• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Feminis dalam Buku 13 Perempuan Karya Yonathan Rahardjo T1 362008078 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Feminis dalam Buku 13 Perempuan Karya Yonathan Rahardjo T1 362008078 BAB IV"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

27

BAB IV

GAMBARAN UMUM 13 PEREMPUAN KARYA YONATHAN RAHARDJO

Bab ini berisi mengenai penjelasan secara umum buku 13 Perempuan, termasuk diantaranya tentang kepengarangan Yonathan Rahardjo dan hasil wawancara dengan pengarang

4.1. Gambaran Umum 13 Perempuan Karya Yonathan Rahardjo

Buku 13 Perempuan merupakan buku kumpulan cerpen (cerita pendek) karya Yonathan Rahardjo, yang diterbitkan oleh Penerbit Nuansa Cendekia Bandung pada Juli 2011. Kumpulan cerpen tersebut berisi kisah 13 orang perempuan dengan asmara perempuan, seks, dendam, motivasi, rindu, naluri perempuan, penindasan dan tragedi yang dialami perempuan. Ketiga belas perempuan dalam buku tersebut memaparkan satu per satu kekhasan perempuan dengan permasalahan lazim yang dialami oleh perempuan dalam kehidupan sehari-hari.

(2)

28

Hewan Berprestasi di Bidang Lain”, nama Drh. Yonathan Rahardjo tercatat bersama nama empat dokter hewan lain yang juga sastrawan Indonesia. Mengenai karya-karyanya, antara lain: Avian Influenza: Pencegahan dan Pengendaliannya (2004), Antologi Puisi:Jawaban Kekacauan (2004), Kedaulatan Pangan (2009). Selain itu, novel pertamanya ‘Lanang’ berhasil menjadi juara dalam Sayembara Novel DKJ 2006. Novel tersebut menceritakan kehidupan seorang dokter hewan serta isu-isu terkait kedokteran hewan. Topik tersebut sangat dekat dengan latar belakang Yonathan Rahardjo sebagai seorang dokter hewan. Novel keduanya terbit di tahun 2011 adalah ‘Taman Api’ novel yang menceritakan kisah waria dan homoseksual.

Pada buku ketiga, 13 Perempuan, Yonathan menciptakan suatu karya yang menyiratkan perjuangan seorang perempuan. Di tangannya, terwujud perempuan dengan kelembutan, kesahajaan, dan keramahan. Karya inilah yang menarik untuk diperhatikan, karena pada karya-karya sebelumnya Yonathan lebih banyak menuliskan hal-hal yang dekat dengan profesinya sebagai dokter hewan. Sementara buku terbarunya ini kemudian muncul mengisahkan kisah hidup para perempuan. Apakah selain aktif berprofesi sebagai dokter hewan, Yonathan Rahardjo sebenarnya memiliki ideologi feminisme, hingga hal tersebut mempengaruhi karya terbarunya. Adakah latar belakang tertentu yang mempengaruhi penciptaan karya ini?

Peneliti melakukan dua kali melakukan wawancara dengan Yonathan Rahardjo, pertama pada 12 Februari 2012 pukul 09.30 WIB, saat sesi pemaparan proses kreatif 13 Perempuan dalam kegiatan kelas menulis di Sanggar Guna Bojonegoro. Kedua, wawancara melalui akun Facebook pada 16 Juni 2012. Berdasarkan wawancara, Yonathan mengatakan bahwa lahirnya karya 13 Perempuan berawal dari unsur ketidaksengajaan. Penerbit meminta Yonathan Rahardjo untuk menulis tentang kedokteran hewan. Karena tidak ada waktu untk menulis hal tersebut, Yonathan menawarkan kepada penerbit karya-karyanya yang pernah terpublikasi media massa. Riwayat dari karya-karya tersebut adalah sebagai berikut,

(3)

