• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review Jurnal Internasional Seminar Ekon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Review Jurnal Internasional Seminar Ekon"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Impact of Fiscal Policy on the Agricultural Development in an

Emerging Economy: Case Study from the South

Sulawesi, Indonesia

REVIEW JURNAL (REVISI)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Seminar Ekonomi

Oleh:

FACHRI FIRDAUS 0906529

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke khadirat Allah SWT yang telah memberikan penulis kesehatan akal, jasmani dan rohani sehingga dapat menulis review jurnal yang menjadi salah satu tugas yang harus penulis penuhi. Tidak lupa selawat serta salam semoga tetap dicurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya dan mudah-mudahan kepada umat muslim sebagai penerus risahalahnya.

Penulis menyadari masih banyaknya kesalahan dalam penulisan karya ilmiah, salah satunya review jurnal ini, karena penulis sadar akan posisi penulis yang masih dalam tahap pembelajaran.

Dalam review ini penulis tertarik untuk mengambil tema perkembangan perekonomian, khususnya dalam sektor pertanian. Sehingga penulis memilih jurnal yang dirasa dapat memenuhi ketertarikan penulis. Jurnal yang dimaksud berjudul “Impact of Fiscal Policy on the Agricultural Development in an Emerging Economy: Case Study from the South Sulawesi, Indonesia” yang ditulis oleh Akhmad, Noer Azam Achsani, Mangara Tambunan dan Sumedi Andoyo Mulyo. Jurnal tersebut diambil dari website EuroJournals Publishing.

Semoga review ini bermantaat khusunya bagi penulis sebagai pengalaman untuk menulis karya ilmiah berikutnya.

Bandung, 13 Oktober 2012

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1. Pendahuluan...1

1.2. Kajian Teori...5

Kebijakan Fiskal – Teori Keynesian...5

Efek Samping Kebijakan Fiskal...6

BAB II METODOLOGI...8

2.1 Metode dan Data Penelitian...8

BAB III PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...15

3.1. Kebijakan Fiskal...15

3.2. Permintaan Agregat...16

3.3. Kinerja Ekonomi...17

BAB IV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...19

4.1 Kesimpulan...19

4.2 Implikasi Kebijakan...19

4.3 Saran...20

HASIL REGRESI PERBANDINGAN DENGAN PROVINSI JAWA BARAT...21

REFERENSI TAMBAHAN...23

LAMPIRAN...24

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

Jurnal yang di review berjudul “Impact of Fiscal Policy on the Agricultural Development Emerging Economy: Case Study from South Sulawesi, Indonesia”. Penelitian dalam jurnal tersebut bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan dampak kebijakan fiscal terhadap perkembangan pertanian di Sulawesi selatan. Penelitian tersebut menggunakan data panel antara tahun 2004 sampai 2009.

Pertanian merupakan salah satu aspek yang penting dalam perekonomian di Indonesia, hal ini mengingat kekayaan sumber daya alam di Indonesia yang kebanyakan berasal dari pertanian. Selain itu, kebanyakan masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal diperkampungan dan pegunungan merupakan masyarakat yang kebanyakan bekerja disektor pertanian dan hal ini terjadi secara turun menurun.

Pada tahun 1997-1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi, fakta menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi penyokong perekonomian nasional pada saat itu. Hal tersebut terbukti bahwa pada tahun 2000-2009 lebih dari 40 juta orang atau sekitar 42% dari pekerja di Indonesia bekerja di sektor pertanian ini, dan berkontribusi sekitar 15% terhadap PDB regional. Namun dengan fakta tersebut juga menunjukkan bahwa produktivitas dari sektor pertanian masih rendah.

(5)

Sejak tahun 2001, Indonesia mulai dengan era baru dalam kegiatan pemerintahan. Dengan adanya PP No 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah diimplementasikan, kemudian direvisi dengan keluarnya PP No 32 tahun 2004, dan PP No 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan daerah kemudian direvisi dengan PP No 33 tahun 2004.

Dalam era otonomi saat ini, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang dominan untuk mengelola sumber daya dan kebijakan fiskal, provinsi dan kabupaten dan pemerintah kota yang dilakukan setidaknya 36% dari total anggaran sarana publik, dibandingkan dengan pertengahan tahun 1990-an hanya sekitar 24%, (World Bank. 2007).

Data menunjukkan kontribusi kepada Pendapatan Domestik Bruto yang berasal dari sektor pertanian masih cukup besar, data ini diambil dari BPS sebagai berikut:

Tabel 1.1

Pendapatan Domestik Bruto Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) 2008 – 2011

Lapangan Usaha 2008 2009 2010* 2011*

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

284,619.1 295,883.8 304,736.7 313,727.8

Pertambangan dan Penggalian 172,496.3 180,200.5 186,634.9 189,179.2 Indsutri Pengolahan 557,764.4 570,102.5 597,134.9 634,246.9 Listrik, Gas dan Air 14,994.4 17,136.8 18,050.2 18,920.5 Kontruksi 131,009.6 140,267.8 150,022.4 160,090.4 Perdagangan, Hotel dan Restoran 363,818.2 368,463.0 400,474.9 437,250.7 Pengangkutan dan Komunikasi 165,905.5 192,198.8 217,977.4 241,285.2 Keuangan, Real Estate & Jasa

Perusahaan

198,799.6 209,163.0 221,024.2 236,076.7

Jasa-jas 193,049.0 205,434.2 217,782.4 232,464.6 * Angka Sementara

Sumber: Data BPS Tahun 2011

(6)

Data kedua yang menunjukkan sumbangan Produktivitas Tanaman Padi Seluruh Provinsi di Indonesia sebagai berikut:

Tabel 1.2

Produktivitas Tanaman Padi Seluruh Provinsi di Indonesia Tahin 2009

Provinsi Produksi (Ton)

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Bangka Belitung

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Bali

Nusa Tenggara Barat

1556858

3527899

2105790

531429

644947

3125236

510160

2673844

19864

430

11013

11322681

9600415

837930

11259085

1849007

878764

(7)

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

607359

1300798

578761

1956993

555560

549087

953396

4324178

407367

256934

310706

89875

46253

36985

98511 Sumber: BPS Tahun 2009

Data diatas menunjukkan proporsi sumbangan setiap provinsi di Indonesia dalam sektor pertanian khususnya tanaman padi, peringkat pertama disumbang oleh provinsi jawa barat disusul oleh jawa timur dan ketiga oleh provinsi sulawesi selatan.

