografis ... I-9

1.2.1.2 Topografi ... I-14

1.2.1.3 Klimatologi ... I-17

1.2.1.4 Geologi ... I-19

1.2.2 Kependudukan ... I-21

1.1.2.1 Jumlah penduduk... I-21

1.1.2.2 Kepadatan penduduk ... I-22

1.1.2.3 Proyeksi Penduduk ... I-25

1.2.3 Potensi Bencana Alam ... I-26

1.2.4 Potensi sumber daya alam ... I-38

1.2.4.1 Sektor pertanian... I-38

1.2.4.2 Sektor perkebunan ... I-39

1.2.4.3 Sektor pertenakan ... I-40

1.2.4.4 Sektor kehutanan ... I-41

1.2.4.5 Sektor perikanan dan kelautan ... I-41

1.2.4.6 Sektor mineral dan pertambangan ... I-45

(3)

1.2.5.1 Pertumbuhan ekonomi wilayah ... I-51

1.2.5.2 Sektor-sektor berbasis ekonomi... I-54

1.3 Isu isu Strategis ... I-57

BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI ... II-1

2.1 Perumusam Tujuan ... II-1

2.1.1 Dasar-dasar perumusan tujuan penataan ruang ... II-2

2.1.2 Rumusan tujuan ... II-6

2.2 Tujuan Tata Ruang RTRW Kab Agam ... II-7

2.3 Kebijakan dan Strategi RTW Kabupaten Agam ... II-9

BAB 3 RENCANA STRUKTUR RUANG ... III-1

3.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah ... III-1

3.1.1 Pusat Kegiatan Lokal ... III-4

3.1.2 Pusat Kegiatan Lokal Promosi ... III-4

3.1.3 Pusat Pelayanan Kawasan dan Lingkungan ... III-5

3.2 Arahan Pengembangan Sistem Perkotaan ... III-7

3.2.1 Arahan Pengembangan Sistem Perkotaan Wil. Kabupaten ... III-8

3.3 Rencana Sistem Prasarana Wilayah ... III-17

3.3.1 Rencana sistem Transportasi ... III-17

3.3.1.1 Sistem transportasi darat ... III-18

3.3.1.2 Jaringan Jalan Kereta Api . ... III-25

3.3.1.3 Sistem transportasi laut ... III-26

3.3.2 Rencana sistem Prasarana Lainya ... III-28

3.3.2.1 Sistem Jaringan Energi ... III-28

3.3.2.2 Sistem Jaringan Telekomunikasi ... III-29

3.3.2.3 Sistem Jaringan Sumber Daya Air ... III-34

3.3.2.4 Sistem Pengelolaan Lingkungan ... III-45

BAB 4 RENCANA POLA RUANG ... IV-1

4.1 Rencana Pola Ruang ... VI-1

4.1.1 Rencana kawasan lindung ... IV-2

4.1.1.1 Kawasan Hutan Lindung ... IV-3

4.1.1.2 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan

(4)

4.1.1.4 Kawasan Suaka alam, pelestarian alam dan cagar

budaya ... VI-12

4.1.1.5 Kawasan rawan bencana alam ... VI-13

4.1.1.6 Kawasan lindung geologi ... IV-18

4.1.1.7 Kawasan lindung Lainnya ... IV-22

4.2 Kawasan Budidaya ... IV-23

4.2.1 Kawasan peruntukan hutan industri ... IV-24

4.2.2 Kawasan peruntukan Pertanian ... IV-25

4.2.2.1 Kawasan Pertanian Tanaman Pangan ... IV-26

4.2.2.2 Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan ... IV-27

4.2.2.3 Kawasan Pertanian Holtikultura ... IV-28

4.2.2.4 Kawasan Peruntukan Perkebunan ... IV-29

4.2.2.5 Kawasan Peternakan ... IV-30

4.2.3 Kawasan Peruntukan Perikanan ... VI-31

4.2.3.1 Kawasan Peruntukan Perikanan Tangkap ... VI-31

4.2.3.2 Kawasan Peruntukan Perikanan Budidaya ... VI-32

4.2.3.3 Kawasan Pengolahan Perikanan ... VI-34

4.2.4 Kawasan peruntukan Pertambangan ... VI-35

4.2.5 Kawasan Peruntukan Industri ... IV-38

4.2.5.1 Kawasan Peruntukan Industri Besar . ... IV-38

4.2.5.2 Kawasan Peruntukan Industri Sedang . ... IV-38

4.2.5.3 Kaw. Peruntukan Industri Mikro, Kecil dan Menengah. ... IV-39

4.2.6 Kawasan Pariwisata ... IV-39

4.2.7 Kawasan permukiman ... IV-47

4.2.8 Kawasan peruntukan Lainnya ... IV-49

BAB 5 RENCANA KAWASAN STRATEGIS ... V-1

5.1 Pengertian kawasan strategis ... V-1

5.2 Kriteria kawasan strategis ... V-2

5.2.1 Kriteria umum ... V-2

5.2.2 Prinsip-prinsip pengembangan kawasan ... V-4

5.2.3 Rencana pengembangan dan penetapan kawasan strategis ... V-4

5.2.3.1 Kawasan strategis Dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan

(5)

Dukung Lingkungan Hidup ... V-7

5.2.3.3 Kawasan strategis provinsi Sudut Kepentingan

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten ... V-8

5.2.3.4 Kawasan strategis Sudut Kepentingan Pembangunan

Wilayah Kabupaten ... V-12

BAB 6 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG ... VI-1

6.1 Dasar Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang ... VI-1

6.2 Perwujudan Rencana Struktur Ruang ... VI-3

6.2.1 Perwujudan Sistem Pusat-Pusat Permukiman Indikasi ... VI-3

6.2.2 Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah ... VI-12

6.3 Perwujudan Rencana Pola Ruang ... VI-25

6.3.1 Rencana Perwujudan Kawasan Lindung ... VI-25

6.3.2 Rencana Perwujudan Kawasam Budidaya ... VI-37

6.3.3 Rencana Perwujudan Kawasam Strategis ... VI-49

6.4 Indikasi Program Utama ... VI-52

BAB 7 ARAHAN PENGENDALIAN RUANG ... VII-1

7.1 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang ... VII-1

7.2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi ... VII-3

7.2.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang ... VII-3

7.2.1.1 Sistem Pusat Pelayanan ... VII-4

7.2.1.2 Sistem Jaringan Prasarana Wilayah ... VII-4

7.2.2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang ... VII-7

7.3 Ketentuan Umum Perizinan ... VII-28

7.3.1 Izin Lokasi ... VII-30

7.3.1 Izin Pemanfaatan Ruang ... VII-31

7.4 Ketentuan Umum Pemberian Insentif dan Disinsentif ... VII-36

7.5 Arahan Sanksi ... VII-41

BAB 8 HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM

PENETAAN RUANG ... VIII-1

8.1 Hak dan Kewajiban Masyarakat ... VII-1

8.1.1 Hak Manyarakat ... VII-2

(6)

Gambar Hal

Gambar 1.1 : Citra Landsat Spot 5 Kab. Agam ... I-11

Gambar 1.2 : Gunung api Maninjau dengan Danau Kawah dibandingkan

dengan besarnya Gunung Merapi dan Singgalang yang

Mencapai 12 :1 ... I-14

Gambar 1.3 : Sesar Sumatera sebagai daerah rawan gempa ... I-26

Gambar 1.4 : Hancuran Permukaan Akibat Pergerakan Sesar Aktif

ketika terjadi Gempa Bumi 6 Maret 2007 do Sepanjang

Sesar Solok Hingga Bukittinggi ... I-27

Gambar 1.5 : Hasil Analisis probabilitas ... I-28

Gambar 1.6 : Sebaran Hasil Letusan Gunung Merapi dan

Gunung Tandikat Berdasarkan Data PVMBG-DESDM ... I-29

Gambar 1.7 : Gambar Gerakan Tanah Avalance/ Longsor di Aliran Malalak

Selatan ... I-31

Gambar 1.8 : Banjir di Ampek Nagari dan Di Manggopoh ... I-33

(7)

