• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan untuk memperbaiki hasil belajar peserta didik kelas 5 pada mata pelajaran matematika, penulis lakukan di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, tahun pelajaran 2013-2014. Penulis memilih SD Negeri Samirono dikarenakan masih banyak siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Saat melakukan diskusi dengan guru SD Negeri Samirono, guru mengungkapkan bahwa penyebab utama masalah tersebut adalah siswa kurang antusias, cenderung pasif bahkan cepat jenuh saat pembelajaran, dan tidak sedikit siswa yang berbicara dengan teman saat diterangkan. Bahkan saat pembelajaran berlangsung terdapat siswa yang tidak mencatat, tidak mau bertanya jika belum bisa dan tidak bisa menjawab dengan benar atau diam saja saat guru mengajukan pertanyaan.

Keprihatinan penulis akan hasil belajar siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, menggugah hati penulis untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Oleh karena itu penulis bertekat untuk mengubah hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sekiranya tepat dan cocok untuk diterapkan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Upaya penulis dalam menghadapi permasalah di SD Samirono akhirnya menemukan titik terang. Penulis berupaya menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD (student team achievement devision) untuk memperbaiki hasil belajar siswa.

Penulis memiliki penafsiran bahwa pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan tersendiri jika dibandingkan dengan pembelajaran lainnya (individu dan kompetitif). Pembelajaran kooperatif mengajak siswa untuk berinteraksi satu sama lain, bertukar pengetahuan sehingga dapat mempengaruhi pola piker, kreatifitas dan kaktifan siswa. Sehingga dengan demikian penulis mengharapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang penulis terapkan pada siswa kelas 5 SD Negeri Samirono tahun pelajaran 2013-2014 dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(2)

1.2 Deskripsi Persiklus

Pelaksanaan perbaikan hasil belajar yang penulis lakukan di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, tahun pelajaran 2013-2014 berlangsung dalam dua siklus. Pembelajaran pada siklus I dan II, penulis uraikan secara singkat melalui diskripsi dibawah ini.

1.2.1 Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa

Penulis melakukan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri Samirono dengan jumlah siswa sebanyak 23 siswa. Sebanyak 23 siswa yang masih berada dikelas V dijadikan obyek perbaikan nilai penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran matematika. Upaya perbaikan ini penulis lakukan karena setelah penulis melakukan pengamatan, penulis memperoleh hasil pengamatan di SD Samarino berupa nilai siswa kelas V pada mata pelajaran matematika dengan materi pembelajaran perbandingan dan skala menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih banyak yang memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) yang ditetapkan sekolah. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran masih berpusat kepada guru. Siswa hanya mendengarkan ceramah guru tentang materi pembelajaran, sehingga siswa kurang antusias, cenderung pasif bahkan cepat jenuh dalam mengikuti pembelajaran, dan tidak sedikit siswa yang berbicara dengan teman saat diterangkan. Berikut ini nilai siswa kelas 5 yang penulis peroleh saat pengamatan dan sebelum tindakan perbaikan yang penulis terapkan.

Tabel 13

Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal

SD Negeri Samiron, Tahun Pelajaran 2013-2014 Nilai Frekuensi Persen Keterangan

<50 6 26,08% Tidak tuntas 50-54 1 4,35% Tidak tuntas 55-59 4 17,39% Tidak tuntas 60-64 3 13,05% Tidak tuntas 65-69 6 26,08% Tuntas 70-74 3 13,05% Tuntas jumlah 23 100% -Mean 56

(3)

Hasil belajar siswa pada kondisi awal di SD Negeri Samirono, berdasarkan tabel diatas kurang memuaskan. dikatakan tidak memuaskan karena terdapat siswa dengan perolehan nilai terendah yakni 18 dan perolehan nilai akhir tertinggi yakni 74 (nilai terlampir) dengan nilai rata-rata kelas adalah 56. Tabel diatas menggambarkan bahwa masih banyak terdapat siswa yang tidak tuntas kriteria ketuntasan minimal yakni sebanyak 14 siswa (60,87%) dan hanya sebanyak 9 siswa (29,13%) tuntas kriteria ketuntasan minimal. Peroleh nilai akhir dengan skor nilai kurang dari 50 sebanyak 6 siswa (26,08%), peroleh nilai akhir dengan skor nilai antara 50-54 sebanyak 1 siswa (4,35%), peroleh nilai akhir dengan skor nilai antara 55-59 sebanyak 4 siswa (17,39%), peroleh nilai akhir dengan skor nilai antara 60-64 sebanyak 3 siswa (13,05%), peroleh nilai akhir dengan skor nilai antara 65-69 sebanyak 6 siswa (26,08%), dan peroleh nilai akhir dengan skor nilai antara 70-74 sebanyak 3 siswa (13,05%). Berdasarkan keseluruhan nilai siswa, diperoleh rata-rata kelas dari 23 siswa sebesar 56. Memperhatikan nilai yang diperoleh siswa kelas V SD Negeri Samirono, penulis merasa tergerak untuk melakukan perbaikan agar siswa kelas V memperoleh hasil yang lebih baik dan dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan pada mata pelajaran matematika di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, tahun pelajaran 2013-2014. Melalui upaya perbaikan yang akan penulis lakukan, penulis berharap siswa dapat memperoleh hasil yang lebih baik dari hasil sebelumnya. Perolehan Hasil yang lebih baik dapat memperbaiki hasil yang selama ini sudah diperoleh siswa. penulis juga berharap dengan perolehan hasil yang lebih baik, dapat meningkatkan nilai akhir siswa dan nilai rata-rata kelas.