(8)

pemerintah, dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal juga disebut anggaran kebijakan dan dilakukan melalui APBN, (Romer, 2001).

Setiap sektor yang menyumbang kepada PDB diatas dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor ekonomi dan non ekonomi, namun yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sektor pertanian saja, khususnya dampak dari kebijakan fiskal terhadap perkembangan sektor pertanian di Sulawesi Selatan yang bersumber dari Jurnal “Impact of Fiscal Policy on the Agricultural Development in an Emerging Economy: Case Study from the South Sulawesi, Indonesia” yang diteliti oleh Akhmad, Noer Azam Achsani, Mangara Tambunan dan Sumedi Andoyo Mulyo.

Jurnal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan fiscal pemerintah daerah terutama belanja modal di sektor pertanian dapat merangsang perkembangan sektor pertanian daerah dan menyumbang kepada produk domestik bruto. Sementara itu, belanja modal non pertanian dapat merangsang peningkatan produk domestik regional bruto dan investasi swasta. Kemudian, investasi swasta dapat merangsang meningkatkan pada sektor non pertanian dan penurunan tingkat pengangguran. Sementara kemiskinan dapat menurun ketika waktu yang sama peningkatan produk domestik regional bruto dan penyerapan tenaga kerja. Hasil simulasi kebijakan penganggaran menemukan bahwa realokasi dengan menurunnya pengeluaran lain dan barang dan pengeluaran jasa, kemudian, digunakan untuk meningkatkan belanja modal dapat memberikan hasil yang lebih baik dibanding simulasi kebijakan dengan meningkatnya produk domestik regional bruto dan kebijakan untuk meningkatkan transfer dana dari pemerintah pusat.

1.2. Kajian Teori

(9)

depresi besar perekonomian di barat, dan kebijakan fiskal ini mampu untuk menjawab permsalahan yang ada saat itu.

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan perekonomian dengan mengubah-ubah anggaran penerimaan dan pengeluran pemerintah (Rahardja dan Manurung, 2001). Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran negara, di Indonesia, hal ini terkait dengan APBN (Anggara Pendapatan dan Belanja Negara).

Kebijakan fiskal bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara optimal yang akan mempengaruhi jalannya perekonomian. Kebijakan fiskal sangat berhubungan dengan pemasukan atau pendapatan negara, diantara pendapatan negara antara lain misalnya : bea dan cukai, devisa negara, pariwisata, pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, impor, dan lain-lain .

Sedangkan untuk pengeluaran negara misalnya : belanja persenjataan , pesawat, proyek pemerintah, pembangunan sarana dan prasarana umum, atau program lain yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan Fiskal – Teori Keynesian

Kebijakan fiskal sering dikaitkan dengan Keynesianisme, yang namanya

berasal dari ekonom Inggris John Maynard Keynes. Dengan karya besarnya,

"Teori Umum Hubungan Kerja, Bunga dan Uang," dipengaruhi teori-teori baru tentang bagaimana perekonomian bekerja, dan masih dipelajari sampai hari ini. Keynes mengembangkan sebagian besar teori-teorinya selama Depresi Besar dan teori Keynesian telah digunakan dan disalahgunakan dari waktu ke waktu, karena teori ini memang populer dan secara khusus diterapkan untuk mengurangi kemerosotan ekonomi.

(10)

dan menciptakan kondisi uang mudah didapatkan, dimana akan merangsang perekonomian dengan menciptakan lapangan kerja dan kemakmuran pada akhirnya meningkat. Gerakan teori Keynesian menunjukkan bahwa kebijakan moneter sendiri memiliki keterbatasan dalam menyelesaikan krisis keuangan, sehingga menciptakan perdebatan Keynesian versus monetaris.

Sementara kebijakan fiskal telah berhasil digunakan selama dan setelah Depresi Besar, teori Keynesian mulai dipertanyakan pada tahun 1980 setelah popularitas jangka panjang. Monetaris, seperti Milton Friedman, dan pihak lain mengklaim bahwa tindakan pemerintah yang sedang berlangsung tidak membantu negara itu menghindari siklus tak berujung ekspansi produk domestik bruto (PDB) dibawah rata-rata, resesi dan berkutatnya tingkat suku bunga.

Efek Samping Kebijakan Fiskal

Sama seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal dapat digunakan dalam mempengaruhi baik ekspansi dan kontraksi dari PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi. Ketika pemerintah melaksanakan kekuasaannya dengan menurunkan pajak dan meningkatkan pengeluaran mereka, mereka menjalankan kebijakan fiskal ekspansif. Sementara di permukaan, upaya ekspansif tampaknya menyebabkan efek positif hanya dengan merangsang ekonomi, ada efek domino yang jauh lebih luas dalam jangkauan. Ketika pemerintah menghabiskan uang dengan kecepatan lebih cepat dari pendapatan pajak yang dapat dikumpulkan, pemerintah dapat menumpuk kelebihan utang karena masalah bunga obligasi untuk membiayai pengeluaran, sehingga menyebabkan peningkatan utang nasional.

(11)

beberapa efek awal jangka pendek positif, sebagian dari ekspansi ekonomi ini dapat diatasi dengan hambatan yang disebabkan oleh beban bunga yang lebih tinggi untuk peminjam, termasuk pemerintah.

(12)

BAB II METODOLOGI 2.1 Metode dan Data Penelitian

Jurnal tersebut menggunakan data panel dari 23 kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan pada tahun 2009. Memilih data rentang waktu tahun 2004-2009 didasarkan pada otonomi daerah yang cenderung stabilitas dan krisis ekonomi yang dimulai dalam pemulihan. Data yang digunakan terdiri dari kabupaten dan kota dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan kabupaten kota dan data ekonomi seperti domestik regional bruto produk, tenaga kerja, pengangguran, dan kemiskinan. Sumber data yang diambil dari Biro Pusat Statistik Kabupaten dan Kota di Propinsi Sulawesi Selatan.