Peta Hal

Peta I.1 : Peta Orientasi Kabupaten Agam ... I-12 Peta I.2 : Peta Administrasi Kabupaten Agam ... I-13

Peta I.3 : Peta Topografi Kabupaten Agam ... I-16 Peta I.4 : Peta KlimatologiKabupaten Agam ... I-18

Peta 1.4.a : Peta Geologi Kabupaten Agam ... I-20 Peta 1.5 : Peta Tingkat Kepadatan Penduduk ... I-24

Peta 1.6 : Peta Rawan Bencana Abrasi, Akresi dan Gerakan Tanah ... I-35 Peta 1.7 : Peta Rawan Bencana Sesar dan Tsunami ... I-36

Peta 1.8 : Peta Rawan Bencana Liquifraksi, banjir dan gunung api ... I-37 Peta 1.9 : Peta kawasan hutan ... I-43

Peta 1.10 : Peta Potensi Perikanan ... I-44 Peta 1.11 : Peta Potensi Pertambangan ... I-48

Peta 1.12 : Peta Penggunaan Lahan Existing ... I-58 Peta 3.1 : Peta Rencana Struktur Ruang ... III-12

Peta 3.2 : Peta Rencana Sistem Transportasi Kabupaten Agam ... III-27 Peta 3.3 : Peta Rencana Jaringan Energi Kabupaten Agam ... III-32

Peta 3.4 : Peta Rencana Sistem Telekomunikasi Kabupaten Agam ... III-33 Peta 3.5 : Peta Satuan Wilayah Sungai ... III-56

Peta 3.6 : Peta Daerah Aliran Sungan ... III-57 Peta 3.7 : Peta Rencana Sistem Irigasi Kabupaten Agam ... III-58

Peta 3.8 : Peta Rencana Sistem Jaringan Air Bersih Kabupaten Agam ... III-59 Peta 3.8 : Peta Rencana Sistem Jaringan Drainase dan Persampahan ... III-60

Peta 3.9 : Peta Jalur Evakuasi Bencana Kabupaten Agam ... III-61 Peta 4.1 : Peta Pola Ruang Kabupaten Agam 2010-2030 ... IV-59

Peta 4.2 : Peta RencanaPola Ruang Kabupaten Agam 2010-2030

Berdasarkan usulan perubahan hutan ... IV-60

(8)

Grafik Hal

Grafik 1.1 : Luas Kecamatan di Kabupaten Agam Tahun 2008 I-21

Grafik 1.2 : Kepadatan Penduduk Kabupaten Agam berdasarkan

(9)

Tabel Hal

Tabel 1.1 : Jumlah Kecamatan, Nagari, Luas Daerah di Kabupaten Agam

Tahun 2005-2008 ... I-11

Tabel 1.2 : Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam tahun 2004-2008 ... I-21

Tabel 1.3 : Kepadatan Penduduk Kabupaten Agam Tahun 2009 ... I-22

Tabel 1.4 : Analisis Kategori Tingkat Kepadatan Penduduk

di Kabupaten Agam tahun 2009 ... I-23

Tabel 1.5 : Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam

Tahun 2009 – 2030 ... I-25

Tabel 1.6 : Bencana gerakan tanah/longsor di Kabupaten Agam ... I-31

Tabel 1.7 : Perkembangan Tanaman Padi Sawah Tahun 2006-2007…… ... I-38

Tabel 1.8 : Produksi Perkebunan di Kabupaten Agam tahun 2007……… .... I-39

Tabel 1.9 : Populasi Ternak di Kabupaten Agam Tahun 2007 ... I-40

Tabel 1.10 : Luas Hutan di Kabupaten Agam……… ... I-41

Tabel 1.11 : Produksi Perikanan Tangkap dan budidaya di Kabupaten

Agam tahun 2007………. ... I-42

Tabel 1.12 : Potensi Sumber Daya Mineral di Kabupaten Agam 2007…… .... I-46

Tabel 1.13 : Jumblah Objek wisata Berdasarkan jenis Menurut

Kecamatan tahun 2007………. ... I-50

Tabel 1.14 : PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten

Agam Pada tahun 2004-2007 ………. I-52

Tabel 1.15 : Kontribusi PDRB Sektoral Kab. Berdasarkan Harga Konstan

1993 Menurut lapangan Kerja tahun 2004- 2007……….. .... I-52

Tabel 1.16 : Penghitungan Location Quotient Kab. Agam 2005-2008… ... I-56

Tabel 3.1 : Rencana Peningkatan Jalan Arteri Primer (AP) ... III-18

(10)

Tabel 3.3 : Rencana Peningkatan dan Pengembangan Jalan

Kolektor Primer (K2) ... III-19

Tabel 3.4 : Rencana Pembangunan Jalan Kolektor Primer (K3) ... III-19

Tabel 3.5 : Rencana Peningkatan Jalan Kabupaten (K4) ... III-20

Tabel 3.6 : Rencana Pembangunan Arteri Primer (AP) ... III-22

Tabel 3.7 : Rencana Pembangunan Jalan Kolektor Primer (K2) ... III-22

Tabel 3.8 : Rencana Peningkatan Jalan Kolektor Primer (K3) ... III-23

Tabel 3.9 : Rencana Pembangunan Jalan Kabupaten ... III-23

Tabel 3.9 : Rencana Pengembangan Terminal Angkutan ... III-24

Tabel 3.11 : Daftar Embung di Kabupaten Agam ... III-34

Tabel 3.12 : Daftar Irigasi yang menjadi kewenangan Kabupaten Agam ... III-35

Tabel 4.1 : Luas Hutan Lindung di Kabupaten Agam... IV-4

Tabel 4.2 : Kawasan sempadan Sungai di Kab. Agam ... IV-8

Tabel 4.3 : Kawasan sempadan Mata Air di Kab. Agam ... IV-10

Tabel 4.4 : Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam berdasarkan

Keputusan Menteri dan Gubernur ... IV-13

Tabel 4.5 : Lokasi Rawan Longsor di Kabupaten Agam ... IV-15

Tabel 4.6 : Deskripsi Gunung Api ... IV-19

Tabel 4.7 : Rencana Luas dan Perubahan Luuas Hutan Produksi ... IV-25

Tabel 4.8 : Proyeksi Perubahan Fungsi Lahan Pertanian ... IV-27

Tabel 4.9 : Kawasan Lahan Pertanian Tanaman Pangan ... IV-28

Tabel 4.10 : Rencana Luas Peruntukan Kebun di Kab., Agam ... IV-30

Tabel 4.11 : Rencana Pengembangan Objek Wisata ... IV-43

Tabel 4.12 : KaWasan Pemukiman Perkotaan Kabupaten Agam ... IV-48

Tabel 4.13 : Kebutuhan Fasilitas Pendidikan ... IV-50

Tabel 4.14 : Kebutuhan Fasilitas Kesehatan ... IV-52

Tabel 4.15 : Kebutuhan Fasilitas Peribadatan ... IV-54

Tabel 4.16 : Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Pasar ... IV-56

Tabel 4.17 : Kebutuhan Fasilitas Perkantoran ... IV-57

Tabel 4.18 : Rencana Pola Ruang Kabupaten Agam Tahun 2030 ... IV-58

(11)

Tabel 6.2 : Rencana Perwujudan Pola Ruang ... VI-71

Tabel 6.3 : Rencana perwujudan sistem jaringan prasarana wilayah ... VI-82

Tabel 6.4 : Rencana Perwujudan Kawasan Strategis ... VI-93

Tabel 7.1 : Ketentuan Umum Peraturan Zonasi ... VII-15

(12)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2004 – 2014

belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus

hanya pada perencanaan, sehingga terjadi inkonsistensi pelaksanaan

pembangunan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah serta lemahnya

pengendalian dan penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai pengganti

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1992, pada tahun

2009 telah dilakukan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Agam sehingga diharapkan dengan tersusunnya RTRW

Kabupaten Agam tahun 2010-2030 yang mengacu kepada

undang-undang penataan ruang yang baru, pemanfaatan ruang 20 tahun

kedepan dapat memberikan arahan yang lebih jelas serta mampu dan

berdampak luas terhadap mengantisipasi perkembangan wilayah

Kabupaten Agam baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya.