Hasil belajar siswa SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, tahun pelajaran 2013-2014 sebelum dilakukan perbaikan dapat digambarkan dalam diagram berikut ini.

(4)

Gambar 1

Diagram linear Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa SD Negeri Samirono Pada Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2013-2014

Rendahnya hasil belajar siswa dan rendahnya tingkat perolehan ketuntasan kriteria minimum yang diperoleh siswa SD Negeri Samirono dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Pengaruh yang muncul bisa berasal dari faktor eksternal dan faktor internal siswa yang akhirnya mempengaruhi hasil akhir yang diperoleh siswa pada pembelajaran matematika. Kemampuan guru menjadi faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam sebuah mata pelajaran. Sebab dengan kemampuan guru yang baik, tentu akan meningkatkan keinginan siswa untuk belajar dan menguasai mata pelajaran yang disampaikan guru. Akan tetapi, jika seorang guru tidak begitu mampu dalam mengajar, tentu keinginan siswa untuk belajarpun rendah. Rendahnya keinginansiswa untuk belajar juga dapat disebabkan oleh monotonnya metode pembelajaran guru yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014.

F r e k u e n s i <50 Tidak tuntas 50-54 Tidak tuntas 55-59 Tidak tuntas 60-64 Tidak tuntas 65-69 Tuntas 70-74 Tuntas

(5)

Metode caramah yang digunakan guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran yang disampaikan, siswa menjadi kurang antusias, cenderung pasif bahkan cepat jenuh dalam mengikuti pembelajaran, dan tidak sedikit siswa yang berbicara dengan teman saat diterangkan. Bahkan dalam proses pembelajaran terdapat siswa yang tidak mencatat, tidak mau untuk bertanya jika merasa belum bisa dan jika diberikan pertanyaaan oleh guru tidak bisa menjawab dengan benar atau diam saja. Hal ini pada akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa yang diperoleh saat diadakan tes. Rendahnya hasil tes terbukti dari perolehan nilai siswa dalam tabel hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014.

1.2.2 Penerapan Siklus I

Pelaksanaan penerapan siklus I dilakukan dalam beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi serta refleksi. Penerapan siklus I dilakukan dalam 3 kali tatap muka di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014 yang masing-masing tatap muka memiliki alokasi waktu 2 X 35 menit. Pelaksanaan pertemuan pertama dilaksanakan pada hari selasa tanggal 1 April 2014 pada jam pelajaran ke 4 dan 5, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis tanggal 3 April 2014 pada jam pelajaran ke 7 dan 8 sedangkan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 5 April 2014 pada jam pelajaran ke 1 dan 2. Materi pembelajaran yang diterapkan pada siklus I adalah materi pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar segitiga dan persegi panjang. Berikut pelaksanaan penerapan siklus I yang dilakukan dalam beberapa tahap.

1.2.2.1 Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahap awal sebelum melakukan penelitian tindakan kelas. Tahap perencanaan bertujuan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan berkaitan dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan penulis. Dalam tahap ini penulis mengidentifikasi masalah yang ada di

(6)

SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014. Penulis mempersiapkan segala sesuatu yang dapat menunjang penerapan pertemuan pertama, kedua dan ketiga pada siklus I yang meliputi diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pertemuan 1 sampai pertemuan 3, lembar kerja kelompok, lembar observasi guru dan siswa, materi pembelajaran, buku pedoman, alat dan media pembelajaran yang digunakan pada penerapan siklus I di kelas V SD Negeri Samirono.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pertemuan pertama sampai dengan ketiga pada siklus I (RPP terlampir), penulis rancang dengan pokok bahasan sifat-sifat bangun dengan materi pembelajaran sifat-sifat bangun datar segitiga dan persegi panjang. Penulis juga menetapkan tujuan pembelajaran, pendekatan dan model pembelajaran, agar kegiatan ini dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di SD Negeri Samirono.

1.2.2.2 Tahap Pelaksanaan dan Observasi

Tahap pelaksanaan dan observasi pada siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan tatap muka yang dilaksanakan pada tanggal 1,3, 5 April 2014. Tatap muka dilakukan sesuai dengan jam pelajaran matematika kelas V yang ditetapkan di SD Negeri Samirono. Materi pokok pada siklus I adalah sifat-sifat bangun dengan materi pembelajaran sifat-sifat bangun datar segitiga dan persegi panjang. Prosedur pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai seperti rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh penulis (terlampir). Pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga dimulai dengan kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir dengan pemberian tugas kelompok dan evaluasi pembelajaran dengan tes tertulis. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar analisa untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran.

Observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan pada settiap pertemuan. Oservasi dilakukan untuk memperoleh data baik data dari kegiatan siswa maupun dari kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi (data observasi terlampir) dapat diketahui bahwa siswa belum maksimal dalam memainkan tugasnya

(7)

masing-masing untuk menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru, sehingga terdapat beberapa soal yang tidak terjawab dengan baik. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa siswa belum berani untuk mengajukkan argumentasinya kepada anggota kelompok. Akan tetapi pada pertemuan-peretemuan selanjutnya (pertemuan kedua dan ketiga) siswa sudah mulai menunjukkan keberaniannya untuk mengajukkan argumentasinya dan sudah maksimal dalam menyelesaikan tugas kelompok dan evaluasi.

Observasi terhadap guru juga dilakukan dalam siklus I dalam tiga kali tatap muka. Data hasil observasi guru menggambarkan bahwa bahwa guru sudah menerapkan pembelajaran kooperatif STAD dengan baik, langkah-langkah dilakukan sesuai rancangan pelaksanaaan pembelajaran dan sesuai alur yang terdapat pada pebelajaran kooperatif tipe STAD. Guru menggunakan peraga, metode dan contoh yang tepat dalam penerapan pembelajaran sesuai dengan materi dan tujuan akhir yang ingin dicapai pada hasil akhir pembelajaran yang ingin dicapai. Hasil observasi guru dan siswa pada siklus I, penulis gunakan untuk dasar perbaikan dalam siklus berikutnya. Hasil observasi juga menjadi bahan refleksi bagi penulis untuk mengetahui kekurangan dan untuk dasar merancang perbaikan dalam siklus berikutnya sehingga penerapan siklus berikutnya dapat berjalan lebih baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

1.2.2.3 Tahap Refleksi

Tahap refleksi pada proses perbaikan hasil belajar di siklus I, ditemukan beberapa permasalahan yang ditemukan, diantaranya:

1. Siswa belum maksimal dalam memainkan tugasnya masing-masing untuk menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru, sehingga terdapat beberapa soal yang tidak terjawab dengan baik. 2. Siswa belum dapat mengembangkan keterampilannya

3. Siswa belum memaparkan hasil diskusi dengan kelompoknya

4. Anggota kelompok belum saling bekerja sama untuk membantu anggota kelompok memahami materi dan tugas

(8)

5. Siswa belum mengungkapkan gagasan atau ide dalam menyelesaikan tugas kelompok

6. Siswa belum aktif bertanya saat mengalami kesulitan atau memberikan tanggapan terhadap hasil kerja kelompok lain

7. Siswa belum memiliki motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan tugas kelompok

Permasalahan yang diperoleh diatas, menggambarkan bahwa siswa dalam penerapan perbaikan dalam siklus I masih memiliki pemahaman yang rendah dalam proses belajar, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I tergolong masih rendah, terbukti dengan masih banyaknya siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yakni dengan nilai sebesar 65 pada siklus I (nilai terlampir). Berdasarkan hasil rekapitulasi evaluasi hasil belajar siswa diketahui sebanyak 10 siswa dari total siswa sebanyak 23 siswa tidak tuntas kriteria ketuntasan minimal dan 13 siswa sudah tuntas kriteria ketuntasan minimal. Berdasarkan hasil refleksi ini, maka dapat dijadikan sebagai dasar untuk perbaikan dalam penerapan siklus kedua sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

1.2.2.4 Hasil Belajar Peserta Didik

Hasil Belajar Peserta Didik diperoleh dari data hasil analisa evaluasi yang dikerjakan oleh siswa setelah penerapan siklus I. Hasil analisa evaluasi ini menggambarkan seberapa besar tingkat pemahaman dan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus I, sehingga dapat diketahui seberapa besar tingkat perolehan nilai siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi pembelajaran sifat-sifat bangun datar segitiga dan persegi panjang berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan di SD Negeri Samirono. Hasil analisa evaluasi pada siklus I menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena masih terdapat beberapa siswa dengan nilai yang rendah, belum tuntas

(9)

kriteria ketuntasan minimal dan rendahnya rata-rata kelas. Berikut hasil belajar siswa pada siklus I yang disajikan dalam tabel frekuensi.

Tabel 14

Hasil Belajar Siswa Siklus I SD Negeri Samirono Pada Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2013-2014

Nilai Frekuensi Persen Keterangan

50-54 2 8,70% Tidak tuntas 55-59 3 13,04% Tidak tuntas 60-64 5 21,73% Tidak tuntas 70-74 2 8,70% Tuntas 75-79 1 4,35% Tuntas 80-84 6 26,09% Tuntas 85-89 4 17,39% Tuntas jumlah 23 100% -Mean 72

Dari tabel siklus I dapat dilihat hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaraan kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V semester II SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013-2014 terdapat perbedaan dan peningkatan hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan nilai pada kondisi awal. Perbedaan terlihat jelas dari perolehan nilai siswa, pada kondisi awal terdapat 6 siswa dengan hasil belajar <50. Sedangkan pada siklus I, dari keseluruhan jumlah siswa sudah tidak terdapat hasil belajar siswa yang berada pada nilai <50. Sedangkan dari keseluruhan siswa, yang memperoleh nilai nilai 50-54 sebanyak 2 siswa dengan persentase sebesar 8,70%, nilai 55-59 sebanyak 3 siswa dengan persentasi sebesar 13,04%, nilai 60-64 sebanyak 5 siswa dengan persentasi sebesar 21,73%, nilai 70-74 sebanyak 2 siswa dengan persentase 8,70%, nilai 75-79 sebanyak 1 siswa dengan persentase 4,35%, nilai 80-84 sebanyak 6 siswa dengan persentase 26,09%, dan nilai 85-89 sebanyak 4 siswa dengan persentase 17,39%. Keterangan dari hasil belajar siswa SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013-201 dapat dilihat dalam diagram linear berikut ini.