Penelitian tersebut menggunakan model ekonometrika dengan sistem persamaan simultan. Model sistem persamaan simultan yang terdiri dari 19 persamaan struktural dan 8 identitas persamaan. Model ini dibagi menjadi tiga blok yaitu (1) fiskal, (2) Permintaan agregat, Dan (3) kinerja ekonomi.

Persamaan simultan yaitu apabila digunakan model regresi (OLS) satu per satu akan mendapatkan kofisien estimasi yang bias. Oleh karena itu, perlu dilakukan dengan regresi simultan untuk menghindari bias tersebut. Salah satu estimator untuk persamaan simultan adalah two stage least square.

Gambar 2.1

(13)

Keterangan :

Variabel Endogen :

Variabel Eksogen :

Model spesifikasi yang digunakan dalam penelitian telah dimodifikasi beberapa kali, karena ditemukan bahwa beberapa hasil estimasi yang tidak konsisten dengan teori dari beberapa estimasi parameter tidak nyata. Akhirnya, studi tersebut menemukan model dengan estimasi hasil parameter kinerja yang cukup representatif untuk menggambarkan fenomena yang ada di kabupaten dan kota dari Sulawesi Selatan provinsi.

(14)

dalam model diperoleh, di mana ada 27 struktural persamaan terdiri dari tiga blok secara keseluruhan menunjukkan hasil yang baik.

Adapun dalam penelitian tersebut menggunakan 27 model dalam mengestimasi penelitiannya. Penjabaran modelnya dalam jurnal tersebut adalah sebagai berikut:

I. Fiscal Block

Regional Revenue

1. Original regional income

PADit = PAJDit + RETDit + BUMDit + PADLit (1)

2. Regional tax

PAJDit = a0 + a1TPGPDit + a2MTRit + a3JKHLit +a4LPAJDit + u1 (2)

Parameter estimates of the expected: a1, a2, a3, a4 > 0

3. Regional Retribution

RETDit = b0 + b1PDRBit + b2TPGPDit + b3POPit + b4LRETDit + u2 (3)

Parameter estimates of the expected: b1, b2, b3, b4>0

4. General allocation funds

DAUit = c0 + c1PADit + c2LDKit + c3MISKit + c4POPit +c5PNSit + u3 (4)

(15)

5. Revenue-sharing

DBHit = d0 + d1PDRBit + d2TRENit + d3LDBH + u4 (5)

Parameter estimates of the expected: d1, d2, d3 >0

6. Total regional acceptance

TPDit = PADit + DAUit + DBHit + DAKit + PLDit (6)

Regional Expenditure

1. Personnel expenditure

BPGWit = e0 + e1PNSit + e2 PADit + e3DAUit + e4LBPGWit+ u 5 (7)

Parameter estimates of the expected: e1, e2, e3, e4 >0

2. Expenditures for goods and services

BBJit = f0 + f1PADit + f2DAUit + f3DBHit + f4LBBJit + u6 (8)

Parameter estimates of the expected: f1, f2, f3, f4 >0

3. Capital expenditure

BMDit = BMDSPit + BMDSLit (9)

4. Capital spending for agricultural sektor

(16)

Parameter estimates of the expected: g1, g2, g3 >0

5. Capital spending for non agricultural sektor

BMDNPit = h0 + h1DBHit+ h2DAKit + h3LBMDNPit + u8 (11)

Parameter estimates of the expected: h1, h2, h3, > 0

6. Government’s miscellaneous expenditures

BLLit = i0 + i1DAUit + i2DBHit+ i3PADit + i4LBLLit + u9 (12)

Parameter estimates of the expected: i1, i2, i3, i3> 0

7. Total regional government expenditure

TPGPDit = BPGWit + BBJit + BMDit + BLLit (13)

II. Block of the Regional Aggregate Demand

1. Private consumption

KONSit = j0 + j1PDRBit + j2BBJit + j3BPGWit + j4INFLit + j5LKONSit + u10 (14)

Parameter estimates of the expected: j1, j2, j3 , j5 , > 0; j4 < 0

2. Private investment

INVSit = k0 + k1 BMDit + k2PADit + k3 KONS + k4LINVSWit + u11 (15)

(17)

3. Total government expenditure

TPGPit = TPGPDit + DDTBLit (16)

4. Regional export

EXPDit = l0 + l1NTRPit + l2PDRBit + l3INFL + l4LEXPDit + u12 (17)

Parameter estimates of the expected: l2, l4, > 0; l1, l3 < 0

5. Regional import

IMPDit = m0 + m1PDRBit + m2 KONSit + m3LIMPDit + u13 (18)

Parameter estimates of the expected: m1, m2, m3 > 0

6. Net export

NEXP = EXPDit - IMPDit (19)

III. Block Economic Performance

1. GDP from agricultural sektor

PDRBSPit = n0 + n1 PTKSPit + n2BMDSPit + n3LPDRBSPit + u14 (20)

Parameter estimates of the expected: n1, n2 , n3, > 0

2. GDP from non agricultural sektor

PDRBNPit = o0 + o1 PTKNPit + o2INVSit + o3KONS it + o4LPDRBTB it + u15

(18)

Parameter estimates of the expected: o1, o2 , o3, o4, > 0

3. Regional gross domestic product

PDRBit = PDRBSPit + PDRBNPit (22)

4. Agricultural employment

PTKSPit = p0+ p1AKKit + p2BMDSPit + p3LPTKSPit + u23 (23)

Parameter estimates of the expected: p1, p2, p3 > 0

5. Non-agricultural employment

PTKNPit = q0 + q1 INVSit + q2 AKKit + q3LPTKNPit + u24 (24)

Parameter estimates of the expected: q1, q2 , q3 > 0

6. Employment

PTKit = PTKSPit + PTKNP (25)

7. Unemployment

UNEPit = r0 + r1 AKKit + r2 BMDit + r3LUNEPit + u25 (26)

Parameter estimates of the expected: r1 , r3 > 0; r2<0

8. Number of the poor

(19)

(27)

Parameter estimates of the expected: s2, s5 > 0; s1, s3, s4 < 0

Keterangan:

Tabel 2.1

Variabel, Simbol dan Satuan / Unit Model

NAME OF VARIABLES SYMBOLS UNIT

Labor force

Expenditures for goods and services Government’s miscellaneous expenditures Capital expenditure

Capital spending for non agricultural sektor Capital spending for agricultural sektor Personnel expenditure

Regional government-owned enterprises Special allocation funds

General allocation funds Revenue-sharing

Deconcentration, assissting task, etc. Regional export

Regional import Regional inflation Private investment Number of hotel rooms Private consumption

Eexpenditures for goods and services in the previous year Government’s miscellaneous expenditures in the previous year Capital expenditure for agricultural sektor in the previous year Capital expenditure for other sektors in the previous year Personnel expenditure in the previous year

The area of the regency/city Revenue-sharing in previous year Regional export in the previous year Regional Import in the previous year Private investment in the previous year Private consumption in the previous year Number of the poor in the previous year Regional texes in the previous year GDP in the previous year

GDP from agricultural sektor in the previous year GDP from non agricultural sektor in the previous year Non-agricultural employment in the previous year Agricultural employment in the previous year Income from regional retribution in previous year Unemployment in the previous year

Number of the poor Number of motor vehicles Rupiah exchange rate

(20)

Net exports

Original regional income Other regional revenues Regional tax

Regional gross domestic product GDP from agricultural sektor GDP from non agricultural sektor Other regional revenues

Number of civil sevants Number of population Employment

Non-agricultural employment Agricultural employment Regional Retribution Total regional revenue Total government expenditure

Total regional government expenditure Trends (years 1,2,3, ... n)

(21)

BAB III PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 3.1. Kebijakan Fiskal

Berikut hasil penelitian dari estimasi model, bagaimana pengaruh dari kebijakan fiskal terhadap variabel-variabel yang ada pada model (Lampiran 2), menunjukkan bahwa:

1. Pajak daerah (PAJD) secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh jumlah

kamar hotel (JMKH) dan pajak daerah dari tahun sebelumnya (LPAJD). Sementara itu, jumlah kendaraan (MTR) dan Pengeluaran total pemerintah (TPGRD) memiliki tanda positif, tetapi mereka tidak secara signifikan mempengaruhi pendapatan pajak daerah (PAJD).

2. Retribusi daerah (RETD) yang positif dan signifikan dipengaruhi oleh total pengeluaran pemerintah daerah (TPGRD) dan Retribusi Daerah dari tahun sebelumnya (LRETD), sedangkan PDB dan jumlah penduduk (POP) yang memiliki tanda positif namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan dari Retribusi Daerah (RETD).

3. Alokasi dana umum (DAU) secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh

jumlah PNS (PNS), luas wilayah kota/kabupaten (LDK), dan jumlah kemiskinan (MISK).

4. Sharing pendapatan Dana Bagi Hasil (DBH) secara signifikan dan positif

dipengaruhi oleh PDB (PDRB) dan sharing pendapatan dari tahun sebelumnya (LDBH).

(22)

1. Pengeluaran / belanja pribadi (BPGW) secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh jumlah pegawai negeri sipil (PNS), pendapatan daerah (PAD) dan pengeluaran dari tahun sebelumnya (LBPGW),

2. Pengeluaran untuk barang dan jasa (BBJ) yang positif dan signifikan dipengaruhi oleh pendapatan daerah (PAD) dan pengeluaran untuk barang dan jasa tahun sebelumnya (LBBJ), sementara sharing pendapatan dan dana alokasi umum (DBH) memiliki tanda positif, namun variabel tersebut tidak secara signifikan mempengaruhi pengeluaran barang dan jasa (BBJ),

3. Pengeluaran modal / belanja sektor pertanian (BMDSP) secara signifikan

dipengaruhi oleh PDB pertanian (PDRBSP) dan belanja modal pertanian sektor tahun sebelumnya (LBMDSP), sedangkan dana alokasi umum dan dana alokasi khusus (DAK) tidak memiliki dampak yang signifikan pada belanja modal sektor pertanian (BMDSP),

4. Pengeluaran belanja / modal sektor non pertanian (BMDNP) secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh alokasi dana khusus (DAK), sharing pendapatan (DBH) dan belanja modal di sektor lain dari tahun sebelumnya LBMDSL)

5. Pengeluaran lainnya dari pemerintah daerah (BLL) hanya dipengaruhi secara signifikan oleh pengeluaran lain dari tahun sebelumnya (LBLL), sedangkan alokasi umum (DAU), sharing pendapatan (DBH), dan pendapatan daerah (PAD) memiliki tanda positif namun tidak signifikan mempengaruhi pengeluaran lainnya dari pemerintah daerah (BLL).

3.2. Permintaan Agregat

(23)

1. Konsumsi publik (KONS) secara signifikan dipengaruhi oleh produk domestik regional bruto (PDRB) dan konsumsi publik tahun sebelumnya (LKONS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika PDRB dan peningkatan konsumsi masyarakat pada tahun sebelumnya meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat pada tahun yang sedang berjalan,

2. Investasi swasta (INVS) adalah signifikan dan positif dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat (KONS) dan investasi dari tahun sebelumnya (LINVS), namun di sisi lain investasi swasta (INVS) secara signifikan dan negatif dipengaruhi oleh GDP (PAD). Namun, jika konsumsi dan investasi meningkat pada tahun sebelumnya, investasi pada tahun sedang berjalan juga akan meningkat, sedangkan jika peningkatan GDP (PAD), maka investasi swasta akan menurun. Ini menunjukkan bahwa pajak dan retribusi daerah sebagai sumber utama pendapatan yang dikumpulkan oleh pemerintah daerah menunjukkan biaya ekonomi yang tinggi

3. Ekspor daerah (EXPD) tidak hanya secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh PDB (PDRB) dan ekspor dari tahun sebelumnya (LEXPD), tetapi juga oleh nilai tukar rupiah (NTRP). Jadi jika PDB dan ekspor mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, ekspor tahun yang sedang berjalan juga akan meningkat. Sebaliknya, ketika nilai tukar meningkat, ekspor daerah akan berkurang / menurun,

4. Impor daerah (IMPD) secara signifikan dipengaruhi oleh impor dari tahun

sebelumnya (LIMPD), sementara variabel lainnya seperti PDB (PDRB), konsumsi (KONS), dan tren tidak signifikan mempengaruhi impor daerah.