BAB. 1

(13)

1.1 LANDASAN HUKUM

A. Undang – Undang

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun

1945;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1956 tentang

Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah

Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 61 tahun 1958 tentang

Penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Darurat Nomor 19

Tahun 1957 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat

I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau menjadi Undang-Undang Republik

Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor

112) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 2043);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang

Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3470);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1996 Tentang

Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996

Nomor 3647);

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan

(14)

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888),

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas

Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4412);

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Thn 2002 tentang

Pertahanan Negara ( Lembaga Republik Indonesia Thn 2002 No. 3,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4169 ).

10. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang

Pertahanan Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4169 ).

11. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002

Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4247);

12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 134,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477);

13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undang Republik Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang

Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 85 Tahun

(15)

15. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2004 nomor 104, tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia nomor 4421);

16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4437), sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132 Tahun 2004,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang

Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4722);

20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4723);

21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang

(16)

Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4725);

22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran

Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 84, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun

2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4851);

24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4959);

25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4966);

26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang

Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5014);

27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5025);

28. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 68, Tambahan Lembaran

(17)

29. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

30. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun

2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5074);

31. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5188);

B. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998

tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000

tentang Ketelitian Peta untuk RTRW (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3034);

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2004

tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4452);

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005

tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan

(18)

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 28 Tahun

2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4532);

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006

tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia 2006 Nomor 46,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2006 Nomor 4624);

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006

tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4655);

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/

Kota, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 86,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2009

tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5048);

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009

tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5070);

(19)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor ...,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ...);

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010

tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Hutan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010

tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 17, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5099);

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010

tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 1503);

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010

tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5110);

17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan

Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5111);

18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010

tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5112);

19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010

tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

(20)

C. Keputusan Menteri

1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 494/PRT/M/2005 tentang

Kebijakan dan Strategi Nasional Perkembangan Perkotaan;

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata

Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata

Ruang Daerah;

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang

Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

5. Peraturan Menteri PU No.11/PRT/2009 tentang Pedoman Persetujuan

Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tetang

Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata

Ruang Wialayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya;

6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor

630/KPTS/M tahun 2009 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut

Fungsi;

7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor

631/KPTS/M tahun 2009 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut

Status;

8. Surat Edaran Bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri

Dalam Negeri Nomor 660/5113/SJ dan 04/MENLH/12/2010 tentang

pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam penyusunan

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi dan Kabupaten/Kota;

1.2 PROFIL TATA RUANG

1.2.1 Gambaran Umum Kabupaten Agam

Kabupaten Agam terletak pada kawasan yang sangat strategis, dimana

(21)

Tengah dan Lintas Timur Sumatera yang berimplikasi pada perlunya

mendorong daya saing perekonomian, serta pentingnya memanfaatkan

keuntungan geografis yang ada.

1.2.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Agam mempunyai luas daerah seluas 2.232,30 km²

atau (5,29 %) dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang

memiliki luas 42.229,04 km². Secara geografis, Kabupaten

Agam berada pada pada 000 01’ 34” – 000 28’ 43” LS dan 990

46’ 39” – 100032’ 50”, dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan

Kabupaten Pasaman Barat.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lima Puluh

Kota.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang

Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Berdasarkan data BPS yaitu Kabupaten Agam Dalam Angka

Tahun 2009, Kabupaten Agam memiliki 16 kecamatan dan 82

Nagari. Disamping itu Kabupaten Agam juga mempunyai

sebuah danau yaitu Danau Maninjau yang mempunyai luas

perairan ± 9.950 Ha dengan kedalaman 157 m dari permukaan

air rata-rata.

Kabupaten Agam juga memiliki wilayah pantai dengan panjang

garis pantai ± 43 km dan memiliki 2 (dua) buah pulau yaitu pulau

Tangah dan Pulau Ujung dengan luas masing-masing pulau

seluas ± 1 Km². Kabupaten Agam juga memiliki dua buah

gunung, yaitu Gunung Merapi dengan ketinggian 2.891 m dpl

dan Gunung Singgalang dengan ketinggian 2.877 m dpl. Selain

itu juga terdapat 3 aliran sungai yang cukup besar, yaitu Batang

(22)

Gambar I.1 Citra Landsat Spot 5 Kab. Agam

Tabel 1.1

Jumlah Kecamatan, Nagari, Luas Daerah di Kabupaten Agam Tahun 2005-2008

No Kecamatan

(23)
(24)

[ [

(25)

DANAU MANINJAU

Gn. MERAPI

Gn. SINGGALANG

1.2.1.2 Topografi

Kabupaten Agam mempunyai kondisi topografi yang cukup

bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif

rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0 - 2.891 meter dari

permukaan laut.

Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah

Kabupaten Agam, bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter

dpl, adapun pengelompokkan yang didasarkan atas ketinggian

adalah sebagai berikut:

1. Wilayah dengan ketinggian 0-500 m dpl seluas 44,55%

sebagian besar berada di wilayah barat yaitu Kecamatan

Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan

Ampek Nagari dan sebagian Kecamatan Tanjung Raya.

(26)

2. Wilayah dengan ketinggian 500-1000 m dpl seluas 43,49%

berada pada wilayah Kecamatan Baso 725-1525 m dpl,

Kecamatan Ampek Angkek Canduang, Kecamatan Malalak

425 -2075 m dpl, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan

Palembayan 50 1425 m dpl, Kecamatan Palupuh 325

-1650 m dpl, Kecamatan Banuhampu 925-2750 m dpl dan

Kecamatan Sungai Pua 625-1150 m dpl.

3. Wilayah dengan ketinggian > 1000 m dpl seluas 11,96%

meliputi sebagian Kecamatan IV Koto 850-2750 m dpl,

Kecamatan Matur 825-1375 m dpl dan Kecamatan

Canduang, Sungai Pua 1150-2625 m dpl.

Kawasan sebelah barat merupakan daerah yang datar sampai

landai (0 – 8 %) mencapai luas 71.956 ha, sedangkan bagian

tengah dan timur merupakan daerah yang berombak dan

berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal (> 45%)

yang tercatat dengan luas kawasan 129.352 ha. Kawasan

dengan kemiringan yang sangat terjal (> 45%) berada pada

jajaran Bukit Barisan dengan puncak Gunung Merapi dan

Gunung Singgalang yang terletak di Selatan dan Tenggara

(27)
(28)

1.2.1.3 Klimatologi

Temperatur udara di Kabupaten Agam terdiri dari dua macam,

yaitu di daerah dataran rendah dengan temperatur minimum

250C dan maksimum 330C (Lubuk Basung), sedangkan di

daerah tinggi yaitu minimum 200C dan maksimum 290C

(Tilatang Kamang). Kelembaban udara rata-rata 88%,

kecepatan angin antara 4-20 km/jam dan penyinaran matahari

rata-rata 58%.