(10)

Gambar 3

Diagram linear Siklus I Hasil Belajar Siswa SD Negeri Samirono Pada Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2013-2014

Hasil belajar pada siklus I pada mata pelajaran matematika dengan materi pembelajaran sifat-sifat bangun datar segitiga dan persegi panjang sudah mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan hasil belajar kondisi awal siswa pada mata pelajaran matematika di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014. Pernyataan ini terbukti dari berkurangnya jumlah siswa yang belum tuntas kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) yang ditetapkan SD Negeri Samirono. Siklus I menunjukkan bahwa sebanyak 10 siswa (43,48%) tidak tuntas KKM dan 13 (56,52%) siswa tuntas KKM.

Hasil belajar siklus I yang dilakukan oleh penulis, belum mengalami peningkatan yang signifikan, oleh karena itu akan diadakan penerapan siklus dua untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014. Nilai F r e k u e n s i

(11)

1.2.3 Penerapan Siklus II

Pelaksanaan penerapan siklus II dilakukan dalam beberapa tahap seperti tahap-tahap pada siklus I yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi serta refleksi. Siklus II dilakukan dalam 3 kali tatap muka di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014 yang masing-masing tatap muka memiliki alokasi waktu 2 X 35 menit. Pelaksanaan pertemuan pertama dilaksanakan pada hari selasa tangggal 8 April 2014 pada jam pelajaran ke 4 dan 5, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis tanggal 10 April 2014 pada jam pelajaran ke 7 dan 8 sedangkan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 12 April 2014 pada jam pelajaran ke 1 dan 2. Materi pembelajaran yang diterapkan pada siklus II adalah materi tentang sifat-sifat bangun ruang prisma tegak segiempa, prisma tegak segitiga, limas segiempat, limas segitiga, tabung dan kerucut. Berikut pelaksanaan penerapan siklus I yang dilakukan dalam beberapa tahap.

1.2.3.1 Tahap Perencanaan

Tahap perencaan merupakan tahap yang sangat penting dalam sebuah penelitian tindakan kelas. Perencanaan dianggap sangat penting karena dalam tahap ini penulis dan pihak yang terkait (guru) dapat mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika. Tahap perencanaan siklus duia ini mengacu pada hasil evaluasi peserta didik dan hasil refleksi pada siklus I yang belum mengalami perubahan secara signifikan. Sehingga dengan mengacu pada hasil siklus I, diharapkan permasalahan-poermasalahan yang muncul pada siklus I dapat diatasi pada siklus II. Perencanaan yang dilakukan penulis dengan pihak yang terkait (guru) adalah menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pertemuan 1 sampai pertemuan 3, lembar kerja kelompok, lembar observasi guru dan siswa, materi pembelajaran, buku pedoman, alat dan media pembelajaran yang digunakan pada penerapan siklus II di kelas V SD Negeri Samirono.

(12)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pertemuan pertama sampai dengan ketiga pada siklus II (RPP terlampir), penulis rancang dengan pokok bahasan sifat-sifat bangun dengan materi pembelajaran sifat-sifat bangun ruang prisma tegak segiempat, prisma tegak segitiga, limas segiempat, limas segitiga, tabung dan kerucut. Penulis juga menetapkan tujuan pembelajaran, pendekatan dan model pembelajaran, agar kegiatan ini dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014

1.2.3.2 Tahap Pelaksanaan dan Observasi

Hasil siklus I yang belum menunjukkan perubahan yang signifikan, mendorong penulis untuk melakukan penerapan siklus II guna memperbaiki hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014. Tahap pelaksanaan dan observasi siklus II dilaksanakan pada tanggal 8, 10 dan 12 April yang dilaksanakan dalam 3 kali tatap muka. satu kali tatap muka dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran selama 70 menit (2 JP X 35 menit). Pelaksanaan dan observasi dilakukan sesuai dengan jam pelajaran yang ditetapkan di SD Negeri Samirono. Materi pokok pada siklus II adalah sifat-sifat bangun dengan materi pembelajaran sifat-sifat bangun ruang prisma tegak segiempat, prisma tegak segitiga, limas segiempat, limas segitiga, tabung dan kerucut. Materi pembelajaran yang disiapkan disampaikan dalam 3 kali tatap muka yang dilaksnakan sesuai seperti rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh penulis (terlampir). Pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga dimulai dengan kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir dengan pemberian tugas kelompok dan evaluasi pembelajaran dengan tes tertulis. Evaluasi dalam bentuk tes tertulis, dikerjakan siswa secara mandiri. Hasil dari evaluasi yang dikerjakan siswa, menjadi tolak ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran setelah melewati tahap analisis evaluasi yang dilakukan oleh penulis. tingkat keberhasilan siklus II dilakukan oleh penulis dengan cara

(13)

membandingkan hasil belajar siswa pada kondisi awal dengan hasil belajar siswa pada siklus I.