3.3. Kinerja Ekonomi

(24)

1. Produk domestik regional bruto di sektor pertanian (PDRBSP) hanya dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh regional bruto produk domestik di sektor pertanian pada tahun sebelumnya (LPDRBSP), sedangkan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian (PTKSP) dan belanja modal untuk sektor pertanian (BMDSP) dipengaruhi positif namun tidak signifikan.

2. Kemudian, produk domestic regional bruto sektor non pertanian (PDRBNP)

secara signifikan dipengaruhi oleh investasi swasta (INVS) dan produk domestic regional bruto sektor non pertanian dari tahun sebelumnya (LPDRBNP), sedangkan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian (PTKNP) dan konsumsi (KONS) positif dipengaruhi tetapi tidak signifikan.

3. Hasil estimasi model penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian (PTKSP)

dan penyerapan tenaga kerja sektor non pertanian (PTKNP) menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian (PTKSP) secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh angkatan kerja (AKK) dan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dari tahun sebelumnya (LPTKSP), di sisi lain, penyerapan tenaga kerja di sektor non pertanian (PTKNP) negatif dan signifikan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian (PTKSP). Kemudian, penyerapan tenaga kerja di sektor non pertanian secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh investasi swasta (INVS), angkatan kerja dan penyerapan tenaga kerja di sektor non pertanian tahun sebelumnya (LPTKNP).

4. Hasil estimasi model pengangguran (UNEP) menunjukkan bahwa

(25)

tingkat pengangguran di tahun berjalan juga akan meningkat, di sisi lain, jika belanja modal pemerintah meningkat, tingkat pengangguran akan menurun.

5. Hasil estimasi model untuk angka kemiskinan (MISK) secara signifikan dan

(26)

BAB IV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian jurnal tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menemukan bahwa kebijakan fiskal dilaksanakan oleh pemerintah daerah, khususnya pada belanja modal pada sektor pertanian dapat meningkatkan produk domestik regional bruto pada sektor pertanian dan pendapatan petani. Pengeluaran modal sektor non pertanian dapat mendorong investasi swasta. Kemudian, investasi swasta bisa mendorong peningkatan domestik regional bruto produk di sektor non pertanian. Di satu sisi, investasi swasta dapat menurunkan tingkat pengangguran. Pada sisi lain, kemiskinan dapat dikurangi dengan meningkatkan produk domestik regional bruto. Sebaliknya, kebijakan fiskal dengan maksud untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dapat mengurangi investasi swasta. Hal ini menunjukkan bahwa jika pemerintah daerah dipaksa untuk menggali potensi retribusi daerah dan pajak, bisa berdampak pada biaya ekonomi yang tinggi yang mempengaruhi penurunan investasi.

2. Hasil simulasi menunjukkan bahwa realokasi anggaran dengan mengurangi

pengeluaran lain dan pengeluaran barang dan jasa, kemudian, digunakan untuk meningkatkan belanja modal untuk memberikan hasil yang baik dalam mendorong pertumbuhan sektor pertanian dan non pertanian, mengurangi pengangguran dan kemiskinan, membandingkan simulasi kebijakan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dan dana transfer dari pemerintah pusat.

4.2 Implikasi Kebijakan

(27)

dan pengeluaran untuk barang dan jasa, kemudian, digunakan untuk meningkatkan belanja modal untuk memperbaiki infrastruktur yang ada, dalam rangka menarik investor untuk menanamkan modalnya.

2. Belanja modal sektor pertanian merupakan faktor tertentu dalam mendorong

produk domestic regional bruto di sektor pertanian dan pendapatan. Oleh karena itu, pemerintah daerah sangat penting untuk mengambil bagian dalam mengembangkan sektor pertanian dan meningkatkan pendapatan petani, karena sebagian penduduk kabupaten dan kota bekerja di sektor pertanian dengan skala yang lebih kecil di daerah pedesaan.

4.3 Saran

(28)

HASIL REGRESI PERBANDINGAN DENGAN PROVINSI JAWA BARAT Data yang diambil merupakan data time series terdiri dari tahun 2003-2011. Mengambil rentang tahun 2003-2011 karena menyesuaikan dengan jurnal yang direview yaitu 2004-2009 dan menandakan data yang terupdate yaitu 2010-2011, sedangkan data tahun 2012 tidak diambil karena masih pada tahun berjalan.

Data diolah dengan menggunakan alat bantu program Eviews 7, dengan menggunakan model salah satu blok yang ada dalam Jurnal, yaitu blok fiskal yang terdiri dari 2 bagian, bagian pertama merupakan penerimaan daerah dan bagian kedua merupakan pengeluaran daerah. Ada beberapa model yang tidak diestimasi karena keterbatasan waktu dan data yang susah untuk diperoleh, misalnya model yang memerlukan data Jumlah Kamar Hotel dan Belanja Modal dalam Sektor Pertanian. Sementara metode yang digunakan adalah metode regresi liniear berganda dengan OLS (Ordinal Least Sqruare). Berikut model yang akan digunakan:

Penerimaan Pemerintah Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah

PADit = a0 + a1PAJDit + a2RETDit + a3BUMDit + u3 (1)

2. Dana Alokasi Umum

DAUit = c0 + c1PADit + c2LDKit + c3MISKit + c4POPit +c5PNSit + u3 (2)

Parameter estimates of the expected: c1, < 0 ; c2, c3, c4, c5 >0

(29)

Wilayah) dihilangkan, sehingga tidak terjadi lagi multikoliniearitas. Sehingga model menjadi:

DAUit = c0 + c1PADit + c2MISKit + c3POPit +c4PNSit + u3

Parameter estimates of the expected: c1, < 0 ; c2, c3, c4, c5 >0

Pengeluaran Pemerintah Daerah

1. Pengeluaran Pemerintah

BPGWit = e0 + e1PNSit + e2 PADit + e3DAUit + u3 (3)

Parameter estimates of the expected: e1, e2, e3, e4 >0

Adapun data yang akan digunakan ada pada lampiran 4, sementara keterangan dari model yang digunakan ada pada lampiran 5 dan hasil dari estimasi ada pada lampiran 6.