Musim hujan di Kabupaten Agam terjadi antara bulan Januari

sampai dengan bulan Mei dan bulan September sampai bulan

Desember, sedangkan untuk musim kemarau berlangsung

antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.

Berdasarkan peta iklim yang dibuat Oldeman (1979) serta data

base hidroklimat yang diterbitkan Bakosurtanal (1987), wilayah

Kabupaten Agam memiliki 4 kelas curah hujan, yaitu:

1. Daerah dengan curah hujan > 4500 mm/tahun tanpa

bulan kering (daerah dengan iklim Tipe A), berada di

sekitar lereng gunung Merapi-Singgalang meliputi sebagian

wilayah Kecamatan IV Koto dan Sungai Pua.

2. Daerah dengan curah hujan 3500-4500 mm/tahun tanpa

bulan kering (daerah dengan tipe A1) mencakup sebagian

wilayah Kecamatan Tilatang Kamang, Baso dan Ampek

Angkek.

3. Daerah dengan curah hujan 3500-4000 mm/tahun dengan

bulan kering selama 1-2 bulan berturut-turut meliputi

sebagian Kecamatan Palembayan, Palupuh, dan IV Koto.

4. Daerah dengan curah hujan 2500-3500 mm/tahun dengan

bulan kering selama 1-2 bulan berturut- turut, meliputi

sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan Tanjung

(29)
(30)

1.2.1.4 Geologi

Formasi batuan yang dijumpai pada daerah Kabupaten Agam

dapat digolongkan kepada Pra Tersier, Tersier, dan Kuarter

yang terdiri dari batuan endapan permukaan, sedimen,

metamorfik, vulkanik dan intrusi. Batuan induk yang berasal dari

zaman Pra Tersier terdiri dari batuan sedimen, vulkanik, dan

intrusi. Batuan yang berasal dari zaman Tersier bahwah atau

peralihan Tersier ke Kuarter berupa batuan vulkanik yang terdiri

dari lahar, aglomerat dan koluvium. Batuan dari zaman Kuarter

terdiri dari endapan permukaan dan vulkanik. Batuan vulkanik

terdapat di Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan Danau

Maninjau.

Wilayah Kabupaten Agam yang ditutupi oleh jenis batuan beku

ekstrusif dengan reaksi intermediet (andesit dari Gunung

Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Tandikek, Danau

Maninjau, dan Gunung Talamau) seluas 68.555,10 ha

(32,43%), batuan beku ekstrusif dengan reaksi masam (pumis

tuff) seluas 55.867,90 ha (26,43%), batuan sedimen dengan jenis batu kapur seluas 80.011,80 ha (3,79%), endapan

alluvium mencapai luas 48.189 ha (22,79%).

Struktur batuan yang terdapat di Pulau Sumatera Tengah-Barat

merupakan perbukitan bergelombang yang tersusun oleh

batuan vulkanik berupa batuan breksi, lava, batuan piroklastik

bersifat agak padu sampai padu, berumur tersier hingga

kuarter.

Sementara untuk daerah sekitar Maninjau terjadi lekukan besar

kawah Maninjau yang saat ini berisi air danau merupakan hasil

dari ledakan maha dahsyat dari erupsi gunung api yang tipenya

hampir sama dengan ledakan maha besar dari Gunung api

(31)
(32)

1.2.2 Kependudukan

1.2.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Agam selama periode 5 tahun

telah terjadi peningkatan sebesar 13.784 jiwa, dimana pada

tahun 2004 penduduk Kabupaten Agam berjumlah 431.603 jiwa

dan pada tahun 2008 meningkat sebanyak 445.387 jiwa. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.

Tabel I.2

Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam

No Tahun Jumlah Penduduk

1. 2004 431.603

2. 2005 435.276

3. 2006 439.611

4. 2007 443.857

5. 2008 445.387

Sumber : Badan Statistik Kabupaten Agam

Grafik 1.1

Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam

(33)

1.2.2.2 Kepadatan Penduduk

Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Agam, masih relatif

kecil. Berdasarkan perhitungan rata-rata kepadatan penduduk di

Kabupaten Agam sebesar 200 jiwa/Km2.

, namun untuk beberapa

kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Bukittinggi,

tingkat kepadatan penduduk relatif tinggi seperti di Kecamatan

Banuhampu dan Kecamatan Ampek Angkek.

Tabel I.3

Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2009

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

No Kecamatan Luas

(Km2) Penduduk

Kepadatan

Penduduk

(Km2)

1. Tanjung Mutiara 205,73 26.452 129

2. Lubuk Basung 278,40 62.132 223

3. Ampek Nagari 268,69 22.622 84

4. Tanjuang Raya 244,03 30.607 125

5. Matur 93,69 18.581 198

6. IV Koto 173,21 23.259 134

7. Banuhampu 28,45 33.207 1.167

8. Sungai Pua 44,29 23.033 520

9. Ampek Angkek 30,66 37.515 1.224

10. Canduang 52,29 23.179 443

11. Baso 70,30 33.112 471

12. Tilatang Kamang 56,07 32.718 584

13. Kamang Magek 99,60 20.605 207

14. Palembayan 349,81 33.759 97

15. Palupuah 237,08 13.981 59

16. Malalak - 10.635 -

(34)

Grafik 1.2

Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam

Dari hasil analisa tingkat kepadatan penduduk, katagori tingkat

kepadatan penduduk di Kabupaten Agam dikategorikan menjadi

3 yaitu kepadatan rendah, kepadatan sedang dan kepadatan

tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut tabel hasil analisis kepadatan

penduduk di Kabupaten Agam:

Tabel I.4

Analisis Katagori Tingkat Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2009

No Tingkat Kepadatan

Penduduk Range Kecamatan

1. Kepadatan Rendah 0-447 jiwa/km2 Tanjung Mutiara, Lubuk

Basung, Ampek Nagari, Tanjuang Raya, Matur, IV Koto, Canduang, Kamang Magek, Palembayan, Malalak.

2. Kepadatan Sedang 447-835 jiwa/km2 Sungai Pua,

Baso,

Tilatang Kamang.

3. Kepadatan Tinggi > 835 jiwa/km2 Banuhampu,

Ampek Angkek

(35)
(36)

1.2.2.3 Proyeksi Penduduk

Proyeksi penduduk dilakukan guna memprediksi tingkat

perkembangan penduduk untuk 20 tahun kedepan, sehingga

diharapkan dari hasil proyeksi tersebut dapat diketahui

kebutuhan-kebutuhan saran dan prasarana yang diperlukan,

termasuk kebutuhan lahan yang harus disediakan.

Dari hasil proyeksi yang dilakukan berdasarkan metode

eksponensial, dapat diketahui bahwa pada tahun 2030,

diperkirakan penduduk Kabupaten Agam berjumlah 659,461 jiwa

atau terjadi penambahan penduduk sebesar 214.074 Jiwa.

Tabel I.5

(37)

1.2.3 Potensi Bencana Alam

Kabupaten Agam merupakan daerah yang memiliki banyak bencana,

baik bencana alam maupun bencana geologi. Berdasarkan profil rawan

bencana yang telah disusun pada tahun 2008, jenis-jenis bencana yang

ada, dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Bahaya Sesar Aktif

Bahaya sesar aktif adalah bagian dari lempeng bumi yang

mengalami patahan atau tersesarkan dan masih bergerak hingga

saat ini. Sesar aktif ditunjukkan oleh bentuk kelurusan topografi

dimana lokasi pusat gempa terjadi disekitarnya.