29

2. ”Tanya Tukang Cuci”, Suara Karya, Sabtu 26 Juli 2008

3. ”Masuknya Lelaki Itu”, Tabloid Memo, Edisi 191 Minggu III Maret 2011

4. ”Kekuatanku”, Suara Karya, Sabtu 10 Februari 2007 5. ”Cermin Peninggalan”, Majemuk, Januari-Februari 2009 6. ”Rumah Warisan”, Republika, Minggu 13 Januari 2008 7. ”Ingat Pesan Sarni”, Majemuk, Edisi 42 Januar-Februari 2010 8. ”Tetangga Nenek”, Sinar Harapan, Sabtu 27 Februari 2010 9. ”Korban Banjir”, Majemuk, Edisi 38 Mei-Juni 2009

10. ”Banjir Bik Sarti”, Jurnal Nasional, Minggu 11 Januari 2009 11. ”Hubungan Abadi”, Hidup, Edisi 16, 20 April 2008

12. ”Anak Walikota”, Suara Karya, Sabtu 21 Maret 2009

13. ”Di Balik Gunung”, Sinar Harapan, Sabtu 14 Desember 2010

Setelah karya-karya itu dikumpulkan, semuanya cerpen dan semuanya tentang perempuan. Proses kreatifnya sendiri, Yonathan banyak mengeksplor dari pengalaman dan kehidupan pribadinya, yang kemudian dikonstruksi melalui angle yang berbeda. Karya sastra ini pun kemudian melahirkan kenyataan baru.

Dalam melahirkan kenyataan baru, pengarang mengangkat peristiwa dalam kehidupannya menjadi suatu realitas baru. Hal ini menegaskan apa yang diungkapkan oleh Teeuw (1983) bahwa karya sastra tidak ditulis dalam kekosongan budaya. Di sini, pengarang tidak lepas dari latar sosial budayanya. Lebih lanjut, Hardjana (1994) menegaskan bahwa meskipun karya sastra adalah

“Ide-ide cerita saya dalam menulis novel, cerpen puisi dan sebagianya adalah dari kehidupan pribadi. Survei di dalam kehidupan pribadi saya. Misal saja saat saya ke rumah kos teman, apa yang terjadi di sana bisa menjadi ide saya dalam berkarya. Dalam 13 Perempuan, misalnya cerpen ‘Masuknya Lelaki Itu’ saya dapat kisah itu ketika saya dalam perjalanan Cilacap ke Jakarta. ‘Tanya Tukang Cuci’ juga pengalaman pribadi saya ketika tinggal di Jakarta. Latar tempat yang saya gunakan juga menunjukan lokasi tempat tinggal saya, di Bojonegoro yang pada waktu itu kerap banjir, dan juga Jakarta.

(4)

30

hasil imajinasi pengarangnya, karya tersebut tidak lahir dari kekosongan sosial. Hellwig, juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ideologi dalam novel dan realitas sosial.1

Cerita-cerita tentang perempuan ini pun lahir karena pengalaman pengarang yang sejak kecil telah hidup dengan perempuan. Kenangan dalam alam bawah sadar tentang kedekatan dengan perempuan ini mempengaruhi penciptaan kumpulan cerpen ini.

Pengaruh alam bawah sadar mengindikasikan bahwa peran perempuan bukanlah biasa saja dalam hidup pengarang. Melalui wawancaranya, pengarang mengakui bahwa dipilihnya pengalaman dengan perempuan dalam cerita pendeknya adalah karena beberapa hal berikut,

Pengarang mencoba untuk memandang realita perempuan sebagai sebuah kenyataan hidup dan kemanusiaan. Agar hal ini nyata dalam 13 Perempuan, pengarang melakukan beberapa teknik penghayatan peran yang ia namai dengan ‘ngrogoh sukma’.

1

dalam Sastriyani, Siti Hariti (editor). 2009. Gender & Politics-Proceeding International Seminar of Gender & politics.: halaman 490). Yogya:Tiara Wacana

Lha benar-benar nggak sengaja, sepertinya ini pengaruh alam bawah sadar saya yang sejak kecil hidup saya dekat dengan perempuan, seperti ibu saya, nenek saya, dan pembantu saya. Kedekatan itu kemudian yang membuat cerita-cerita saya banyak berkisah soal perempuan. Saya bikin satu per satu ceritanya, saya kirim ke surat kabar, majalah… eee ketika penerbit

mengumpulkan semuanya cerita perempuan.