Dari hasil estimasi (Lampiran 6) diketahui bahwa:

1. Penerimaan Pemerintah Daerah.

Bahwa PAJD (Pajak Daerah) dan BUMD (Pendapatan dari Perusahaan Milik Daerah) berpengaruh positif terhadap PAD (Pendapatan Daerah), namun hanya PAJD yang signifikan, sedangkan BUMD tidak signifikan. RETD (Retribusi Daerah) berpengaruh negatif terhadap PAD, tetapi juga tidak signifikan.

(30)

yang besar terhadap pembangunan ekonomi di Jawa Barat, akan tetapi retribusi daerah berpengaruh negatif, ini menandakan bahwa bila retribusi daerah naik, justru akan menurunkan pendapatan daerah. Yang berarti retribusi daerah tidak begitu berperan besar terhadap pendapatan daerah.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa R-Squared sebesar 0.998782, yang berarti ketiga variable bebas yaitu, PAJD, RETD dan BUMD berpengaruh secara bersama sebesar 99% terhadap PAD, dan sisanya dipengaruhi faktor lain.

2. Dana Alokasi Umum

PAD dan MISK berpengaruh positif terhadap DAU, namun tidak signifikan dengan probability karena lebih dari 5%. Sedangkan PNS dan POP berpengaruh negatif terhadap DAU, namun tidak signifikan.

Ini berarti, apabila PAD dan jumlah penduduk miskin naik maka DAU juga akan ikut naik jumlahnya, sebaliknya apabila jumlah penduduk dan jumlah pegawai negeri sipil naik maka DAU akan turun.

3. Pengeluaran Belanja Pemerintah Daerah

Jumlah PNS dan PAD berpengaruh positif terhadap BPGW (Pengeluaran dan Belanja Pemerintah Daerah), namun yang signifikan pengaruhnya hanya PAD. Sedangkan DAU berpengaruh negatif terhadap BPGW namun tidak signifikan.

(31)

REFERENSI TAMBAHAN

Sukirno, Sadono. Makroekonomi Teori Pengantar. 2006. Jakarta : PT Raja Garfindo.

Rohmana, Yana. Ekonometrika: Eviews 7. 2010. Bandung

Badan Pusat Statistik. Pendapatan Nasional Indonesia. Tersedia di:

http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/pend_nas_indonesia_08_11/index3.ph p?pub=Pendapatan%20Nasional%20Indonesia%20Tahun%202008%20-%202011

Badan Pusat Statistik. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2004-2011. Tersedia di: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?

kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=11&notab=3

Badan Pusat Statistik. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi, 2004-2010 (Juta Rupiah). Tersedia di: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?

kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=52&notab=2

________. Gambaran Umum Kebijakan Moneter Dan Fiskal. Tersedia di: http://www.fileinvestasi.com/ekonomi/523-gambaran-umum-kebijakan-moneter-dan-fiskal

__________. Teori Organisasi Umum 2.. Kebijakan Fiskal. Tersedia di:

http://rahmat-septiansyah.blogspot.com/2012/03/teori-organisasi-umum-2-kebijakan.html

____________. Persamaan Simultan. Tersedia di:

(32)

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Parameter estimasi hasil dari persamaan fiskal daerah

Persamaan Pajak Daerah (PAJD)

Varaibel Estimasi Prob>[T] Elastisitas Nama Varaibel F-value R2 Intercept

Total pengeluaran pemerintah daerah

Jumlah Kamar hotel Pajak daerah tahun sebelumnya

Persamaan Retribusi Daerah (RETD)

Intercept

Produk Domestik Daerah Bruto Total pengeluaran pemerintah daerah Jumlah Penduduk Retribusi daerah tahun sebelumnya

299.40 0.8970

Persamaan Alokasi Umum (DAU)

Intercept

Pendapatan asli daerah Wilayah

Persamaan Sharing Pendapatan (DBH)

Intercept

Produk Domestik Daerah Bruto Tren (1,2,3….n) Sharing pendapatan tahun sebelumnya

241.81 0.8406

Persamaan Pengeluaran Pribadi (BPGW)

Intercept

Pendapatan asli daerah Alokasi umum Pengeluaran Pribadi tahun sebelumnya

588,76 0.9444

Persamaan Pengeluaran Pemerintah sektor barang dan jasa (BBJ)

Intercept

Pendapatan asli daerah Alokasi umum Sahring pendapatan Pengeluaran sektor barang dan jasa tahun sebelumnya

(33)

Intercept GDP dari sektor Sektor pertanian

Pengeluaran modal sektor akraris tahun sebelumnya

23.37 0.3288

Persamaan Pengeluaran Modal Sektor non-sektor pertanian (BMDNP)

Intercept Pengeluaran modal sektor non-sektor pertanian

86.07 0.6506

Persamaan Pengeluaran lainnya (BLL)

Intercept Pendapatan asli daerah Pengeluaran

pemerintah lainnya

34.24 0.4925

Lampiran 2 : Persamaan Estimasi hasil dari persamaan permintaan agregat daerah

Persamaan Konsumsi Swasta (KONS)

Varaibel Estimasi Prob>[T] Elastisitas Nama Varaibel F-value R2 Intercept

Produk Domestik Daerah Bruto Pengeluaran sektor barang dan jasa Pengeluaran pribadi Inflasi daerah

Konsumsi swasta tahun sebelumnya

7500,34 0.99636

Persamaan Investasi Swasta (INVS)

Intercept Pendapatan asli daerah Konsumsi swasta Investasi swasta tahun sebelumnya

1580.57 0.97878

Persamaan Ekspor Daerah (EXPD)

Intercept

Nilai tukar rupiah Produk domestic daerah bruto Inflasi daerah Ekspor daerah tahun sebelumnya

5276.89 0.99355

Persamaan Impor Daerah (IMPD)

Intercept

(34)

KONS

LIMPD 0.0038711.059737 <.00010.9559 0.0061

-daerah bruto Konsumsi swasta

Impor daerah tahun sebelumnya

Lampiran 3 : Persamaan Estimasi Hasil untuk Persamaan Kinerja Ekonomi

Persamaan GDP dari sektor Sektor pertanian (PDRBSP)