Pada wilayah Kabupaten Agam, sesar aktif memotong 6 kecamatan

yang terdapat di Kabupaten Agam yaitu :

1. Kec. Palupuh

2. Kec. Palembayan

3. Kec. Matur

4. Kec. IV Koto

5. Kec. Banuhampu

6. Kec. Sungai Pua

(38)

Gambar I.4: Hancuran permukaan (Ground surface rupture) akibat pergerakan sesar aktif ketika terjadi gempa bumi 6 Maret 2007 disepanjang sesar Solok hingga Bukittinggi. (Danny H. Natawijadja, Adrin Tohari, Eko Soebowo & Mudrik R. Daryono; EERI Special Earthquake Report May 2007)

2. Bahaya Seismisitas Gempa

Bahaya seismisitas gempa merupakan bencana yang terjadi

disebabkan oleh terlepasnya energi tektonik kerak bumi. Akibat

terpaan dari gelombang seismisitas gempa.

Di wilayah Kabupaten Agam zonasi kerusakan akibat terpaan

gelombang siesmik gempa berdasarkan analisis dapat diperlihatkan

pada Gambar I.5. Dari gambar tersebut kemungkinan zona

kerusakan paling tinggi, warna merah, tersebar disepanjang

Pegunungan Bukit Barisan, kurang lebih daerah yang

menghubungkan antara Danau Singkarak, Kota Bukittinggi sampai

sekitar Bonjol di sebelah barat laut. Zona kerusakan lebih rendah

diapit oleh dua sesar/patahan yang diperlihatkan oleh warna merah

muda.

(39)

Gambar I.5: Hasil analisis probabilitas hazard 2% (atas) dan 10% (bawah) berdasarkan gempa periode ulang 50 tahunan (Petersen M.D. Dkk, 2004).

3. Bahaya Tsunami

Daerah lepas pantai Kabupaten Agam merupakan tempat dimana

subduksi tektonik terjadi. Distribusi pusat gempa dilepas pantai

menunjukkan potensi gempa yang menyebabkan terjadi tsunami

besar.

Untuk wilayah Kabupaten Agam yang termasuk dalam daerah yang

potensial terhempas hantaman tsunami adalah pada daerah sekitar

Jorong Subang-subang, Jorong Labuhan, Jorong Muara Putus,

Jorong Masang, dan Nagari Tiku Selatan dan sebagian Nagari

Bawan di Kecamatan Ampek Nagari.

4. Letusan Gunung Api

Pada wilayah Kabupaten Agam mempunyai 2 gunung aktif yaitu

Gunung Marapi dan Gunung Tandikat. Sebaran produk letusan dari

Gunung Marapi cenderung menuju ke arah tenggara sedangkan

(40)

Daerah-daerah yang perlu mendapat perhatian dari letusan gunung

api di Kabupaten Agam antara lain:

1. Letusan Gunung Marapi: aliran Batang Sarik, Lima Kampung,

Tabek, Kepala Koto, Lukok 1, Suraubaru, Padang laweh, Lubuk

dan Pulungan.

2. Letusan Gunung Tandikat: letusan ini tidak terlalu

membahayakan kecuali di sekitar daerah Toboh.

Gambar I.6 : Sebaran hasil letusan G. Marapi dan G. Tandikat (data PVMBG – DESD).

5. Bahaya Gerakan Tanah/Longsoran

Gerakan tanah/longsoran adalah proses pemindahan/pergerakan

massa tanah dan batuan karena pengaruh gaya gravitasi. Jenis

gerakan tanah yang umum dijumpai adalah: jatuhan (falls), gelincir

(slides), nendatan (slumps), aliran (flows) dan rayapan (creeps).

Gerakan tanah/longsoran terjadi akibat beberapa faktor seperti jenis

dan sifat batuan/tanah, sudut kemiringan lereng, curah hujan,

tutupan vegetasi, ulah manusia atau akibat pembangunan fisik dan

keteknikan.

Gunung Marapi

(41)

 Jatuhan (Debris Falls)

Jatuhan (Debris Falls) merupakan gerakan bebas dari massa

atau material tanah atau batuan yang berasal dari lereng curam.

Tipe jatuhan yang terdapat di Kabupaten Agam diwakili oleh

Batuan Tufa Kuarter seperti yang terdapat di Ngarai Sianok.

Batuan penyusunnya adalah pasir tufa yang sangat mudah

hancur dan lepas-lepas akibat rekahan-rekahan yang terdapat

didalamnya serta membentuk lereng sangat curam dan hampir

tegak. Jatuhan terjadi akibat meresapnya air hujan ke dalam

batuan tufa yang porus sehingga menambah berat dari massa

batuan dan memperlemah ikatan antar rekahan dan pori di dalam

batuan tersebut. Proses lain yang dapat mengakibatkan

longsoran antara lain karena kikisan atau erosi maupun

pekerjaan galian dibagian dasar ngarai.

 Gelinciran (Sliding)

Gelinciran (Sliding) adalah gerakan massa tanah atau batuan

sepanjang lereng perbukitan dan pegunungan yang terlepas dari

ikatan tanah atau batuan asalnya. Gelinciran berlangsung secara

cepat dan tiba-tiba dengan kecepatan tinggi. Pergerakan

umumnya disebabkan oleh pertambahan massa air yang

bercampur dengan rombakan tanah atau batuan dan

mengakibatkan massa tanah atau batuan berkurang daya ikatnya

dan menjadi berat. Tanah atau batuan yang menyusun tipe

gelinciran pada umumnya terjadi dari massa pasiran atau

bongkah-bongkah batuan lepas dalam beberapa ukuran mulai

dari ukuran kerikil sampai bongkahan berukuran besar lebih dari

5 meter. Di Kabupaten Agam tipe gelinciran paling banyak

dijumpai diberbagai dinding jalan dan lereng/lembah sungai

dalam berbagai ukuran seperti yang terdapat di sekitar nagari

(42)

 Nendatan (Slumps)

Longsoran ini dikenali oleh adanya retakan dipermukaan.

Pergerakan longsoran diperlihatkan dari bentuk permukaan

berupa lingkaran atau bentuk tapal kuda. Di Kabupaten Agam,

longsoran tipe ini terdapat disekitar lereng luar Gunung Maninjau

yaitu di jalan antara Koto Tuo – Balingka di jalan masuk ke

stasiun transmisi Telkom dan di jalan antara Matur –

Palembayan.

Gambar I.7: Gerakan tanah Avalance/Longsoran Aliran di Nagari

Malalak Selatan

Tabel I.6

Bencana Gerakan Tanah/Longsor di Kabupaten Agam

No Keterangan Kecamatan Nagari

1 2 3 4

1. Jatuhan (Debris Falls)

Tanjung Raya  Tanjung- Sani

 Sungai Batang

 Maninjau Palembayan  Baringin-

 Ampek Koto Palembayan

 Tigo Koto Silungkang Lubuk Basung  Lubuk Basung Ampek Nagari  Batu Kambiang

Matur  Matua Hilia

IV Koto  Balingka

 Koto Gadang

Malalak  Malalak Timur

Palupuh  Koto Rantang

(43)

1 2 3 4

2. Gelinciran (Sliding)

Palembayan  Baringin

 Ampek Koto Palembayan

 Tigo Koto Silungkang Lubuk Basung  Lubuk Basung Ampek Nagari  Batu Kambing

Matur  Matua Hilir

Palupuh  Koto Rantang

 Pasia Laweh 3. Nendatan

(Slumps)

Matur  Tigo Balai

Palembayan  Baringin

 Sungai Pua

IV Koto  Balingka

Malalak  Malalak Utara

6. Banjir

Banjir terjadi apabila ekses atau kelebihan air tidak dapat ditampung

pada tempatnya sehingga melimpah keluar. Tempat penyimpanan

air secara alamiah diantaranya adalah sungai, rawa, danau atau

bendungan. Daerah banjir terjadi sepanjang aliran sungai seperti

Batang Tiku dan Batang Sungai Pingai, Batang Kalulutan, Batang

Dareh, Batang Bawan, Batang Sitanang, bagian hilir dari Batang

Simpang Jernih dan Simpang Keruh dan Batang Layah. Banjir pada

sungai – sungai tersebut di atas pada umumnya terbatas pada

morfologi dataran banjir (flood plain). Selain dari lokasi – lokasi

tersebut banjir juga terjadi pada daerah rawa yang terdapat di

sekitar dataran pantai, yang juga berhubungan dengan aliran sungai

di bagian hilir.