1. Perempuan sangat penting dalam hidupku; 2. Perempuan sederajat dengan laki-laki, 3. Masalah perempuan berarti juga masalah laki-laki 4.Karena saya laki-laki membahas tentang perempuan berarti membahas tentang manusia dan kehidupan dan hidupnya, dimana disitu ada saya dan sesama manusia

(5)

31

Ilmu Meraga Sukma, atau banyak juga orang mengiistilahkanya sebagai Proyeksi Astral, Lepas Sukma, Pangaracutan, Proyeksi Mental, Out of Body Experience, bahkan Astral Projection, adalah suatu proses pelepasan sukma dari

raga untuk melakukan perjalanan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Proses ini bila sempurna maka semua rasa panca indera pelakunya dibawa keluar, sehingga sukmanya mampu mendengar, merasakan, melihat dan meraba lingkungan sekitarnya dengan sukma itu sendiri secara nyata. Perlu diketahui, proses meraga sukma sesungguhnya tidak melepas roh, tetapi hanya memproyeksikan energi pikiran yang disebut sukma. Energi pikiran atau sukma ini secara otomatis akan kembali ke raga dalam kondisi tertentu, misalnya saja karena kaget, tertindih energi lain, dan sebagainya. 2Yonathan Rahardjo sendiri

mengakui terkait ilmu ini, dirinya masih dalam tahap pemula. Dipadukan dengan kemampuannya bermain teater, coba memperagakan dirinya menjadi diri seorang perempuan.

Hal tersebut memang dapat terbukti dengan penggunaan kata ganti ‘aku’. Ini cukup kentara dalam karya 13 Perempuan, karena penggunaan kata ganti ‘aku’ untuk tokoh perempuan ditemukan pada sebagian besar cerpen di dalamnya. Tokoh perempuan dijadikan tokoh utama oleh pengarang. Pemilihan sudut pandang penceritaan seperti itu dilakukan untuk memperlancar proses kreatif, mengingat bahwa secara pribadi dirinya adalah lelaki.

2

2012 pukul 20.15 WIB

Karena ‘aku’ menujukan kepercayaan diri, kedekatan dan

keakraban. Dan lebih egaliter. Kalau ‘saya’ kan dari kata ‘hamba sahaya’ terkesan merendahkan diri. Dan orang lebih kagok dg kata aku karena dianggap sombong. Tapi sebenarnya, lebih egaliter dan dekat. Ini untuk memperlancar menulis. Dan saya sadar melakukan hal ini.

(6)

32

Lantas apa yang menjadi poin utama Yonathan menyajikan realita tentang perempuan dalam kumpulan cerpennya. Pengarang asal Jawa Timur ini mengatakan sebagai sesama manusia, dirinya pun tergerak untuk meningkatkan harkat hidup manusia lain, yaitu manusia. Maka dari itu, melalui karyanya, Yonathan Rahardjo mengajak membaca untuk aware terhadap persoalan manusia, sebagai sesama manusia dalam kehidupan.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan motivasi belajar matematika siswa laki-laki dan perempuan kelas X SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali Tahun

Hal ini inilah yang akan dilakukan Lor In Hotel Solo dalam membentuk citranya dengan cara menarik minat konsumen, yaitu dengan melakukan strategi komunikasi

Teks Sastra Sebagai Media Komunikasi Antarbangsa (Kajian Atas Novel Dari Fontenay Ke Magallianes Karya Nh.. Jurnal Bahasa

Perbedaan sosial, budaya dan juga majunya teknologi seperti yang disampaikan oleh Hetih Rusli dalam artikel sebelumnya membuat penulis ingin tahu bagaimana wacana

Melalui realitas yang dibangunnya, pengarang menampilkan kenyataan baru bahwa penderitaan yang dialami perempuan sebenarnya tidak hanya disebabkan oleh sosok patriakhi tetapi