Pelaksanaan tindakan diikuti dengan kegiatan observasi untuk mengamati jalannya pelaksanaan tindakan dan kegiatan guru beserta siswa di kelas. Observasi bertujuan untuk memperoleh data baik data dari kegiatan siswa maupun dari kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan data observasi yang diperoleh pada siklus II baik dalam pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga, dapat diketahui bahwa siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran secara maksimal, siswa dapat mengembangkan keterampilannya, siswa dapat memaparkan hasil diskusi dengan kelompoknya, anggota kelompok dapat saling bekerja sama untuk membantu anggota kelompok memahami materi dan tugas, siswa berani mengungkapkan gagasan atau ide dalam menyelesaikan tugas kelompok, siswa sudah aktif bertanya saat mengalami kesulitan atau memberikan tanggapan dan argumentasinya terhadap hasil kerja kelompok lain.

Guru dalam siklus II tetap menjadi objek untuk diamati oleh pengamat. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh guru. Hasil pengamatan siklus I menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan guru dalam setiap tatap muka sudah sangat baik, akan tetapi dalam siklus II tindakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran harus tetap diamati untuk dijadikan pembanding dengan siklus I. Hasil observasi guru pada siklus II tidak berbeda dengan hasil pengamatan siklus I, dalam siklus II (data terlampir) dapat digambarkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif STAD yang dilakuukan guru sudah sangat baik, langkah-langkah pembelajaran dilakukan sesuai rancangan pelaksanaaan pembelajaran dan sesuai alur yang terdapat pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Alat peraga, metode dan contoh yang tepat digunakan oleh guru untuk memberikan gambaran tentang materi pembelajaran agar tujuan akhir yang ingin dicapai pada hasil akhir pembelajaran dapat tercapai. Hasil observasi guru dan siswa pada siklus II yang menunjukkan perbaikan dalam setiap item dalam lembar observasi, memberikan keyakinan bagi penulis bahwa hasil siklus kedua akan lebih baik dari hasil kondisi awal dan siklus I. Refleksi tetap dilakukan oleh penulis dan pihak yang terkait (guru), agar penulis dan pihak

(14)

yang terkait (guru) dapat mengetahui dan menerapkan item-item penting pada pembelajaran selanjutnya agar dapat menunjang peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014.

1.2.3.3 Tahap Refleksi

Tahap refleksi pada siklus II bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pada proses pembelajaran. Penulis dan pihak yang terkait (guru) pada siklus II tetap melakukan refleksi agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang sudah dilakukan dan membawa keberhasilan pada siklus II agar dapat diterapkan pada tahap penerapan tindakan pembelajaran selanjutnya. Penulis menyadari bahwa keberhasilan sebuah pembelajaran bergantung dari penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat, dan juga dukungan dari sarana dan pendukung yang ada di sekolah (misal alat peraga, media audo visual dan buku pegangan siswa).

Keberhasilan tidak hanya didukung dari pendekatan, metode dan sarana pendukung di sekolah, akan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan belajar dan kondisi lingkungan sekolah. Lingkungan belajar meliputi diantaranya kondisi siswa di kelas, suasana ruang pembelajaran, hubungan antar siswa yang dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik. Sedangkan lingkungan sekolah sendiri misalnya meliputi keadaan sosial masyarakat dan letak sekolah tempat belajar siswa. Apabila semua saling mendukung maka pembelajaran akan berjalan dengan baik dan hasil blajar siswapun akan menunjukkan pada tingkat keberhasilan yang tinggi.

Keberhasilan pada siklus II dapat diketahui dari hasil evaluasi siswa yang memperoleh hasil akhir dengan kriteria tuntas (nilai terlampit) dengan KKM yang ditetapkan si SD Samirono yakni sebesar 65. Hasil akhir siswa yang keseluruhan tergolong dalam kriteria tuntas, menunjukkan keberhasilan pembelajaraan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(15)

1.2.3.4 Hasil Belajar Peserta Didik

Hasil belajar peserta didik pada siklus II menjadi sebuah tolak ukur untuk menentukan keberhasilan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013-2014. Peroleh hasil belajar peserta didik diperoleh dari data hasil analisa evaluasi yang dikerjakan oleh siswa setelah penerapan siklus II selesai. Hasil analisa evaluasi ini menggambarkan seberapa besar tingkat pemahaman dan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus II, sehingga dapat diketahui seberapa besar tingkat perolehan nilai siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi pembelajaran sifat-sifat bangun ruang prisma tegak segiempat, prisma tegak segitiga, limas segiempat, limas segitiga, tabung dan kerucut berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan di SD Negeri Samirono. Hasil analisa evaluasi pada siklus II menunjukkan hasil yang memuaskan, sebanyak 23 siswa tuntas kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan SD Negeri Samirono yakni sebensar 65 dan dengan rata-rata diatas KKM. Berikut hasil belajar siswa pada siklus II yang disajikan dalam tabel frekuensi.