Lokasi banjir di wilayah Kabupaten Agam antara lain :

 Kecamatan Palembayan: Nagari Salareh Aia.

(44)

 Kecamatan Ampek Nagari: Nagari Bawan, Nagari Batu Kambiang, Nagari Sitalang.

 Kecamatan Tanjung Mutiara: Nagari Tiku V Jorong.

 Kecamatan IV Koto: Nagari Balingka.

 Kecamatan Tilatang Kamang: Nagari Koto Tangah.

 Kecamatan Palupuh: Nagari Pasia Laweh.

Gambar I.8 Banjir di Ampek Nagari dan di Manggopoh

7. Abrasi

Abrasi merupakan salah satu bagian dari proses perubahan muka

air laut setempat yang dalam istilah ilmiah disebut relative sea level

change (RSLC). Abrasi atau erosi garis pantai mengubah garis pantai berpindah ke arah daratan. Lawan dari abrasi adalah akresi

atau sedimentasi yang menyebabkan garis pantai maju ke arah laut.

Proses yang terlibat dalam perubahan garis pantai diakibatkan oleh

banyak hal diantaranya kondisi geologi dan morfologi pantai, kondisi

ekologi, klimatologi dan oseanologi. Dari semua faktor tersebut di

atas pengaruh gelombang dan arus laut merupakan faktor dominan.

Gelombang berfungsi menghancurkan sedimen yang menyusun

garis pantai dan arus laut mengangkut hasil rombakan searah

(45)

Pada wilayah Kabupaten Agam, wilayah yang terkena abrasi yaitu :

1. Masang (800 meter).

2. Ujungmasang (1.100 meter).

3. Muaraputus (300 meter).

4. Ujung Labung (500 meter).

5. Pasia Paneh (200 meter).

6. Pelabuhan Tiku (100 meter).

Gambar 1.9 Abrasi dan akresi pantai di Kabupaten Agam

Abrasi

(46)
(47)
(48)
(49)

1.2.4 Potensi Sumberdaya Alam

Sumber Daya Alam yang terdapat di Kabupaten Agam terdiri atas

sumber daya alam pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan,

perikanan dan kelautan serta mineral dan pertambangan.

1.2.4.1 Sektor Pertanian

Perkembangan tanaman padi sawah untuk periode tahun 2006

hingga tahun 2008 dapat di gambarkan sebagai berikut, luas

baku lahan yang tersedia di wilayah Kabupaten Agam untuk

periode 2006-2008, tidak terjadi penambahan maupun

pengurangan lahan, dimana berdasarkan data yang ada, luas

baku lahan yang tersedia seluas 28.819 Ha. Sementara untuk

luas tanam dalam periode 2006-2008 terjadi penurunan sekitar

4,41 %.

Tabel I.7

Perkembangan Tanaman Padi Sawah Tahun 2006-2007

No. Uraian

Tahun Perkembangan

2005 2006 2007 2007-2008 %

1. Luas Baku Lahan (ha) 28.819 28.819 28.819 - 0,00

2. Luas Tanam (ha) 52.715 53.449 51.192 -2.257 -4,41

3. Luas Panen (ha) 49.585 51.157 51.462 305 0,59

4. Produksi (Ton) 233.490 233.561 243.119 9.558 3,93

5. Produktivitas (Ton/ha) 4,71 4,57 4,72 0,15 3,18

6. IP (%) 182,92 185,46 182,92 -2,54 -1,39

(50)

1.2.4.2 Sektor Perkebunan

Untuk sektor perkebunan, produksi tertinggi di sektor ini adalah

jenis produksi kelapa sawit yang mencapai 182,740 ton, dimana

sebaran perkebunan yang ada di wilayah Barat Kabupaten

Agam yaitu KecamatanTanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek

Nagari dan Kecamatan Palembayan.

Tabel I.8

Produksi Pekebunan di Kabupaten Agam Tahun 2007

No Jenis Produksi Luas Panen

(Ha) Produksi (Ton)

1. Tanaman Perkebunan

a. Kelapa Dalam 11.150 32.916

b. Kelapa Sawit 8.764 182.740

c. Karet 814 913

d. Cengkeh 414 54

e. Kulit Manis 7.493 17.542

f. Kopi 3.297 2.078

g. Gardamunggu 106 52

h. Kemiri 297 2.224

i. Pinang 2.520 9.671

j. Pala 1.051 2.350

k. Tebu 3.983 20.627

l. Temulawak 1 1

m. Jahe 4 15

n. Laos 2 8

o. Kunyit 6 18

p. Kejibeling 1 1

q. Kapulaga 1 1

r. Kakao 1.227 1.065

(51)

1.2.4.3 Sektor Peternakan

Kondisi geografis yang sangat beraneka ragam, tentunya sangat

mempengaruhi keragaman jenis ternak. Untuk jenis ternak sapi

yang ada di Agam wilayah Timur seperti Kecamatan IV Angkek,

Candung, Baso, Tilatang kamang dan Kamang Magek dan

Sungai Pua umumnya jenis sapi Simenthal dan Brahman,

sedangkan Agam wilayah Barat seperti Kecamatan Lubuk

Basung, Tanjung Mutiara dan IV Nagari lebih dominan dengan

jenis peranakan Onggole (PO), dengan tingkat populasi ternak

sapi terbesar adalah jenis sapi potong yang mencapai 32.017

ekor. Sementara untuk populasi terbesar sektor peternakan

yang ada di Kabupaten Agam adalah jenis ternak ayam buras

yang mencapai 432.315 ekor. Untuk lebih memberi gambaran

tentang populasi ternak yang ada di Kabupaten Agam, dapat

dilihat pada tabel .

Tabel I.9

Populasi Ternak di Kabupaten Agam Tahun 2007

No Jenis Ternak Populasi (Ekor)

1. Sapi Potong 32.017 2. Sapi Perah 40 3. Kerbau 17.787

4. Kuda 172

5. Kambing dan Domba 13.187 6. Ayan Buras 432.315 7. Ayam Ras Petelur 161.548 8. Ayam Ras Pedaging 53.673 9. Itik 105.167 10. Puyuh 44.787 11. Anjing 31.778 12. Kelinci 7.320

(52)

1.2.4.4 Sektor Kehutanan

Luas hutan berdasarkan fungsi yang ada di Kabupaten Agam

berdasarkan peta Padusarasi RTRW-TGHK tahun 1996/1997

adalah 85,883.40 Ha atau sekitar 38,51 % dari luas keseluruhan

wilayah Kabupaten Agam. Adapun perincian luas hutan di

Kabupaten agam adalah: Hutan PPA seluas, 27,533.40 Ha,

Hutan Lindung seluas 31,560.00 Ha, Hutan Produkasi seluas

6,140.00 Ha dan Hutan Produksi Terbatas seluas 20,883.40.