Varaibel Estimasi Prob>[T] Elastisitas Nama Varaibel F-value R2 Intercept

Tenaga kerja sektor pertanian

Pengeluaran modal sektor sektor pertanian GDP dari sektor sektor pertanian tahun sebelumnya

6445.14 0.9958

Persamaan GDP dari sektor Non-Sektor pertanian (PDRBNP)

Intercept

Tenaga kerja non-sektor pertanian Investasi Swasta Konsumsi Swasta GDP dari sektor non-sektor pertanian tahun sebelumnya

60319 0.9994

Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian (PTKSP)

Intercept Tenaga Kerja non-sektor pertanian Tenaga kerja sektor pertanian tahun sebelumnya

1313.13 0.9891

Persamaan Tenaga Kerja Non-Pertanian (PTKNP)

Intercept

LPTKNP 0.84106 <.0001 Tenaga kerja Non-Pertanian tahun sebelumnya

Persamaan Pengangguran (UNEP)

Intercept

Pengangguran tahun sebelumya

101856 0.9997

Persamaan Jumlah Penduduk Miskin

Intercept

Produk Domestik Daerah Bruto Jumlah Penduduk Tenaga kerja

(35)

DDTBL

(36)

Lampiran 4 : Data Provinsi Jawa Barat

No Tahun Variabel (Rp Juta)

PAD PAJD RETD BUMD DAU BPGW

1 2003 2.170.593.64 2.008.486.49 13.604.37 60.111.58 574.880.11 3.132.781.22 2 2004 2.846.800.73 2.688.355.98 24.812.62 75.865.89 573.778.00 3.670.567.30 3 2005 2.619.535.11 2.483.551.00 24.966.00 82.296.90 570.660.00 4.309.282.26 4 2006 3.399.855.35 3.226.532.50 24.179.21 105.138.23 565.753.00 5.118.814.95 5 2007 3.721.038.99 3.425.187.03 28.510.63 115.486.00 933.436.00 5.271.083.67 6 2008 4.055.119.33 3.796.638.40 29.484,00 125.325.00 980.107.80 6.050.017.00 7 2009 5.176.292.00 4.835.280.00 32.953.52 138.211.00 977.238.00 8.262.579.00 8 2010 5.622.864.54 5.147.194.80 35.919.33 204.202.60 1.086.123.94 9.560.556.63 9 2011 6.316.399.88 5.773.676.53 39.152.08 225.178.84 1.181.553.10 9.837.729.88

Ket : PAD = Pendpatan Asli Daerah BUMD = Pendpatan Badan Usaha Milik Daerah

PAJD = Pajak Daerah DAU = Dana Alokasi Umum

RETD = Retribusi Daerah BPGW = Pengeluaran Belanja Pemerintah Daerah Sumber : - Bapedda Jawa barat

- BPS Jawa Barat

No. Uraian 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Satuan

1. Jumlah Penduduk 37.980.422

39.140.812 39.960.869 40.737.592 41.483.729 42.194.869 42.693.951 43.022.826 46.497.175 JiwaJuta

2. Jumlah PendudukMiskin 2.664.478 2.671.593 2.861.424 3.018.574 3.310.269 5.322.440 4.983.570 4.773.720 4,650.810 JiwaJuta 3. Luas Wilayah 34.816.96 34.816.96 34.816.96 34.816.96 34.816.96 34.816.96 34.816.96 34.816.96 34.816.96 Km2 4. Jumlah PNS 306.493 311.600 312.356 319.103 306.964 361.052 385.905 365.384 364.188 Orang

(37)

Lampiran 5 : Keterangan dari Model yang digunakan untuk membandingkan dengan Jawa Barat

NAME OF VARIABLES SYMBOLS UNIT

Pengeluaran Belanja Pemerintah Daerah Penerimaan Badan Usaha Milik Daerah Dana Alokasi Umum

Luas Wilayah

Jumlah Penduduk Miskin Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah

Jumlah Pegawai Negeri Jumlah Penduduk

Lampiran 6 : Hasil Estimasi Model

1. Pendepatan Asli Daerah

Dependent Variable: PAD Method: Least Squares Date: 12/25/12 Time: 19:05 Sample: 2003 2009

Included observations: 7

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -393955.2 8733190. -0.045110 0.9669

PAJD 1.064311 0.079495 13.38841 0.0009

RETD -3.856436 7.317481 -0.527017 0.6347

BUMD 1.133932 2.748513 0.412562 0.7076

R-squared 0.998782 Mean dependent var 3.43E+08

Adjusted R-squared 0.997565 S.D. dependent var 1.01E+08

S.E. of regression 4979343. Akaike info criterion 33.97505

Sum squared resid 7.44E+13 Schwarz criterion 33.94415

Log likelihood -114.9127 Hannan-Quinn criter. 33.59303

F-statistic 820.2974 Durbin-Watson stat 2.739632

Prob(F-statistic) 0.000072

PAD = -393955.23937 + 1.06431085868*PAJD - 3.85643604391*RETD + 1.1339322066*BUMD

(38)

F-statistic 0.647079 Prob. F(3,3) 0.6354

Obs*R-squared 2.750052 Prob. Chi-Square(3) 0.4318

Scaled explained SS 0.450364 Prob. Chi-Square(3) 0.9297

2. Dana Alokasi Umum

Dependent Variable: DAU Method: Least Squares Date: 12/26/12 Time: 20:03 Sample: 2003 2011

Included observations: 9

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.63E+08 1.86E+08 1.410317 0.2313

PAD 0.189358 0.083283 2.273677 0.0854

MISK 24.08981 7.784732 3.094495 0.0364

PNS -763.6444 314.4588 -2.428440 0.0721

POP -2.168553 3.941867 -0.550133 0.6115

R-squared 0.955634 Mean dependent var 82705888

Adjusted R-squared 0.911268 S.D. dependent var 25294297

S.E. of regression 7534647. Akaike info criterion 34.80810

Sum squared resid 2.27E+14 Schwarz criterion 34.91767

Log likelihood -151.6365 Hannan-Quinn criter. 34.57165

F-statistic 21.53977 Durbin-Watson stat 2.831015

Prob(F-statistic) 0.005730

Estimation Equation:

=========================

DAU = C(1) + C(2)*PAD + C(3)*MISK + C(4)*PNS + C(4)*POP

Substituted Coefficients:

=========================

DAU = 262817635.326 + 0.189358049626*PAD + 24.0898141483*MISK - 763.644427455*PNS - 2.16855269284*POP

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 0.110896 Prob. F(4,4) 0.9721

Obs*R-squared 0.898433 Prob. Chi-Square(4) 0.9248

Scaled explained SS 0.198003 Prob. Chi-Square(4) 0.9954

3. Pengeluaran dan Belanja Pemerintah Daerah

(39)

Method: Least Squares Date: 12/26/12 Time: 20:26 Sample: 2003 2011

Included observations: 9

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2.35E+08 2.64E+08 -0.889398 0.4145

PNS 663.1792 984.4121 0.673680 0.5304

PAD 1.743837 0.339000 5.144065 0.0036

DAU -0.864143 1.633737 -0.528936 0.6195

R-squared 0.978687 Mean dependent var 6.13E+08

Adjusted R-squared 0.965900 S.D. dependent var 2.50E+08

S.E. of regression 46247609 Akaike info criterion 38.43802

Sum squared resid 1.07E+16 Schwarz criterion 38.52568

Log likelihood -168.9711 Hannan-Quinn criter. 38.24886

F-statistic 76.53367 Durbin-Watson stat 2.960800

Prob(F-statistic) 0.000134

Estimation Equation:

=========================

BPGW = C(1) + C(2)*PNS + C(3)*PAD + C(4)*DAU

Substituted Coefficients:

=========================

BPGW = -234692179.722 + 663.179230575*PNS + 1.74383720512*PAD - 0.864142513913*DAU

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 0.073149 Prob. F(3,5) 0.9718

Obs*R-squared 0.378395 Prob. Chi-Square(3) 0.9447

(40)

BERITA ACARA PRESENTASI SEMINAR Hari / Tanggal : Senin / 10 Desember 2012

Tempat : FPEB 2.04

Waktu : 10.00 – 12.00

Dosen : Drs. Ani Pinayani MM.

Mata Kuliah : Seminar Ekonomi

PEMBAHAS dan AUDIANCE

No Nama danNIM KomentarSeminar

Pertanyaan Jawaban

Pembahas

1 M. Isnan

(0901914)

Makalah sudah bagus, namun sayang pada saat presentasi LCD tidak ada, sehingga penyampaian kurang optimal.

1. Apakah

akan efektif dengan meningkatkan pengeluaran di sektor pertanian dalam

mengurangi kemiskinan dan pengangguran? Bukankah masyarakat lebih memilih kerja di sektor non pertanian. Sehingga seharusnya pengeluaran sektor non pertanian yang harus

ditingkatkan

Untuk presentasi, saya mohon maaf karena

ketidakadaan LCD, bukan tidak berupaya untuk ada LCD, akan tetapi LCD yang sudak saya boking, ternyata dipakai oleh kelompok dosen pembimbing lain. Sekali lagi mohn maaf.

Jawab: Akan efektif, karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum

melakukan kebijakan, diantaranya: 1. Melihat potensi

(41)

untuk lahan pertanian di Sulawesi selatan 2. Data

menunjukkan sekitar 49% masyarakat di Sulawesi Selatan bekerja di sektor non pertanian, sehingga bila kebijakan ini dilakukan akan meningkatkan pendapatan dan produktifitas para petani 3. Hasil simulasi

kebijakan dalam jurnal (halaman 107) menunjukkan bahwa apabila pengeluaran pemerintah non pertanian dikurangi 20% dan

pengeluaran pemerintah barang jasa dikurangi sebesar 10% lalu dialihkan kepada sektor pertanian maka akan

menurunkan pengangguran sebesar 0,56% dan kemiskinan sebesar 0,02%.

2 Ella

Maulidya

1. Bagaimana

apabila

(42)

(0900...) kebijakan dari hasil jurnal tersebut

diimplementasik an di Indonesia secara

keseluruhan, apakah akan efektif?

nya, tentu harus dihitung implikasi seperti apa yang tepat. Kebijakan apa yang tepat, namun apabila melihat data yang menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia, sampai tahun 2009, orang yang bekerja disektor pertanian masih banyak sekitar 42%, maka mungkin

kebijakan yang dianggap tepat sasaran untuk mensejahterakan rakyat adalah meningkatkan pengeluaran dan belanja dalam sektor pertanian tentunya, karena masyarakat yang bekerja disektor pertanian akan terbantu pendpatannya, selain itu akan meningkatkan hasil produksi dari pertanian, yang secara tidak langsung akan menurunkan angka

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Perkiraan kuantitas bahan dibuat berdasarkan faktor kembang material (padat-lepas), faktor lehilangan bahan, berat jenis bahan, dan komposisi campuran untuk tiap

Sasaran yang ingin diwujudkan adalah meningkatnya kualitas birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik dalam mendukung peningkatan daya saing dan kinerja

Percepatan oksidasi lemak pindang dengan asap cair pada hari ke-2 yakni 0,20 lebih rendah dibandingkan dengan pindang tanpa asap cair yakni 1.62 Produksi angka peroksida pada

Perceived quality lends value to a brand in several ways: high quality gives consumers a good reason to buy the brand and allows the brand to differentiate itself from

Next, we consider the initial three-element binomial array as an equivalent two- element array consisting of elements displaced by  /2 with radiation patterns (10.46.1). The

55 RISPANDI AMIRUL ZAIN BRIPDA/93030963 ANGGOTA SMA DIKTUKBA GASUM FT.SABHARA.

Kasus: paket yang diterima lebih besar dari yang dapat dikirimkan =&gt; ditampung dalam buffer. Kasus ekstrim: terjadi penundaan akibat antrian pengiriman =&gt; congestion

antigen# ntibodi monoklonal tidak hanya mempertahankan tubuh untuk mela!an organisme penyakit tetapi &amp;uga dapat menarik molekul target lainnya di dalam tubuh seperti