Tabel 15

Hasil Belajar Siswa Siklus II SD Negeri Samirono Pada Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2013-2014

Nilai Frekuensi Persen Keterangan

70-74 1 4,35% Tuntas 75-79 3 13,04% tuntas 85-89 4 17,39% Tuntas 90-94 9 39,13% Tuntas 95-100 6 26,09% Tuntas jumlah 23 100% -Mean 89,57

Tabel siklus II memberikan data hasil belajar siswa di SD Negeri Samirono dengan menerapkan pembelajaraan kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V semester II SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten

(16)

Semarang tahun pelajaran 2013-2014. Tabel siklus II memberikan gambaran bahwa sebanyak 23 siswa dinyatakan tuntas kriteria ketuntasan minimal yang di tetapkan di SD Negeri Samirono. selain memberikan gambaran tentang ketuntasan siswa dalam belajar, tabel siklus II juga memberikan gambaran tentang peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan jika dibandingkan dengan nilai pada siklus I. Perbedaan hasil belajar siswa terlihat jelas dari perolehan nilai siswa, pada siklus II secara keseluruhan tidak terdapat hasil belajar siswa yang berada pada nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di SD Negeri Samirono yakni dengan nilai sebesar 65. Berdasarkan tabel siklus II tentang hasil belajar siswa, dapat diungkapkan bahwa dari keseluruhan jumlah siswa terdapat siswa dengan nilai 70-74 sebanyak 1 siswa dan persentase sebesar 4,35%, nilai 75-79 sebanyak 3 siswa dan persentasi sebesar 13,04%, nilai 85-89 sebanyak 4 siswa dan persentasi sebesar 17,39%%, nilai 90-94 sebanyak 9 siswa dan persentase 39,13%, nilai 95-100 sebanyak 6 siswa dan persentase 26,09%. Keterangan dari hasil belajar siswa SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013-2014dapat dilihat dalam diagram linear berikut ini.

Gambar 5

Diagram linear Siklus II Hasil Belajar Siswa SD Negeri Samirono Pada Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2013-2014

Nilai F r e k u e n s i

(17)

1.2.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II Hasil belajar siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II pada mata pelajaran matematika terhadap siswa SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014 mengalami perubahan signifikan pada hasil akhir penerapan siklus II. Pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD Samirono memberikan hasil yang memuaskan pada siklus II jika dibandingkan dengan kondisi awal dan siklus I. Perolehan hasil belajar siswa pada kondisi awal masih menunjukkan perolehan hasil belajar yang belum tuntas kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) sebanyak 14 siswa. Siklis I yang diterapkan pada siswa SD Samirono mengalami perbaikan yakni dengan hasil belajar yang belum tuntas kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) yang ditetapkan SD Samirono sebanyak 10 siswa dan pada siklu II sudah tidak terdapat siswa dengan nilai <65 atau tidak tuntas kriteria ketuntasan minimal (KKM=65). Berikut hasil belajar siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II.

Tabel 16

Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II SD Negeri Samirono Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2013-2014

KKM 65

Nilai Kondisi Awal Siklus I Siklus II Keterangan

<50 6 0 0 Tidak tuntas 50-54 1 2 0 Tidak tuntaas 55-59 4 3 0 Tidak tuntas 60-64 3 5 0 Tidak tuntas 65-69 6 0 0 Tuntas 70-74 3 2 1 Tuntas 75-79 0 1 3 Tuntas 80-84 0 6 0 Tuntas 85-89 0 4 4 Tuntas 90-94 0 0 9 Tuntas 95-100 0 0 6 Tuntas Jumlah 23 23 23 -Mean 56,96 72 89,57

(18)

-Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil belajar siswa kondisi awal, siklus I, siklus II dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaraan kooperatif tipe STAD yang diterapkan terhadap siswa kelas V pada mata pelajaran matematika di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2013-2014 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Bukti dari keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa SD Negeri Samirono dapat dilihat secara keseluruhan dari rata-rata nilai kelas pada kondisi awal, sikuls I dan siklus II. Kondisi awal dengan perolehan hasil belajar siswa yang kurang baik (6 siswa dengan nilai <50, 1 siswa dengan nilai berada pada kisaran 50-54, 4 siswa dengan nilai pada kisaran 55-59, 3 siswa dengan nilai berada pada kisaran 60-64, 6 siswa dengan nilai pada kisaran 65-69 dan sisanya 3 siswa dengan nilai pada kisaran 70-74), hasil belajar siswa pada kondisi awal juga menyebabkan perolehan rata-rata kelas tidak baik yakni 56,96. Hal ini dikarenakan sebanyak 14 siswa memperoleh nilai dibawah KKM dan sedikit sekali siswa yang tuntas kriteria ketuntasan minimal dengan nilai yang memuaskan.

Berbeda dengan kondisi awal, siklus I yang diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sedikit memberikan perubahan terhadap perolehan hasil belajar siswa. Perolehan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yakni dengan tidak terdapatnya siswa yang memperoleh nilai <50. Perolehan nilai pada kisaran 50-54 sebanyak 2 siswa, nilai pada kisaran 55-59 sebanyak 3 siswa, nilai pada kisaran 60-64 sebanyak 5 siswa, selanjutnya nilai siswa meningkat pada kisaran 70-74 sebanyak 2 siswa, nilai pada kisaran 75-79 sebanyak 1 siswa, nilai pada kisaran 80-84 sebanyak 6 siswa, dan nilai pada kisaran85-89 sebanyak 4 siswa. Perolehan nilai siswa yang menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan kondisi awal pada akhirnya mempegaruhi nilai rata-rata kelas yakni rata-rata meningkat menjadi 72. Hal ini dikarenakan perolehan nilai yang baik pada hasil belajar siswa secara keseluruhan akan meningkatkan perolehan nilai rata-rata kelas. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siklus I lebih baik jika dibandingkan dengan perolehan hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hal ini juga dibuktikan dengan