Tabel I.10

Luas Hutan di Kabupaten Agam

No Jenis Luas (Ha)

1. Hutan PPA 27.533,40

2. Hutan lindung 31,560,00

3. Hutan produksi 6,140,00

4. Hutan produksi terbatas 20,650,00

Jumlah 85.883,40

Sumber : TGHK dan RTRWP Dati II Agam Th 1996/1997

1.2.4.5 Sektor Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Agam memiliki panjang pantai 43 Km² dengan luas

laut mencapai 313,04 Km². Sementara untuk luas perairan

umum (air tawar) yang ada di Kabupaten Agam, luasnya

mencapai 10.518 Ha.

Untuk perikanan laut, terdapat di Kecamatan Tanjung Mutiara,

dimana hasil tangkapan ikan laut dominan adalah jenis ikan

tembang, ikan teri, tongkol, ikan layang, ikan kembung, ikan

layur, cakalang, mayang dan udang. Sementara untuk kegiatan

budidaya ikan, terdapat di danau maninjau dengan jumlah

keramba jaring apung (KJA) sebanyak 8.930 petak dengan

(53)

sawah. Untuk penangkapan ikan di perairan umum, dilakukan di

Danau Maninjau dan sungai-sungai yang tersebar di Kabupaten

Agam seperti di Batang Masang Kiri, Masang Kanan, Batang

Antokan dan Batang Tiku.

Tabel I.11

Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya di Kabupaten Agam Tahun 2007

No Jenis Produksi Hasil Tangkapan (Ton)

1. Ikan Laut 4.966,8

2. Budidaya 55.670,35

3. Perairan Umum 755,98

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam Tahun 2008

Untuk produksi perikanan di Kabupaten Agam terbagi menjadi 3

jenis produksi yaitu jenis ikan laut, budidaya dan perairan umum.

Dari ketiga jenis tersebut, untuk jenis budidaya merupakan jenis

yang paling banyak terdapat di Kabupaten Agam dengan jumlah

tangkapan 55.670,36 ton sedangkan untuk jenis perairan umum

memiliki nilai tangkapan yang paling rendah yaitu hanya 755,98

ton.

Sektor pengolahan dan pemasaran ikan yang ada di Kabupaten

Agam, umumnya masih dalam tahap pengolahan dan

pemasaran sederhana. Dari data yang ada, jumlah unit

pengolahan ikan terdapat 278 unit, sementara jumlah produksi

ikan olahan pada tahun 2009 mencapai 679,27 ton, dengan

(54)
(55)
(56)

1.2.4.6 Sektor Mineral dan Pertambangan

Tingkat pemanfaatan sumber daya mineral dan energi di

Kabupaten Agam masih sangat rendah. Sedangkan potensi

sumber daya mineral dan energi yang terkandung di wilayah ini

sangat potensial. Oleh karena itu prospek pengembangan dan

pemanfaatan sumber daya mineral dan energi masih sangat

terbuka.

Potensi bahan galian tambang golongan B yang dimiliki daerah

ini seperti biji besi di Kecamatan Matur, pasir besi di Kecamatan

Tanjung Mutiara. Sedangkan potensi bahan galian golongan C

seperti andesit, granit, dolomit, dan marmer terdapat di

Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Palupuh, Kecamatan

IV Koto, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur,

Kecamatan Baso dan Kecamatan Lubuk Basung.

Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Provinsi Sumatera Barat, terdapat beberapa izin pertambangan

yang ada di Kabupaten Agam sampai akhir tahun 2008. Ijin

pertambangan yang diberikan bervariasi, dari mulai izin

eksplorasi, pengolahan, penyelidikan umum, pengangkutan dan

penjualan sampai pada ijin eksplorasi. Untuk bahan galian yang

mendapat ijin terdiri dari bahan galian pasir besi, dolmit dan

juga batu kapur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

(57)

Tabel I.12

Potensi Sumber daya Mineral di Kabupaten Agam tahun 2007

No Jenis Lokasi Potensi Keterangan

1 2 3 4 5

1. Batu Kapur Palembayan, Palupuh dan Padang Tarok

Sumber daya Penyelidikan umum

Simarasok 109.375.000 ton - Kecamatan Baso 9.375.000 ton

(hipotetik)

2. Marmer Kamang, Kecamatan Kamang Magek

500.000.000 ton (sumber daya)

Penyelidikan umum

Matur Sumber daya Penyelidikan umum Kecamatan Palupuh 62.500.000 ton (700

ha) sumber daya -

3. Dolimit Mudik Pauh, Kecamatan Palupuh 5.900.000 ton (45 ha) sumber daya

Sebagian sudah diusahakan oleh PT Bukit Ayu Tunas Lestari

Unsur MgO = 17,93-20,86 CaO = 30,20 – 32,0% SiO = ttd – 0,6% Fe2O3 = 0,10 – 0,30% SiO2 = 1,76 – 2,24% 4. Kalsit Tersebar di Kecamatan Baso Sumber daya Penyelidikan umum 5. Fosphat Ngalau Baja, Biaro, Durian dan

Bunian

Sumber daya Penyelidikan umum

6. Granit Bukit Cimpago, Malalak Cimpago Kecamatan IV Koto

Sumber daya Penyelidikan umum

Bukit Antokan, Bukit Masang, Bukit Labuhan, dan Bukit Pandih Dusun Durian Kapeh, Kecamatan Tanjung Mutiara

Sumber daya Penyelidikan umum

Granit kemungkinan dalam bentuk stock granodiorit, berwarna abu-bau tua kehitaman, masif, fanerik halus, sedang,subhedral, equigranular, kuarsa, arthoktas hornblende, plagioklas keras. 7. Andesit Batu Kambing, Malabur dan batang

Dareh, Kecamatan Lubuk Basung

Sumber daya Penyelidikan umum

Ladang hutan dan Panambahan Kecamatan Baso

Sumber daya Penyelidikan umum Hutan lindung Paninggiran Ateh, Paninggiran

Bawah dan Bukit Bateh Dagang, Kecamatan Palupuh

Sumber daya Penyelidikan umum

8. Trass Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 M3 Sebaran dalam satuan batuan tufa

berbatu apung Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 M3 Penyelidikan umum

Baso, Palembayan, IV Koto, Batu Kambing, Sipisang dan Tilatang Kamang

(58)

1 2 3 4 5

9. Balerang Koto Baru 100 ton (hipotetik) Penyelidikan umum

10. Tufa Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 M3 Sebaran dalam satuan batuan tufa

berbatu apung, berupa jarum-jarum gelas (0,1) bersifat lepas, mudah terurai.

Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 M3 Penyelidikan umum

Baso, Palembayan, IV Koto, Batu Kabing, Sipisang dan Tilatang Kamang

Sumber daya Penyelidikan umum

11. Dunit Harzburgit

Sungai Air, Tiga Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan

50 Ha (Sumber daya) Penyelidikan umum

Dunit merupakan batuan beku ultra basa yang berwarna abu-abu, masif, holokristalin, fenerik kasar, anhedral equigranular, didominasi oleh mineral olive dan sedikit plagioklas. MgO = 33-47%

12. Toseki Tersebar di Kecamatan palembayan dan Palupuh

Sumber daya Penyelidikan umum

Luas sebaran toseki di Palembayan mencapai 200 ha.

13. Pasir dan Batu Tersebar di Sungai Batang Jabur (Baso dan IV Angkat Canduang), Mancung, Padang Tarab (Baso), Batang Masang (Palembayan), dan Batang Bawan (Lubuk Basung)

Sumber daya Pasir dan batu (sitru) berupa sitru sungai dan daerah limbah banjir.