(19)

peningkatan nilai rata-rata pada siklus I yakni dengan rata-rata sebesar 72 dari rata-rata kondisi awal hanya 56,96. Siklus I yang sudah menunjukkan perbaikan, diperbaiki lagi dengan siklus II. Siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan kondisi awal dan siklus I, karena tidak diperoleh hasil belajar siswa yang berada pada nilai <70. Hal ini dapat dilihat pada diagram batang berikut ini.

Gambar 7

Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II Mata Pelajaran Matematika SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang,

Tahun Pelajaran 2013-2014

Perolehan hasil belajar siklus II dalam diagram batang diatas menunjukkan bahwa pada kisaran nilai 70-74 diperoleh 1 siswa, pada kisaran nilai 75-79 diperoleh 3 siswa, selanjutnya langsung meningkat pada kisaran nilai 85-89 diperoleh 4 siswa, pada kisaran nilai 90-94 diperoleh 9 siswa, dan pada kisaran nilai 95-100 diperoleh 6 siswa. Sikuls II menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan kondisi awal dan siklus I. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekataan kooperatif tipa STAD di SD Negeri SAmirono, Ponganan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dapat meningkatkan hasil belsajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V semester II tahun pelajaran 2013-2014.

(20)

1.3 Pembahasan

Hasil belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan awal pembelajaran sebelum penerapan siklus I dan siklus II di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013-2014 menunjukkan hasil belajar siswa yang rendah, hal ini disebabkan karena Siswa hanya mendengarkan ceramah guru tentang materi pembelajaran, sehingga siswa kurang antusias, cenderung pasif bahkan cepat jenuh dalam mengikuti pembelajaran, dan tidak sedikit siswa yang berbicara dengan teman saat diterangkan. Kecenderung yang dilakukan siswa pada proses pembelajaran berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak memuaskan. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kondisi awal adalah 56. Perolehan nilai tertinggi pada kondisi awal adalah 74 dan nilai terendah adalah 18. Kondisi awal dengan metode ceramah guru dalam proses pembelajaran, menunjukkan siswa yang tidak tuntas kriteria ketuntasan minimal sebanyak 14 siswa (60,87%) dan hanya sebanyak 9 siswa (29,13%) tuntas kriteria ketuntasan minimal. Kemampuan guru menjadi faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam sebuah mata pelajaran. Sebab dengan kemampuan guru yang baik, tentu akan meningkatkan keinginan siswa untuk belajar dan menguasai mata pelajaran yang disampaikan guru. Akan tetapi, jika seorang guru tidak begitu mampu dalam mengajar, tentu keinginan siswa untuk belajarpun rendah. Rendahnya keinginan siswa untuk belajar juga dapat disebabkan oleh monotonnya metode pembelajaran guru yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran di SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014.

Bertolak dari hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran, dapat dikatakan bahwa keberhasilan dalam pembelajaran bukanlah hal yang mudah untuk dicapai oleh guru. Hal ini disebabkan karena keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada saat pembelajaran berlangsung. Faktor kemampuan guru dalam memilih metode yang sesuai dengan materi pembelajaran, ketersediaan media, alat dan sumber belajar, serta kemampuan guru dalam melakukan koordinasi dan pengkondisian siswa dalam

(21)

mengikuti dan menerima yang disampaikan guru menjadi faktor-faktor penentu dalam keberhasilan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert E. Slavin, dimana pembelajaran tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik, peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang dan setiap kelompok haruslah hetergogen. Menurut Slavin (dalam Taniredja, dkk. 2011: 64) “tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk pemulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”.

Menurut Slameto dalam modul perkuliahan Penelitian dan Inovasi Pendidikan SD S1 PGSD UKSW, STAD diungkapkan sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif dengan pengarahan, pembuat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar (LKS, modul) secara kolaboratif, sajian (presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas), kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan termotivasi untuk bekerjasama dengan anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, membantu meningkatkan gagasan atau ide yang bermutu dan kreatif dalam diri siswa dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar individu maupun kelompok. berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di SD Negeri Samirono, terdapat hasil belajar yang rendah pada mata pelajaran matematika. untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa SD Negeri Samirono diperlukan model pembelajaran yang menekankan pada kerjasama dalam kelompok yakni dengan menggunakan pembelajaran koperatif tipestudent teams achievement devision (STAD) yakni sebuah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa secara heterogen untuk bekerjasama dalam kelompok dalam menyelesaikan sebuah permasalahan.

(22)

Teori pembelajaran Robert E. Slavin yakni pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD penulis terapkan di SD Negeri Samirono untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD penulis terapkan dalam dua siklus.