14. Tanah Liat Tersebar pada lereng perbukitan sisi utara Danau Maninjau mulai dari Malabur-Lubuk Basung sampai Matur. Dan Komplek perbukitan Gunung Sirabungan dari Pagadis Hilir Ampai Nan Limo, Kecamatan Palupuh

Sumber daya Penyelidikan umum

Sebaran tanah liat umumnya merupakan perbukitan landai bergelombang dan tingkat keseburan tanah yang kurang subur.

15. Pasir Besi Desa Durian Kapeh dan Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara

Diluar sempadan (200 m dari garis pantai)

2.800 M3 (spekulatif),

luas wilayah ± 2.500 ha

Pada sempadan pantai ± 80 ha (4 km x 200 m)

60.000 M3 (spekulatif)

Sebagian sedang diusahakan oleh PT Andalas Minang Malindo

16. Emas Desa Pagadis Sei. Guntung dan Pasir Lawas Kecamatan Palupuh

337.500 ton (spekulatif)

Luas wilayah 24 Ha.

(59)
(60)

1.2.4.7 Sektor Pariwisata

Objek wisata yang dapat ditemukan di daerah Kabupaten Agam,

sangat beragam dan berpotensi untuk dikembangkan. Objek

wisata tersebut antara lain wisata alam, wisata sejarah atau situs

budaya, seni budaya dan wisata minat khusus. Oleh karena

beragamnya objek wisata tersebut maka Agam menjadi daerah

tujuan wisata yang utama di Sumatera Barat.

Adapun bentuk potensi wisata alam adalah berupa keindahan

alam yang mempesona karena masih sangat alami, dengan

adanya perbukitan/pegunungan, air terjun, pemandian, panorama

danau, lembah, lautan dan pantai. Semua objek wisata alam

yang terdapat di Kabupaten Agam terdata lebih kurang 56 objek,

dan mayoritas terdapat dikawasan barat seperti Kecamatan

Tanjung Raya dan Tanjung Mutiara.

Sementara itu, potensi wisata sejarah dan budaya dalam wujud

benda-benda bukti sejarah yang tangible (berwujud) dan

intangible (tidak berwujud). Sedangkan potensi wisata minat khusus adalah dalam bentuk arung jeram, buru babi, paralayang

dan perahu naga.

Ragam Potensi Alam dan Budaya Kabupaten Agam

Potensi alam sebagai objek wisata di Kabupaten Agam terdapat

sebanyak 56 objek wisata antara lain: Danau Maninjau, Puncak

Lawang, Kelok 44, Ambun Pagi, Air Panas, Telaga Anggrek, Air

Tiga Raso, Ngarai Sianok, Ngalau Kamang, Aia Janiah, Bunga

Raflesia, Bandar Mutiara, Pulau Ujung dan Pulau Tangah dan

lain-lain.

Disamping itu terdapat 61 objek wisata budaya, 11 objek wisata

(61)

Sebagai penunjang kawasan wisata, aksesibilitas menuju

kawasan wisata berupa prasarana jalan sudah cukup baik.

Sudah terdapat empat buah hotel berbintang dengan 196 kamar

dan 377 buah tempat tidur. Hotel non bintang (hotel melati)

berjumlah 32 buah dilengkapi dengan 286 kamar dan 513 tempat

tidur. Tenaga kerja pada hotel berbintang 139 orang dan 90

orang pada hotel Melati. Rumah makan yang ada sebanyak 53

buah dengan tenaga kerja sebanyak 238 orang.

Kunjungan wisatawan selama tahun 2008 berjumlah 77.743

orang terdiri dari wisatawan nusantara 69.895 orang dan

wisatawan mancanegara sebanyak 7.848 orang.

Tabel 1.13

Jumlah Objek Wisata Berdasarkan Jenis Menurut Kecamatan Tahun 2007

No Kecamatan Alam Budaya

Minat

Khusus Jumlah

1 Tanjung Mutiara 3 - 5 8

2 Lubuk Basung 1 - 5 6

3 Ampek Nagari - - 6 6

4 Tanjung Raya 11 - 10 21

5 Matur 6 - 7 13

6 IV Koto 2 - 6 8

7 Malalak 3 - 4 7

8 Banuhampu 2 - 4 6

9 Sungai Pua 2 - 4 6

10 IV Angkat Canduang 1 - 3 4

11 Canduang 3 - 4 7

12 Baso 5 - 6 11

13 Tilatang Kamang 2 - 4 6

14 Kamang Mangek 3 - 4 7

15 Palembayan 5 - 6 11

16 Palupuh 7 - 6 13

Total 56 - 84 140

(62)

1.2.5 Potensi Ekonomi Wilayah

1.2.5.1 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui

perkembangan nilai nominal PDRB yang merupakan

perkembangan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh

unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan

perkembangan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh seluruh unit ekonomi.

Pada tahun 2004 secara nominal terjadi kenaikan PDRB atas

dasar harga berlaku sebesar 448.922,81 juta rupiah, dari

2.106.790,66 juta rupiah menjadi 2.555.713,47 juta rupiah.

Namun kenaikan ini belum mencerminkan perbaikan

perkembangan ekonomi secara riil karena masih mengandung

unsur inflasi. Secara riil, pertumbuhan ekonomi wilayah dapat

dilihat dari perkembangan nilai PDRB yang dihitung atas dasar

harga konstan tahun 2004 yang mencapai 2.066.647,63 juta

rupiah, naik menjadi 2.190,815,65 juta rupiah pada tahun 2005.

artinya, perekonomian Wilayah Kabupaten Agam pada tahun

2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,71%.

Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk, nilai PDRB perkapita

Kabupaten Agam mengalami peningkatan yang signifikan setiap

tahunnya dalam lima tahun terakhir ini (terhitung sejak tahun

2004). Hal ini disebabkan oleh cukup tingginya peningkatan

nominal PDRB dan relatif rendahnya pertumbuhan penduduk

Kabupaten Agam. PDRB perkapita dihitung berdasarkan nilai

total PDRB dengan jumlah penduduk kabupaten pertengahan

tahun pada tahun yang sama. Lebih rincinya mengenai

pekembangan nilai PDRB perkapita selama 5 tahun dapat dilihat

(63)

Tabel I.14

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Agam Pada Tahun 2004-2007

No Tahun Nilai Nominal (Rp)

Kontribusi PDRB Sektoral Kab. Agam Berdasarkan Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Kerja Tahun 2004-2007

No Lapangan

385.715,25 18,66 406.621,01 18,56 439.972,21 18,92 476.124,31 19,28

b. Perkebunan 190.271,46 9,21 225.183,14 10,28 250.760,15 10,78 279.304,07 11,31

2. Pertambangan & Penggalian

304.965,84 14,76 314.602,77 14,36 327.923,50 14,10 341.875,08 13,84

a. Industri migas - - - - b. Industri tanpa

migas

(64)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

364.414,82 17,63 383.676,68 17,52 407.574,24 17,53 432.916,64 17,54

a. Perdagangan besar dan enceran

348.427,38 16,86 367.134,25 16,76 390.186,61 16,78 414.817,59 16,80

Gambar

Grafik 1.1
Grafik 1.2
Tabel I.5
Gambar I.3 : Sesar Sumatera sebagai daerah rawan gempa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aksesi –aksesi kelapa yang ada pada kebun koleksi plasma nutfah umumnya berasal dari daerah yang memiliki curah hujan diatas 1500 mm/tahun dengan bulan kering berturut-turut <

Pada bulan April dimana terjadi peralihan dari musim hujan ke kemarau, peluang kering berturut-turut 10 hari adalah 46% artinya terjadinya hari kering 10 hari berpeluang 46%

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,