• SIKLUS I

Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada peningkatan hasil belajar siswa belum mengalami peningkatan yang signifikan dari hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena siswa belum maksimal dalam memainkan tugasnya masing-masing untuk menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru, sehingga terdapat beberapa soal yang tidak terjawab dengan baik; siswa belum dapat mengembangkan keterampilannya; siswa belum memaparkan hasil diskusi dengan kelompoknya; anggota kelompok belum saling bekerja sama untuk membantu anggota kelompok memahami materi dan tugas; siswa belum mengungkapkan gagasan atau ide dalam menyelesaikan tugas kelompok; siswa belum aktif bertanya saat mengalami kesulitan atau memberikan tanggapan terhadap hasil kerja kelompok lain; dan siswa belum memiliki motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan tugas kelompok. Berdasarkan kondisi tersebut maka diperolehlah hasil belajar siswa yang belum begitu baik. Hasil belajar siswa yang belum baik terlihat dari ketuntasan hasil belajar siswa yakni sebanyak 10 siswa dari total siswa sebanyak 23 siswa tidak tuntas kriteria ketuntasan minimal dan 13 siswa sudah tuntas kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) yang ditetapkan di SD Negeri Samirono. Adapun nilai rata-rata kelas yang diperoleh pad siklus I adalah sebesar 72. Berdasarkan hasil belajar siswa, maka penulis merasa perlu ada perbaikan pembelajaran yang akan diterapkan pada siklus II. • SIKLUS II

Perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang penulis terapkan dalam siklus II masih menggunakan penerapan pembelajaraan kooperatif tipe STAD. Penerapan siklus II penulis siapkan dengan menyiapkan media, alat dan sumber belajar yang dibutuhkan untuk mendukung peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan di SD Negeri Samirono.

(23)

Penerapan siklus II menunjukkan bahwa siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran secara maksimal, siswa dapat mengembangkan keterampilannya, siswa dapat memaparkan hasil diskusi dengan kelompoknya, anggota kelompok dapat saling bekerja sama untuk membantu anggota kelompok memahami materi dan tugas, siswa berani mengungkapkan gagasan atau ide dalam menyelesaikan tugas kelompok, siswa sudah aktif bertanya saat mengalami kesulitan atau memberikan tanggapan dan argumentasinya terhadap hasil kerja kelompok lain. Dengan demikian hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I. Peningkatan hasil belajar siklus II dapat dilihat dari ketercapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) sebanyak 23 siswa atau sebesar 100% dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal yang di tetapkan SD Negeri Samirono. Peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dengan nilai rata-rata kelas sebesar 89,57 dengan nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 72. Hasil belajar siswa pada siklus II yang mengalami peningkatan dapat menjawab hipotesis yang tindakan yang sudah dirancang penulis diawal rencana penelitian tindakan kelas ini.

Hasil penelitian yang dilakukan penulis sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumarsono (2008) dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa SMU Al Muayyad Surakarta. Hasil penelitian Sumarsono menujukan bahwa penerapan tipe STAD pada siswa mampu meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam belajar. Dampak lebih lanjut adalah adanya peningkatan hasil belajar diatas ketuntasan minimal. dari hasil penelitisn tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara motivasi dan keaktifan siswa dengan hasil belajar sehingga dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tingkat prestasi siswa dalam sebuah pembelajaran.

Hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I dan siklus II, memberikan pemahaman bahwa penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa mengembangkan dirinya melalui pengembangan keterampilannya, mengajak siswa untuk memaparan hasil diskusi dengan

(24)

kelompoknya, mengajak siswa untuk membantu anggota kelompok memahami materi dan tugas melalui kerja sama dengan anggota kelompok, mengajak siswa untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang dimiliki siswa, meningkatkan keaktifan siswa untuk bertanya saat mengalami kesulitan atau memberikan tanggapan dan melalui argumentasinya terhadap hasil kerja kelompok lain, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Samirono, Pongangan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013-2014.

Referensi

Dokumen terkait

Jika kendala diatas tidak dapat dipecahkan maka akan menghambat kelancaran kegiatan pada bagian keuangan.Pengaturan gaji membutuhkan suatu sistem, dimana sistem penggajian

Data yang disembunyikan harus dapat diekstrasi kembali seperti proses pada gambar 1 Karena tujuan steganografi adalah pesan rahasia yang tersembunyi, maka pesan rahasia

Kegiatan “Pemberdayaan Kelas Ibu Hamil” dengan melatih 58 petugas KIA Puskesmas Induk (TOT Kelas Ibu), 257 bidan desa dan 1028 kader Posyandu serta pemberian

Kematian ibu juga menjadi tantangan dari waktu ke waktu. Ada berbagai penyebab kematian ini baik penyebab langsung maupun tidak langsung, maupun faktor penyebab yang sebenarnya

Elsyana (2004) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh peristiwa pemecahan saham terhadap harga saham pada 30 emiten yang melakukan pemecahan saham dari tahun 2000 sampai

Berdasarkan data kecepatan transpor logam di dalam arus sungai Kancilan pada Gambar 4, ternyata telah didominasi oleh logam Al, Mn, Cd, As dan Hg, berarti air sungai tersebut

Area cagar budaya memiliki keterikatan yang sangat jelas terhadap waktu, terutama berkaitan dengan aspek kesejarahannya, sehingga untuk menghadirkan objek yang ’abadi’,

Based on the figure above, it is known that the result of expansion load simulation for heating coil inside service tank portside is in white metallic color,